OPINI SISWA TERHADAP TINDAKAN CYBERBULLY DI

Download Kata kunci: cyberbullying, Media Sosial, Opini, New Media, Siswa. PENDAHULUAN .... (account) dan profil palsu tentang ..... Bandung. Jurnal...

0 downloads 392 Views 199KB Size
OPINI SISWA TERHADAP TINDAKAN CYBERBULLY DI MEDIA SOSIAL (Studi Deskriptif Opini Siswa SMA Negeri 1 Medan Terhadap Tindakan Cyberbully di Media Sosial) Fanny Aulia Putri 100904111 ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Opini SISWA TERHADAP TINDAKAN CYBERBULLYING DI MEDIA SOSIAL”.. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah opini siswa SMA Negeri 1 Medan mengenai tindakan cyberbullying di media sosial. Teori dalam penelitian ini adalah new media, media sosial, cyberbullying dan opini. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Medan. Berdasarkan data yang diperoleh, siswa SMA Negeri 1 Medan yang terdaftar dalam tahun ajaran 2013/2014 yaitu sebanyak 1370 orang. Penentuan sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan dengan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 93 orang. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah teknik Accidental Sampling dan Purposive Sampling. Teknik pengumpulan yaitu studi kepustakaan (library research),dan studi lapangan (field research).Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal dan analisis tabel silang dengan menggunakan SPSS versi 13.0. Hasil penelitin ini menujukkaan bahwa mayoritas responden memahami mengenai cyberbullying serta khasanah dalam penggunaan media sosial. Mayoritas responden juga mengaku bahwa tidak pernah menjadi pelaku dan juga korban dari tindakan cyberbullying. Sikap responden terhadap perilaku cyberbullying-pun cukup baik, hampir semua responden tidak setuju dengan perbuatan cyberbullying. Kata kunci: cyberbullying, Media Sosial, Opini, New Media, Siswa PENDAHULUAN Latar belakang Masalah Media komunikasi sudah makin berkembang, khususnya di bidang cybermedia. Sudah banyak situs, aplikasi dan media sosial yang telah diciptakan dengan harapan sosialisasi umat manusia yang semakin membaik karena adanya kepraktisan dalam melakukan komunikasi tanpa adanya batas ruang dan waktu. Pola kehidupan sehari-hari telah berubah sejak adanya teknologi internet, karena dengan adanya teknologi internet, bumi akan seakan menjadi desa kecil yang tidak pernah tidur, semua jenis kegiatan dapat difasilitasi oleh teknologi internet (Oetomo, 2007: 11).

1

Pada anak 5-17 tahun sebagian waktu yang dihabiskan untuk mengakses internet adalah untuk tujuan berkomunikasi dengan orang yang dikenal maupun tidak dikenal. Berbagai aktivitas dapat mereka temui di cyberspace seperti game interaktif atau biasa disebut game online, situs jejaring sosial, forum, chat room. Bahkan, internet sudah menjadi suatu alat yang sangat penting dan berguna untuk pencarian informasi serta untuk menghubungkan komunikasi kepada peer group atau teman bermain bagi anak. Akan tetapi, internet juga dapat menjadi alat yang dapat memunculkan hal yang dapat menyerang dan membahayakan. Beberapa penelitian juga ditemukan bahwa pemakaian internet yang berlebihan dan tingkat pengetahuan dalam berinternet (internet skill) yang rendah merupakan variabel yang menentukan tingkat resiko viktimasi, seperti cyberbullying. Cyberbullying merupakan intimidasi yang dilakukan seseorang pada orang lain yang dilakukan melalui chatroom, media sosial, email dan website dalam bentuk seperti fitnah, penghinaan, pengancaman atau dibocorkannya aib mengenai sesorang. Cyberbullying sendiri kini dianggap sebagai masalah serius di dunia cyber media. Dunia maya saat ini dianggap lebih kejam daripada dunia nyata bahkan dampak yang ditimbulkan melalui cyberbullying pada anak remaja lebih berat daripada bullying yang terjadi di lingkungan tempat tinggal atau sekolah. Hal tersebut disebabkan karena sosial media dapat diakses dengan mudah oleh seluruh pengguna internet di dunia tanpa mengenal ruang dan waktu, orang-orang dapat berkomentar selama 24 jam karena jaringan internet seolah tidak pernah „beristirahat‟, pesan berbentuk foto, video ataupun tulisan tidak dapat dengan mudah terhapus, bahkan berkemungkinan para pemakai media sosial lain juga telah menyimpan pesan tersebut (Hinduja, 2010: 5). Dari banyaknya kasus yang terjadi mengenai cyberbullying, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian terkait penggunaan sosial media pada kalangan remaja. Peneliti ingin mengetahui bagaimana pengetahuan remaja mengenai cyberbullying itu sendiri, pengalaman dan sikap mereka akan hal tersebut. Peneliti menganggap hal ini sangatlah penting untuk diteliti karena menjadi fenomena saat ini. Lokasi penelitian sendiri dilaksanakan di SMA Negeri 1 Medan, lokasi tersebut cukup mewakili sekolah-sekolah lain karena lokasi tersebut dianggap sebagai sekolah negeri dengan siswa di dalamnya mayoritas terdiri dari siswa berekonomi menengah ke atas. Mayoritas siswa juga pengguna smartphone dan merupakan pengguna media sosial. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti melihat bahwa siswa SMA Negeri 1 Medan memang sangat relevan dengan penelitian yang akan dijalankan sehubungan dengan besarnya nama mereka di dunia maya. Seperti contohnya pada account @anakgaulmedan yang menyatakan mereka sebagai account yang hanya follow anak gaul se-Kota Medan, dapat dilihat kebanyakan following pada account tersebut mayoritas merupakan Siswa SMA Negeri 1 Medan. Peneliti menganggap bahwa kebanyakan dari mereka memiliki follower di media sosial yang cukup setia, dan itu juga cukup mempengaruhi apabila mereka melakukan atau menjadi korban dan pelaku cyberbully.

2

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah opini siswa SMA Negeri 1 Medan mengenai cyberbullying di media sosial?” Tujuan Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki tujuantertentu yang menyokong peneliti untuk dapat mencapainya. Begitu pula dengan penelitian ini, adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa mengenai cyberbullying di media sosial. 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman siswa mengenai cyberbullying di media sosial. 3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap siswa mengenai cyberbullying di media sosial. URAIAN TEORITIS Teori New Media New Media atau media online didefinisikan sebagai produk dari komunikasi yang termediasi teknologi yang terdapat bersama dengan komputer digital (Creeber dan Martin, 2009). Definisi lain media online adalah media yang di dalamnya terdiri dari gabungan berbagai elemen. Itu artinya terdapat konvergensi media di dalamnya, dimana beberapa media dijadikan satu (Lievrouw, 2011). New Media merupakan media yang menggunakan internet, media online berbasis teknologi, berkarakter fleksibel, berpotensi interaktif dan dapat berfungsi secara privat maupun secara public (Mondry, 2008: 13). Cyberbullying Cyberbullying adalah segala bentuk kekerasan yang dialami anak atau remaja dan dilakukan teman seusia mereka melalui dunia cyber atau internet. Cyberbullying adalah kejadian manakala seorang anak atau remaja diejek, dihina, diintimidasi, atau dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui media internet, teknologi digital atau telepon seluler. Dalam buku Patchin dan Hinduja yang berjudul Bullies Move Beyond theSchoolyard: A Preliminary Look at Cyberbullying, mengatakan bahwa cyberbullying secara singkatdidefinisikan sebagai perbuatan yang berbahaya yang dilakukan secara berulang-ulang melalui media elektronik (Patchin, 2008:131). KERANGKA KONSEP Variabel Penelitian Knowledge Cyberbully di Media Sosial Pada Siswa SMA Negeri 1 Medan

Experience

3

Attitude Sumber: (Merujuk Sarwono, 2006: 37) Operasional Variabel Tabel 2.2. Variabel Teoritis Cyberbullying di Media Sosial

Opini siswa SMA Negeri 1 Medan Karakteristk Responden

Variabel Operasional 1. Media sosial yang digunakan 2. Perilaku Cyberbullying a. Direct Attacks 1) Mengirimkan pesan berisi hinaan atau ancaman. b. Posted and Public Attacks 1) Menyebarkan gosip atau berita burung yang tidak menyenangkan lewat Email, status updates, atau komentar di jejaring sosial 2) Berbagi Gambar. Meneruskan (forward) atau membagikan (share) foto/gambar pribadi target tanpa izin. 3) Mengunggah, membeberkan informasi pribadi target ke internet tanpa izin. 4) Mengunggah video yang memalukan target. c. Cyberbullying by proxy 1) Pencuri Identitas Online. Membuat akun (account) dan profil palsu tentang seseorang/target dan melakukan aktivitas (update status, komentar, mengirim pesan, dan lain-lain) yang merusak nama baik dan hubungan sosialnya. 2) Membuat blog yang berisi kebencian pada seorang target, atau membuat kampanye di jejaring sosial untuk membuat orang-orang ikut membenci/mem-bully target. a. Knowledge b. Experience c. Attitude a. Jenis Kelamin b. Kelas c. Usia d. Pekerjaan Orangtua e. Smartphone yang digunakan f. Frekuensi Pemakaian Media Sosial

METODEOLOGI PENELITIAN

4

Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Medan yang bertempat di Jalan Teuku Cik Dik Tiro No. 1 Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga April 2014. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dimana metode ini menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. Penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa penelitian, tidak mencari hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Metode ini menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah. Peneliti hanya bertindak sebagai pengamat, hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala dan mencatat buku referensinya (Rakhmat, 2004:4). Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek dan penelitian yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, gejala, nilai, text atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 1995: 141). Sugiyono dalam bukunya menyebut populasi sebagai wilayah generaisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempuyai kuantitas dan karakterisitik tertentu yang diterapkan oleh periset untuk dipelajari, kemudian ditarik suatu kesimpulan (Kriyantono, 2010: 153). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Siswa SMA Negeri 1 Medan, berikut daftar jumlah siswa pada tahun ajaran 2013-2014 yaitu sebanyak 1370 siswa. Sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi (Nawawi, 1995:144). Sampel merupakan bagian dari populasi yang mewakili karakteristik dari populasi sehingga hasil akhirnya dapat digeneralisasikan (Lubis, 1998:23). Namun mengingat keterbatasan waktu dan biaya, tidak mungkin untuk meneliti seluruh populasi. Jumlah sampel yang diambil menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sebanyak 93 orang. Teknik Penarikan Data Teknik penarikan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah: 1. Proportional Stratified Sampling 2. Purposive Sampling Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian Lapangan (kuesioner). 2. Penelitia Kepustakaan. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Analisis Tabel Tunggal

5

2. Analisis Tabel Silang HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut riset yang telah dilakukan, mayoritas siswa SMA Negeri 1 Medan tidak pernah menjadi pelaku cyberbully. Terbukti dari hasil yang didapatkan pada pertanyaan mengenai pengalaman siswa menjadi pelaku cyberbully persentase tidak pernah rata-rata mencapai lebih dari 50%. Tetapi tidak sedikit pula siswa yang mengaku pernah melakukan tindakan cyberbully mengingat responden cukup aktif dalam menggunakan smartphone dan media sosial. Dari hasil penelitian dapat dilihat, media sosial Path cukup dominan mendapatkan persentase tertinggi sering ataupun sangat sering sebagai media sosial yang digunakan untuk melakukan perbuatan cyberbully yang dilakukan oleh responden. Adapun perbuatan cyberbully tersebut adalah berupa mengiriman pesan berisi hinaan atau ancaman, meneruskan (forward) gambar orang dikenal tanpa izin, membagi gambar meneruskan (forward) gambar orang tidak dikenal tanpa izin, membagikan (share) foto orang yang dikenal tanpa izin, membagikan (share) foto orang yang tidak dikenal tanpa izin, mengunggah video memalukan seseorang yang dikenal di media sosial dan mengunggah video seseorang yang tidak dikenal tanpa izin. Dari hasil tabel silang, responden yang mengaku kerap melakukan perbuatan cyberbully di media sosial Path merupakan responden yang frekuensi penggunaannya dalam kategori sering, yakni lebih dari 3 kali. Media sosial Path merupakan media sosial yang cukup digandrungi oleh remaja pada saat ini. Path merupakan perpaduan fitur-fitur yang sudah ada pada media sosial lain, seperti Friendster, Foursquare, Instagram, Facebook, yang menjadi satu aplikasi media sosial Path ini. Kelengkapan Path yang diharapkan dapat berfungsi sebagai alat komunkasi yang paling efektif malah berdampak pada penyalahgunaan yang kerap dilakukan oleh penggunanya di media sosial. Media sosial Twitter-pun mendapatkan persentase sering atau sangat sering terbesar sebagai media sosial yang dipilih dalam beberapa perbuatan cyberbully yang dilakukan oleh responden, seperti menyebarkan gossip atau berita burung di media sosial, melakukan aktivitas update status mengenai seseorang yang merusak nama baik dan hubungan sosial dan membuat pernyataan yang berisi kebencian pada seseorang. Dari hasil perhitungan frekuensi penggunaan media sosial pada responden, penggunaan media sosial Twitter tertinggi pada malam hari. Dari perhitungan tabel silang, siswa SMA Negeri 1 Medan yang kerap melakukan tindakan cyberbully melalui Twitter merupakan siswa yang termasuk dalam kategori sering atau lebih dari tiga kali penggunaan Twitter. Twitter merupakan salah satu media sosial yang ada di dalam media digital yang berfungsi sebagai wadah atau tempat untuk berbagi ide, gagasan maupun informasi secara global tanpa dibatasi ruang dan waktu (Brongan, 2010: 99). Hal tersebut mengakibatkan, banyak pengguna media sosial twitter yang tidak bertanggung jawab untuk memilih media sosial Twitter sebagai sarana dalam perbuatan cyberbullying karena tidak adanya batasan ruang dan waktu, dimana siapa saja dapat melihat bahkan ikut mengolok target dan kapan saja. Twitter adalah sebuah web dan layanan mikroblog yang bisa digunakan untuk

6

melakukan pembaharuan (update) berupa sebuah teks panjang maksimum sebanyak 140 karakter, pembaharuan di Twitter dikenal sebgai tweets (Juju, 2010: 2). Seseorang dapat melakukan tindakan update status dan pembagin link yang terhubung dengan fasilitas video, foto dan lain-lain melalui pembagian tweets. Tidak sedikit pula siswa SMA Negeri 1 Medan melakukan perbuatan cyberbully melalui media sosial Facebook. Bahkan Facebook mendapatkan persentase sering dan sangat sering terbesar di beberapa perbuatan cyberbully. Perbuatan cyberbully tersebut diataranya yakni mencuri identitas online dan membuat kampanye di jejaring sosial terhadap seseorang agar dibenci dan dibully. Frekuensi penggunaan media sosial Facebook sendiri sangat rendah pada siswa SMA Negeri 1 Medan. Dari hasil perhitungan frekuensi penggunaan media sosial Facebook, dapat dilihat bahwa penggunaan tertinggi Facebook yaitu pada malam hari. Dari hasil tabel silang, dilihat bahwa yang kerap melakukan perbuatan cyberbullying merupakan responden yang masuk ke dalam kategori jarang atau hanya satu sampai dua kali menggunakan media sosial Facebook. Media sosial Facebook merupakan media sosial yang masih berada pada posisi teratas sebagai media sosial yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Untuk responden sendiri sudah jarang menggunakan media sosial ini. Tetapi media sosial ini kerap dijadikan sebagai sarana perbuatan cyberbully hingga sekarang dikarenakan keluasannya mengingat merupakan media sosial yang memiliki pengikut yang banyak dari seluruh dunia. Kelengkapan fitur-fitur dan juga kemudahan dalam penyebaran menjadi alasan mengapa media sosial ini kerap dijadikan alat perbuatan cyberbully. Bahkan banyak sekali remaja yang telah melakukan tindakan bunuh diri akibat adanya cyberbully yang menimpa mereka melalui media sosial ini, seperti Amanda Todd dan Carolina Picchio Media sosial instagram mendapatkan persentase sangat sering terbesar dalam perilaku cyberbully berupa melakukan aktivitas komentar yang merusak nama baik. Aktivitas komentar sendiri dapat bebas dilakukan oleh seseorang yang memiliki akun instagram. Tidak hanya remaja biasa bahkan perilaku perbuatan cyberbully/cyber harrasement ini kerap menimpu orang-orang tersohor seperti artis papan atas, politikus bahkan Ibu Negara. Berdasarkan pertanyaan terbuka yang menanyakan pengalaman mereka menjadi perilaku cyberbully dan alasannya, terdapat sebanyak 56 siswa (60,2%) menyatakan belum pernah menjadi korban sehingga tidak dapat mengemukakan alsan, 23 siswa (24,7%) menyatakan hanya berdasarkan bercanda melakukan cyberbully, 8 (8,6%) orang menyatakan tidak sadar ketika melakukannya/ikutikutan 6 (6,5%) orang menyatakan karena ingin membalas dendam. Ada 2 macam tantangan yang ada pada saat ini yang memuat aksi cyberbullying sulit untuk dicegah. Tantangan yang pertama adalah banyak orang yang tidak melihat bahaya atau dampak serius dari cyberbullying in. hal ini terjadi karena orang menganggap ada bentuk aksi agresi atau penyerangan yang lain yang lebih serius daripada cyberbullying. Meskipun benar bahwa ada banyak masalah lain yang dihadapi oleh anak-anak, remaja, orang tua, sekolah dan penegak hukum namun tetap harus bisa diterima bahwa cyberbullying adalah suatu masalah yang jika diabaikan akan menjadi lebih serius dampaknya. Tantangan yang lain berkaitan dengan siapa yang akan bertanggung jawab terhadap

7

penyalahgunaannya. Oleh sebab itu dlaam permasalahan ini orang tua dan juga guru sebaiknya bekerjasama dalam penanganan pemeberitahuan dampak dari perbuatan bullying di dunia cyber maupun dunia nyata (Sumber: cyberbullying.us) Mayoritas responden juga mengaku tidak memiliki pengalaman menjadi korban dari perbuatan cyberbully yang dilakukan oleh seseorang terhadap mereka. Dapat dilihat dari hasil jawaban responden mengenai pengalaman mereka menjadi korban, persentase tidak pernah rata-rata berada di atas 50%. Tetapi tidak sedikit pula responden yang mengaku pernah menjadi korban dari perbuatan cyberbully. Media sosial Path kerap menjadi media dimana responden sering menjadi korban dari perbuatan cyberbully bahkan di beberapa perbuatan cyberbully yang dipaparkan di kuesioner, Path menjadi media sosial dengan persentase sering atau sangat sering tertinggi. Pengalaman menjadi korban cyberbully tersebut diantaranya menjadi korban pembagian gambar diri di media sosial tanpa izin, menjadi korban penerusan (forward) gambar tanpa izin, menjadi korban diunggah dan dibeberkannya informasi pribadi tanpa izin dan menjadi korban diunggahnya video memalukan di media sosial. . Media sosial Twitter-pun kerap menjadi wadah dimana responden mengaku sering dan bahkan sangat sering menjadi korban perbuatan cyberbully. Di beberapa perbuatan cyberbully yang terpapar Twitter mendapatkan persentase sering atau sangat sering terbesar. Pengalaman menjadi korban cyberbully yang dimaksud yakni menjadi korban gossip atau berita burung yang tidak menyenangkan, korban dirusaknya nama baik melalui update-an status seseorang, menerima pesan yang merusak nama baik, menerima pernyataan kebencian di media sosial dan menjadi korban kampanye di jejaring sosial agar dibenci dan dibully. Media sosial Facebook-pun mendapatkan persentase sering atau sering terbesar di beberapa perbuatan cyberbully yang mana responden kerap menjadi korban. Perbuatan cyberbully yang dimaksud antara lain menerima pesan berisi hinaan atau ancaman, menjadi korban pencurian identitas pribadi/dibuatnya account profil palsu di media sosial, Sedangkan media sosial Instagram yang masuk sebagai media sosial berabasis konten khusus gambar/foto dan video singkat. Mendapatkan persentase sering atau sangat sering terbesar sebagai media sosial yang mana responden kerap menjadi korban aktivitas komentar yang merusak nama baik. Pendapat responden mengenai sikap mereka terhadap perbuatan cyberbully-pun cenderung positif. Mayoritas siswa SMA Negeri 1 Medan tidak setuju dengan perbuatan cyberbully. Dalam pertanyaan terbuka mengenai sikap mereka bila menjadi korban cyberbully. Sebanyak 48 siswa (51,6%) mengatakakan mereka belum pernah menjadi korban cyberbully sehingga tidak dapat memberikan alasan, 25 siswa (26,9%) mengatakan mereka akan diam saja dan menganggap angina lalu 20 siswa (21,5%) mengatakan mereka akan membalas perbuatan cyberbully apabila sudah berlebihan. Psikologis remaja yang masih rentan dan mudah tersinggung sebaiknya perlu dilatih agar tidak adanya tindakan serius apabila adanya perilaku menyimpang yang dilakukan seseorang terhadap mereka. Dalam kasus cyberbully

8

sendiri, media sosial-pun memberikan pengamanan dan pembelajaran kepada penggunanya, tidak hanya untuk meraup untung saja. Adanya pengamanan otomatis seperti penghapusan update-an yang berbau bullying dan kesigapan dalam pengaduan penggunanya yang mungkin terugikan. Ketidakseriusan dalam pengamanan di media sosial itu contihnya terjadi pada Caroline Picchio yang melakukan bunuh diri karena Facebook tak kunjung memblokir videonya yang tesersebar. Hal tersebut diharapkan dapat menjadi pelajaran untuk media sosial lainnya dalam system pengamanan. Sebagian besar respondenpun mengaku paham mengenai cyberbully dan juga khasanah penggunaan media sosial. Pembelajaran mengenai cyberbullying seharusnya diterapkan oleh sekolah dan orang tua. Seperti adanya seminarseminar yang berkaitan dengan dampak bullying tradisional dan dunia cyber. Hal ini agar tidak adanya lagi korban dan pengguna media sosial dapat lebih pintar dalam menggunakan teknologi. Dapat disimpulkan bahwa opini siswa SMA Negeri 1 Medan terhadap cyberbullying cenderung kearah positif, namun masih ada opini yang menunjukkan kearah negatif yang disebabkan oleh beberapa faktor yang akhirnya membuat berbagai macam penilaian responden. Dilihat dari kesesuaian teori yang digunakan terhadap hasil peneltiian, menunjukkan bahwa penggunaan new media pada siswa SMA Negeri 1 Medan sudah cukup efektif. Meskipun masih terlihat adanya sebagian kecil hambatan yang menyebabkan masih adanya penyimpangan penggunaan new media. Seperti adanya pengiriman pesan/komentar/status berisi ancaman atau hinaan di media sosial dikarenakan tidak adanya keberanian untuk berbicara langsung di dunia nyata atau bercanda yang kelewatan di media sosial tanpa memikirkan akibat terburuk. Semua hal tersebut sudah di teliti dengan teori new media, cyberbullying, media sosial dan opini. Dan penelitian ini sudah mendeskripsikan semuanya sesuai dengan acuan teori yang digunakan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan: 1. Responden cukup aktif menggunakan beberapa media sosial, penggunaan media sosial sendiri mendominasi pada malam hari. 2. Responden mengaku paham mengenai apa itu cyberbully dan bagaimana khasanah penggunaan media sosial yang baik. 3. Siswa berpendapat bahwa cyberbully itu adalah sesuatu bentuk tindakan menjelekkan seseorang melalui media internet. 4. Sebagian besar responden mengaku tidak pernah/sedikit memiliiki pengalaman dalam perilaku cyberbully, baik menjadi pelaku maupun korban. 5. Mayoritas responden mengaku melakukan perbuatan cyberbully hanya sekedar untuk bahan candaaan saja bukan untuk hal yang lebih. 6. Media sosial Twitter dan Path merupakan dua media sosial yang paling banyak digunakan/diterimanya perbuatan cyberbully pada responden. 7. Untuk sebagian perilaku cyberbully yang dipaparkan, kebanyakan perbuatan tersebut dilakukan oleh responden yang sangat aktif (sering membuka media sosial tersebut).

9

8. Responden mengaku menentang perbuatan cyberbully karena dianggap sangat merugikan bagi target dan juga pelaku. 9. Responden mengaku menanggapi dengan santai apabila mereka menjadi korban dari perbuatan cyberbully. 10. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa opini siswa SMA Negeri 1 Medan terhadap perbuatan cyberbully di media sosial secara keseluruhan baik (positif). Saran: 1. Agar remaja meningkatkan pengetahuan mengenai cyberbully dan dampak-dampak yang telah terjadi pada sebagian orang agar dapat melihat sisi negatif dan kerugian dari perbuatan tersebut 2. Agar adanya pemberitahuan melalui orangtua, guru atau seminar-seminar mengenai khasanah dalam menggunakan media internet dan juga media sosial yang benar, khususnya mengenai cyberbully yang saat ini kurang ditanggapi karena hanya fokus pada pornografi di media internet. 3. Agar adanya batasan pada media sosial untuk menghindari adanya perbuatan cyberbully ini, seperti melakukan tindakan block pada account yang telah melanggar batas ketentuan pemakaian. DAFTAR REFERENSI Kriyantono, Rakhmat. (2010). Tekhnik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana. Lievrouw, L.A. dan Sonia Livistone, 2006. The Handbook of New Media, SAGE Publications, London Lubis, Suwardi. 1998. Metode Penelitian Komunikasi. USU Press, Medan Mondry, 2008. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia Nawawi, Hadari, 1995, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press, Yogyakarta Oetomo, Budi Sutedjo Dharma. 2007. E-education : Konsep, Teknologi dan Aplikasi Internet pendidikan. Andi. Yogyakarta Rakhmat, Jalaludin, 2000. Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosda Karya, Bandung Sastropoetro, Santoso, R.A., 1990, Pendapat Publik, Pendapat Umum, dan Pendapat Khalayak, dalam Komunikasi Sosial, Remaja Rosdakarya, Bandung Jurnal: Hinduja, Sameer dan Justin W.P. 2008, Cyberbullying: An Exploratory Analysis of Factors Related to Offending and Victimization, Deviant Behavior, 29, 129-156 Zarella, Dan. 2010. The Social Media Marketing Books. O'Reilly Media, Sebastopol

10