MOTIVASI DAN KENDALA INVESTASI DI BATAM

Download mendorong pertumbuhan ekonomi (Yonathan,2003). Dalam teori ekonomi pembangunan diketahui bahwa ... Di lain pihak, semakin besar investasi s...

0 downloads 357 Views 95KB Size
Vol 1 (1), 2009

ISSN : 2085-3858

Motivasi dan Kendala Investasi di Batam Muhammad Zaenuddin ∗ Politeknik Batam Program studi Akuntansi Parkway Street, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia E-mail: [email protected]

Hubungan timbal balik tersebut terjadi oleh karena di

Abstract

satu pihak, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi

The research is aimed to identify the motivation

suatu negara, berarti semakin besar bagian dari

and obstacles of investment as well as to analyze

pendapatan yang bisa ditabung, sehingga investasi

factors influencing investment decisions in the

yang tercipta akan semakin besar pula. Dalam kasus

industrial estates in Batam. 25 companies and the

ini, investasi merupakan fungsi dari pertumbuhan

management from 8 industrial estates are selected as

ekonomi. Di lain pihak, semakin besar investasi suatu

respondents using convenience sampling. The result of

negara, akan semakin besar pula tingkat pertumbuhan

this research indicates that the major motivation of

ekonomi yang bisa dicapai. Dengan demikian,

choosing investment location in Batam are labor

pertumbuhan merupakan fungsi investasi.

factor, cost, licensing administration, the importance

Peningkatan investasi membawa dampak

of tax incentive, the importance of FTZ in Batam,

positif bagi perekonomian. Investasi baru akan

contiguity to Singapore and market factors. Other

membuka lapangan pekerjaan, yang akan membantu

reasons are the availability of skilled and woman

menurunkan

labors, electricity, export and access to regional

pertumbuhan

investasi

/global markets, rental cost, and also port facility.

pertumbuhan

pendapatan

Investment constraint is administrative affair and

Peningkatan investasi memiliki dampak ekonomi di

licensing and also uncertainty of the implementation

antaranya peningkatan skill tenaga kerja dengan

of FTZ in Batam. While according to industrial area

adanya training yang oleh perusahaan asing untuk

management, investment constraints that require to be

memenuhi skilled labour. Selain itu investasi akan

corrected are bureaucracy problems, high cost

berdampak

economics, taxation, customs, immigration, labor, and

sumber-sumber daya, misalnya, adanya trained

land problems

labour yang dipekerjakan pada perusahaan domestik. Keberadaan

Keywords : motivation and obstacles of investment, industrial estates, FTZ, investment constraint

pengangguran.

pada

akan

meningkatkan

nasional

peningkatan

perusahaan

Peningkatan

asing

(Jamli,1998).

produktivitas

yang

memiliki

pengetahuan teknologi unggul akan memberikan dorongan bagi perusahaan lokal untuk lebih rajin

1.

Pendahuluan

dalam melakukan penelitian dan pengembangan yang

Dalam konteks pembangunan nasional maupun

akan mempercepat kemajuan teknologi (Theresia, 1998).

regional, investasi memegang peran penting untuk

Dalam

mendorong pertumbuhan ekonomi (Yonathan,2003).

kebijakan

Pemerintahan

Susilo

Dalam teori ekonomi pembangunan diketahui bahwa

Bambang Yudoyono-Yusuf Kalla sekarang ini,

tingkat

investasi

kebijakan investasi merupakan skala prioritas yang

mempunyai hubungan timbal balik yang positif.

hampir selalu disampaikan dalam berbagai forum,

pertumbuhan

ekonomi

dan

1

Vol 1 (1), 2009

ISSN : 2085-3858

antara lain pada tanggal 23 Agustus 2006 dalam rapat

Begitu juga studi yang dilakukan oleh KPPOD (2003)

paripurna DPD-RI, pemerintah menegaskan bahwa

tentang Pemeringkatan Daya Tarik Investasi tahun

tanpa investasi mustahil kita dapat meningkatkan

terhadap 156 kabupaten/kota di Indonesia terdapat

pertumbuhan ekonomi. Tanpa pertumbuhan ekonomi,

dari 5 (lima) faktor utama pembentuk daya tarik

mustahil pula kita akan mampu mengurangi angka

investasi daerah yaitu faktor kelembagaan, faktor

pengangguran

ini

sosial politik, faktor ekonomi daerah, faktor tenaga

sesuai dengan tiga strategi dalam bidang ekonomi

kerja dan produktifitas serta faktor infrastruktur fisik.

(tripple strategy) yang dijanjikan dalam awal

Hasil survei JETRO (2006) mengenai

(Yudhoyono,2006). Kebijakan

pemerintahannya

yakni

mencapai

pertumbuhan

faktor-faktor penghambat pertumbuhan bisnis atau

ekonomi 6,5 persen per tahun, menggerakkan kembali

investasi

sektor

riil,

serta

revitalisasi

pertanian

di

sejumlah

negara

di

Asia

yang

dan

menunjukkan bahwa masalah utama investasi di

perekonomian pedesaan. Namun, setelah lebih dari

Indonesia secara berturut-turut adalah upah makin

separo masa pemerintahannya, Yudhoyono mengakui

mahal,

iklim dunia usaha, yang mampu menggerakkan sektor

kebijakan dan kerumitan prosedur perdagangan,

riil dan meningkatkan investasi, belum kondusif

kondisi infrastruktur yang buruk serta isu tenaga

seperti yang diharapkan (Kuncoro,2005).

kerja/buruh. Di Malaysia dan Singapura, upah yang

permasalahan

perpajakan, ketidakjelasan

Secara umum investasi atau penanaman

mahal juga merupakan permasalahan paling besar

modal, baik dalam bentuk penanaman modal dalam

yang dihadapi pengusaha. Di Thailand faktor terbesar

negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing

adalah prosedur perdagangan yang rumit, sedangkan

(PMA) tergantung dari daya tarik daerah dan negara,

di Filipina, Vietnam, dan India, faktor terbesar adalah

membutuhkan

infrastruktur yang buruk.

adanya

iklim

yang

sehat

dan

kemudahan serta kejelasan prosedur penanaman modal. Menurut Tambunan (2006) terdapat sejumlah Grafik 1 Masalah Utama Investasi versi WEF

faktor yang sangat berpengaruh pada baik-tidaknya iklim berinvestasi di Indonesia. Faktor-faktor tersebut

20.

Infrastruktur Birokrasi tidak Keterbatasan Kebijakan tidak Regulasi tenaga kerja tidak Regulasi perpajakan tidak Kurang tenaga kerja Infl Koru Regulasi uang Pemerintah yang Pajak terlalu Etos kerja tenaga Kriminal &

tidak hanya menyangkut stabilitas politik dan sosial, tetapi juga stabilitas ekonomi, kondisi infrastruktur dasar (listrik, telekomunikasi dan prasarana jalan dan pelabuhan), berfungsinya sektor pembiayaan dan pasar tenaga kerja (termasuk isu-isu perburuhan), regulasi dan perpajakan, birokrasi (dalam waktu dan biaya yang diciptakan), masalah good governance termasuk korupsi, konsistensi serta adanya kepastian dari kebijakan pemerintah. Beberapa studi menemukan beberapa hal

16. 10. 10. 8. 8 5. 5. 4. 3. 2. 2 1. 0. 0

yang menjadi permasalahan investasi. Laporan Bank Dunia mengenai iklim investasi (World Bank, 2005)

5

1

1

2

Sumber : WEF (2007)

mengatakan terdapat empat faktor terpenting dalam menarik investasi, antara lain stabilitas ekonomi

Studi lainnya yakni survei WEF (2007)

makro, tingkat korupsi, birokrasi, dan kepastian

menunjukkan bahwa masalah utama yang dihadapi

kebijakan ekonomi. Sedangkan menurut The World

pengusaha di Indonesia berturut-turut adalah masalah

Economic

Global

infrastruktur yang buruk, birokrasi yang tidak efisien,

Competitiveness Report menemukan tiga faktor

Forum

akses dana terbatas, kebijakan yang tidak stabil, dan

penghambat bisnis yaitu birokrasi yang tidak efisien,

perpajakan.

infrastruktur yang buruk, dan regulasi perpajakan.

Indonesia pernah dilaporkan oleh WEF (2004,2005)

(WEF)

dalam

The

2

Buruknya

kondisi

infrastruktur

di

2

Vol 1 (1), 2009

ISSN : 2085-3858

yang menunjukkan kualitas infrastruktur secara

perdagangan regional yang sangat berpotensi menjadi

keseluruhan periode 2004-2005, Indonesia berada

dua kekuatan ekonomi global merupakan tujuan

pada peringkat ke 44 dari 104 negara yang masuk di

penting PMA.

dalam sampel, dan posisinya bertambah buruk untuk

Menurut laporan WEF (2006-2007) tentang

periode 2005-2006 yang menurun ke 66 dari 117

persaingan global menunjukkan bahwa peringkat daya

negara.

saing Indonesia dinilai tetap terendah dibandingkan Sedangkan

(2006)

negara-negara di Asia. Posisi Indonesia berada di

problematika

bawah negara Singapura (urutan ke-5), Jepang (ke-7),

investasi yang paling serius. Permasalahannya adalah

Malaysia (ke-26), Thailand (ke-35), dan India (ke-43).

tingkat upah yang terus meningkat akibat penerapan

Bahkan

kebijakan upah minimum, kualitas sumber daya

Institute for Management Development menunjukkan

manusia

rendahnya

Indonesia terpuruk pada peringkat ke-60 dari 61

hubungan

negara.

masalah

menurut

perburuhan

yang

penguasaan

merupakan

rendah,

atas

Tambunan

termasuk

teknologi,

hingga

survei

sebelumnya

oleh

International

industrial belakangan ini semakin memperburuk

Melihat gambaran permasalahan di atas

keunggulan komparatif Indonesia dalam tenaga kerja.

terlihat bahwa problematika investasi di Indonesia

Hubungan industrial merupakan salah satu titik rawan

sangat kompleks. Hal ini menjadi tantangan bagi

dalam daya saing perekonomian Indonesia. Sering

pemerintah untuk berupaya meningkatkan daya saing

terjadinya pemogokan akan membuat kerugian besar

nasional terutama agar dapat menarik PMA ke

bagi perusahaan-perusahaan, dan hal ini jelas akan

Indonesia. Salah satu upaya dan terobosan baru untuk

menghilangkan niat calon investor untuk berinvestasi

peningkatan daya saing regional dan dinamika global

di Indonesia.

serta mendorong tumbuhnya investasi, melalui

Permasalahan lainnya adalah birokrasi dan perijinan.

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas

lingkungan perijinan Indonesia memang terus disorot.

Batam, yakni menetapkan Batam sebagai kawasan

Survei UNCTAD (2004) dengan judul World

Free Trade Zone.

Report

Kuncoro

Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2007 tentang

(Kuncoro,2005)

Investment

Menurut

2004,

mencatat

peringkat

Ditetapkannya Batam sebagai daerah FTZ

Indonesia berada dalam papan terbawah nomor 2 dari

karena tidak terlepas dari keunggulan yang dimiliki

140 negara dilihat dari indeks kinerja investasi. Hal ini

oleh Batam selama ini. Di samping memiliki

dikarenakan waktu untuk mengurus ijin investasi

keunggulan geografis yang berbatasan langsung

masih dikeluhkan terlalu lama, prosedur ekspor yang

dengan Singapura dan Malaysia, Batam dianggap

lambat dan kompleks sehingga membuat biaya

memiliki keunggulan secara ekonomi, antara lain

logistik dan transpor menjadi tidak kompetitif,

sebagai salah satu daerah di Indonesia yang tidak

ditambah korupsi yang masih berlanjut di bea cukai

pernah mengalami krisis ekonomi, dikenal sebagai

dan pelabuhan.

sentra industri elektronika terkemuka di Indonesia,

Bagaimana posisi daya saing investasi

serta merupakan penyumbang ekspor nonmigas kedua

Indonesia dibandingkan dengan negara lainnya.

terbesar setelah Bali (Kuncoro,2005).

Laporan dari UNCTAD (2004) menyajikan peringkat

Pesatnya

perkembangan

industri

dan

sepuluh (10) besar negara-negara penerima PMA di

investasi di Batam diiringi dengan bertambahnya

Asia dan Pasifik dimana China (termasuk Hong

kawasan industri baru yang menjadi sentra-sentra

Kong) merupakan negara penerima terbesar, yang

pertumbuhan industri di Batam. Sampai akhir tahun

mencerminkan daya saing investasi dari negara

2006, terdapat 25 kawasan industri yang tersebar di

tersebut paling tinggi di kawasan tersebut. Di dalam

beberapa lokasi di Batam. Untuk peningkatan daya

kelompok ASEAN, hanya Singapura, Malaysia dan

tarik

Thailand yang masuk dalam top 10. Tercatat bahwa

melengkapi berbagai fasilitas di dalam kawasan

China dan India sebagai pendatang baru di dalam

industri antara lain ketersediaan dormitori bagi 3

investasi,

pengelola

kawasan

industri

Vol 1 (1), 2009

ISSN : 2085-3858

karyawan, sarana publik, ketersediaan utilitas, jasa

transportasi

maintenance

akses

sedangkan yang termasuk orientasi masukan lokal

transportasi ke pelabuhan dan bandara (Otorita Batam,

adalah faktor-faktor lokasi kontemporer atau modern

2006). Dengan ditetapkannya FTZ di Batam,

(Soepono, 1999:7).

serta

kemudahan

dalam

adalah

faktor-faktor

lokasi

klasik,

pemerintah pusat/daerah, Otorita Batam, pengusaha dan pengelola kawasan berupaya memanfaatkan

Teori Lokasi Klasik

momentum tersebut untuk dapat meningkatkan daya

Disebut juga teori orientasi biaya transpor.

saing Batam agar dapat menarik PMA ke Indonesia.

Menurut teori lokasi klasik terdapat 3 (tiga)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas,

kemungkinan lokasi yakni lokasi bahan baku, lokasi

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang

pasar (kota) dan lokasi antara (lokasi bahan baku dan

menjadi alasan atau motivasi memilih lokasi investasi

lokasi kota/pasar). Bila biaya transpor bahan baku dari

bagi perusahaan dalam kawasan industri di Batam

lokasi bahan baku ke lokasi pabrik/ perusahaan lebih

serta apa yang menjadi masalah/kendala bagi

besar daripada biaya transpor barang jadi (lokasi

perusahaan dalam memulai

pabrik ke lokasi pasar/kota), perusahaan akan

dan

melaksanakan

investasi di Batam.

menempatkan lokasi pabriknya di lokasi bahan baku agar dapat meminimumkan total biaya transpor atau

2

Dasar Teori dan Penelitian Sebelumnya

memaksimumkan keuntungan sebagai motif ekonomi.

Teori Lokasi

Sebaliknya bila transpor barang jadi lebih besar

Menurut Soepono (1999) teori lokasi pada

daripada biaya transpor bahan baku, perusahaan

dasarnya merupakan ilmu yang menjelaskan di mana

memilih lokasi pabrik di dekat lokasi pasar/kota,

dan bagaimana suatu aktivitas ekonomi memilih

sebab kalau tidak, perusahaan akan membayar biaya

lokasinya secara optimal. Dengan demikian keputusan

transpor barang jadi lebih banyak (Weber, 1999;

lokasi merupakan keputusan tentang bagaimana

Losch,1954: Isard, 1956; Smith, 1981; Beckmann and

perusahaan memutuskan dimana lokasi pabriknya

Thisse, 1986; O’Sullivan, 1993; Soepono, 2002:4,

atau fasilitas-fasilitas produksinya secara optimal.

Wahyuddin, 2004: 12).

Faktor-faktor

lokasi

merupakan

faktor

yang

mempengaruhi keputusan lokasi suatu aktivitas

Teori Lokasi Modern

ekonomi seperti aktivitas produksi atau aktivitas

Disebut juga teori orientasi pada input lokal.

pemberian jasa.

Pengertian input lokal adalah apabila input itu tidak

Tiap organisasi dari aktivitas ekonomi

dapat dipindah-pindahkan secara efisien dari suatu

dipengaruhi oleh faktor-faktor lokasi. Faktor-faktor

lokasi ke lokasi lain. Sebuah perusahaan berorientasi

lokasi yang dimaksud adalah faktor sejarah, faktor

input lokal bila perusahaan itu mengeluarkan sebagian

transportasi, faktor sumber daya, faktor pasar, faktor

besar total biayanya untuk input lokal tersebut.

tenaga kerja, faktor energi, faktor aglomerasi, faktor

Perusahaan itu akan memilih lokasi dengan harga

kenyamanan (mutu hidup, kualitas hidup, atau gaya

input yang rendah (Soepono, 2002: 7-9; Wahyuddin,

hidup), pelayanan publik setempat, pajak, insentif

2004: 14-16).

pemerintah, iklim bisnis setempat site costs (harga tanah & gedung, fasilitas perkantoran dan gudang), stabilitas serta iklim politik nasional (Soepono, 1999:7). Faktor-faktor

tersebut

kemudian

dikelompokkan menjadi dua orientasi, yakni lima faktor pertama kecuali faktor sejarah, disebut orientasi transportasi dan faktor-faktor lainnya disebut orientasi masukan lokal. Faktor-faktor yang termasuk orientasi 4

Vol 1 (1), 2009

ISSN : 2085-3858

Tabel 1 Ringkasan Lokasi Industri Klasik dan Modern 1. Orientasi Biaya Transpor (Teori Lokasi Klasik) Orientasi Lokasi Biaya Karakteristik Perusahaan Optimal Transpor Bahan Baku Volume lebih besar, berat, Dekat dengan dan tidak tahan lama sebelum sumber bahan diproses baku Pasar Volume lebih Dekat pasar besar,berat,tidaktahan lamasetelah diproses 2. Orientasi pada Input Lokal (Teori Lokasi Modern) Orientasi Lokasi Karakteristik Perusahaan Biaya Input Optimal Orientasi Intensifikasi tenaga kerja Daerah tenaga tenaga kerja kerja yang murah Orientasi Intensifikasi energi Daerah energi energi murah Orientasi Aglomerasi lokalisasi dan Mengelompok input aglomerasi urbanisasi pada satu intermedia lokasi yang sama Orientasi jasa Kebijakan-kebijakan Dekat sarana publik dan pemerintah yang berpengaruh publik, bebas pajak terhadap pemilihan lokasi pajak & retribusi Orientasi Para pekerja sensitif terhadap Lingkungan kenyamanan cuaca, suasana yang fisik dan sosial kondusif , dan rekreasi yang menarik

Sumber : Wahyudin (2004) Menurut Wahyuddin (2004) teori lokasi

yakni biaya yang paling rendah atau pendapatan yang

kemudian berkembang dimana salah satunya adalah

paling tinggi. Karena itu teori lokasi biasanya dibagi

teori lokasi modern lanjutan sebagai koreksi dari

menjadi dua jenis yang membahas least cost location

kelemahan teori klasik. Selain itu juga muncul teori

dan yang membahas maximum revenue locations

lokasi berdasarkan perspektif geografi ekonomi.

(Mcrrill,1970:87 ; Wahyuddin,2004:30).

Menurut perspektif geografi ekonomi, aktivitas industri membutuhkan fasilitas fisik, bangunan, instalasi

permesinan,

lingkungan

kerja

Sigit,1982:27-28;

perlengkapan (Permadi,

dan

Teori Motivasi FDI

faktor

Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan

1991:36-40;

aliran arus modal yang berasal dari luar negeri yang

Wahyuddin,2004:28).

Sejumlah

mengalir ke sektor swasta baik yang melalui investasi

faktor menentukan munculnya industri di suatu

langsung (direct investment) maupun investasi tidak

wilayah, antara lain faktor ekonomis, historis,

langsung berbentuk portofolio. Investasi langsung

manusia, politik, dan faktor geografis dimana faktor

(direct

geografis terdiri atas bahan mentah, sumber tenaga,

melibatkan pihak investor secara langsung dalam

suplai tenaga kerja, suplai air, pemasaran dan fasilitas

operasional usaha yang dilaksanakan, sehingga

transportasi (Robinson, 1979:183-188, Wahyuddin,

dinamika

2004:28).

perusahaan yang ditetapkan, tujuan yang hendak

investment)

usaha

merupakan

yang

investasi

menyangkut

yang

kebijakan

Kajian lokasi industri sebagaimana dikemukan

dicapai, tidak lepas dari pihak yang berkepentingan

Weber (1909), bertujuan untuk menemukan lokasi

(investor asing). Sedangkan investasi tidak langsung

optimal (optimum location) bagi setiap pabrik atau

(portofolio) merupakan investasi keuangan yang

industri, yaitu lokasi yang terbaik secara ekonomis

dilakukan di luar negeri. Investor membeli utang atau

5

Vol 1 (1), 2009

ISSN : 2085-3858

ekuitas, dengan harapan mendapat manfaat finansial

survei ke industri di 23 negara dan mendukung untuk

dari investasi tersebut. Bentuk investasi portofolio

memberikan instrumen yang valid dalam membantu

yang sering ditemui adalah pembelian obligasi/saham

studi dan dukungan untuk keputusan lokasi industri.

dalam negeri oleh orang/perusahaan asing (Suyatno,

Paper ini menggambarkan studi yang menghasilkan

2003: 72, Didit&Indah, 2005: 26-47).

suatu instrumen untuk mengidentifikasi kumpulan 14

Menurut Pangestu (1995) terdapat tiga

faktor

kritis

atas

lokasi

industri

yang

telah

sumber utama modal asing dalam suatu negara yang

dikembangkan dan disintesakan dari literatur. Faktor

menganut

yaitu

kritis yang tersebut antara lain faktor transportasi,

pinjaman luar negeri (debt) dimana pinjaman luar

tenaga kerja, raw materials, pasar, kawasan industri,

negeri dilakukan oleh pemerintah secara bilateral

ketersediaan utilitas, kondisi pemerintah, struktur

maupun multilateral. Kedua adalah penanaman modal

pajak, iklim, dan masyarakat serta situasi politik,

asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI)

kompetisi

dimana FDI merupakan investasi yang dilakukan

faktor-faktor ekonomi.

sistem

perekonomian

terbuka,

swasta asing ke suatu negara, berupa cabang perusahaan

multinasional,

regulasi

pemerintah

dan

Studi Fuad Erdal & Ekrem Tatoglu (2002)

perusahaan

menjelaskan determinasi yang berhubungan dengan

multinasional, lisensi, joint ventura. Ketiga adalah

lokasi atas FDI dengan pendekatan analisis time series

investasi

yang

atas faktor lokasi utama yang mempengaruhi atas

dilakukan melalui pasar modal (Didit&Indah, 2005 :

tingkat aliran FDI untuk periode tahun 1980-1998 di

26-47).

Turki. Hasil penelitian

portofolio

anak

global,

merupakan

investasi

ini menunjukkan bahwa

Terdapat beberapa motivasi FDI masuk ke

variabel penjelas yang signifikan berpengaruh positif

dalam suatu negara atau daerah, menurut UNCTAD

terhadap variabel dependen FDI adalah ukuran market

(1998) terdapat 3 (tiga) alasan untuk melakukan

domestic, perdagangan luar negari, infrastruktur dan

investasi antara lain market-seeking, resource-seeking

daya tarik domestik. Ketidakstabilan nilai tukar

dan efficiency-seeking. Motivasi market-seeking FDI

berpengaruh negatif dan signifikan, ketidakstabilan

bertujuan untuk menembus pasar negara domestik dan

ekonomi tidak signifikan.

umumnya dihubungkan dengan ukuran pasar dan

Faktor-faktor

apakah yang menentukan

pendapatan per kapita, pertumbuhan pasar, akses ke

investor asing mau menempatkan dana dan usahanya

pasar global dan regional, struktur dan pilihan

di suatu wilayah? Studi Khasanah & Kurniawan (2005)

konsumen pasar domestik. Motivasi resource-asset

secara khusus menganalisis faktor-faktor penentu

dari FDI berdasarkan alasan harga bahan baku,

investasi asing langsung dalam memilih lokasi

menurunkan biaya tenaga kerja, angkatan kerja,

industri manufaktur di tingkat kabupaten/kota di

tenaga kerja terampil, infrastruktur fisik (pelabuhan,

Pulau Jawa. Faktor-faktor penentu tersebut adalah

jalan, dan telekomunikasi),dan teknologi. Sedangkan

faktor tenaga kerja, faktor pasar, faktor efek

efficiency-seeking FDI karena dimotivasi untuk

aglomerasi, infrastruktur, waktu dan heterogenitas

menciptakan sumber daya saing yang baru bagi

regional. Dalam penelitian ini terlihat bahwa variabel

perusahaan serta karena biaya-biaya produksi yang

yang

lebih

pertimbangan

pemilihan lokasi FDI adalah variabel dummy

produktivitas. Menurut Dunning (1993) terdapat

metropolitan, perpajakan, dana kredit domestik, dan

4(empat) alasan atau motivasi FDI masuk ke suatu

market size serta faktor ketersediaan tenaga kerja.

negara, resource seekers, efficiency seekers, the

Namun faktor yang berhubungan dengan pasar

strategic assets or capability seekers, serta market

menjadi faktor utama bagi FDI untuk menentukan

seekers.

lokasinya (market seeker).

rendah

termasuk

juga

berpengaruh

secara

signifikan

terhadap

Studi Shaukat Ali dan Wei Guo (2005) menggunakan metode survei terhadap 22 industri di

Penelitian Sebelumnya Studi Masood A Badri (2007) menggunakan

China. Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi 6

Vol 1 (1), 2009

ISSN : 2085-3858

4

keputusan investor di China antar lain market size,

Hasil Penelitian

growth, nilai tukar, pengembalian investasi, kebijakan

Motivasi Perusahaan dalam Memilih Lokasi

insentif pemerintah, stabilitas politik, strategi global

Investasi di Batam

dari perusahaan, ekspor, teknologi & infrastruktur.

Pandangan

responden

tersebut

Kesimpulan dari studi ini adalah market size

diklasifikasikan menjadi 2 (dua) bagian:

merupakan faktor utama FDI khususnya perusahaan

a.

dapat

Memandang bahwa faktor-faktor berikut sangat

US. Faktor penentu penting lainnya: kebijakan

penting dalam pertimbangan memilih lokasi

insentif pemerintah, biaya tenaga kerja dan tingkat

perusahaan di Batam, dengan urutan dari modus

pengembalian investasi yang tinggi. Penemuan lain

(diukur dari prosentase terbesar) terbesar, yakni

adalah strategi global merupakan alasan berinvestasi

tenaga

di China.

administrasi perijinan (52%), perlunya insentif

kerja

(52%),

faktor

biaya

(52%),

Studi Nguyen Ngoc Anh & Nguyen Thang

pajak (44%), pentingnya FTZ di Batam (52%),

(2006) menggunakan analisis regresi atas faktor

dan kedekatan dengan Singapura (52%). faktor

penentu distribusi spasial FDI antar Propinsi di

market (40%)

Vietnam menghasilkan pasar, tenaga kerja dan

b.

Memandang bahwa faktor-faktor berikut penting

infrastruktur merupakan faktor penting dalam menarik

dalam pertimbangan memilih lokasi perusahaan

investasi. Studi ini menggunakan FDI inflow sebagai

di Batam, dengan urutan dari modus terbesar

variabel

yakni, transportasi (52%), infrastruktur (48%)dan

dependen,

independen

sedangkan

antara

lain

variabel-variabel

market,

tenaga

kerja,

stabilitas makro (44%).

infrastruktur dan kebijakan pemerintah.

3

Data

Untuk meneliti lebih lanjut hal-hal alasan lain

Sumber data primer berasal dari responden 25

dalam melakukan pemilihan lokasi perusahaan di

perusahaan dalam 8 kawasan industri di Batam

Batam, maka dalam penelitian ini telah dihasilkan

dengan tujuan untuk mengidentifikasi motivasi dan

hal-hal sebagai berikut:

kendala perusahaan dalam memilih lokasi investasi di

a.

Hal-hal yang terkait dengan Faktor tenaga kerja

Batam. Metode survei yang digunakan adalah

Terkait dengan faktor tenaga kerja, sebagian

convenience

untuk

besar responden menyatakan bahwa ketersediaan

mendapatkan unit sampel menurut keinginan peneliti.

tenaga kerja perempuan (34%) dan tenaga kerja

Sampel

sampling

convenience

yakni sering

prosedur digunakan

dalam

trampil

penelitian eksploratif dan deskriptif dan termasuk

(34%)

merupakan

alasan

utama

dibandingkan dengan masalah lainnya.

jenis sampel nonprobabilitas (Kuncoro,2003: 119).

b.

Untuk mengidentifikasi alasan atau motivasi

Hal-hal yang terkait dengan Faktor Infrastruktur Terkait dengan faktor infrastruktur, sebagian

bagi perusahaan dalam memilih lokasi investasi,

besar

untuk mengetahui bagaimana pandangan perusahaan

listrik(40%)

terhadap

merupakan alasan utama dibandingkan dengan

masalah

atau

kendala

investasi

menggunakan metode deskriptif analisis dengan

responden dan

menyatakan

bahwa

daya

air

(35%)

ketersediaan

masalah yang lainnya.

menggunakan prosentase terbesar (modus) dari hasil

c.

Hal-hal yang terkait dengan Faktor Market

kuisioner yang direkapitulasi dari responden. Untuk

Terkait

merangkum pandangan pengelola kawasan industri

menyatakan bahwa kepentingan ekspor (48%)

terhadap masalah atau kendala yang dihadapi dalam

dan akses ke pasar regional/ global (45%)

melakukan investasi di Batam menggunakan metode

merupakan alasan utama dibandingkan dengan

deskriptif

pasar domestik dan populasi penduduk .

analisis dengan

merekapitulasi hasil

wawancara serta hasil informasi yang diperoleh.

d.

7

dengan

faktor

market,

responden

Hal-hal yang terkait dengan Faktor Biaya

Vol 1 (1), 2009

Terkait dengan biaya menjadi pertimbangan,

ISSN : 2085-3858

pengiriman

(31%)

merupakan

alasan

utama

secara berurutan masing-masing adalah sewa

dibandingkan dengan masalah jalan dan bandara.

lahan (24%), air (20%), listrik (20%), biaya

Tabel 2 Motivasi Responden Memilih Investasi di

kawasan (18%), dan biaya administrasi/perijinan

Batam

(18%). e.

Hal-hal yang terkait dengan Faktor Transportasi Terkait dengan faktor transportasi, sebagian besar responden

menyatakan

bahwa

ketersediaan

fasilitas pelabuhan (41%) dan adanya jasa No Tingkat Kepentingan

Faktor-faktor yang %s Berpengaruh Tenaga Kerja 52 Biaya 52 Administrasi/Perijinan 52 Sangat Pentingnya FTZ di Batam 52 1 Penting Kedekatan dengan 52 Singapura Perlunya Insentif Pajak 44 Market 40 Transportasi 52 2 Penting Infrastruktur 48 Stabilitas makro 44 Sumber : Data olahan primer (25 perusahaan di Batam)

Kendala/Masalah Perusahaan dalam Memilih Lokasi Investasi di Batam §

Tabel 3 Kendala dalam Memulai dan Melaksanakan

Faktor-faktor yang tidak menjadi kendala antara

Investasi di Batam No Tingkat Kendala Tidak 1 Terkendala

lain infrastruktur, faktor market dan kedekatan dengan Singapura. Sedangkan faktor tenaga kerja, biaya, transportasi, insentif pajak, FTZ Batam Sedangkan faktor-faktor yang dianggap menjadi kendala dalam berinvestasi adalah masalah administrasi

dan

perijinan.

% 44

Infrastruktur 32 Kedekatan dengan 32 Singapura 2 Biasa Stabilitas makro 60 Biaya 56 Transportasi 48 Tenaga Kerja 40 Insentif Pajak 34 3 Terkendala Administrasi/Perijinan 36 FTZ di Batam 28 Sumber : Data olahan primer (25 perusahaan di

dan sabilitas makro ekonomi ditanggapi biasa. §

Faktor-faktor yang Menjadi Kendala Market

Ketidakpastian

penerapan FTZ di Batam berpotensi menjadi kendala investasi karena sebagian bagi besar responden (56%) kebijakan tentang FTZ di Batam akan sangat mempengaruhi investasi di Batam.

Batam) Di samping itu, responden juga memberikan pandangan lain agar iklim investasi di Batam menjadi lebih baik, pandangan-pandangan tersebut antara lain : o

Masalah kepabeanen, dalam hal ini responden mengharapkan agar prosedur tentang kepabeanan

8

Vol 1 (1), 2009

5 Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan

dipermudah, juga terkait dengan proses impor o o

o o

bahan baku.

Kesimpulan

Masalah perpajakan, diharapkan agar tax holiday

a.

Batam adalah karena faktor tenaga kerja, biaya,

Masalah perijinan, diharapkan agar prosedur

administrasi perijinan, pentingnya FTZ di Batam,

perijinan dibuat transparan dan dipermudah juga

kedekatan dengan Singapura, insentif pajak, serta

terkait dengan perijinan untuk tenaga kerja asing.

market. Sedangkan motivasi dalam kategori

Masalah keimigrasian, diharapkan agar masalah

penting

biaya fiskal ditinjau ulang.

transportasi, infrastruktur, dan stabilitas ekonomi

Masalah tenaga kerja, diharapan agar terdapat

makro.

dalam

penentuan

UMK

yang

b.

bermasalah tiap tahun.

o

Motivasi investasi utama bagi perusahaan di

diterapkan di Batam

kepastian o

ISSN : 2085-3858

Masalah

lainnya,

secara

berurutan

adalah

faktor

Alasan lain melakukan investasi di Batam adalah karena ketersediaan tenaga kerja perempuan dan

responden

mengharapkan

tenaga kerja trampil (tenaga kerja), daya listrik

perlunya kepastian hukum di Batam terutama

dan ketersediaan air terkait (infrastruktur), ekspor

terkait penerapan FTZ di Batam, penerapan One

dan akses ke pasar regional/global (market), sewa

Stop Service (OSS) perlu diefektifkan, serta

lahan, air, dan listrik (biaya), dan ketersediaan

masalah lingkungan.

fasilitas perlabuhan (faktor transportasi).

Sebagian besar responden menyatakan bahwa

c.

Masalah atau kendala yang dihadapi oleh

penerapan FTZ di Batam sangat berpengaruh

perusahaan dalam memulai dan melaksanakan

terhadap iklim investasi.

investasi di Batam di mana responden menilai bahwa masalah administrasi dan perijinan serta

Kendala/Masalah

Investasi

Menurut

Pengelola

ketidakpastian penerapan FTZ di Batam dalam

Kawasan Industri

beberapa tahun terakhir

Untuk mendapatkan gambaran permasalahan

dianggap menjadi

kendala dalam berinvestasi di Batam.

investasi di Batam terutama menjelang pelaksanan

d.

Menurut

pengelola

kawasan

industri,

Free Trade Zone (FTZ) Kadin Propinsi Riau telah

masalah/kendala investasi di Batam antara lain

membentuk Kelompok Kerja (Pokja) Himpunan

masalah

Kawasan Industri dengan meminta masukan dari

perpajakan, kepabeanan, keimigrasian, tenaga

pengelola

kerja, dan masalah pertanahan.

kawasan

industri.

Kendala

investasi

birokrasi,

ekonomi

biaya

tinggi,

menurut Pengelola Kawasan Industri adalah : a.

Permasalahan secara umum Permasalahan

umum

yang

Rekomendasi Kebijakan terkait

dengan

a.

lebih lanjut secara komprehensif tentang motivasi

Riau dan khususnya Batam antara lain masalah

utama

birokrasi, ekonomi biaya tinggi, dan oknum

memasukkannya dalam regulasi yang mengatur

keamanan.

tersebut

tentang FTZ di Batam. Hasil penelitian ini dapat

responden menganggap perlu adanya perijinan

dipergunakan sebagai salah satu referensi atau

dalam pelayanan satu atap untuk menghapus

bahan

birokrasi dan pungutan liar (pungli) yang

kesimpulan beberapa motivasi utama investasi di

bertujuan untuk memperjelas pengaturan sistem,

Batam.

Terhadap

permasalahan

prosedur, waktu dan biaya dalam berinvestasi di b.

Bagi pemerintah pusat dapat melakukan kajian

permasalahan investasi di Propinsi Kepulauan

b.

berinvestasi

kajian

yang

di

telah

Batam

dan

menghasilkan

Bagi pemerintah daerah khususnya Dewan

Batam.

Kawasan FTZ yang telah terbentuk di Batam

Masalah lainnnya : Masalah perpajakan, Masalah

dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai

Kepabeanan, Masalah Keimigrasian, Masalah

salah satu referensi atau bahan kajian yang lebih

Tenaga Kerja, dan Masalah Pertanahan 9

Vol 1 (1), 2009

komprehensif dalam merumuskan kebijakan teknis FTZ di lapangan dimana menurut hasil penelitian ini terdapat beberapa masalah atau kendala investasi di Batam yang dikeluhkan oleh perusahaan dan pengelola kawasan industri. c.

Bagi

pengelola

kawasan

industri

dapat

menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan masukan atau referensi untuk peningkatan pelayanan dalam kawasan industri agar dapat menarik investor ke dalam kawasan industri di Batam. Sesuai hasil penelitian pengelola kawasan industri perlu melakukan pembenahan terhadap infrastruktur atau fasilitas yang tersedia serta pelayanan di dalam kawasan industri, pentingnya pemeliharaan fasilitas kawasan yang didukung dengan biaya pemeliharaan yang kompetitif, peningkatan kualitas sarana dan pelayanan untuk peningkatan nilai ekspor, ketersediaan dan peningkatan skill tenaga kerja.

10

ISSN : 2085-3858

Vol 1 (1), 2009

REFERENSI

ISSN : 2085-3858

Soepono, Prasetyo. 1999. ”Teori Lokasi :

Ali, Shaukat & Guo,Wei. 2005. “Determinant of

Representasi Landasan Mikro bagi Teori

FDI in China”. Journal of Global Business

Pembangunan Daerah”. Jurnal Ekonomi dan

and Technology, Volume 1, Number 2.

Bisnis, Vol. 14, No. 4, hal. 4-44

Badri, A. Masood. 2007. “Dimensions of

Soepono, Prasetyo. 2002. Lokasi Perusahaan dan

Industrial Location Factors: Review and

Implikasinya

Exploration”. Journal of Business and Public

Pengukuhan Jabatan Guru Besar, 22 Juni

Affair, Volume 1, Issue 2.

2002, Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah

Botrić, Valerija & Škuflić, Lorena. 2005. Main

bagi

Kebijakan.

Pidato

Mada Yogyakarta.

Determinants of Foreign Direct Investment

Tambunan, Tulus . 2006. Iklim Investasi di

in the South East European Countries. Paper

Indonesia

prepared for the 2nd Euroframe Conference

Potensi”.

:

Masalah,

Tantangan dan

on Economic Policy Issues in the European

www.kadin-indonesia.or.id

Artikel

dalam

FDI and Relocation:

UNCTAD. 2004. World Investment Report. New

Challenges for Employment and Growth in

York : United Natons Conference on Trade

Union

: Trade,

rd

the European Union. June 3 . Vienna,

and Investment.

Austria.

Wahyuddin,

Muhammad.

2004.

Dinamika

Fuad, Erdal & Ekrem, Tatoglu. 2002. “Locational

Spatial Manufaktur Berorientasi Ekspor

Determinant of Foreign Direct Invesment in

Indonesia, 1990-1999. Unpublished PhD

a Emerging Market Economy : Evidence

tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

from

Multinational

Turkey”.

Business

WEF. 2005. The Global Competitiveness Report

Review, Vol.10, No.1.

2005-2006. Geneva : World Economic

Jamli, Ahmad & Firmansyah. 1998. “Analisis Fungsi

Investasi

Industri

Yonathan, S., Hadi. 2001. “Analisis Vector

Manufaktur dan Dampak Investasi pada

Autoregression (VAR) terhadap Korelasi

Jurnal

antara Pendapatan Nasional dan Investasi

Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Volume 13

Pemerintah di Indonesia, 1983/1984 –

Nomor 4, hal. 50-66.

1999/2000”. Jurnal Ekonomika, Vol.2, No.

Kebutuhan

pada

Impor

Sektor

Forum.

Indonesia”.

Khasanah,Uswatun & Kurniawan, Ade, Budi.

3. Yudhoyono, Bambang, Susilo. 2006. Keterangan

2005. “Determinan Investasi Asing dalam Memilih Lokasi dan Polarisasi Industri

Pemerintah

Manufaktur di Pulau Jawa”. Jurnal Ekonomi

Pembangunan

2. 2003.

Daya

Tarik

Kebijakan

Daerah. Disampaikan Presiden RI di depan Sidang Paripurna DPD-RI pada tanggal 24 November 2006.

dan Studi Pembangunan, Volume 6 Nomor KPPOD.

tentang

Investasi

Kabupaten/Kota di Indonesia. Jakarta : KPPOD. Kuncoro, M. & Rahajeng, Anggi. 2005. “Daya Tarik Investasi dan Pungli di DIY”. Jurnal Ekonomi Pembanguna, Vol.10 No.5. Kuncoro, M. 2005. “Menanti Reformasi Iklim Bisnis Indonesia”. Jurnal Ilmu-ilmu Sosial –UNISIA, No. 55/XVIII/I/2005. Otorita Batam. 2006. Profile of Industrial Estate. Batam : Otorita Batam. 11

Vol 1 (1), 2009

ISSN : 2085-3858

Biografi

H. Muhammad Zaenuddin, SSi.,

Properti Residential (SHPR) di Pulau Batam” kerjasama Bank Indonesia dan Politeknik Batam (2006,2007), penelitian tentang “Pemetaan Komoditas Sektor Unggulan di Provinsi Kepulauan Riau” (2008) kerjasama Bank Indonesia dan Politeknik Batam.

M.Sc. lahir di Pati Jawa Tengah pada tanggal 14 Februari 1976. Pendidikannya dari tingkat dasar sampai

dengan

menengah

semuanya diselesaikan di daerah Pati.

Karena

ketertarikannya

pada pelajaran matematika sejak kecil, maka setelah lulus dari SMAN 1 Pati pada tahun 1994 penulis melanjutkan kuliah di Jurusan Matematika ITB Bandung. Ketertarikan dalam melakukan kajian sosial dan ekonomi, menuntunnya untuk menyelesaikan studi S-2 dalam bidang ilmu ekonomi di Fakultas Ekonomi UGM Yogyakarta pada tahun 2008 yang lalu. Mantan Ketua Pemantau Forum Rektor Batam tahun 2004 ini pernah menjadi anggota KPU Kota Batam 2004-2006 dan 2008-2009. Kini tercatat sebagai Ketua Program Studi Akuntansi Politeknik Batam. Selain aktif mengajar dan menulis, dosen Politeknik Batam ini juga terlibat dalam beberapa organisasi kemasyarakatan dan keagamaan. Beberapa karya bukunya yang telah diterbitkan antara lain Mengurai Persoalan Ekonomi (Tahun 2009), Pemilukada dalam Perspektif Kajian dan Empiris (2008), Membangun Wacana intelektul (2004), Menggoyang Pikiran Menuju Alam Makna (Tahun 2002), dan Wisata Spiritual Menuju Tuhan (Tahun 2001). Beberapa hasil karya penelitiannya antara lain tulisan tentang ”Upaya Economic Engineering dalam Pengembangan Potensi Kewirausahaan” dimuat dalam Jurnal Ilmiah Madania APTISI-Kepri (2004), penelitian tentang ”Rendahnya Kemandirian Daerah Seluruh kabupaten/Kota di Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta” dimuat dalam Jurnal Ilmiah EKO-REGIONAL (2009), penelitian tentang “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi PMA di Batam” dimuat dalam Majalah Ilmiah Ilmu Ekonomi dan Manajemen DISTRIBUSI (2010), penelitian tentang “Survei Identifikasi Transaksi Ilegal di Batam” yang didanai DP2M DIKTI (2009), penelitian tentang “Survei Harga

12