PELAKSANAAN PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN PADA PASIEN

Download pISSN 2443-1125 eISSN 2442-8873. 48. PELAKSANAAN PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN PADA PASIEN. GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN. Arief Bachtiar ...

1 downloads 733 Views 33KB Size
JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 2, SEPTEMBER 2015: 48-52

PELAKSANAAN PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN PADA PASIEN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN Arief Bachtiar, Nurul Hidayah, Amana Ajeng Poltekkes Kemenkes Malang, Jl. Besar Ijen No 77 C Malang email: [email protected]

Abstract: Oxygen is the most vital basic need in human life. Lack of oxygen can impact death cell . The patient´s respiratory system disorder, oxygen can not be ful filled as normal but instead require oxygen theraphy to help meet the cell metabolism. The purpose of the study was to observe the implementation oxygen theraphy in patients with impraired respiratory system in hospitals Bangil Pasuruan. This research design using descriptive method, the samples are taken all nurses who work in Lung room at hospitals Bangil Pasuruan. Total of sampling taken is 24 people with a total sampling technique. Instruments used for data collection observer. Study of 24 people obtained a yield of 14 people capable of doing well in providing oxygen theraphy or approximately 41,6% shows that the ability of nurses to provide nursing care needs to be improvedfurther in accordance with SOP. Recommendations from this study is the evaluation of the need for nurses to pay attention and participation of SOP. Keywords: implementation of Theraphy,patient, respiratory disorder. Abstrak: Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar yang paling vital dalam kehidupan manusia. Kekurangan oksigen akan berdampak kematian sel. Oleh karena itu pada pasien gangguan system pernafasan, oksigen tidak bisa terpenuhi secara normal melaikan memerlukan bantuan terapi oksigen untuk memenuhi metabolism sel. Tujuan penelitian ini adalah mengobservasi pelaksanaan pemberian terapi oksigen pada pasien gangguan system pernafasan di RSUD Bangil Pasuruan. Desain penelitian ini menggunakan metode diskriptif, sampel yang diambil yaitu seluruh perawat yang bekerja diruang paru dan bangsal RSUD Bangil Pasuruan. Jumlah sampling yang diambil yaitu 24 orang dengan menggunakan teknik total sampling. Instrument yang digunakan untuk pengumpulan data adalah observasi. Hasil penelitian dari 24 orang diperoleh hasil 14 orang perawat berkemampuan “cukup baik” atau sekitar 58,3%. Serta 10 orang perawat berkemampuan “baik” dalam melakukan pemberian terapi oksigen atau sekitar 41,6%. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan perlu ditingkatkan lagi sesuai dengan SOP. Rekomendasi dari penelitian ini hendaknya perawat perlu melakukan evaluasi, dan partisipasi perawat untuk memperhatikan SOP, khususnya tindakan pemberian terapi oksigen. Kata kunci: pemberian terapi oksigen, pasien gangguan pernapasan.

PENDAHULUAN

Biasanya pada orang yang mengalami gangguan pernapasan, perawat memberikan terapi oksigen untuk membantu memenuhi kebutuhan oksigenasi. Perawat dalam menjalankan perannya berorientasi terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Salah satu kebutuhan dasar tersebut adalah oksigen (Harahap, 2005). Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar yang paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme sel. Kekurangan oksigen berdampak yang pISSNakan 2443-1125 eISSN 2442-8873

Menurut hasil laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2012, Indonesia termasuk negara yang dikategorikan sebagai high burden countries terhadap TB paru yaitu menduduki peringkat kelima sebagai negara penyumbang penyakit TB setelah India, China, Afrika selatan, Nigeria. Diperkirakan setiap tahun ada 429.720 kasus baru dan 66.000 kematian akibat TB (WHO, 2010). Provinsi Jawa Timur menempati urutan kedua di Indonesia dalam 48 jumlah penderita TB (Dinkes Jatim, 2010). 48

Bachtiar, Pelaksaan pemberian terapi oksigen

bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Untuk itu setiap perawat harus paham dengan manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada pasien serta mampu mengatasi berbagai masalah terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut (Mubarak dkk., 2008) Berdasarkan hasil observasi dilapangan, cara pemberian terapi oksigen yang dilakukan oleh perawat disana bervariasi. Maksud dari bervariasi yaitu cara pemberiannya antara masing-masing perawat, ada yang saat pemberian terapi lupa tidak cuci tangan sebelum melakukan tindakan, ada yang lupa tidak mengisi tabung humidifier dengan air steril dan ada juga yang lupa tidak memberikan KIE tentang terapi oksigen dan lupa tidak mengobservasi setelah dilakukan tindakan, ada pula yang melakukan tindakan pemberian oksigen dengan sempurna. Pada dasarnya setiap perawat mempunyai kemampuan yang baik dalam memberikan terapi oksigen karena tindakan pemberian terapi oksigen ini merupakan bagian dari materi yang sudah diberikan pada saat dibangku kuliah hanya saja karena pemberian terapi oksigen sudah sering dilakukan perawat terkadang menganggap gampang dan remeh tindakan ini, mereka kurang teliti pada saat memberikan terapi oksigen sehingga tanpa disadari muncul suatu masalah separti perawat lupa tiadak mengecek humidifier padahal kelembapan udara yang terhumidifikasi secara adekuat dapat mencegah terjadinya komplikasi pernapasan. Kemudian misalnya saja perawat lupa tidak memberi KIE pada pasien untuk tidak mengganti ukuran saturasi oksigen sendiri, karena apabila hal ini sering terjadi maka saturasi oksigen yang tinggi dapat menyebabkan hipoventilasi sedangkan pemberian oksigen yang diberikan secara continue dengan saturasi yang tinggi dapat menyebabkan toksisitas oksigen (Asih dkk., 2003) Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran pemberian terapi oksigen pada pasien gangguan sistem pernapasan di RSUD Bangil Pasuruan.

pISSN 2443-1125 eISSN 2442-8873

METODE PENELITIAN Metode penelitian deskriptif dalam penelitian ini penulis ingin menggambarkan atau mendeskripsikan dan mendapatkan gambaran tentang pemberian terapi oksigen pada pasien gangguan system pernapasan di RSUD Bangil pasuruan. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat di ruangan paru RSUD Bangil Pasuruan sebesar 24 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh. Variabel dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pemberian terapi oksigen pada pasien dengan gangguan system pernapasan di RSUD Bangil Pasuruan.Variabel dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pemberian terapi oksigen. Adapun tindakan pemberian terapi oksigen adalah kemampuan perawat ruang paru dan bangsal dalam memberikan terapi oksigen yang sesuai dengan SOP dengan parameter pengukuran: Persiapan alat, pasien, lingkungan. Pelaksanaan terapi oksigen. Evaluasi pasien sebelum dan sesudah dilakukan pemberian terapi Penelitian ini akan dilaksanakan di ruang paru dan bangsal RSUD Bangil Pasuruan dimulai dari bulan Mei-Juli 2013 Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah observasi. Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal yang akan diteliti. Dalam penelitian ini lembar observasi yang dibuat oleh peneliti tentunya dalam hal ini sesuai dengan standart operasional prosedur yang di isi oleh peneliti sendiri (Aziz, 2003). Saat perawat melakukan tindakan pemberian terapi oksigen kemudian peneliti melakukan observasi secara bersamaan. Diberikan nilai 0 apabila responden melakukan suatu tindakan yang “tidak ada” dalam tiap point yang ada di lembar observasi atau ”tidak melakukan” tindakan yang ada di lembar observasi. Diberikan nilai 1 apabila responden melakukan tindakan yang ada dalam tiap point lembar observasi hanya saja “kurang sempurna”. Diberikan nilai 2 apabila responden melakukan

49

JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 2, SEPTEMBER 2015: 48-52

tindakan yang ada dalam tiap point yang ada dalam lembar observasi dengan “cukup baik” dan diberikan nilai 3 apabila responden melakukan tindakan yang ada dalam tiap point lembar observasi dengan “mahir”. Peneliti mengumpulkan data melalui lembar observasi, kemudian mengamati setiap tindakan pemberian terapi oksigen yang dilakukan oleh masing-masing perawat ruangan. Peneliti mendatangi ruang paru dan meminta ijin kepada kepala ruang, kemudian secara diam-diam mengobservasi setiap tindakan pemberian terapi oksigen yang dilakukan oleh masing-masing perawat dengan menggunakan lembar observasi yang sudah dibuat sampai terkumpul sesuai jumlah yang ditentukan. Data yang terkumpul melalui hasil observasi kemudian ditabulasikan. Jika tiap-tiap point dilakukan maka diberi tanda centang ( ) pada kolom skor sesuai dengan kriteria kemampuan. Kemudian dihitung dengan menggunakan rumus dari Rukmono (2004). Hasil nilai yang diperoleh dari masing-masing responden dikelompokkan ke dalam kriteria standar penelitian kualitatif dan dapat dikatagorikan sesuai dengan yang diperoleh. Hasil persentase skor penelitian menggunakan penilaian sebagai berikut: Baik : 90-100%, Cukup : 75-89,9%, Kurang : <75% (Rukmono, 2004) HASIL PENELITIAN Karakteristik responden berdasarkan usia dapat diketahui bahwa hasil análisis didapatkan rata-rata usia responden 28 tahun dengan standart deviasi 1,732 tahun. Usia termuda 22 tahun dan usia tertua 36 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa diyakini rata-rata usia responden berkisar antara 27 sampai dengan 29 tahun. Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan perawat

Pendidikan DIII Keperawatan S1 Keperawatan Jumlah

50

n 20 4 24

% 83,3 16,7 100

Tabel 2. Distribusi frekuensi pelaksanaan pemberian terapi oksigen pada pasien gangguan sistem pernapasan

Kemampuan Baik Cukup baik Jumlah

n 10 14 24

% 41,6 58,3 100

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat di Ruang Paru RSUD Bangil Pasuruan berpendidikan DIII Keperawatan 20 orang (83,3%). Tabel 2 menunjukkan bahwa pelaksanaan pemberian terapi oksigen di RSUD Bangil Pasuruan secara umum adalah cukup (58,3%). PEMBAHASAN Pelaksanaan pemberian terapi oksigen pada pasien gangguan sistem pernapasan di RSUD Bangil Pasuruan. Berdasarkan Tabel 2 Menunjukkan bahwa pelaksanaan pemberian terapi oksigen di RSUD Bangil Pasuruan mayoritas adalah cukup (58,3%) dan 10 responden yang dapat melakukan pelaksanaan terapi oksigen dengan baik ( 41,6%). Ini dapat dibuktikan bahwa hampir sebagian besar responden dapat melaksanakan setiap point perintah dengan nomor 1-15 kecuali nomor 10 dilakukan dengan baik serta nilai yang dicapai adalah 3 dan jika di total nilai yang didapat yaitu sebesar 540 serta tidak sedikit pula responden yang lupa atau melaksanakan tindakan pemberian terapi oksigen dengan nilai di bawah 3 ini terjadi pada point perintah no 10,16,17,18,19,20 dengan keseluruhan nilai yang didapat yaitu sebesar 120. Untuk point perintah nomor 10 yang sering tidak dilakukan adalah tindakan cuci tangan, padahal jika diperhatikan tindakan cuci tangan sebelum melakukan tindakan sangat penting meskipun kata mereka “sepele”. Menurut Depkes (2003) , salah satu penyebab dari terjadinya infeksi nosokomial adalah karena dekontaminasi tangan. Padahal transmisi penyakit melalui tangan dapat diminimalisasi dengan menjaga hiegene dari tangan. Tetapi pada kenyataannya hal ini sulit dilakukan dengan benar, karena banyaknya alasan

pISSN 2443-1125 eISSN 2442-8873

Bachtiar, Pelaksaan pemberian terapi oksigen

seperti waktu mencuci tangan yang lama, kurangnya pengetahuan mengenai cuci tangan yang benar, kurangnya peralatan cuci tangan. Dari sinilah virus, bakteri dapat tertular melalui kontaminasi tangan. Point nomor 16,17,18,19,20 yang sering tidak dilakukan atau dilakukan namun kurang maksimal adalah tindakan mengobservasi setelah melakukan tindakan pemberian terapi oksigen. Menurut teori Pooter and Perry (2005) pemberian oksigen tidak hanya memberikan efek terapi tetapi jika penggunaannya tidak tepat dapat menyebabakan efek seperti depresi ventilasi, keracunan oksigen. Keadaan yang trerjadi diatas dapat merusak struktur jaringan paru seperti atelektasis dan kerusakan surfaktan, akibatnya proses difusi diparu akan terganggu bila kita tidak sering mengontrol saturasi oksigen. Menurut teori Utama (1999), ketrampilan merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baik dan benar. Seorang perawat dikatakan terampil apabila telah dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan baik dan benar. Baik dan benarnya pelaksanaan pemberian terapi oksigen ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor usia dan pendidikan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan pemberian terapi oksigen di ruang paru dilakukan oleh perawat rata-rata berusia ±28 tahun. Menurut WHO usia ini merupakan kategori usia dewasa awal. Jika diperhatikan pada masa usia inilah kemampuan atau kinerja mengalami masamasa peningkatan. Akan tetapi, keterampilan seorang perawat bukan hanya tergantung dari tingginya pendidikan yang diterimanya, tapi pengalaman dalam melakukan pelayanan keperawatan juga sangat berpengaruh (Zulkifli, 1999). Menurut peneliti hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori di atas bahwa penderita gangguan system pernapasan harus terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan cara pemberian terapi oksigen. Pemberian terapi oksigen adalah suatu kemampuan untuk memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai

pISSN 2443-1125 eISSN 2442-8873

kebutuhan (Depkes RI, 2005) tentunya cara pemberiannya pun harus benar dan tepat. Hal ini sesuai dengan teori Utama (1999), yaitu keterampilan merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baik dan benar. Kematangan usia yang baik dapat memudahkan untuk mendapat pengetahuan serta dapat dengan mudah untuk mengembangkan ilmu atau pengetaguan yang sudah ada. Sama halnya dengan ini bahwa usia dan pendidikan saling terkait, usia yang cukup dan tingkat pendidikan yang baik dapat memudahkan responden dalam menerima perubahan ilmu serta dapat melaksanakan pemberian terapi oksigen dengan baik dan benar. PENUTUP Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa pelaksanaan pemberian terapi oksigen pada pasien gangguan sistem pernapasan yang dilakukan oleh perawat diruang paru RSUD Bangil Pasuruan mayoritas adalah cukup dengan persentase sebesar 58,3% . Dari penelitian ini disarankan perawat dapat lebih meningkatkan lagi kemampuan yang sudah cukup baik menjadi lebih baik. Dalam usaha untuk meningkatkan kemampuan ini sangat diperlukan upaya evaluasi dari tindakan apa saja yang sudah dilaksanakan khususnya dalam melaksanakn pemberian terapi oksigen serta partisipasi perawat untuk memperhatikan SOP yang sudah ditentukan. Jika perlu untuk meningkatkan kualitas kerja yang baik perlu diberikan reward kepada perawat yang melakukan asuhan keperawatan dengan baik dan memberi teguran pada perawat yang sering melakukan asuhan keperawatan dengan kurang baik. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya memanfaatkan dan mengkaji referensi hasil penelitian yang telah ada dan lebih memperhatikan kereabilitasan alat ukur yang akan digunakan serta labih teliti dalam melakukan pengumpulan data, agar hasil lebih akurat.

51

JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 2, SEPTEMBER 2015: 48-52

DAFTAR PUSTAKA Asih, Yasmin, Niluh, Crhistantie, Christantie Effendy. 2003. Keperawatan Medikal Bedah Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : EGC. Azis, Alimul. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Azis, Alimul. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. Depkes. 2003. Pedoman PelaksanaanKewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan. Jakarta. Depkes RI. 2005. Standart Pelayanan Keperawatan ICU. Jakarta

52

Harahap. 2005. Oksigenasi Dalam Suatu Asuhan Keperawatan. Jurnal Keperwatan Rufaidah Sumatera Utara Volume 1 Mubarak, Wahit Iqbal. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori Dan Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta : EGC Notoatmodjo. S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan (Yasmin Asih, Penerjemah). Jakarta: EGC. Rukmono, Yoyo.2004. Penuntun Praktek Keterampilan Medik Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Graha Ilmu. Setiadi. 2008. Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

pISSN 2443-1125 eISSN 2442-8873