MENELISIK IMPLIKASI PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN

Download 2 Okt 2015 ... berlanjut sepanjang hayat. Pendidikan harus sesuai dengan perkembangan itu. Artinya, proses perkembangan anak penting diliha...

0 downloads 464 Views 111KB Size
Hendrizal, Menelisik Implikasi Perkembangan Kognitif dan Sosioemosional

MENELISIK IMPLIKASI PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN SOSIOEMOSIONAL DALAM PEMBELAJARAN HENDRIZAL, S.IP., M.Pd. Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas Bung Hatta, Padang, Sumatera Barat E-mail: [email protected]

ABSTRAK Tulisan ini bermaksud menjelaskan implikasi perkembangan kognitif dan sosioemosional siswa dalam pembelajaran. Dalam hubungannya dengan siswa, pendidik memang penting mengetahui hakikat perkembangan anak sehingga bisa mengerti bagaimana anak dan remaja tumbuh dan berkembang, misalnya dalam kognitif dan sosioemosional (sosial dan moral). Dua hal ini saling berkaitan, yaitu perkembangan kognitif akan memacu perkembangan sosioemosional anak. Dengan memahami perkembangan kognitif dan sosioemosional siswa, pembelajaran yang disuguhkan bisa penuh kebermaknaan. Kata kunci: perkembangan, kognitif, sosioemosional, pembelajaran. remaja tumbuh dan berkembang, misal-

A. PENDAHULUAN Jamak diketahui, keterampilan

nya dalam kognitif dan sosioemosional

mengajar bukanlah bersifat turunan,

(sosial dan moral). Guru TK perlu tahu

tetapi hasil dari pengalaman. Mengingat

seperti apa siswa-siswi mereka, baik di

hal itu, pendidik dapat menggunakan

dalam maupun di luar kelas. Demikian

berbagai informasi dari orang lain yang

juga pendidik di tingkat SD, SMP,

sudah mengembangkan proses belajar

SMA, sampai perguruan tinggi. Apalagi

mengajar

pengalaman

bagi pendidik yang mengajarkan materi

mereka. Hal ini menambah informasi

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn),

yang banyak bagi seorang pendidik

perkembangan kognitif dan sosioemosi-

untuk dapat mengembangkan keefekti-

onal anak sangat penting dipahaminya.

fan pembelajaran.

Dua hal ini saling berkaitan, yaitu

berdasarkan

Guna mengembangkan keefektifan pembelajaran itu, dalam hubungan-

perkembangan kognitif akan memacu perkembangan sosioemosional anak.

nya dengan peserta didik, hal yang

Dengan memahami perkemba-

penting bagi pendidik ialah mengetahui

ngan peserta didik, pembelajaran yang

hakikat perkembangan anak sehingga

disuguhkan bisa penuh kebermaknaan.

bisa mengerti bagaimana anak dan

Hal ini mempengaruhi cara pendekatan

Jurnal PPKn & Hukum_______________________________Vol. 10 No. 2 Oktober 2015

20

Hendrizal, Menelisik Implikasi Perkembangan Kognitif dan Sosioemosional

dan proses pendidikan yang diberikan.

sebetulnya perkembangan kognitif anak

Khusus pada awal tahun ajaran baru,

dan implikasinya dalam pembelajaran?

pendidik bertanggung jawab mengenal

Kedua, bagaimanakah sebetulnya per-

dan mendidik anak-anak sesuai perkem-

kembangan sosioemosional anak dan

bangannya. Semakin banyak pendidik

implikasinya dalam pembelajaran?

peserta

Dengan menelisik jawaban atas

didik, semakin banyak bisa dipahami

masalah di atas, diharapkan tulisan ini

tentang cara yang tepat untuk kegiatan

bisa memberi wawasan kepada insan

pembelajaran mereka.

pendidikan, sehingga memahami impli-

mempelajari

perkembangan

Pakar psikologi pendidikan juga

kasi perkembangan kognitif dan sosio-

merekomendasikan seperti itu. Santrock

emosional dalam pembelajaran. Dengan

(2001:40) misalnya berpendapat, para

begitu, tulisan ini diharapkan juga bisa

psikolog yang membicarakan perkem-

bermanfaat

bangan anak biasanya berbicara seputar

pembelajaran yang efektif dan efisien

pola perubahan kognitif dan sosioemo-

sehingga dapat meningkatkan mutu

sional yang dimulai sejak lahir dan terus

pendidikan.

berlanjut sepanjang hayat. Pendidikan

A. PERKEMBANGAN KOGNITIF

harus sesuai dengan perkembangan itu.

dalam

penyelenggaraan

Dalam bagian ini dibahas terlebih

Artinya, proses perkembangan

dahulu hakekat kognitif, teori kognitif

anak penting dilihat dari sisi kognitif

Jean Piaget dan Lev Vygotsky, yang

dan

ini

kemudian dikaitkan dengan pembaha-

kegiatan

san tentang implikasi perkembangan

sosioemosionalnya.

terabaikan

oleh

Jika

pendidik,

pembelajaran tidak akan memberikan

kognitif dalam pembelajaran.

makna dalam perkembangan peserta

1. Hakekat Kognitif

didik. Peserta didik bisa saja mengalami kejenuhan pengalaman

dan

tidak

bermakna

Menurut Takriyanti (2006:33),

mendapatkan

perkembangan adalah proses atau taha-

atas

pan pertumbuhan ke arah yang lebih

proses

pembelajaran yang diikutinya.

maju. Sementara Woolfolk (2009:34)

B. PERUMUSAN MASALAH

menulis, perkembangan dalam pengerti-

Menyimak uraian di atas, muncul

an psikologis mengacu pada perubahan-

2 pertanyaan: Pertama, bagaimanakah

perubahan tertentu yang terjadi pada

Jurnal PPKn & Hukum_______________________________Vol. 10 No. 2 Oktober 2015

21

Hendrizal, Menelisik Implikasi Perkembangan Kognitif dan Sosioemosional

manusia (atau binatang) di antara

intelektual yang terdiri dari tahapan:

konsepsi

Dalyono

pengetahuan (knowledge), pemahaman

(2007:78) mengemukakan, perkemba-

(comprehention), penerapan (aplicati-

ngan merupakan suatu perubahan, dan

on), analisis (analysis), sintesis (sinthe-

perubahan itu tidak bersifat kuantitatif,

sis), evaluasi (evaluation).

dan

kematian.

namun kualitatitif. Perkembangan tidak

Dalam perkembangannya telah

ditekankan pada segi materi, melainkan

terjadi perevisian pada tahapan kognitif

segi fungsional.

itu. Sebagaimana dijelaskan Katmining-

Dari uraian tadi, perkembangan bisa

diartikan

sebagai

perubahan

sih (2012), Anderson dan Krathwohl berhasil

mengembangkan

taksonomi

Jadi,

dengan merevisi taksonomi tersebut

perkembangan adalah suatu perubahan

menjadi taksonomi belajar mengajar

tertentu ke arah yang lebih maju pada

dan asesmen. Taksonomi itu direpresen-

diri kita (ataupun hewan) yang dialami

tasikan dalam 2 dimensi, yaitu dimensi

sejak lahir sampai mati dalam proses

proses kognitif dan dimensi penge-

atau tahapan secara berurutan. Per-

tahuan. Dimensi kognitif meliputi: (1)

kembangan

dibagi

mengingat, (2) memahami, (3) mene-

menjadi sejumlah aspek, antara lain

rapkan, (4) menganalisis, (5) mengeva-

perkembangan fisik, pribadi, sosial dan

luasi, (6) mencipta. Perubahan terjadi

kognitif.

pada C5 dan C6, yakni C5 menjadi

kualitatif

dari

fungsi-fungsi.

manusia

dapat

Pusat Bahasa (2008:712) menulis, kognitif adalah berhubungan dengan atau melibatkan kognisi. Kognisi ialah kegiatan

atau

proses

memperoleh

evaluate (mengevaluasi) dan C6 menjadi create (menciptakan). Kognitif berarti persoalan mengembangkan

kemampuan

rasional

pengetahuan (termasuk kesadaran, pera-

(akal). Teori kognitif lebih menekankan

saan) atau usaha mengenali sesuatu

bagaimana proses atau upaya untuk

melalui pengalaman sendiri.

mengoptimalkan

kemampuan

aspek

Kognitif merupakan salah satu

rasional. Karena itu, kognitif berbeda

ranah dalam taksonomi pendidikan, ter-

dengan teori behavioristik, yang lebih

utama taksonomi Benjamin S. Bloom.

menekankan pada aspek kemampuan

Secara umum, kognitif diartikan potensi

perilaku yang diwujudkan dengan cara

Jurnal PPKn & Hukum_______________________________Vol. 10 No. 2 Oktober 2015

22

Hendrizal, Menelisik Implikasi Perkembangan Kognitif dan Sosioemosional

merespons stimulus yang datang kepada

perkembangan yang terjadi pada nalar

dirinya.

otak atau intelegensi. Dalam dinamika-

Dari pendapat tentang perkemba-

nya, muncul 2 teori perkembangan

ngan dan kognitif tadi, bisa disimpul-

kognitif utama, yaitu teori Piaget dan

kan, perkembangan kognitif adalah

Vygotsky.

suatu perubahan yang berhubungan

2. Teori Kognitif Piaget

dengan pengetahuan. Danim (2010:77)

Gredler (2011:324) berpendapat,

menyatakan, kata lain dari perkemba-

fokus teori Piaget adalah menemukan

ngan kognitif adalah perkembangan

asal

kapasitas nalar otak atau intelegensi.

transformasinya

muasal

logika dari

alamiah satu

dan

bentuk

Perkembangan intelegensi ber-

penalaran ke penalaran lain. Hal ini

langsung sangat pesat sampai masa

mengharuskan dilakukannya penelitian

remaja. Setelah itu cenderung stagnan

atas akar pemikiran logis pada bayi,

atau berangsur menurun kepesatannya.

jenis penalaran yang dilakukan anak

Puncak perkembangan kognitif manusia

kecil, serta proses penalaran remaja dan

umumnya tercapai di penghujung masa

dewasa.

remaja

akhir.

Berikut ini dijelaskan teori per-

Perubahan-perubahan

amat tipis sampai usia 50 tahun dan

kembangan kognitif menurut Piaget: Pertama,

setelah itu terjadi “kemapanan” sampai

proses

kognitif.

usia 60 tahun, selanjutnya berangsur

Santrock (2008:43) menyatakan, dalam

menurun. Sebagian lagi bahkan mende-

memahami dunia anak-anak secara

rita,

aktif,

dimana

manusia

mengalami

mereka

menggunakan

pengurangan daya ingat secara drastis,

(kerangka

pikun, bahkan nyaris hilang ingatan.

Sebuah skema adalah konsep atau

Fenomena “buruk” terakhir ini biasanya

kerangka

disebabkan gangguan fisikal. Bloom

individu

mengungkapkan

taraf

mengorganisasikan dan menginterpre-

perkembangan akan mencapai puncak

tasikan informasi. Piaget menyatakan,

pada usia 13 tahun.

ada 2 proses yang bertanggung jawab

prosentase

Berdasarkan uraian di atas, bisa dipahami, perkembangan kognitif ialah

atas

cara

kognitif

eksis yang

anak

di

atau

skema

referensi).

dalam

pikiran

dipakai

untuk

menggunakan

dan

mengadaptasi skema mereka, yaitu

Jurnal PPKn & Hukum_______________________________Vol. 10 No. 2 Oktober 2015

23

Hendrizal, Menelisik Implikasi Perkembangan Kognitif dan Sosioemosional

asimilasi dan akomodasi. Asimilasi

yang kuat antara keadaan ekuilibrium

terjadi ketika seorang anak mema-

kognitif dan disekuilibrium saat asimi-

sukkan pengetahuan baru ke dalam

lasi dan akomodasi bekerja sama dalam

pengetahuan yang sudah ada. Dalam

menghasilkan perubahan kognitif.

prosesnya,

anak

Kedua,

mengasimilasikan

lingkungan ke dalam suatu skema.

Santrock

Akomodasi

melalui

terjadi

ketika

anak

tahap-tahap

(2008:47-60) observasinya,

Piagetian.

menyatakan, Piaget

juga

menyesuaikan diri pada informasi baru.

meyakini perkembangan kognitif terjadi

Yakni

dalam 4 tahapan. Masing-masing tahap

anak

menyesuaikan

skema

berhubungan dengan usia dan tersusun

mereka dengan lingkungannya. Lalu Santrock (2008:46) meng-

dari jalan pikiran berbeda. Menurut

ungkapkan, untuk memahami dunianya,

Piaget, semakin banyak informasi tidak

anak-anak secara kognitif mengorgani-

membuat pikiran anak lebih maju.

sasikan pengalaman mereka. Organisasi

Kualitas kemajuannya berbeda-beda.

adalah konsep Piaget yang berarti usaha

Tahapan

mengelompokkan

yang

sensorimotor, praoperasional, operasi-

terpisah-pisah ke dalam urutan yang

onal konkret, dan operasional formal.

lebih teratur, ke dalam sistem fungsi

Berikut ini penjelasannya:

perilaku

Piaget

itu

adalah

fase

(a) Tahap sensorimotor. Tahap ini

kognitif. Santrock (2008:47) juga menyata-

berlangsung sejak kelahiran sampai usia

kan, ekuilibrasi adalah suatu mekanisme

sekitar 2 tahun. Dalam tahap ini, bayi

yang

untuk

menyusun pemahaman dunia dengan

menjelaskan bagaimana anak bergerak

mengoordinasikan pengalaman indra

dari satu tahap pemikiran ke tahap

(sensory) mereka (seperti melihat dan

selanjutnya. Pergeseran ini terjadi pada

mendengar)

saat anak mengalami konflik kognitif

(otot) mereka (menggapai, menyentuh)

atau disekuilibrium dalam usahanya

dan

memahami

anak

sensorimotor. Pada awal tahap ini, bayi

memecahkan konflik ini dan menda-

memperlihatkan tidak lebih dari pola

patkan keseimbangan atau ekuilibrium

reflektif

pemikiran. Piaget percaya, ada gerakan

dunia. Menjelang akhir tahap ini, bayi

dikemukakan

dunia.

Piaget

Akhirnya,

dengan

karenanya

untuk

gerakan

diistilahkan

beradaptasi

motor

sebagai

dengan

Jurnal PPKn & Hukum_______________________________Vol. 10 No. 2 Oktober 2015

24

Hendrizal, Menelisik Implikasi Perkembangan Kognitif dan Sosioemosional

Pemikiran

menunjukkan pola sensorimotor yang

praoperasional

bisa

dibagi lagi menjadi 2 subtahap, yaitu:

lebih kompleks. Piaget percaya, pencapaian kog-

fungsi simbolis dan pemikiran intuitif.

nitif yang penting di usia bayi adalah

Subtahap fungsi simbolis terjadi kira-

object permanence. Ini berarti, objek

kira antara usia 2 tahun sampai 4 tahun.

dan kejadian terus eksis, bahkan ketika

Dalam subtahap ini, anak kecil secara

objek dan kejadian itu tidak dapat

mental mulai bisa merepresentasikan

dilihat,

disentuh.

objek yang tidak hadir. Ini memperluas

Pencapaian kedua adalah realiasasi

dunia mental anak hingga mencakup

bertahap bahwa ada perbedaan atau

dimensi-dimensi baru. Penggunaan ba-

batas

hasa yang mulai berkembang dan

didengar,

antara

diri

atau

Anda

dengan

lingkungan Anda. Pemikiran ini akan

kemunculan

kacau, tak beraturan, dan tak bisa

contoh lain dari peningkatan pemikiran

diprediksi.

seperti

simbolis dalam subtahap ini. Anak kecil

inilah kehidupan mental bayi yang baru

mulai mencoret-coret gambar orang,

saja lahir. Jabang bayi tidak dapat

rumah, mobil, awan, dan banyak benda

membedakan

lain.

Menurut

antara

Piaget,

dirinya

dan

sikap

bermain

adalah

dunianya dan tidak punya pemahaman

Meskipun anak kecil membuat

tentang kepermanenan objek. Menje-

kemajuan di subtahap ini, pemikiran

lang akhir periode sensorimotor, anak

praoperasional masih mengandung 2

bisa membedakan antara dirinya dan

keterbatasan yaitu egosentrisme dan

dunia sekitarnya dan menyadari bahwa

animisme. Egosentrisme adalah ke-

objek tetap ada dari waktu ke waktu.

tidakmampuan

untuk

membedakan

(b) Tahap praoperasional. Tahap

antara perspektif milik sendiri dengan

ini berlangsung kurang lebih mulai usia

perspektif milik orang lain. Animisme

2 tahun sampai 7 tahun. Ini adalah tahap

adalah kepercayaan bahwa objek tak

pemikiran

simbolis

bernyawa punya kualitas “kehidupan”

ketimbang pada tahap sensorimotor,

dan bisa bergerak. Seorang anak kecil

tetapi

mungkin menunjukkan animisme ini

tidak

yang

lebih

melibatkan

pemikiran

operasional. Namun tahap ini bersifat

dengan

mengatakan,

egosentris dan intuitif ketimbang logis.

mendorong

daun

dan

“pohon

ini

membuatnya

Jurnal PPKn & Hukum_______________________________Vol. 10 No. 2 Oktober 2015

25

Hendrizal, Menelisik Implikasi Perkembangan Kognitif dan Sosioemosional

gugur”, “trotoar itu membuatku gila”,

tion) yang dimaksud di sini adalah ide

atau “trotoar itu membuatku terjatuh”.

bahwa beberapa karakteristik dari objek

Subtahap pemikiran intuitif adalah subtahap kedua dalam pemikiran

itu tetap sama meski objek itu berubah penampilannya.

praoperasional, dimulai sekitar usia 4

(c) Tahap operasional konkret.

tahun sampai 7 tahun. Pada subtahap

Tahap ini dimulai dari sekitar umur 7

ini, anak mulai menggunakan penalaran

tahun sampai sekitar 11 tahun. Pemi-

primitif dan ingin tahu jawaban dari

kiran operasional konkret mencakup

semua pertanyaan. Piaget menyebut

penggunaan operasi. Penalaran logika

tahap ini sebagai “intuitif” karena anak-

menggantikan penalaran intuitif, tetapi

anak tampaknya merasa yakin terhadap

hanya dalam situasi konkret. Kemam-

pengetahuan dan pemahaman mereka,

puan

tetapi

sudah ada, tetapi belum bisa memecah-

tidak

menyadari

bagaimana

mereka bisa mengetahui apa-apa yang

untuk

menggolong-golongkan

kan problem-problem abstrak.

mereka ingin ketahui. Artinya, mereka

Operasi konkret adalah tindakan

mengatakan bahwa mereka tahu sesuatu

mental yang bisa dibalikkan yang

tetapi mereka mengetahuinya tanpa

berkaitan dengan objek nyata. Operasi

menggunakan pemikiran rasional. Salah

konkret membuat anak bisa meng-

satu keterbatasan kemampuan penalaran

koordinasikan beberapa karakteristik.

(reasoning) anak adalah mereka sulit

Jadi, bukan hanya fokus pada satu

untuk menempatkan benda atau sesuatu

kualitas dari satu objek. Pada level

ke dalam kategori yang pas.

operasional konkret, anak-anak secara

Banyak contoh tahap praoperasi-

mental bisa melakukan sesuatu yang

onal ini yang menunjukkan karakteristik

sebelumnya hanya bisa mereka lakukan

pemikiran

secara

yang disebut centration,

yakni pemfokusan (pemusatan) perhatian pada satu karakteristik dengan meng-

fisik,

dan

mereka

bisa

membalikkan operasi konkret ini. Beberapa meminta

tion tampak jelas dalam kurangnya

hubungan antarkelas. Salah satu tugas

conservation

itu disebut seriation, yakni operasi

anak

di

tahap

praoperasional. Konservasi (conserva-

konkret

yang

untuk

Piagetian

abaikan karakteristik lainnya. Centra-

dari

anak

percobaan

memahami

melibatkan

stimuli

Jurnal PPKn & Hukum_______________________________Vol. 10 No. 2 Oktober 2015

26

Hendrizal, Menelisik Implikasi Perkembangan Kognitif dan Sosioemosional

pengurutan

di

sepanjang

dimensi

luar

pengalaman

konkret,

dan

kuantitatif (seperti panjang). Untuk

memikirkannya secara lebih abstrak,

mengetahui

idealis dan logis.

apakah

murid

dapat bisa

Kualitas abstrak dari pemikiran

dengan

operasional formal tampak jelas dalam

panjang yang berbeda-beda secara acak

pemecahan problem verbal. Pemikir

di atas meja. Guru kemudian meminta

operasional

murid untuk mengurutkan batang itu

elemen konkret A, B dan C untuk

berdasarkan panjangnya. Banyak anak

menarik kesimpulan logis bahwa jika A

kecil mengurutkannya dalam kelompok

= B dan B = C, maka A = C.

batang “besar” atau “kecil”, bukan

Sebaliknya, pemikir operasional formal

berdasarkan urutan panjangnya dengan

dapat memecahkan persoalan ini, walau

benar.

problem ini hanya disajikan secara

mengurutkan, meletakkan

seorang 8

batang

guru lidi

Aspek lain dari penalaran tentang

konkret

perlu

melihat

verbal. Selain memiliki kemampuan ab-

hubungan antarkelas adalah transivity. mengom-

straksi, pemikir operasional formal

binasikan hubungan secara logis untuk

punya kemampuan melakukan idealisasi

memahami kesimpulan tertentu. Dalam

dan membayangkan berbagai kemung-

kasus batang lidi, misalkan 3 batang (A,

kinan. Pada tahap ini, remaja mulai

B dan C) berbeda panjangnya. A adalah

melakukan pemikiran spekulasi tentang

yang paling panjang, B panjangnya

kualitas ideal yang mereka inginkan

menengah, dan C adalah yang paling

dalam diri mereka dan diri orang lain

pendek. Apakah anak memahami bahwa

(Slavin, 2011:45).

Ini

adalah

kemampuan

Ketiga, kontribusi teori Piaget.

jika A>B, B>C, dan A>C? Menurut teori

Piaget,

pemikiran

konkret

Santrock

(2008:57-58)

menyatakan,

operasional bisa memahaminya, tetapi

Piaget adalah tokoh besar di bidang

pemikiran praoperasional tidak.

psikologi perkembangan. Dia berjasa

(d) Tahap operasional formal.

dalam bidang perkembangan kognitif

Tahap ini muncul pada usia 7 tahun

anak-anak.

sampai 15 tahun. Pada tahap ini,

kepadanya untuk konsepnya yang kuat

individu sudah mulai memikirkan di

dan

masih

Kita

berutang

bertahan

hingga

Jurnal PPKn & Hukum_______________________________Vol. 10 No. 2 Oktober 2015

budi

kini,

27

Hendrizal, Menelisik Implikasi Perkembangan Kognitif dan Sosioemosional

termasuk konsep asimilasi, akomodasi,

(a)

kepermanenan

dipahami

objek,

egosentrisme,

Keahlian

kognitif

bila

anak

dapat

dianalisis

dan

konservasi, dan penalaran hipotesis-

diinterpretasikan secara developmental.

deduktif.

(b) Kemampuan kognitif dimediasi

Piaget juga seorang jenius dalam pengamatannya

terhadap

anak-anak.

dengan

kata,

bahasa

dan

bentuk

diskursus, yang berfungsi sebagai alat

Observasi yang cermat menunjukkan

psikologis

untuk

membantu

dan

kepada kita cara baru untuk mengetahui

mentransformasi aktivitas mental. (c)

bagaimana anak-anak berperilaku dan

Kemampuan kognitif berasal dari relasi

menyesuaikan diri dengan dunianya

sosial dan dipengaruhi latar belakang

(Vidal, 2000). Piaget menunjukkan

sosiokultural. Menurut Vygotsky, menggunakan

kepada kita beberapa hal penting untuk dicermati dalam perkembangan kog-

pendekatan

nitif, seperti pergeseran dari pemikiran

memahami fungsi kognitif anak dengan

praoperasional ke pemikiran opera-

memeriksa

sional konkret. Dia juga menunjukkan

transformasinya dari bentuk awal ke

kepada kita bagaimana anak-anak perlu

bentuk selanjutnya. Kemudian Robbins

menyesuaikan pengalamannya dengan

(dalam Santrock, 2008:60) menyatakan,

skema mereka sendiri, tetapi pada saat

untuk memahami fungsi kognitif, kita

yang

harus memeriksa alat yang memperan-

sama

menyesuaikan

skema

asal

berarti

usulnya

tarai

Piaget juga mengungkapkan pada kita

membuat Vygotsky berpendapat bahwa

bagaimana

bahasa adalah alat yang paling penting.

kognitif

membentuknya,

dan

pemikirannya dengan pengalamannya.

perkembangan

dan

developmental

Vygotsky

sehingga

kemungkinan besar akan terjadi jika

Kemudian

menyatakan,

konteks ditata agar terjadi perkem-

kemampuan kognitif berasal dari hubu-

bangan bertahap menuju level yang

ngan sosial dan kultur. Perkembangan

lebih tinggi.

anak tidak bisa dilepaskan dari kegiatan

3. Teori Kognitif Vygotsky

sosial dan kultural. Santrock,

Dari ketiga klaim dasar ini,

2008:60) menyatakan, ada 3 klaim

Vygotsky mengajukan gagasan yang

dalam inti pandangan Vygotsky, yaitu:

unik dan kuat tentang hubungan antara

Tappan

(dalam

Jurnal PPKn & Hukum_______________________________Vol. 10 No. 2 Oktober 2015

28

Hendrizal, Menelisik Implikasi Perkembangan Kognitif dan Sosioemosional

pembelajaran dan perkembangan. Ide

untuk anak yang lebih tua. Kita

khusus merefleksikan pandangannya

membantu masing-masing anak dengan

bahwa fungsi kognitif berasal dari

menunjukkan, mengajukan pertanyaan,

situasi sosial. Salah satu ide unik

dan memperkenalkan elemen awal dari

Vygotsky adalah konsepnya tentang

solusi. Dengan bantuan atau kerja sama

Zone of Proximal Development (ZPD).

dengan orang dewasa ini, salah satu

ZPD adalah istilah Vygotsky

anak berhasil memecahkan persoalan

untuk serangkaian tugas yang terlalu

yang sesungguhnya untuk level anak

sulit dikuasai anak secara sendiri tetapi

usia 12 tahun, sedangkan anak yang

dapat dipelajari dengan bantuan orang

satunya memecahkan problem untuk

dewasa atau anak yang lebih mampu.

level anak 9 tahun. Perbedaan antara

Jadi batas bawah dari ZPD adalah

usia mental dan tingkat kinerja yang

tingkat problem yang dapat dipecahkan

mereka capai dengan bekerja sama

anak seorang diri. Batas atasnya adalah

dengan orang dewasa akan mendefi-

tingkat tanggung jawab atau tugas

nisikan ZPD. Jadi ZPD melibatkan

tambahan yang dapat diterima anak

kemampuan kognitif anak yang berada

dengan bantuan dari instruktur yang

dalam proses pendewasaan dan tingkat

mampu.

kinerja mereka dengan bantuan orang

Penekanan Vygotsky pada ZPD menegaskan keyakinannya akan arti

yang lebih ahli. 4. Implikasi dari Kognitif

terutama

Dalam membahas implikasi per-

terhadap

kembangan kognitif dalam pembelaja-

perkembangan kognitif anak. Vygotsky

ran, akan dijelaskan tentang implikasi

memberi contoh cara menilai ZPD anak.

teori Piaget dalam pembelajaran dan

Misalnya, berdasarkan tes kecerdasan,

dilanjutkan

usia mental dari 2 orang anak adalah 8

Vygotsky dalam pembelajaran.

penting

pengaruh

pengaruh

sosial,

pengajaran,

dengan

implikasi

teori

Menurut Vygotsky, kita tidak

Pertama, implikasi teori Piaget

bisa berhenti sampai di sini saja. Kita

dalam pendidikan atau pembelajaran

harus menentukan bagaimana masing-

anak. Santrock (2008:61) menulis, teori

masing anak akan berusaha menye-

Piaget

lesaikan problem yang dimaksudkan

pembelajaran dengan cara: (a) Gunakan

tahun.

dapat

diterapkan

dalam

Jurnal PPKn & Hukum_______________________________Vol. 10 No. 2 Oktober 2015

29

Hendrizal, Menelisik Implikasi Perkembangan Kognitif dan Sosioemosional

pendekatan konstruktivis. Senada de-

mereka

sebelum

mereka

ngan pandangan aliran konstruktivis,

Jadikan ruang kelas menjadi eksplorasi

Piaget menekankan bahwa anak-anak

dan penemuan. Guru menekankan agar

akan belajar dengan lebih baik jika

murid

mereka aktif dan mencari solusi sendiri.

menemukan kesimpulan sendiri. Guru

(b) Fasilitasi mereka untuk belajar.

lebih banyak mengamati minat murid

Guru yang efektif harus merancang

dan partisipasi alamiah dalam aktivitas

situasi yang membuat siswa belajar

mereka untuk menentukan pelajaran apa

dengan bertindak. (c) Pertimbangkan

yang diberikan.

melakukan

siap.

eksplorasi

(f)

dan

pengetahuan dan tingkat pemikiran

Berdasarkan penjelasan tentang

anak. Murid tidak datang ke sekolah

implikasi teori Piaget dalam pem-

dengan kepala kosong. Mereka punya

belajaran, seorang guru harus dapat

banyak gagasan tentang dunia fisik dan

memakai

alam. (d) Gunakan penilaian terus-

laksanakan

menerus. Makna yang disusun oleh

siswanya

individu tidak dapat diukur dengan tes

pendekatan konstruktivis, maka guru

standar. Penilaian untuk pelajaran PKn

dapat memberikan tugas kepada siswa

(yang menilai kemajuan dan hasil

untuk

akhir), misalnya, adakan pertemuan

ringkasan pelajaran yang akan datang.

individual

mendis-

Siswa bisa mencari teori-teori untuk

kusikan strategi pemikiran mereka, dan

pelajaran yang akan datang di pustaka,

penjelasan lisan dan tertulis oleh murid

internet, dan lainnya. Dengan adanya

tentang penalaran mereka dapat dipakai

kegiatan siswa untuk belajar, hasilnya

sebagai

akan lebih baik.

dimana

alat

murid

untuk

mengevaluasi

teori

tersebut

dalam di

kelas.

mempelajari

proses

untuk

mengajar

Misalnya,

dan

di-

ada

membuat

Tingkatkan

Jika menerapkan teori Piaget

kemampuan intelektual murid. Menurut

dalam pembelajaran, akan membuat

Piaget, tingkat perkembangan kemam-

siswa lebih banyak berperan dalam

puan intelektual murid berkembang

belajar. Dengan banyaknya peran siswa

secara alamiah. Anak tidak boleh

dalam belajar, hasil pembelajaran akan

didesak dan ditekan untuk berprestasi

lebih baik dan siswa akan lebih

terlalu banyak di awal perkembangan

memahami materi yang dipelajari. Jika

kemajuan

mereka.

(e)

Jurnal PPKn & Hukum_______________________________Vol. 10 No. 2 Oktober 2015

30

Hendrizal, Menelisik Implikasi Perkembangan Kognitif dan Sosioemosional

siswa sudah memahami materi yang

Pertimbangkan konteks kultural dalam

telah dipelajarinya, dia akan lulus dalam

pembelajaran.

ulangan dan ujian.

pendidikan adalah membimbing siswa

Kedua, implikasi teori Vygotsky

dalam

Fungsi

mempelajari

penting

keahlian

dari

yang

dalam pendidikan atau pembelajaran

penting bagi kultur tempat mereka

anak. Santrock (2008:64) menyatakan,

berada. (f) Pantau dan dorong anak-

cara memakai teori Vygotsky yaitu: (a)

anak

Gunakan ZPD. Mengajar harus dimulai

speech. Perhatikan perubahan perkem-

pada batas atas zona, di mana siswa

bangan dari berbicara dengan diri

mampu untuk mencapai tujuan dengan

sendiri pada masa awal sekolah dasar.

kerja

Pada masa sekolah dasar, dorong siswa

sama

erat

dengan

pengajar.

dalam

menggunakan

private

Dengan petunjuk dan latihan yang terus

untuk

menerus, siswa akan mengorganisasi-

mengatur sendiri pembicaraan mereka

kan dan menguasai urutan tindakan

dengan dirinya sendiri. (g) Nilai ZPD-

yang

melakukan

nya, bukan Intelligence Quotient (IQ).

suatu keahlian yang diharapkan. (b)

Vygotsky mengatakan, penilaian harus

Gunakan

Cari

difokuskan untuk mengetahui ZPD

kesempatan untuk menggunakan teknik

siswa. Pembimbing memberi siswa

ini ketika siswa membutuhkan bantuan

tugas dengan tingkat kesulitan yang

untuk

bervariasi

dibutuhkan

teknik

aktivitas

untuk

scaffolding.

yang

merupakan

menginternalisasikan

untuk

menentukan

dan

level

inisiatifnya sendiri. (c) Gunakan kawan

terbaik untuk memulai pelajaran. ZPD

sesama siswa yang lebih ahli sebagai

adalah pengukur potensi belajar. ZPD

guru. Vygotsky mengatakan bahwa

menekankan

siswa juga bisa mendapat manfaat dari

bersifat interpersonal.

bahwa

pembelajaran

Jika teori Vygotsky diterapkan

bantuan dan petunjuk dari temannya Dorong

dalam proses pembelajaran di kelas,

pembelajaran kolaboratif dan sadari

hasil hasil akan bagus. Hal ini di-

bahwa pembelajaran melibatkan suatu

sebabkan siswa yang tingkat penge-

komunitas orang yang belajar. Baik itu

tahuannya masih rendah, lalu dibantu

anak maupun orang dewasa melakukan

oleh

aktivitas belajar secara kolaboratif. (e)

pengetahuan siswa yang masih rendah

yang

lebih

ahli.

(d)

siswa

yang

pintar,

Jurnal PPKn & Hukum_______________________________Vol. 10 No. 2 Oktober 2015

maka

31

Hendrizal, Menelisik Implikasi Perkembangan Kognitif dan Sosioemosional

ini pelan-pelan akan meningkat. Dengan

rumuh ke tetangga dan dari lembaga

adanya bantuan dari teman sebayanya,

prasekolah atau penitipan anak ke

siswa akan lebih nyaman dan mudah

sekolah formal.

untuk bertanya jika ada sesuatu yang

Teori

Erick

perkembangan

tidak dimengertinya dalam belajar.

Erikson

pribadi

tentang

dan

sosial

Dengan memakai teori Vygotsky,

menyatakan, selama masa prasekolah,

pembelajaran akan lebih bermanfaat

anak-anak yang menuntaskan tahap ini

karena pembelajaran dilakukan ber-

menghasilkan rasa inisiatif dan ambisi

dasarkan kebutuhan daerahnya. Jika

yang diperkuat oleh pemahaman yang

siswa sudah tamat belajar maka sewaktu

masuk

bekerja, keahlian yang dimiliki oleh

dibolehkan. Pendidik anak usia dini

siswa akan dapat digunakan, sehingga

dapat mendorong penuntasan ini dengan

antara teori dan praktik dapat sejalan.

memberi kesempatan kepada anak-anak

D. PERKEMBANGAN SOSIOEMO-

untuk mengambil inisiatif, ditantang,

akal

tentang

apa

yang

dan berhasil.

SIONAL Dalam bagian ini dibahas terlebih

Santrock (2008:112) menyatakan,

dahulu hakekat sosioemosional, per-

sejauh ini kita telah mendiskusikan

kembangan

konteks

diri

dan

moral,

yang

sosial

penting

yang

kemudian dikaitkan dengan pembaha-

mempengaruhi perkembangan sosio-

san tentang implikasi perkembangan

emosional

sosioemosional dalam pembelajaran.

seusia, dan sekolah. Dalam bagian di

1. Hakekat Sosioemosional

bawah ini, kita akan fokuskan pada

siswa:

keluarga,

teman

Slavin (2011:93) menulis, kehi-

siswa itu sendiri saat kita membahas

dupan sosial anak-anak kecil berkem-

perkembangan diri dan perkembangan

bang dengan cara yang relatif dapat

moralitas anak.

diprediksi. Jaringan sosial tumbuh dari

2. Perkembangan Diri

hubungan yang intim dengan orangtua

Santrock

(2008:112)

menulis,

atau pengasuh lain yang juga meliputi

menurut dramawan Italia abad ke-20,

anggota keluarga, orang dewasa yang

Ugo Betti, saat anak mengatakan “aku”

bukan anggota keluarga, dan teman

maka yang mereka maksud adalah

sebaya. Interaksi sosial meluas dari

sesuatu yang unik, tidak bercampur

Jurnal PPKn & Hukum_______________________________Vol. 10 No. 2 Oktober 2015

32

Hendrizal, Menelisik Implikasi Perkembangan Kognitif dan Sosioemosional

dengan yang lain. Psikolog sering

lakukan itu,” “harusnya kamu lebih

menyebut “aku” ini sebagai “diri” (self).

baik.”

Ada dua aspek penting dari diri ini,

Bednar, dkk. (dalam Santrock,

yakni harga diri (self esteem) dan

2008:114) mengatakan, ada 4 kunci

identitas

akan

untuk meningkatkan rasa harga diri

dijelaskan tentang penghargaan diri dan

anak, yaitu: (a) Identifikasi penyebab

perkembangan identitas diri:

rendah diri dan area kompetensi yang

diri.

Berikut

ini

Pertama, penghargaan diri. San-

penting bagi diri. (b) Beri dukungan

trock (2008:113) menyatakan, peng-

emosional dan penerimaan sosial. (c)

hargaan

adalah

Bantu anak mencapai tujuan atau

pandangan keseluruhan diri individu

berprestasi. (d) Kembangkan keterampi-

tentang dirinya sendiri. Penghargaan

lan menghadapi masalah.

diri

(self

esteem)

diri juga kadang dinamakan martabat

Kedua, perkembangan identitas.

diri (self-worth) atau gambaran diri

Santrock (2008:114) menulis, aspek

(self-image). Misalnya, anak dengan

penting lain dari diri adalah identitas.

penghargaan diri yang tinggi mungkin

Erick Erikson percaya, persoalan paling

tidak hanya memandang dirinya sebagai

penting

seseorang, tetapi juga sebagai seseorang

perkembangan identitas-pencarian jawa-

yang baik.

ban atas pertanyaan seperti ini: Siapa

dalam

diri

remaja

adalah

Minat terhadap topik penghar-

aku? Seperti apakah aku ini? Apa yang

gaan diri ini dimulai oleh karya ahli

akan aku lakukan dalam hidup ini?

psikoterapi Carl Rogers (1961). Rogers

Pertanyaan ini jarang muncul pada masa

mengatakan, sebab utama seseorang

kanak-kanak.

punya penghargaan diri yang rendah

Santrock

(2008:115)

menulis,

(atau rendah diri) adalah karena me-

periset dari Kanada, James Marcia,

reka tidak diberi dukungan emosional

menganalisis konsep Erikson tentang

dan penerimaan sosial yang memadai.

identitas dan menyimpulkan bahwa

Dia secara khusus menganggap bahwa

penting

anak rendah diri mungkin dahulu saat

eksplorasi dan komitmen. Eksplorasi

masih

ditegur,

ialah pencarian identitas alternatif yang

“kamu keliru melakukannya,” “jangan

bermakna. Komitmen berarti menunjuk-

berkembang

sering

untuk

membedakan

antara

Jurnal PPKn & Hukum_______________________________Vol. 10 No. 2 Oktober 2015

33

Hendrizal, Menelisik Implikasi Perkembangan Kognitif dan Sosioemosional

kan penerimaan personal pada satu

3. Perkembangan Moral Santrock (2008:116) menyatakan,

identitas dan menerima apapun impli-

hanya ada sedikit orang yang bersikap

kasi dari identitas itu. Santrock (2008:115) menyatakan,

netral terhadap perkembangan moral.

ada 4 status identitas Marcia, yaitu: (a)

Banyak

Identity diffusion, terjadi ketika individu

kalau

belum mengalami krisis (yakni mereka

membawa nilai-nilai tradisional. Para

belum mengeksplorasi alternatif yang

guru mengeluh bahwa murid mereka

bermakna) atau membuat komitmen.

tidak memperhatikan perasaan orang

Mereka belum memutuskan pilihan

lain. Juga ada bukti bahwa banyak

pekerjaan dan ideologis, dan mereka

murid sekolah menengah di Amerika

kemungkinan

tertarik

Serikat (AS) menyontek atau curang

dengan soal-soal semacam itu. (b)

saat ujian. Dalam satu survei terbaru

Identity

saat

terhadap 8.600 murid sekolah mene-

individu membuat komitmen tetapi

ngah di AS, 70% murid mengaku

belum mengalami krisis. Ini sering

bahwa mereka menyontek atau berbuat

terjadi

curang dalam setidaknya satu ujian,

tidak

begitu

foreclosure,

bila

orangtua

terjadi

menentukan

orangtua anak

mereka tumbuh

yang

dengan cara otoriter. Dalam situasi ini,

sebelumnya yang sebesar 60% pada

remaja tidak punya cukup kesempatan

tahun 1990. Dalam survei ini, hampir

untuk

80%

pendekatan,

ada

tanpa

komitmen untuk anak remaja mereka

mengeksplorasi

berarti

mengkhawatirkan

mengatakan

kenaikan

mereka

dari

pernah

ideologi, dan pilihan pekerjaan yang

berbohong kepada guru, setidaknya

berbeda-beda sesuai keinginan mereka

sekali.

sendiri. (c) Identity moratorium, terjadi

Danim (2010:80) menulis, tahap

ketika individu berada di tengah-tengah

perkembangan moral adalah ukuran dari

krisis tetapi komitmen mereka tidak ada

tinggi atau rendahnya moral seorang

atau baru didefinisikan secara samar-

berdasarkan penalaran moralnya. Teori

samar. (d) Identity achievement, terjadi

ini

ketika individu telah mengalami krisis

Kohlberg. Dalam moral, ia tertarik pada

dan telah membuat komitmen.

bagaimana orang-orang akan menjusti-

dikemukakan

oleh

Lawrence

fikasi tindakan-tindakannya bila sedang

Jurnal PPKn & Hukum_______________________________Vol. 10 No. 2 Oktober 2015

34

Hendrizal, Menelisik Implikasi Perkembangan Kognitif dan Sosioemosional

berada dalam persoalan moral yang

perkembangan moral. Teori-teori domi-

sama. Kohlberg kemudian mengkate-

nan perkembangan moral adalah:

gorisasi dan mengklasifikasi respons

Pertama, teori Piaget. Piaget (da-

yang dimunculkan ke dalam 6 tahap

lam Santrock, 2008:117) menyatakan,

perkembangan moral yang berbeda.

perhatian banyak orang sering tertuju

Keenam tahap tersebut dibagi ke dalam

kepada cara siswa berpikir tentang

3 tingkatan, yaitu prakonvensional,

moral. Dia secara ekstensif mengobser-

konvensional, dan pascakonvensional.

vasi dan mewawancarai anak usia 4

Dalam perkembangan moral ini,

sampai 12 tahun. Dia mengamati anak-

perlu juga dijelaskan tentang domain

anak itu bermain kelereng, berusaha

perkembangan

mempelajari bagaimana mereka meng-

moral.

Santrock

(2008:116) menyatakan, perkembangan

gunakan

moral berkaitan dengan aturan dan

permainan. Dia juga bertanya kepada

konvensi tentang interaksi yang adil

anak tentang aturan etika, memberi

antarorang. Aturan ini bisa dikaji dalam

mereka

3 domain: (a) Kognitif; isu kuncinya

kebohongan, hukuman dan keadilan.

adalah bagaimana siswa menalar atau

Dari sini dia menyusun teori tahap

memikirkan aturan untuk perilaku etis.

perkembangan moral dalam 2 hal: (1)

(b)

adalah

Heteronomous morality; adalah tahap

bagaimana siswa berperilaku secara

perkembangan moral pertama menurut

aktual, bukan pada moralitas dari

Piaget. Tahap ini berlangsung dari kira-

pemikirannya. (c) Emosional; peneka-

kira usia 4 sampai 7 tahun. Pada tahap

nannya adalah bagaimana siswa mera-

ini, keadilan dan aturan dianggap

sakan secara moral. Misalnya, apakah

sebagai bagian dari dunia yang tidak

perasaan mereka bersalah saat melaku-

bisa dirubah, tidak dikontrol oleh orang.

kan tindakan yang tidak bermoral?

(2) Autonomous morality; adalah tahap

Apakah mereka mempunyai empati

perkembangan moral kedua menurut

kepada orang lain?

Piaget, yang tercapai pada usia 10 tahun

Behavioral;

fokusnya

dan

kuis

memikirkan

tentang

aturan

pencurian,

Dalam perkembangan moral ini,

atau lebih. Pada tahap ini, anak mulai

perlu juga dijelaskan tentang teori-teori

mengetahui bahwa aturan dan hukum adalah buatan manusia dan bahwa,

Jurnal PPKn & Hukum_______________________________Vol. 10 No. 2 Oktober 2015

35

Hendrizal, Menelisik Implikasi Perkembangan Kognitif dan Sosioemosional

dalam menilai suatu perbuatan, niat

rut Kohlberg, pendekatan yang baik

perilaku dan konsekuensinya harus

yang harus dilakukan untuk memahami

dipikirkan. Anak usia 7 sampai 10 tahun

perilaku moral harus didasari pema-

berada dalam masa transisi di antara 2

haman tentang tahapan-tahapan per-

tahap itu, dan karenanya mereka me-

kembangan moral. Dijelaskan pula,

nunjukkan ciri-ciri dari kedua tahap itu.

tujuan pendidikan moral adalah untuk

Kedua, teori Kohlberg. Kohlberg

mendorong

individu-individu

guna

(dalam Santrock, 2008:118) menyata-

mencapai tahapan-tahapan perkemba-

kan, perkembangan moral terutama

ngan moral selanjutnya. Dalam keadaan

melibatkan

penalaran

dan

ini, guru tidak sekadar menyajikan

berlangsung

dalam

tahapan-tahapan.

materi pelajaran kepada siswa, tetapi

Kohlberg

moral

mengemukakan

teorinya

secara

terus-menerus

harus

dapat

setelah mewawancarai beberapa anak,

mendorong perkembangan berpikir dan

remaja, dan orang dewasa (terutama

perubahan-perubahan perilaku menuju

pria)

tahap perkembangan yang lebih tinggi.

untuk

mengetahui

pandangan

mereka tentang serangkaian dilema

Manan

(dalam

Aunurrahman,

yang

2009:61) menyatakan, yang penting

diberikan orang-orang dalam memberi

untuk senantiasa menjadi pegangan

jawaban atas dilema yang baru saja

guru, terutama sekali guru-guru yang

didiskusikan dan 10 dilema lainnya,

secara langsung mengajarkan tentang

Kohlberg menyusun teori perkemba-

nilai-nilai moral, adalah: bahwa mora-

ngan moral yang terdiri dari 3 level

litas tidak dapat diajarkan melalui

utama, dengan 2 tahap pada setiap level.

bujukan terhadap siswa tetapi harus

Konsep penting untuk memahami teori

ditunjukkan melalui peragaan (model-

Kohlberg adalah internalisasi, yang

ling); bahwa pertimbangan bagi orang

berarti perubahan perkembangan dari

lain adalah menyenangkan dan cara

perilaku yang dikontrol secara eksternal

yang harmonis untuk hidup. Dalam

ke perilaku yang dikontrol secara

keadaan itu pendidikan moral harus

internal.

memperhatikan

moral.

Berdasarkan

Manan

(dalam

alasan

Aunurrahman,

kepribadian

secara

menyeluruh, khususnya berkaitan de-

2009:60-61) berpendapat bahwa menu-

Jurnal PPKn & Hukum_______________________________Vol. 10 No. 2 Oktober 2015

36

Hendrizal, Menelisik Implikasi Perkembangan Kognitif dan Sosioemosional

ngan interaksi kita dengan orang lain,

Dalam perkembangan moral ini, perlu pula dijelaskan tentang pendidi-

perilaku atau etika kita. Santrock (2008:119) menyatakan,

kan moral. Santrock (2008:121) menya-

ada 3 level utama dalam perkembangan

takan, topik pendidikan moral diperde-

moral menurut Kohlberg, yaitu: Per-

batkan dengan sengit dalam lingkungan

tama, preconvential reasoning (pena-

pendidikan. Kita akan mempelajari

laran prakonvensional); adalah level

salah satu analisis paling awal terhadap

terbawah dari perkembangan moral

pendidikan moral, dan kemudian beralih

dalam teori Kohlberg. Pada level ini,

ke beberapa pandangan kontemporer,

anak tidak menunjukkan internalisasi

seperti berikut ini:

moral

Pertama, kurikulum tersembunyi.

dikontrol oleh hukuman dan ganjaran

Santrock (2008:121) menyatakan, John

eksternal. Kedua, conventional reaso-

Dewey adalah satu satu pionir psikologi

ning (penalaran konvensional); adalah

pendidikan. Dewey mengakui bahwa

tahap kedua atau tahap menengah dalam

ketika sekolah tidak memberi pelajaran

teori

khusus

nilai-nilai

moral.

Kohlberg.

Penalaran

Pada

level

ini,

untuk

pendidikan

internalisasi masih setengah-setengah.

sesungguhnya

Anak patuh secara internal pada standar

pendidikan moral melalui “kurikulum

tertentu, tetapi standar ini pada dasarnya

tersembunyi.” Kurikulum tersembunyi

ditetapkan orang lain, seperti orangtua,

diberikan melalui atmosfer moral yang

atau

Ketiga,

menjadi bagian dari sekolah. Atmosfer

postconventional reasoning (penalaran

atau suasana moral ini diciptakan oleh

postkonvensional); adalah level ter-

aturan

tinggi dalam teori Kohlberg. Pada level

orientasi moral dari guru dan adminis-

ini moralitas telah sepenuhnya di-

trator sekolah, serta teks materi pelaja-

internalisasikan dan tidak didasarkan

ran. Guru bertindak sebagai model

pada standar eksternal. Siswa menge-

perilaku etis dan tidak etis. Aturan kelas

tahui aturan-aturan moral alternatif,

dan hubungan kawan sebaya di sekolah

mengeksplorasi opsi, dan kemudian

berfungsi sebagai alat penyebar sikap

memutuskan sendiri kode moral apa

terhadap penipuan, bohong, pencurian

yang terbaik bagi dirinya.

dan sebagainya. Melalui aturan dan

oleh

aturan

sosial.

sekolah

sekolah

moral,

dan

memberikan

aturan

Jurnal PPKn & Hukum_______________________________Vol. 10 No. 2 Oktober 2015

kelas,

37

Hendrizal, Menelisik Implikasi Perkembangan Kognitif dan Sosioemosional

regulasi, administrasi sekolah mema-

berbeda dengan pendidikan karakter.

sukkan sistem nilai ke sekolah.

Pendekatan klarifikasi nilai ini tidak

Kedua,

pendidikan

karakter.

Nucci (dalam Santrock, 2008:121) ber-

memberi tahu apa nilai-nilai yang seharusnya dimiliki oleh murid.

pendapat, pendidikan karakter adalah

Keempat, pendidikan moral kog-

pendekatan langsung pada pendidikan

nitif. Santrock (2008:122) mengatakan,

moral, yakni mengajari siswa dengan

pendidikan

moral

kognitif

pengetahuan

pendekatan

yang

didasarkan

pada

mencegah mereka melakukan tindakan

keyakinan

bahwa

siswa

harus

tidak bermoral dan membahayakan

mempelajari hal-hal seperti demokrasi

orang

dan keadilan saat moral mereka sedang

lain

moral

dan

dasar

dirinya

untuk

sendiri.

Argumennya bahwa perilaku seperti

berkembang.

berbohong, mencuri dan menipu adalah

menjadi dasar bagi sejumlah program

keliru dan siswa harus diajari soal ini

pendidikan

melalui pendidikan mereka. Bennett

sebuah program, siswa SMA berkumpul

(dalam Santrock, 2008:121) menyata-

dalam kursus selama satu semester

kan

untuk

bahwa

menurut

pendekatan

Teori

adalah

moral

Kohlberg

kognitif.

mendiskusikan

Dalam

sejumlah

moral.

harus punya aturan moral yang jelas

fasilitator,

yang dikomunikasikan dengan jelas

Harapannya adalah agar siswa dapat

kepada siswa. Setiap pelanggaran aturan

mengembangkan gagasan yang lebih

harus dikenai sanksi.

maju

Santrock

klarifikasi

(2008:121)

nilai-nilai.

menulis,

kla-

bukan

seperti

kepercayaan,

bertindak

isu

pendidikan karakter, setiap sekolah

Ketiga,

Pengajar

telah

sebagai

pengatur

konsep tanggung

kerja jawab,

kelas.

sama, dan

komunitas.

rifikasi nilai-nilai berarti membantu

Kelima, pembelajaran pelayanan.

orang untuk mengklarifikasi untuk apa

Furco dan Billing (dalam Santrock,

hidup mereka, dan apa yang layak untuk

2008:122) menyatakan, pembelajaran

dikerjakan.

ini,

pelayanan adalah sebentuk pendidikan

siswa didorong untuk mendefinisikan

yang mempromosikan tanggung jawab

nilai diri mereka sendiri dan memahami

sosial dan pelayanan kepada komunitas.

nilai diri orang lain. Klarifikasi nilai

Dalam pembelajaran ini, siswa di-

Dalam

pendekatan

Jurnal PPKn & Hukum_______________________________Vol. 10 No. 2 Oktober 2015

38

Hendrizal, Menelisik Implikasi Perkembangan Kognitif dan Sosioemosional

libatkan dalam tutoring, membantu

akan membantu siswa untuk lebih

orang jompo, magang di rumah sakit,

terlibat dalam aktivitas membantu orang

membantu pusat perawatan, atau mem-

lain.

bersihkan taman untuk area bermain.

2008:123) menyatakan, tujuan dari

Tujuan

pendidikan

moralitas perhatian kepada orang ini

pelayanan ini adalah agar siswa tidak

adalah agar siswa bisa memahami

egois dan lebih termotivasi untuk

perasaan orang lain, dan karenanya

membantu orang lain.

menimbulkan empati dan perhatian.

penting

dari

Periset telah menemukan bahwa

Nodding

(dalam

Santrock,

Kedua, jadilah contoh perilaku

bermanfaat

prososial. Siswa meniru apa yang

bagi siswa dalam beberapa hal: (1) Nilai

dilakukan guru. Misalnya, tindakan

siswa

lebih

guru yang menghibur siswa saat stress

termotivasi, dan mereka menentukan

kemungkinan akan ditiru oleh siswa

banyak tujuan (Johnson, dkk. dalam

lainnya.

pembelajaran

pelayanan

bertambah,

mereka

Perasaan

Ketiga, beri label dan identifikasi

meningkat

perilaku prososial dan antisosial. Jangan

(Hamburg dalam Santrock, 2008:123).

sekadar mengatakan “itu bagus” atau

(3) Siswa tidak lagi mengasingkan diri

“bagus sekali” kepada siswa. Katakan

secara sosial (Calabrese dan Schumer

secara spesifik saat mengindentifikasi

dalam Santrock, 2008:123). (4) Siswa

perilaku prososial. Katakan, “kamu

semakin banyak memikirkan organisasi

banyak membantu” atau “Kamu beri dia

dan tatanan moral masyarakat (Yates

tisu. Itu sungguh sangat bagus karena

dalam Santrock, 2008:123).

dia memang perlu tisu untuk mem-

4. Implikasi dari Sosioemosional

bersihkan ingusnya.” Atau, berkenaan

Santrock,

2008:123).

penghargaan

diri

(2)

siswa

(dalam

dengan perilaku antisosial, kepada anak

Santrock, 2008:123) mengemukakan

kecil, Anda dapat mengatakan seperti

beberapa strategi yang bisa dipakai guru

“Itu tidak bagus. Bagaimana pera-

untuk meningkatkan perilaku prososial

saanmu kalau dia mengobrak-abrik

siswa, yaitu:

kertasmu seperti itu?”

Honig

dan

Wittmer

Pertama, hargai dan tekankan

Keempat, nisbahkan perilaku po-

konsiderasi kebutuhan orang lain. Ini

sitif untuk setiap siswa, sebutkan nilai

Jurnal PPKn & Hukum_______________________________Vol. 10 No. 2 Oktober 2015

39

Hendrizal, Menelisik Implikasi Perkembangan Kognitif dan Sosioemosional

positif kepada perilaku yang positif,

yang berbeda kebutuhan, temperamen,

seperti “kamu mau berbagi sebab kamu

bakat dan kesulitan. Kesembilan, kembangkan proyek

suka menolong orang lain.” Kelima, perhatikan dan dorong

kelas dan sekolah yang bisa me-

perilaku sosial secara positif, tetapi

ningkatkan altruisme. Biarkan siswa

jangan terlalu banyak menggunakan

mencari contoh proyek

ganjaran eksternal. Mengomentari peri-

membantu

laku positif dan menisbahkan karakter

mungkin berupa kegiatan membersih-

positif kepada siswa adalah lebih baik

kan halaman sekolah, menulis surat

ketimbang

ganjaran

kepada anak yang sedang berada di

siswa

daerah konflik, mengumpulkan mainan

eksternal

menggunakan untuk

membantu

menginternalisasikan sikap prososial. Keenam, bantu anak untuk me-

dan

orang

makanan

lain.

untuk

yang bisa Proyek

anak

nan

orang lain. Membantu siswa untuk

mengunjungi rumah perawatan.

siswa

lain

dapat

meningkatkan

perhatian mereka kepada orang lain.

yang

membutuhkan, dan menjalin pertema-

ngambil sikap dan memahami perasaan

memperhatikan dan merespons perasaan

ini

dengan

Pendapat

orang

yang

dewasa

saat

disampaikan

Honig dan Wittmer itu sangat bagus dipahami. Sebab, jika perkembangan

Ketujuh, gunakan strategi disiplin

sosioemosional siswa bagus, maka sis-

yang positif. Berdebatlah dengan siswa

wa tersebut akan suka menolong siswa

saat mereka melakukan sesuatu yang

lainnya. Jika rasa tolong-menolong

salah. Jika siswa terlalu agresif atau

antarsiswa sudah terjalin, di sekolah

membahayakan siswa lain, tunjukkan

tersebut akan timbul rasa persaudaraan

akibat kelakuan itu terhadap korbannya.

yang kuat. Jika ada rasa persaudaraan

Hindari perdebatan kasar atau hukuman

yang kuat, tidak akan ada lagi terjadi

keras kepada siswa.

permusuhan dan perselisihan.

Kedelapan, pimpin diskusi ten-

Kemudian

jika

tang interaksi prososial. Adakan diskusi

sosioemosional

dan

mengevaluasi

dengan baik, siswa tersebut akan dapat

bagaimana barang-barang didistribusi-

memahami perasaan siswa lain. Jika

kan secara adil kepada orang-orang

siswa sudah mampu memahami pera-

biarkan

siswa

siswa

perkembangan berkembang

Jurnal PPKn & Hukum_______________________________Vol. 10 No. 2 Oktober 2015

40

Hendrizal, Menelisik Implikasi Perkembangan Kognitif dan Sosioemosional

akan

dimulai dengan menciptakan emosi

mengeluarkan kata-kata yang menying-

positif pada diri peserta didik. Untuk

gung perasaan siswa lain. Jika siswa

menciptakan emosi positif pada diri

mampu memahami perasaan siswa lain,

siswa dapat dilakukan dengan berbagai

hubungan yang harmonis di antara

cara, di antaranya dengan menciptakan

siswa akan terjalin dengan baik. Jadi,

lingkungan belajar atau lingkungan

perkembangan sosioemosional siswa

sosial yang menyenangkan dan dengan

sangat penting dalam proses pembelaja-

penciptaan kegembiraan belajar. Kecer-

ran siswa di sekolah.

dasan emosi merupakan kemampuan

saan

siswa

lain,

dia

tidak

Dalam proses belajar, kita tidak

seseorang dalam mengelola emosinya

menyangkal, peran intelegensi (kog-

secara sehat, terutama dalam berhubu-

nitif) berpengaruh terhadap prestasi

ngan dengan orang lain.

pembelajaran. Namun, yang muncul

Selain kecerdasan emosi, inter-

saat ini, tingkat keberhasilan seseorang

aksi antara siswa dengan lingkungan

dalam pendidikan sangat difokuskan

tempat sekolah juga mempengaruhi

untuk

kuantitas

proses belajar. Apabila terjadi hubungan

intelegensi yaitu dengan pengukuran

atau interaksi yang baik antara siswa

IQ, peran IQ diasumsikan sebagai hal

dengan lingkungan sosial (masyarakat)

utama

dan keluarga serta emosi dari para siswa

diukur

yang

secara

berpengaruh

terhadap perlu

mampu disesuaikan dengan lingkungan

merupakan

sosial tersebut, tentu saja proses belajar

pengukuran secara kuantitas mengenai

dari siswa akan berjalan lancar. Dari hal

tingkat intelegensi yang dapat diukur

itu, dapat disimpulkan, dalam proses

dan bersifat konkret serta konvergen.

pendidikan,

Emosi yang positif dapat mempercepat

berperan dan perlu dilibatkan dalam

proses belajar dan mencapai hasil

proses pembelajaran, karena emosi

belajar yang lebih baik, sebaliknya

mempunyai suatu kekuatan yang dapat

emosi yang negatif dapat memper-

memicu kita dalam mencapai suatu

lambat belajar atau bahkan meng-

prestasi belajar dan lingkungan sosial

hentikannya sama sekali. Oleh karena

menjadi wadah dalam menjalankan

itu, pembelajaran yang berhasil haruslah

proses belajar. Maka dengan ini sangat-

keberhasilan.

Akan

disadari,

hanyalah

IQ

tetapi,

emosi

sosial

sangat

Jurnal PPKn & Hukum_______________________________Vol. 10 No. 2 Oktober 2015

41

Hendrizal, Menelisik Implikasi Perkembangan Kognitif dan Sosioemosional

lah keliru jika dianggap faktor utama

akhir. Selanjutnya perubahan-perubahan

penentu keberhasilan adalah IQ yang

sangat tipis sampai usia 50 tahun dan

tinggi. Banyak orang yang berhasil

setelah itu akan terjadi “kemapanan”

dalam sisi akademik, namun tidak bisa

sampai usia 60 tahun, dan akhirnya

melakukan apapun dengan keberhasi-

berangsur terjadi penurunan seiring

lannya dalam kehidupan yang nyata.

bertambahnya usia. Teori perkemba-

Jika dianggap perkembangan kognitif

ngan kognitif ada dua yang dominan,

akan

yaitu dari Piaget dan Vygotsky.

bisa

memacu

perkembangan

sosioemosional anak, bisalah dipahami.

Implikasi teori Piaget dalam pem-

Dengan demikian, bisa ditegas-

belajaran, bahwa seorang guru harus

kan, keterlibatan emosi dan keterlibatan

dapat memakai teori tersebut untuk

siswa

dilaksanakan dalam proses mengajar

dalam

lingkungan

sosialnya

sangat penting dalam segala aktivitas,

siswanya

di

kelas.

Misalnya,

ada

apalagi jika kita dapat mengelola emosi

pendekatan konstruktivis, guru dapat

itu dengan tepat dalam lingkungan

memberikan tugas kepada siswa untuk

sosial atau dengan kata lain cerdas

mempelajari dan membuat ringkasan

dalam menggunakan emosi. Kecerdasan

pelajaran yang akan datang. Siswa bisa

emosi dan mampu berinteraksi dalam

mencari teori-teori untuk pelajaran yang

lingkungan sosial ini akan sangat ber-

akan datang di pustaka, internet, dan

peran terhadap keberhasilan seseorang

lainnya. Dengan adanya kegiatan siswa

dalam segala aspek kehidupan.

untuk belajar, hasilnya akan lebih baik.

E. PENUTUP

Penerapan teori Piaget dalam pembela-

Berdasarkan uraian sebelumnya,

jaran akan membuat siswa lebih banyak

dapat dibuat 2 kesimpulan: Pertama,

berperan dalam belajar. Dengan ba-

perkembangan kognitif adalah perkem-

nyaknya peran siswa dalam belajar,

bangan yang terjadi pada nalar otak atau

hasil belajar akan lebih baik dan siswa

intelegensi. Perkembangan kognitif ini

akan lebih memahami materi yang

berkembang pesat sampai pada masa

dipelajari. Jika siswa sudah memahami

remaja. Kemudian puncak perkemba-

materi yang telah dipelajarinya, dia

ngan

akan lulus dalam ulangan dan ujian.

kognitif

manusia

umumnya

tercapai di penghujung masa remaja

Jurnal PPKn & Hukum_______________________________Vol. 10 No. 2 Oktober 2015

42

Hendrizal, Menelisik Implikasi Perkembangan Kognitif dan Sosioemosional

Teori Vygotsky jika diterapkan

luas dari rumuh ke tetangga dan dari

dalam proses pembelajaran di kelas

lembaga prasekolah atau penitipan anak

maka hasil pembelajaran akan bagus.

ke sekolah formal.

Hal ini disebabkan siswa yang tingkat

Implikasi perkembangan sosio-

pengetahuannya masih rendah, lalu

emosional dalam pembelajaran bahwa

dibantu oleh siswa yang pintar maka

seorang guru harus dapat mendorong

pengetahuan siswa yang masih rendah

perkembangan sosioemosional siswa

ini pelan-pelan akan meningkat. Dengan

dengan baik sehingga siswa akan dapat

adanya bantuan dari teman sebayanya,

memahami perasaan siswa lain. Jika

siswa akan lebih nyaman dan akan

siswa sudah mampu memahami pera-

mudah untuk bertanya jika ada sesuatu

saan siswa lain, dia tidak akan me-

yang tidak dimegertinya dalam belajar.

ngeluarkan kata-kata yang menying-

Kemudian

teori

gung perasaan siswa lain. Jika siswa

Vygotsky, pembelajaran akan lebih

mampu memahami perasaan siswa lain,

bermanfaat karena pembelajaran yang

hubungan yang harmonis di antara

dilakukan

kebutuhan

siswa akan terjalin baik. Jadi, perkem-

daerahnya. Jika siswa sudah tamat

bangan sosioemosional siswa sangat

belajar maka sewaktu bekerja, keahlian

penting dalam proses pembelajaran

yang dimiliki oleh siswa akan dapat

siswa di sekolah.

dengan

memakai

berdasarkan

digunakan, sehingga antara teori dan

tulisan ini. Semoga ini bisa membantu

praktik dapat sejalan. Kedua, yang perlu dipahami dalam

perkembangan

Demikian uraian dan kesimpulan

sosioemosional

pendidik dalam memahami dan menganalisis

perkembangan

kognitif

dan

anak-anak

sosioemosional siswa serta implikasinya

berkembang dengan cara yang relatif

dalam pembelajaran, dan bisa pula

dapat diprediksi. Jaringan sosial tumbuh

memberikan tambahan pengetahuan dan

dari hubungan yang intim dengan

bermanfaat bagi insan pendidikan.

bahwa

kehidupan

sosial

orangtua atau pengasuh yang juga meliputi

anggota

keluarga,

orang

dewasa yang bukan anggota keluarga, dan teman sebaya. Interaksi sosial me-

DAFTAR PUSTAKA Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Dalyono, M. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Jurnal PPKn & Hukum_______________________________Vol. 10 No. 2 Oktober 2015

43

Hendrizal, Menelisik Implikasi Perkembangan Kognitif dan Sosioemosional

Danim, Sudarwan. 2010. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. Bandung: Alfabeta. Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Gredler, Margaret E. 2011. Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana. Hendrizal. 2011. “Menyorot Moralitas Dunia Pendidikan.” Padang: Harian Singgalang, 31 Mei 2011, artikel rubrik Opini. Hendrizal. 2012. “Pendidikan dan Penguatan Moral.” Padang: Harian Singgalang, 8 Mei 2012, artikel rubrik Opini. Hendrizal. 2013. “Efektivitas Proses Pembelajaran PKn Berbasis Otonomi Daerah: Sebuah Studi Kasus Deskriptif-Kualitatif.” Padang: Jurnal Cerdas Proklamator, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, halaman 55-70, ISSN: 23380926.

Hendrizal. 2014. “Menggagas Sekolah Ideal Menurut Perspektif Sistem”. Artikel di Jurnal JIT (Jurnal Ipteks Terapan), Volume 8, Nomor 2, Juni 2014, halaman 118-134, ISSN: 1979-9292. Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Saam, Zulfan. 2010. Psikologi Pendidikan. Pekanbaru: UIR Press. Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan: Jakarta: Kencana. Slavin, Robert E. 2011. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks. Takriyanti, Rizky. 2006. Psikologi Perkembangan. Jambi: IAIN STS Jambi. Woolfolk, Anita. 2009. Educational Psychology: Active Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hs

Jurnal PPKn & Hukum_______________________________Vol. 10 No. 2 Oktober 2015

44