menulis artikel dalam jurnal ilmiah - Nanang Martono

Selain format, karya ilmiah juga memiliki metode penulisan yang baku pula. ... khususnya karya ilmiah yang akan dipublikasikan melalui jurnal ilmiah y...

9 downloads 566 Views 1MB Size
MENULIS ARTIKEL DALAM JURNAL ILMIAH Nanang Martono Email: [email protected]; [email protected]

A. PENDAHULUAN Sebagai seorang akademisi, kita dituntut untuk mampu menuangkan gagasan atau ide kita dalam bentuk tulisan. Untuk itu, kemampuan menulis mutlak dimiliki oleh mahasiwa atau calon sarjana. Kemampuan menulis inilah yang kemudian mampu membedakan kita (mahasiswa, calon sarjana) dengan orang lain yang belum pernah mengenyam pendidikan tinggi. Meskipun sarana untuk memublikasikan gagasan juga dapat dilakukan secara lisan, namun penyampaian gagasan secara lisan tersebut harus didahului dengan penyampaian gagasan secara tertulis. Ada hal yang membedakan antara metode penyampaian gagasan secara tertulis dan lisan. Pertama, penyampaian gagasan secara tertulis mengharuskan kita untuk melakukan kajian secara teoritis. Ini artinya, sebelum menulis kita harus benar-benar mampu menuangkan ide kita secara sistematis dan runtut. Kedua, gagasan tertulis yang sudah dipublikasikan akan sulit untuk diubah (diralat). Untuk itulah, sebelum kita memublikasikan gagasan tertulis kita, kita harus benar-benar yakin bahwa tulisan kita tersebut benar-benar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Ketiga, penyampaian gagasan secara lisan, sedikit sekali mengharuskan kita untuk melakukan kajian teoritis secara mendalam, tidak sedetail karya tertulis. Dan keempat, kita dapat dengan mudah meralat ucapan kita ketika sedang menyampaikan gagasan kita di depan forum. Setiap orang mampu berbicara di depan umum, sehingga setiap orang juga pasti mampu menuangkan ide, pendapat, atau gagasannya secara lisan, meskipun ia bukanlah orang yang berpendidikan. Namun, tidak semua orang mampu menyampaikan gagasannya secara tertulis. Untuk dapat menuangkan gagasan secara tertulis, kita dapat menyusun gagasan tersebut dalam tiga bentuk, yaitu: tulisan atau karya yang bersifat nonilmiah, semiilmiah, dan ilmiah. Pertama, karya nonilmiah merupakan tulisan yang sangat bebas, dan hampir tidak memiliki format baku. Setiap orang mampu menyusun tulisan nonilmiah ini, misalnya: menulis puisi, novel, menulis dalam buku harian (diary), pantun, naskah cerita, cerpen, dan sebagainya. Orang yang menghasilkan karya nonilmiah ini lebih tepat disebut sebagai pengarang, karena hasil karya mereka memang lebih berbentuk hasil mengarang, mengkhayal, atau mengimajinasi. Keahlian seorang pengarang tidak perlu diperoleh melalui pendidikan khusus, namun dapat diperoleh melalui berbagai pengalaman dan latihan, serta sebagian di antaranya sudah menjadi bakat sejak kecil. Bentuk karya nonilmiah yang lain adalah berita di surat kabar dan majalah, serta media berita lainnya. Kedua, karya semiilmiah. Tulisan jenis ini sebenarnya merupakan sebuah tulisan ilmiah namun tidak memiliki format yang baku. Tulisan ini banyak kita jumpai dalam bentuk artikel-artikel di media surat kabar atau media yang lain. Ketiga, karya ilmiah. Karya ilmiah ini memiliki format yang sangat baku yang harus diterapkan si penulis. Selain format, karya ilmiah juga memiliki metode penulisan yang baku pula. Seorang mahasiswa (calon sarjana) dituntut untuk mampu menyusun karya ilmiah ini, karena pertanggungjawaban atau kapabilitas diri kita sebagai seorang akademisi dapat dilihat dari kualitas karya ilmiah yang telah kita susun dalam bentuk tulisan. Untuk itu, pada tulisan ini, akan dibahas mengenai apa itu karya ilmiah dan bagaimana menyusun

2

karya ilmiah, khususnya karya ilmiah yang akan dipublikasikan melalui jurnal ilmiah yang sering disebut dengan artikel ilmiah. B. BATASAN DAN BENTUK KARYA ILMIAH Sebagaimana telah dijelaskan di bagian awal tulisan ini, karya ilmiah merupakan sebuah hasil karya seorang akademisi (baca: berpendidikan). Untuk itu, kualitas karya ilmiah juga dapat mencerminkan kualitas penulisnya, terutama dalam masalah penguasaan disiplin ilmu yang dipelajarinya. Selanjutnya, karya ilmiah yang ditulis diharapkan sesuai (linier) dengan latar belakang disiplin keilmuanya. Karya ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah biasa disebut juga dengan istilah artikel ilmiah. Karya ilmiah memiliki berbagai bentuk yang tentunya sudah kita kenal, yaitu: makalah, artikel ilmiah, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, dan esai Sebelum membahas mengenai artikel ilmiah, penulis perlu menjelaskan mengenai definisi jurnal ilmiah. Jurnal ilmiah merupakan sebuah buku yang dipublikasikan secara berkala yang berisi beberapa karangan ilmiah. Berkala, jurnal ilmiah dapat diterbitkan 12 kali, 6 kali, 4 kali, 3 kali, dan minimal 2 kali setahun. Setiap edisi memuat artikel yang berbeda-beda, untuk itu, jurnal ilmiah merupakan sumber referensi yang wajib dirujuk oleh mahasiswa, guru, dosen atau kalangan akademisi yang lain ketika akan menulis sebuah karya ilmiah. Jurnal dinilai sebagai satu-satunya referensi ilmiah yang up to date. Selain itu, semua tulisan yang dimuat dalam jurnal harus melalui proses penyuntingan yang dilakukan oleh sebuah tim editor jurnal yang bersangkutan. Ada beberapa jenis jurnal. Pertama, menurut sifat publikasi, jurnal dibedakan menjadi dua, yaitu jurnal cetak dan jurnal online. Kedua, menurut status akreditasi, jurnal dibedakan menjadi jurnal belum diakreditasi dan jurnal terakreditasi (A atau B). Adapun lembaga yang berhak menilai status akreditasi sebuah jurnal adalah Dirjen Dikti dan LIPI. Jurnal diterbitkan oleh lembaga-lembaga tertentu. Lembaga tersebut misalnya perguruan tinggi, balitbang milik pemerintah, LSM, serta organisasi masyarakat lainnya. Jurnal berisi beberapa tulisan dari disiplin ilmu yang sama atau serumpun. Sebelum membahas mengenai artikel ilmiah, penulis merasa perlu untuk menjelaskan mengenai definisi karya ilmiah, mengapa disebut ilmiah? Istilah “ilmiah” yang mengikuti kata “karya” menunjukkan bahwa karya ilmiah merupakan sebuah karya yang disusun secara ilmiah, mengikuti standar keilmuan tertentu, dan harus disusun dengan format yang sangat baku. Karya ilmiah harus disusun dengan mengikuti langkahlangkah metode ilmiah, yaitu: menemukan masalah; merumuskan hipotesis; mengumpulkan data; mengambil simpulan; dan menguji simpulan kembali. Tahap metode ilmiah tersebut sebenarnya terdiri atas beberapa kegiatan:

3

Tabel 1 Metode ilmiah

METODE ILMIAH

Menemukan masalah

Masalah dapat ditemukan dari kehidupan sehari-hari di sekitar kita. Masalah dapat muncul dari pengalaman, media massa, dan sumber-sumber lain. Masalah merupakan ide pokok, dan merupakan jantung dalam proses menulis karya ilmiah apapun.

Merumuskan hipotesis

Untuk dapat merumuskaan hipotesis, maka kita wajib membaca berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan kita bahas.

Mengumpulkan data

Data merupakan alat untuk menemukan jawaban atas sebuah permasalahan yang kita bahas. Tanpa data, kita tidak mungkin dapat menemukan jawaban masalah kita. Data dapat diperoleh melalui berbagai sumber: buku, majalah, surat kabar, jurnal, observasi, wawancara, dan sebagainya.

Mengambil simpulan

Simpulan dirumuskan berdasarkan data yang telah diperoleh sebelumnya.

Menguji kesimpulan

Tahap akhir akhir adalah menguji kesimpulan kembali, apakah kesimpulan tersebut sudah benar atau belum.

Metode ilmiah tersebut merupakan ruh sebuah proses penulisan karya ilmiah. Penulisan semua bentuk karya ilmiah pasti akan melewati proses-proses tersebut. C. SISTEMATIKA ARTIKEL ILMIAH Artikel ilmiah merupakan sebuah karangan atau tulisan yang bersifat argumentatif. Tulisan ini didasarkan atas hasil penelitian atau kajian teoritis seseorang. Berkaitan dengan proses penelitian dan penulisan laporan penelitian, artikel ilmiah dapat dikatakan sebagai “miniatur” laporan penelitian. Artikel ilmiah merupakan sebuah ringkasan karena panjangnya lebih pendek daripada laporan penelitian itu sendiri. Mengapa kita perlu menyusun artikel ilmiah? Artikel ilmiah merupakan sebuah sarana memublikasikan gagasan atau pemikiran, serta hasil penelitian kita melalui berbagai media ilmiah, seperti jurnal ilmiah, surat kabar atau untuk kepentingan diseminasi atau seminar hasil penelitian. Artikel ilmiah memiliki bentuk yang lebih kongkrit dalam teknik penulisannya karena memang ditujukan untuk publikasi ilmiah yang dapat dibaca oleh semua orang. Untuk itu, penulisan artikel ilmiah harus disusun secara ringkas dan mudah dipahami. Tidak semua bagian dalam laporan penelitian ditampilkan dalam artikel ilmiah ini, namun kita hanya menampilkan poin-poin penting dari laporan penelitian. Sebelum menulis artikel ilmiah, kita harus menentukan, ke mana artikel tersebut akan kita kirimkan? Setiap jurnal ilmiah memiliki gaya dan teknik penulisan yang berbedabeda. Selain itu, setiap jurnal ilmiah juga memiliki kekhasan dalam hal tema yang diangkat. Ada jurnal yang mengangkat tema politik, ekonomi, sejarah, sastra, pendidikan dan sebagainya. Untuk itu, kita perlu mencermati kriteria jurnal yang akan dituju. Apabila kita ingin memublikasikan hasil penelitian secara pribadi, maka artikel ilmiah tersebut dapat pula di-upload di website pribadi kita, misalnya melalui blog pribadi, sehingga artikel kita dapat dibaca orang lain di seluruh dunia. Teknik penulisan artikel ilmiah pada dasarnya sama dengan teknik penulisan laporan penelitian. Bedanya, artikel ilmiah disusun lebih ringkas. Berikut ini disajikan sistematika artikel ilmiah secara umum yang banyak menjadi pedoman penulisan artikel di

4

beberapa jurnal. Ada dua jenis artikel ilmiah, yaitu artikel hasil penelitian, dan artikel gagasan konseptual (bukan hasil penelitian). Perbedaan sistematika kedua artikel ilmiah tersebut hanya terletak pada subjudul metode penelitian. Tabel 2 Sistematika artikel dalam jurnal ilmiah Hasil penelitian Judul artikel Nama penulis Abstrak A. Pendahuluan B. Kajian Pustaka C. Metode Penelitian D. Pembahasan E. Simpulan dan Saran Daftar Pustaka

+ 15% + 20% + 10% + 40% + 15%

Gagasan konseptual Judul artikel Nama penulis Abstrak A. Pendahuluan B. Kajian Pustaka D. Pembahasan E. Simpulan dan Saran Daftar Pustaka

+ 15% + 20% + 50% + 15%

Judul artikel Judul artikel ilmiah sebaiknya ditulis singkat. Jumlah kata dalam judul sebaiknya tidak melebihi 12 kata. Untuk menyingkat judul artikel, apabila artikel disusun berdasarkan hasil penelitian, lokasi penelitian sebaiknya tidak perlu ditulis dalam judul. Nama penulis Nama penulis ditulis secara lengkap. Apabila nama penulis cukup panjang, maka sebaiknya nama belakang penulis tidak disingkat. Nama yang disingkat adalah nama depan atau nama tengah. Di bawah nama penulis, dituliskan identitas penulis, misalnya “dosen pada jurusan ....”; atau “mahasiswa jurusan ......”, disertai alamat email penulis. Jika penulis lebih dari satu orang, maka yang ditulis hanya alamat email penulis pertama saja. Abstrak Abstrak merupakan istilah yang cukup asing bagi mahasiswa. Untuk itu, pada bagian ini dijelaskan mengenai seluk beluk abstrak. Abstrak yaitu deskripsi singkat yang memuat informasi mengenai isi artikel ilmiah secara singkat. Istilah abstrak sangat berbeda dengan ringkasan. Abstrak berisi hal-hal yang lebih khusus daripada ringkasan Perbedaan ini dapat dilihat dari panjang dan isinya. Panjang abstrak lebih pendek daripada ringkasan. Panjang abstrak umunya hanya satu paragraf saja atau antara 150 sampai 200 kata, namun harus menjelaskan garis besar laporan penelitian. Setelah abstrak, diberikan kata-kata kunci atau keywords. Ringkasan lebih panjang daripada abstrak. Ringkasn menjelaskan isi artikel secara lebih detail, dari pendahuluan sampai simpulan. Kita tidak perlu menuliskan latar belakang masalah dalam abstrak. Abstrak ditulis 1 spasi. Berikut diberikan dua contoh abstrak:

5

Abstrak: Artikel ini merupakan analisis mengenai kritik terhadap praktik pendidikan di Indonesia. Kritik ini lebih didasarkan pada alur cerita yang disampaikan dalam film “Laskar Pelangi” (LP). Artikel ini bertujuan untuk menganalisis esensi film LP yang dilihat melalui kaca mata sosiologi. Esensi film lebih difokuskan pada kritik sosial yang disampaikan melalui film ini. Secara teoritis, pendidikan memiliki dua fungsi yang saling bertentangan. Menurut perspektif fungsional, pendidikan berfungsi positif untuk mentransmisikan nilainilai antargenerasi. Sebaliknya, perspektif konflik menjelaskan bahwa pendidikan justru menyebabkan terjadinya ketimpangan sosial. Perspektif interaksionisme simbolik lebih melihat pada bagaimana aktor-aktor yang terlibat dalam proses pendidikan saling berhubungan. Beberapa kritik yang disampaikan di antaranya adalah mengenai proses pendidikan formal yang meninggalkan hakikat pendidikan itu sendiri, eksklusifitas fungsi sekolah, formalisasi pendidikan, ketidakmerataan akses pendidikan bagi masyarakat kelas bawah yang menyebabkan ketidaksetaraan sosial, otonomi pendidikan yang sepenuhnya belum otonom serta dikotomi sekolah favorit dan tidak favorit. Kondisi-kondisi inilah yang mewarnai dinamika pendidikan nasional sampai saat ini yang telah menyebabkan terjadinya ketidaksetaraan sosial. Kata Kunci: laskar pelangi, kritik sosial, pendidikan, dan ketidaksetaraan sosial. Abstrak. Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan praktik SBI dari perspektif sosiologi serta strategi untuk mewujudkan SBI yang berbasis potensi lokal. Secara praktis, ada dua unsur dasar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah, yaitu metode dan substansi. Melalui metode guru diharuskan menggunakan sumber daya yang ada di sekitar sekolah sebagai media pembelajaran. Unsur substansi lebih menekankan pada isi atau materi pembelajaran. Guru harus mengaitkan materi pembelajaran dengan kondisi riil, baik kondisi alam maupun sosial yang dekat dengan kehidupan peserta didik seharihari. Selain itu, pengembangan SBI berbasis potensi lokal juga perlu dilakukan dengan membangun budaya sekolah berbasis nilai-nilai lokal. pelaksanaan SBI harus mampu memanfaatkan potensi lokal yang ada di sekitar sekolah, sehingga peserta didik peka terhadap kondisi alam dan sosial di sekitarnya. Kata kunci: SBI, potensi lokal, metode, substansi pelajaran, budaya sekolah.

Pendahuluan Bagian ini menjelaskan hal-hal yang mendasari atau melatarbelakangi munculnya masalah atau ketertarikan kita pada masalah yang akan dibahas. Pada bagian ini dijelaskan berbagai argumentasi yang menguatkan bahwa masalah tersebut memang layak untuk dikaji. Selain itu, pada bagian ini juga dijelaskan “apakah masalah tersebut penting untuk dikaji?”; “apa menariknya masalah yang akan dikaji?”; “apa yang menjadi dasar bahwa fenomena sosial tersebut dianggap sebagai sebuah permasalahan?”. Untuk keperluan tersebut, kita dapat menguraikan berbagai ketimpangan yang terjadi antara kondisi ideal (das sollen) dan kondisi sosial yang riil terjadi (das sein). Untuk memperkuat argumentasi, dapat ditampilkan dasar teori atau data yang memperkuat argumentasi tersebut sehingga pembaca menjadi yakin dan tertarik atau berminat untuk membaca hasil penelitian kita. Pendahuluan dalam artikel juga menjelaskan rumusan masalah dan tujuan penulisan.

6

Kajian Pustaka Pada bagian ini, penulis menjelaskan berbagai konsep utama yang berkaitan dengan masalah yang dikaji dengan berbagai argumentasi teoritis. Selain itu, kita juga perlu menyertakan hasil-hasil studi sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Hal ini perlu dilakukan karena jika masalah penelitian tersebut ternyata pernah dikaji orang lain, maka kita harus dapat menjelaskan apa yang membedakan tulisan kita dengan tulisan yang pernah dipublikasikan sebelumnya. Hal ini juga dilakukan untuk menghindari adanya indikasi plagiatisme atau penjiplakan hasil karya orang lain. Uraian dalam kajian pustaka ini dapat menjadi dasar perumusan hipotesis penelitian. Ada dua hal yang sebaiknya diperhatikan ketika menelusuri pustaka, yaitu: sumber pustaka sebaiknya adalah pustaka tersebut penulisnya jelas, dan dipublikasikan. Jelas dalam arti nama penulis disebutkan dalam pustaka. Dipublikasikan dalam arti dipublikasikan secara tertulis maupun lisan (misalnya lewat seminar). Hal ini perlu ditegaskan karena kadangkala mahasiswa mengutip pustaka dari internet yang nama penulisnya tidak disebutkan dalam pustaka tersebut. Metode penelitian Bagian ini hanya ada dalam artikel ilmiah hasil penelitian. Bagian ini menjelaskan metode penelitian yang digunakan secara singkat, tidak perlu mendetail seperti dalam laporan penelitian. Ada beberapa komponen yang perlu dijelaskan dalam bagian ini, yaitu: 1. Metode penelitian. Pada bagian ini dijelaskan metode penelitian yang digunakan. 2. Sasaran penelitian. Sasaran penelitian atau sering disebut objek penelitian menunjuk pada orang, individu atau kelompok yang menjadi unit atau satuan yang diteliti. 3. Lokasi penelitian. Bagian ini menjelaskan lokasi tempat penelitian berlangsung. Lokasi penelitian hanya ada dalam penelitian lapangan, sedangkan untuk penelitian analisis isi dan analisis data sekunder, tidak perlu menjelaskan lokasi penelitian karena bukan penelitian lapangan. 4. Teknik sampling. Teknik sampling merupakan metode atau cara dalam penentuan atau pengambilan sampel. 5. Hipotesis (bila ada). Hipotesis dapat dinyatakan secara tertulis (menggunakan kalimat) atau dengan menggambarkan hubungan geometris antarvariabel. 6. Metode pengumpulan data. Pada bagian ini, peneliti menjelaskan bagaimana peneliti mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. 7. Metode analisis data. Analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik sebagai alat bantu dalam membuat kesimpulan. Penelitian kualitatif, tentu saja ada banyak metode analisis yang dapat dipilih. Pembahasan Bagian pembahasan merupakan bagian inti yang menjadi jantung sebuah artikel ilmiah. Di sinilah orisinalitas sebuah artikel ilmiah akan ditunjukkan. Bagian ini merupakan bagian yang menguraikan berbagai temuan, berbagai hasil pemikiran penulis yang bertujuan untuk menjelaskan masalah yang dikaji. Pemikiran atau argumentasi penulis dapat dituangkan dalam bagian ini. Simpulan dan Saran Simpulan merupakan jawaban akhir masalah yang sedang dikaji. Simpulan harus konsisten dengan rumusan masalah. Untuk itu, jumlah simpulan perlu disesuaikan dengan jumlagh rumusan masalah, sehingga ada konsistensi antara rumusan masalah dan simpulan. Bagian terakhir artikel ilmiah adalah saran. Bagian ini merupakan bagian yang tidak selalu ada, artinya artikel ilmiah (terutama artikel gagasan konseptual) boleh tidak menyertakan

7

saran. Saran merupakan sebuah uraian singkat mengenai “apa yang dapat kita rekomendasikan kepada pihak lain yang berkepentingan berdasarkan hasil temuan kita?” saran disusun berdasarkan simpulan, untuk itu, saran harus sejalan dengan simpulan. Berikut ini merupakan hubungan unsur-unsur dalam artikel ilmiah:

Gambar 1 Hubungan antarunsur dalam artikel ilmiah

D. TENTANG PLAGIASI Plagiasi pada dasarnya merupakan sebuah aktivitas mengakui karya orang lain sebagai karya sendiri. Plagiasi merupakan pelanggaran berat dalam dunia akademik karena hal ini menyangkut masalah kejujuran (moral) seorang penulis (akademisi). Apa saja batasan plagiasi tersebut? Plagiasi memiliki beberapa bentuk: pertama, mengakui hasil karya orang lain sebagai karya sendiri untuk kepentingan sendiri dan/atau kelompok tertentu. Kedua, plagiasi meliputi pengakuan atas sebagian atau seluruh karya ilmiah yang dikutip. Ketiga, plagiasi juga mencakup pengutipan karya sendiri yang dalam karya kita yang lain tanpa menyebut sumber karya pertama tadi. Plagiasi bentuk ketiga ini sering disebut dengan otoplagiarisme. Untuk menghindari dugaan plagiarisme sangat mudah. Apabila kita ingin terhindar dari kasus plagiarisme, maka satu hal yang harus kita lakukan adalah setiap kali kita mengambil sebagian atau seluruh hasil karya orang lain, alangkahbaiknya apabila kita menyebutkan sumbernya. Kita harus menyebutkan sumber kutipan dengan format “(nama belakang penulis, tahun)”. Berikut disajikan contoh cara menuliskan sumber kutipan:

... Langgulung (2002) merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peran, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan akhirat. Qardhawi (dalam Iriani, 2010), mengatakan pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Menurut Arifin (1981) pendidikan Islam merupakan usaha orang dewasa muslim yang bertakwa yang secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembanngan fitrah anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Jalaluddin (2001) pendidikan Islam dapat didefinisikan sebagai usaha pembinaan dan pengembangan potensi manusia secara optimal sesuai dengan statusnya, dengan....

E. PENUTUP Pada bagian penutup ini, penulis akan menjelaskan beberapa hal yang perlu diketahui ketika kita akan menulis sebuah artikel ilmiah dalam jurnal. Pertama, kita harus menguasai tata bahasa dengan baik. Bahasa yang digunakan dalam artikel ilmiah adalah bahasa baku,

8

yang tentu saja harus sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYB). Untuk itu, pengetahuan mengenai EYD mutlak diperlukan. Kedua, setiap kalimat yang ditulis harus merupakan kalimat efektif yang mengandung –minimal— komponen subjek dan predikat. Ketiga, penulis artikel harus menimimalisasi kemungkinan terjadinya mispersepsi akibat penggunaan kata atau istilah yang tidak familiar, sehingga pemilihan kata (diksi) harus diperhatikan. Kurangi penggunaan istilah asing yang sebenarnya sudah ada padanannya dalam Bahasa Indonesia. Untuk mengetahui padanan kata asing, kita dapat mengakses web: http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/glosarium/. Untuk itu, sebelum mengirim artikel ke jurnal, ada baiknya kita meminta orang lain untuk membaca tulisan kita. Keempat, sumber referensi yang dirujuk dalam artikel harus dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah.