INSPEKTORAT JENDERAL KEMENRISTEKDIKTI
PENCEGAHAN FRAUD (KECURANGAN)
WORKSHOP TINDAK LANJUT TEMUAN BPK 15 Desember 2016 Oleh : Mohamad Hardi. Ak. MProf Acc, CA. Inspektur 1 Kemenristekdikti Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
1
REKAYASA AKUNTANSI AKUNTANSI BISA DIREKAYASA SESUAI KEINGINAN PELAKU DENGAN CARA MELANGGAR PRINSIPPRINSIP ATAU STANDAR AKUNTANSI. Misalnya: Nilai asset
Pendapatan
Nilai asset
Nilai hutang
Biaya
Nilai Hutang
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
Pendapatan Biaya
23
URAIAN Pelaku Pihak dirugikan Pihak yang untungkan
FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING Biasanya manajemen
MISAPPROPRIATION OF ASSETS Biasanya pegawai
yang Pengguna laporan keuangan, pihak Organisasi / perusahaan ketiga di- Perusahaan, keuntungannya Pelaku, langsung dirasakan tidak langsung dan terjadi segera terasa pada titik waktu tertentu
Relevansi dengan Hubungan tidak langsung antara pengendalian intern pngendalian dengan risiko fraud, dapat terjadi pada pengendalian intern yang kuat maupun lemah.
Pengaruhnya Hampir selalu material terhadap laporan laporan keuangan. keuangan
dan
Terdapat hubungan langsung antara pengendalian dengan risiko, apabila pengendalian intern lemah maka risiko terjadinya tinggi.
terhadap Bisa material bisa tidak
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
24
Pelaku Fraud §White-collar criminals were considerably older One survey of fraud prepetrators showed that the largest group of prepetrators by age was people 36 to 45 years old.
§They were more educated (pendidikan tinggi).
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
25
G – Greed (Keserakahan)
O – Opportunity (Kesempatan)
G, N = Faktor individu;
N – Need (Kebutuhan)
E – Exposure (Pengungkapan)
O, E = Faktor generik Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
26
2. The Fraud Triangle Theory
Opportunity /Kesempatan Circumstances that provide an opportunity to carry out a material misstatement in the financial statements.
Incentive/Pressure/Teka nan Incentives or pressures on management or other employees to materially misstate the financial statements.
Attitude/Rationalization/Pemb enaran An attitude, character or set of ethical values that allows one or more individuals to knowingly and intentionally commit a dishonest act, or a situation in which individuals are able to rationalize committing a dishonest act (e.g., the environment imposes sufficient pressure on them to meet certain goals or targets).
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
27
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
28
KERUGIAN KEUANGAN NEGARA BENTURAN KEPENTINGAN
PEMBERIAN JANJI/ PENYUAPAN
KORUPSI GRATIFIKASI
PERBUATAN CURANG
PENGGELAPA N DALAM JABATAN
PEMERASAN
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
29
1,9
1,9
2001
2002
2003
2004
2,8
2,8
2010
1,9
2,3
2007
1,9
2,2
2,4
2006
1,9
2,0
2000
3.00
1999
4.00
2009
IPK Indonesia 1999-2012 2,6
3,0
3,2
2.00
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
2012
2011
2008
0.00
2005
1.00
30
Indeks Persepsi Korupsi (IPK) berbagai negara No Uru t
Negara
IPK (2010)
No Uru t
Negara
IPK (201 1)
1
New Zealand
9.3
1
9.5
2
Denmark
9.3
New Zealand
3
Singapore
9.3
2
Denmark
4
Sweeden
9.2
3
5
Finlandia
9.2
6
Canada
7
No Urut
Negara
1
New Zealand
9.0
2
Denmark
9.0
9.4
3
Finlandia
9.0
Finlandia
9.4
4
Sweeden
8.8
4
Sweeden
9.3
5
Singapore
8.7
5
Singapore
9.2
8.9
6
Switzerland
8.6
6
Norway
9.0
7
Australia
8.5
Nedherland
8.8
7
Nedherland
8.9
8
Norway
8.5
8
Australia
8.7
8
Australia
8.8
9
Canada
8.4
9
Switzerland
8.7
9
Switzerland
8.8
10
Nedherland
8.4
10
Norway
8.6
10
Canada
8.7
56 84 109
Malaysia Thailand Indonesia
4.4 3.5 2.8
60 85 105
Malaysia Thailand Indonesia
4.3 3.4 3.0
54 88 118
Malaysia Thailand Indonesia
4.9 3.7 3.2
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
IPK (2012)
31
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
32
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
33
1. Preventif, yaitu upaya mencegah, menangkal, dan mendeteksi fraud secara dini melalui serangkaian kegiatan 2. Investigatif, yaitu segera mendeteksi, mengungkap fakta kejadian, dan menindaklanjuti sesuai ketentuan 3. Edukatif, yaitu upaya meningkatkan kepedulian individu di dalam dan di luar organisasi untuk mendorong peran serta memerangi fraud Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
34
Mencegah dan Mendeteksi Kecurangan (Fraud ): 1. Tidak hanya tugas APH dan Auditor. 2. Merupakan Tugas Management yang mengelola SD organisasi. 3. Membutuhkan peran serta seluruh warga organisasi dan masyarakat/ penerima layanan. Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
35
Peran APH dan Auditor
Peran Mgt
Peran Mgt
Peran APH & Auditor
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
36
Merupakan bagian dari sistem pengendalian Fraud yang memuat langkah-langkah dalam rangka mengurangi potensi risiko terjadinya Fraud, yang paling kurang mencakup Fraud Awareness, identifikasi kerawanan, dan know your employee.
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
37
Fraud Awareness : 1. Sosialisasi Budaya Anti Korupsi 2. Identifikasi Kerawanan ( risiko fraud) }
Know Your Employee : 1. Pengendalian Sistem Rekrutmen 2. Proses Permintaan dan Pencarian Karyawan 3. Proses Mutasi }
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
38 38
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
39
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
40
Merupakan bagian dari sistem pengendalian Fraud yang memuat langkahlangkah dalam rangka mengidentifikasi dan menemukan Fraud dalam proses bisnis, yang mencakup paling kurang kebijakan dan mekanisme whistleblowing, surprise audit, dan surveillance system.
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
41
Memberikan: } kontribusi kepada manajemen berupa peringatan dini terhadap potensi terjadinya fraud. } rekomendasi perbaikan terhadap kelemahan sistem pengendalian yang mengakibatkan perbuatan fraud terjadi.
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
42
} }
} }
}
}
Pengembangan lingkungan pengendalian. Penetapan Tujuan dan Sasaran Organisasi yang realistis. Menetapkan aturan perilaku (code of conduct) Mewujudkan dan memelihara kebijakan otorisasi yang tepat. Kebijakan, praktik, prosedur, pelaporan dan mekanisme lainnya untuk memonitor aktivitas dan menjaga asset khususnya yang memiliki tingkat risiko tinggi dan bernilai mahal. Mekanisme komunikasi informasi-informasi yang dapat dipercaya serta berkesinambungan . Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
43
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
44
}
}
}
Kejadian fraud dapat berulang shg Management perlu membuat sistem untuk mencegah dan mendeteksi fraud. Sistem tsb harus melibatkan: - Seluruh Warga Organisasi - Masyarakat sbg penerima layanan, serta - APH dan Auditor jika sistem tsb tidak berjalan sebagaimana mestinya. Management tidak mampu mengawasi kejadian fraud setiap waktu, setiap kegiatan, dan setiap SD yang menjadi tanggung jawabnya.
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
45
1. No system of internal control can provide absolute assurance against fraud (hal 9). 2. Establishing internal controls may not address all of an organization’s fraud risks (hal 30). 3. Fraud risks necessitate specific controls to mitigate them, which makes an organization’s fraud risk assessment process essential to fraud prevention. 4. Implementing fraud preventive controls, it is important that the organization assess and continuously monitor their operational effectiveness to help prevent fraud from occurring. (Managing the Business Risk of Fraud: A Practical Guide) Sponsored by: The Institute of Internal Auditors The American Institute of Certified Public Accountants Association of Certified Fraud Examiners Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
46
Initial Detection Method by Organization Type8
©2008Jenderal by the Kemenristekdikti Association of Certified Fraud Examiners, Inc. Inspektorat
A. Create and Maintain a Culture of Honesty & high ethics, (budaya kejujuran & etika tinggi) B. Evaluating Antifraud Processes and Controls C. Developing oversight process (pengembangan pengawasan)
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
48
A
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
49
Discipline
6 Confirmation
Training pegawai
5
1
4
Tone at the Top
2
Lingkungan Kerja Yang Positif
3
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
Promosi karyawan 50
B
1.
Identifying and Measuring Fraud Risks (indentifikasi dan Mengukur Risiko Kecurangan)
2.
Mitigating Fraud Risks (memetakan resiko Kecurangan)
3.
Implementing and Monitoring Appropriate Internal Controls (Implementasi dan Monitoring Pengendalian Internal yang tepat)
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
51
} }
}
Penaksiran risiko kecurangan harus mempertimbangkan kerentanan entitas dari tindakan kecurangan. Apakah ancaman dari risiko tersebut dapat menghasilkan salah penyajian yang material dan kerugian yang besar dari organisasi. Dalam mengidentifikasi risiko kecurangan perlu mempertimbangkan sifat organisasi, industri atau karakteristik spesifik yang mempengaruhi risiko kecurangan.
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
52
Untuk mengurangi dan mengeliminasi risiko kecurangan tertentu perusahaan melakukan perubahan aktivitas dan prosesnya.
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
53
Pengendalian internal yang efektif termasuk dikembangkannya lingkungan pengendalian, sistem informasi yang efektif dan aman, aktivitas pengendalian dan monitoring. Manajemen mengevaluasi implementasi pengendalian internal yang berkaitan dengan bidang-bidang yang merupakan risiko lebih tinggi dari tindakan kecurangan, termasuk proses penyusunan laporan keuangan. Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
54
C
Ø Ø Ø Ø
Audit Committee or Board of Directors Management Internal Auditors Independent Auditors
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
55
KEBIJAKAN ANTI FRAUD STRUKTUR PERTANGGUNGJAWABAN
PENILAIAN RISIKO FRAUD KEPEDULIAN PEGAWAI KEPEDULIAN PELANGGAN & MASYARAKAT
SISTEM PELAPORAN FRAUD PERLINDUNGAN PELAPOR PENGUNGKAPAN KPD PIHAK EKSTERNAL
PROSEDUR INVESTIGASI STANDAR Inspektorat& Jenderal Kemenristekdikti PERILAKU DISIPLIN
56
PENGEMB. ATRIBUT
KEPEDULIAN / PERAN
ATRIBUT
Mgt
1.Kebijakan Anti Fraud 2.Struktur pertggungjwbn 3.FRA 4.Perlindungan pelapor 5.Sistem pelaporan fraud 6.Prosedur Investigasi
Wrg Org & Masy 1.Kepedulian pegawai 2.Kepedulian pelanggan dan masyarakat. 3.Standar perilaku dan disiplin Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
APH & Auditor
Pengungkapan kpd pihak eksternal
57
FUNGSI FCP
FUNGSI
ATRIBUT
MENCEGAH
1.Kebijakan Anti Fraud 2.Standar perilaku dan disiplin 3.FRA
MENDETEKSI
1.Kepedulian pegawai 2.Kepedulian pelanggan dan masyarakat. 3.Sistem pelaporan fraud 4.Perlindungan pelapor 5.Struktur pertggungjwbn 6.Prosedur Investigasi 7.Pengungkapan kpd pihak eksternal 58 58 Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
59
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
60
Deteksi fraud adalah suatu persoalan untuk mengetahui : } Bahwa tindakan fraud telah terjadi (ada). } Apakah organisasi/ perusahaan menjadi korban atau sebagai pelaku fraud. } Adanya kelemahan dalam pengendalian intern serta moral pelaku yang menjadi penyebab terjadinya fraud } Adanya kondisi lingkungan di organisasi/ perusahaan yang menyebabkan terjadinya fraud. } Adanya suatu kesalahan dan ketidakberesan
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
61
Tips and complaints }
Jika vendor tertentu disukai, kemungkinan vendor pesaing akan komplain.
Comparison of vendor addresses with employee addresses }
Jika karyawan adalah pemilik vendor, maka alamat kegiatan vendor dapat dibandingkan dengan alamat karyawan.
Review of Vendor Ownership Files }
Ketika vendor terpilih, maka file lengkap mengenai kepemilikan vendor harus dijaga.
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
62
a. Red Flag Penerima Suap } The Big Spender: } The Gift Taker: } The “Odd Couple”: } The Rule Breaker: } The Complainer: } Genuine Need: b. Red Flag Pemberi Suap } } } }
The Gift Bearer The Sleaze Factor The Too-Successful Bidder Poor One-Person Operation
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
63
Ada 3 (tiga) metode dasar yang digunakan pelaku suap / gratifikasi menyembunyikan perbuatannya: } Fictitious Disbursement Schemes } Ghost Employee Schemes } Overbilling Schemes
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
64
Lokalisir sumber dana off-book yang ada di perusahaan/ organisasi yang diduga melakukan penyuapan/ gratifikasi.
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
65
Pemahaman yang tepat atas Pengendalian Intern yang baik dalam pos-pos tersebut akan sangat membantu dalam melaksanakan pendeteksian kecurangan.
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
66
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Transaksi yang tidak terotorisasi Pengendalian yang tidak dipatuhi. Motivasi yang ada di manajemen. Pemalsuan dokumen, tanda tangan dan identitas. Pelanggaran kewenangan. Adanya kerugian yang signifikan.
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
67
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
68