PENERAPAN BIAYA STANDAR DALAM PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus: UKM Lumpia Gang Lombok Semarang)
ARDI WAHYU PRATAMA UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
ABSTRACT UKM Lumpia Gang Lombok Semarang is industrial manufacturing small-scale that moves food industry which is spring rolls in the field which is located in the town of semarang. In the management of its cost of production UKM Lumpia Gang Lombok so far have not managed well and could potentially of inflicting harm. Control the cost needed to find out if the production process running efficient or not. Control done by means of comparing between the cost of a standard by actual cost of production. Purpose in this research is to find out how the application of a method of standard costing in control production cost to UKM Lumpia Gang Lombok Semarang. The data used in this research data data consisting of primary and secondary. Based on the result of reckoning the analysis that compare between the cost of production with actual standards, the costs of production can be concluded that the difference in producing spring rolls on costs of raw material subjected to the difference of ioss (unfavorable) and overhead plant having the difference of profitable (favorable). The difference will impact that happened at a profit and loss but the difference that occurs still within the limits of control.
Keywords: costs, production, standards, variance, control.
PENDAHULUAN Perkembangan perekonomian Indonesia yang semakin pesat dan kompetitif, pada bidang pembangunan khususnya dibidang ekonomi mempunyai peranan yang sangat penting. Industriindustri di Indonesia dituntut untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat semakin mengharuskan perusahaan untuk mengambil tindakan yang tepat agar dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan sesuai dengan konsep going concern. Tujuan dari kebanyakan perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan. Keuntungan atau laba (profit) adalah selisih antara uang yang diterima pelanggan atas barang atau jasa yang dihasilkan, dan biaya yang dikeluarkan untuk input yang digunakan guna menghasilkan barang atau jasa. (Wahyuni, 2009) Dalam aktifitas produksi tidak terlepas dari biaya-biaya yang dikeluarkan. Horgen dan foster (2005) menjelaskan pada intinya bahwa biaya adalah sumber daya yang dikorbankan untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan tertentu. Pengeluaran biaya yang tidak terkendali oleh perusahaan dapat mengakibatkan pemborosan pada proses biaya produksi terutama penggunaan bahan baku karena biaya produksi merupakan inti dari proses produksi. Perusahaan yang mampu berkompetisi dapat mengelola biaya secara efisien dan efektif, sehingga dapat memperoleh laba yang maksimal. Laba yang diperoleh digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan memenuhi kesejahteraan para karyawannya. Perusahaan untuk berkompetisi harus memiliki keunggulan agar dapat bersaing dengan perusahaan lainnya. Contoh keunggulan tersebut adalah perusahaan dapat mengerti permintaan konsumen, mempertahankan kualitas produk dan mengelola biaya secara efisien dan efektif. Dari hasil penelitian terdahulu, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Lim Ade Nasa pada tahun 2012 dengan judul penerapan biaya standar terhadap pengendalian biaya produksi: studi kasus pada C.V Sejahtera Bandung, menyimpulkan bahwa biaya standar ternyata sangat membantu sekali bagi manajemen dalam usaha meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengendalian biaya produksi agar lebih efektif dan efisien, sebaiknya biaya standar dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengendalian biaya produksi tetap diteruskan. Perbedaan dalam penelitian ini adalah terdapat pada objek penelitian terdahulu adalah C.V Sejahtera Bandung yang tidak lain adalah perusahaan manufaktur, sedangkan objek penelitian sekarang adalah UKM Lumpia Gang
Lombok Semarang yaitu sebuah industri manufaktur sekala kecil. Sedangkan kesamaannya terletak pada variable yang digunakan yaitu biaya produksi, biaya standar, varians, dan pengendalian biaya produksi kemudian kesamaan yang lain yaitu tujuannya untuk mengetahui bahwa penerapan biaya standar berperan dalam pengendalian biaya produksi. Penelitian ini dilakukan di UKM Lumpia Gang Lombok Seamarang yang merupakan industri manufaktur sekala kecil yang bergerak dalam bidang industri makanan yaitu lumpia. Seperti halnya industri manufaktur lainya, industri ini memiliki kegiatan pokok mengolah bahan baku utama menjadi produk jadi yang siap untuk dijual, untuk menentukan harga jual tersebut akan dipengaruhi oleh besarnya biaya produksi yang menjadi faktor penting penentu dalam pengelolaan suatu industri. UKM Lumpia Gang Lombok Semarang merupakan salah satu unit usaha kecil dan menengah yang memproduksi makanan pokok yaitu lumpia. Lokasi industri ini berada di Gang Lombok No. 11 Kranggan, Semarang Tengah, Semarang. Pembuatan lumpia ini membutuhkan bahan baku yaitu rebung, udang, telor. Biaya produksi pada industri ini terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Selama industri tersebut biaya produksi belum dikelola dengan baik akan berpotensi menimbulkan kerugian. Di UKM Lumpia Gang Lombok Semarang ini belum menetapkan biaya standar biaya produksi yang semestinya dikeluarkan untuk memproduksi lumpia, akan tetapi industri pembuatan lumpia ini sampai sekarang tetap beroperasional mengikuti harga pasaran. Pengendalian biaya disini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah proses produksi berjalan secara efisien atau tidak. Pengendalian ini dialakukan dengan cara menbandingkan antara biaya standar dengan realisasinya (biaya aktual) agar bisa mengetahui sejauh mana penyimpngan-penyimpangan yang sudah terjadi pada industri ini. Apabila terjadi varians (selisih) antara biaya standar dengan realisasinya maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai penyebab terjadinya varians tersebut.
KERANGKA TEORITIS
Pengertian Biaya Hansen dan mowen (2009) mendefinisikan biaya sebagai kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa depan bagi organisasi. Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu (Mulyadi, 2000). Dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva (Mulyadi, 2000). Biaya Produski Mulyadi (2010) mengemukakan biaya produksi sebagai biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk siap dijual. Hansen dan Mowen (2006) bahwa biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya produksi terdiri dari beberapa elemen biaya yang mana biaya-biaya tersebut merupakan biaya yang akan digunakan untuk aktivitas proses produksi yang menghasilkan suatu produk yang di inginkan (Carter, 2005). Adapun pendefinisian dari elemen-elemen biaya tersebut adalah: 1.
Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari
produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. 2.
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku
langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu. 3.
Overhead pabrik juga disebut overhead manufaktur, beban manufaktur, atau beban pabrik
terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu, overhead pabrik biasanya memasukkan semua biaya manufaktur kecuali bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. 4.
Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang diperlukan untuk penyelesaian suatu
produk tetapi tidak diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung karena bahan baku tersebut diklasifikasikan menjadi biaya overhead pabrik. 5.
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang secara tidak langsung ditelusuri ke
konstruksi atau komposisi produk jadi.
Biaya Standar Menurut Mulyadi (2010) menjelaskan biaya standar adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, dibawah asumsi kondisi ekonomi, efesiensi, dan faktor-faktor lain tertentu. Carter dan Usry (2005) biaya standar adalah biaya yang telah ditentukan sebelumnya untuk memproduksi satu unit atau sejumlah unit tertentu. Jadi biaya standar merupakan biaya yang direncanakan untuk suatu produk dalam kondisi operasi sekarang atau yang diantisipasi. Manfaat Biaya Standar Biaya standar membantu perencanaan dan pengendalian operasi serta memberikan wawasan mengenai dampak-dampak yang mungkin dari keputusan atas biaya dan laba. Biaya standar digunakan untuk : 1. Menetapkan anggaran. 2. Mengendalikan biaya dengan cara memotivasi karyawan dan mengukur efisiensi operasi. 3. Menyederhanakan prosedur perhitungan biaya dan mempercepat laporan biaya. 4. Membebankan biaya ke persediaan bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi. 5. Menetapkan tawaran kontrak dan harga jual. Varians Biaya Standar Hansen dan Mowen (2009) varians anggaran adalah perbedaan antara biaya aktual input dan biaya yang direncanakan. Dalam suatu sistem perhitungan biaya standar, total varians dibagi menjadi variansi harga dan penggunaan. Variansi harga (tarif) adalah perbedaan antara harga aktual dan harga standar per unit dikalikan jumlah input yang digunakan. Variansi penggunaan (efisiensi) adalah perbedaan antara kuantitas input aktual dan input standar dikalikan dengan standar harga per unit input. Menurut Mulyadi (2010) penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar disebut dengan selisih (variance). Selisih biaya sesungguhnya dengan biaya standar dianalisis, dan dari analisis ini diselidiki penyebab terjadinya, untuk kemudian dicari jalan untuk mengatasi terjadinya selisih yang merugikan. Analisis selisih biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung berbeda dengan analisis selisih biaya overhead pabrik. dalam analisis selisih biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung hanya dikenal dua macam kapasitas: kapasitas sesungguhnya dan kapasitas standar; sedangkan dalam analisis selisih biaya overhead pabrik dikenal tiga macam kapasitas: kapasitas sesungguhnya, kapasitas standar, dan kapasitas normal (kapasitas yang terakhir ini digunakan untuk menghitung tarif biaya overhead pabrik). METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Menurut Sugiono (2009) dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut: a. Data Kualitatif Dalam metode ini penulis melakukan suatu analisa deskriptif yaitu dengan membandingkan antara bahan bacaan dengan kenyataan yang ditemukan dilapangan, sehingga dapat menghasilkan solusi yang baik dan optimal. b. Data Kuantitatif Metode kuantitatif yaitu analisa dengan menggunakan rumus atau memakai angka-angka. Sumber Data Data menurut sumbernya, dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder . Menurut Kuncoro (2009) sumber data adalah subyek dimana data dapat diperoleh. Sumber data penelitian ini adalah: 1.
Data Primer yaitu Sumber data yang dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya. Sumber primer ini berupa informasi yang diperoleh dari pemilik perusahaan (Lumpia Gang Lombok Semarang) misalnya: wawancara langsung kepada bagian produksi Lumpia.
2.
Data Sekunder yaitu Sumber data tambahan yang berisi informasi yang ada hubungannya dengan obyek penelitian. Data sekunder itu biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumendokumen. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari laporan keuangan atau catatan akuntansi perusahaan (Lumpia Gang Lombok Semarang).
Metode Pengumpulan Data Dalam melakukan penyusunan laporan ini, penulis berencana menggunakan beberapa metode pengumpulan data antara lain: 1.
Survey awal
Metode ini dilakukan oleh peneliti dengan cara mengunjungi objek penelitian dan meminta ijin untuk melakukan penelitian.
2.
Wawancara
Metode pengumpulan data ini dengan menggunakan metode wawancara kepada pemilik UKM Lumpia Gang Lombok untuk memberikan keterangan-keterangan yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. 3.
Dokumentasi
Dokumentasi diperoleh dengan melakukan pencatatan atau mencari data-data mengenai hal-hal atau variabel seperti biaya produksi, hasil produksi, dan data lainnya yang berkaitan dengan penelitian di dalam perusahaan. Data yang dihasilkan dari dokumenter adalah data laporan keuangan yang berkaitan dengan harga pokok produksi, biaya tetap, seperti biaya listrik yang digunakan industri lumpia. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dapat dilakukan diperhitungan biaya produksi dengan menggunakan biaya standar. Data yang sudah diperoleh kemudian akan diolah dengan menentukan biaya standar produksi dan selanjutnya membandingkan antara biaya produksi actual dan biaya standar. Biaya standar ialah biaya yang sudah ditentukan sebelumnya dan kemudian dijadikan patokan dalam memproduksi suatu produk tertentu untuk mengendalikan biaya pada proses produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik untuk periode berikutnya PEMBAHASAN Penetapan Biaya Produksi Standar UKM Lumpia Gang Lombok Suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan produksinya membutuhkan perhitungan biaya yang tepat, guna menentukan harga pokok produksinya. Biaya standar merupakan faktor yang penting dalam proses pelaksanaan proses produksi. Agar dapat membantu perusahaan dalam perencanaan pengendalian operasi produksi serta memberikan gambaran yang jelas mengenai dampak dari berbagai keputusan yang berpengaruh terhadap biaya. UKM Lumpia Gang Lombok tidak menggunakan metode apa-apa untuk mengendalikan biaya produksinya, dan hanya berpusat dengan harga pasar. Mengacu dengan harga pasar memang mutlak tidak dapat diperkirakan berapa biaya yang nantinya akan digunakan dalam proses produksi. Tetapi dengan menggunakan metode biaya standar nantinya akan membantu UKM Lmpia Gang Lobok dalam
mengendalikan biaya produksi yang akan terjadi. Dalam penentuan biaya produksi standar akan dibagi menjadi 3 bagian yaitu biaya bahan baku standar, biaya tenaga kerja standar, biaya overhead pabrik standar. Analisis Varians Biaya Produksi Lumpia Varians adalah selisih yang terjadi antara biaya produksi standar dengan biaya produksi aktual (sesungguhnya). Ketika biaya standar lebih besar dari biaya aktual maka variansnya menguntungkan (favorable), sedangkan ketika biaya standar lebih kecil dari biaya aktual maka variansnya tidak menguntungkan (unfavorable). Dalam menganalisis varians (selisih) pada UKM Lumpia Gang Lombok, dilakukan dengan cara membandingkan antara besarnya jumlah biaya produksi standar pada bulan Januari 2014 dengan biaya produksi aktual pada bulan Februari 2014. Varians Biaya Bahan Baku Varians bahan baku terdiri dari selisih harga dan selisih kuantitas bahan baku. 1. Selisih Harga Bahan Baku Selisih harga bahan baku disajikan pada Tabel 4.56. Tabel 4.56 Total Harga Bahan Baku Standar (lumpia)
Nama Bahan Baku
Harga Standar (HSt)
Kuantitas
Total Biaya
Standar (KSt) Standar (Rp)
1
2
3 = 1x2
Udang
30.000
10
300.000
Rebung
10.000
200
2.000.000
Telor
17.500
70
1.225.000
Total
3.525.000
Sumber : Diolah dari data Primer UKM Lumpia Gang Lombok Semarang
Tabel 4.57 Total Harga Bahan Baku Aktual (lumpia) Nama Bahan
Harga Aktual
Kuantitas Aktual
Total Biaya
Baku
(HS)
(KS)
Aktual
Udang
32.000
10
320.000
Rebung
10.500
200
2.100.000
Telor
17.500
70
1.225.000
Total
3.645.000
Sumber : Diolah dari data Primer UKM Lumpia Gang Lombok Semarang
Tabel 4.58 Selisih Total Biaya Bahan Baku
Nama Bahan Baku
Total Harga
Total Harga
Biaya Standar
Biaya Aktual
(HSt)
(HS)
Total Selisih Biaya
Selisih Biaya Sebulan
Udang
300.000
320.000
20.000
560.000
Rebung
2000.000
2.100.000
100.000
2.800.000
Telor
1.225.000
1.225.000
0
0
120.000
3.360.000
Total
Varians Biaya Tenaga Kerja Langsung Selisih biaya tenaga kerja langsung terdiri dari selisih tarif upah dan selisih efisiensi upah tenaga kerja langsung. 1. Selisih Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung Selisih tarif upah tenaga kerja langsung disajikan pada Tabel 4.59
Tebel 4.59 Selisih Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung (Lumpia). Tarif Upah
Tarif Upah
Jam Kerja
Standar per
Sesungguhnya per
Sesungguhnya
jam
jam
(JKS)
(TUSt)
(TUS)
1
2
3
4 = (1-2)x3
6.250
6.250
672
0
L
Selisih
/ R
-
Sumber : Diolah dari data Primer UKM Lumpia Gang Lombok Semarang
2. Selisih Efisiensi Upah Tenaga Kerja Langsung Selisih efisiensi upah tenaga kerja langsung disajikan pada Tabel 4.60 Tabel 4.60 Selisih Efisiensi Upah Tenaga Kerja Langsung (Lumpia) Jam Kerja
Jam Kerja
Tarif Upah
Standar
Sesungguhnya
Standar
(JKSt)
(JKS)
(TUSt)
1
2
3
4 = (1 - 2) x3
744
672
6.250
450.000
Selisih
L/ R
L
Sumber : Diolah dari data Primer UKM Lumpia Gang Lombok Semarang
Tabel 4.61 Rekapitulasi Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung (Lumpia) Jam Tenaga Kerja Standar
Sesungguh
Tarif Upah per jam Standar
nya 744
672
Sesungguh nya
6.250
6.250
Selisih
Selisih
Total
Efisiensi
Tarif
Selisih
Tenaga
Tenaga
Tenaga
Kerja
Kerja
Kerja
450.000
0
450.000
Sumber : Diolah dari data Primer UKM Lumpia Gang Lombok Semarang
Varians Biaya Overhead Pabrik Dalam perhitungan selisih biaya overhead pabrik akan menggunakan biaya metode dua selisih yaitu selisih terkendali dan selisih volume. Adapun informasi dalam perhitungan ini yaitu untuk kapasitas produksi bulan Februari 2014 sebanyak 672 jam tenaga kerja dan jam kerja standar bulan Januari 2014 sebanyak 744 jam tenaga kerja. Pada bulan Februari, jam kerja yang dipakai adalah 8 jam yang dari standar bulan Januari adalah 8 jam. 1. Selisih Terkendali Biaya overhead pabrik sesungguhnya
Rp 17.110.354
Biaya overhead pabrik tetap pada kapasitas normal (672 jam x Rp 2.487) Biaya overhead pabrik variabel sesungguhnya
1.671.264 Rp 15.439.090
Biaya overhead pabrik variabel pada jam standar (744 jam x Rp 22.974)
17.092.656
Selisih terkendalikan
Rp 1.653.566 L
2. Selisih Volume Jam tenaga kerja pada kapasitas normal
672jam
Jam tenaga kerja standar
744jam
Selisih volume
72 jam
Tarif biaya overhead pabrik tetap
Rp 2.487x
Selisih volume
Rp179.064 L
Hasil Analisis Hasil analisis berdasarkan hasil perhitungan varians atau selisih biaya produksi yang meliputi varians biaya bahan baku, varians biaya tenaga kerja langsung, dan varians biaya overhead pabrik dalam proses produksi lumpia pada UKM Lumpia Gang Semarang, berikut adalah ringkasan hasil perhitungan (analisis) varians pada Tabel 4.62.
Tabel 4.62 Ringkasan Hasil Analisis Biaya Produksi Lumpia Biaya Poduksi (Rp) Keterangan
Analisis Selisih
Aktual
Standar (Januari 2014)
(Februari
(Rp)
L/R
2014)
BBBL : Udang
428
457
(29)
R
Rebung
2.857
3.000
(143)
R
Telor
1.750
1.750
0
-
(172)
R
0
-
0,00
-
Total BTKL : Bagian Produksi
214
214
Total BOP : Bahan Penolong
700
635
65
L
Listrik
7
6
1
L
Telepon
2
2
0
-
150
135
15
L
8
8
0
-
85
85
0
-
81
L
Tenaga Kerja Tidak Langsung Reparasi dan Pemeliharaan Penyusutan Mesin, Kendaraan dan Bangunan Total
Berdasarkan tabel diatas, terjadi selisih yang menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan. Selisih yang terjadi disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan hasil selisih tersebut. Faktor atau penyimpangan pada biaya produksi diatas antara lain : 1.
Biaya bahan baku mengalami selisih merugikan (unfavorable) sebesar Rp 172 dari total selisih bahan baku udang Rp (29) dan rebung (143). Disebabkan biaya aktual lebih besar dari pada biaya standar yang telah ditetapkan yaitu pada bulan Januari sebagai patokan
standar biaya produksinya. Selisih yang merugikan tersebut dipengaruhi oleh harga bahan baku yang naik pada bulan Februari. Dimana kenaikan harga pada bahan baku udang dan rebung yang disebabkan pembudidaya rebung menaikan harga rebung karena biaya transport pengiriman rebung ke pasar bertambah sehingga bersamaan dengan itu penjual rebung di pasar juga menaikan harga. Kemudian para peternak udang mengalami penurunan laba akibat biaya produksi udang pada saat bulan Februari meningkat sehingga peternak menaikan harga jual supaya tidak merugi. Ketika terjadi kenaikan atau selisih merugikan tersebut hampir tidak dapat ditekan atau diantisipasi, karena harga udang dan rebung bergantung pada keadaan kondisi harga pasar yang sewaktu-waktu dapat terjadi kenaikan kembali. 2.
Biaya tenaga kerja langsung tidak mengalami selisih menguntungkan maupun merugikan. Hal ini disebabkan biaya tenaga kerja atau upah para pekerja tetap atau sama seperti pada bulan Januari (standar). Meskipun jam total jam kerja sebulan berbeda karena dalam bulan Februari (sesungguhnya) jumlah hari lebih sedikit, tetapi tarif upah standar per jam masih sama sehingga tidak berpengaruh terhadap biaya tenaga kerja langsung.
3.
Biaya overhead pabrik mengalami selisih menguntungkan dan ada juga yang tidak menguntungkan. Selisih menguntungkan terjadi pada bahan penolong sebesar Rp 81 dari selisih bahan penolong Rp 65, selisih listrik sebesar Rp 1 dan selisih tenaga kerja tidak langsung yaitu Rp 15. Karena ini disebabkan oleh berkurangnya jumlah produksi karena pada bulan Februari jumlah jam produksi lebih sedikit dibanding bulan Januari sehingga secara tidak langsung akan mengurangi biaya untuk bahan penolong.
4.
Biaya listrik mengalami selisih menguntunkan karena sama dengan biaya bahan penolong jumlah hari pada bulan Februari lebih sedikit sehingga penggunaan listrik pompa air dan penerangan lebih sedikit di banding bulan Januari yaitu sebesar Rp 1.
5.
Kemudian pada tenaga kerja tidak langsung terjadi selisih menguntungkan (favorable) sebesar Rp 15 yang disebabkan oleh bulan Februari jam kerja yang lebih sedikit dibanding bulan Januari.
Dari analisis yang dilakukan diatas, selisih-selisih yang terjadi tentunya berdampak pada laba atau rugi yang akan didapat oleh UKM Lumpia Gang Lombok. Pada selisih biaya bahan baku, tentunya UKM Lumpia Gang Lombok merugi dengan kenaikan yang terjadi pada biaya bahan baku. Namun, kenaikan biaya bahan baku dari periode sebelumnya masih dalam batas kewajaran
karena kenaikan harga yaitu sebesar Rp 172 untuk seluruh bahan baku. Begitu juga halnya dengan biaya overhead pabrik secara keseluruhan yang menguntungkan dengan nominal yaitu sebesar Rp 81 per potong dengan hasil demikian, UKM Lumpia Gang Lombok mengalami biaya produksi yang efektif dan efisien pada bulan Februari dibanding pada bulan Januari 2014. Yang pada akhirnya, ketika biaya produksi dapat ditekan atau tidak melebihi standar, maka laba yang dihasilkan akan lebih optimal. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada UKM Lumpia Gang Lombok Semarang mengenai biaya standar dan penerapannya sebagai alat pengendalian biaya produksi, maka penulis dapat menarik kesimpulan : 1.
UKM Lumpia Gang Lombok Semarang dalam melakukan perhitungan biaya produksi belum terinci dalam memasukkan unsur-unsur biaya yang berkaitan langsung dalam proses produksi pembuatan lumpia.
2.
Peranan biaya standar ternyata sangat membantu sekali dalam usaha meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengendalian biaya produksi agar lebih efektif dan efisien, terbukti penetapan biaya standar (bulan Januari) pada periode produksi bulan Februari mengalami efisiensi biaya pada biaya overhead pabrik meskipun terjadi selisih yang tidak menguntungkan pada biaya bahan baku, namun secara keseluruhan laba yang didapat lebih optimal dari periode produksi yang lalu. sebaiknya biaya standar dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengendalian biaya produksi tetap diteruskan.
3.
Selisih yang terjadi pada biaya bahan baku (selisih merugikan), disebabkan oleh peningkatan harga bahan baku pada bulan Februari. Kemudian selisih yang terjadi pada biaya overhead pabrik (selisih menguntungkan), disebabkan oleh pemakaian biaya-biaya yang efisien, misalnya biaya pemakaian listrik, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung yang terjadi efisiensi biaya pada periode bulan Februari karena terjadi pengurangan jam kerja dalam sebulan sehingga biaya produksi menjadi berkurang.
Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis memberikan saran yang nantinya dapat bermanfaat bagi perkembangan produksi UKM Lumpia Gang Lombok untuk periode-periode produksi selanjutnya, yaitu : 1.
Dalam menghitung biaya produksi, sebaiknya UKM Lumpia Gang Lombok melakukan perhitungan secara menyeluruh unsur biaya yang berkaitan dalam proses produksi, baik dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, bahkan khususnya untuk biaya overhead pabrik. Sehingga dalam menentukan harga pokok produksi akan lebih akurat dan terinci.
2.
Biaya yang telah distandarkan atau yang menjadi biaya standar ini, sebaiknya dievaluasi kembali dalam jangka waktu tertentu, mengingat harga bahan baku dan biaya overhead pabrik yang dapat berubah-ubah sesuai kebutuhan dan kondisi pasar sehingga ketika terjadi penyimpangan atau selisih yang tidak menguntungkan bisa ditindak lanjuti secepatnya sebagai upaya perbaikan sehingga tingkat keakuratan penetapan biaya standar dapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA Ade Nasa, Lim. 2012. “Penerapan Biaya Standar terhadap Pengendalian Biaya Produksi (Studi Kasus pada CV. Sejahtera Bandung)”.Jurnal Ilmiah Akuntansi. No.07. ISSN: 2086-4159. Carter, William k.. 2005. AkuntansiBiaya.Buku Satu Edisi Keempatbelas. Diterjemahkan Oleh Krista. Salemba Empat, Jakarta. Carter, William k.. 2009. AkuntansiBiaya.Buku Dua Edisi Keempatbelas. Diterjemahkan Oleh Krista. Salemba Empat, Jakarta. Hansen, don R. dan Maryanne M. Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial. Edisi Kedelapan. (Diterjemahkan oleh: Deny Arnos Kwary). Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Horgen, dkk. 2005. Akuntansi Biaya Penekanan Manajerial. (Diterjemahkan oleh Desi Adhariani). PT Index Kelompok Gramedia. Jakarta. Jennie, Marsiana. 2010. “Evaluasi Biaya Standar dalam Pengendalian Biaya Prouksi (Studi Kasus pada PT. PG. RAJAWALI SUBANG)”. Jurnal Bisnis, Manajemen&Ekonomi.Vol.9, No.11. ISSN: 1693-8305.
Kuncoro. 2009. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga. Jakarta Kuswadi. 2005. Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Biaya. PT Alex Media Komputinda. Jakarta. Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya. Salemba Empat. Jakarta. Mulyadi. 2010. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Aditya Media. Yogyakarta. Sugiono.2009. Memahami Penelitian Kuantitatif. Penerbit Alfabeth.Bandung. Tri Wahyuni, Ersa, dkk..2009. Pengantar Akuntansi-Adaptasi Indonesia. Buku Satu. Diterjemahkan Oleh Damayanti Dian. Salemba Empat, Jakarta.