1
MIKROBIOLOGI PEWARNAAN
TUGAS I Disusun untuk menyelesaikan tugas browsing informasi ilmiah
Disusun oleh: KHAIRUNNISA ARRACHMAN NIM. G1C015027
PROGRAM DIPLOMA IV ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016
2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), coccus, spirilum. Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada
bentuk
basil
pembagiannya
yaitu
basil
tunggal,
diplobasil,
dan
tripobasil.Sedangkan pada coccus dibagi menjadi monococcus, diplococcus, sampai stophylococcus. Khusus pada spirilum hanya dibagi dua yaitu setengah melengkung dan melengkung (Dwidjoseputro.1998). Melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi
(Dwidjoseputro.1998).
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarnaan yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarnaan. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa. Teknik Pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan kecermatan bekerja serta mengikuti aturan dasar yang berlaku (Lay.1994) Oleh karena itu yang melatar belakangi praktek ini yaitu untuk mengetahui teknik pewarnaan mikroorganisme sehingga mempermudah dalam melihat bagian-bagian bakteri.
3
1.2 Tujuan -
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri
-
Untuk mengetahui perbedaan gram positif dan gram negatif
-
Untuk mengetahui jenis-jenis pewarnaan bakteri
-
Untuk mengetahui larutan pewarna yang digunakan pada percobaan pewarnaan
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan Mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak mengadsorpsi ataupun membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme ataupun latar belakangnya. Zat
warna
mengadsorpsi
mikroorganisme
dan
disekelilingya
membiaskan ditingkatkan.
cahaya
sehingga
Penggunaan
zat
kontras warna
memungkinkan pengamatan struktur sel seperti spora dan bahan infeksi yang mengandung zat pati dan granula fosfat. Pewarnaan yang digunakan untuk melihat salah satu struktur sel disebut pewarnaan khusus. Sedangkan pewarnaan yang
digunakan
untuk
memilahkan
mikroorganisme
disebut
pewarnaan
diferensial yang memilahkan bakteri menjadi kelompok gram positif dan gram negatif. Pewarnaan diferensial lainnya ialah pewarnaan ziehl neelsen yang memilihkan bakterinya menjadi kelompok-kelompok tahan asam dan tidak tahan asam (Dwidjoseputro.1998). Pengenalan
bentuk
mikroba (morfologi), kecuali
mikroalgae harus
dilakukan pewarnaan terlebih dahulu agar dapat diamati dengan jelas (Hadiutomo. 1990). Pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini disebabkan karena banyak bakteri yang tidak mempunyai zat warna (Waluyo, 2004). Tujuan dari pewarnaan adalah untuk mempermudah pengamatan bentuk sel bakteri, memperluas ukuran jazad, mengamati struktur dalam dan luar sel bakteri, dan melihat reaksi jazad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat fisik atau kimia jazad dapat diketahui (Hadiutomo. 1990).
5
Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1884. Dengan metode ini. Bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua yatu, bakteri gram positif dan bakteri gram negative. Yang didasarkan dari reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bias dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp (Waluyo, 2004). Berhasil tidaknya suatu pewarnaan sangat ditentukan oleh waktu pemberian warna dan umur biakan yang diwarnai (umur biakan yang baik adalah 24 jam). Umumnya zat warna yang digunakan adalah garam-garam yang dibangun oleh ion-ion yang bermuatan positif dan negatif dimana salah satu ion tersebut berwarna. Zat warna dikelompokkan menjadi dua, yaitu zat pewarna yang bersifat asam dan basa. Jika ion yang mengandung warna adalah ion positif maka zat warna tersebut disebut pewarna basa. Dan bila ion yang mengandung warna adalah ion negatif maka zat warna tersebut disebut pewarna negatif (Hadiutomo. 1990). Zat warna yang digunakan dalam pewarnaan bersifat basa dan asam. Pada zat warna basa bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut disebut kromofor dan memiliki muatan positif. Sebaliknya, pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna mempunyai muatan negatif zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak ditemukan didinding sel, membran sel dan sitoplasmasewaktu proses pewarnaan muatan positif pada zat warna basa akan berkaitan dengan muatan negatif dalam sel, sehingga mikroorganisme lebih jelas terlihat (Dwidjoseputro.1998). Zat warna asam yang bermuatan negatif lazimnya tidak digunakan untuk mewarnai mikroorganisme, namun biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai mikroorganisme, namun biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai latar belakang sediaan pewarnaan. Zat warna asam yang bermuatan negatif ini tidak dapat berkaitan dengan muatan negatif yang terdapat pada struktur sel. Kadangkala zat warna negatif digunakan untuk mewarnai bagian sel yang bermuatan positif, perlu diperhatikan bahwa muatan dan daya ikat zat warna terhadap struktur sel
6
dapat berubah bergantung pada pH sekitarnya sewaktu proses pewarnaan (Dwidjoseputro.1998). Prosedur pewarnaan yang menghasilkan pewarnaan mikroorganisme disebut pewarnaan positif dalam prosedur pewarnaan ini dapat digunakan zat warna basa yang yang bermuatan positif maupun zat warna asam yang bermuatan
negatif.
Sebaliknya
pada
pewarnaan
negatif
latar
belakang
disekeliling mikroorganisme diwarnai untuk meningkatkan kontras dengan mikroorganisme
yang
tak
berwarna.
Pewarnaan
mencakup
penyiapan
mikroorganisme dengan melakukan preparat ulas (Dwidjoseputro.1998) Sebelum dilakukan pewarnaan dibuat ulasan bakteri di atas kaca objek. Ulasan ini kemudian difiksasi. Jumlah bakteri yang terdapat pada ulasan haruslah cukup banyak sehingga dapat terlihat bentuk dan penataanya sewaktu diamati. Kesalahan yang sering kali dibuat adalah menggunakan suspensi bakteri yang terlalu padat terutama bila suspensi tersebut berasal adari bukan media padat. Sebaliknya pada suatu suspensi bakteri bila terlalu encer, maka akan diperoleh kesulitan sewaktu mencari bakteri pada preparatnya (Sutedjo.1991). Untuk pewarnaan yang mengamati morfologi sel mikroorganisme maka seringkali setelah pembuatan preparat ulas dilakukan fiksasi diikuti oleh pewarnaan. Fiksasi dapat dilakukan dengan cara melewatkan preparat diatas api atau merendamnya dengan metanol. Fiksasi digunakan untuk : 1.
Mengamati bakteri oleh karena sel bakteri lebih jelas terlihat setelah diwarnai
2.
Melekatkan bakteri pada glass objek
3.
Mematikan bakteri Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam zat warna untuk meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya. Lazim, prosedur pewarnaan ini menggunakan zat warna basa seperti seperti crystal violet, biru metilen, karbol fuchsin basa, safranin atau hijau malakit. Kadang kala digunakan zat warna negatif untuk pewarnaan sederhana : zat warna asam yang sering digunakan adalah nigrosin dan merah kongo (Lay.1994). Prosedur Pewarnaan sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan ini sering digunakan untuk melihat bentuk ukuran dan penataan pada mikoorganisme bakteri pada bakteri dikenal bentu yang bulat (coccus), batang
7
(basil), dan spiral. Dengan pewarnaan sederhana dapat juga terlihat penataan bakteri. Pada coccus dapat terlihat pewarnaan seperti rantai (stertococcus), buah anggur ( stafilococcus), pasangan (diplococcus), bentuk kubus yang terdiri dari 4 atau 8 (saranae) (Lay.1994). Beberapa mikroba sulit diwarnai dengan zat warna yang bersifat basa, tetapi mudah dilihat dengan pewarnaan negatif, pada metode ini mikroba dicampur dengan tinta cina atau nigrosin, kemudian digesekkan diatas kaca objek.Zat warna tidak akan mewarnai bakteri, akan tetapi mewarnai lingkungan sekitar bakteri. Dengan mikroskop mikroba akan terlihat tidak berwarna dengan latar belakang hitam (Lay.1994). Metode
pengecatan
pertama
kali
ditemukan
oleh
seorang
ahli
bioteknologi dari Denmark yang bernama Christian Gram pada tahun 1884. Menemukan metode pewarnaan secara tidak sengaja. Dengan metode ini. Bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua yatu, bakteri gram positif dan bakteri gram negative. Yang didasarkan dari reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp. Pewarnaan gram merupakan pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi. Pewarnaan itu merupakan tahap penting dalam pencirian dan identifikasi bakteri (Lay,1994) Pewarnaan gram memberikan hasil yang baik, bila digunakan biakan segar yang berumur 24-48 jam. Bila digunakan biakan tua, terdapat kemungkinan penyimpanan hasil pewarnaan gram. Pada biakan tua, banyak sel mengalami kerusakan pada dinding-dinding selnya. Kerusakan pada dinding sel ini menyebabkan zat warna dapat keluar sewaktu dicuci dengan lartan pemucat. Ini berarti bahwa bakteri gram positif dengan dinding sel yang rusak tidak lagi dapat memertahankan crystal violet sehingga terlihat sebagai bakteri gram negatif (Lay,1994)
8
Ciri-ciri gram negative: -
Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10-45mm, berlapis tiga atau multi layer Dinding slnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan terdapat dalam lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit 10% dari berat kering, tidak mengandung asam laktat.
-
Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
-
Tidak resisten terhadap gangguan fisik Ciri-ciri bakteri gram positif:
-
Struktur dindingnya tebal
-
Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal
-
Bersifat lebih rentan terhadap senyawa penisilin
-
Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu Kristal
-
Komposisi yang dibutuhkan lebih rumit
-
Lebih resisten terhadap gangguan fisik. Pengecatan gram dilakukan dalam 4 tahap. Yaitu a. Pemberian cat warna utama (cairan Kristal violet) berwarna ungu b. Pengintensifan cat warna dengan penambahan larutan mordan c. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alcohol asam d. Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin Banyak seenyawa organic berwarna (zat warna) digunakan untuk mewarnai
mikroorganisme
untuk
pemeriksaan
mikroskopis
dan
dikembangkan prosedur pewarnaan gram untuk : -
Mengamati dengan baik morfologi mikroorganisme secara kasar
-
Mengidentifikasi bagian-bagian structural sel mikroorganisme
-
Membantu mengidentifikasi atau membedakan organisme yang serupa
telah
9
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 3.1.Waktu dan Tempat Praktikum mikrobiologi mengenai pewarnaan dan cara-cara pewarnaan yang dilaksanakan hari Rabu, 6 April 2011 pukul 10.00-12.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman Samarinda. 3.2. Alat dan Bahan 3.2.1. Alat-alat -
Mikroskop
-
Jarum ose
-
Cawan petri
-
Bunsen
-
Kapas
-
Pipet tetes
-
Botol
-
Beaker gelas
-
Gelas piala
-
Cover glass
-
Kertas saring
-
Pinset
-
Objek glass
-
Gunting 3.2.2. Bahan-bahan
-
Alkohol 95%
-
Aquades
-
Carbol Fuchsin
-
Crystal Violet
-
Nigrosin
-
Tinta cina
10
-
Malachite green
-
Lugol’s iodida
-
Safranin
-
Tisu
-
Alkohol 70%
-
Biakan murni bakteri 3.3. Cara Kerja 3.3.1. Pewarnaan Sederhana
1.
Dibersihkan preparat glass dengan alkohol 70% kemudian difiksasi di atas bunsen
2.
Dipijarkan jarum ose kemudian dicelupkan ke aquades dan diberi juga sedikit aquades pada preparat glass menggunakan jarum ose
3.
Dipijarkan lagi jarum ose dan diambil bakteri dari media lalu diratakkan di atas preparat glass
4.
Dikeringkan dan dianginkan preparatnya
5.
Diteteskan larutan zat warna crystal violet sebanyak 1 atau 2 tetes
6.
Dikeringkan dan dianginkan selama 1 menit
7.
Dicuci dengan air mengalir
8.
Dikeringkan preparat dengan dianginkan, dan
9.
Diamati dibawah mikroskop karakteristik dan bentuk bakteri 3.3.2 Pewarnaan Negatif
1.
Dibersihkan preparat glass dengan alkohol 70% kemudian difiksasi di atas bunsen
2.
Dipijarkan jarum ose kemudian dicelupkan ke aquades dan diberi juga sedikit aquades pada preparat glass menggunakan jarum ose
3.
Dipijarkan lagi jarum ose dan diambil bakteri dari media lalu diratakkan di atas preparat glass
4.
Dikeringkan dan dianginkan preparatnya
5.
Diteteskan larutan zat warna tinta cina 1 tetes
6.
Dikeringkan dan dianginkan preparatnya
7.
Dicuci dengan air mengalir
8.
Dikeringkan preparat dengan dianginkan, dan
11
9.
Diamati dibawah mikroskop 3.3.3 Pewarnaan Gram
1.
Dibersihkan preparat glass dengan alkohol 70% kemudian difiksasi di atas bunsen
2.
Dipijarkan jarum ose kemudian dicelupkan ke aquades dan diberi juga sedikit aquades pada preparat glass menggunakan jarum ose
3.
Dipijarkan lagi jarum ose dan diambil bakteri dari media lalu diratakkan di atas preparat glass
4.
Dikeringkan dan dianginkan preparatnya
5.
Diteteskan larutan zat warna crystal violet 2-3 tetes dan didiamkan selama 1 menit
6.
Dikeringkan dan dianginkan preparatnya
7.
Dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan
8.
Diteteskan dengan larutan Lugol dan dibiarkan selama 1 menit lalu dicuci dengan air mengalir dan diangin keringkan
9.
Kemudian dicuci dengan dengan alkohol 95% selama 30 detik, lalu dicuci dengan air mengalir dan dikering anginkan
10. Diberi larutan basic fuchsin atau safranin selama 2 menit 11. Dicuci dengan air mengalir dan dikering anginkan 12. Diamati dibawah mikroskop
12
3.3.4 Pewarnaan Spora 1.
Dibersihkan preparat glass dengan alkohol 70% kemudian difiksasi di atas bunsen
2.
Dipijarkan jarum ose kemudian dicelupkan ke aquades dan diberi juga sedikit aquades pada preparat glass menggunakan jarum ose
3.
Dipijarkan lagi jarum ose dan diambil bakteri dari media lalu diratakkan di atas preparat glass
4.
Ditutup dengan kertas saring
5.
Diteteskan malachite green kemudian difiksasi
6.
Didiamkan selama 5 menit dan dibuang kertas saring
7.
Dibilas dengan air mengalir dan kemudian dianginkan
8.
Diteteskan safranin dan dikeringkan tanpa fiksasi
9.
Diamati dibawah mikroskop
13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1. Tabel hasil pengamatan pewarnaan No. 1.
2.
3.
4.
Teknik Pewarnaan
Pengamatan
Pewarnaan Sederhana
Keterangan : ·
Perbesaran 400
·
Berwarna Ungu
·
Berbentuk basil
Pewarnaan Negatif
Keterangan : ·
Perbesaran 400
·
Berwarna Kuning
·
Berbentuk coccus
Pewarnaan Gram
Keterangan : ·
Perbesaran 400
·
Berwarna Merah
·
Berbentuk basil
·
Gram negatif
Pewarnaan Spora
Keterangan : ·
Perbesaran 400
·
Berwarna Merah
·
Berbentuk coccus
4.2 Pembahasan Pewarnaan sederhana yaitu pewarnaan dengan menggunakan satumacam zat warna dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel bakteri dan untuk mengetahui morfologi dan susunan selnya . pewarnaan ini dapat menggunakan pewarnaan basa pasda umumnya antara lain kristal violet , metylen blue , karbol , fuchsin , dan safranin(lay ,1994).
14
Pewarnaan negatif yaitu pewarnaan yang ditujukan terhadap bakteri yang sulit diwarnai, dimana bakterinya tidak diwarnai melainkan latar belakangnya, metode pewarnaan negatif merupakan suatu metode perwarnaan umum, dimana digunakan larutan zat warna yang tidak meresap ke dalam sel-sel bakteri melainkan melatar belakangi sehingga kelihatan atau nampak sebagai bentukbentuk kosong tak berwarna(negatif) (Lay.1994). Pewarnaan gram merupakan pewarnaan yang digunakan untuk mengelompokan bakteri gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna crystal violet dan akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat warna crystal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat pewarna air fucsin atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan zat warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya. Pewarna yang digunakan dalam pewarnaan gram antara lain : crystal violet, alkohol, safranin, dan iodine (Lay.1994). Pewarnaan spora merupakan pewarnaan dengan menggunakan malachite green dan safranin, yang dalam hasil pewarnaannya akan muncul warna hijau pada sporanya, serta warna merah pada sel vegetatifnya yaitu pada
Bacillus subtitulis (Lay.1994). Prinsip pewarnaan sederhana didasarkan pada zat warna yang digunakan hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam bahan pelarut yang merupakan suatu cara yang cepat untuk melihat morfologi bakteri secara umum(Dwidjoseputro.1998). Prinsip pewarnaan negatif yaitu suatu metode pewarnaan tidak langsung dimana digunakan larutan zat warna yang tidak meresap kedalam sel bakteru melainkan ke dalam latar belakangnya (Lay.1994) Prinsip pewarnaan gram didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri ; sehingga menyebabkan perbedaan reaksi dengan permeabilitas zat warna dan penambahan larutan pencuci (Dwidjoseputro.1998). Prinsip
pewarnaan
spora
yaitu
suatu
metode
pewarnaan
yang
menggunakan malachite green dan safranin, yang dalam hasilnya pewarnaan
15
akan muncul warna hijau pada sporanya dan warna merah pada sel vegetatifnya (Lay.1994) Fuchsin carbon, merupakan campuaran fuchsin fenol dan dasar yang digunakan dalam prosedur pewarnaan bakteri. Hal ini umumnya digunakan dalam pewarnaan mikrobkateria karena memiliki ketertarikan untuk asam mycolic yang ditemukan di dinding sel mikroba, carbol fuchsin juga digunakan sebagai antiseptik tropikal (Lay,1994) Crystal violet atau ungu gentian adalah pewarna triarylmethane. Pewarna ini digunakan sebagai histologis noda dalam metode gram klasifikasi bakteri. Crystal violet memiliki sifat sifat anti bakteri, jamur dan obat cacing, dan sebelumnya penting sebagai antiseptik topikal (Sutedjo,1991). Nigrosin adalah campuran dari pewarna sintesis hitam yang dibuat dengan memanaskan campuran nirobenzena, anilin, dan hidroklorida. Industri utamanya adalah sebagai pewarna untuk lak, pernis, dan tinta penanda pena. Didalam biologi, nigrosin digunakan untuk pewarnaan negatif bakteri. Bentuk dan organisme yang terlihat sebagai warna bebas menguraikan terhadap latar belakang gelap. Keuntungan dari menggunakan metode ini daripada noda positif biasa seperti fuchsin, metilen blue, atau carbol, ialah bahwa fiksasi sebelumnya oleh panas atau alkohol
tidak diperlukan sehingga organisme terlihat.
Selain itu pewarnaan negatif dengan nigrosin dapat mengungkapkan beberapa mikroorganisme yang tidak dapat diwarnai dengan metode biasa. Lugol’s yodium, juga dikenal sebagai solusi lugol, merupakan solusi dari iodium dan iodida dalam air. Larutan yodium lugol digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan, dan untuk desinfikasi darurat air minum, dan sebagai reagen untuk deteksi pasti di dalam laboratorium, pewarnaan dan tes medis (Dwidjoseputro.1998). Safranin dalah noda biologis yang digunakan dalam histologi dan sitologi. Safranin digunakan sebagai conterstain dalam beberapa protokol pewarnaan. Mewarnai seluruhinti sel darah merah. Ini adalah counterstain klasik dalam gram stain. Hal ini juga dapat digunakan untuk deteksi tulang rawan, musin dan butiran sel mast. Safranin biasanya memilki struktur kimia. Ada juga trimetil safranin kedua senyawa berperilaku dasarnya identik dan aplikasi pewarnaan
16
biologi dan kebanyakan prosedur safranin tidak membedakan diantara keduanya. Persiapan safranin komersial sering mengandung campuran dari kedua jenis. Safranin
juga
digunakan
sebagai
indikator
redok
dalam
kimia
analitik
(Sutedjo,1991) Fiksasi adalah suatu metode persiapan untuk menyiapkan suatu sampel agar tampak realistik dengan menggunakan grutaldehid dengan proses pemabakaran. Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri dan melekatkan sel bakteri pada objek glass tanpa merusak struktur selnya (Lay,1994). Menurut hasil pengamatan, pada pewarnaan sederhana dikemukakan bakteri dengan bentuk basil dan berwarna ungu dalam pembesaran 400. Pada pewarnaan negatif, tidak ditemukan terlalu banyak bakteri, ditemukan bakteri dengan bentuk coccus dan pewarnaan negatif mewarnai belakangnya berwarna biru gelap dan bakteri berwarna kuning. Pada pewarnaan gram ditemukan bakteri jenis gram negatif dengan warna merah dan memiliki bentuk basil pada perbesaran mikroskop hingga 400. Sedangkan, pada perwarnaan spora yang menggunakan malachite green dan safranin, spora seharusnya berwarna hijau, tetapi pada hasil pengamatan yang terlihat hanya warna merah dari safranin, yaitu sel vegetatifnya dengan bentuk coccus pada perbesaran 400 di mikroskop. Beberapa faktor kesalahan pada praktikum antara lain pemberian zat warna yang berlebihan sehingga sel bakteri tidak nampak, kurang maksimalnya dalam proses fiksasi sehingga masih ada bakteri yang belum mati, dan faktor yang lain adalah pada proses pencucian terlalu deras dalam membilas zat warna dengan air sehingga dapat menyebabkan bakteri larut terbawa air
17
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari percobaan pewarnaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan : -
Pewarnaan bakteri dipengaruhi faktor-faktor antara lain fiksasi, pelunturan warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup
-
Perbedaan pada garam negatif dan gram positif terletak pada warnanya pada gram positif berwarna ungu kareana dapat mempertahankan zat pewarna kristal violet serta perbadaan terjadi pada dinding selnya
-
Macam-macam pewarnaan anatara lain : pewarnaan sederhana,pewarnaan differensial,pewarnaan spora dan perwarnaan kapsul
-
Larutan zat warna yang digunakan pada percobaan perwarnaan antara lain : alkohol, carbol fuchsin, crystal violet, nigrosin, malachite green, lugol’s iodida, dan safranin. 5.2 Saran Sebaiknya pada praktikum dilakukan percobaab yang lain seperti pewarnaan kapsul, basil tahan asam, dan perwarnaan fulton, diharapkan dengan mempelajari berbagai macam metode pewarnaan lebih banyak mengenai tentang
proses
dan
metode
pewarnaan.
18
DAFTAR PUSTAKA Dwidjoseputro, Hadiutomo. Lay,
D.1998.Dasar-Dasar 1990.
Mikrobiologi
Bibiana.W.1994.Analisis
Sutedjo,
Mul
Mikrobiologi, Dasar
Mikroba
di
Mulyani.1991.Mikrobiologi
Jilid
Malang I.
:
Jakarta:
Laboratorium.Jakarta Tanah.Jakarta
Waluyo, lud. 2004. Mikrobiologi Umum.Malang : UMM Press
Djambatan
:
Erlangga :
Rajawali
Rineka
Cipta
19
Sumber : By Ita Trie Wahyuni, 2012, http://itatrie.blogspot.co.id/2012/10/laporan-mikrobiologipewarnaan.html (02/10/2012, jam 18.52)\
20
BIODATA Nama: Khairunnisa Arrachman Tempat, Tanggal Lahir: Bandung, 24 Maret 1997 Alamat: Dukuhturi, Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah Pendidikan: SD: SD Islam Ta’allumul Huda (2009) SMP: SMP BU Nahdlatul Ulama (2012) SMA: SMK Semesta PK. Anailis Kesehatan (2015) PT: Analis Kesehatan D4 Unimus (2015 – sekarang) Hobi: Berenang Nama Ayah: Abdul Rachman Pekerjaan: Tentara Nama Ibu: Ramini Pekerjaan: Bidan
Semarang, 04 Maret 2016 Hormat Kami,
Khairunnisa Arrchman