PENERAPAN METODE PENUGASAN DENGAN TEKNIK KERJA KELOMPOK UNTUK

Download Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014). PENERAPAN METODE PENUGASAN DENGAN TEKNIK...

0 downloads 385 Views 129KB Size
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

PENERAPAN METODE PENUGASAN DENGAN TEKNIK KERJA KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V Ni L. Sridarsini 1, I Dw. Kade Tastra2, I Gst. Ngr. Japa3 1,3 Jurusan PGSD, 2Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPA siswa. Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada siswa kelas V semester I SD N 3 Tinga-Tinga Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014 melalui penerapkan metode penugasan dengan teknik kerja kelompok. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V semester 1 SD N 3 Tinga-Tinga sebanyak 34 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat kali pertemuan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi dan tes. Data yang didapatkan dari metode observasi adalah data tentang aktivitas belajar dan data yang didapatkan dari metode tes adalah data tentang hasil belajar IPA selanjutnya dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif. Data hasil penelitian menunjukkan pada siklus I aktivitas belajar siswa mencapai 74,7% dan hasil belajar siswa mencapai 61,05%. Pada siklus II aktivitas belajar siswa mencapai 81,4% dan hasil belajar siswa mencapai 83,1%. Dengan demikian aktivitas belajar dan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD N 3 Tinga-Tinga dengan diterapkannya metode penugasan dengan teknik kerja kelompok mengalami peningkatan. Kata kunci : Metode Penugasan, Aktivitas Belajar, Hasil Belajar Abstract The problem in this study is the low activity and student learning outcomes IPA. Based on these problems, this research aims to improve science learning activities and outcomes in the first semester of fifth grade students of SD N 3 Tinga-Tinga Gerokgak Buleleng regency school year 2013/2014 through the assignment method to apply the techniques of group work. Type of research is a classroom action research subjects were students of class V Semester 1 SD N 3 Tinga-Tinga many as 34 people. This study was conducted in two cycles , each cycle consisting of four meetings. Data collection in this study was conducted using observation and tests. Data obtained from observation method is data on learning activities and the data obtained from the test method is science learning outcome data were then analyzed by quantitative descriptive techniques. The data results showed in the first cycle of student learning activities reached 74.7% and the learning outcomes of students reached 61.05%. In the second cycle activity reached 81.4% of student learning and student learning outcomes reached 83.1%. Thus the learning activities and learning outcomes in class V IPA SD N 3 with Tinga-Tinga assignment method with the application of techniques of group work has increased. Keywords : Assignment Method, Learning Activity, Learning Outcomes

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan kualitas manusia yang lebih tinggi guna menjamin pelaksanaan dan kelangsungan pembangunan. Peningkatan kualitas pendidikan harus dipenuhi melalui peningkatan kualitas dan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Pendidikan merupakan upaya untuk membentuk sumber daya manusia yang dapat meningkatkan kualitas kehidupannya. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan pembangunan disegala bidang. Pendidikan merupakan wadah dalam pembentukan sumber daya manusia yang diinginkan. Melihat begitu pentingnya pendidikan dalam pembentukan sumber daya manusia, maka peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang wajib dilakukan secara berkesinambungan guna menjawab perubahan zaman. Masalah peningkatan mutu pendidikan tentulah sangat berhubungan dengan masalah proses pembelajaran. Hal semacam ini sering diabaikan oleh guru karena guru lebih mementingkan pada pencapaian tujuan dan target kurikulum. Salah satu upaya guru dalam menciptakan suasana kelas yang aktif, efektif dan menyenangkan dalam pembelajaran yakni dengan menggunakan alat peraga. Hal ini dapat membantu guru dalam menggerakkan, menjelaskan gambaran ide dari suatu materi. Salah satu pelajaran yang menggunakan alat peraga adalah pelajaran IPA. Tujuan utama pembelajaran IPA adalah agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode ilmiah, bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta alam (Depdikbud, 1997:2). Pembelajaran IPA memiliki fungsi yang fundamental dalam menimbulkan serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka IPA perlu diajarkan dengan cara yang tepat dan dapat melibatkan siswa

secara aktif yaitu melalui proses dan sikap ilmiah. IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998:23) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”. Liang Gie (dalam Sutrisno, 2007:87) menyatakan “bahwa ilmu pengetahuan adalah kumpulan sistematis dari pengetahuan”. Ilmu pengetahuan yang dipandang sebagai proses, merujuk pada aktivitas ilmiah. Setiap aktivitas ilmiah memiliki ciri yang rasional, bersifat kognitif dan memiliki tujuan. Dalam melakukan aktivitas ilmiah yang bersifat kognitif, anda harus memiliki tujuan yaitu mencari kebenaran dan mencari penjelasan yang terbaik saat itu. Beliau juga berpendapat bahwa IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006:35) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsepkonsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (6) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek menurut

Depdiknas (2006:110) dapat di lihat pada tabel 1.

Tabel 1. Ruang Lingkup Bahan Kajian IPA No. 1

3

Bidang kajian Makhluk hidup dan proses kehidupan Benda/ Materi, sifat-sifat dan kegunaannya Energi dan perubahannya

4

Bumi dan alam semesta

2

Aspek-aspek Kajian Manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya terhadap lingkungan serta kesehatan Cair, padat dan Gas Gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana Tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalahmasalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diharapkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Depdiknas,2006). Menurut Pedoman Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar (1994;4) “metode penugasan yaitu suatu cara pemberian kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah disiapkan guru”. Dalam melaksanakan tugas, siswa dapat memperoleh pengalaman secara langsung dan nyata. Tugas dapat diberikan secara berkelompok atau perorangan. Melalui metode penugasan siswa dapat mengembangkan berbagai keterampilan

dan pembiasaan untuk bekerja sendiri serta bersikap jujur. “Metode penugasan dapat juga diartikan sebagai suatu format interaksi belajar mengajar yang ditandai adanya satu atau lebih tugas yang diberikan oleh guru, dimana penyelesaian tugas tersebut dapat dilaksanakan secara perorangan atau secara kelompok sesuai dengan perintahnya” (Dimyati dan Mudjiono, 1992/1993:67). Sedangkan menurut Mulyani Sumantri dan Johan Permana (1998/1999:151) “metode penugasan adalah dapat diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik di sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau berkelompok dengan tujuan untuk merangsang anak untuk aktif belajar”. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode penugasan merupakan suatu cara pemberian kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas, baik secara individu, maupun kelompok berdasarkan petunjuk yang diberikan guru. Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran atau materi terlalu banyak sementara waktu sedikit dalam proses pembelajaran di kelas. Artinya, banyaknya materi ajar yang tersedia dengan waktu kurang. Agar materi ajar dapat dimengerti, dipahami oleh siswa dengan waktu yang telah ditentukan oleh kurikulum maka metode ini sangat membantu. Metode penugasan yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan teknik

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) kerja kelompok. Menurut pendapat Sudjana (2000:160) teknik kerja kelompok adalah suatu langkah yang digunakan oleh pendidik untuk membantu peserta didik supaya mereka mampu melakukan kerjasama di dalam kelompok-kelompok yang sengaja dibentuk guna melaksanakan kegiatan pembelajaran tertentu yang ditugaskan kepada para peserta didik. Adapun kelebihan dari pembelajaran dengan teknik kerja kelompok adalah sebagai berikut. 1) Kelompok memiliki sumber belajar yang lebih banyak daripada individu. Ini berarti bahwa pengetahuan dan pengalaman sekelompok orang jelas lebih banyak dari pengetahuan dan pengalaman yang hanya satu orang, 2) Anggota kelompok sering diberikan masukan dari anggota yang lain, 3) Kelompok akan menghasilkan keputusan yang lebih banyak, 4) Anggota kelompok memiliki ikatan yang kuat terhadap keputusan yang diambil melalui keterlibatannya dalam diskusi dan 5) Melalui interaksi kelompok, anggota dapat meningkatkan saling pengertian diantara anggota kelompok mereka. Sintak dari metode ini ialah setelah menerima materi dari guru, siswa secara berkelompok maupun dapat juga perorangan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan selanjutnya membahas tugas yang telah dikerjakan dalam kegiatan konfirmasi. Aktivitas belajar adalah bentuk kegiatan yang muncul dalam suatu proses pembelajaran baik kegiatan fisik, yang mudah diamati maupun kegiatan fisikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik diantaranya adalah membaca, mendengar, menulis, meragakan. Sedangkan kegiatan psikis seperti mengingat kembali isi pelajaran, meyimpulkan hasil eksperimen, membandingkan suatu konsep dan sebagainya (Dimyati dan Moedjiono, 1994). Tastra (dalam Depdikbud,2006) menyatakan bahwa aktifitas belajar merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa, baik secara fisik maupun mental, pikiran dan perasaan, sosial serta sesuai dengan perkembangan anak. Ciri-ciri aktivitas belajar yaitu, adanya dorongan ingin tahu, sering mengajukan pertanyaan, memberikan banyak gagasan dan usul suatu masalah, bebas menyatakan

pendapat, dapat bekerja sendiri, dan senang mencoba hal-hal yang baru (Rusyan:1993). Belajar sangat erat hubungannya dengan prestasi belajar, karena prestasi belajar itu sendiri merupakan hasil belajar yang biasanya dinyatakan dengan nilai. Sebagaimana yang dikemukakan Dimyati dan Moedjiono (1994:4) menyatakan bahwa “hasil belajar merupakan hasil interaksi tindak mengajar atau tindak belajar”. Suprijono (2009:5) menyatakan bahwa “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikapsikap, apresiasi dan keterampilan”. Menurut Nana Sudjana (dalam Kunandar, 2008:277) menyatakan bahwa “hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Menurut Dimyati dan Moedjiono (1994:40) membagi ciri-ciri belajar ada tiga yaitu (1) hasil belajar memiliki kapasitas berupa pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, sikap dan cita-cita, (2) adanya perubahan mental dan perubahan jasmani, (3) memiliki dampak pengajaran dan dampak pengiring. Sedangkan Fontana (dalam Winataputra, 2007:55) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman”. Berdasarkan pengalaman yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran, maka akan terjadi perubahan, baik perubahan pada aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotor. Perubahan ketiga aspek tersebut di atas merupakan ciri-ciri hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai (Sudjana, 2005:39). Seperti dikemukakan oleh Clark (dalam Sudjana, 2005:39) bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Disamping faktor kemampuan

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis (Sudjana, 2005:39-40). Sofyatiningrum (dalam Bawa, 2008:57) mengungkapkan ”salah satu faktor eskternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah: faktor sekolah yang mencangkup metode mengajar agar hasil belajar dapat optimal, guru harus dapat menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat dan mengelolanya dengan baik”. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah satunya adalah mutu pembelajaran IPA yang perlu ditingkatkan secara berkelanjutan untuk mengimbangi perkembangan teknologi. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran tersebut, tentu banyak tantangan yang dihadapi. Hal ini terbukti dari hasil belajar IPA siswa SD N 3 Tinga-Tinga yang cenderung kurang. Salah satu faktor penyebabnya adalah karena siswa menganggap pelajaran IPA itu sulit. Sehingga siswa kurang berminat untuk belajar IPA, juga dianggap kurang menarik untuk dipelajari dan kurangnya dukungan dari orang tua siswa. Orang tua tidak pernah memperhatikan perkembangan anaknya setelah pulang sekolah, karena sibuk bekerja. Peneliti melihatnya dari pengamatan secara langsung situasi di masyarakat, yang dapat dilihat dari hasil ulangan siswa dan keseharian siswa dikelas tidak mencapai KKM yaitu 61. Hanya beberapa siswa saja yang mampu mencapai KKM. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan hasil belajar IPA. Salah satunya adalah dengan menerapkan metode penugasan dengan teknik kerja kelompok. metode penugasan merupakan suatu cara pemberian kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas, baik secara individu, maupun kelompok berdasarkan petunjuk yang diberikan guru. Metode penugasan yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan teknik kerja kelompok. Menurut pendapat Sudjana (2000:160) teknik kerja kelompok adalah

suatu langkah yang digunakan oleh pendidik untuk membantu peserta didik supaya mereka mampu melakukan kerjasama di dalam kelompok-kelompok yang sengaja dibentuk guna melaksanakan kegiatan pembelajaran tertentu yang ditugaskan kepada para peserta didik. Adapun kelebihan dari pembelajaran dengan teknik kerja kelompok adalah sebagai berikut. (1) Kelompok memiliki sumber belajar yang lebih banyak daripada individu. Ini berarti bahwa pengetahuan dan pengalaman sekelompok orang jelas lebih banyak dari pengetahuan dan pengalaman yang hanya satu orang, (2) Anggota kelompok sering diberikan masukan dari anggota yang lain, (3) Kelompok akan menghasilkan keputusan yang lebih banyak, (4) Anggota kelompok memiliki ikatan yang kuat terhadap keputusan yang diambil melalui keterlibatannya dalam diskusi dan (5) Melalui interaksi kelompok, anggota dapat meningkatkan saling pengertian diantara anggota kelompok mereka. Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri 3 Tinga-Tinga setelah diterapkannya metode penugasan dengan teknik kerja kelompok. METODE Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu “suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara proporsional” (Suyanto,1997:56). Adapun tahapan pada siklus penelitian yaitu tahap perencanaan meliputi menyamakan persepsi dengan guru dan mempersiapkan semua instrumen yang diperlukan dalam penelitian; tahap tindakan berupa penerapan metode penugasan dengan teknik kelompok kerja; tahap evaluasi/observasi, observasi yang dilakukan adalah untuk mengamati aktivitas belajar siswa dalam belajar kelompok dan evaluasi dilakukan pada setiap pertemuan; dan tahap refleksi, dilakukan setiap akhir siklus untuk mencari kelemahan-kelemahan

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dan melakukan perbaikan untuk siklus selanjutnya. Bila digambarkan, ke empat tahapan kegiatan dalam penelitian ini tampak pada gambar 1.

Gambar 1. Rancangan Penelitian Setiap Siklus (Agung, 2010) Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu metode observasi dan metode tes. Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran. Metode tes adalah cara

memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh siswa atau seorang atau kelompok orang yang dites. Tes yang dilakukan dapat menghasilkan skor yang selanjutnya dibandingkan dengan kriteria tertentu (Agung, 2010). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 34 orang yang terdiri dari 17 orang siswa perempuan dan 17 orang siswa laki-laki. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa dan hasil belajar IPA. Kegiatan penelitian ini disesuaikan dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan di SD N 3 Tinga-Tinga Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng pada semester I tahun pelajaran 2013/2014 selama 3 bulan. Setelah data terkumpul, data dianalisis dengan menggunakan metode analisis data deskriptif kuantitatif. Dalam pengantar metodologi penelitian, Agung (2010) menyatakan bahwa,” metode analisis deskriptif kuantitaif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh suatu kesimpulan umum”. Dalam analisis data dipergunakan pengolahan data melalui menyusun tabel frekuensi, Mean (M) dan model Pedoman Acuan Penilaian (PAP) skala lima. Adapun pedoman konversi PAP skala lima tentang kriteria aktivitas dan hasil belajar dapat di lihat pada tabel 2.

Tabel 2. Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Kriteria Aktivitas dan Hasil Belajar Persentase 90 - 100 80 - 89 65 - 79 55 - 64 0 - 54

Kriteria Aktivitas Belajar Sangat aktif aktif cukup aktif kurang aktif Sangat kurang aktif

Dalam penelitian ini, kriteria yang digunakan untuk menunjukkan keberhasilan tindakan dalam penelitian ini adalah (1) terjadi peningkatan hasil belajar dari data

Kriteria Hasil Belajar Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

observasi awal, (2) terjadi peningkatan hasil belajar siswa sesuai atau lebih dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan, yaitu 61.

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengamatan yang menggunakan lembar observasi dan hasil tes, didapatkan hasil aktivitas dan hasil belajar siswa pada proses pembelajaran. Data ini dipakai untuk mengetahui persentase aktivitas pembelajaran siswa pada masing-masing siklus. Data yang diperoleh tersebut, kemudian dianalisis menggunakan metode analisis data deskriptif kuantitatif dengan cara menghitung rata-rata aktivitas dan hasil belajar (M), menghitung rata-rata persentase aktivitas dan hasil belajar (M%), dan menbandingkan rata-rata persen aktivitas dan hasil belajar (M%) tersebut dengan PAP skala lima sehingga diperoleh simpulan: sangat aktif/aktif/cukup aktif/kurang aktif/sangat kurang aktif untuk aktivitas belajar dan sangat tinggi/tinggi/ sedang/rendah/sangat rendah. Setelah dilakukan analisis deskriptif kuantitatif, maka diperoleh persentase aktivitas dan hasil belajar siswa pada masing-masing siklus. Adapun uraiannya sebagai berikut. Pada siklus I persentase aktivitas belajar siswa adalah 74,7% berada pada kategori cukup aktif, sedangkan persentase hasil belajar siswa adalah 61,05% berada pada kategori rendah dengan rata-rata 12,21. Ini berarti hasil belajar siswa masih di bawah KKM. Berdasarkan data tersebut,

maka kriteria keberhasilan yang ingin dicapai belum terpenuhi. Hal ini terjadi karena (1) proses pembelajaran belum berjalan secara optimal, (2) siswa masih terbawa perilaku diam mendengarkan ceramah guru, (3) siswa masih pasif dalam proses pembelajaran, (4) siswa masih mengandalkan salah satu temannya untuk menampilkan hasil diskusi, dan (5) kurangnya partisipasi siswa dalam menyimpulkan materi. Pada siklus II persentase aktivitas belajar siswa adalah 81,4% berada pada kategori aktif. Dari 34 orang siswa, jumlah siswa yang memperoleh tingkat aktivitas sangat aktif sebanyak 18 orang. Jumlah siswa yang memperoleh tingkat aktivitas baik sebanyak 8 orang, dan jumlah siswa yang memperoleh tingkat aktivitas cukup aktif sebanyak 7 orang. Persentase tingkat aktivitas secara klasikal sebesar 81,4%. Sedangkan persentase hasil belajar siswa adalah 83,1% berada pada kategori tinggi dengan rata-rata 16,62. Rata-rata hasil belajar siswa meningkat dari 12,21 menjadi 16,05. Peningkatan persentase hasil belajar secara klasikal sebesar 22,05%. Untuk lebih jelasnya peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa dapat di lihat pada tabel 3.

Tabel 3. Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa No 1 2

Jenis Data Aktivitas Belajar Hasil Belajar

Siklus I 74,7% 61,05%

Siklus II 81,4% 83,1%

Peningkatan 7,2% 22,05%

Berdasarkan tabel 3. di atas, dapat digambarkan peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II seperti gambar 2.

Gambar 2. Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada siklus I diperoleh data bahwa rata-rata aktivitas belajar dan hasil belajar siswa masuk dalam kategori rendah. Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan siswa banyak yang kurang mampu bekerja sama dengan baik dikelompoknya. Mereka masih mengandalkan temannya yang dianggap mampu untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dan ada siswa yang merasa mampu sehingga dia mengerjakan tugas sendiri tanpa memperhatikan pendapat atau masukan dari temannya. Tidak hanya itu, berdasarkan masukan dari guru observer, rendahnya aktivitas siswa disebabkan karena guru lebih banyak memberikan ceramah dan kurang membimbing siswa dalam bekerja kelompok. Untuk itu, bersama guru observer langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada siklus II yaitu sebelum melaksanakan tindakan pada siklus II siswa diberikan penjelasan tentang kegiatan atau proses pembelajaran yang akan diterapkan, agar siswa mengetahui dan memiliki kesiapan dalam melakukan kegiatan proses pembelajaran dengan metode penugasan, menekankan pada siswa bahwa langkah dalam kegiatan pembelajaran selalu ada penilaian baik kognitif, afektif, dan psikomotor. Guru memberikan pertanyaan terkait materi yang diajarkan untuk merangsang siswa lebih aktif berbicara dan menjawab pertanyaan serta menekankan kepada siswa bahwa semua siswa mempunyai hak untuk berpartisipasi memperagakan hasil diskusinya bukan hanya satu orang saja dalam kelompok tersebut. Guru juga akan mengajak siswa untuk mencoba menyimpulkan materi yang dibahas dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang telah dibahas dan menyarankan siswa untuk memperbaiki atau menambah simpulan dari temannya serta melakukan pendekatan secara individu terutama kepada siswa yang hasil belajarnya kurang. Dari hasil refleksi tersebut, maka dipandang perlu untuk melanjutkan tindakan penelitian ke siklus II karena dari hasil yang diperoleh belum memenuhi kriteria keberhasilan penelitian. Berdasarkan hasil obeservasi pada siklus II, siswa sudah aktif dalam proses

pembelajaran, hal ini terbukti dengan siswa benar-benar memperhatikan materi pelajaran yang dijelaskan oleh peneliti, aktif dalam kerja kelompok dan berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan. Dari hasil hasil obervasi yang dibantu oleh observer, diperoleh data bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I ke siklus II meningkat. Begitu juga dari hasil tes individu yang diberikan kepada siswa, diperoleh data bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I ke siklus II meningkat. Dengan demikian kategori keberhasilan penelitian meningkat menjadi kategori tinggi. Dilihat dari data tersebut maka hasil belajar siswa kelas V SD N 3Tinga-Tinga pada siklus II telah mecapai kriteria keberhasilan yang ingin dicapai peneliti yaitu hasil belajar meningkat dari data observasi awal dan peningkatan hasil belajar memenuhi tuntutan KKM. Penelitian dihentikan pada siklus II karena pada siklus II peneliti telah memperoleh data bahwa persentase tiap aspek keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa telah mencapai kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan berupa penerapan metode penugasan dengan teknik kerja kelompok dalam proses pembelajaran IPA kelas V SD N 3 TingaTinga Tahun Pelajaran 2013/2014. Ketuntasan belajar siswa kelas V telah mencapai KKM secara klasikal. Melihat peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA yaitu dengan menerapkan metode penugasan dengan teknik kerja kelompok, sangat memberikan kontribusi positif dalam proses pembelajaran dan hasil belajar yang optimal serta sangat baik digunakan dalam peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah dasar. Hal ini sejalan dengan pendapat Djamarah (2006:86) sebagai mana dikutip dalam www.dedenbinlaode.we.id yang diakses tanggal 18 Januari 2013 mengemukakan bahwa Metode penugasan diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik di sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau berkelompok, sehingga siswa menjadi aktif dalam belajar. Terjadinya peningkatan hasil belajar juga

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dikarenakan adanya pemberian motivasi kepada siswa sehingga siswa menjadi lebih bersemangat dan merasa terdorong untuk lebih giat dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Uno (2006) yang menyatakan bahwa pemberian motivasi ekstrinsik berupa penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik yang dapat menimbulkan rangsangan tertentu menyebabkan seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat. Siswa sudah berani menyampaikan pendapat maupun bertanya karena motivasi yang diberikan. Suwatra (2007:16), menyatakan bahwa “Motivasi belajar merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran. Motivasi belajar dalam diri siswa akan membangun keaktifan siswa dalam proses pembelajaran”. Berdasarkan pendapat tersebut, siswa yang malu bertanya diberikan motivasi dengan memberikan penguatan positif agar berani dan merasa percaya diri dalam memberikan tanggapan atau bertanya. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan: (1) penerapan metode penugasan dengan teknik kerja kelompok dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa kelas V SD N 3 Tinga-Tinga tahun pelajaran 2013/2014, (2) penerapan metode penugasan dengan teknik kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD N 3 Tinga-Tinga tahun pelajaran 2013/2014. Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, maka diajukan saran-saran: (1) siswa disarankan agar dapat lebih termotivasi untuk belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar, (2) disarankan kepada guru agar selalu berupaya untuk menigkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, khususnya pada pembelajaran IPA, (3) disarankan kepada kepala sekolah agar terus berupaya memperbaiki proses pembelajaran untuk dapat meningkatkan kualitas sekolah, (4) disarankan kepada peneliti lainnya untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi pada

penerapan metode penugasan dengan teknik kerja kelompok, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lebih baik dan lancar. DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A. Gede. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: FIP Undiksha Singaraja Bawa, S. 2008. Model-model Pembelajaran Kreatif. Bandung:Tinta Emas. Depdikbud. 1997. Peraturan Pemerintah RI nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta:Depdiknas. Depdiknas. 1994. Pedoman Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Debdikbud. -------. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:Depdiknas. Dimyati dkk. 1993. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. -------. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Proyek Pembinaan dan Peningkatan Pendidikan. Djamarah, 2006. “Metode Penugasan”. Tersedia pada www.dedenbinlaode.we.id (diakses tanggal 18 Januari 2013). Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja Gafindo Persada. Rusyan, Tabrani. 1993. Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:Bina Budaya. Sudjana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:PT. Sinar Baru Algensindo.

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) -------. 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Baru Algensindo. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Pakem. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Sutrisno Leo, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Suwatra, dkk. 2007. Modul Belajar dan Pembelajaran. Singaraja: UNDIKSHA Suyanto. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Suyoso, dkk. 1998. Ilmu Alamiah Dasar. Yogyakart: IKIP Uno, Hamzah. 2006. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. Winataputra, Udin S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.