MODEL PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT EUCHEUMA

Download Cottonii DI KECAMATAN BUMIRAYA KABUPATEN MOROWALI. Erviana Laili ... memanfaatkan kawasan perairan pantai dan .... analisis kebijakan pen...

0 downloads 619 Views 359KB Size
MODEL PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT Eucheuma Cottonii DI KECAMATAN BUMIRAYA KABUPATEN MOROWALI Erviana Laili Widyasari1, A.Masyahoro dan Zakirah Raihani Ya’la2 1

[email protected] (Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu-Ilmu Pertanian. Pascasarjana Universitas Tadulako) 2 (Dosen Program Studi MagisterIlmu-Ilmu Pertanian Pascasarjana Universitas Tadulako)

Abstract This research, generally, aims at investigating the structure and the characteristic of model sytem in responding the potency of seaweed cultivation and formulating some alternative of policy in expanding seaweed cultivation to increase the cultivators prosperity and the local income. The validation test result to the model system of seaweed cultivation showed that the model was statiscally accepted. The test consisted of the Absolute Mean Error (AME) which P = 0,077 (P < 0.10), Absolute Variation Error (AVE) which P = 0.043 (P < 0.10), Durbin Watson (DW-test) which the value 1.92 and Kalman Filter (KF) which the value 0.313 (KF < 0.50). The Analysis Hierarchy Process (AHP) result showed that it is needed the expansion of seaweed cultivation which the feasibility value showed that B/C ratio is 2.67 and the number of priority vector is 0.45, it means that 45 % opinions support the expansion of seaweed cultivation in the investigating area. This case is also supported by the result of financial analysis, which the indicator value of B/C ratio is 1.15 and the IRR value is 79.06 %., it means that the business of seaweed cultivation is beneficial and suitable for it being expanded. Keywords: The model development, analysis of the process of hierarchy, a strategy development,cultivating seaweed Rumput laut merupakan salah satu jenis lahan yang ada dengan total produksi sebesar komoditas unggulan perikanan budidaya 410.570 ton basah. dengan nilai ekonomi yang kompetitif baik Penetapan rumput laut sebagai salah di pasar domestik maupun pasar luar negeri. satu komoditas unggulan strategis perikanan Hal ini karena selain sebagai bahan makanan budidaya di Propinsi Sulawesi Tengah, yang juga disebabkan oleh penyebaran didasarkan pada beberapa kelebihan yang diversifikasi produk rumput laut, juga dimilikinya dibanding dengan komoditas memiliki berbagai kegunaan. Usaha budidaya lainnya (Dinas Kelautan dan Perikanan rumput laut tidak hanya sumber devisa bagi Provinsi Sulawesi Tengah, 2010). Mengingat negara, dan pendapatan pembudidaya, dapat besarnya peran rumput laut maka sudah menyerap tenaga kerja, tetapi juga mampu seharusnya usaha budidaya rumput laut dapat memanfaatkan kawasan perairan pantai dan di kembangkan di Propinsi Sulawesi Tengah. kepulauan Indonesia yang sangat potensial. Rumput laut sebagai komoditas Dasar hukum dalam mendorong perikanan yang cukup menjanjikan dengan kegiatan pengembangan usaha perikanan beberapa keunggulan, itu antara lain (a) budidaya laut maka pemerintah telah teknologi budidaya yang cukup sederhana (b) mengeluarkan Keppres NO.23 tahun 1982 pengadaan bibit yang relative mudah dengan tentang pengembangan Budidaya Laut di masa pembibitan 30-35 hari per siklus panen perairan Indonesia. Potensi lahan untuk (c) waktu pemeliharaan relatif singkat (45 budidaya rumput laut di Indonesia sekitar 1,2 hari), (d) produk turunan yang beragam juta hektar, dengan luas pemanfaatan baru dalam berbagai aspek kebutuhan manusia, (e) mencapai 26.700 ha (2,2 %) dari luas potensi dapat menyentuh langsung kehidupan masyarakat,masih luasnya potensi wilayah

63

64 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 63-71

untuk dikembangkan, (f) model usaha dapat dilakukan melalui usaha skala kecil, menengah sampai skala industry, (g) membuka kesempatan kerja, (h) mendukung pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional serta dapat m,eningkatkan kesejahteraan masyarakat (Dahuri, 2003). Produksi rumput laut dalam 3 tahun terakhir ini cenderung menurun bila dibandingkan dengan periode 5 tahun sebelumnya. Menurunnya produksi rumput laut tersebut terutama disebabkan karena pemanfaatan lahan budidaya yang belum optimal, adopsi teknologi budidaya oleh pembudidaya yang relatif rendah, pengadaan bibit yang kurang selektif, menurunnya minat pembudidaya karena tidak stabilnya penetapan harga rumput laut, masih adanya praktek pemanfaatan lahan perairan yang tidak ramah lingkungan yang berdampak pada menurunnya kondisi ekologi perairan, seperti rusaknya ekosistem terumbu karang, terjadinya pencemaran baik secara insitu maupun yang berasal dari aktivitas berbagai daratan berupa limbah rumah tangga dan limbah buangan lainnya melalui muara sungai yang berada di kawasan budidaya. Keadaan tersebut dapat memicu timbulnya penyakit ice-ice yang dapat menghambat pertumbuhan bahkan mematikan thallusthallus rumput laut. Pengembangan pemanfaatan potensi sumberdaya perairan pantai di wilayah Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali diarahkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dengan tetap memperhankan aspek kelestarian sumberdaya secara berkelanjutan, efektif, efisien dan optimal. Berkaitan dengan hal itu, secara konseptual kegiatan budidaya rumput laut harus dikembangkan berdasarkan unsur-unsur yang mendukung meliputi lingkungan, teknologi, infrastruktur, asset sosial budaya masyarakat dan sumberdaya masyarakat. Wilayah pesisir pantai Desa Bahonsuai Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali

ISSN: 2089-8630

adalah salah satu wilayah yang memiliki potensi sumberdaya perairan laut untuk pengembangan usaha dibidang perikanan (perikanan budidaya dan tangkap). Salah satu potensi sumberdaya perikanan yang sementara dibudidayakan adalah budidaya rumput laut Eucheuma cottonii. Perkembangan teknik budidaya rumput laut dewasa ini semakin pesat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun di Desa Bahonsuai budidaya rumput laut masih dilakukan secara tradisional. Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat adopsi teknologi dan kemampuan modal yang dimiliki pembudidaya. Konflik internal di antara para pembudidaya yang sering terjadi dalam hal pemanfaatan lokasi budidaya rumput laut, harus menjadi prioritas pemerintah dan masyarakat setempat untuk diselesaikan secara arif, bijaksana dan profesional. Dalam upaya memaksimalkan produksi rumput laut maka diperlukan suatu kajian dari aspek ekologis untuk kesesuaian lahan, daya dukung hingga strategi pengelolaannya dan pengembangannya. Pendekatan sistem melalui penyusunan model pengembangan budidaya rumput laut juga merupakan salah satu metode alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi rumput laut di daerah tersebut. Melalui proses pendekatan dan penyusunan model pengembangan maka akan dapat dihasilkan model sistem pengembangan budidaya rumput laut sebagai salah satu model dasar dalam budidaya rumput laut di Desa Bahonsuai, Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali. Dengan demikian, diharapkan dapat mengatasi berbagai persoalan pengelolaan di kawasan tersebut.

Erviana Laili Widyasari, dkk. Model Pengembangan Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii …………………65

METODE Penelitian dilaksanakan di Desa Bahonsuai Kecamatan Bumi Raya, Kabupaten Morowali, Propinsi Sulawesi Tengah. Penelitian dilaksanakan pada bulan September s/d November 2014. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut jenis Eucheuma cottonii yang di peroleh dari perairan sekitar lokasi penelitian. Selanjutnya alat-alat yang digunakan untuk membantu pelaksanaan penelitian adalah tali ris dari bahan nilon, tali raffia, jangkar, timbangan, perahu serta alat-alat pengukur parameter fisika, kimia dan biologi perairan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan permodelan sistem yang didasarkan pada analisis produksi rumput laut, analisis finansial dan analisis kebijakan pengembangan budidaya rumput laut melalui Analitical hierarchi process (AHP). Produksi rumput laut dianalisis dengan menggunakan multivariat melalui teknik analisis regresi berganda. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi fluktuasi produksi rumput laut baik secara simultan maupun secara parsial berdasarkan besarnya nilai koefisien determinasi (R2). Selanjutnya dari analisis ini akan diketahui seberapa besar pengaruh dari faktor-faktor produksi sebagai variabel independent terhadap besarnya produksi rumput laut sebagai variabel independent. Selain itu, dari analisis ini juga diketahui seberapa erat keterkaitan antara variabel independent dengan variebel dependent dengan melihat nilai koefisien korelasi keduanya (r). Model matematik dari regresi linear berganda yang digunakan adalah: Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+..bXn+e………( 1 ) Dimana: Y= nilai produksi rumput laut (Kg); b0 = nilai titik potong (intersept);

X1 = berat bibit rumput laut yang ditanam (g); X2 = jarak tanam bibit rumput laut (cm); X3 = kedalaman tanam (cm); X4 = banyaknya bentangan tali (unit); e = kesalahan penganggu / stokastik Analisis Finansial Dalam menilai kelayakan finansial digunakan 5 (lima) kriteria investasi yang penting, yaitu Perkiraan Cash Flow, Net Present Value (NPV), Net Benefit - Cost Ratio,Internal Rate of Return (IRR), Payback Period, dan Analisis Sensitivitas Pasar. a. Perkiraan cash flow Usaha perhitungan laba rugi setiap unit usaha budidaya rumput laut bertujuan untuk mengetahui kecenderungan peningkatan atau pengurangan keuntungan yang diperoleh untuk setiap tahun. Perhitungan ini didasarkan pada beberapa variabel ekonomi, yaitu produksi, jenis biaya (biaya tetap dan tidak tetap) yang pada akhirnya akan diperoleh laba bersih setelah dikeluarkan PPH dan PPN sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b. Net present value (NPV) NPV menyatakan nilai bersih investasi saat ini yang diperoleh dari selisih antara nilai investasi sekarang dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang, setelah memperhitungkan discount factor. Suatu usaha dapat dinyatakan bermanfaat untuk dilaksanakan bila NPV 0. Jika NPV = 0 berarti usaha dapat mengembalikan sebesar opportunity cost of capital. Jika NPV< 0, maka usaha ditolak atau usaha tidak dapat dilaksanakan, berarti ada penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk sumbersumber yang diperlukan usaha (Kadariah et al. 1999). Rumus untuk menghitung NPV adalah: n ( B  Ct ) NPV   t ......................... ( 2 ) t t 1 (1  i )

66 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 63-71

Keterangan : Bt= Benefitdari suatu usaha pada tahun ke-t; Ct= Biaya dari usaha pada tahun ke-t; n= Umur teknik usaha; i= Tingkat suku bunga yang berlaku.

ISSN: 2089-8630

dilaksanakan atau tidak, bergantung pada investor (Kadariah et al.,1999). B/C dapat dihitung dengan rumus: B C  (1  i) B  C   0 n

t

Net  B / C  ratio 

t 1 n

PVP  D f N  D f P IRR  D f P   PVP  PVN   ……….

(3)

Keterangan: Df P=Discount factor yang menghasilkan present value positif; Df N=Discount factor yang menghasilkan present value negatif; PVP=Present value positif PVN= Present value negatif. Kriteria kelayakannya adalah: Jika nilai IRR>i, maka investasi layak untuk dilaksanakan dan Jika nilai IRR 1 berarti usaha dapat dilaksanakan, sebaliknya kalau nilai B/C< 1 berarti usaha tidak dapat dilaksanakan, dan jika B/C = 1 maka keputusan usaha

t

t

C B  (1  i) B  C   0 … (4) t

Kriteria kelayakannya adalah: Jika nilai NPV = 0 berarti investasi layak untuk dilaksanakan dan Jika nilai NPV< 0 maka investasi rugi atau tidak layak untuk dilaksanakan. c. Internal rate of return (IRR) IRR menunjukkan tingkat bunga pada saat jumlah penerimaan sama dengan jumlah pengeluaran atau tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV = 0. Jika nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku maka suatu usaha dapat dilaksanakan dan sebaliknya usaha tidak dapat dilaksanakan jika nilai lRR lebih kecil dari tingkat suku bunga. IRR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

t t

t 1

t t

t

t

Kriteria: Jika nilai B/C> 1, berarti investasi layak untuk dilaksanakan Jika nilai B/C< 1, maka investasi tidak layak untuk, dilaksanakan dan Jika nilai B/C = 1, maka keputusan pelaksanaan tergantung pada investor. e. Profitabiliy ratio (PR) Profitabiliy ratio adalah perbandingan antara present value dari net benefit (PV benefit di luar investasi) dengan present value dari investasi (PV Investasi). Cara perhitungannya adalah: .......(5) f. Payback period Payback period merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan melalui arus kas yang diperoleh. Semakin cepat pengembalian investasi, maka semakin baik untuk diusahakan. Metode ini tidak memasukkan unsur nilai uang di dalam perhitungannya. Periode pengembaliannya diartikan sebagai banyaknya periode (tahun) yang dipakai untuk menutupi pengeluaran investasi yang dilakukan. h. Analisis sensitivitas Analisis Sensitivitas atau analisis kepekaan bertujuan untuk mengukur dampak atau tingkat kelayakan suatu usaha, akibat adanya perubahan variabel penting dalam usaha tersebut. Dalam perhitungan ini analisis sensitivitas ditujukan untuk mengukur tingkat kelayakan usaha budidaya rumput laut. Jika diasusmsikan terjadi perubahan harga salah satu komponen utama setiap tahunnya, sedangkan penerimaan dan investasi awal dianggap tetap. Perhitungan ini didasarkan pada hasil perhitungan NPV,

Erviana Laili Widyasari, dkk. Model Pengembangan Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii …………………67

Net B/C, IRR, sebagainya

Payback

Period,

dan

Analisis kebijakan pengembangan budidaya rumput laut Analsisi kebijakan pengembangan dilakukan untuk menentukan alternatif kebijakan yang sesuai untuk pengembangan usaha budidaya rumput laut di Desa Bahonsuai, Kecamatan Bumi Raya. Analisis yang digunakan adalah analytical hierarchi process (AHP) (Saaty, 1993). Langkah pertama yang dilakukan dalam AHP berupa penyusunan hierarki dan selanjutnya adalah penempatan faktor-faktor prioritas melalui pembandingan berpasangan Pengisian nilai matriks pembandingan berpasangan digunakan bilangan yang menggambarkan tingkat pentingnya suatu elemen dengan elemen yang lain dengan nilai kisaran 1 – 9. HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Rumput Laut Euchema cottonii Sebelum dilakukan analisis produksi rumput laut terlebih dahulu mengidentifikasi semua faktor-faktor produksi yang terlibat dalam unit pengembangan budidaya rumput laut. Faktor-faktor tersebut merupakan variabel bebas (independent variable) dan produksi rumput laut sebagai variabel tidak bebas (dependent variable). Kedua variabel tersebut dituangkan dalam model fungsi matematik, yaitu Y = f (X1, X2, X3, . . . , Xn) di mana Y adalah variabel respons dan X adalah variabel penjelas. Model tersebut selanjutnya diproyeksikan dalam model Regresi Linear Berganda. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda terlihat bahwa semua variabel penjelas (independent variable) tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap variabel respon produksi rumput laut (dependent variable). Demikian halnya berdasarkan hasil analisis regresi linear sederhana secara parsial keempat variabel

penjelas (X1= berat bibit; X2= jarak tanam; X3= kedalaman tanam dan X4= banyaknya bentangan tali) juga tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap variabel respon produksi rumput laut (dependent variable). Walaupun secara simultan variabel penjelas tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) tetapi pengunaan model regresi linear berganda ini cukup sesuai yang ditandai dengan besarnya nilai koefisien determinasi (R2 = 79,20%) dan niai koefisien korelasi (r = 89,00%). Selanjutnya melalui analisis secara parsial dengan menggunakan regresi linear sederhana kesemua variabel penjelas tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) yang juga ditandai dengan nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai koefisien korelasi (r) keempat variabel penjelas tersebut lebih kecil dari 60%. Hal ini dapat diartikan bahwa penggunaan model regresi linear sederhana dalam analisis ini kurang sesuai. Tidak adanya pengaruh keempat variabel penjelas tersebut baik secara simultan maupun secara parsial lebih disebabkan oleh kurang bervariasinya nilainilai pada kesemua variabel penjelas tersebut. Selain itu juga disebabkan oleh banyaknya data pada setiap variabel penjelas dan variabel respon belum memenuhi syarat minimal untuk analisis regresi yaitu n ≥ 30 seperti yang disarankan oleh Gauss dalam Walpole (2001). Analisis Permodelan Sistem Tahap Seleksi Konsep Konsep yang layak dalam pengembangan budidaya rumput laut didasarkan pada aspek bioteknososionomi. Pengembangan dari aspek biologi difokuskan pada proses pendugaan besarnya produksi rumput laut yang didasarkan pada informasi data produksi hasil budidya tahunan dan unit usaha pengembangan per tahun.

68 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 63-71

Formulasi Model Model yang dibangun dalam kerangka sistem pengembangan budidaya rumput laut sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan mencakup, Strukturisasi dan Diagram Alir Model Sistem Pengembangan Budidya Rumput Laut (SPBRL). Pengembangan model ini didasarkan pada kriteria biologi, teknologi, sosial dan ekonomi. Berdasarkan pemahaman dan pengkajian yang mendalam terhadap model tersebut, maka ditetapkan bahwa model sistem pengembangan budidaya rumput laut merupakan model yang bersifat dinamik. Analisis simulasi sistem pengembangan budidaya rumput laut (PBRL) Diagram alir model SPBRL (Gambar 1) dan data hasil perhitungan elemen level dan konstanta dalam model SPBRL sebagai nilai awal dalam penentuan simulasi tertera pada Tabel 1. Nilai konstanta tersebut diharapkan saling sinergis dalam memberikan respon terhadap output model.

ISSN: 2089-8630

Gambar 1: Diagram Alir Model Sistem Pengembangan Budidaya Rumput Laut Tabel 2. Hasil Simulasi Numerik Model SPBRL

Tabel 1. Hasil perhitungan beberapa elemen level dan konstanta model SPBRL

Berdasarkan diagram alir model tersebut, dinamika output model dapat diamati melalui penyajian grafik fungsi waktu (time graph). Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah output model tersebut menunjukkan kegagalan/kebablasan yang melampaui batas (failure/overshoot) (Gambar 2)

Erviana Laili Widyasari, dkk. Model Pengembangan Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii …………………69

Diskrepansi Utheil, Uji Durbin Watson (DW) dan Kalman Filter (KF) (Siswosudarmo dkk., 1994). Prosesi pengujian ini dilakukan dengan menggunakan fasilitas foto pada software Powersim dengan hasil pengujian seperti tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil pengujian struktur model SPBRL secara statistik

Gambar 2 : Kurva Hasil Simulasi Output model SPBRL selama 20 tahun Simulasi numerik model SPBRL selama 20 tahun (Tabel 2) dimaksudkan untuk mengetahui secara rinci dinamika perubahan output model dari setiap jalur waktu. Hasil simulasi prediksi 20 tahun kedepan menunjukkan bahwa produksi budidaya rumput laut sebesar 5,34 ton per tahun per hektar mengalami kenaikan yang relatif signifikan sampai pada 20 tahun berikutnya sebesar 7,54 ton per tahun per hektar dengan upaya budidaya 6 unit per tahun tetap konstan sampai pada 20 tahun berikutnya. Perolehan pendapatan pada simulasi ini juga mengalami peningkatan yang relatif signifikan dan bermakna secara periodik dari nilai Rp. 60.075.000 per tahun sampai dengan Rp. 81.408.381,4 per tahun per hektar setelah 20 tahun berikutnya. Uji validasi model Dalam metode berpikir sistem, teknik validasi hanya bersifat pelengkap dan biasanya hanya dilakukan pada struktur model, yaitu sejauh mana keserupaan struktur model mendekati struktur nyata. Ada dua jenis uji validasi, yaitu validasi struktur dan kinerja model. Proses pengujian ditujukan khusus pada kinerja/output model melalui pembandingan secara visual dan jika terjadi penyimpangan akan dilanjutkan dengan pengujian secara statistik dengan menghitung besarnya nilai galat rata-rata mutlak (AME), galat variasi mutlak (AVE), Koefisien

Nilai hitung galat rata-rata mutlak (AME) sebesar P = 0,077 (P<0,10) menunjukkan bahwa tidak terjadi penyimpangan yang berarti secara statistik antara nilai rata-rata simulasi terhadap aktual. Demikian halnya dengan nilai hitung galat variasi mutlak (AVE) sebesar P = 0,051 (P<0,10) yang bermakna bahwa tidak terjadi penyimpangan nilai variasi simulasi terhadap aktual. Nilai hitung Koefisien Utheil sebesar P = 0,041 (P<0,10) yang bermakna bahwa tidak terjadi penyimpangan yang berarti antara nilai simulasi dengan aktual. Nilai Uji

70 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 63-71

Durbin Watson (DW-test) sebesar 1,92 menunjukkan bahwa pola penyimpangan secara fluktuatif kurang tajam, sedangkan nilai Saringan Kalman (KF) sebesar 0,313 (KF<0,50) menunjukkan bahwa kesesuaian antara simulasi terhadap aktual sedikit di bawah aktual. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model tersebut telah lulus uji secara satistik. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Hasil uji validasi terhadap struktur model sistem pengembangan budidaya rumput laut (SPBRL) menunjukkan bahwa model tersebut telah lulus uji secara statistik. Uji yang telah dilakukan antara lain uji terhadap nilai hitung galat rata-rata mutlak (AME) dengan nilai P = 0,077 (P<0,10), galat variasi mutlak (AVE) dengan nilai P = 0,051 (P<0,10), Koefisien Utheil dengan nilai P = 0,043 (P<0,10), Uji Durbin Watson (DW-test) sebesar 1,92 dan nilai Saringan Kalman (KF) sebesar 0,313 (KF<0,50). Alternatif kebijakan pengembangan berupa penambahan jumlah unit pembudidayaan rumput laut dari jumlah sekarang yaitu 6 unit menjadi 23,67 (24) unit selama 20 tahun, peningkatan produksi hasil rumput laut melalui pengalokasian unit pembudidayaan yang optimal, pelarangan kegiatan pembudidayaan yang bersifat terbuka (open access) dalam upaya memberikan perlindungan bagi pembudidaya lokal, pelaksanaan penyuluhan dan latihan bagi para pembudidaya agar lebih memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam membudidayakan rumput laut, perbaikan kualitas manajemen internal usaha, pembentukan koperasi di setiap kecamatan yang dapat mendukung kesuksesan kegiatan operasi pembudidayaan rumput laut, membangun kemitraan dengan perbankan yang kondusif sebagai salah satu sumber investasi bagi pengembangan.

ISSN: 2089-8630

1. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda terlihat bahwa semua variabel penjelas tidak memberikan pengaruh nyata terhadap variabel respon produksi rumput laut. Demikian halnya berdasarkan hasil analisis regresi linear sederhana secara parsial keempat variabel penjelas (X1= berat bibit; X2= jarak tanam; X3= kedalaman tanam dan X4= banyaknya bentangan tali) juga tidak memberikan pengaruh nyata terhadap variabel respon produksi rumput laut . 2. Hasil proses hirarchy analisis (AHP) menunjukan bahwa perlu pengembangan usaha budidaya rumput laut (PHUBRL) dengan nilai kelayakan usaha yang menunjukan bahwa nilai B/C rasio 2,67 dan nilai jumlah vektor prioritas (JVP) sebesar 0,45 yang berarti bahwa 45% yang berpendapat mendukung pengembangan budidaya rumput laut di lokasi kajian. Hal tersebut juga diperkuat oleh hasil analisis finansial dengan indikator nilai B/C-Ratio sebesar 1.15 dan nilai sebesar IRR 79,06%. Hal ini berarti bahwa usaha pembudidayaan rumput laut ini cukup menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. 3. Keragaan model sistem pengembangan budidaya rumput laut (SPBRL) yang distrukturisasi berdasarkan kriteria biologi, teknologi, sosial dan ekonomi dinyatakan layak dan adaptif untuk diimplementasikan. Rekomendasi Perlunya penelitian lebih lanjut tentang model pengembangan budidaya rumput laut dengan penekanan pada perhitungan kelambatan pertumbuhan populasi rumput laut (delay time). Hal ini penting karena parameter tersebut dinilai cukup krusial dalam mempengaruhi kinerja model.

Erviana Laili Widyasari, dkk. Model Pengembangan Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii …………………71

DAFTAR RUJUKAN Andi

Parenrengi, Rachmansyah, Emma Suryati, 2010. Budidaya Rumput Laut. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan & Perikanan Kementrian Kelautan dan Perikanan RI. Andi Achmadi, 2011. Model Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Pada Berat dan Jarak Tanam Bibit Yang Berbeda di Perairan Teluk Palu, Kota Palu. Skripsi. Universitas Tadulako Anggradiredja,A. Zatnika, H.Purwanto, S.Istini 2008. Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta Aslan, L. 2003. Budidaya Rumput Laut. Edisi revisi. Kanisius, Yogyakarta .,1993. Sistem Dinamik. Pelatihan Analisis Sistem dan Informasi Pertanian. Kerjasama BPP TeknologiFakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor. 31 hal. Dahuri, R., 2000. Kebijaksanaan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan. Peisisir, Laut Dan Pulau-Pulau Kecil. Makala. Seminar Dan Kongres Kelautan Nasional KTT III. 15 Novenber. Lombok 40 hal. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah, 2010. Grand Strategy Pengembangan Budidaya Rumput Laut di Sulawesi Tengah. Palu Grant WE, Pedersen EK, Martin SL., 1997. Ecologi And Natural Resource Management: System Analysis And Simulation, John Wiley And Sons, Inc, New York. 373 p Kadariah, Lien Karlina dan Clive Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Masyahoro, 2011. Model Pertumbuhan Koloni Rumput Laut Euchema cottonii di Perairan Teluk Palu. J. Agrisains 12 (2). Fakultas Pertanian Universitas Tadulako Mulyono, 1996. Teori Pengambilan Keputusan. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. 245 hal. Nasenda, B.D dan A. Anwar, 1985. Program Linier dan Variasinya, PT. Gramedia Jakarta Saaty, T. L., 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Terjemahan Oleh Liana S. 1986. Decision Making For Leader: The Analitical Hierarchi Process For Decision Complex World. Edisi Bahasa Indonesia. (Terjemahan Oleh Ir. Liana S.). Pt. Pustaka Binama Pressindo, Jakarta. 270 hal. Siswosudarmo, M., E. Aminulla, B. Soesilo., 2001. Analisis Sistem Dinamis. Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi dan Manajemen. Penerbit UMJ PRESS. Jakarta. 415 hal. Sudjiharno, 2001. Teknologi Budidaya Rumput Laut Kappaphicus alvarezzi. Balai Budidaya, Lampung Tasrif., 1994. Kursus Analisis Kebijakan Menggunakan Sistem Dinamik. Pusat Penelitian Institut Teknologi Bandung. Bandung, 24-29 Januari 1994. Walpole, R.E., 2001. Pengantar Statistika. Edisi ke- 3. Gramedia. Jakarta.