PEMANFAATAN LAHAN TUMPANG SARI JAGUNG DAN KACANG HIJAU DALAM

Download tumpangsari sistem legowo jagung (100 – 50) – 20 cm dengan kacang hijau 1 baris diperoleh hasil jagung yang ... Kata kunci: pemanfaatan lah...

0 downloads 421 Views 192KB Size
Fahdiana Tabri : Pemanfaatan Lahan Tumpangsari ....

PEMANFAATAN LAHAN TUMPANG SARI JAGUNG DAN KACANG HIJAU DALAM SISTEM TANAM LEGOWO Fahdiana Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros, Sulawesi Selatan Email: [email protected]

ABSTRAK Pada umumnya sistem tumpangsari lebih menguntungkan dibandingkan sistem monokultur karena produktivitas lahan menjadi tinggi, jenis komoditas yang dihasilkan beragam dan resiko kegagalan dapat diperkecil. Penelitian ini bertujuan melihat indeks pemanfaatan lahan tumpang sari jagung dan kacang hijau dalam sistem tanam legowo. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Bajeng ,kab Gowa mulai April 2014 sampai Agustus 2014. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 1 faktor perlakuandengan tiga ulangan. Faktor perlakuan terdiri dari 10 taraf yaitu jarak tanam legowo jagung (100 – 50) – 20 cm tunggal, jagung (100 – 50) – 20 cm dengan kacang hijau 1 baris (20 cm) , jagung (100 – 50) – 20 cm dengan kacang hijau 2 baris (40 x 20 cm), jagung monokultur (110 – 40 cm) - 20 cm, jagung (110 – 40) – 20 cm dengan kacang hijau 2 baris ( 40 x 20 cm), jagung (110 – 40) – 20 cm dengan kacang hijau 1 baris (20 cm), kacang hijau tunggal (40 x 20 cm), jagung tunggal ( 75 x 20 cm), jagung tunggal (75 x 18 cm), jagung tunggal (100 - 50) – 18 cm. Data dianalisis menggunakan uji F taraf 5% dan apabila terdapat beda nyata maka dilanjutkan dengan DMRT taraf 5%. Hasil menunjukkan bahwa pada tumpangsari sistem legowo jagung (100 – 50) – 20 cm dengan kacang hijau 1 baris diperoleh hasil jagung yang tertinggi yaitu 6,99 ton/ha yang tidak berbeda dengan monokultur (75 x 20 cm) sebesar 6,61 ton/ha. Pada tumpangsari legowo jagung dengan kacang hijau 2 baris diperoleh hasil biji untuk kacang hijau sebesar 1,42 ton/ha tidak berbeda nyata dengan kacang hijau monokultur,walaupun diperoleh hasil sebesar 1,52 ton/ha.Nisbah kesetaraan lahan untuk jarak tanam Jg (100 -50) – 20 cm + KH 1 baris memberikan angka tertinggi 1,73 %. Kata kunci: pemanfaatan lahan, tumpangsari, jagung, kacang hijau, sistem tanam legowo

PENDAHULUAN Kendala bidang pertanian saat ini adalah terbatasnya lahan pertanian produktif. Salah satu usaha untuk mengoptimalkan lahan pertanian yang ada adalah dengan sistem tumpangsari. Pola tanam berganda atau tumpangsari merupakan sistem pengelolaan lahan pertanian dengan mengkombinasikan intensifikasi dan diversifikasi tanaman. Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, sedangkan kacang hijau merupakan tanaman kacang-kacangan yang cukup penting di Indonesia dan menduduki tempat ketiga setelah kedelai dan kacang tanah. Namun rata-rata hasil nasional kedua tanaman tersebut masih rendah karena dianggap tanaman sampingan yang ditanam diluar musim tanam dengan kondisi marginal. Dengan demikian upaya intensifikasi merupakan pilihan yang perlu terus dikembangkan (Warsana 2009). Pada umumya sistem tumpangsari lebih menguntungkan dibandingkan dengan sistem monokultur karena produktivitas lahan menjadi tinggi, jenis komoditas yang dihasilkan beragam, hemat dalam pemakaian sarana produksi

298

Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2015

dan resiko kegagalan dapat diperkecil (Beets 1992). Disamping keuntungan di atas, sistem tumpangsari juga dapat memperkecil erosi, bahkan cara ini berhasil mempertahankan kesuburan tanah (Ginting dan Yusuf 1992). Keuntungan agronomis dari pelaksanaan sistem tumpangsari dapat dievaluasi dengan cara meng hitung nisbah kesetaraan lahan. Nisbah kesetaraan lahan >1 berarti menguntungkan (Beets 1992). Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari dihitung berdasarkan nisbah kesetaraan lahan (NKL). Tanaman yang saling menguntungkan maka nilai NKL didapat lebih dari satu. Apabila salah satu spesies tanaman tertekan (tidak saling menguntungkan) maka nilai NKL kurang dari satu. Produksi tumpangsari antara jagung dengan kacang hijau menunjukkan nilai NKL 1.50 ini berarti diperoleh efisiensi penggunaan lahan sebesar 50% ( Anonim 2011). Ketika dua atau lebih jenis tanaman tumbuh bersamaan akan terjadi interaksi, masing-masing tanaman harus memiliki ruang yang cukup untuk memaksimalkan kerjasama dan meminimalkan kompetisi. Oleh karena itu, dalam tumpangsari perlu dipertimbangkan berbagai hal yaitu (1) pengaturan jarak tanam, (2) populasi tanaman, (3) umur panen tiap-tiap tanaman, (4) arsitektur tanaman (Sullivan 2003). Jagung dan kacang hijau memungkinkan untuk ditanam secara tumpangsari karena kacang hijau termasuk tanaman C3, jagung tergolong tanaman C4 sehingga sangat serasi dan mampu beradaptasi dengan baik pada faktor pembatas pertumbuhan dan produksi. Salah satu sifat tanaman jagung sebagai tanaman C4, antara lain daun mempunyai laju fotosintesis lebih tinggi dibandingkan tanaman C3, fotorespirasi dan transpirasi rendah, efisien dalam penggunaan air (Salisbury dan Ross 1992). Hasil polong kacang hijau tertinggi dicapai pada jarak tanam 40 x 20 cm. Efisiensi penggunaan lahan dan waktu tertinggi dalam sistem tumpangsari kacang hijau dan jagung yang didefoliasi dicapai pada jarak tanam kacang hijau 40 x 20 cm pada musim kemarau kapanpun waktu defoliasi dilakukan (Kadekoh , 2007). Tujuan penelitian ini untuk melihat peningkatan indeks pemanfaatan lahan tumpangsari jagung dengan kacang hijau dalam system tanam legowo.

BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Bajeng, kab. Gowa mulai April 2014 sampai Agustus 2014. Luas petakan 9 x 8 m, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 1 faktor perlakuan dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri dari 10 taraf yaitu jarak tanam legowo jagung (100-50)20 cm tunggal, jagung (100-50)-20 cm dengan kacang hijau 1 baris (20 cm), jagung (100-50)-20 cm dengan kacang hijau 2 baris (40 x 20 cm) ,jagung monokultur (110 – 40 cm )-20 cm, jagung (110-40)-20 cm dengan kacang hijau 2 baris (40 x 20 cm) , jagung (110-40)-20 cm dengan kacang hijau 1 baris (20 cm), kacang hijau tunggal (40 x 20 cm), jagung tunggal (75 x 20 cm), jagung tunggal (75 x 18 cm), jagung tunggal (100-50)-18 cm Data dianalisis menggunakan uji F pada taraf 5% dan apabila terdapat beda nyata maka dilanjutkan dengan DMRT pada taraf 5%. Pengolahan tanah dilakukan secara sederhana dengan mencangkul sampai kedalaman 20 cm dan dibersihkan dari sisa-sisa gulma dan bekas perakaran yang ada. Pemupukan didasarkan atas hasil analisis tanah lokasi yang akan ditanami dimana untuk tanaman jagung takaran Urea 88,9 kg + Ponska 400 kg/ha untuk

299

Fahdiana Tabri : Pemanfaatan Lahan Tumpangsari ....

pemupukan pertama, dan 222 kg Urea untuk pemupukan kedua, sedang untuk kacang hijau takaran urea sebesar 300 kg /ha. Lubang tanam dibuat secara tugal dengan kedalaman 2 cm, benih ditanam 2 biji per lubang, kemudian diperjarang pada umur 2 minggu setelah tanam, di mana ditinggalkan tanaman yang seragam sehingga mencapai populasi yang diinginkan sesuai dengan jarak tanam yang digunakan. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan perlakuan. Tanaman kacang hijau ditanam setelah tanaman jagung berumur 2 minggu, ditanam secara legowo diantara barisan tanaman jagung, untuk monokultur jagung, jarak tanamnya 75 x 20 cm. Sedangkan untuk monokultur kacang hijau dengan jarak tanam 40 x 20 cm. Tanaman yang tidak tumbuh disulam. Waktu penyulaman dilakukan 1 minggu setelah tanam. Tanaman sulaman diambil dari tanaman cadangan yang sama pertumbuhannya dengan tanaman dilapangan. Jumlah dan jenis benih pada penyulaman sama dengan pada perlakuan. Pada umur 2 minggu setelah tanam, dilakukan penyiangan dengan mencabut gulma dan mencangkul tanaman pengganggu yang tumbuh disekitar pertanaman. Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam dengan tujuan untuk memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Pengamatan dilakukan terhadap : 1). Intensitas cahaya dibawah tajuk tanaman jagung, 2) Tinggi tanaman jagung dan kacang hijau, 3) Hasil tanaman jagung dan kacang hijau, 4) Komponen hasil, 5) Ratio kesetaraan lahan yang dihitung dengan menggunakan persamaan seperti yang dikemukanan oleh Mead and Willey (1980) LER =Yij/Ymj + Yik/Ymk Dimana; Ymj Ymk Yim Yik

= = = =

Hasil biji jagung monokultur Hasil biji kacang hijau monokultur Hasi biji jagung sistem intercrop Hasil biji kacang hijau sistem intercrop

HASIL DAN PEMBAHASAN Pertanaman Kacang Hijau Tinggi tanaman merupakan indikator pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Tabel 1 menunjukkan bahwa tanaman kacang hijau tunggal lebih tinggi dari tanaman yg ternaungi oleh jagung yakni sebesar 50,61cm, hal ini erat hubungannya dengan cahaya yang diterima oleh tanaman tersebut, tanaman yang mengalami kekurangan cahaya biasanya lebih tinggi dari tanaman yang mendapat cahaya cukup (Bangun 1995). Jarak tanam dalam sistem legowo jagung dan kacang hijau terhadap jumlah polong isi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Bobot biji dan Bobot 100 biji kacang hijau menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam sistem legowo tidak memperlihatkan pengaruh yang berbeda, ini disebabkan karena kacang hijau dan jagung tumbuh bersama-sama sehingga terjadi kompetisi didalam penerimaan cahaya akibatnya fotosintat yang dihasilkan rendah. Berdasarkan rata-rata hasil biji kacang hijau diketahui bahwa kacang hijau yang ditanam dengan jarak tanam 40 x 20 cm sistem legowo dengan jagung memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan yang ditanam secara tunggal yakni sebesar 1,42 t/ha (Tabel 1).

300

Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2015

Tabel 1. Tinggi tanaman, jumlah polong isi, bobot biji (g), bobot 100 biji (g), dan hasil biji t/ha kacang hijau legowo, di KP Bajeng, Gowa, MK 2014 Perlakuan Jg – KH Jg (100 – 50) – 20 cm + KH 2 baris ( 40 x 20 cm) Jg (100 – 50 - 20 cm KH 1 baris (20 cm) Jg (110 – 40) – 20 cm + KH 2 baris (40 x 20 cm) Jg (110 – 40 - 20 cm KH 1 baris ( 20 cm) KH tunggal ( 20 cm)

Tinggi tanaman (cm) 42,61 tn

Jlh polong isi/tan (g) 5,40 tn

7,68 tn

Bobot 100 biji (g) 7,47 tn

Hasil biji (t/ha) 1,42 a

Bobot biji (g)

50,99

5,17

7,65

7,30

1,31 b

46,39

6,00

7,49

7,29

1,41 ab

49,18

6,00

7,05

7,45

1,37 b

50,61

9,83

7,71

7,55

1,52 a

Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Duncan, tn = tidak nyata

Pertanaman Jagung Hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman saat tanaman berumur 60 hst pada jagung varietas Bima-3 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi dengan tinggi 187,80 cm diperoleh pada perlakuan tumpangsari legowo Jg + KH 2 baris dan tidak berbeda nyata dengan yang lain. Khlorofil daun tanaman jagung saat umur 65 hst sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya, unit khlorofil daun berkisar antara 48,61– 52,94 unit (Tabel 2). Salah satu sifat tanaman jagung sebagai tanaman C4 antara lain daun mempunyai laju fotosintesis lebih tinggi dibandingkan tanaman C3, fotorespirasi dan transpirasi rendah, serta efisien dalam penggunaan air (Salisbury dan Ross 1992). Tabel 2.

Tinggi tanaman, khlorofil daun 65 hst, dan tinggi tongkol, peningkatan indeks pemanfaatan lahan tumpangsari jagung dengan kacang hijau dalam system tanam legowo,KP. Bajeng, MK 2014

Perlakuan Jg - KH Jg (100-50) – 20 cm Jg (100 -50) – 20 cm + KH 2 baris Jg (100 -50) – 20 cm + KH 1 baris Jg (110 -40) – 20 cm Jg (110 -40) – 20 cm + KH 2 baris Jg (100 -50) – 20 cm + KH 1 baris Jg (75 x 20 cm ) Jg (75 x 18 cm) Jg (100 – 50 ) – 18cm

Tinggi tanaman (cm) 170,60 tn 178,90 180,57 185,27 187,80 185,26 172,60 177,73 180,30

Klorofil daun 65 hst (unit) 51,83 a 48,67 ab 49,07 ab 50,90 ab 52,94 a 46,85 ab 52,47 a 48,61 ab 49,20 ab

Bobot 100 biji (g) 42,92 tn 43,57 44,77 43,64 41,27 44,55 42,93 41,27 45,43

Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Duncan tn = tidak nyata

Bobot 100 Biji Bobot 100 biji jagung tumpangsari sistem legowo dengan kacang hijau menunjukkan bahwa Jg (100-50)-18 cm memberikan bobot 100 biji yang tertinggi yakni sebesar 45,43 g, dan terendah pada tumpangsari sistem legowo Jg (110-40)-20 cm + KH 2 baris yakni sebesar 41,27 g. Indeks Luas daun adalah jumlah luas daun

301

Fahdiana Tabri : Pemanfaatan Lahan Tumpangsari ....

total tanaman per satuan luas tanam. Pengamatan untuk tanaman jagung dilaksanakan sebanyak 3 kali, pengamatan dilakukan yaitupada umur 15, 35, dan 55 HST. Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa jarak tanam tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap luas daun, sedangkan untuk PAR menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (Tabel 3). Hal ini diduga karena tanaman kacang hijau lama ternaungi oleh jagung, sehingga mengurangi penerimaan cahaya matahari oleh tanaman kacang hijau. Hasil fotosintat yang terbentuk pada organorgan vegetatif juga rendah, hasil fotosintat ditranslokasikan kebagian generatif (biji) juga rendah. Thompson et al. (1995) menyatakan bahwa suatu tanaman ternaungi, maka intensitas cahaya yang diterima akan berkurang sehingga menyebabkan fotosintesis tidak berlangsung secara optimal. Kondisi ini akan mempengaruhi jumlah fotosintat yang dihasilkan. Bila jumlah fotosintat tidak terpenuhi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan mempengaruhi produksi. Tabel 3. Luas daun dan PAR pada pemanfaatan lahan tumpang sari jagung dan kacang hijau dalam system tanam legowo. KP. Bajeng, MK 2014 Perlakuan Jg (100-50) – 20 cm Jg (100 -50) – 20 cm + KH 2 baris Jg (100 -50) – 20 cm + KH 1 baris Jg (110 -40) – 20 cm Jg (110 -40) – 20 cm + KH 2 baris Jg (100 -50) – 20 cm + KH 1 baris Jg (75 x 20 cm ) Jg (75 x 18 cm) Jg (100 – 50 ) – 18cm

Luas Daun 4001,963 tn 3844,602 4204,722 3597,582 4307,954 4111,463 4128,009 3998,528 4328,280

PAR 207,50 b 123,70 a 210,55 b 152,13 a 138,36 a 257,18 b 211,51 b 240,29 b 185,03 a

Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Duncan. tn = tidaknyata

Berdasarkan hasil analisis statistik dapat dilihat bahwa hasil biji tidak berbeda nyata antar perlakuan, namun hasil tertinggi diperoleh pada pertanaman jg (100-50)-20 cm sebesar 6,55 t/ha, sedangkan hasil biji terendah diperoleh pada pertanaman jg (10050)-20 cm + KH 2 baris yakni sebesar 5,27 t/ha (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa jarak tanam berhubungan dengan luas atau ruang tumbuh yang ditempatinya dalam penyediaan unsur hara, air dan cahaya. Jarak tanam yang terlalu lebar kurang efisien dalam pemanfaatan lahan, bila terlalu sempit akan terjadi persaingan yang tinggi yang mengakibatkan produktivitas rendah. Dari Tabel 4 terlihat bahwa semakin rapat jarak tanam maka berat tongkol yang dihasilkan rendah. Diduga ada hubungan dengan laju asimilasi bersih jagung, bila hasil laju asimilasi bersihnya kecil akhirnya juga mempengaruhi rendahnya bobot kering tongkol, jarak tanam melampaui batas optimum maka kompetisi tinggi terhadap unsur hara, air dan cahaya sehingga fotosintat yang dihasilkan rendah akhirnya bobot tongkol dengan klobot juga rendah (Purnomo 2005).

302

Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2015

Tabel 4. Jumlah baris tongkol, bobot kering dan hasil (t/ha) tanaman Jagung pada pada pemanfaatan lahan tumpangsari jagung dan kacang hijau dalam system tanam legowo. KP. Bajeng, MK 2014

Perlakuan Jg (100-50) – 20 cm Jg (100 -50) – 20 cm + KH 2 baris Jg (100 -50) – 20 cm + KH 1 baris Jg (110 -40) – 20 cm Jg (110 -40) – 20 cm + KH 2 baris Jg (100 -50) – 20 cm + KH 1baris Jg (75 x 20 cm ) Jg (75 x 18 cm) Jg (100 – 50 ) – 18cm

Jumlah baris/tongkol 12,77 tn 12,53 12,67 12,73 12,20 12,17 12,73 12,27 13,00

Bobot kering (kg) 2,77 a 2,64 abc 2,37 bc 2,79 a 2,33 bc 2,62 abc 2,79 a 2,57abc 2,68 ab

Hasil t/ha 6,55 tn 5,27 5,68 6,69 5,66 5,66 6,60 6,31 6,54

Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Duncan tn = tidak nyata

Nisbah kesetaraan lahan (NKL) adalah jumlah nisbah hasil antara tanaman yang ditumpangsarikan terhadap hasil tanaman yang ditanam secara monokultur pada tingkat managemen yang sama. NKL merupakan salah satu cara menghitung produktivitas lahan yang ditanam dua atau lebih jenis tanaman yang ditumpangsarikan. Sistem tumpangsari akan lebih menguntungkan bila NKL lebih besar dari 1. Berdasarkan nisbah kesetaraan lahan dari hasil penelitian bahwa perlakuan jarak tanam tumpangsari sistem legowo jagung dan kacang hijau menunjukkan perbedaan yang nyata. Hasil uji beda rata- rata nisbah kesetaraan lahan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Nisbah kesetaraan lahan, hasil relatif jagung dan kacang hijau pada tumpangsari jagung dan kacang hijau sistem tanam legowo, KP. Bajeng, MK 2014 Perlakuan Jg (100-50) – 20 cm monokultur Jg (100 -50) – 20 cm + KH 2 baris Jg (100 -50) – 20 cm + KH 1 baris Jg (110 -40) – 20 cm Jg (110 -40) – 20 cm + KH 2 baris Jg (100 -50) – 20 cm + KH 1baris Jg (75 x 20 cm ) Kacang Hijau monokultur

NKL pada legowo 1,00 1,33 1,73 1,43 1,43 1,00 1,00

Hasil relatif JG pd legowo 1 0,87 0,80 1,00 0,86 0,86 1,00 -

Hasil relatif KH pd legowo 0,86 0,53 0,57 0,57 1,00

Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Duncan. tn = tidak nyata

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa nisbah kesetaraan lahan untuk jarak tanam Jg (100-50)- 20 cm + KH 1 baris memberikan angka tertinggi 1,73%. Bila antara dua tanaman mempunyai kompetisi yang kecil dan saling bersinergi maka indeks kompetisinya kecil. Bila mempunyai kompetisi interspesifiknya kecil dibandingkan

303

Fahdiana Tabri : Pemanfaatan Lahan Tumpangsari ....

dengan intraspesifiknya maka indeks kompetisinya kecil, berarti jagung dan kacang hijau dapat ditumpangsarikan karena jagung memiliki batang yang tinggi dan cepat tumbuh serta memiliki sebaran daun selang seling dan bentuk daun pita sehingga tanaman jagung masih memberi kesempatan sebagian cahaya sampai kebawah, ini dapat dimanfaatkan oleh tanaman kacang hijau. Sedangkan kacang hijau memiliki batang yang rendah dan tajuk yang rimbun sehingga dapat mengatur kelembaban dan suhu mikro.Jika nilai indeks kompetisi kurang dari satu akan mengakibatkan keuntungan hasil dalam sistem tanam tumpangsari dan sebaliknya jika indeks kompetisi lebih dari satu kombinasi tanaman tersebut akan menyebabkan kerugian.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian peningkatan indeks pemanfaatan lahan tumpangsari jagung dan kacang hijau dalam system tanam legowo, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut 1. Tumpangsari sistem legowo jagung (100-50)-20 cm dengan kacang hijau 1 baris diperoleh hasil jagung yang tertinggi yaitu 6,99 ton/ha yang tidak berbeda dengan monokultur (75 x 20 cm) sebesar 6,61 ton/ha . 2. Pada tumpangsari jagung dengan kacang hijau 2 barissistemlegowo diperoleh hasil biji untuk kacang hijau sebesar 1,42 ton/ha tidak berbeda nyata dengan kacang hijau monokultur,walaupun diperoleh hasil sebesar 1,52 ton/ha. 3. Nisbah kesetaraan lahan untuk jarak tanam Jg (100-50)-20 cm + KH 1 baris memberikan angka tertinggi 1,73 %.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Kompetisi inter dan intra spesifik sebagai faktor pembatas biotik. BPTP. Malang Bangun,Y.N. 1995. Tumpangsari jagung dengan yute. Pusat perpustakaan komunikasi penelitian dan balai informasi pertanian . Lampung

dan

Beets, W.C. 1992. Multiple cropping and tropical farming system . Gower Publ Co., Chicago Ginting, A.N. dan H. Yusuf. 1993. Aliran permukaan dan erosi beberapa jenis tanaman dan hutan. Puslithut. Garut.

pada lahan

Kadekoh, I. 2007. Komponen hasil dan hasil kacang tanah berbeda jarak tanamdalam system tumpangsari dengan jagung yang didefoliasi pada musim kemarau dan musim hujan. J.Agroland 14(1):11-17 Purnomo,J.2005. Tanggapan varietas tanaman jagung terhadap irradiasi rendah. Agrosins 7 (1): 86-93. Salisbury, F.B. and C. W. Ross. 1992. Plant physiology. 4th Edition. California. Wadsworth Publ. Co. Slatyer, R.O. 1971. Physiological significance of internal water realition to crop yield. In Physiological Aspects of Crop Yield.J.D. Eastin, F.A. Haqskins, C.Y. Sullivan and C.H.M. Van Bavel (Eds).Am.Soe.Agron.Crop.Sci.

304

Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2015

Subekti, N. A., R. Syafruddin., Efendi, dan S. Sunarti. 1995. Morfologi tanamandan fase pertumbuhan jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. Supriyatman, B. 2011. Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung dan KacangTanah. Karya Ilmiah. Thompson, J. A., Nelson, and L. E. Schweitzer. 1995. Relationships among specific leaf weight photosynthetic rate, and seed yield in Soybean. Crop Science 35. 1575 – 1581. Warsana.2009. Introduksi Jawa Tengah.

teknologi tumpangsari jagung dan kacang tanah.BPTP.

305