NASKAH PUBLIKASI JURNAL ANALISIS STRATEGI

Download While the SWOT analysis of the results obtained 8 kinds of alternative .... Dinas Pertanian setempat, jurnal, maupun penelitian sebelumnya...

0 downloads 386 Views 223KB Size
NASKAH PUBLIKASI JURNAL ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AGROINDUSTRI PUPUK ORGANIK SAA (Studi Kasus Pada CV. Sumber Alam, Desa Gunggung, Kecamatan Batuan, Kabupaten Sumenep) ANALYSIS OF DEVELOPMENT STRATEGY SAA ORGANIC FERTILIZER AGROINDUSTRY (Case Study in CV. Sumber Alam, Gunggung Village, Batuan Subdistrict, Sumenep Regency)

Oleh SUSTIYANA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS MALANG 2012

Lembar Persetujuan Publikasi Naskah Jurnal ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AGROINDUSTRI PUPUK ORGANIK SAA (Studi Kasus Pada CV. Sumber Alam, Desa Gunggung, Kecamatan Batuan, Kabupaten Sumenep)

ANALYSIS OF DEVELOPMENT STRATEGY SAA ORGANIC FERTILIZER AGROINDUSTRY (Case Study in CV. Sumber Alam, Gunggung Village, Batuan Subdistrict, Sumenep Regency)

Nama

: Sustiyana

NIM

: 0810440156

Program Studi

: Agribisnis

Jurusan

: Sosial Ekonomi Pertanian

Menyetujui

: Dosen Pembimbing

Pembimbing Utama,

Pembimbing Pendamping,

Dr. Ir. Syafrial, MS NIP. 19580529 198303 1 001

Nur Baladina, SP, MP NIP. 19820214 200801 2 012

Mengetahui, Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Dr. Ir. Syafrial, MS NIP. 19580529 198303 1 001

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AGROINDUSTRI PUPUK ORGANIK SAA (Studi Kasus Pada CV. Sumber Alam, Desa Gunggung, Kecamatan Batuan, Kabupaten Sumenep)

ANALYSIS DEVELOPMENT STRATEGY OF SAA ORGANIC FERTILIZER AGROINDUSTRY (Case Study in CV. Sumber Alam, Gunggung Village, Batuan Subdistrict, Sumenep Regency) Sustiyana1, Syafrial2, Nur Baladina 2 1)

Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya. 2) Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya. E-mail: [email protected] ABSTRACT

The purpose of this research are to identify and analyze the level of costs, revenues, profits, business feasibility, value-added, analyze the internal and external factors agroindustrial enterprises of organic fertilizer products SAA and establishing strategic alternatives for its business development. The research method used analysis of cost, revenue, profit, R / C ratio, BEP (Break Event Point), ROI (Return On Investment), analysis of added value, and SWOT analysis. The analysis showed that the business is economically feasible to develop. While the SWOT analysis of the results obtained 8 kinds of alternative strategies that could be taken into consideration for the development of firms in the future. Strategies alternative that can be used as a top priority are: a. improve or complement the company's organizational structure; b. set (recorded) the financial management of the company; c. expand the network and product marketing distribution. Keywords: Development strategy, agroindustry, organic fertilizer, added value, feasibility of business ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tingkat biaya, penerimaan, keuntungan, kelayakan usaha, nilai tambah, menganalisis faktor internal dan eksternal usaha agroindustri produk pupuk organik SAA serta penetapan alternatif strategi untuk pengembangan usahanya. Metode yang digunakan yaitu analysis of cost, revenue, profit, R / C ratio, BEP (Break Event Point), ROI (Return On Investment), analysis of added value, and SWOT analysis. Hasil analisis menunjukkan bahwa usaha ini secara ekonomi layak untuk dikembangkan. Sedangkan dari hasil analisis SWOT diperoleh 8 macam alternatif strategi yang bisa dijadikan pertimbangan bagi perkembangan perusahaaan pada masa mendatang. Alternatif strategi yang dapat dijadikan prioritas utama, yaitu: a. memperbaiki atau melengkapi struktur organisasi perusahaan; b. mengatur (membukukan) pengelolaan keuangan perusahaan; c. memperluas jaringan dan distribusi pemasaran produk. Kata kunci: strategi pengembangan usaha, pupuk organik, nilai tambah, kelayakan usaha

1

2

PENDAHULUAN Jumlah penduduk yang semakin meningkat menuntut upaya untuk menciptakan lapangan kerja baru yang berpotensi. Salah satu caranya yaitu dengan mengembangkan usaha berbasis pertanian yaitu agribisnis dan agroindustri. Menurut data BPS (2009), laju pertumbuhan PDB sektor pertanian mencapai 4,1 persen, pertumbuhan sektor pertanian menunjukkan penyerapan tenaga kerja sebesar 37,83 persen (43,03 juta orang), dengan total angkatan kerja 113,74 juta dan jumlah pengangguran terbuka yang dapat ditekan sebesar 8,14 persen (9,26 juta orang). Adanya agroindustri pupuk organik mempunyai peranan penting dalam memajukan pertanian karena dapat membantu menyediakan salah satu sarana produksi pertanian yaitu pupuk kepada para petani, sehingga kelangkaan pupuk dapat dihindari. CV.Sumber Alam merupakan satu-satunya agroindustri lokal yang memperoleh ijin dari Departemen Pertanian untuk memproduksi pupuk organik di Kabupaten Sumenep. Produk pupuk organik yang dihasilkan yaitu pupuk organik SAA (Sumber Alam Abadi) yang merupakan pupuk bokashi berbahan dasar kotoran sapi, kotoran ayam, dan arang sekam. Suplai bahan baku tersebut diperoleh dari sekitar wilayah agroindustri itu sendiri. Sementara ini, wilayah pemasaran pupuk organik SAA hanya di wilayah Kabupaten Sumenep saja. Jumlah agroindustri pupuk organik di Kabupaten Sumenep yang semakin banyak dapat menimbulkan persaingan pasar. Melalui agroindustri pupuk organik SAA, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan pengusaha itu sendiri dan masyarakat sekitarnya yang terdiri dari para pegawai (pekerja), peternak sapi dan ayam sebagai penyedia bahan baku produksi. Selain itu, dengan adanya pupuk organik SAA dapat meningkatkan produktivitas lahan usahatani baik jangka pendek maupun jangka panjang yang sangat menguntungkan petani. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari rujukan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2011 tentang tata kelola bahan pupuk organik. Tujuan dari pengembangan tata kelola bahan pupuk organik pada akhirnya adalah untuk meningkatkan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal dan mengembalikan tingkat kesuburan tanah melalui pemanfaatan bahan organik yang diproses menjadi bahan pupuk organik, memberdayakan petani miskin untuk meningkatkan kesejahteraanya, serta untuk mengantisipasi adanya kegagalan panen dan gejolak harga komoditas pertanian, sehingga hasil peternakan diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan alternatif dan juga untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani (Dinas Pertanian, 2012). Berdasarkan uraian di atas, usaha agroindustri pupuk organik SAA ini memerlukan upaya pengembangan skala usaha, tetapi kendalanya adalah administrasi keuangan yang belum tercatat sehingga perlu dianalisis besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, R/C Ratio, BEP, ROI, dan analisis nilai tambahnya. Dari hasil analisis tersebut, diharapkan memberikan pandangan bagi perusahaan dalam mengatur kinerja keuangan. Wilayah pemasaran produk pupuk organik SAA ini masih belum luas yaitu hanya menjangkau sebagian wilayah daratan Kabupaten Sumenep dan hanya Pulau Talango yang merupakan Pulau terdekat dari wilayah daratan Kabupaten Sumenep. Salah satu penyebab keterbatasan wilayah pemasaran ini adalah kapasitas tempat produksi pupuk organik SAA yang masih relatif kurang mencukupi jika akan menjangkau wilayah pemasaran yang lebih luas. Selain itu, kegiatan promosinya masih belum gencar dan adanya perusahaan pesaing sejenis yang skala usahanya lebih besar. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penelitian tentang strategi pengembangan agroindustri pupuk organik SAA di CV. Sumber Alam, Kabupaten Sumenep ini penting untuk dilakukan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di CV. Sumber Alam, Desa Gunggung, Kecamatan Batuan, Kabupaten Sumenep. Produk dari perusahaan ini berupa pupuk organik SAA (Sumber

3

Alam Abadi). Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan bahwa agroindustri pupuk organik SAA merupakan salah satu unit usaha yang bergerak dalam bidang produksi, penjualan, penyaluran atau distribusi pupuk organik kepada petani maupun kelompok tani. Agroindustri ini merupakan satu-satunya produsen pupuk organik lokal yang memiliki izin dari Departemen Pertanian. Karena usaha ini memiliki potensi dan hasil produksinya bermutu sehingga perlu untuk dikembangkan. Penentuan responden dilakukan secara sengaja (purposive). Menurut David (2006), dalam analisis untuk menentukan responden tidak ada jumlah minimal yang diperlukan, sepanjang responden yang dipilih merupakan ahli di bidangnya. Responden adalah orangorang yang mengenal dinamika dan keadaan bisnis yang dijalani. Responden dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, key informan yang berasal dari internal yaitu manajer lapang CV. Sumber Alam dan responden dari eksternal yaitu petani lokal yang sudah relatif lama menggunakan pupuk organik SAA pada lahan usaha taninya. Karena jumlah petani pengguna pupuk organik SAA tidak diketahui, maka pengambilan jumlah responden dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling (Rianse, 2009). Pengambilan jumlah responden eksternal dalam penelitian ini sejumlah 30 orang, dengan pertimbangan bahwa jumlah tersebut sudah mewakili pendapat konsumen secara keseluruhan. Adanya keterlibatan pihak eksternal dalam penelitian ini diharapkan menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari perusahaan (CV. Sumber Alam) baik dari hasil wawancara dan dari hasil observasi langsung. Narasumber dalam pengambilan informasi tentang faktor-faktor internal dipilih dari pihak perusahaan, sedangkan informasi dari pihak eksternal dilakukan terhadap petani lokal yang menggunakan pupuk organik SAA. Data sekunder dapat diperoleh dari beberapa buku yang terkait dengan penelitian, studi pustaka, literatur dari instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian setempat, jurnal, maupun penelitian sebelumnya. Metode analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis Biaya, Penerimaan, dan Keuntungan Menurut Soekartawi (1995), penerimaan dan pendapatan kotor didefinisikan sebagai nilai produk total dalam jangka waktu. Sedangkan pendapatan bersih adalah selisih antara penerimaan dan total biaya selama proses produksi. Sedangkan keuntungan atau pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan usaha dengan total biaya yang dikeluarkan. Secara matematis penerimaan dan keuntungan dapat dinotasikan sebagai berikut: Dimana: P = Harga jual/unitnya (Rp) TC = TFC + TVC Q =Jumlah barang yang diproduksi (kwintal) TR = P x Q TFC = Total Biaya Tetap (Rp) π = TR – TC TVC = Total Biaya Variabel (Rp) π = Keuntungan (Rp) TR = Total penerimaan (Rp) TC = Total biaya (Rp) 2. Analisis Kelayakan Usaha a. Analisis Revenue Per Cost Ratio (R/C Rasio ) Soekartawi (1995) menyebutkan bahwa R/C Rasio adalah perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya produksi. Berikut ini adalah rumus R/C Rasio: =

4

Ketentuan: Bila R/C Rasio > 1, maka usaha tersebut layak dan menguntungkan. Bila R/C Rasio = 1, maka usaha tersebut impas atau tidak untung dan tidak rugi. Bila R/C Rasio < 1, maka usaha tersebut layak dan tidak menguntungkan. b. Analisis Break Even Point (BEP) Menurut Rahardi (1998), BEP merupakan bentuk analisis yang memperlihatkan hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan, dan volume penjualan minimal yang harus dipertahankan agar tidak mengalami kerugian. Nilai Break even point (BEP) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (

(

ℎ) =

)=



Dimana: FC = Biaya tetap (Rp) VC = Biaya variabel (Rp) S = Penjualan bersih (Rp) P = Harga per satuan produk (Rp) V = Biaya variabel per unit (Rp/ unit)

Indikator BEP: Nilai BEP (Rupiah) = Jumlah nominal uang yang harus dihasilkan agar perusahaan tidak untung dan tidak rugi. Nilai BEP (Unit) = Jumlah unit produk yang harus dihasilkan perusahaan agar perusahaan tidak untung dan tidak rugi. c. Analisis Return on Investment (ROI) Rahardi (1998) menyebutkan bahwa suatu usaha juga dikatakan efisien jika nilai ROI usahanya tinggi. ROI merupakan nilai yang diperoleh pengusaha dari setiap uang yang diinvestasikan pada usahanya dalam periode waktu tertentu. Return on Investment (ROI) atau analisis tingkat pengembalian modal yang telah digunakan untuk mengetahui keuntungan usaha yang berkaitan dengan modal yang telah dikeluarkan. Perhitungan ROI dapat dikakuan dengan menggunakan rumus berikut: =

Dimana: ROI = Return on Investment Np = Keuntungan bersih (nett profit) I = Investasi / modal

Indikator: Semakin besar persentase ROI maka semakin baik ROInya. 3. Analisis Nilai Tambah Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya nilai tambah yang diperoleh perusahaan dengan pengurangan bahan baku dan input lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan tidak termasuk tenaga kerja. Analisis nilai tambah dalam penelitian ini menggunakan metode Hayami. Menurut Hayami (1990) dalam Sudiyono (2002), ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. 4. Analisis SWOT Berikut adalah beberapa tahap dari analisis SWOT (Rangkuti, 2004): a. Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal b. Penentuan bobot, rating dan skor dari analisis faktor internal (IFAS) dan faktor eksternal (EFAS) c. Pembuatan Matrik IFAS, EFAS, dan SWOT

5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Biaya Produksi, Penerimaan, dan Keuntungan Biaya produksi terdiri dari identifikasi besarnya biaya tetap dan biaya variabel yang digunakan dalam memproduksi pupuk organik SAA. Berikut ini adalah hasil perhitungan dari biaya produksi: Tabel 1. Analisis Biaya Produksi, Penerimaan, Keuntungan Pupuk Organik SAA Tiap Proses Produksi No. Jenis Analisis Keterangan Jumlah (Rp) 1. Biaya tetap TFC 29.009, 17 2. Biaya variabel TVC 468.251,346 3. Biaya total TC = TFC + TVC 497.260,512 4. Penerimaan TR = P x Q = 500 x 1389 694.500,00 5. Keuntungan π = TR – TC 197.239,48 Sumber: Data primer diolah, 2012 Agroindustri pupuk organik SAA ini menghasilkan rata-rata jumlah produk sebanyak 1389 kg setiap proses produksinya, dengan harga jual Rp 500,- tiap kilogramnya. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, jumlah keuntungan dari usaha ini bisa dikatakan relatif besar atau sangat menguntungkan. Oleh karena itu, pengusaha pupuk organik SAA ini bertahan dan terus melakukan upaya pengembangan usahanya. 2. Analisis Kelayakan Usaha Tabel 2. Analisis Kelayakan Usaha No. Jenis Analisis Nilai 1. Revenue Per Cost Ratio 1,39 2. Break Even Point (Unit) 7,12 sak Break Even Point (Rupiah) Rp 89.047,46 3. Return on Investment 0,71 Sumber: Data primer diolah, 2012 Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa R/C rasio dari usaha pupuk organik SAA ini lebih dari 1 yaitu sebesar 1,39. Angka rasio tersebut menunjukkan bahwa usaha ini sangat layak untuk dilanjutkan maupun dikembangkan ke depannya karena perusahaan memperoleh keuntungan yang bisa dikatakan cukup besar. Keuntungan ini bisa digunakan untuk pengembangan usaha selanjutnya dan dapat meningkatkan pendapatan pengusaha itu sendiri beserta pegawai (pekerjanya). Berdasarkan hasil perhitungan analisis Break Even Point (BEP) menunjukkan bahwa Agroindustri Pupuk Organik SAA akan memperoleh keuntungan jika perusahaan menghasilkan atau menjual lebih dari 7,12 sak pupuk (tiap sak berisi 25 kilogram pupuk organik) setiap proses produksi atau mendapat uang hasil penjualan sebesar Rp 89.047,46 dalam setiap proses produksi. Begitu pula sebaliknya, perusahaan akan memperoleh kerugian jika menjual kurang dari angka tersebut. Namun nilai tersebut bisa diakumulasikan menjadi setiap proses produksi yaitu jumlah keuntungannya menjadi Rp 197.239,48 dan jumlah investasinya menjadi Rp 277.777,78. Dari jumlah tersebut, maka diperoleh nilai ROI sebesar 0,71 atau sebesar 71 %. Ini berarti bahwa setiap 1 satuan modal yang dikeluarkan oleh Agroindustri Pupuk Organik SAA ini akan mendapatkan pengembalian modal sebesar 0,71 atau sebesar 71 % dari modal yang dikeluarkan tersebut. Besarnya nilai ROI dari hasil perhitungan ini dapat menjadi pertimbangan bagi investor untuk menanamkan modal berupa saham kepada perusahaan. Saham tersebut bisa digunakan untuk perluasan skala usaha pupuk organik SAA ini.

6

3. Analisis Nilai Tambah Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya nilai tambah yang diperoleh perusahaan dengan pengurangan bahan baku dan input lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan tetapi tidak termasuk tenaga kerja. Tabel 3. Hasil Analisis Nilai Tambah Agroindustri Pupuk Organik SAA Tiap Proses Produksi No. Unsur Perhitungan Rumus Nilai Perhitungan 1. Hasil produksi (kg/proses produksi) a 1389 2. Bahan baku (kg/proses produksi) b 972 3. Tenaga kerja (jam/proses produksi) c 8 4. Faktor konversi a/b=h 1,428 5. Koefisien tenaga kerja (%) c/b=i 0,82 6. Harga produk (Rp/kg) d 500 7. Upah rata-rata (Rp/ kg) e 35,99 8. Harga bahan baku (Rp/kg) f 140 9. Input lain (Rp/kg) g 62,84 10. Nilai produksi (Rp/kg) hxd=j 714,449 11. a. Nilai tambah (Rp/kg) j–f–g=k 511,6 b. Rasio nilai tambah (%) k/j 71,6 12. a. Imbalan tenaga kerja (Rp) ixe=m 29,511 b. Bagian tenaga kerja (%) m/k 5,7 13. a. Keuntungan (Rp/kg) k–m=o 482,097 b. Tingkat keuntungan (%) o/k 94,2 14. Marjin pengolahan j–f=q 574,449 Sumber: Data primer diolah, 2012 Dari hasil perhitungan di atas diperoleh rasio nilai tambah pada produk pupuk organik SAA sebesar 0,716 atau sebesar 71,6 %. Nilai tersebut menunjukkan bahwa agroindustri pupuk organik SAA ini tergolong tinggi sesuai dengan indikator bahwa jika rasio nilai tambah lebih besar dari 40% maka perusahaan tersebut dikatakan mempunyai nilai tambah yang tinggi pada tiap kilogram produknya. 4. Analisis Konsumen Analisis konsumen ini digunakan untuk mengetahui kondisi konsumen dan opini – opini pengguna pupuk organik SAA yang bisa dijadikan pertimbangan bagi perkembangan perusahaan ke depannya. Berdasarkan hasil penelitian pendapat konsumen (Lampiran 1) mengenai produk dan usahanya ini sudah baik tetapi masih perlu pengembangan lebih lanjut. Hal ini didukung oleh data responden yaitu sebanyak 53,3 persen menyatakan bahwa pupuk organik ini berkualitas baik, 73,3 persen menyatakan bahwa produk tersebut mempunyai harga yang mudah dan sebanyak 46,7 persen menyatakan bahwa pelayanan dalam pembelian maupun informasi dalam perusahaan ini tergolong baik, tetapi responden yang menyatakan bahwa kegiatan promosi perusahaan masih kurang bagus sebanyak 53,3 persen. 4. Analisis Strategi Pengembangan (SWOT) a. Pembuatan Matrik IFAS dan EFAS Berdasarkan hasil identifikasi faktor internal dan eksternal, dapat dibuat matriks IFAS dan EFAS dengan menentukan persentase bobot dari masing– masing variabel yang telah ditentukan sebelumnya, kemudian dilanjutkan dengan penentuan rating dan jumlah skor yang diperoleh dari perhitungan tiap variabel. Nilai rating diperoleh dari penentuan

7

besarnya tingkat pengaruh variabel– variabel dalam faktor internal maupun eksternal terhadap perkembangan perusahaan ke depannya. Sedangkan nilai skor merupakan hasil perkalian antara persentase bobot dengan rating tiap variabel tersebut. Menurut Rangkuti (2004), tabel IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor – faktor strategis internal tersebut dalam kerangka strenght and weakness perusahaan. Pada matrik IFAS (lampiran 2), dapat diketahui bahwa skor tertinggi dari sisi kekuatan perusahaan adalah harga produk yang dipasarkan murah (terjangkau petani) yaitu sebesar 0,332. Sedangkan kelemahan terbesar dari perusahaan ini adalah struktur organisasi belum lengkap yaitu sebesar 0,315. Matrik EFAS (Enternal Strategic Factors Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor – faktor strategis eksternal tersebut dalam kerangka opporunity and threats perusahaan. Pada matrik EFAS (Lampiran 3) menunjukkan bahwa peluang terbesar bagi perkembangan usaha agroindustri pupuk organik SAA ini adalah permintaan pasar yang semakin bertambah dengan skor sebesar 0,556. Sedangkan ancaman terbesarnya adalah promosi yang belum efektif dengan jumlah skor 0,222. b. Penentuan Alternatif Strategi dalam Matriks SWOT Tahap yang dilakukan setelah analisis dengan menggunakan matrik IFAS dan EFAS adalah dengan menentukan alternatif strategi dalam matrik SWOT. Matrik SWOT ini merupakan gabungan antara variabel – variabel pada matrik IFAS yang berperan sebagai kekuatan serta kelemahan dalam perusahaan dan matrik EFAS yang menunjukkan peluang yang dimiliki perusahaan dan ancaman yang harus diantisipasi oleh pihak perusahaan. Matrik SWOT pada agroindustri pupuk organik SAA ini dapat dilihat pada Lampiran 4. Dari tabel matrik SWOT tersebut dapat dirumuskan beberapa strategi yaitu: 1) Strategi SO (Strenght - Opportunity) Strategi ini memanfaatkan kekuatan secara maksimal dan menggunakan peluang yang ada untuk perkembangan perusahaan. Berikut adalah alternatif strategi yang dapat dilakukan:  Memperluas jaringan dan distribusi pemasaran produk Mata pencaharian petani masih dapat dibilang dominan karena lahan pertanian yang ada masih sangat luas, walaupun dalam era modernitas ini semakin marak terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman atau bangunan. Selain itu, meningkatnya kesadaran petani untuk menggunakan input yang berbahan alami juga menjadi peluang yang bagus bagi perusahaan untuk menambah kapasitas dan kuantitas produksi, agar bisa mendistribusikan produknya ke wilayah pemasaran yang lebih luas. Dari hal tersebut diharapkan produk pupuk organik SAA ini lebih dikenal oleh masyarakat dan menjadi pilihan terbaik bagi petani penggunanya. Cara memperluas jaringan pasar adalah dengan memanfaatkan relasi maupun memanfaatkan teknologi informasi yang sedang banyak digunakan oleh semua kalangan untuk berniaga ataupun berbagi informasi melalui internet.  Menjaga hubungan kerjasama yang baik dengan pihak internal dan eksternal perusahaan Dengan banyaknya peluang yang ada, baik dari pekerja, pihak konsumen, perantara, dinas terkait, maupun penyuplai bahan baku yang antusias dalam menjalin kerja sama karena saling menguntungkan, perusahaan harus menjaga hubungan yang baik antara semua pihak. Hal ini berpengaruh terhadap citra perusahaan dalam masyarakat. Dengan adanya hubungan baik dengan pihak internal yaitu pekerja, akan memudahkan perusahaan untuk mengatur manajemen produksi maupun manajemen sumber daya manusianya. Sedangkan hubungan baik dengan pihak eksternal dapat mempertahankan hingga meningkatkan kuantitas penjualan produk pupuk organik SAA. Dampak baik bagi pihak perusahaan tersebut adalah dapat meningkatkan omzet atau pendapatan yang aliran dananya dapat digunakan untuk mengembangkan usahanya.

8

2) Strategi ST (Strenght - Treath) Strategi ini dibuat dengan mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki perusahaan dan mengantisipasi ancaman. Berikut adalah alternatif strategi yang dapat dilakukan:  Melakukan inovasi produk yang berkualitas untuk menghadapi persaingan Inovasi produk sangat diperlukan oleh tiap perusahaan untuk menghasilkan produk dengan kualitas, bentuk, maupun jenis yang berbeda dengan perusahaan lain. Inovasi tersebut menuntut pihak perusahaan untuk mengikuti perkembangan informasi dan teknologi yang berkaitan dengan produknya di pasar. Dengan inovasi tersebut akan menghasilkan daya tarik yang berbeda bagi pembeli untuk mencoba produk baru yang dihasilkan. Jika agroindustri pupuk organik SAA ini bisa melakukan inovasi dengan baik, maka petani yang akan membeli produknya akan mempunyai pilihan terhadap jenis produk yang dihasilkan perusahaan. pilihan tersebut disesuaikan dengan kondisi lahan, musim, atau kebutuhan dan selera petani itu sendiri. Sebagai contoh, petani akan lebih memilih pupuk organik cair daripada pupuk organik granul. Alasannya adalah apabila diaplikasikan ke lahan pertanian, jenis pupuk yang cepat diserap tanah dan tanaman yaitu pupuk organik yang berebentuk cair. Sedangkan pupuk organik yang berbentuk butiran membutuhkan waktu yang lebih lama untuk proses penyerapannya dan gerakannya terpengaruh oleh limpasan air yang memungkinkan terjadinya proses penyerapan di tempat yang semestinya. 3) Strategi WO (Weakness - Opportunity) Strategi ini meminimalkan kelemahan dan memanfaatkan peluang yang dimiliki oleh perusahaan. Berikut adalah ualternatif strategi yang dapat dilakukan:  Mengatur (membukukan) pengelolaan keuangan perusahaan Agroindustri pupuk organik SAA ini mempunyai kelemahan yaitu masih belum membukukan administrasi keuangan, sehingga pihak perusahaan belum mengetahui secara pasti jumlah aliran kas yang terjadi setiap kali produksi dan dalam kurun waktu tertentu. Padahal manajemen keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam setiap usaha. Dengan melakukan akuntansi yang baik dan tepat, perusahaan akan memiliki acuan dan mengetahui kondisi keuangannya di setiap waktu. Hal ini bisa dijadikan referensi dan evaluasi untuk mengembangkan perusahaan ke depannya.  Memperbaiki atau melengkapi struktur organisasi perusahaan Seperti yang dijelaskan sebelumnya, susunan struktur organisasi pada agroindustri ini masih kurang lengkap. Perlu dilakukan penentuan tenaga kerja yang menjadi ketua di tiap aspek perusahaan untuk mempermudah proses pengawasan dan penanganan jika terjadi sesuatu hal. Selain itu, perbaikan struktur organisasi ini akan meringankan tugas atau tanggung jawab dari manajer perusahaan yang selama ini mengatur semua bidang kegiatan dalam perusahaan.  Meningkatkan kuantitas produk dengan menambah kapasitas tempat produksi Untuk mewujudkan perkembangan skala usaha pupuk organik SAA ini, peruhahaan harus mempeluas pasar. Salah satu caranya adalah dengan menambah kapasitas produksi agar dapat menghasilkan jumlah output produksi yang lebih banyak, sehingga bisa menembus pasar di luar wilayah kabupaten Sumenep. 4) Strategi WT (Weakness - Treath) Penerapan strategi ini adalah dengan memperbaiki kelemahan dan mengatasi ancaman yang timbul bagi agroindustri pupuk organik SAA. Berikut adalah alternatif strategi yang dapat dilakukan:  Meningkatkan kegiatan promosi Dengan banyaknya produk pupuk baik pupuk organik dan anorganik menunjukkan bahwa persaingan usaha pupuk ini cukup ketat. Selain terus dibayang-bayangi oleh

9

perusahaan yang skala usahanya lebih besar, agroindustri pupuk organik SAA ini juga harus mengantisipasi adanya ancaman perubahan selera konsumen yang memungkinkan terjadinya peralihan penggunaan produk dari pupuk organik SAA ke produk pupuk lain yang diproduksi oleh perusahaan berbeda. Oleh sebab itu, perlu adanya peningkatan kegiatan promosi untuk menjaga loyalitas pengguna pupuk organik SAA dan juga meningkatkan jumlah penjualan produk ini. Promosi memegang peranan yang fundamental terhadap perusahaan karena sangat erat kaitannya dengan bagus tidaknya aliran informasi dan komunikasi yang ada dalam perusahaan. Hal ini menunjang minat pembelian produk secara kontinu bahkan bisa menarik bagi banyak orang untuk bekerja sama menjadi distributor atau penjual pupuk organik SAA ini. Beberapa cara yang bisa dilakukan diantaranya adalah dengan membuat brosur, pamflet, iklan di radio, website di internet, penerapan demplot secara berkala di tiap titik daerah yang petaninya belum atau daerah yang masih sedikit menggunakan produk ini.  Memanfaatkan teknologi untuk menjaga kualitas bahan baku dan produk. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi pupuk organik SAA ini sangat peka terhadap kondisi cuaca karena dapat mempengaruhi kadar air yang terkandung dalam bahan baku tersebut. Untuk menjaga kualitas bahan baku dan produk tanpa mengenal cuaca hujan maupun panas, perlu pemanfaatan teknologi berupa alat pengering yang terdapat pengaturan kadar airnya. Walaupun alat tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit, tetapi alat tersebut bisa dijadikan asset atau investasi perusahaan bagi perkembangan perusahaan dalam jangka panjang yang bisa menghasilkan produk yang lebih berkualitas. Jika perusahaan bisa menjaga kualitas kadar unsur hara yang terkandung di dalam produknya, maka kepercayaan konsumen akan meningkat. Hal ini bisa meningkatkan daya jual produk pupuk organik SAA ini. c. Pemilihan Strategi Dari identifikasi alternatif strategi yang telah disebutkan pada analisis SWOT, dapat dilakukan pemilihan strategi yang merupakan tahap dalam pengambilan keputusan yang bisa dijadikan prioritas bagi pihak agroindustri pupuk organik SAA untuk mengembangkan usahanya. Adapun urutan prioritas strategi yang bisa dijalankan adalah sebagai berikut: 1. Memperbaiki atau melengkapi struktur organisasi perusahaan 2. Mengatur (membukukan) pengelolaan keuangan perusahaan 3. Memperluas jaringan dan distribusi pemasaran produk 4. Meningkatkan kegiatan promosi 5. Menjaga hubungan kerjasama yang baik dengan pihak internal dan eksternal perusahaan 6. Meningkatkan kuantitas produk dengan menambah kapasitas tempat produksi 7. Melakukan inovasi produk yang berkualitas untuk menghadapi persaingan 8. Memanfaatkan teknologi untuk menjaga kualitas bahan baku dan produk.

10

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Usaha pupuk organik SAA secara ekonomi layak untuk dikembangkan. Hal ini ditunjukkan oleh total keuntungan yang diperoleh tiap proses produksi sebesar Rp 197.239,48. R/C rasio dari usaha pupuk organik SAA ini lebih dari 1 yaitu sebesar 1,39, nilai BEP sejumlah 7,12 sak (kemasan 25 kilogram) atau Rp 89.047,46 dalam tiap kali proses produksi. Perusahaan harus bisa menghasilkan atau menjual lebih dari nilai BEP tersebut agar tetap memperoleh keuntungan. Angka ROI yang diperoleh sebesar 0,71 atau 71 %, hasil ini menunjukkan bahwa setiap 1 satuan modal yang dikeluarkan oleh perusahaan SAA akan mendapatkan pengembalian modal sebesar 0,71 atau sebesar 71 persen dari modal yang dikeluarkan tersebut. Nilai tambah yang diperoleh perusahaan sebesar 71,6 persen atau sejumlah Rp 511,6 tiap kilogram pupuk organik SAA. 2. Berdasarkan hasil penelitian tentang pendapat konsumen dapat diketahui bahwa produk dan usahanya ini sudah baik tetapi masih perlu pengembangan lebih lanjut. Hal ini didukung oleh data responden yaitu sebanyak 53,3 persen menyatakan bahwa pupuk organik ini berkualitas baik, 73,3 persen menyatakan bahwa produk tersebut mempunyai harga yang mudah dan sebanyak 46,7 persen menyatakan bahwa pelayanan dalam pembelian maupun informasi dalam perusahaan ini tergolong baik, tetapi responden yang menyatakan bahwa kegiatan promosi perusahaan masih kurang bagus sebanyak 53,3 persen. 3. Pada matrik IFAS, kekuatan terbesar dari usaha agroindustri pupuk organik SAA adalah harga produk yang dipasarkan murah (terjangkau petani) sedangkan kelemahan terbesarnya adalah struktur organisasi belum lengkap. Pada matrik EFAS menunjukkan bahwa peluang terbesar bagi perkembangan usaha agroindustri pupuk organik SAA ini adalah permintaan pasar yang semakin bertambah, sedangkan ancaman terbesarnya adalah promosi yang belum efektif. 4. Berdasarkan analisis SWOT diperoleh delapan alternatif strategi yang bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pengembangan usaha pupuk organik SAA. Alternatif strategi yang dapat dijadikan prioritas utama, yaitu: a. memperbaiki atau melengkapi struktur organisasi perusahaan; b. mengatur (membukukan) pengelolaan keuangan perusahaan; c. memperluas jaringan dan distribusi pemasaran produk. Saran 1. Pihak perusahaan perlu menerapkan alternatif strategi pengembangan usaha yang direkomendasikan berdasarkan analisis SWOT pada penelitian ini, sehingga diharapkan dapat membantu pengembangan usaha agroindustri pupuk organik SAA baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 2. Agroindustri pupuk organik SAA ini perlu memperluas wilayah pemasaran produk dan meningkatkan skala usahanya agar tercapai visi dan misi perusahaan. 3. Membutuhkan penambahan tenaga kerja terutama di bidang pemasaran maupun keuangan untuk melengkapi struktur organisasi agar setiap orang pekerja bisa fokus terhadap tanggung jawab atau tugasnya, sehingga didapatkan kinerja yang optimal untuk mendukung pengembangan usaha ini. 4. Pihak perusahaan perlu memanfaatkan perkembangan teknologi atau alat pengering otomatis yang bisa ditentukan kadar airnya untuk mengatasi kendala perubahan cuaca yang mempengaruhi kualitas bahan baku. 5. Menerapkan penggunaan teknologi internet sebagai sarana promosi agar bisa dikenal oleh semua orang di berbagai wilayah.

11

DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2009. Pertanian, Pengangguran, dan Kemiskinan. Badan Statistik Indonesia. Jakarta David F.R. 2009. Manajemen Stategis, Konsep. Terjemahan: Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Dinas Pertanian. 2012. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Tata Kelola Bahan Pupuk Organik. Departemen Pertanian. Jakarta. Rahardi, F. et al. 1998. Agribisnis Tanaman Sayur. Penebar Swadaya: Jakarta. Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Teknik

Membedah

Kasus

Bisnis.

Rianse, Usman dan Abdi. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, Teori dan Aplikasi. Penerbit Alfabeta. Bandung. Soekartawi, 1995. Analisis Usaha Tani. PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta. Sudiyono, Ahmad. 2001. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang Press. Malang.

12

Lampiran 1. Pendapat Konsumen Pupuk Organik SAA No. Pertimbangan Kriteria Pembelian Produk 1. Kualitas produk Tidak baik Kurang baik Cukup baik Baik Sangat baik 2. Harga Sangat mahal Mahal Lumayan Murah Sangat murah 3. Kemasan Tidak menarik Kurang menarik Cukup menarik Menarik Sangat menarik 4. Merek Tidak mempengaruhi Kurang mempengaruhi Cukup mempengaruhi Mempengaruhi Sangat mempengaruhi 5. Pelayanan Tidak baik Kurang baik Cukup baik Baik Sangat baik 6. Promosi Tidak bagus Kurang bagus Cukup bagus Bagus Sangat bagus 7. Kemudahan mendapat Sangat sulit produk Sulit Cukup mudah Mudah Sangat mudah 8. Memerlukan inovasi Tidak perlu produk atau Kurang perlu diversifikasi produk Cukup perlu Perlu Sangat perlu Sumber: Data primer diolah, 2012

Jumlah (Orang) 0 3 9 16 2 0 0 8 22 0 0 0 7 19 4 0 4 6 17 3 0 0 5 14 11 0 16 12 2 0 0 0 8 12 10 2 2 6 15 5

Persentase (%) 0 10 30 53,3 6,7 0 0 26,7 73,3 0 0 0 23,3 63,4 13,3 0 13,3 20 56,7 10 0 0 16,7 46,7 36,6 0 53,3 40 6,7 0 0 0 26,7 40 33,3 6,7 6,7 20 50 16,6

13

Lampiran 2. Matrik IFAS No. Faktor Internal Bobot (%) Rating Kekuatan (S) 1. Mempunyai nilai tambah yang tinggi 0,105 4 dan menguntungkan (*) 2. Pasokan bahan baku secara kontinu, 0,105 4 dengan harga relatif murah dan mudah diperoleh. 3. Lokasi perusahaan yang mudah 0,062 3 dijangkau 4. Satu-satunya unit usaha produk 0,083 3 organik lokal yang mempunyai ijin dari Deptan 5. Kadar hara telah teruji 0,083 3 6. Memiliki label produk 0,062 4 7. Harga produk yang dipasarkan murah 0,083 4 (terjangkau petani) 8. Kualitas dan tampilan kemasan (sak) 0,062 3 baik Sub jumlah 0,645 28 Kelemahan (W) 9. Administrasi keuangan tidak tercatat 0,105 2 10. Struktur organisasi belum lengkap 0,105 3 11. Kapasitas tempat produksi terbatas 0,083 2 12. Penggunaan teknologi kurang 0,062 3 maksimal Sub jumlah 0,355 38 Selisih skor Lingkungan Internal 1 38 Total skor Keterangan: *) : berdasarkan perhitungan pada analisis sebelumnya Nilai standar bobot internal  = = = 0,083 Nilai rating untuk kekuatan (strenght): Sangat berpengaruh =4 Berpengaruh =3 Kurang berpengaruh =2 Tidak berpengaruh =1 Sedangkan nilai rating untuk kelemahan (weakness) adalah sebaliknya: Sangat berpengaruh =1 Berpengaruh =2 Kurang berpengaruh =3 Tidak berpengaruh =4

Skor 0,42 0,42

0,186 0,249

0,249 0,248 0,332 0,186 2,29 0,21 0,315 0,166 0,186 0,877 1,413 3,167

14

Lampiran 3. Matrik EFAS No. Faktor Eksternal Bobot (%) Rating Peluang (Opportunity) 1. Dukungan PERDA Nomor 3 Tahun 0,111 4 2011 tentang tata kelola bahan pupuk organik. 2. Dapat memperluas pasar 0,139 3 3. Permintaan pasar yang semakin 0,139 4 bertambah 4. Adanya kesadaran masyarakat untuk 0,111 3 mendukung gerakan Go Organik 5. Antusiasme pemasok bahan baku 0,083 3 (peternak/ suppliers) 6. Memungkinkan adanya inovasi produk 0,083 3 Sub Jumlah 0,666 20 Ancaman (Threats) 7. Adanya pesaing sehingga menimbulkan 0,167 1 produk substitusi 8. Promosi yang belum efektif 0,111 2 9. Perubahan cuaca mempengaruhi kualitas 0,056 3 bahan baku Sub Jumlah 0,334 6 Selisih skor Lingkungan Eksternal 1 26 Total Skor Keterangan : Nilai standar bobot internal  = = = 0,111 Nilai rating untuk peluang (opportunities): Sangat berpengaruh =4 Berpengaruh =3 Kurang berpengaruh =2 Tidak berpengaruh =1 Sedangkan nilai rating untuk ancaman (threats) adalah sebaliknya: Sangat berpengaruh =1 Berpengaruh =2 Kurang berpengaruh =3 Tidak berpengaruh =4

Skor 0,444

0,417 0,556 0,333 0,249 0,249 2,268 0,167 0,222 0,168 0,557 1,691 2,805

15

Lampiran 4. Matrik SWOT

EFAS

Peluang (O) 1. Dukungan PERDA Nomor 3 Tahun 2011 tentang tata kelola bahan pupuk organik. 2. Dapat memperluas pasar 3. Permintaan pasar yang semakin bertambah 4. Adanya kesadaran masyarakat untuk mendukung gerakan Go Organik 5. Antusiasme pemasok bahan baku (peternak/ suppliers) 6. Memungkinkan adanya inovasi produk Ancaman (T) 1. Adanya pesaing sehingga menimbulkan produk substitusi 2. Promosi yang belum efektif 3. Perubahan cuaca mempengaruhi kualitas bahan baku

Kekuatan (S) 1. Mempunyai nilai tambah yang tinggi dan menguntungkan (*) 2. Pasokan bahan baku secara kontinu, dengan harga relatif murah dan mudah diperoleh. 3. Lokasi perusahaan yang mudah dijangkau 4. Satu-satunya agroindustri pupuk organik lokal yang mempunyai ijin dari Deptan 5. Kadar hara telah teruji 6. Memiliki label produk. 7. Harga produk yang dipasarkan murah (terjangkau petani) 8. Kualitas dan tampilan kemasan (sak) baik

Kelemahan (W) 1. Administrasi keuangan tidak tercatat 2. Struktur organisasi belum lengkap 3. Kapasitas tempat produksi terbatas 4. Penggunaan teknologi kurang maksimal

Strategi SO  Memperluas jaringan dan distribusi pemasaran produk (S1,S2,S3, S4,S5,S6,S7,S8,O1,O2,O4,O6)  Menjaga hubungan kerjasama yang baik dengan pihak internal dan eksternal perusahaan (S4,O4,O5)

Strategi WO  Mengatur (membukukan) pengelolaan keuangan perusahaan (W1,O2,O3)  Memperbaiki atau melengkapi struktur organisasi perusahaan (W2,O6)  Meningkatkan kuantitas produk dengan menambah kapasitas tempat produksi (W3,O1,O2,O3,O4,O5 ,O6)

Strategi ST  Melakukan inovasi produk yang berkualitas untuk menghadapi persaingan (S1,S2,T1,T3)

Strategi WT  Meningkatkan kegiatan promosi (W2,T1,T2)  Memanfaatkan teknologi untuk menjaga kualitas bahan baku dan produk. (W1,W4,T1,T3)