PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DALAM MENCAPAI

Download PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DALAM MENCAPAI. SUSTAINABLE GROWTH (STUDI KASUS PT SUPRAMA). Revita Novi Bintari revithanovi@gm...

0 downloads 393 Views 1MB Size
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DALAM MENCAPAI SUSTAINABLE GROWTH (STUDI KASUS PT SUPRAMA) Revita Novi Bintari [email protected]

Andayani Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT This research is meant to evaluate the implementation of Corporate Social Responsibility. CSR as one of important elements in business in order to reach sustainable growth. The result of the research indicates that PT Suprama has been implementing the CSR whether internally or externally. The implementation of CSR on PT Suprama has influence the sustainable growth indirectly. This can be proved by the improvement of sales percentage, reputation, and the expansion of PT Suprama sales territory from year to year. Keywords: corporate Social Responsibility, Sustainable Growth, Internal and External CSR, Sustainable Report.

ABSTRAK Penelitian ini ditujukan untuk mengevaluasi penerapan Corporate Social Responsibility. CSR merupakan salah satu elemen penting dalam bisnis untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan (sustainable growth). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT Suprama telah menjalankan CSR baik secara internal maupun eksternal. Penerapan CSR pada PT. Suprama secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan berkelanjutan (sustainable growth). Hal ini dapat dibuktikan melalui adanya peningkatan pada prosentase penjualan, reputasi (image), serta perluasan area penjualan PT Suprama dari tahun ke tahun. Kata kunci: corporate social responsibility, sustainable growth, CSR internal dan eksternal, sustainable report.

PENDAHULUAN Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan perusahaan yang pesat. Perusahaan berorientasi mendapatkan keuntungan yang sebesar-sebesarnya untuk meningkatkan perekonomiannya. Perusahaan dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Dalam menjalankan aktivitas operasionalnya, perusahaan akan berinteraksi dengan lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Keberadaan perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya yang menyebabkan hubungan timbal balik antara masyarakat dengan perusahaan. Hal ini membuat perusahaan memiliki tanggung jawab sosial pada masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Corporate Social Responsibility (selanjutnya disingkat CSR) atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan merupakan isu penting di abad ini. Perusahaan dituntut untuk peduli terhadap lingkungan dan juga tanggung jawab sosial. Tekanan yang berasal dari masyarakat dan pemerintah mendesak terjadinya keseimbangan antara orientasi bisnis dengan kepedulian atas kondisi sosial dan lingkungan.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

2 Contoh sederhana dari penerapan tanggung jawab sosial adalah menghasilkan produk yang aman, tidak berbahaya bagi kesehatan, dan ramah lingkungan. Dalam menjalankan aktivitas operasionalnya, perusahaan juga di tuntut dapat berinteraksi dengan lingkungan dan masyarakat sekitar. Keberadaan perusahaan juga tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan masyarakat sebagai lingkungan eksternal dari perusahaan tersebut, sehingga menyebabkan keduanya mempunyai hubungan timbal balik. Dalam Undang-undang PT No. 40 tahun 2007 disebutkan bahwa perusahaan berhak menggunakan sumber daya alam serta sumber daya manusia di sekitarnya, tetapi perusahaan juga mempunyai kewajiban untuk mempertanggungjawabkan semua akibat yang diperoleh dari proses operasionalnya. Undang-undang tersebut juga mewajibkan perusahaan memberikan kontribusi sosial secara langsung kepada masyarakat dimana kontribusi tersebut bisa meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat serta lingkungannya. Sejatinya, pemilik perusahaan bukan hanya shareholders atau para pemegang saham, melainkan pula stakeholders, yakni pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Stakeholders dapat mencakup karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, media massa, dan pemerintah selaku regulator. Dalam era globalisasi sekarang, terjadi pergeseran pola pikir perusahaan menjadi lebih bersifat social oriented. Perusahaan dituntut untuk tidak hanya mengejar keuntungan ekonomi saja (profit), tetapi perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people), dan turut menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Wibisono, 2007: 32). Masyarakat mengharapkan dunia usaha agar lebih etis dalam menjalankan aktivitasnya agar tidak berdampak buruk pada masyarakat dan lingkungannya sehingga dapat bertahan dan berkembang secara berkelanjutan untuk memperoleh manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya usaha (Elkington, 1998). Pelaksanaan CSR di Indonesia semakin mendapatkan perhatian setelah muncul berbagai permasalahan yang diakibatkan kelalaian suatu perusahaan dalam menjaga lingkungan akibat dari aktivitas operasionalnya. Dalam UU PT No. 40 tahun 2007 yang telah disahkan oleh DPR disebutkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Perusahaan yang wajib melaksanakan CSR adalah perusahaan yang kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam, sedangkan perusahaan yang tidak terkait dengan sumber daya alam bebas dari kewajiban tersebut. Sekarang ini CSR tidak lagi dianggap sebagai biaya, tetapi sebagai investasi dalam mendapatkan keuntungan bagi perusahaan. CSR bisa memberikan hubungan timbal balik yang signifikan bagi perusahaan, CSR juga bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai pertumbuhan yang lebih baik. CSR juga mempunyai manfaat, antara lain menciptakan brand image bagi perusahaan di tengah pasar yang kompetitif sehingga akan mampu menciptakan customer loyalty dan meningkatkan reputasi bisnis. CSR juga dapat membantu perusahaan untuk mendapatkan license to operate baik dari pemerintah maupun masyarakat, atau secara tidak langsung CSR juga bisa digunakan sebagai iklan bagi perusahaan yang bersangkutan. Di seluruh dunia, ditemukan bahwa perusahaan telah menentukan langkah strategis dalam mengembangkan corporate social responsibility, sekarang 68 persen menggunakan CSR sebagai sebuah kesempatan dan dasar untuk pertumbuhan. Selain itu juga ditemukan bahwa kini para business leader mulai menggunakan corporate social responsibility sebagai strategi pertumbuhan yang berkelanjutan (sustainable growth) (Pohle dan Hitner, 2008). Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penerapan corporate social responsibility di PT Suprama dalam mencapai sustainable growth.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

3 TINJAUAN TEORITIS Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Kotler dan Lee (2005: 3) mendefinisikan pertanggungjawaban sosial perusahaan sebagai berikut: “Corporate social responsibility is a commitment to improve community well-being through discretionary business practice and contributions of corporate resource.” “Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui praktek bisnis dan kontribusi dari sumber daya perusahaan.” CSR merupakan tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif, dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. (Wibisono, 2007: 8) Berdasarkan dari berbagai macam definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Corporate Social Responsibility merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban sosial perusahaan kepada stakeholder yang melibatkan baik pekerja maupun masyarakat sekitar untuk meningkatkan kualitas hidup mereka sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap pengembangan ekonomi yang berkelanjutan, yang mana tindakan tersebut dinilai baik untuk bisnis dan pengembangannya. ISO 26000 sebagai panduan dalam penerapan dan pelaksanaan CSR. Panduan dalam ISO 26000 menggunakan istilah Social Responsibility karena pedoman ini bukan hanya diperuntukkan bagi bentuk usaha korporasi, tetapi juga bagi semua organisasi, baik swasta maupun publik. ISO 26000 mendefinisikan CSR sebagai berikut : Responsibility of an organization for the impacts of its decision and activities on society and the environment, through transparent and ethical behavior that contributes to sustainable development, health and the welfare of society; takes into account the expectations of stakeholders; is in compliance with applicable law and consistent with international norm and behavior, and is integrated through put the organization and practiced in its relationships. “Tanggung jawab organisasi terhadap dampak kebijakan dan aktifitas publik serta lingkungan sekitar, melalui transparansi dan perilaku etik memberikan kontribusi untuk perkembangan/pembangunan berkelanjutan, kesehatan dan kemakmuran rakyat; dengan memperhitungkan harapan dari stakeholder; harus sesuai dengan hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma dan perilaku internasional, dan terintegrasi di seluruh organisasi dan dipraktekkan dalam hubungan-hubungannya”. Sifat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Untung (2008:10) menyebutkan terdapat dua sifat corporate social responsibility, yaitu sebagai berikut : (1) Sifatnya kedalam atau internal. CSR yang sifatnya kedalam menyangkut transparansi, sehingga ada yang namanya prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good coorporate governance), yaitu mekanisme bagaimana sumber daya perusahaan dialokasikan menurut aturan hak dan kuasa. Di kalangan perusahaan publik diukur dengan keterbukaan informasi; (2) Sifatnya keluar atau eksternal: CSR yang sifatnya keluar menyangkut lingkungan tempat perusahaan berada. Perusahaan harus memperhatikan polusi, limbah maupun partisipasi lainnya. Stakeholder perusahaan diluar dapat dikategorikan, ada masyarakat, pemasok, pelanggan, konsumen, maupun pemerintah. Konsep dan Prinsip Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Elkington (1998), mengenalkan konsep “3P – Profit, People and Planet”. Dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak lagi diharapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu aspek ekonomi yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. Perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak hanya pada single bottom lines, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja,

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

4 tetapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines, yaitu berupa finansial, sosial, dan lingkungan. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan akan terjamin apabila korporasi juga turut memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. ISO 26000, yang saat ini dapat digunakan sebagai pedoman dan petunjuk dalam melaksanakan Corporate Social Responsibility, mengembangkan bentuk Social Responsibility kedalam tujuh pokok bahasan, yaitu : (1) Pengembangan masyarakat; (2) Konsumen; (3) Praktik kegiatan institusi yang sehat; (4) Lingkungan; (5) Ketenagakerjaan; (6) Hak asasi manusia; (7) Organizational governance. Berdasarkan penjelasan mengenai konsep-konsep dan prinsip-prisip CSR tersebut, dapat diambil simpulan bahwa tanggung jawab sosial merujuk pada tiga dimensi tanggung jawab (Hadi, 2011). Ketiga dimensi tanggung jawab tersebut antara lain: (a) Economic Responsibility: Sehubungan dengan keberadaan perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai bagi stakeholder dan kreditur dalam hal kepastian perusahaan dalam memenuhi kewajibannya; (b) Legal Responsibility: Perusahaan bertanggung jawab dalam mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai bagian dari masyarakat di tempat perusahaan berada. Termasuk bertanggung jawab dalam menjalankan operasi bisnisnya yang harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum; (c) Social Responsibility: Dimensi yang paling utama dalam Corporate Social Responsibility karena hal ini merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dan pemangku kepentingan. Hal ini dapat menjadi sebuah tuntutan bagi perusahaan ketika kegiatan operasional perusahaan benarbenar mempengaruhi pihak eksternal, seperti pemanfaatan sumber daya sekitar, pembuangan limbah yang dapat merusak lingkungan, dan lain-lain. Struktur Organisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Laksmono dan Suhardi (2011:45) menyatakan bahwa keseriusan perusahaan dalam melaksanakan Corporate Social Responsibility dapat ditinjau dari struktur organisasinya. Secara umum, struktur organisasi Corporate Social Responsibility dibagi ke dalam dua kategori, yaitu: (1) Corporate Social Responsibility merupakan bagian dari aktivitas departemen atau divisi lain. Dalam kategori ini Corporate Social Responsibility menjadi bagian dari departemen atau divisi lain, sehingga bukan merupakan sebuah departemen atau divisi yang sifatnya otonom dan bertanggung jawab kepada manajer departemen. Oleh karena itu, umumnya pengelolaan program Corporate Social Responsibility hanya pada level staf; (2) Corporate Social Responsibility sebagai departemen atau divisi otonom. Dalam kategori ini, Corporate Social Responsibility tidak menjadi bagian dari departemen lain dan bersifat mandiri independen. Perencanaan anggaran dan program, implementasi serta evaluasi dilakukan secara mandiri sehingga departemen ini sejajar dengan departemen yang lain dan bertanggung jawab langsung kepada direktur atau pimpinan perusahaan. Tujuan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Tujuan dari CSR adalah agar hubungan antara perusahaan dan stakeholders tidak lagi bersifat pengolahan saja, tetapi sekaligus melakukan kolaborasi, yang dilakukan secara terpadu dan fokus kemitraan. Terdapat tiga alasan penting mengapa kalangan dunia usaha harus merespon CSR agar sejalan dengan jaminan keberlanjutan operasional suatu perusahaan (Rahmatullah dan Kurniati, 2011: 6-7). Pertama, perusahaan adalah bagian dari masyarakat sehingga wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. CSR berfungsi sebagai kompensasi atau upaya timbal balik atas penguasaan sumber daya alam atau sumber daya ekonomi oleh perusahaan. CSR juga sebagai kompensasi sosial karena timbul ketidaknyamanan (discomfort) pada masyarakat. Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya mempunyai

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

5 hubungan simbiosis mutualisme untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat. Ketiga, kegiatan CSR merupakan salah satu cara untuk meredam atau bahkan menghindarkan konflik sosial. Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Beberapa manfaat yang diperoleh oleh perusahaan jika melakukan program CSR (Wibisono, 2007: 84-87) yaitu: (1) Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan; (2) Layak mendapatkan social license to operate; (3) Mereduksi resiko bisnis perusahaan; (4) Melebarkan akses sumber daya; (5) Membentangkan akses menuju market; (6) Mereduksi biaya; (7) Memperbaiki hubungan dengan stakeholders; (8) Memperbaiki hubungan dengan regulator; (9) Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan; (10) Peluang mendapatkan penghargaan. Dapat disimpulkan bahwa manfaat dari CSR adalah menciptakan brand image bagi perusahaan di tengah pasar yang kompetitif sehingga akan mampu menghasilkan customer loyalty dan membangun atau mempertahankan reputasi bisnis. Kedua hal tersebut akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan yang sulit ditiru oleh para pesaingnya. Selain itu, CSR juga membantu perusahaan untuk mendapatkan atau melanjutkan license to operate dari pemerintah maupun masyarakat. Singkat kata, CSR dapat menjadi semacam iklan bagi produk perusahaan yang bersangkutan. Ruang Lingkup Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Sedikitnya ada empat model atau pola Corporate Social Responsibility yang umumnya diterapkan di Indonesia (Saidi dan Abidin, 2004:64-65). Pertama, keterlibatan langsung. Dalam hal ini perusahaan terlibat secara langsung dalam menyelenggarakan kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan langsung ke masyarakat. Kedua, melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Dalam hal ini perusahaan mendirikan yayasan atau organisasi sosial sendiri dibawah naungan perusahaan atau grupnya. Perusahaan akan menyediakan dana tersendiri untuk kegiatan yayasan. Ketiga, bermitra dengan pihak lain. Perusahaan dapat bekerja sama dengan pihak luar untuk menjalankan kegiatan sosialnya, baik dalam mengelola dana maupun dalam pelaksanaannya. Keempat, mendukung atau bergabung dalam suatu konsorium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota, atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Corporate Social Responsibility dibagi menjadi tiga bidang dengan beberapa macam lingkup yang dapat dipilih oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab sosialnya (Wibisono, 2007:133), seperti yang terlihat pada tabel 1.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

6

No. 1.

2.

3.

Tabel 1 Contoh Lingkup Program Corporate Social Responsibility Bidang Jenis Bidang Sosial a. Pendidikan/pelatihan b. Kesehatan c. Kesejahteraan sosial d. Kepemudaan/kewanitaan e. Keagamaan f. Kebudayaan g. Penguatan kelembagaan h. Dan lain-lain Bidang Ekonomi a. Kewirausahaan b. Pembinaan UKM c. Agribisnis d. Pembukuan lapangan kerja e. Sarana dan prasarana ekonomi f. Usaha produksi lainya Bidang Lingkungan a. Penggunaan energi secara efisien b. Proses produksi yang ramah lingkungan c. Pengendalian polusi d. Penghijauan e. Pengelolaan air f. Pelestarian alam g. Pengembangan ekowisata h. Penyehatan lingkungan i. Perumahan dan pemukiman

Sumber: Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Fascho Publishing. Gresik.

Motivasi Dunia Bisnis Melakukan CSR Beberapa motivasi dan manfaat yang diharapkan perusahaan dengan melaksanakan CSR (Anatan, 2009): (1) Perusahaan terhindar dari reputasi negatif perusak lingkungan yang hanya mengejar keuntungan jangka pendek tanpa mempedulikan akibat dari perilaku buruk perusahaan; (2) Kerangka kerja etis yang kokoh dapat membantu para manajer dan karyawan menghadapi masalah seperti permintaan lapangan kerja di lingkungan dimana perusahaan bekerja; (3) Mendapat rasa hormat dari kelompok inti masyarakat yang membutuhkan keberadaan perusahaan, khususnya dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan; (4) Perilaku etis perusahaan aman dari gangguan lingkungan sekitar sehingga dapat beroperasi dengan lancar.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

7

Paradigma

Tabel 2 Karakteristik Tahap-Tahap Kedermawanan Sosial Charity Phylantrophy Corporate Citizenship

Motivasi

Agama, tradisi, adaptasi

Misi

Mengatasi masalah setempat

Pengelolaan

Jangka pendek, mengatasi masalah sesaat

Pengorganisasian Kepanitiaan

Norma, etika, dan hukum universal Mencari dan mengatasi akar masalah Terencana, terorganisir dan terprogram Yayasan/dana abadi/ profesionalitas Masyarakat luas

Pencerahan diri dan rekonsiliasi dengan ketertiban sosial Memberikan kontibusi kepada masyarakat Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan Keterlibatan bank dana maupun sumber daya lain Masyarakat luas dan perusahaan Hibah (pembangunan serta keterlibatan sosial)

Penerima Manfaat

Orang miskin

Kontribusi

Hibah sosial

Hibah pembangunan

Inspirasi

Kewajiban

Kepentingan bersama

Sumber: Anatan, L. 2009. Corporate Social Responsibility (CSR): Tinjauan Teoritis dan Praktis di Indonesia. Jurnal Jurusan Manajemen - Universits Kristen Maranatha, Vol. 8, No. 2. Hal 5.

Landasan Pelaksanaan CSR di Indonesia Pada tanggal 20 Juli 2007, pemerintah mengesahkan UU No.40 Tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas yang kegiatan usahanya di bidang dan/atau bersangkutan dengan sumber daya alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dalam undang-undang ini terdapat ketentuan dalam Pasal 74 yang menjelaskan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan. Definisi Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial “Responsibility Accounting is a system that measures the results of each responsibility center according to the information managers need to operate their centers” (Hansen dan Mowen, 2003:530), Akuntansi pertanggungjawaban adalah sebuah sistem yang mengukur perencanaan (dengan anggaran) dan pelaksanaan (dengan hasil aktual) dari tiap-tiap pusat pertanggungjawaban. Socioeconomic accounting adalah suatu proses seleksi variabel-variabel kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran, dan prosedur pengukuran yang secara sistematis mengembangkan informasi yang bermanfaat, mengevaluasi kinerja sosial perusahaan dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada kelompok sosial yang tertarik, baik di dalam maupun di luar perusahaan (Muhammad, 2005:19). Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi pertanggungjawaban sosial merupakan sebuah proses mengukur dan menilai sejauh mana peran aktif perusahaan dalam memenuhi tanggung jawab sosialnya terhadap masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Tujuan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial Tujuan akuntansi sosial adalah memberikan informasi yang memungkinkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap masyarakat dapat di evaluasi (Hendriksen, 1977).

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

8 Suadi (1988) juga menguraikan tiga tujuan dari akuntansi sosial yaitu: (1) Mengidentifikasikan dan mengukur kontribusi social neto periodik suatu perusahaan, yang meliputi bukan hanya manfaat dan biaya sosial yang di internalisasikan keperusahaan, namun juga timbul dari eksternalitas yang mempengaruhi segmen-segmen sosial yang berbeda; (2) Membantu menentukan apakah strategi dan praktik perusahaan yang secara langsung mempengaruhi relatifitas sumberdaya dan status individu, masyarakat dan segmen-segmen sosial adalah konsisten dengan prioritas sosial yang diberikan secara luas pada satu pihak dan aspirasi individu pada pihak lain; (3) Memberikan dengan cara yang optimal, kepada semua kelompok sosial, informasi yang relevan tentang tujuan, kebijakan, program, strategi dan kontribusi suatu perusahaan terhadap tujuan-tujuan sosial perusahaan. Marlyn Neimark (dalam Usmansyah, 1989) akuntansi pertanggungjawaban sosial bertujuan untuk: (1) Menilai dampak sosial dari kegiatan-kegiatan perusahaan; (2) Mengukur efektifitas dari program perusahaan yang bersifat sosial; (3) Melaporkan sampai seberapa jauh perusahaan memenuhi tanggung jawab sosialnya; (4) Sistem informasi eksternal dan internal yang memungkinkan penilaian menyeluruh terhadap sumber-sumber daya perusahaan dan dampaknya baik sosial maupun ekonomi. Pengukuran dan Pelaporan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial Estes (dalam Sonhadji, 1989), praktik pelaporan akuntansi sosial terdiri dari: (1) Praktik yang sederhana, yaitu laporan terdiri dari uraian akuntansi sosial yang tidak disertai dengan data kuantitatif, baik satuan uang maupun satuan yang lainnya; (2) Praktik yang lebih maju, yaitu laporan terdiri dari uraian akuntansi sosial dan disertai dengan data kuantitatif; (3) Praktik yang paling maju, yaitu laporan dalam bentuk kualitatif, perusahaan juga menyusun laporannya dalam bentuk neraca. Pertumbuhan Berkelanjutan (Sustainable Growth) Dalam istilah yang sederhana dan dengan mengacu pada bisnis, pertumbuhan yang berkelanjutan adalah pertumbuhan realistis yang dapat dicapai sebuah perusahaan tanpa mendapatkan suatu masalah. Dalam bisnis apapun, prioritas utama adalah keberlanjutan usaha. Keberlanjutan yang tanpa ditopang kepedulian terhadap aspek lingkungan dan sosial berpotensi menimbulkan kendala-kendala yang tentunya akan menghambat pencapaian keuntungan perusahaan karena ospek sosial dan lingkungan merupakan parameter untuk mengetahui apakah ada dampak positif atau negatif dari kehadiran perusahaan sebagai komunitas baru terhadap komunitas lokal (Rahmatullah dan Kurniati, 2011: 1). Meraih pertumbuhan yang berkelanjutan adalah perhatian utama dari semua perusahaan. Tetapi, mencapai tujuan ini bukanlah sesuatu yang mudah karena adanya isu-isu ekonomi yang berubah dengan cepat. Isu-isu tersebut memberikan tantangan unik untuk perusahaan dalam mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan. Terdapat beberapa pendapat bahwa bisnis tidak mungkin mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan tanpa berfokus pada strategi pertumbuhan dan kemampuan pertumbuhan. Definisi Penjualan Swastha (1998 : 10) mendefinisikan konsep pemasaran sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Bagian pemasaran pada suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting dalam rangka mencapai besarnya volume penjualan, karena dengan tercapainya sejumlah volume penjualan yang diinginkan berarti kinerja bagian pemasaran dalam memperkenalkan produk telah berjalan dengan benar. Penjualan dan pemasaran sering dianggap sama tetapi sebenarnya berbeda.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

9 Tujuan utama konsep pemasaran adalah melayani konsumen dengan mendapatkan sejumlah laba, atau dapat diartikan sebagai perbandingan antara penghasilan dengan biaya yang layak. Ini berbeda dengan konsep penjualan yang menitik beratkan pada keinginan perusahaan. Falsafah dalam pendekatan penjualan adalah memproduksi sebuah pabrik, kemudian meyakinkan konsumen agar bersedia membelinya. Sedangkan pendekatan konsep pemasaran menghendaki agar manajemen menentukan keinginan konsumen terlebih dahulu, setelah itu baru melakukan bagaimana caranya memuaskan. Jenis-jenis Penjualan Beberapa jenis penjualan (Swasta, 1998:11): (a) Trade Selling: Dapat terjadi bilamana produsen dan pedagang besar mempersilahkan pengecer untuk berusaha memperbaiki distributor produk-produk mereka; (b) Missionary Selling: penjualan berusaha ditingkatkan dengan mendorong pembeli untuk membeli barang-barang dari penyalur perusahaan; (c) Technical Selling: Berusaha meningkatkan penjualan dengan pemberian saran dan nasehat pada pembeli akhir dari barang dan jasanya dengan menunjukkan bagaimana produk dan jasa yang ditawarkan dapat mengatasi masalah tersebut; (d) New Business Selling: Berusaha membuka transaksi baru dengan merubah calon pembeli menjadi pembeli; (e) Responsive Selling: Jenis penjualan ini tidak akan menciptakan penjualan yang terlalu besar meskipun layanan yang baik dan hubungan pelanggan yang menyenangkan dapat menjurus pada pembeli ulang. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penjualan Dalam prakteknya perencanaan penjualan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor (Swastha, 1998:129). Faktor-faktor tersebut yaitu: (a) Kondisi dan kemampuan penjual; (b) Kondisi Pasar; (c) Modal; (d) Kondisi Organisasi Perusahaan; (e) Faktor Lain. Langkah-langkah dalam Melakukan Proses Penjualan Langkah-langkah dalam proses penjualan (Kotler, 1997), meliputi: (1) Memilih prospek dan menilai; (2) Prapendekatan; (3) Pendekatan; (4) Presentasi dan Demonstrasi; (5) Mengatasi Keberatan; (6) Menutup; (7) Tindak lanjut. Penelitian Terdahulu Septira (2011), meneliti tentang “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada PT Semen Gresik dalam mencapai Pertumbuhan Berkelanjutan”. Penelitian pada salah satu perusahaan BUMN tersebut bertujuan untuk mengevaluasi penerapan Tanggung Jawab Sosial di PT Semen Gresik (perusahaan BUMN) dalam tujuannya mencapai sustainable growth, sedangkan penelitian ini dengan tujuan yang sama tetapi dengan objek penelitian yang berbeda (PT Suprama) sebuah perusahaan swasta yang bukan go public.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

10 Rerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan dibawah ini: Permasalahan: Penerapan CSR pada PT Suprama dalam mencapai sustainable growth Teori: a.Pohle and Hittner, 2008 b.UU No. 40 Tahun 2007

Metode Penelitian: Pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus

Kebijakan CSR PT Suprama Evaluasi penerapan CSR dengan tujuan mencapai sustainable growth Menyimpulkan hasil penelitian serta memberi evaluasi bagi manajemen PT Suprama dalam menjalankan CSR

Gambar 1 Rerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Dimana data yang terkumpul akan disusun, dipelajari serta dipahami kemudian dianalisis atau dievaluasi. Penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian tentang riset yang sifatnya deskriptif. Penelitian deskriptif dalam penelitian ini adalah data-data yang diperoleh dari PT Suprama dan diperbandingkan dengan teori yang ada untuk bahan pertimbangan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian yang langsung dilakukan terhadap pengumpulan data-data yang sesuai dengan permasalahan. Populasi (objek) penelitian dalam pembahasan ini adalah implementasi CSR pada PT Suprama. Data yang diperlukan untuk menganalisis adalah prosentase penjualan dan dokumen lain yang berkaitan dengan CSR. Teknik Pengumpulan Data Pertama, sumber data: (1) Data Primer, Data ini berupa hasil observasi dan wawancara langsung terhadap pihak manajemen dan karyawan perusahaan di lokasi penelitian. Adapun pihak yang terkait dalam proses penelitian tersebut adalah bagian HRD dan bagian marketing. (2) Data Sekunder, data yang diperoleh tidak langsung dari nara sumber atau

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

11 dengan melalui perantara dimana data yang diperoleh berasal dari dokumen atau laporan internal perusahaan yang berhubungan dengan penelitian. Kedua, prosedur pengumpulan data: (1) Survey Pendahuluan, tahap ini dilakukan dengan cara mendatangi perusahaan yang menjadi objek penelitian untuk melakukan konfirmasi dan mengamati objek penelitian untuk mengetahui gambaran umum perusahaan serta situasi, kondisi, dan untuk menetapkan permasalahan yang akan diteliti untuk dibahas dalam penelitian ini. (2) Studi Literatur, tahap ini dilakukan untuk memperoleh dan mempelajari berbagai literatur yang berisi konsep dasar dan teori yang berkaitan dan menunjang topik penelitian yang dilakukan baik berupa buku-buku maupun jurnal. (3) Survey Lapangan, tahap ini dilakukan untuk meneliti secara lebih jelas dan pengamatan secara langsung tentang permasalahan yang telah dirumuskan serta memperoleh data yang akurat sebagai masukan dalam proses analisis selanjutnya. Ketiga, teknik pengumpulan data: (1) Observasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung dilapangan untuk melakukan penelitian sesuai dengan situasi dan kondisi mendalam didalam perusahaan guna untuk mengetahui dan memperoleh pengamatan atas operasional perusahaan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. (2) Wawancara, merupakan cara pengumpulan data melalui komunikasi atau tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. (3) Dokumentasi, merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari serta mencatat dokumen-dokumen atau arsip-arsip yang dimiliki perusahaan. Satuan Kajian dan Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, yang menjadi unit analisis adalah penerapan CSR di PT Suprama. Logika yang mengaitkan antara data dan proposisi didapat dari menganalisis implementasi kegiatan sosial dalam penerapan CSR sehingga menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dan membantu perusahaan dalam mencapai sustainable growth yang digambarkan dari pertumbuhan penjualan perusahaan, dan image perusahaan di masyarakat yang akan mempengaruhi penjualan yang dihasilkan perusahaan. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa kualitatif dengan menganalisis elemenelemen akuntansi pertanggungjawaban yang diterapkan oleh perusahaan, kemudian dibandingkan dengan teori pendukung, dan pada akhirnya mengambil kesimpulan. Berikut langkah-langkah dalam menentukan teknik analisis data. Pertama, mengumpulkan, mempelajari dan memahami data-data perusahaan dalam bentuk gambaran umum. Kedua, Melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dalam CSR di PT Suprama. Ketiga, Mengevaluasi penerapan corporate social responsibility dalam mencapai sustainable growth di PT Suprama. Keempat, membuat kesimpulan dan penjelasan mengenai penelitian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Implementasi CSR pada PT Suprama PT. Surya Pratista Hutama (SUPRAMA) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan khususnya mi instan dan mi kering. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1972 yang berlokasi di daerah jenggolo dan diberi nama PT Sampurna Pangan Indonesia (SAMPINDO) oleh Bapak Sulistyo. Visi PT Suprama adalah menjadi perusahaan mi dan makanan alternatif terbaik di Indonesia dan diakui oleh pasar dunia. Misi PT Suprama adalah menghasilkan produk makanan berkualitas dengan dengan harga terjangkau dan mudah diperoleh konsumen, sehingga menghasilkan manfaat yang berkelanjutan bagi stakeholder. Seiring dengan perkembangan jaman, PT Suprama semakin menyadari bahwa keberadaan perseroan tidak hanya ditentukan oleh single bottom line, yaitu nilai perusahaan yang hanya dicerminkan dari kondisi keuangannya saja, namun ditentukan oleh triple bottom

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

12 line (Wibisono, 2007: 8), yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan seperti yang terlihat pada gambar 2. Perusahaan dituntut untuk tidak hanya mengejar keuntungan ekonomi saja (profit), tetapi perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people), dan ikut serta dalam menjaga lingkungan (planet). PT Suprama menyadari bahwa tiga pilar yaitu profit, people, dan planet merupakan hal mendasar untuk kelangsungan hidup perusahaan.

Profit

People

Planet

Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Fascho Publishing. Gresik.

Gambar 2 Triple Bottom Line CSR merupakan tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup ekonomi, sosial, dan lingkungan (triple bottom line) sehingga dapat bertahan dan berkembang secara berkelanjutan untuk memperoleh manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya usaha. Masyarakat berharap agar dunia usaha lebih etis dalam menjalankan aktivitasnya agar tidak berdampak buruk pada masyarakat dan lingkungannya, sehingga dapat bertahan dan berkembang secara berkelanjutan untuk memperoleh manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya usaha. Kegiatan tanggung jawab sosial sudah melekat pada PT Suprama sejak tahun 2006. Saat itu kegiatan dilakukan dengan tujuan sederhana, yaitu menciptakan hubungan harmonis dengan masyarakat sekitar perusahaan. PT Suprama membagi CSR menjadi dua macam yaitu secara (a) internal dan (b) eksternal. Yang dimaksud internal disini adalah CSR yang sifatnya kedalam yaitu mekanisme bagaimana sumber daya perusahaan dialokasikan menurut aturan hak dan kuasa dan bisa juga didefinisikan sebagai penerapan CSR dilingkungan dalam perusahaan yang memiliki hubungan dengan perusahaan. Adapun bentuk dari CSR ini berupa penerapan teknologi produksi (mesin produksi) terbaru yang ramah lingkungan, pengelolaan limbah pabrik yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan untuk keamanan pegawai dan masyarakat sekitar, memakai bahan baku yang menyehatkan dan tidak mengandung bahan pengawet yang berbahaya, serta penerapan SOP yang berfungsi untuk mengontrol hasil produk yang aman dikonsumsi masyarakat. CSR internal PT Suprama dalam bidang sosial mencakup penyediaan sarana umum dan bantuan pendidikan bagi karyawan, baik bagi diri karyawan itu sendiri, juga bagi keluarga karyawan tersebut. Untuk anak karyawan yang berprestasi diberikan beasiswa yang merupakan aset berharga bagi perusahaan di masa yang akan datang. Sumbangan dan bantuan bagi karyawan yang mengalami musibah juga merupakan CSR internal. Sedangkan CSR eksternal merupakan CSR yang dilakukan oleh perusahaan untuk pihak-pihak yang secara tidak langsung memiliki hubungan dengan perusahaan atau kepada masyarakat sekitar pada umumnya. CSR eksternal yang dilakukan berupa pembuatan fasilitas umum, bantuan kemanusiaan, dan bantuan pendidikan. Fasilitas umum dalam bidang lingkungan yang dilakukan sebagai wujud kepedulian sosial, berupa penerangan jalan umum, proses produksi yang ramah lingkungan serta bantuan air bersih.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

13 Contoh lain CSR dalam bidang pendidikan adalah PT Suprama bekerja sama dengan Temrina, yaitu sebuah perusahaan percetakan buku. Dalam hal ini PT Suprama bersama Temrina menyumbang berbagai macam buku, seperti buku pelajaran, buku paket, buku bacaan serta buku motivasi yang diberikan di beberapa Sekolah Dasar, yang dipandang kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah dalam hal perpustakaan. Dengan adanya pemberian buku tersebut diharapkan bisa berguna bagi pembaca yaitu murid serta guru untuk bahan pengajaran. CSR dalam PT Suprama merupakan murni bantuan sosial. PT Suprama tidak mempunyai strategi dalam penyaluran bantuan tersebut, karena murni membantu tanpa ada pamrih. Dalam hal ini penerapan CSR yang dipilih oleh PT Suprama tidak dimotivasi oleh kepentingan bisnis dan profit oriented semata, meskipun sampai sejauh ini tahapan CSR yang diimplementasikan oleh PT Suprama masih dalam tahap Corporate Charity. Paradigma tersebut telah menggerakkan manajemen untuk berkontribusi positif terhadap para stakeholders, terlepas dari keharusan untuk mematuhi dan memenuhi kewajiban yang diisyaratkan pada Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sejauh ini dari pihak pemerintah/regulator yang terkait yang diwakili BAPEDA dan DISNAKER menilai bahwa CSR yang ada di PT Suprama memiliki predikat baik dalam implementasinya. Implementasi CSR yang Terkait dengan Pencapaian Pertumbuhan Berkelanjutan (Sustainable Growth) Sebagai tolak ukur PT Suprama menyadari bahwa keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup merupakan pilar utama dari perwujudan pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, perusahaan memadukan lingkungan hidup termasuk sumber daya, kedalam proses bisnis untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi kini dan generasi masa depan.

Sustainable Growth Value For Stakeholder

TIGA PILAR UTAMA EKONOMI Menghasilkan kinerja keuangan yang selalu tumbuh untuk mendukung keberlanjutan operasi dan pengembangan perusahan ke depan

LINGKUNGAN Memberi solusi dalam mengelola/ mengendalikan dampak negatif secara fisik terhadap lingkungan

SOSIAL Mengembangkan dampak positif sosial

Sumber Daya, Nilai, dan Budaya Suharto, E. 2008. Corporate Social Responsibility: Konsep dan Perkembangan Pemikiran. Workshop Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 6-8 Mei 2008. (http://pusham.uii.ac.id)

Gambar 3 Pertumbuhan Berkelanjutan

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

14 Ditinjau dari 3 aspek pertumbuhan berkelanjutan diatas, implementasi CSR pada PT Suprama dapat dianalisis sebagai berikut: Pertama, Aspek Ekonomi yang dilihat dari (a) Akuntansi Pertanggungjawaban. CSR yang dilakukan PT. Suprama dipertanggungjawabkan hanya melalui laporan intern (manajemen) saja. Kebijakan akuntansi yang berlaku pada PT. Suprama memperkenankan pencatatan tentang CSR dalam pos sumbangan. Adapun pendekatan dan pedoman pengukuran yang dilakukan PT. Suprama dalam akuntansi pertanggungjawaban sosial ini adalah Pendekatan Deskriptif (The descriptive approach). Sedangkan dalam praktik dan bentuk pelaporannya adalah praktik yang sederhana, yaitu laporan terdiri dari uraian akuntansi sosial yang tidak disertai dengan data kuantitatif, baik satuan uang maupun satuan yang lainnya; (b) Pertumbuhan Penjualan. Sebagai perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di sektor manufaktur atau pemanfaatan sumber daya alam, PT Suprama menyadari kewajibannya untuk melaksanakan corporate social responsibility (CSR). Pengalaman yang dialami oleh perusahaan selama ini menunjukkan bahwa pelaksanaan CSR merupakan amanah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sebagai jembatan dalam menjalin hubungan yang harmonis antara perusahaan dan masyarakat sehingga tercipta suasana yang kondusif. Hasil yang terlihat dengan jelas dari upaya perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial adalah semakin harmonisnya hubungan antara masyarakat dengan perusahaan. Hal ini terbukti bahwa selama berdirinya perusahaan, operasi perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya gangguan yang signifikan dari masyarakat, contohnya tuntutan hukum. Dengan kata lain, PT Suprama telah berhasil mendapatkan license to operate dari masyarakat dan pemerintah. Salah satu indikator pertumbuhan berkelanjutan (jika dilihat dari aspek ekonomi dan bisnis) adalah trend pertumbuhan penjualan di PT Suprama dari tahun ke tahun selama kurun waktu pelaksanaan CSR itu sendiri. Karena sebagai perusahaan yang bergerak di bidang manufakturing dan perdagangan yaitu produksi makanan (mi) dan mendistribusikannya secara langsung ke konsumen, maka pencapaian penjualan adalah refleksi dari kinerja perusahaan itu sendiri. Secara garis besar, tingkat penjualan yang mampu dicapai oleh PT Suprama menunjukkan kecenderungan yang positif. Dengan kisaran pertumbuhan rata-rata penjualan antara 20% - 35% pertahun, menunjukkan bahwa terjadi pertumbuhan yang cukup menggembirakan dalam hal omset penjualan dan otomatis menunjukkan tren kenaikan laba (keuntungan) tiap tahunnya.

Sumber: Bagian Pemasaran PT. Suprama

Gambar 4 Grafik Performa Penjualan PT Suprama

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

15

Dari grafik performa penjualan menunjukkan bahwa tren penjualan tiap tahunnya meningkat dari sisi jumlah produk yang terjual, selain itu juga area/ lokasi distribusi untuk penjualan meningkat dari tahun ke tahun. Secara langsung ataupun tidak langsung, penerapan CSR telah memberikan kontribusi terdapat pertumbuhan dan kemudian value perusahaan itu sendiri meningkat di mata stakeholder dan stockholder. Pertumbuhan tersebut memang tidak semata disebabkan atau dikaitkan oleh program-program CSR yang diberlakukan, namun peningkatan tersebut adalah bentuk perwujudan dalam menuju pertumbuhan yang berkelanjutan (sustainable growth); (c) Lokasi Penjualan. Lokasi penjualan distribusi produk PT Suprama tersebar di berbagai kota, baik pedesaan ataupun pelosok. Untuk memperluas jaringan distribusi dan penjualan produk, PT Suprama membuka beberapa kantor perwakilan baik di kota kecil maupun kota besar. Kantor cabang PT Suprama tersebut antara lain berada di kota Surabaya, Malang, Kediri, Jember, Madiun, Semarang, Yogyakarta, Bandung, Banjarmasin, Palembang, Garut, Tasik dan di tahun 2012 membuka cabang di Bekasi. Meskipun dari penelitian menunjukkan jumlah cabang yang penambahan lamban, namun dari sisi area penyebaran tiap cabang meluas dari tahun ke tahun. Tolak ukur pertumbuhan berkelanjutan yang Kedua, yaitu dari Apek Lingkungan. Dalam aspek lingkungan PT Suprama sampai saat ini masih belum mampu menerapkan ISO mengenai limbah dan lingkungan, namun PT Suprama selalu berusaha melakukan perbaikan berkesinambungan dalam hal limbah/lingkungan dengan menerapkan teknologi baru yang ramah lingkungan. Dan yang ketiga adalah dari Aspek Sosial. Wujud partisipasi CSR dalam aspek sosial yang dilaksanakan oleh PT Suprama adalah (a) Dalam hal meminimalisasi penyalahgunaan penggunaan bahan didalam proses produksi. Hal ini terbukti dengan diraihnya ISO 22000 pada Februari 2010 dan Sertifikasi Halal dari MUI sebelum tahun 2005. ISO 22000 adalah suatu standar internasional yang menggabungkan dan melengkapi elemen utama ISO 901 dan HACCP dalam hal penyediaan suatu kerangka kerja yang efektif untuk pengembangan, penerapan, dan peningkatan berkesinambungan dari Sistem Manajemen Keamanan Pangan (SMKP). Sedangkan Sertifikasi Halal adalah suatu fatwa tertulis dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syariat Islam. Dengan adanya Sertifikasi Halal pada suatu produk bertujuan untuk memberikan kepastian status kehalalan suatu produk, sehingga dapat mententramkan batin konsumen. Secara tidak langsung dengan adanya Sertifikasi Halal tersebut, PT Suprama telah bertanggung jawab kepada masyarakat akan kehalalan produk yang di produksi, sehingga tidak membuat bimbang atau resah pelanggan yang akan mengkonsumsi produk tersebut; (b) Reputasi dan Image PT Suprama. Dalam sebuah perusahaan, pengelolaan reputasi merupakan tanggung jawab bersama masing-masing pihak dalam perusahaan, tidak hanya sadar dan percaya terhadap proses pengelolaan reputasi tetapi juga berkomitmen untuk secara konsisten mewujudkannya. Brand image suatu perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung merupakan dampak dari penerapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan pelaksanaan CSR merupakan instrumen komunikasi yang baik dengan masyarakat. Dengan kata lain, penerapan CSR dapat membantu perusahaan untuk membangun keterikatan dengan masyarakat. Reputasi dan image yang baik akan membantu perusahaan dalam membangun hubungan yang baik dengan pemerintah dan masyarakat, sehingga perusahaan dengan mudah mendapatkan license to operate tanpa mendapatkan tuntutan hukum dari masyarakat. Tuntutan hukum dari masyarakat dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar pada perusahaan karena perusahaan harus mengeluarkan biaya-biaya tambahan dalam mengatasi masalah hukum tersebut, misalnya biaya pengacara, biaya ganti rugi, dan biaya sanksi jika perusahaan mengalami kekalahan dalam proses persidangan. Sampai saat ini PT Suprama tidak pernah terlibat dalam masalah

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

16 hukum, hal ini menunjukkan bahwa secara operasional dan hubungan dengan masyarakat sangat baik yang memperdulikan CSR sehingga berpengaruh terhadap reputasi serta image PT Suprama di mata masyarakat sangat baik; (c) Jumlah Tenaga Kerja. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja, diperlukan pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dan peran sertanya dalam pembangunan serta peningkatan perlindungan tenaga kerja dan keluarganya sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Sejak awal berdiri PT Suprama yang dahulu bernama Sampindo hanya memiliki tenaga kerja tidak lebih dari 50 orang. Seiring dengan berkembangnya waktu dan berkembangnya usaha, sampai saat ini PT Suprama sudah memiliki tenaga kerja sekitar 1200 orang. Dari kesekian jumlah tenaga kerja tersebut, perusahaan telah menjamin kesehatan dan keselamatan dalam bentuk menyertakan mereka pada asuransi Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Dengan peningkatan jumlah tenaga kerja yang semakin banyak, PT Suprama meyakini bahwa perusahaan akan terus berkembang dari waktu ke waktu. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan bahwa: (1) Implementasi CSR di PT Suprama terbagi kedalam dua macam yaitu CSR eksternal dan CSR internal ; (2) Penerapan CSR PT Suprama secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan berkelanjutan (sustainable growth). Keterbatasan Keterbatasan dalam penelitian ini hanya terbatas pada implementasi CSR yang berhubungan dengan sustainable growth. Untuk penelitian selanjutnya, implementasi CSR sebaiknya dikembangkan lebih banyak lagi dampak atau efek dari penerapan CSR tersebut terhadap perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Anatan, L. 2009. Corporate Social Responsibility (CSR): Tinjauan Teoritis dan Praktis di Indonesia. Jurnal Jurusan Manajemen – Universitas Kristen Maranatha, 8(2): 5. http://majaour.maranatha.edu. 1 November 2012 (12.30). Elkington, J. 1998. Cannibals With Forks: The Tripple Bottom Line in 21st Century Business. BC: New Society Publishers. Gabriola Island. Hadi, N. 2011. Corporate Social Responsibility. Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta. Hansen, D.R. and M.M. Mowen. 2003. Management Accounting, 6th ed. Thomson South Western. United Stated of America. Hendriksen, E.S. 1977. Accounting Theory. Third Edition. Richard Irwin. Ineo. Terjemahan Gunawan H. 1994. Teori Akuntansi. Erlangga. Jakarta. Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran. Jilid 1 dan 2. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta. -------- dan N. Lee. 2005. CSR: Doing The Most Good Most For Your Company and Your Cause. John Wiley and Sons, Inc. New Jersey. Laksmono dan E. Suhardi. 2011. Panduan Praktis Pengelolaan CSR (Corporate Social Responsibility). Samudra Biru. Yogyakarta. Muhammad. 2005. Pengantar Akuntansi Syariah. Edisi Dua. Salemba Empat. Jakarta.

Pohle, dan J. Hitner. 2008. Attaining Sustainable Growth Through Corporate Social Responsibility. IBM Global Services. New York. http://www.papers.ssrn.com. 1 November 2012 (12.30) Rahmatullah, dan T. Kurniati, 2011. Panduan Praktis Pengelolaan CSR (Corporate Social Responsibility). Samudra Biru. Yogyakarta.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

17 Saidi, dan H. Abidin. 2004. Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia. Piramida. Jakarta.

Septira, R. T. 2011. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada PT Semen Gresik dalam mencapai Pertumbuhan Berkelanjutan. Skripsi. PEB Universitas Airlangga. Surabaya. Sonhadji, A. 1989. Akuntansi Sosial : Peranan Dalam Mengukur Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Majalah Akuntansi. 10(10). Suadi, A. 1988. Akuntansi Sosial : Implikasi dan Kemungkinan Pengembangan di Indonesia. Majalah Akuntansi. 9(11).

Suharto, E. 2008. Corporate Social Responsibility: Konsep dan Perkembangan Pemikiran. Simposium Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 6-8 Mei 2008. Swastha, B. 1998. Manajemen Penjualan. Liberty. Yogyakarta. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Untung, H.B. 2008. Corporate Social Responsibility. Sinar Grafika. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Jakarta. Usmansyah. 1989. Telaah Alternatif Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial di Indonesia. Jurnal Akuntansi. 8(10). Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Fascho Publishing. Gresik.