MODERNISASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT

Download terutama kesehatan, juga melahirkan berbagai masalah sosial baru. ..... untuk mencari pengaruh Modernisasi Keluarga terhadap Penelantaran L...

0 downloads 532 Views 1MB Size
LAPORAN PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF

MODERNISASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PENELANTARAN LANSIA PADA KELUARGA DI KOTA SURABAYA

OLEH: Mukhammad Fatkhullah

(Ketua)

NIM. 071114035

Muhammad Alhada Fuadilah Habib

(Anggota) NIM. 071114030

Rafelita Nian Sari

(Anggota) NIM. 071114019

Okza Ryandani

(Anggota) NIM. 071114063

Citra Puspita

(Anggota) NIM. 071114073

Wildana Mahmuda

(Anggota) NIM. 071114082

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA 2013-2014

i http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir yang berupa laporan penelitian mata kuliah Metode Penelitian Kuantitatif tepat pada waktunya. Dalam laporan ini secara universal akan membahas tentang hubungan antara modernisasi keluarga terhadap tingkat penelantaran lansia di Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab dari adanya realitas penduduk lanjut usia yang terlantar di Indonesia yang menurut teori dari Ogburn diakibatkan karena faktor modernisasi keluarga. Laporan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pembaca sebagai bahan bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai hubungan antara modernisasi keluarga dengan tingkat penelantaran lansia, selain itu laporan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian-penelitian setelah ini terkait tema penelantaran lansia atau modernisasi keluarga. Berkat kerja keras dan kerjasama antar anggota kelompok, dosen bembimbing, dan juga pihak-pihak lain yang membantu dalam penelitian ini, akhirnya penelitian ini dapat selesai dan bisa dikatakan sukses sebagaimana yang diharapkan. Maka dari itu pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Sutinah, Ibu Tutik Budirahayu, dan juga kepada Bapak Septi Ariadi yang sudah membimbing kami untuk menyelesaikan penelitian ini dari awah hingga akhir. Berkat kerja keras dan kerjasama antar anggota kelompok mengantarkan pada keberhasilan penyusunan laporan ini. Namun, keberhasilan ini tidak luput dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak yang bersangkutan yang telah banyak membantu. Maka dari itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Drs. Ignatius Basis Susilo, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga; 2. Drs. Herwanto, MA. selaku Ketua Jurusan Sosiologi Universitas Airlangga;

ii

3. Khususnya

kepada

Ibu

Drs.

Sutinah,

M.Si.,;

Ibu

Dr.

Tuti

Budirahayu,Dra.,Msi; dan Drs. Septi Ariadi, MA. selaku dosen pembimbing yang tak henti-hentinya memberi kritikan serta masukan dalam proses pelaksanaan hingga penyusunan laporan penelitian sehingga laporan penelitian ini bisa terselesaikan dengan baik. Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna dalam penyusunan laporan penelitian ini. Oleh sebab itu, peneliti mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna kesempurnaan pembuatan laporan penelitian selanjutnya. Surabaya, 28 Desember 2013

Tim Penyusun

iii

ABSTRAK Dewasa ini setiap tahunnya jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan. Peningkatan jumlah lansia tersebut selain merupakan indikator keberhasilan pembangunan dibidang ekonomi dan terutama kesehatan, juga melahirkan berbagai masalah sosial baru. Masalah sosial tersebut diantaranya adalah meningkatnya jumlah lansia terlantar di Indonesia. Menurut teori dari Ogburn, meningkatnya jumlah penelantaran lasia tersebut diakibatkan karena semakin modernnya keluarga. Untuk menguji kembali kebenaran dari teori Ogburn tersebut, pada kesempatan kali ini akan dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara tingkat penelantaran lansia dengan modernisasi keluarga dengan judul ”Modernisasi dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Penelantaran Lansia pada Keluarga di Surabaya”. Penelitian menggunakan pendekatan positivistik, dengan populasi yaitu mahasiswa FISIP UNAIR yang memiliki lansia, kemudian teknik penarikan sampel menggunakan teknik purpousive cluster sampling, dan menggunakan analisis statistik product moment. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara modernisasi keluarga (X) dengan tingkat penelantaran lansia (Y) pada taraf signifikasi sebesar 0,05%, dan tingkat keeratan hubungannya antara ke2 variabel tersebut dapat dikatakan kuat/tinggi. Akan tetapi berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Orburn, arah hubungan antara modernisasi keluarga dan tingkat penelantaran lansia ditemukan bersifat “negatif”, dalam arti yaitu semakin tinggi tingkat modernisasi keluarga, maka semakin rendah tingkat penelantaran lansia. Keyword: Modernisasi, Penelantaran lansia, Keluarga

iv

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL............................................................................................. i KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii ABSTRAK ............................................................................................................ iv DAFTAR ISI ......................................................................................................... v DAFTAR TABEL ................................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix BAB 1 PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

1.2

Perumusan Masalah ................................................................................ 3

1.3

Hipotesis Penelitian ................................................................................ 3

1.4

Tujuan Penelitian .................................................................................... 5

1.5

Manfaat Penelitian .................................................................................. 6

1.6

Kerangka Teoritis.................................................................................... 6 1.6.1 Modernisasi dalam Konsepsi Ogburn ......................................... 6 1.6.2 Fungsi Keluarga dalam Konsepsi Friedman ............................... 8 1.6.3 Fungsi AGIL Talcott Parson ....................................................... 9 1.6.4 Definisi Operasional Variabel ..................................................... 10

1.7

Metodologi Penelitian ............................................................................. 12 1.7.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 12 1.7.2 Pendekatan Penelitian ................................................................. 13 1.7.3 Populasi dan Pengambilan Sampel ............................................. 13 1.7.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...................................... 14

v

1.7.5 Metode dan Teknik Analisis Data ............................................... 14 1.7.5.1 Validitas, Reliabilitas, dan Normalitas Data ................. 15 1.7.5.2 Analisis Statistik Paramtrik Product Moment............... 15 BAB 2 GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 2.1

Gambaran Umum Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNAIR ......... 17

2.2

Gambaran Program Studi Hubungan Internasional ................................ 19

2.3

Gambaran Program Studi Ilmu Politik ................................................... 20

2.4

Gambaran Program Studi Sosiologi........................................................ 21

2.5

Gambaran Program Studi Antropologi ................................................... 22

2.6

Gambaran Program Studi Komunikasi ................................................... 23

2.7

Gambaran Program Studi Pariwisata ..................................................... 24

2.8

Gambaran Program Studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan ................ 25

BAB 3 PEMAPARAN DATA 3.1

Jenis Kelamin ......................................................................................... 26

3.2

Usia Responden ...................................................................................... 26

3.3

Jurusan Responden.................................................................................. 27

3.4

Pekerjaan Ayah ....................................................................................... 28

3.5

Pekerjaan Ibu .......................................................................................... 28

3.6

Penghasilan Perbulan Keluarga .............................................................. 29

3.7

Pengeluaran Perbulan Keluarga .............................................................. 29

3.8

Beban Anak Keluarga Responden .......................................................... 30

3.9

Di Mana Lansia Tinggal ......................................................................... 31

3.10 Intensitas Kunjungan Lansia ................................................................... 31 3.11 Status Sosial Ekonomi ............................................................................ 32

vi

3.12 Modernisasi Keluarga ............................................................................. 33 3.13 Tingkat Penelantaran Lansia ................................................................... 33 BAB 4 REALITAS PENELANTARAN LANSIA 4.1

Validitas Instrumen ................................................................................ 35 4.1.1 Status Sosial Ekonomi ................................................................ 35 4.1.2 Modernisasi Keluarga ................................................................. 37 4.1.3 Tingkat Penelantaran Lansia ....................................................... 38

4.2

Reliabilitas Data ...................................................................................... 38

4.3

Normalitas Distribusi .............................................................................. 40

4.4

Pengaruh Modernisasi Keluarga Terhadap Penelantaran Lansia ............ 41

4.5

Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Penelantaran Lansia ........... 46

4.6

Perbedaan Tingkat Penelantaran Lansia pada Pria dan Wanita .............. 47

4.7

Pengaruh Beban Anak Terhadap Tingkat Penelantaran Lansia .............. 48

BAB 5 PENUTUP 5.1

Kesimpulan ............................................................................................ 49

5.2

Saran ....................................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... x LAMRIRAN Lampiran 1. Normalitas Distribusi Data ............................................................... xii Lampiran 2. Reliabilitas Data ............................................................................... xiii Lampiran 3. Korelasi Modernisasi dan Penelantaran Lansia ................................ xivi Lampiran 4. Korelasi Beban Anak dan Penelantaran Lansia ................................ xv Lampiran 5. Cross-tab Jenis Kelamin dan Penelantaran Lansia ........................... xv Lampiran 6. Harga Tabel A .................................................................................. xvi Lampiran 7. Harga Tabel R Product Moment....................................................... xvii Lampiran 8. Kuesioner Penelitian ......................................................................... xviii

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jenis Kelamin ........................................................................................ 26 Tabel 3.2 Usia Responden..................................................................................... 26 Tabel 3.3 Jurusan Responden ................................................................................ 27 Tabel 3.4 Pekerjaan Ayah ..................................................................................... 28 Tabel 3.5 Pekerjaan Ibu......................................................................................... 28 Tabel 3.6 Penghasilan Perbulan Keluarga ............................................................ 29 Tabel 3.7 Pengeluaran Perbulan Keluarga ............................................................ 29 Tabel 3.8 Beban Anak Keluarga Responden ........................................................ 30 Tabel 3.9 Di Mana Lansia Tinggal ....................................................................... 31 Tabel 3.10 Intensitas Kunjungan Lansia ............................................................... 31 Tabel 3.11 Status Sosial Ekonomi ........................................................................ 32 Tabel 3.12 Modernisasi Keluarga ......................................................................... 33 Tabel 3.13 Tingkat Penelantaran Lansia ............................................................... 33 Tabel 4.1.1 Validitas Status Sosial Ekonomi Keluarga ........................................ 35 Tabel 4.1.2 Validitas Modernisasi Keluarga ......................................................... 37 Tabel 4.1.3 Validitas Penelantaran Lansia ............................................................ 38 Tabel 4.2.1 Instrumen Pertanyaan Penelitian ........................................................ 39 Tabel 4.2.2 Reliabilitas Item Pertanyaan .............................................................. 39 Tabel 4.3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test .............................................. 41 Tabel 4.4.1 Korelasi Modernisasi Keluarga dan Penelantaran Lansia.................. 42 Tabel 4.4.2 Keeratan Hubungan............................................................................ 45 Tabel 4.5 Korelasi Status Sosial Ekonomi Keluarga dan Penelantaran Lansia .... 46 Tabel 4.6 Korelasi Jenis Kelamin dan Penelantaran Lansia ................................. 47 Tabel 4.7 Korelasi Beban Anak dan Penelantaran Lansia .................................... 48

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Hipotesis ................................................................................ 5 Gambar 1.2 Penduduk Lansia dan Modernisasi .................................................... 8 Gambar 2.1. Grafik Prodi Responden ................................................................... 19

ix

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini, akan dipaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, kerangka teoritis dan metode penelitian yang telah dilakukan untuk mencari pengaruh Modernisasi Keluarga terhadap Penelantaran Lansia di Surabaya. Pada bab ini juga, akan dipaparkan beberapa pelaksanaan yang tidak sesuai dengan proposal penelitian yang telah diajukan sebelumnya karena beberapa hal. 1.1

Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun terakhir, kecenderungan bertambahnya jumlah

penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia terlihat sangat signifikan. Hal ini dapat dipahami sebagai dampak dari semakin meningkatnya angka harapan hidup di Indonesia sebagai wujud dari keberhasilan pembangunan nasional di bidang ekonomi, sosial dan terutama di bidang kesehatan (Wirawan dkk., 2010). Data menunjukkan bahwa pada tahun 1980 penduduk lansia di Indonesia berjumlah 7,7 juta jiwa, kemudian pada tahun 1990 jumlahnya menjadi 11,3 juta jiwa, lalu pada tahun 2000 jumlahnya meningkat menjadi 15,1 juta jiwa, dan pada tahun 2010 jumlahnya meningkat lagi menjadi 18,1 juta jiwa, bahkan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penduduk lansia di Indonesia akan semakin meningkat menjadi 29 juta jiwa (BPS, 2010). Namun, dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia yang ditunjukkan oleh data-data diatas, setidaknya dapat diketahui permasalahanpermasalahan yang harus dihadapi oleh pemerintah juga bertambah. Masalahmasalah tersebut berkaitan dengan masalah kehidupan dan penghidupan seperti perumahan, ekonomi, kesehatan, mental, sosial, dan pekerjaan (Demartoto, 2006). Lansia terlantar, dalam hal ini merupakan salah satu dampak yang muncul akibat pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya angka harapan hidup yang telah diuraikan sebelumnya. Kerentanan, ketidakmampuan, serta rendahnya mobilitas, bergaining position, dan stigma lainnya yang ada pada lainsia sedikit banyak

1

memberikan pandangan kepada masyarakat bahwasanya masa-masa lansia adalah masa-masa yang sangat berat di zaman ini. Keluarga, merupakan sebuah lembaga yang seharusnya memberi kasih sayang, dukungan ekonomi, serta perawatan kesehatan seperti yang dikatakan oleh Friedman (1998: dalam Setiawati & Santun). Namun, dalam kenyataannya lembaga sering kali mengabaikan tugas-tugas dan fungsi utamanya; fungsi afektif; fungsi ekonomi; dan fungsi perawatan kesehatan. Keluarga, yang seharusnya menjadi satu-satunya lembaga yang merawat dan menjaga eksistensi lansia justru mengabaikannya dan membuangnya ke tempat-tempat penitipan lansia dengan dalih manajemen yang lebih baik dan lebih terarah. Hal ini lantas menimbulkan dampak dan gejala ledakan lansia terlantar, belum lagi ketidakmampuan lembagalembaga PLSU (Penanganan Sosial Lanjut Usia) untuk menampung jumlah penduduk lansia yang tiap harinya mengalami peningkatan, sedangkan banyak dari lansia yang telah ada tidak menunjukan kecenderungan jumlah penurunan karena angka harapan hidup yang tinggi. Karena itulah, sering kali banyak lansialansia terlantar, hidup di jalanan dan bekerja serabutan. Dari data yang kami peroleh menunjukkan bahwa saat ini terdapat 2,4 juta penduduk lansia di Indonesia yang hidup terlantar (BPS, 2010). Tak hanya itu, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yasa (2002) menunjukkan bahwa penelantaran tersebut terjadi akibat peningkatan pesat jumlah penduduk lansia di Indonesia yang tidak diimbangi oleh peningkatan jumlah program-program jaminan sosial bagi penduduk lansia. Ogburn, menjelaskan bahwa salah satu sebab lunturnya nilai-nilai luhur keluarga yang kemudian mendorong fenomena penelantaran lainsia dalam hal ini kemudian dipahami oleh Friedman sebagai fungsi-fungsi keluarga ialah karena desakan atau pengaruh kekotaan (modernisasi). Hal tersebut ditandai dengan semakin majunya teknologi akibat adanya inovasi (penemuan-penemuan baru) sehingga memunculkan suatu suatu pola kehidupan masyarakat baru (kebudayaan baru). Dengan adanya modernisasi tersebut mengakibatkan fungsi dari keluarga yang sesungguhnya menjadi hilang (tidak berfungsi lagi), kemudian muncullah suatu tipe kehidupan keluarga baru yang lebih menekankan fungsi-fungsi kepribadian (individualis) (Ogburn, 1976). 2

Memahami fenomena lansia terlantar yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini mempermasalahkan bagaimana pengaruh modernisasi keluarga terhadap tingkat penelantaran lansia di Surabaya. Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan paradigma positivistik untuk melihat hubungan modernisasi terhadap tingkat penelantaran lansia yang ada di Surabaya. Penelitian ini sangat menarik, jika dilihat bahwa modernisasi memberikan pengaruh terhadap lunturnya nilai-nilai luhur keluarga yang kemudian berdampak pada tingkat penelantaran lansia. Menjadi penting, ketika lansia bukan merupakan usia produktif dan harus menghabiskan waktu dan usianya di rumah peristirahatannya sedangkan kebanyakan dari mereka masih bekerja banting tulang hanya demi sesuap nasi. 1.2

Perumusan Masalah 1. Apakah tingkat modernisasi keluarga berpengaruh terhadap Tingkat Penelantaran Lansia pada keluarga yang tinggal di Surabaya? 2. Apakah ada faktor lainnya yang mempengaruhi Tingkat Penelantaran Lansia pada keluarga yang tinggal di Surabaya?

1.3

Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau proposisi tentatif mengenai

hubungan antara dua variabel atau lebih (Kerlinger, 1973; dalam Singarimbun, Sofian Effendi, 1985). Hipotesis penelitian baru diperlukan jika peneliti mempersoalkan hubungan antarvariabel (Faisal, 2008). Oleh karena itu, tipe penelitiannya adalah studi eksplanasi, yaitu menjelaskan hubungan antarvariabel. Menurut Faisal (2008), rumusan hipotesis hendaknya dinyatakan dalam bentuk pernyataan deklaratif. Pernyataan deklaratif itu dapat menyatakan “arah hubungan” diantara variabel yang dipermasalahkan (directional hypothesis), atau “tidak menyatakan arah hubungan” di antara variabel yang dipermasalahkan keterhubungannya (nondirectional hypothesis). Dengan bersumber pada hasil mengamati, menjajaki, atau mengalami sejumlah kasus empiris (Faisal, 2008), hipotesis penelitian ini dirumuskan dengan

3

“tidak menyatakan arah”. Untuk hipotesis penelian yang berusaha mengetahui pengaruh antar variabel tanpa atau dengan menunjukan arah hubungan dirumuskan sebagai berikut: H11: Ada hubungan antara tingkat Modernisasi keluarga dan tingkat penelantaran lansia pada keluarga yang ada di Surabaya. H21: Semakin tinggi tingkat modernisasi keluarga semakin tinggi pula tingkat penelantaran lansia yang ada pada keluarga tersebut. Untuk menguji hipotesis tersebut secara statistik, dibutuhkan hipotesis statistik atau hipotesis nol, dengan rumusan: H10: Tidak ada hubungan antara tingkat Modernisasi keluarga dan tingkat penelantaran lansia di Surabaya. H20: Semakin tinggi tingkat modernisasi keluarga semakin rendah tingkat penelantaran lansia yang ada pada keluarga tersebut. Hipotesis diatas merupakan rancangan hipotesis dasar yang nantinya dapat dipecah lagi menjagi beberapa sub-hipotesis sesuai dengan operasionalisasi dan penjabaran konsep Modernisasi menurut Ogburn. Untuk itu, bagian-bagian dari skema hipotesis dapat dilihat pada gambar berikut:

4

Gambar 1.1 Skema Hipotesis

Sumber: Tim Peneliti (2013) Dari gambar diatas, maka setidaknya dapat dituliskan tujuh hipotesis berkaitan dengan Pengaruh Modernisasi Keluarga terhadap Tingkat Penelantaran Lansia di Surabaya. Namun, dalam hal ini kami meringkasnya kedalam 1 hipotesis umum yang telah diuraikan sebelumnya. 1.4

Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh tingkat Modernisasi terhadap tingkat penelantaran lansia di Surabaya 2. Membuktikan kebenaran teoritis sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ogburn terkait penyebab munculnya fenomena lansia terlantar 3. Memperkaya pengetahuan dan litaratur yang membahas lansia terlantar berikut solusi dan pemecahannya.

5

1.5

Manfaat Penelitian Bagi Peneliti Sebagai suatu program yang dapat menambah wawasan peneliti tentang permasalah seputar lansia terlantar, menambah litaratur terkait penanganan dan solusi lansia terlantar di Indonesia, serta memberikan pengalaman dalam pelaksanaan metode penelitian kuantitatif. Bagi Pemerintah Sebagai bahan pertimbangan dan salah satu literatur yang menjadi aucan dalam merumuskan kebijakan terkait masalah kependudukan terutama masalah-masalah terkait lansia dan penanganan lansia terlantar di Indonesia. Bagi Masyarakat Secara Umum Sebagai salah satu literatur untuk mengetahui mengapa banyak lansia terlantar justru singgah di kota-kota besar dan pada keluarga modern yang kerap dibayangkan sebagai keluarga yang jauh dari kesengsaraan dan penelantaran.

1.6

Kerangka Teoritis

1.6.1 Modernisasi dalam Konsepsi Ogburn Secara sederhana, Ogburn melihat Modernisasi sebagai salah satu arah dari perubahan sosial masyarakat. Perubahan sosial yang dikonsepsikan oleh Ogburn mencakup unsur-unsur kebudayaan baik yang bersifat materil maupun yang tidak bersifat materil (inmaterial) dengan menekankan pengaruh yang besar dari unsurunsur kebudayaan yang materil terhadap unsur-unsur inmateril. Ogburn cenderung melihat fenomena perubahan sosial dari sudut pandang teori struktural fungsional. Ada beberapa asumsi tentang perubahan sosial yang dikonsepsikan oleh William Ogburn: 1.

Penyebab dari perubahan sosial adalah adanya ketidakpuasan masyarakat karena kondisi sosial yang berlaku pada masa tersebut mempengaruhi pribadi individu yang terlibat.

6

2.

Meskipun dalam perubahan sosial beberapa unsur-unsur sosial mengalami perubahan dan dalam unsur-unsur tersebut mempunyai kesinambungan, namun beberapa unsur lainnya masih dalam keadaan tetap atau dapat dikatakan statis –dalam hal ini, kemudian Ogburn menyebutnya sebagai cultural lag–.

3.

Setiap perubahan sosial tidak selalu berpengaruh pada semua unsurunsur sosial, sebab masih ada sebagian yang tidak ikut berubah.

4.

Ogburn melihat bahwa perubahan teknologi akan berjalan lebih cepat dibanding dengan pedubahan pada substansi budaya, pemikiran, kepercayaan, nilai-nilai dan norma yang menjadi alat untuk mengatur kehidupan manusia.

Untuk itulah, dalam hal ini Modernisasi dapat dipandang dari empat dimensi, yaitu; substansi budaya; pemikiran; kepercayaan; nilai dan norma pada masyarakat itu sendiri. Untuk mengukur dan mengidentifikasi modernisasi dalam masyarakat, Ogburn kemudian memberikan beberapa variabel yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat Modernisasi suatu masyarakat dalam bentuk syarat terjadinya modernisasi yang berupa: 1.

Cara berfikir yang ilmiah (scientific thinking) yang melembaga dalam masyarakat.

2.

Sistem administrasi yang baik, yang benar-benar mewujudkan pelaksanaan birokrasi yang tertib dan teratur.

3.

Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur serta terpusat pada suatu badan atau lembaga tertentu.

4.

Penciptaan iklim yang sesuai (favourable) dengan kehendak masyarakat terhadap modernisasi dengan cara alat-alat komunikasi massa.

5.

Tingkat organisasi yang tinggi.

6.

Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial (social planning).

7

Gambar 1.2 Penduduk Lansia dan Modernisasi

Sumber: Ogburn (1976) 1.6.2 Fungsi Keluarga dalam Konsepsi Friedman Menurut Friedman (1998), setidaknya keluarga mempunyai lima fungsi pokok, yaitu; fungsi afektif; fungsi sosialisasi; fungsi reproduksi; fungsi ekonomi; dan fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan 1.

Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu agar anggota siap berhubungan dengan orang lain, dapat berinteraksi, juga keluarga sebagai sebuah wadah yang dapat memberikan kasih sayang terhadap anggota keluarga lainnya.

2.

Fungsi sosialisasi adalah fungsi keluarga yang dimaksudkan sebagai sebuah tempat bagi anggota kaluarga untuk memberikan pelatihan dan kemampuan dasar bagi anggota keluarga sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di dunia luar dan masyarakat umum.

8

3.

Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan garis keturunan keluarga.

4.

Fungsi ekonomi keluarga adalah bagaimana keluarga menyokong kehidupan keluarga lainnya dari segi ekonomi. Bagaimana keluarga memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat mengembangkan

kemampuan

individu

dalam

meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri maupun anggota keluarga leinnya. 5.

Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tiggi dan mampu bertahan hidup lebih lama lagi.

Terabaikannya fungsi-fungsi keluarga seperti yang dijelaskan oleh Friedman terkait kehidupan Lansia merupakan representasi dari terlantarnya kehidupan lansia. Untuk itulah, beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur terlantarnya lansia jika dikaitkan dengan konsepsi Friedman tentang fungsi keluarga ialah pada fungsi afektif, resosialisasi, ekonomi, dan fungsi perawatan atau pemelihataan kesehatan. 1.6.3 Fungsi AGIL Talcott Parson Keluarga sebagai bagian dari sistem sosial masyarakat dan juga bisa dikatakan merupakan sebuah subsistem tersendiri, memiliki peran dan fungsi untuk menjaga keseimbangan (keharmonisan) kehidupan bermasyarakat. Fungsi dari keluarga tersebut diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dari sebuah sistem sosial agar bisa berjalan sebagaimana mestinya. Ada empat persyaratan mutlak yang harus ada supaya sebuah sistem termasuk keluarga bisa berfungsi. Keempat persyaratan itu disebutnya AGIL. AGIL adalah singkatan dari Adaption, Goal, Attainment, Integration, dan Latency. Demi keberlangsungan hidupnya yang harmonis, maka masyarakat termasuk didalamnya adalah keluarga harus menjalankan fungsi-fungsi tersebut (Rirzer, 2012). Adapun fungsi-fungsi tersebut yakni; 9

1. Adaptasi (adaptation): supaya masyarakat bisa bertahan dia harus mampu

menyesuaikan

dirinya

dengan

lingkungan

dan

menyesuaikan lingkungan dengan dirinya. 2. Pencapain tujuan (goal attainment): sebuah sistem harus mampu menentukan tujuannya dan berusaha mencapai tujuan-tujuan yang telah dirumuskan itu. 3. Integrasi (integration): masyarakat harus mengatur hubungan di antara komponen-komponennya supaya dia bisa berfungsi secara maksimal. 4. Latency atau pemeliharaan pola-pola yang sudah ada: setiap masyarakat harus mempertahankan, memperbaiki, dan membaharui baik motivasi individu-individu maupun pola-pola budaya yang menciptakan dan mepertahankan motivasi-motivasi itu. Dari teori AGIL yang dikemukaan oleh Talcott Parson diatas, jika dikaitkan dengan masalah penelantaran penduduk lanjut usia di Indonesia, dapat kita ketahui bahwa banyaknya penduduk lanjut usia yang ditelantarkan tersebut berkaitan dengan tidak berfungsinya keluarga sebagai bagian dari sistem sosial masyarakat Indonesia. Ketidakberfungsian keluarga tersebut diakibatkan karena tidak terpenuhinya sebagian atau seluruh syarat mutlak yang harus dimiliki oleh sebuah sistem agar bisa berjalan sebagaimana mestinya yaitu Adaption, Goal, Attainment, Integration, dan Latency. Untuk itu, dalam penelitian ini akan dikaji pula syarat-syarat mutlak sistem sosial keluarga yang tidak berfungsi yang menyebabkan mereka cenderung menelantarkan orang tuanya yang sudah lanjut usia. 1.6.4 Definisi Operasional Variabel Menurut Umar (2003:63) Variabel independen (bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain, sedangkan variabel dependen (tergantung) adalah variabel yang dijelaskan atau y ang dipengaruhi variabel independen. Variabel yang mempengaruhi disebut vari abel penyebab, variabel bebas atau independent variabel (X) , sedangkan variabel akibat disebut

10

variabel tidak bebas atau variabel tergantung, variabel terikat atau dependent variabel (Y). Variabel bebas penelitian ini adalah Tingkat Keilmiahan Berpikir (X1), Tingkat Pemanfaatan Relasi Birokrasi (X2), Tingkat Administrasi Keluarga (X3), Tingkat Iklim Modernisasi Keluarga (X4), Tingkat Organisasi Keluarga (X5), dan Tingkat Perencanaan Sosial Keluarga (X6), sedangkan variabel tak bebas penelitian ini adalah Tingkat Penelantaran Lansia dalam Keluarga (Y). 1.

Tingkat Keilmiahan Berpikir Tingkat keilmiahan berpikir dapat diukur dengan menggunakan indikator apakah keluarga menggunakan cara-cara yang terlembaga dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tingkat Pemanfaatan Relasi Birokrasi Tingkat pemanfaatan relasi birokrasi dapat dilihat dari seberapa sering keluarga berinteraksi dan menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga birokrasi/pemerintahan seperti bank, pegadaian, rumah sakit, dan lain-lain. 3. Tingkat Administrasi Keluarga Tingkat administrasi keluarga dapat diukur dari pengelolaan suratsurat berharga, manajemen keuangan, serta pembagian warisan. 4. Tingkat Iklim Modernisasi Keluarga Iklim Modernisasi keluarga dapat diukur dari penggunaan tekonologi yang tepat untuk mendukung efektifitas kegiatan sehari-hari. 5. Tingkat Organisasi Keluarga Tingkat organisasi keluarga dapat diukur dengan apakah dalam keluarga terdapat pembagian tugas pokok dan fungsi yang jelas dan terlaksana secara nyata. 6. Tingkat Perencanaan Sosial Keluarga Tingkat perencanaan sosial keluarga dapat dikur dengan melihat seberapa besar usaha-usaha yang dilakukan dan dipersiapkan oleh keluarga untuk menunjang kehidupan keluarganya di masa depan,

11

misalnya dengan pendidikan, investasi, deposito, dan usaha-usaha lainnya. 7. Tingkat Penelantaran Lansia dalam Keluarga Tingkat penelantara lansia dalam keluarga dapat diukur melalui empat dimensi, yaitu dimensi afektif, resosialisasi, ekonomi, dan fungsi perawatan atau pemelihataan kesehatan. Penelantaran dalam dimensi afektif dapat diukur melalui apakah lansia masih mendapatkan kasih sayang dan seberapa sering lansia dikunjungi oleh keluarga. Penelantaran dalam domensi resosialisasi dapat diukur melalui apakah keluarga masih memperhatikan asupan informasi modern pada lansia seperti penggunaan gadget dan lainlain. Penelantaran dalam dimensi ekonomi dapat diukur dari apakah lansia masih mendapatkan kiriman uang dari keluarga dan juga apakah kiriman tersebut mencukupi. Penelantaran dalam dimensi perawatan atau pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari apakah keluarga

masih

memperhatikan

kesehatan

dan

lingkungan

kebersihan sekitar lainsia, serta pemberian obat-obatan dan antibiotik untuk lansia, dan juga bagaimana perawatan lansia bila sakit. 1.7

Metodologi Penelitian

1.7.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif eksplanatori yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angkaangka, meskipun juga berupa data kualitatif sebagai pendukungnya, seperti katakata atau kalimat yang tersusun dalam angket, kalimat hasil konsultasi atau wawancara antara peneliti dan responden. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Data kualitatif yang diangkakan misalnya terdapat dalam skala pengukuran. Suatu pernyataan/ pertanyaan yang memerlukan alternatif jawaban, di mana masing-masing : sangat setuju diberi angka 4, setuju 3, kurang setuju 2, dan tidak setuju 1 (Sugiyono, 2002: 7). Penelitian kuantitatif mengambil jarak antara peneliti dengan objek yang

12

diteliti. Penelitian kuantitatif menggunakan instrumen-instrumen formal, standar dan bersifat mengukur (Sukmadinata,2006: 95). 1.7.2 Pendekatan Penelitian Sesuai permasalahan yang diangkat yang diangkat pada penelitian ini adalah permasalahan asosiatif, yaitu suatu pertanyaan peneliti yang bersifat menghubungkan dua variabel atau lebih. Hubungan variabel dalam penelitian adalah hubungan kausal, yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat. Ada variabel independent (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependent (dipengaruhi). Variabel independent dalam penelitian ini adalah tingkat Modernisasi, sedangkan variabel dependent dalam penelitian ini adalah pola penanganan lansia. 1.7.3 Populasi dan Pengambilan Sampel Pada proposal yang telah diajukan sebelumnya, populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang mempunyai lansia di salah satu PSLU di Surabaya. Sedangkan, kerangka sample kami dapatkan dari data sekunder berupa data-data keluarga yang tersimpan di salah satu PLSU yang ada di Surabaya. Dengan demikian pengambilan sample kami lakukan dengan menggunakan metode systematic random sampling. Namun, karena terkendala suatu hal pada akhirnya populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Faktultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Airlangga yang mempunyai Lansia. Oleh karena itu, teknik pengambilang sampel ialah dengan purpousive cluster sampling. Artinya, pengambilang sampel dilakukan dengan secara sengaja mengambil mahasiswa FISIP UNAIR dari beberapa jurusan yang ada1 yang memiliki lansia. Jika dalam proses pengumpulan data ditemukan bahwa ada salah satu responden dalam sampel tidak ada atau tidak berada di tempat sehingga tidak bisa diwawancarai, resdonden tersebut diganti dengan responden yang lainnya.selama responden pengganti merupakan responden yang berasal dari daerah cluster atau jurusan yang sama. Meskipun sampel yang ada terlihat tidak relevan dengan topik penelitian, namun kami juga mengkhususkan hanya pada responden yang tinggal 1

Pada pengertian ini, jurusan yang ada berarti masing-masing jurusan telah ditentukan proporsinya pengambilang sampelnya.

13

di kota Surabaya, dengan asumsi mahasiswa yang berasal dari kota Surabaya telah mendapatkan efek modernisasi lebih daripada yang lainnya. 1.7.4

Metode dan Teknik Pengumpulan Data Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner yang berisi daftar pertanyaan serta pedoman wawancara untuk kepentingan kelengkapan penjelasan (eksplanasi) data primer, termasuk untuk kepentingan pengamatan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terbagi dalam 2 sumber, yaitu data primer dan data sekunder. Data-data tersebut adalah sebagai berikut: 1.

Data Primer Data primer, yaitu data mengenai variabel utama yang meliputi beberapa indikator variabel-variabel yang diteliti. Data atau informasi ini diperoleh melalui wawancara (kuesioner) dengan responden yaitu mahasiswa FISIP UNAIR yang mempunyai lansia.

2.

Data Sekunder Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi, atau lembaga terkait, serta hasil penelitian yang telah dipublikasikan. Data data tersebut mencakup: (1) Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya, (2) Data-data responden, termasuk tempat asal, (3) Profil masing-masing program studi sebagai cluster yang ada pada penelitian ini. (4) serta data-data pendukung lainnya.

1.7.5 Metode dan Teknik Analisis Data Analisis data merupakan salah satu langkah yang terpenting dalam suatu kegiatan penelitian. Analisis data ini digunakan untuk memaparkan hasil tentang bagaimana pengaruh Modernisasi terhadap Tingkat Penelantaran Lansia pada Keluarga di Surabaya. Data-data yang sudah diperoleh kemudian diolah terlebih dahulu. Pengolahan data tersebut dilakukan dengan cara, Pertama memberikan penilaian melalui kode-kode yang telah ditentukan untuk setiap jawaban yang ada pada kuesioner (koding). Kedua jawaban –

14

jawaban yang sudah dikoding tersebut dimasukkan ke dalam SPSS. Ketiga setelah semua data masuk kedalam SPSS kemudian barulah dapat dilakukan analisis. 1.7.5.1.

Validitas, Reliabilitas, dan Normalitas Data

Sebelum dilakukan analisis dengan product moment (untuk statistik paramatrik), dilakukan uji persyaratan analisis terlebih dahulu yaitu validitas, reliabilitas, dan normalitas distribusi data. Salah satu syarat untuk melakukan analisis dengan metode Product Moment atau model analisis lainnya adalah mengetahui tingkat normalitas data, selanjutnya bisa diputuskan apakah data dapat dianalisis menggunakan analisis Product Moment. Normalitas data dipenuhi jika hasil uji tidak signifikan untuk suatu taraf signifikansi α = 0,01 (jika memang memungkinkan, jika tidak maka digunakan α = 0,05). Sebaliknya, jika hasil uji SPSS menunjukan hasil yang signifikan maka normalitas data tidak terpenuhi. Cara mengetahui signifikan atau tidak signifikan hasil uji normalitas adalah dengan memperhatikan bilangan pada kolom signifikansi (Sig.) untuk menetapkan kenormalan dengan cara membandingkan p dengan taraf signifikansi yang berhasil diperoleh dari proses analisis SPSS. Jika taraf signifikansi yang diperoleh > α = 0,05%, maka sampel berasal dari populasi dengan distribusi normal. Sebaliknya, jika taraf signifikansi yang diperoleh < α = 0,05%, maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk itu, dapat dilakukan analisis dengan metode tabel silang. 1.7.5.2.

Analisis Statistik Parametrik Product Moment

Penelitian tentang studi pengaruh Modernisasi keluarga terhadap tingkat penelantaran lansia di Surabaya ini akan menggunakan uji statistik product moment karena: 1.

Untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel yaitu Modernisasi keluarga dan tingkat penelantaran lansia di Surabaya

15

2.

Untuk mengetahui arah dan bentuk hubungan antara ke-2 variabel tersebut

3.

Untuk mengetahui keeratan hubungan antara kedua variabel tersebut, dan

4.

Sebagai dasar untuk melakukan prediksi/peramalan hubungan antara kedua variabel tersebut

Asumsi kami memilih uji statistik product moment dalam menganalisis hubungan antara Modernisasi keluarga dengan tingkat penelantaran lansia di Surabaya karena: 1.

Berhadapan dengan satu sampel yang diambil secara random

2.

Masing-masing unit analisis/elemen sampel memiliki 2 variabel (X dan Y)

3.

Masing-masing variabel yang diukur menghasilkan data berskala interval

4.

Data yang diperoleh mengikuti garis lurus/linier, dan

5.

Data diharapkan berdistribusi normal.

Jika dengan pengujian normalitas tidak cukup untuk memenuhi syarat untuk dilakukan analisis menggunakan Product Moment, maka analisis bisa dilakukan dengan metode statistik non-parametrik.

16

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Pada BAB sebelumnya telah diuraikan mulai dari latar belakang permasalahan, pertanyaan penelitian, kerangka teroritis, hingga metodologi dan teknik analisis data dimana berbagai pembahasan terkait hal tersebut lebih menekankan pada studi kepustakaan yang bersifat teoritis. Pada BAB ini, fokus pembahasan akan mulai diruncingkan pada data-data empiris yang berkaitan erat dengan objek kajian penelitian, yaitu mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga terkait pengaruh Modernisasi Keluarga terhadap Penelantaran Lansia pada keluarganya. 2.1.

Gambaran Umum Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNAIR Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik(FISIP) adalah salah satu dari sekian

banyak fakultas yang ada di Universitas Airlangga (UNAIR). FISIP UNAIR di dirikan oleh seorang guru besar yang bernama Soetandyo Wignjosoebroto pada tanggal 23 Desember tahun 1977 dengan surat keputusan rektor yang terbit pada hari itu, bernomor A.II.5685/Rektor/90/UA/77, mengangkat sebuah pesidium untuk men gelola fakultas baru dengan Soetandyo Wignjosoebroto, MPA sebagai Ketua, dr. R.Koento, MPH, MA sebagai Sekertaris, dan Prof. Dr. D. Ma’rifin Husin, Msc. sebagai Anggota. Kuliah perdana semester I tahun akademi 1978 dimulai pada tanggal 21 Februari 1978. Hingga ada tanggal 25 April 1978, tepatnya setelah dua bulan kegiatan akademis FISIP UNAIR dimulai, Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen P&K menyatakan persetujuan atas dibukanya FISIP UNAIR melalui suratnya yang bernomor 267/D/R/78 tentang pergantian bentuk dari personalia pimpinan Fakultas Ilm Sosial dari Pesidium ke bentuk Kedekanan. Sebagai dkan pertama diangkat Soetandyo Wignjosoebroto, MPA; dr. R.Koento, MPH, MA, sebagai pembantu dekan urusan pendidikan dan penelitian; Drs. J. Dwi Narwoko sebagai pembantu dekan urusan administrasi umum; Drs. Soedarmaji Harjono sebagai pembantu dekan urusan kemahasiswaan dan pengabdian masyarakat.

17

Pada awal berdiri, FISIP UNAIR masih bernama Fakultas Ilmu Sosial(FIS) karena pada awal berdiri FISIP UNAIR hanya mengelola satu program studi saja, yaitu program studi Sosiologi. Namun, ada saat ini FISIP UNAIR telah mengelola dua program fokasi(Diploma III), tujuh program sarjana, dan enam program magister, yaitu: 

Program Pendidikan Vkasi (DIII)  Program Studi Kepariwisataan/ Bina Wisata  Program Studi Teknisi Perpustakaan



Program Pendidikan Sarjana (S-1)  Program Studi Sosiologi  Program Studi Ilmu Politik  Program Studi Hubungan Internasional  Program Studi Admistrasi Negara  Program Studi Antropologi  Program Studi Ilmu Komunikasi  Program Studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan



Program Pendidikan Magister (S-2)  Program Studi Sosiologi  Program Studi Ilmu Politik  Program Studi Media Komunikasi  Program Studi Pengembangan Sumber Daya Manusia  Program Studi Kebijakan Publik  Program Studi Hubungan Internasional

Sejak awal berdiri hingga saat ini seluruh warga FISIP UNAIR masih memegang teguh VISI dan MISI mereka. VISI mereka yaitu Menjadi fakultas bermutu tinggi dan terkemuka yang memilii landasan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berdasarkan pada semangat pluralisme, kemanusiaan, demokrasi, 18

keadilan, dan kesejahteraan bersama yang berorientasi pada pengembangan keilmuan di tingkat nasional maupun internasional sedangkan MISI dari FISIP UNAIR ialah: 1.

Melakukan dan memfasilitasi pengkajan- pengkajian, baik yang bersifat dasar untuk tujuan pengembangan keilmuan maupun yang bersifat strategis untuk menyelenggarakan proses belajar secara tertib, kreatif, termasuk mendayagunakan berbagai metode dan media pembelajaran efektif dan efisien.

2.

Menjadikan kampus sebagai ruang publik dan miniatur Indonesia yang peka dan responsif terhadap kemajemukan.

3.

Pemecahan berbagai masalah sosial secara sistematis, terarah dan terprogram. Gambar 2.1. Grafik Prodi Responden

Sumber: pertanyaan a5 2.2.

Program Studi Hubungan Internasional FISIP UNAIR membuka program studi Hubungan Internasional pada

tahun 1982 yang semula di dalam naungan jurusan Ilmu Politik. Prodi ini berkembang menjadi lebih otonom setelah ditetapkan menjadi departemen pada tahun 2006 silam. Prodi ini terus berkembang dengan VISI “Menjadi program

19

hugungan internasional yang berkualitas, menghasilkan lulusan berkemampuan strategis global dan menjadi pusat penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di bidang strategis global pada tahun 2020.” Sedangkan misi dari Prodi ini adalah: 1.

Menyelenggarakan berkemampuan

pendidikan

strategis

global

dengan

output

dengan

lulusan

kompetensi

yang analisis

internasional, komunikasi, dan negoisasi dan manajerial global. 2.

Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan ilmu hubungan internasional yang interseksi dan indisipliner dengan pengembangan ilmu-ilmu lain yang terintegrasi dengan paradigma global.

3.

Mendharmabaktian

keahlian

dalam

bidang

ilmu

hubungan

internasional. Dalam penelitian ini, terdapat enam (6) orang responden yang merupakan mahasiswa aktif di Program Studi Hubungan Internasional. Enam responden tersebut terdiri dari dua responden perempuan dan empat responden laki- laki. 4 orang responden Program Studi Hubungan Internasional berusia 20 tahun, sedangkan 2 orang responden lainnya berumur 21 tahun. Dari 6 orang responden Program Studi Hubungan Internasional, 3 orang diantaranya memiliki ayah yang berprofesi sebagai wirausahawan, 2 orang responden memiliki ayah berprofesi sebagai PNS, dan 1 orang responden memilik ayah yang berprofesi sebagai buruh. Dan dari 6 orang responden Program Studi Hubungan Internasional, 3 diantaranya memiliki ibu yang merupakan pensiunan PNS, 1 orang responden memiliki ibu yang berprofesi sebagai wirausahawan, buruh, dan pensiunan PNS. 2.2.

Program Studi Ilmu Politik Program studi Ilmu Politik FISIP UNAIR dibuka seara resmi dan

menerima mahasiswa pada tahun akademi 1982/1983, ketika kondisi perpolitikan Indonesia menjelang puncak otoritarian. VISI dari prodi Ilmu Politik adalah “Menjadi pusat pendidikan keilmuan politik yang produktif, berkualitas tinggi, handal dan kritis, terbuka, demokratis dan konsisten memajukan keadilan dan kesejahteraan bersama.” dan MISI dari Prodi Ilmu Politik adalah:

20

1.

Menciptakan komunitas belajar yang kreatif, produktif, kritis, dan bermutu tinggi, baik dalam bentuk lulusan maupun karya ilmiah yang kompetitif.

2.

Menciptakan institusi keilmuan yang unggul dalam pengkajian strategis, terutama di bidang pemantapan kehidupan berdemokrasi dan pengembangan masyarakat sipil.

3.

Menciptakan institusi pendidikan terbuka yang memiliki jejaring kerjasama berskala luas, serta sanggup menjadi pelopor perubahan masyarakat.

4.

Menyelenggarakan proses belajar- mengajar Ilmu- Politiksecara tertib, kreatif (termasuk mendayagunakan berbagai metode dan media pembelajaran), dan efektif.

5.

Menjadikan kampus sebagai ruang publik yang peka dan responsif terhadap kemajemukan, dan menjujnjung tinggi etika dan moralitas, serta sebagai sarana belajar dan tempat rujukan bagi masyarakat luas. Dalam penelitian ini, terdapat 4 responden prodi Ilmu politik. 2 responden

prodi Ilmu politik adalah Laki- laki, dan 2 lainnya adalah perempuan. 3 orang responden berumur 21 tahun, sedangkan 1 responden berumur 22 tahun. 2 orang responden memilik ayah yang merupakan pensiunan PNS, 1 orang responden memiliki ayah berprofesi sebagai wirausahawan, dan 1 reponden yang telah meninggal. 2 responden prodi Ilmu Politik yang memiliki ibu berprofesi sebagai buruh, dan 1 orang responden masing- masing memiliki ibu berprofesi sebagai PNS dan wirausahawan. 2.3.

Program Studi Sosiologi Program Studi Sosiologi merupakan program studi pertama dan tertua di

FISIP UNAIR. Program studi ini didirikan pada tahun 1978 seihingga seumur dengan fakultas yang mewadahinya. VISI dari Prodi Sosiologi FISIP UNAIR ini adalah “Program studi Sosiologi sebagai institusi akademik yang inovatif, kritis, demokratis, analitis dan mampu bersaing di tingkat regional, nasional, dan internasional berdasarkan moral agama.” Untuk merealissasikan VISI tersebut, maka dibentukla MISI dari prodi sosiologi, yaitu:

21

1.

Menyelenggarakan proses belajar mengajar secara inovatif dan kreatif secasra dialogis.

2.

Menjadikan kampus sebagai ruang publik dan miniatur Indonesia yang peka dan responif terhadap kemajemukan.

3.

Memfasilitasi kajian-kajian baik yang bersifat dasar maupun yang bersifat strategis untuk tujuan pemecahan berbagai masalah sosial, terutama ada 4 kompetensi konsentrasi: Community development.

4.

Riset dan analisis sosial, Resolusi konflik dan multiculturalism, serta masalah perkotaan dan kesenjangan antar- wilayah.

5.

Menjadikan kampus sebagai sarana belajar serta tempat rujukan bagi masyarakat luas dengan sarana dan rasarana yang memadai.

Dalam Penelitian ini, terdapat 8 orang responden Prodi Sosiologi. Dari ke 8 responden, 7 diantaranya adalah perempuan. Dan 1 orang laki- laki. 4 orang responden memiliki ayah yang beprofesi sebagai wirausahawan, 2 orang memiliki ayah berprofesi sebagai buruh, dan 1 orang telah meninggal. 3 orang responden memiliki ibu yang berprofesi sebagai buruh, 2 orang memiliki ibu yang berprofesi sebagai wirausahawan dan 1 orang memiliki ibu yang masing- masing berprofesi sebagai PNS dan pensiunan PNS. 2.4.

Program Studi Antropolgi Prodi Antropologi didirikan pada tanggal 24 September 1984, dan

memulai perkuliahan pada tahun 1985. Prodi antropologi memiliki VISI “Program Studi Antropologi Sosial UNAIR mampu menjadi institusi keilmuan yang Inovatif, terkemuka ditingkat nasional dan internasional, pelopor perkembangan ilmu pengetahuan, humaniora dan kebudayaan berdasarkan moral keagamaan.” MISI Prodi Antropologi yaitu: 1.

Melaksanakan Tri Darma perguruan tinggi melalui pengembangan kelembagaan manajemen modern yang berorientasi pada muutu dan kemampuan bersaing.

22

2.

Menyelenggarakan pendidikan yang berbasis metode pembelajaran inovatif.

3.

Menyelenggarakan penelitian dasar dan terapan di bidang Antropologi untuk menunjang pengembangan dan pengabdian kepada masyarakat.

4.

Mendharmabaktikan bidang Antropologi kepada masyarakat. Dalam penelitian ini terdapat 12 responden dari prodi antropologi. 7

responden dari prodi Antropologi berjenis kelamin laki- laki, sedangkan 5 responden perempuan. 6 responden berumur 19 tahun, 2 responden berumur 18 tahun, 2 responden berumur 20 tahun, dan 2 responden berumur 21 tahun. 8 responden memiliki ayah yang berprofesi sebagai wirausahawan, sedangkan 2 responden sudah tidak memiliki ayah, dan 1 orang responden memiliki ayah yang berprofesi sebagai buruh dan PNS. 5 orang responden memiliki ibu yang berprofesi sebagai PNS, 2 orang responden memiliki ibu yang merupakan pensiunan PNS, 2 orang responden memilii ibu yang berprofesi sebagai buruh, dan 2 orang responden memilik ibu berprofesi sebagai wirausahawan. 2.5.

Program Studi Komunikasi Program Studi komunikasi dirintis sejak tahun 198, sekarang Prodi ini

berada di departemen Ilmu Komunikasi dalam lingkungan organisasi FISIP UNAIR. Adapun VISI dan MISI dari Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UNAIR yaitu, VISI: “institusi terdepan bagi pengembangan Ilmu Komunikasi dan studi media yang inovatif, mandiri berwawasan tekhnologi komunikasi dan media terkini, profesional dan humanis dilandasi keinginan untuk mewujudkan reputasi dan keunggulan kompetetif dikawasan regional Asia.” Sedangkan MISI nya menyelenggarakan pendidikan akademik di bidang Ilmu Komunikasi dan studistudi media yang berbasis kemajuan tekhnologi komunikasi dan media terkini, mampu bersaing dikawasan regional Asia. Dalam penelitian ini, 7 orang responden berasal dari prodi Komunikasi. 3 responden berjenis kelamin laki-laki dan 4 responden perempuan. 4 responden berumur 18 tahun, 2 responden berumur 19 tahun dan 1 responden berumur 21 tahun. 4 responden memiliki ayah yang berprofesi sebagai wirausahawan, 2 orang responden memiliki ayah yang merupakan pensiunan PNS, 1 responden yang 23

telah tidak memiliki ayah. 6 orang responden memiliki ibu yang berprofesi sebagai buruh, dan 1 responden memiliki ibu yang merupakan pensiunan PNS 2.6.

Program Studi Pariwisata Sejak tahun 1966 UNAIR telah menyelenggarakan pendidikan diploma

tiga di bidang Kepariwisataan, hingga pada tahun 1998 pendidikan diploma tiga di bidang Kepariwisataan resmi didirikan melalui surat keputusan nomer 210/DIKTI/Kep/1998. VISI dari program studi diploma tiga Kepariwisataan adalah “Mencetak sumberdaya manusia di industri jasa dan profesi yang berkualitas dan bermoral dalam bersikap serta berperilaku.” Serta MISI dari Prodi ini adalah: 1.

Menghasilkan Ahli Madya Pariwisata yang profesional.

2.

Menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian di bidang pariwisata sesuai dengan kebutuhan industri pariwisata.

3.

Menghasilkan lulusan yang memiliki sikap profesi, kreatif, mandiri, inovatif yang mendukung industri pariwisata.

4.

Menghasilkan lulusan yang mandiri dan memiliki enterpreneurship. Dalam penelitian ini, 6 orang responden berasal dari prodi Pariwisata. 3

responden berjenis kelamin laki- laki dan 3 responden berjenis kelamin perempuan. 3 responden beruumur 20 tahun, 2 reponden berunur 21 tahun, dan 1 responden berumur 22 tahun.. 3 responden memiliki ayah yang berprofesi sebagai wirausahawan, dan 3 responden memiliki ayah yang merupakan pensiunan PNS. 3 respoonden memiliki ibu yang berprofesi sebagai PNS, 2 orang responden memiliki ibu yang berprofesi sebagai buruh dan 1 responden memiliki ibu yang merupakan pensiunan PNS

24

2.7.

Program Studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

Program Studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan diawali dengan adanya drogram diploma dua yang didirikan pada tahun 1981. Pada tahun 1988 program itu berkembang menjadi prodi diploma tiga Perpustakaan hingga berkembang lagi menjadi Prodi Ilmu Informasi dan Perpustakaan seperti sekarang ini. Dalam penelitian ini, 7 responden berasal dari prodi Ilmu Informasi dan Perpustakaan Semua responden berjenis kelamin perempuan. 5 responden berumur 19 tahun, dan 2 orang berumur 20 tahun. 4 responden memiliki ayah yang berprofesi sebagai wirausahawan, 2 responden memiliki ayah yang berprofesi sebagai PNS, dan 1 responden memiliki ayah yang berprofesi sebagai buruh. 3 responden memiliki ibu yang berprofesi sebagai buruh, 2 responden memiliki ibu yang berprofesi sebagai PNS, 1 responden memiliki ibu yang merupakan pensiunan PNS dan 1 responden yang telah tidak memiliki ibu.

25

BAB 3 PEMAPARAN DATA BAB sebelumnya telah membahas tentang gambaran umum lokasi penelitian dan beberapa karakteristik responden yang berhasil didapatkan. Pada BAB ini, data-data yang telah berhasil didapatkan akan dipaparkan dalam bentuk tabel frekuensi dan intervalisasi data. Tak hanya menyangkut informasi umum dan karakteristik responden, tapi juga informasi spesifik terkait variabel yang akan dianalisis pada BAB berikutnya. 3.1.

Jenis Kelamin Tabel 3.1 Jenis Kelamin

No. 1. 2.

Jenis Kelamin Laki - laki Perempuan

Total Sumber: pertanyaan no. a3

Frekuensi 20 30 50

Persentase 40.0 60.0 100.0

Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa jumlah dari 50 orang yang menjadi responden kami, yang menyatakan bahwa jenis kelamin laki – laki sebanyak 20 orang dengan persentase 40.0, Sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 30 orang dengan persentase 60.0 dari jumlah keseluruhan. 3.2.

Usia Responden Tabel 3.2 Usia Responden

No. 1. 2. 3. 4. 5.

Usia Responden 18 19 20 21 22

Total Sumber: pertanyaan no.a4

Frekuensi 6 18 12 12 2 50

Persentase 12.0 36.0 24.0 24.0 4.0 100.0

26

Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa jumlah dari 50 orang yang menjadi responden kami, yang menyatakan bahwa usia responden 18 tahun sebanyak 6 orang dengan persentase 12.0 , responden yang berusia 19 tahun sebanyak 13 orang dengan persentase 36.0 , responden yang berusia 20 tahun sebanyak 12 orang dengan persentase 24.0 , sedangkan responden yang berusia 21 tahun sebanyak 12 orang dengan persentase 24.0 , dan responden yang berusia 22 tahun sebanyak 2 orang dengan persentase 4.0 dari jumlah keseluruhan. 3.3.

Jurusan Responden Tabel 3.3 Jurusan Responden

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Jurusan HI Ilmu Politik Sosiologi Antropologi Komunikasi Pariwisata IIP

Total Sumber: pertanyaan a5

Frekuensi 6 4 8 12 7 6 7 50

Persentase 12.0 8.0 16.0 24.0 14.0 12.0 14.0 100.0

Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa jumlah dari 50 orang yang menjadi responden kami, yang menyatakan bahwa jurusan HI sebanyak 6 orang dengan persentase 12.0 , dari jurusan ilmu politik sebanyak 4 orang dengan persentase 8.0 , dari jurusan sosiologi sebanyak 8 orang dengan persentase 16.0 , dari jurusan antropologi sebanyak 12 orang dengan persentase 24.0 , dari jurusan komunikasi sebanyak 7 orang dengan persentase 14.0 , sedangkan dari jurusan pariwisata sebanyak 6 orang dengan persentase 12.0 , dan dari jurusan IIP sebanyak 7 orang dengan persentase 14.0

27

3.4.

Pekerjaan Ayah Tabel 3.4 Pekerjaan Ayah

No. 1. 2. 3. 4. 5.

Pekerjaan Ayah Sudah meninggal / Tidak bekerja Buruh / Sektor pekerja pasar Wirausaha/ Wiraswasta Pensiunan baik swasta / PNS PNS yang masih bekerja Total Sumber: pertanyaan no a6

Frekuensi 2 6 26 3 13 50

Persentase 4.0 12.0 52.0 6.0 26.0 100.0

Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa jumlah dari 50 orang yang menjadi responden kami, yang menyatakan bahwa pekerjaan ayah yang sudah meninggal / tidak bekerja sebanyak 2 orang dengan persentase 4.0 , yang bekerja sebagai buruh atau sector pekerja pasar sebanyak 6 orang dengan persentase 12.0 , yang bekerja sebagai wirausaha / wiraswasta sebanyak 26 orang dengan persentase 52.0 , sedangkan yang pensiunan baik swasta / PNS sebanyak 3 orang dengan persentase 6.0 , dan PNS yang masih bekerja sebanyak 13 orang dengan persentase 26.0 3.5.

Pekerjaan Ibu Tabel 3.5 Pekerjaan Ibu

No, 1. 2. 3. 4. 5.

Pekerjaan Ibu Sudah meninggal / Tidak bekerja Ibu Rumah Tangga Pekerjaan sektor domestic Wirausaha skala menengah PNS dan sektor public Total Sumber: pertanyaan no. a7

Frekuensi 1 20 7 9 13 50

Persentase 2.0 40.0 14.0 18.0 26.0 100.0

Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa jumlah dari 50 orang yang menjadi responden kami, yang menyatakan bahwa pekerjaan ibu yang sudah meninggal / tidak mampu berbuat apa – apa sebanyak 1 orang dengan persentase 2.0 , yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 20 orang dengan persetase 40.0 , pekerjaan sector domestic sebanyak 7 orang dengan persentase 14.0,

28

sedangkan yang bekerja sebagai wirausaha skala menengah sebanyak 9 orang dengan persentase 18.0 , dan yang bekerja sebagai PNS dan sektor publik sebanyak 13 orang dengan persentase 26.0 3.6.

Penghasilan Perbulan Keluarga Tabel 3.6 Penghasilan Perbulan Keluarga

No 1. 2. 3. 4. 5.

Penghasilan perbulan < 3350000 3360000 – 5510000 5520000 – 7670000 7689999 – 9830000 > 9840000 Total Sumber: pertanyaan no. a8

Frekuensi 19 13 5 4 9 50

Persentase 38.0 26.0 10.0 8.0 18.0 100.0

Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa jumlah dari 50 orang yang menjadi responden kami, yang menyatakan bahwa penghasilan perbulan < 3350000 sebanyak 19 orang dengan persentase 38.0 , penghasilan perbulan 3360000 – 5510000 sebanyak 13 orang dengan persentase 26.0 , yang berpenghasilan 5520000 – 7670000 sebanyak 5 orang dengan persentase 10.0 , sedangkan yang berpenghasilan 7689999 – 9830000 sebanyak 4 orang dengan persentase 8.0 , dan yang berpenghasilan > 9840000 sebanyak 9 orang dengan persentase 18.0 3.7.

Pengeluaran Perbulan Keluarga Tabel 3.7 Pengeluaran Perbulan Keluarga

No. 1. 2. 3. 4. 5.

Pengeluaran Perbulan

< 1.750.000 1.760.000-3.510.000 3.520.000-5.270.000 5.280.000-7.030.000 >7.040.000 Total Sumber: pertanyaan no.a9

Frekuensi 8 20 13 3 6 50

Persentase 16.0 40.0 26.0 6.0 12.0 100.0

29

Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa jumlah dari 50 orang yang menjadi responden kami,yang menyatakan bahwa pengeluaran perbulan sebesar <1750000 sebanyak 8 orang dengan jumlah persentasi 16.0 persen dari 100 persen,pengeluaran perbulan sebesar 1760000-3510000 sebanyak 20 orang dengan persentase 40.0 persen dari 100 persen,pengeluaran perbulan 35200005270000 sebanyak 13 orang dengan jumlah presentasi 26.0 persen dari 100 persen, pengeluaran perbulan 5280000-7030000 sebanyak 3 orang dengan jumlah persentase 6.0 persen dari 100 persen,dan yang berpengelkuaran perbulan sejumlah >7040000 sebanyak 6 orang dengan jumlah persentase 12.0 persen dari 100 persen. 3.8.

Beban Anak Keluarga Responden Tabel 3.8 Beban Anak Responden

No 1. 2. 3. 4. 5.

Kategori Beban Anak Beban Sangat kecil Beban Kecil Beban Sedang Beban Besar Beban Sangat Besar Total Sumber: prtanyaan a10

Frekuensi 6 26 12 5 1 50

Persentase 12.0 52.0 24.0 10.0 2.0 100.0

Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa jumlah dari 50 orang yang menjadi responden kami,menyatakan bahwa beban sangat kecil sejumlah 6 orang dengan jumlah persentase 12.0 persen dari 100 persen,beban kecil sejumlah 26 orang dengan jumlah persentase 52.0 persen dari 100 persen, beban sedang sejumlah 12 orang dengan jumlah persentase 24.0 persen dari 100 persen, beban besar sejumlah 5 orang dengan jumlah persentase 10.0 persen dari 100 persen, dan beban yang sangat besar berjumlah 1orang dengan jumlah persentase 2.0 persen dari 100 persen.

30

3.9.

Di mana Lansia Tinggal Tabel 3.9 Di mana Lansia Tinggal

No. 1. 2. 3. 4. 5.

Kategori Lansia Tinggal Kakek nenek tinggal di panti jompo Kakek nenek tinggal diluar kota Kakek nenek tinggal dirumah saudara Rumahnya berbeda tapi satu desa Tinggal dalam satu rumah Total Sumber: pertanyaan no. a11

Frekuensi 1 12 12 7 18 50

Persentase 2.0 24.0 24.0 14.0 36.0 100.0

Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa dari 50 responden kita menyatakan bahwa kakek nenek tinggal dipanti jompo sebanyak 1 orang dengan persentase 2.0 persen dari 100.0 persen, kakek nenek tinggl diluar kota sejumalah 12 orang dengan persentase 24.0 persen dari 100.0 persen,kakek nenek tinggal di rumah saudara sejumlah 12 orang dengan jumlah persentase 24.0 persen dari 100 persen, rumah berbeda tapi satu desa berjumlah 7 orang dengan persentase 14.0 persen dari 100.0 persen,dan yang tinggal dalam satu rumah sejumlah 18 orang dengan persentase 36.0 persen dari 100.0 persen. Jadi berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi (kecenderungan data) lansia tinggal dalam satu rumah bersama keluarganya. 3.10. Intensitas Kunjungan Lansia Tabel 3.10 Intensitas Kunjungan Lansia No. 1. 2. 3.

Intensitas

1-18 19-36 Lansia Tinggal Dengan Keluarga Total Sumber: pertanyaan no. a12

Frekuensi 18 4 28 50

Persentase 36 8 56 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa lansia yang tinggal bersama keluarganya memiliki frekuensi sebesar 28 dengan presentase sebesar 56%, sementara itu lansia yang tidak tinggal bersama keluarga namun masih cukup

31

sering dikunjungi oleh keluarganya memiliki frekuensi sebesar 18 dengan presentase sebesar 36%, kemudian lansia yang jarang dikunjungi oleh oleh keluarganya memiliki frekuensi sebesar 4 dengan presentase sebesar 8%. Jadi berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi (kecenderungan data) lansia tinggal dekat dengan keluarganya dalam satu rumah sehingga secara otomatis lansia tersebut sering dikunjungi keluarganya. 3.11. Status Sosial Ekonomi Tabel. 3.11. Status Sosial Ekonomi No. 1. 2. 3.

Nilai

Frekuensi 5-8 24 9-12 17 13-16 9 Total 50 Sumber: intervalisasi skoring pertanyaan no. a6-a10

Persentase 48 34 18 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa status sosial ekonomi yang masuk kategori tinggi dengan nilai 5-8 memiliki frekuensi 24 dengan persentase sebesar 48 persen, sementara itu status sosial ekonomi yang masuk kategori sedang dengan nilai 9-12 memiliki frekuensi 17 dengan persentase 34 persen, dan status soaial ekonomi yang masuk kategori rendah dengan nilai 13-16 memiliki frekuensi 9 dengan persentase 18 persen. Jadi dari tabel dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi (kecenderungan) berada pada kategori tinggi.

32

3.12. Modernisasi Keluarga Tabel 3.12 Modernisasi Keluarga No. 1. 2. 3.

Nilai

Frekuensi 41-49 22 50-58 24 59-67 4 Total 50 Sumber: intervalisasi skoring pertanyaan no. b19-b30

Persentase 44 48 8 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa modernisasi keluarga yang masuk kategori tinggi dengan nilai 41-49 memiliki frekuensi 22 dengan persentase sebesar 44 persen, sementara itu modernisasi keluarga yang masuk kategori sedang dengan nilai 50-58 memiliki frekuensi 24 dengan persentase 48 persen, dan modernisasi keluarga yang masuk kategori rendah dengan nilai 59-67 memiliki frekuensi 4 dengan persentase 8 persen. Jadi dari tabel dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi (kecenderungan) berada pada kategori sedang. 3.13. Tingkat Penelantaran Lansia Tabel 3.13. Tingkat Penelantaran Lansia No. 1. 2. 3.

Nilai

Frekuensi 33-42 18 43-52 28 53-62 4 Total 50 Sumber: intervalisasi skoring pertanyaan no. b1-b18

Persentase 36 56 8 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat penelantaran lansia yang masuk kategori tinggi dengan nilai 33-42 memiliki frekuensi 18 dengan persentase sebesar 36 persen, sementara itu tingkat penelantaran lansia yang masuk kategori sedang dengan nilai 43-52 memiliki frekuensi 28 dengan persentase 56 persen, dan tingkat penelantaran lansia yang masuk kategori rendah dengan nilai 53-62 memiliki frekuensi 4 dengan persentase 8 persen.

33

Jadi dari tabel diatas dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi (kecenderungan data) berada pada kategori sedang.

34

BAB 4 REALITAS PENELANTARAN LANSIA

Telah diberikan pemaparan dan deskripsi terkait data primer yang berhasil didapatkan di lapangan pada BAB 3. Namun, pemaparan dan deskripsi yang diberikan pada BAB sebelumnya belumlah cukup untuk menjawab pertanyaan penelitian. Pada BAB ini akan dipaparkan analisis hubungan antar varibel yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan sekaligus berusaha untuk menguji hipotesis yang telah dipaparkan pada BAB 1. Namun, sebelum melakukan analisis instrumen berupa pertanyaan penelitian terlebih dahulu kita akan melihat validitas, reliabilitas, dan normalitas distribusi data. Jika data berhasil

memenuhi,

maka selanjutnya akan dilakukan analisis

dengan

menggunakan analisis statistik parametrik ataupun non-parametrik. 4.1

Validitas Instrumen Uji Validitas instrumen penelitian adalah sebuah proses dimana kita

menguji apakah pertanyaan penelitian sesuai untuk mewakili indikator pada sebuah variabel.2 Pada pengertian ini, uji validitas diperlukan untuk mengukur apakah penelitian yang dilakukan telah menggunakan alat ukur yang sesuai terkait pengaruh modernisasi keluarga terhadap penelantaran lansia. 4.1.1

Status Sosial Ekonomi Keluarga Tabel 4.1.1 Validitas Status Sosial Ekonomi Keluarga

Pekerjaan Ayah Pekerjaan Ibu Penghasilan Perbulan Koefisien 0,725 0,681 0,818 Valid 0,01 0,01 0,01 Alpha 0,05 0,05 0,05 Sumber: analisis statistik parametrik data primer melalui SPSS 16 Dari serangkaian proses analisis statistik menggunakan program SPSS 16, didapatkan koefisien korelasi antara ketiga indikator dengan jumlah keseluruhan 2

Menurut Azwar (1986) Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.

35

skor pada variabel tersebut. Dari 3 pertanyaan yang merupakan indikator untuk mengukur status sosial ekonomi, hasil pengukuran menunjukkan seluruhnya valid pada alpha 1%. Maka dari itu dalam analisis pada sub-bab berikutnya seluruh pertanyaan yang valid tersebut akan diikut sertakan.

36

4.1.2

Modernisasi Keluarga Tabel 4.1.2 Validitas Modernisasi Keluarga

Q1

Q2

Q3

Q4

Q5

Q6

Q7

Q8

Q9

Q10

Q11

Q12

Q13

Q14

Q15

Q16

Q17

Q18

Koef.

0,17

0,305

0,337

0,551

0,405

0,429

0,313

0,115

0,282

0,581

0,641

0,364

0,250

0,198

0,423

0,597

0,637

0,436

Valid

-

0,05

0,05

0,01

0,01

0,01

0,05

-

0,05

0,01

0,01

0,01

-

-

0,01

0,01

0,01

0,01

Alpha

-

0,05

0,05

0,05

0,05

0,05

0,05

-

0,05

0,05

0,05

0,05

-

-

0,05

0,05

0,05

0,05

Sumber: analisis statistik parametrik data primer melalui SPSS 16 Pada tabel diatas, dapat kita lihat dari 18 pertanyaan yang merupakan indikator untuk mengukur modernisasi keluarga terdapat 10 pertanyaan yang valid pada alpha 1%, 4 pertanyaan yang valid pada alpha 5% , sedangkan 4 pertanyaan yang tidak memenuhi standar validitas pada alpha 1% maupun 5%. Pertanyaan yang tidak valid tersebut diantaranya adalah Q1,Q8,Q13, Q14. Untuk itulah dalam analisis pada sub bab berikutnya beberapa pertanyaan yang tidak valid tidak akan diikut sertakan. Melihat bahwa 10 pertanyaan valid pada alpha 1%, sedangkan 4 pertanyaan lainnya valid pada alpha 5%, maka dalam penelitian ini alpha yang digunakan mulai dari sekarang hingga seterusnya adalah alpha 5%, karena item yang valid pada alpha 1% sudah tentu bisa digunakan pada analisis degan menggunakan alpha 5%, sedangkan pertanyaan yang valid dengan alpha 5% tentu tidak bisa digunakan dalam menganalisis data dengan alpha 1%. Dengan asumsi bahwa pilihat tersebut akan memperkaya indikator variabel, maka alpha ditetapkan menjadi 5%.

37

4.1.3

Tingkat Penelantaran Lansia Tabel 4.1.3 Validitas Penelantaran Lansia

Q19 Q20 Q21 Q22 Q23 Koefisien 0,561 0,469 0,694 0,634 0,562 Valid 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 Alpha 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 Sumber: analisis statistik parametrik data primer melalui SPSS 16

Q24 0,571 0,01 0,05

Q25 0,484 0,01 0,05

Q26 0,405 0,01 0,05

Q27 0,612 0,01 0,05

Q28 0,634 0,01 0,05

Q29 0,629 0,01 0,05

Q30 0,650 0,01 0,05

Tabel diatas menunjukan hasil pengukuran koefisien korelasi antara tiap-tiap variabel dengan jumlah skor keseluruhan variabel itu sendiri. Dari 12 pertanyaan yang merupakan indikator untuk mengukur penerlantaran lansia seluruhnya valid dengan alpha 1%. Karena pada sub-bab sebelumnya (validitas status sosial ekonomi dan modernisasi keluarga) kita telah menetapkan alpha 5% sebagai alpha yang akan kita gunakan untuk melakukan analisis pada bab selanjutnya, maka dari itu alpha yang digunakan adalah alpha 0,05 dan dalam analisis pada sub bab berikutnya seluruh pertanyaan yang valid tersebut akan diikut sertakan. 4.2

Reliabilitas Data Menurut Masri Singarimbun, realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat

diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali –untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Dengan kata lain, realibitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala yang sama. Oleh karena itu, berikut disajikan beberapa unit analisis yang akan diukur reliabilitasnya.

38

Tabel 4.2.1 Instrumen Pertanyaan Penelitian No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Item/Instrumen Pertanyaan Mean Jenis kelamin 1.60 Usia responden 19.72 Jurusan 4.38 Pekerjaan ayah 3.38 Pekerjaan ibu 3.26 Penghasilan perbulan 2.42 Jumlah anak 2.38 Dimana lansia tinggal 3.58 Intensitas kunjungan 4.04 Tenang jika banyak relasi dengan pejabat pemerintah 3.46 Menggunakan cara yang sesuai dengan hukum 3.66 Sinergis dengan birokrasi dan lembaga hukum 3.38 Menggunakan lembaga publik untuk aktivitas sehari4.08 hari 14. Kepercayaan terhadap lembaga pemerintahan 3.14 15. Kelengkapan administrasi keluarga 4.22 16. Pengelolaan warisan dalam keluarga 3.58 17. Ketergantungan terhadap teknologi 3.42 18. Efektifitas penggunaan teknologi 3.32 19. Akses terhadap informasi 3.48 20. Partisipasi pemikiran responden dalam keputusan 4.16 keluarga 21. Investasi keluarga dalam deposito dan keuangan 3.68 22. Investasi keluarga dalam mempersiapkan pendidikan 3.68 23. Keikutsertaan pada program asuransi 3.58 24. Mencukupi seluruh kebutuhan lansia 4.20 25. Apakah benar-benar mencukupi kebutuhan lansia 4.00 26. Lansia tidak pernah kekurangan 3.60 27. Jaminan kenyamanan kepada lansia 3.98 28. Kepedulian jika lansia sakit 4.26 29. Kesigapan ketika lansia sakit 4.06 30. Hasrat untuk menjadi berguna kepada lansia 3.88 31. Resosialisasi kepada lansia 3.46 32. Tidak ingin menitipkannya ke panti jompo 3.42 33. Datang bersama-sama saat mengunjungi panti jompo 3.38 34. Sangat senang jika mengunjungi panti jompo 3.32 35. Lansia selalu terlihat ceria saat dikunjungi 3.30 Sumber: analisis statistik parametrik data primer melalui SPSS 16

SD 0.495 1.089 2.230 1.123 1.291 1.513 0.901 1.263 7.811 0.994 0.939 0.667

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

0.665

50

0.926 0.679 0.928 1.052 1.077 0.863

50 50 50 50 50 50

0.792

50

0.819 0.868 0.928 0.808 0.756 0.969 0.845 0.723 0.818 0.799 0.706 0.950 0.855 0.913 0.931

50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

39

Tabel diatas menunjukan ke-35 instrumen/item pertanyaan yang akan diukur reliabilitasnya. Beberapa pertanyaan yang tidak bisa dianalisis seperti nama dan alamat tidak dicantumkan dalam tabel. Untuk itu, berikut akan disajikan sebuah tabel tambahan yang merupakan hasil pengukuran reliabilitas data menggunakan SPSS 16. Tabel 4.2.2. Reliabilitas Item Pertanyaan Cronbach’s Alpha

Cronbach’s Alpha Based On N of Items Standardized Items 0,377 0,797 35 Sumber: analisis statistik parametrik data primer melalui SPSS 16 Merujuk pada tabel diatas, Cronbach’s Alpha menunjukan hasil 0,377. Untuk melihat apakah item pertanyaan kita reliabel, maka kita akan menggunakan perbandingan dari R Tabel yang menunjukan angka pada nominal 0,344 dengan DF= 33 (jumlah instrumen yang diukur – 2) dan taraf signifikansi sebesar 95% atau alpha 5%. Oleh karena Cronbach’s Alpha lebih besar dari nilai yang ditunjukan oleh R Tabel (0,377>0,344), maka dapat dikatakan bahwa ke-35 pertanyaan yang diukur secara keseluruhan reliabel. 4.3

Normalitas Distribusi Dengan asumsi bahwa data yang berhasil didapat berskala minimal interval,

serta tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat kubungan (asosiasi) antara dua variabel atau lebih, maka untuk melihat normalitas data digunakan tes OneSample KolmogorovSmirnov. Melalui hasil analisis dengan menggunakan program SPSS 16, didapatkan data berupa taraf signifikansi pada kasus dua sisi (two tailed test). Selengkapnya bisa dilihat melalui tabel dibawah ini:

40

Tabel 4.3. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Status Modernisasi Penelantaran Sosial Keluarga Lansia Ekonomi N 50 50 50 50 50 Mean 1,60 2,38 9,0600 50,8400 44,8600 SD 0,495 0,901 2,93056 5,76888 5,56588 MED.A 0,391 0,303 0,132 0,78 0,78 MED(+) 0,287 0,303 0,132 0,78 0,78 MED(-) -0,391 -0,217 -0,122 -0,55 -0,55 K-S.Z 2,762 2,145 0,932 0,551 0,549 Sig. 0,000 0,000 0,350 0,922 0,924 Sumber: analisis statistik parametrik data primer melalui SPSS 16 Jenis Kelamin

Beban Anak

Untuk mengukur normalitas data, maka yang perlu diperhatikan adalah nilai signifikansi pada masing-masing variabel yang dilambangkan dengan tanda (Sig.) pada baris terakhir. Sebaran data pada suatu variabel dikatakan berdistribusi normal jika hasil signifikansi (Sig.) yang didapatkan melalui analisis lebih dari nilai alpha yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena pada bab sebelumnya telah diggunakan taraf signifikansi sebesar 95%, dan itu berarti nilai alpha yang dipakai adalah 0,05 maka variabel yang memenuhi persyaratan analisis statistik parametrik atau berdistribusi normal adalah; Status Sosial Ekonomi (0,350>0,05); Modernisasi Keluarga (0,922>0,05); dan Penelantaran Lansia (0,924>0,05). Sedangkan, untuk variabel Jenis Kelamin, Serta Beban Anak tidak memenuhi persyaratan ini sehingga untuk analisis selanjutnya akan menggunakan statistik non-parametrik atau bisa juga dengan Cross-Tab. 4.4

Pengaruh Modernisasi Terhadap Penelantaran Lansia Untuk mengetahui pengaruh variabel Modernisasi Keluarga (X) terhadap

variabel Penelantaran Lansia (Y), maka akan digunakan tes korelasi Pearson (Product Moment). Pengolahan data dalam analisis kali ini menggunakan program analisis SPSS 16 untuk mengolah data yang telah berhasil didapatkan melalui kuesioner. Berikut tabel yang menunjukan hasil analisis yang berhasil didapatkan melalui program SPSS 16:

41

Tabel 4.4.1. Korelasi Modernisasi Keluarga dan Penelantaran Lansia Modernisasi Penelantaran Keluarga Lansia Modernisasi Pearson corelation 1 0,488 Keluarga Sig. (2 tailed) 1630,720 0,000 Cross-product 33,280 808,880 Covariance 33,280 16,504 N 50 50 Penelantaran Pearson corelation 0,488 1 Lansia Sig. (2 tailed) 0,000 1630,720 Cross-product 808,880 33,280 Covariance 16,504 33,280 N 50 50 Sumber: analisis statistik parametrik data primer melalui SPSS 16 Melalui tabel cross-tab product moment antara variabel Modernisasi Keluarga (X) dan Penelantaran Lansia (Y) diatas, maka diketahui koefisien korealasi sebesar 0,488. Untuk melihat apakah kedua variabel mempunyai hubungan satu sama lain, maka perlu membandingkannya dengan tabel Pearson atau R product moment. Dengan n=50 dan taraf signifikansi=0,05%, maka didapatkan niai R tabel sebesar 0,279. Karena nilai rxy/koefisien korelasi antara Modernisasi Keluarga (X) dan Tingkat Penelantaran Lansia (Y) lebih besar nilainya dari R tabel (0,488>0,279), maka dapat dikatakan ada hubungan antara Modernisasi Keluarga (X) dan Tingkat Penelantaran Lansia (Y). Oleh karena itu, H10 ditolak. Dalam hal ini, modernisasi pada keluarga yang tinggal di Surabaya setidaknya berpengaruh pada tingkat penelantaran lansia yang terjadi pada keluarga tersebut. Meskipun koefisien korelasinya 0,488, keberadaan variabel ketika (Z) juga dimungkinkan mengaburkan hubungan antara dua variabel tersebut. Pada pengertian ini, hubungan antar kedua variabel tersebut sesungguhnya bisa lebih kuat atau lebih lemah karena pengaruh variabel lainnya. Untuk melihat arah atau bentuk hubungan antara Modernisasi Keluarga (X) dan Tingkat Penelantaran Lansia (Y), maka perlu memperhatikan atribut dari nilai rxy/koefisien korelasi itu sendiri. Dari tabel diatas, nilai yang berhasil dihitung sebesar 0,488. Karena nilainya merupakan positif, maka seharusnya arah atau bentuk hubungan antara variabel Modernisasi Keluarga (X) dan Tingkat Penelantaran Lansia (Y) adalah positif. Namun, karena dalam pembuatan 42

instrumen penelitian berupa kuesioner nilai tinggi pada variabel Tingkat Penelantaran Lansia menunjukan tingkat kepedulian lansia yang tinggi, maka arah atau bentuk hubungan antara kedua variabel tersebut adalah negatif.3 Dalam hal ini bisa dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat modernisasi keluarga, maka semakin rendah tingkat penelantaran lansia. Oleh karena itu, H20 diterima. Meskipun

koefisien

korelasi

menunjukan

ada

hubungan

antara

modernisasi keluarga dengan penelantaran lansia, namun atribut pada koefisien korelasi tersebut menunjukan arah yang negatif. Hal ini tentu saja sangat berbeda dengan konsep dan pandangan Ogburn, modernisasi merupakan penyebab utama lunturnya nilai-nilai luhur keluarga yang kemudian mendorong fenomena penelantaran lansia. Modernisasi, bagaimanapun juga akan membuat berbagai fungsi dalam keluarga tidak berjalan semestinya seperti yang diutarakan oleh Friedman. Namun, seperti yang bisa kita lihat, arah hubungan yang terbalik menunjukan bahwa modernisasi yang hadir dalam suatu keluarga justru membuat keluarga memberikan kasih sayang lebih kepada lansia, bagaimana kemudian lansia diperhatikan eksistensi dengan memahami berbagai kebutuhan resosialisasi dan kebutuhan akan informasi, bagaimana kesejahteraan dan kehidupan ekonomi lansia kemudian dijamin oleh keluarga, bagaimana kesehatan dan perawatan akan selalu hadir pada lansia jika suatu saat nanti mereka mengalami penurunan kesehatan dan jatuh sakit, serta bagaimana kepedulian keluarga yang diberikan lebih daripada mereka yang mempunyai tingkat modernisasi dalam keluarga yang rendah. Hal ini, tentu saja berlawanan dengan realitas lain yang sering kita temukan diperkotaan. Banyaknya lansia yang terlantar dan dibuang ke panti jompo setidaknya cukup memberikan gambaran kepada kita bagaimana mengerikannya modernisasi pada masyarakat di perkotaan. Oleh karena itu, ada sesuatu yang berbeda jika kita melihat hasil penelitian atau studi tentang pengaruh modernisasi terhadap penelantaran lansia pada keluarga Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga yang tinggal di Surabaya.

3

Perhatikan, meskipun nilai analisis SPSS 16 menunjukan atribut positif, namun sebenarnya hubungannya adalah negatif. Karena proses dalam pengukuran pada kuesioner yang benar seharusnya nilai yang tinggi adalah untuk responden dengan tingkat penelantaran lansia yang tinggi. Jika koding diperbaiki dan dihitung ulang, maka nilai yang ditunjukan oleh SPSS 16 tentu saja akan menunjukan atribut negatif.

43

Menyikapi perbedaan antara apa yang ditemukan melalui hasil penelitian dan apa yang secara umum bisa di temukan dalam masyarakat modern, hal ini tentu saja tidak bisa kita lepaskan dari keberadaan variabel ketiga (Z) yang membuat arah hubungan yang seharusnya positif menjadi negatif. Pertama, ketika kita melihat obyek penelitian adalah mahasiswa yang merupakan bagian kecil dari keluarga4 itu sendiri, dan oleh karena itu berbagai jawaban yang dilontarkan terkait item-item pertanyaan rawan sekali dijawab dengan menggunakan pendapat pribadi dan bukan atas dasar apa yang benar-benar terjadi di keluarganya. Kedua, obyek penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh modernisasi keluarga terhadap penelantaran lansia pada keluarga mahasiswa FISIP UNAIR yang tinggal di Surabaya erat kaitannya dengan berbagai aktivitas yang dapat menjadi variabel yang mampu memperlemah atau bahkan membalikkan arah dan bentuk hubungan antar variabel modernisasi keluarga dan tingkat penelantaran lansia. Ogburn menandai bahwa salah satu penyebab banyaknya fenomena penelantaran lansia di kota-kota besar tak lain ialah karena nilai-nilai luhur yang mulai luntur. Lunturnya nilai-nilai tersebut yang pada gilirannya membuat fungsi dari lembaga keluarga tidak berjalan semestinya merupakan konsekuensi logis zaman yang terus berkembang ke arah modernisasi. Oleh karena itu, hal penting yang harus ditandai pada dalam pemikiran Ogburn ialah pada nilai-nilai yang menjunjung tinggi kedudukan orang tua dan memperlakukan orang tua sebagai sosok yang harus dilindungi, disayangi, dan diperlakukan dengan hormat. Sedangkan, jika kita melihat karakteristik responden yang merupakan Mahasiswa Universitas Airlangga dengan mottonya “exellence with morality”, tentu nilainilai moralitas yang lebih ditanamkan melalui kurikulum –baik yang nampak maupun tersembunyi– sedikit banyak berpengaruh pada variabel tingkat penelantaran lansia. Pada pengertian ini, berbagai bentuk muatan kegiatan dan kurikulum yang menjadi satu dalam slogan Universitas Airlangga “excellence

4

Pada pengertian ini, dapat dikatakan bahwa responden merupakan obyek penelitian yang dikatakan kurang sesuai untuk menjadi obyek penelitian. Pasalnya, pengetahuan akan keluarga responden sendiri juga bisa dikatakan kurang apalika kita berbicara tentang hubungan antara orang tua mereka dan kakek nenek atau lansia mereka. Oleh karena itu, pemilihan responden yang kurang tepat dalam penelitian ini juga bisa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi arah hubungan koefisien korelasi yang berlawanan dengan konsepsi Ogburn tentang penyebab fenomena penelantaran lansia.

44

with morality” memberikan pengaruhnya terhadap sikap mahasiswa dalam konteks variabel tingkat penelantaran lansia. Untuk melihat kekuatan atau keeratan variabel Modernisasi Keluarga (X) terhadap Tingkat Penelantaran Lansia (Y), perlu dilihat dan mencocokkannya dengan tabel berikut5: Tabel 4.4.2. Keeratan Hubungan No. Nilai Koef.Korelasi Keeratan Hubungan 1. KK = 0 Korelasi sangat rendah, lemah sekali 2. 0 < KK < 0,20 Korelasi rendah/lemah 3. 0,20 < KK < 0,40 Korelasi cukup berarti 4. 0,40 < KK < 0,70 Korelasi kuat/tinggi 5. 0,70 < KK < 0,90 Korelasi sangat tinggi/kuat/dapat diandalkan 6. 0,90 < KK 1,00 Korelasi sempurna Sumber: Abdurahman dkk. (2012) Jika melihat tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa keeratan hubungan antara variabel Modernisasi Keluarga (X) dan Tingkat Penelantaran Lansia (Y) dapat dikategorikan kuat atau tinggi, karena KK berada diantara 0,40 dan 0,70 yaitu 0,488. Sedangkan, 0,512 lainnya dipengaruhi oleh variabel lain. Jika kita kaitkan dengan teori AGIL Talcott Parson, fenomena penelantaran lansia tersebut berkaitan erat dengan tidak berfungsinya keluarga sebagai bagian dari sistem sosial masyarakat Indonesia. Ketidakberfungsian keluarga tersebut diakibatkan karena tidak terpenuhinya sebagian atau seluruh syarat mutlak yang harus dimiliki oleh sebuah sistem agar bisa berjalan sebagaimana mestinya yaitu Adaption, Goal, Attainment, Integration, dan Latency. Namun data yang didapatkan pada penelitian ini berkata sebaliknya. Pada pengertian ini, Talcott parson mendefinisikan disintegrasi6 sebagai konsekuensi nyata dari proses adaptasi yang kurang sesuai, meloncat-loncat dan berjalan tidak beraturan. Kenyataan bahwa data yang ditemukan berbanding terbalik dengan apa yang diharapkan harus membuat kita memutar otak kita kembali. Pada pengertian ini, yang harus diperhatikan adalah pada proses

5

Abdurahman, Maman, Muhidin, Sambas & Somantri, Ating (2012). termasuk didalamnya adalah pengertian tentang nilai yang luntur karena adanya pengaruh modernisasi seperti yang dikonsepsikan oleh Ogburn 6

45

adaptasinya, ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Pertama, proses adaptasi telah berlangsung dengan sangat baik, sehingga disintegrasi berupa penelantaran lansia yang merupakan tanda lunturnya nilai-nilai luhur masyarakat bisa diminimalisis atau bahkan menemukan resolusi berupa perbaikan norma dan nilai itu sendiri. Masyarakat modern lebih care dan aware dengan kelangsungan hidup dan eksistensi para lansia sebagai orang tua yang telah banyak berjasa baginya. Kedua, masih terdapat masalah pada proses adaptasi, namun dalam hal ini ketidak sesuaian dalam proses adaptasi berlangsung lebih ekstrim, sehingga memunculkan bentuk perubahan yang merupakan disintegrasi dari kebudayaan yang telah mengalami disintegrasi sebelumnya. Dalam hal ini, bisa dicontohkan bahwa hal tersebut merupakan suatu kemajuan dalam masyarakat yang telah mengalami kemunduran secara dramatis pada beberapa tahun terakhir karena pengaruh modernisasi dan faktor adaptasi7 yang tidak sesuai. 4.5

Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Penelantaran Lansia

Tabel 4.5. Korelasi Status Sosial Ekonomi Keluarga dan Penelantaran Lansia

Status Sosial Ekonomi Penelantaran Lansia

Pearson corelation Sig. (2 tailed) N Pearson corelation Sig. (2 tailed) N

Status Sosial Ekonomi 1 50 0,021 0,887 50

Penelantaran Lansia 0,021 0,887 50 1 50

Sumber: analisis statistik parametrik data primer melalui SPSS 16 Seperti halnya pada sub-bab sebelumnya, yaitu pada sub-bab Pengaruh Modernisasi Terhadap Penelantaran lansia, maka untuk melihat hubungan antara dua variabel adalah dengan melihat koefisien korelasi yang dilambangkan dengan (Sig.) diatas. Jika melihat tabel yang menunjukan koefisien korelasi sebesar 0,021, maka akan didapatkan keputusan bahwa tidak ada hubungan antara variabel Status Sosial Ekonomi terhadap Penelantaran Lansia. Namun hasil yang berbeda 7

Adaptasi yang dimaksud ialah berbagai upaya dan respon yang ditunjukan oleh masyarakat perkotaan khususnya terhadap arus modenisasi.

46

didapatkan jika kembali melihat keterangan pada tabel 4.4.2. Keeratan Hubungan, keeratan hubungan antara variabel Sosial Ekonomi dan Penelantaran Lansia adalah rendah atau lemah. Meskipun hanya sebesar 0,021 atau 2,1%, setidaknya ada sedikit pengaruh status sosial ekonomi terhadap tingkat penelantaran lansia. 4.6

Perbedaan Tingkat Penelantaran Lansia pada Pria dan Wanita Berbeda halnya dengan prosedur analisis pada sub-bab 4.4 dan 4.5, pada

sub-bab ini prosedur analisis akan menggunakan analisis statistik non-parametrik karena pada sub-bab 4.3 diketahui bahwa distribusi sebaran data tidak normal. Oleh karena itu, kali ini analisis menggunakan Korelasi Rank Kendall. Dari hasil analisis yang didapatkan melaqlui program SPSS 16, diketahui tabel sebagai berikut: Tabel 4.6. Korelasi Jenis Kelamin dan Penelantaran Lansia Jenis Kelamin Jenis Kelamin

Pearson corelation 1000 Sig. (2 tailed) N 50 Penelantaran Pearson corelation 0,044 Lansia Sig. (2 tailed) 0,713 N 50 Sumber: analisis statistik parametrik data primer melalui SPSS 16

Penelantaran Lansia 0,044 0,713 50 1000 50

Jika berdasarkan tabel diatas, maka koefisien korelasi yang berhasil didapatkan sebesar 0,044. Berbeda dengan analisis product moment, untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel Jenis Kelamin dan Tingkat Penelantaran Lansia perlu dilihat tabel A sebagai pembanding. Didapatkan nilai Z sebesar 1,7 . Untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel Jenis Kelamin dan Tingkat Penelantaran Lansia, maka perlu dibandingkan dengan Z alpha. Diketahui alhpa sebesar 0,05, karena pada tes ini merupaka tes dua sisi, maka Z tabel yang didapatkan melalui tabel A adalah 1,96. Oleh karena itu H0 diterima. Jika melihat prosedur analisis yang ada, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terkait tingkat penelantaran lansia pada dua jenis kelamin yang berbeda. 47

4.7

Pengaruh Beban Anak Terhadap Tingkat Penelantaran Lansia Sama halnya pada sub-bab berikutnya, dalam analisis pengaruh beban

anak terhadap tingkat penelantaran lansia, digunakan analisis non-parametrik Korelasi Rank Kendall. Berikut disajikan tabel hasil analisis korelasional variabel Pengaruh Beban Anak terhadap Tingkat Penelantaran Lansia: Tabel 4.7. Korelasi Beban Anak dan Penelantaran Lansia Beban Anak Beban Anak

Koefisien Korelasi 1000 Sig. (2 tailed) N 50 Penelantaran Koefisien Korelasi 0,059 Lansia Sig. (2 tailed) 0,601 N 50 Sumber: analisis statistik parametrik data primer melalui SPSS 16

Penelantaran Lansia 0,059 0,601 50 1000 50

Dari tabel diatas, diketahui koefisien korelasi sebesar 0,059. Untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel Beban Anak dan Penelantaran Lansia, maka perlu dibandingkan dengan tabel A. Melihat koefisien korelasi sebesar 0,059, maka didapatkan nilai Z sebesar 1,56 . Untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel Beban Anak dan Tingkat Penelantaran Lansia, maka perlu dibandingkan dengan Z alpha. Diketahui alhpa sebesar 0,05, karena pada tes ini merupaka tes dua sisi, maka Z tabel yang didapatkan melalui tabel A adalah 1,96. Oleh karena itu H0 diterima. Jika melihat prosedur analisis yang ada, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terkait tingkat penelantaran lansia pada sampel dengan beban anak yang berbeda.

48

BAB 5 PENUTUP

Pada bab-bab sebelumnya telah diuraikan secara panjang lebar dan rinci mulai dari rancangan penelitian, pemaparan data hasil penelitian, sampai analisis data hubungan antara modernisasi keluarga dengan tingkat penelantaran lansia. Kemudian pada bab 5 yang merupakan bab terakhir ini, akan dituliskan secara ringkas jawaban dari rumusan permasalahan yang diajukan yang didasarkan pada hasil analisis data yang didapatkan. Selain jawaban ringkas dari rumusan permasalahan yang akan dituliskan pada kesimpulan, pada bagian ini juga akan dituliskan saran bagi pembaca berkaitan dengan hasil temuan dari penelitian ini.

5.1

Kesimpulan Dari hasil analisis yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa terdapat

hubungan antara modernisasi keluarga (X) dengan tingkat penelantaran lansia (Y) pada taraf signifikasi sebesar 0,05%. Kemudian tingkat keeratan hubungan antara modernisasi keluarga dan tingkat penelantaran lansia tersebut dapat dikatakan kuat/sangat erat hubungannya. Namun berbeda dengan teori dari Ogburn, data hasil analisis menunjukkan bahwa arah hubungan antara variabel (X) dan variabel (Y) bersifat “negatif” dalam arti yaitu semakin tinggi tingkat modernisasi keluarga, maka semakin rendah tingkat penelantaran lansia. Ada beberapa asumsi yang dapat digunakan untuk menjelaskan temuan data yang bersifat terbalik, Pertama, ketika kita melihat obyek penelitian adalah mahasiswa yang merupakan bagian kecil dari keluarga itu sendiri, dan oleh karena itu berbagai jawaban yang dilontarkan terkait item-item pertanyaan rawan sekali dijawab dengan menggunakan pendapat pribadi dan bukan atas dasar apa yang benar-benar terjadi di keluarganya. Kedua, obyek penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh modernisasi keluarga terhadap penelantaran lansia pada keluarga mahasiswa FISIP UNAIR yang tinggal di Surabaya erat kaitannya dengan berbagai aktivitas yang dapat menjadi variabel yang mampu memperlemah atau bahkan membalikkan arah dan bentuk hubungan antar variabel modernisasi keluarga dan tingkat penelantaran lansia. 49

Menyikapi kekuatan hubungan dan arah/bentuk hubungan yang terbalik, jika kita kaitkan dengan teori AGIL Talcott Parson; Pertama, proses adaptasi telah berlangsung dengan sangat baik, sehingga disintegrasi berupa penelantaran lansia yang merupakan tanda lunturnya nilai-nilai luhur masyarakat bisa diminimalisis atau bahkan menemukan resolusi berupa perbaikan norma dan nilai itu sendiri. Masyarakat modern lebih care dan aware dengan kelangsungan hidup dan eksistensi para lansia sebagai orang tua yang telah banyak berjasa baginya; Kedua, masih terdapat masalah pada proses adaptasi, namun dalam hal ini ketidak sesuaian dalam proses adaptasi berlangsung lebih ekstrim, sehingga memunculkan bentuk perubahan yang merupakan disintegrasi dari kebudayaan yang telah mengalami disintegrasi sebelumnya. Adapun faktor lain yang mempengaruhi tingkat penelantaran lansia yang tinggal di Surabaya yang ditemukan hanyalah faktor status sosial ekonomi, namun hubungan yang didapat sangat lemah. Sementara itu untuk faktor lain seperti jenis kelamin (antara pria dan wanita) dan beban yang ditanggung oleh anak, keduanya tidak ada hubungannya dengan tingkat penelantaran lansia di Surabaya. 5.2

Saran Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan (pertentangan/gap) antara temuan hasil penelitian dengan teori yang digunakan. Untuk itu, peneliti menyarankan kepada pembaca untuk mengkaji ulang penelitian yang serupa dengan penelitian ini namun mempertimbangkan faktor-faktor “Z” sebagai faktor penghambat atau faktor pengubah arah hubungan yang mungkin terjadi dalam penelitian ini. Namun jika penelitian-penelitian sesudah ini juga tetap menunjukkan hasil yang bertentangan dengan teori Ogburn, maka objektivitas dari teori tersebut saat ini bisa dipertanyakan lagi. Kemungkinan bahwa teori tersebut sudah kehilangan objektivitasnya saat ini, ataukah hasil penelitian ini yang terhalang oleh variabel “Z” sehingga arah hubungannya berubah, mungkin bisa dikaji kembali oleh para pembaca.

50

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Maman, Muhidin, Sambas & Somantri, Ating. 2012. Dasar-Dasar Metode Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Setia. Azwar, Saifuddin. (Edisi Revisi) 2012. Reliabilitas dan Validitas : Interpretasi dan Komputasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Demartoto, Argyo. 2006. Pelayanan Sosial Non Panti Bagi Lansia Suatu Kajian Sosiologis, Surakarta: Sebelas Maret University Press. Departemen Sosial RI. 1998. Undang-undang RI No. 13 Tahun 1998, Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, Jakarta. Faisal, Sanapiah. 2008. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers. Friedman, M. Marilyn. 1998. Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Jakarta: EGC Ogburn, W. F., dan M. F. Nimkoff. 1976. Tecnology and the Changing Family. Conn: Greenwood Press. Prayitno, Suhargo. 1999. Penduduk Lanjut Usia: Tinjauan Teori, Masalah, dan Implikasi Kebijakan. Masyarakat Kebudayaan dan Politik, 4: 45-50. Rirzer, George. 2012. Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Setiawan, Santun. 2008. Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media. Singarimbun, Masri; dan Sofian Effendi. 1987. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Suhargo Prayitno, “Penduduk Lanjut Usia ; Suatu Tinjauan Teori, Masalah, dan Implikasi Kebijakan,” Masyarakat, Kebudayaan, dan Politik, Th XII, No 4, Oktober 1999, 45-50. Wirawan, IB dkk., 2010. Profile Penduduk Lanjut Usia di Jawa Timur 2010. Surabaya: Komda Lansia Jawa Timur Tahun 2010.

x

Yasa, Murjana, 2002. Penduduk Usia Lanjut dan Masalah Sosial Ekonomi Pembangunan Daerah Bali. Yogyakarta: LESFI.

xi

LAMPIRAN Lampiran 1. Normalitas Distribusi Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pengeluaran Jenis Kelamin N Normal Parameters

a

Most Extreme Differences

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

ModernisasiKelua Penelantaran_Lan

Perbulan

Jumlah Anak

StatusSosialEkX

rgaX

siaY

50

50

50

50

50

50

Mean

1.60

4246000.00

2.38

9.0600

50.8400

44.8600

Std. Deviation

.495

2740267.379

.901

2.93056

5.76888

5.86588

Absolute

.391

.196

.303

.132

.078

.078

Positive

.287

.196

.303

.132

.078

.078

Negative

-.391

-.133

-.217

-.122

-.055

-.055

2.762

1.384

2.145

.932

.551

.549

.000

.043

.000

.350

.922

.924

a. Test distribution is Normal.

xii

Lampiran 2. Reliabilitas Data

Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's

Standardized

Alpha

Items .377

N of Items .797

35

Lampiran 3. Korelasi Modernisasi dan Penelantaran Lansia

Correlations ModernisasiKelu Penelantaran_La argaX ModernisasiKeluargaX

Pearson Correlation

nsiaY 1

Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Crossproducts Covariance N Penelantaran_LansiaY

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Crossproducts Covariance N

.488

**

.000 1630.720

808.880

33.280

16.508

50

50

**

1

.488

.000 808.880

1686.020

16.508

34.409

50

50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

xiv

Lampiran 4. Korelasi Beban Anak dan Penelantaran Lansia Correlations Penelantaran_La nsiaY Kendall's tau_b

Penelantaran_LansiaY

Correlation Coefficient

1.000

.059

.

.601

50

50

Correlation Coefficient

.059

1.000

Sig. (2-tailed)

.601

.

50

50

Sig. (2-tailed) N Jumlah Anak

Jumlah Anak

N

Lampiran 5. Cross-tab Jenis Kelamin dan Penelantaran Lansia Correlations Penelantaran_La nsiaY Kendall's tau_b

Penelantaran_LansiaY

Correlation Coefficient

1.000

.059

.

.601

50

50

Correlation Coefficient

.059

1.000

Sig. (2-tailed)

.601

.

50

50

Sig. (2-tailed) N Jumlah Anak

Jumlah Anak

N

xv

Lampiran 6. Harga Tabel A

xvi

Lampiran 7. Harga Tabel R Product Moment

xvii

Lampiran 8. Kuesioner

KUESIONER PENELITIAN Kami adalah mahasiswa jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga saat ini sedang melakukan kuliah lapangan dengan cara melakukan penelitian (belajar) tentang Modernitas Keluarga serta pengaruhnya terhadap pengasuhan Lansia. Kami berharap Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian ini dan memberikan informasi yang kami butuhkan. Seluruh data dan hasil penelitian ini akan digunakan bahan kajian dan diskusi sebagai media untuk A. Identitas Responden (*Isilah identitas anda dan pilih salah satu jawaban sesuai dengan kondisi anda atau coret pilihan yang tidak perlu

1. Nama

:

2. Alamat

:

, Surabaya

3. Jenis Kelamin

:

(*Laki-laki/Perempuan

4. Usia

:

2. [ ]

5. Jurusan

:

3. [ ]

6. Pekerjaan Ayah

:

4. [ ]

7. Pekerjaan Ibu

:

5. [ ]

1. [ ]

8. Penghasilan perbulan :(*Taksiran penghasilan total ayah&ibu

6. [ ]

9. Pengeluaran perbulan :(*Taksiran pengeluaran perbulan

7. [ ]

10. Jumlah Saudara

8. [ ]

:

11. Saat kakek dan nenek masih hidup atau hingga saat ini (kakek dan nenek masih ada), bagaimana mereka tinggal?

9. [ ]

a) Kami tinggal dengan kakek nenek dalam satu rumah b) Kakek dan nenek kami tinggal di rumah yang berbeda dalam satu desa yang sama c) Kakek dan nenek kami tinggal di rumah saudara d) Kakek dan nenek kami tinggal di luar Kota e) Kakek dan nenek kami tinggal di panti jompo

xviii

12. Jika jawaban no 11 adalah (c),(d), atau (e), berapa kali dalam sebulan anda sekeluarga mengunjungi kakek dan nenek anda? ......................... kali.

10. [ ]

(*Berilah tanda centang √ pada pilihan respon yang mewakili kondisi anda dan keluarga anda saat ini. (*(SS) untuk Sangat Setuju, (S) untuk Setuju (N) untuk Netral, (TS) untuk Tidak Setuju, dan (STS) untuk Sangat Tidak Setuju.

No.

Pilihan Respon

Pernyataan SS

S

N

TS

STS

B. Modernisasi Keluarga 1.

Sekolah

dan

lembaga

bukanlah

sekedar

pendidikan

formalitas

untuk

mendapatkan gelar ataupun ijazah. 2.

Saya merasa tenang jika banyak saudara atau kerabat dekat saya yang telah sukses dan menempati posisi-posisi tinggi (strategis) di perusahaan atau pemerintahan. Dengan begitu, masa depan saya setidaknya akan lebih terjamin.

3.

Jika saya terkena tilang, baik itu sepeda motor maupun jenis kendaraan lain, maka kami akan mengurus hal tersebut ke pengadilan sesuai dengan prosedur dan proses yang ada. Saya tidak suka menggunakan uang damai karena itu menyalahi hukum.

4.

Pemerintah seperti

dan

lembaga

birokrasi

polri,

lembaga

halnya

pengadilan, serta pemerintah daerah sangat

membantu

saya

dalam

menyelesaikan berbagai masalah.

xix

5.

Kami sekeluarga selalu menyimpan uang tabungan di bank karena kami percaya

bahwa

menyimpan

uang

tabungan di bank lebih aman dari pada menyimpannya di rumah. 6.

Saya percaya pada kinerja lembaga hukum dan peradilan seperti kepolisian dan pengadilan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan perselisihan

yang

sedang

atau keluarga

dihadapi oleh masyarakat. 7.

Orang tua saya selalu memastikan sertifikat tanah, rumah, atau surat-surat berarga yang kami miliki telah lengkap tak

tidak

bermasalah,

serta

menyimpannya di tempat yang aman. 8.

Perencanaan

pengeluaran

keluarga

perbulannya selalu diperhitungkan oleh orang tua saya dengan matang. Bahkan, jika orang tua kami mampu mereka akan membayar sekertaris keluarga yang berkompeten untuk

mengatur

keuangan keluarga kami.

9.

Kejelasan dalam pembagian warisan keluarga adalah hal terpenting untuk menjaga situasi keluarga yang tertram dan harmonis.

10.

Saya dan keluarga saya mungkin akan sangat kesulitan dan bahkan mungkin tidak bisa berbuat apa tanpa teknologi mutakhir seperti laptop, mesin cuci,

xx

microwave,

dll.

Untuk

membantu

kehidupan sehari-hari. 11.

Saya dan keluarga saya menggunakan smartphone teknologi

dan mutakhir

produk-produk lainnya

dengan

asumsi hal tersebut sangatlah penting untuk kami dan bukan hanya sekedar untuk kesenangan belaka. 12.

Informasi sangat penting bagi kami sekeluarga,

untuk

berlangganan

itu

setidaknya

kami

rela

satu

jenis

majalah atau koran di rumah agar kami tak ketinggalan berita terbaru dan infoinfo menarik lainnya. 13.

Ada pembagian tugas dalam keluarga Saya. Misalnya, dalam bidang bersihbersih rumah saya bertugas untuk membersihkan rumah bagian belakang, begitu pula ayah dan ibu mempunyai tugas dan bagian yang telah disepakati.

14.

Saya selalu dilibatkan dalam urusan rumah

tangga.

membersihkan

Seperti

mengepel,

mobil/sepeda

motor,

juga berbagai pekerjaan rumah lainnya. 15.

Saya

selalu

memberikan

dilibatkan argumen

untuk serta

pertimbangan tentang apa yang ingin saya lakukan. Misalnya dimana saya harus kuliah, kapan keluarga akan berekreasi,

dimana

tempatnya,

semuanya melibatkan kehadiran saya didalamnya.

xxi

16.

Orang tua Saya memiliki investasi untuk menunjang kehidupan keluarga kami di masa depan baik dalam bentuk deposito, pendidikan anak, dan lainnya meskipun tidak terlalu besar jumlahnya.

17.

Orang tua Saya juga telah menyiapkan biaya

pendidikan

Saya

sehingga

nantinya kami tak perlu repot untuk menghitung

dan

menyiapkan/mencarikan pinjaman atau sumber dana lagi.

18.

Saya dan sebagian besar keluarga saya telah mengikuti program asuransi baik itu kesehatan, pendidikan, dan jenis asuransi

lainnya.

Asuransi

sangat

bermanfat bagi kami, karena asuransi dapat memberikan perlindungan dan jaminan untuk kami. C. Pengasuhan Lansia 19.

Mencukupi seluruh kebutuhan orang tua kami di masa tua adalah kewajiban 100% kewajiban yang harus Saya penuhi.

20.

Orang tua saya

selalu mencukupi

kebutuhan kakek dan nenek saya (pada saat mereka masih ada dan hingga sekarang jika mereka masih ada), tak hanya dari segi finansial, tapi juga dari fasilitas hidup yang nyaman untuk

xxii

digunakan oleh orang tua kami. 21.

Saat mereka masih hidup (jika kakek dan nenek sudah meninggal) Orang tua kami tidak pernah meminta uang lebih atau meminjam uang dari orang lain karena merasa kekurangan.

22.

Orang tua Saya selalu memberitahu kakek dan nenek (saat mereka masih hidup atau hingga sekarang) agar tidak usah bekerja lagi dan duduk santai di rumah.

23.

Jika kakek dan nenek kami sakit (saat mereka

masih

hidup

atau

hingga

sekarang), maka pada hari yang sama salah satu dari keluarga Saya akan langsung datang menjenguknya. 24.

Jika kakek dan nenek kami sakit (saat mereka

masih

sekarang),

hidup

Orang

atau

tua

kami

hingga atau

setidaknya salah satu dari mereka akan selalu

berada

merawatnya

disampingnya

sampai

kakek

dan nenek

sembuh. 25.

Orang

tua

Saya

tidak

pernah

membiarkan orang lain untuk merawat orang tua kami jika sakit (saat mereka masih hidup atau hingga sekarang), sebaliknya Orang tua Saya yang akan merawatnya sendiri. 26.

(saat mereka masih hidup atau hingga sekarang), Jika ada berita terbaru dari kerabat-kerabat atau tentang fenomena

xxiii

terkini yang sedang ramai dibicarakan orang,

orang

tua

saya

selalu

memberitahukannya pada kakek dan nenek agar mereka tidak ketinggalan berita. Jika keluarga anda pernah menitipkan kakek dan nenek di panti jompo, lanjutkan wawancara dan jika tidak memiliki orang tua di panti jompo, hentikan wawancara. Terimakasih 27.

Saat kakek dan nenek masih hidup, orang tua saya sebenarnya tidak ingin mereka berada di panti jompo.

28.

Jika mengunjungi kakek dan nenek kami di panti jompo, kami sekeluarga selalu datang bersama-sama tanpa ada seorangpun yang terlewatkan.

29.

Kami sekeluarga sangat senang jika berada

di

mengunjungi

panti kakek

jompo

ketika

dan

nenek,

termasuk saya dan orang tua Saya. 30.

Kakek dan nenek kami selalu terlihat ceria dan sangat senang jika kami sekeluarga datang dan mengunjunginya di panti jompo.

Terimakasih kami ucapkan atas kesediaannya menyisihkan waktu luang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait penelitian yang kami lakukan. Sekali lagi, data yang diberikan oleh Saudara sekalian akan Kami Jamin Kerahasiaannya.

xxiv