PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENETAPAN KADAR KAFEIN DALAM KOPI BUBUK MURNI ROBUSTA MEREK “X” DENGAN METODE HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY (HPLC) FASE TERBALIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh: Yulius Denis Chrismaaji NIM : 148114071
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Terkadang kesulitan harus terjadi agar nama-Nya yang berkuasa dinyatakan dan nama Tuhan dimuliakan -Yohanes Ardi Chrismawan-
Kupersembahkan karya ini untuk Mas Yohan yang telah berbahagia bersama Bapa di Surga, Bapak Ibu tersayang, Mbak Imma dan Mbak Yokhe, Sahabatku, dan Almamaterku
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama
: Yulius Denis Chrismaaji
Nomor Mahasiswa
: 148114071
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: PENETAPAN KADAR KAFEIN DALAM KOPI BUBUK MURNI ROBUSTA MEREK “X” DENGAN METODE HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY (HPLC) FASE TERBALIK Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Penetapan Kadar Kafein dalam Kopi Bubuk Murni Robusta Merek “X” dengan Metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Fase Terbalik” ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
Yogyakarta, 8 Januari 2018
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas cinta kasih, berkat, ijin dan penyertaan-Nya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penetapan Kadar Kafein dalam Kopi Bubuk Murni Robusta Merek “X” dengan Metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Fase Terbalik” sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi demi memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya masukan, kritikan, diskusi, arahan, saran, dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Ibu Aris Widayati, M. Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2.
Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt. selaku Ketua Program Studi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3.
Ibu Dr. Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing, dosen penguji, dan pengganti orang tua saya yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan perhatian, bimbingan, masukan, motivasi, kritikan, dan saran selama proses penelitian hingga berakhirnya skripsi.
4.
Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. selaku dosen penguji untuk segala masukan, bimbingan, dukungan, dan saran hingga skripsi ini tersusun.
5.
Bapak Florentinus Dika Octa Riswanto, M.Sc. selaku dosen penguji untuk segala masukan, bimbingan, dukungan, dan saran hingga skripsi ini tersusun.
6.
Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Akademik atas bimbingannya selama ini.
7.
Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, Apt., selaku Kepala Penanggung Jawab Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan izin dalam penggunaan semua fasilitas laboratorium untuk kepentingan penelitian.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8.
Laboran Laboratorium Kimia Instrumentasi (Mas Bimo dan Pak Ketul), Kimia Organik (Pak Parlan), dan Kimia Analisis (Mas Kunto) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang dengan baik hati membantu, menemani, dan mendukung proses penelitian di laboratorium.
9.
Kedua orang tuaku Bapak Antonius Supardi Hadiwikamto, Ibu Theophila Tutiningsih, dan kakak-kakakku Yohanes Ardi Chrismawan, Margarita Imma Chrismasari dan Yokhebed Dian Kumala yang selalu memberikan segala kasih, cinta, nasehat, doa, dukungan, semangat dan suka cita setiap waktu.
10. Rekan istimewa pada penelitian ini, Maria Clara, untuk doa, pengertian, dan bantuannya sehingga mampu melewati suka-duka proses penelitian untuk menyelesaikan skripsi. 11. Rekan satu bimbingan “POLIMORFISME” yakni Maria Redita, Chintya Halim, Yohana Alpionita, Petrus Febrian Widihantoro, Rabulas Nugroho, Evan Julian, Jasvidianto Chriza, dan Dismas Adi Prabowo. Terima kasih atas kerjasamanya selama ini. 12. Teman-teman FSM B 2014 terkhusus untuk Felix dan Roma, KONCO LIMBAD, Angkatan Farmasi 2014, serta sahabat/saudara terkasih yang mendukung: Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk hal tersebut, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan ilmu pengetahuan. Yogyakarta, 8 Januari 2018
Penulis
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi PRAKATA ....................................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ x DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii INTISARI......................................................................................................... xiii ABSTRACT ....................................................................................................... xiv PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 METODE PENELITIAN ................................................................................. 2 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 7 KESIMPULAN ................................................................................................ 18 SARAN ............................................................................................................ 18 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19 LAMPIRAN ..................................................................................................... 21 BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 58
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel I. Keseragaman bobot kemasan kopi bubuk murni robusta ................ 8 Tabel II. Data kurva baku kafein................................................................... 11 Tabel III. Hasil penetapan kadar kafein dalam sampel kopi ......................... 17
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gugus kromofor dan auksokrom kafein ...................................... 9 Gambar 2. Spektrum serapan maksimum kafein konsentrasi 25, 30, dan 50 µg/mL pada pelarut metanol : aquabidestilata (50:50) ........................... 10 Gambar 3. Kurva hubungan antara konsentrasi dengan AUC ...................... 12 Gambar 4. Reaksi pembentukan koloid ........................................................ 13 Gambar 5. Reaksi pelepasan kafein dari bentuk garam menjadi bentuk basa................................................................................................................ 13 Gambar 6. Kromatogram standar kafein ....................................................... 15 Gambar 7. Kromatogram sampel .................................................................. 15 Gambar 8. Kromatogram spiking .................................................................. 15
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Sertifikat analisis standar kafein ............................................... 21 Lampiran 2. Kemasan sampel kopi ............................................................... 22 Lampiran 3. Contoh perhitungan konsentrasi larutan stok hingga larutan seri kafein ...................................................................................................... 23 Lampiran 4. Kromatogram larutan seri baku kafein replikasi I .................... 24 Lampiran 5. Kromatogram larutan seri baku kafein replikasi II................... 30 Lampiran 6. Kromatogram larutan seri baku kafein replikasi III ................. 36 Lampiran 7. Hasil pembacaan absorbansi kafein menggunakan spektrofotometer UV ..................................................................................... 42 Lampiran 8. Perhitungan kadar kafein pada enam sampel dengan perlakuan duplo ............................................................................................. 43 Lampiran 9. Perhitungan kadar kafein dalam empat kali penyajian per hari ....................................................................................................................... 44 Lampiran 10. Kromatogram pelarut (Metanol : Aquabidestilata 50:50) ...... 45 Lampiran 11. Kromatogram sampel ............................................................. 46
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI Kopi merupakan minuman yang dikenal dengan kandungan kafein yang tinggi. Sebagian besar orang mengkonsumsi kopi untuk mengembalikan energi yang hilang dan meningkatkan kewaspadaan sehingga dapat memberikan sensasi terjaga lebih lama, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan akan menimbulkan efek samping seperti gelisah dan insomnia. Keputusan Kepala Badan POM No.HK.00.05.23.3644 tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Suplemen Makanan, menetapkan bahwa batas konsumsi kafein maksimum adalah 150 mg/hari atau 50 mg/sajian. Penelitian ini bertujuan untuk memastikan bahwa kadar kafein dalam sampel kopi bubuk murni robusta merek X” tidak melebihi batas konsumsi maksimum yang telah ditentukan. Penelitian ini bersifat non-eksperimental deskriptif. Senyawa kafein dapat ditentukan kadarnya menggunakan metode HPLC fase terbalik. Sistem HPLC yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan komposisi fase gerak campuran aquabidestilata : metanol (50:50), fase diam oktadesil silika C18, kecepatan alir 1,0 mL/menit dan detektor UV 272 nm. Berdasarkan analisis hasil yang dilakukan, diperoleh bahwa rata-rata kadar kafein dalam kopi bubuk murni robusta merek “X” yaitu (23,488 + 0,528) mg/kemasan atau jika dibuat dalam persen (b/b) yaitu (1,174 + 0,026) %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kadar kafein dalam kopi bubuk murni robusta merek “X” memenuhi syarat yang berlaku yaitu batas konsumsi kafein maksimum 50 mg/sajian atau 150 mg/hari. Kata kunci: kopi bubuk murni robusta, kafein, HPLC fase terbalik, penetapan kadar.
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Coffee is a kind of beverage that contains high caffeine substance. Most people consume coffee to obtain more energy and increase their alertness, so coffee will make them stay awake much longer. In the other hand, coffee will cause some side effects if people drink it excessively. Too much coffee triggers anxiety and insomnia. Based on No.HK.00.05.23.3644, the maximum daily dosage of caffeine is 150 mg/day or 50 mg/serving. The aim of this research is to ensure the level of caffeine in “X” brand robusta coffee not exceeds the maximum dosage caffeine allowed. This research was a non-experimental descriptive. The level of caffeine can be assayed using reversed phase HPLC method. The HPLC method applied uses a mixture of methanol : aquabidestilata (50:50) as a mobile phase, octadecyl silica C18 as a stationary phase, flow rate 1,0 mL/min, and UV detector at wavelength 272 nm. The result shows that average of caffeine level contained in “X” brand robusta coffee was 23,488 + 1,056 mg/sachet or 2,349 + 0,106 % w/w. Based on this result, caffeine level in “X” brand robusta coffee meets the requirements of maximum caffeine consumption limit which is 50 mg/serving or 150 mg/day. Key words: robusta coffee powder, caffeine, reversed phase HPLC, assay.
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENDAHULUAN Kopi merupakan sejenis minuman yang berasal dari hasil seduhan biji kopi yang telah disangrai dan dihaluskan menjadi bubuk (Maramis et al., 2013). Minuman kopi dikenal memiliki kandungan kafein yang tinggi. Dari tahun ke tahun kopi menjadi minuman yang sangat digemari banyak orang. Penikmat kopi biasanya meminum kopi 3-4 kali dalam satu hari (Maramis et al., 2013). Ada banyak jenis kopi yang beredar di pasaran, tetapi secara umum yang terbesar adalah jenis arabika dan robusta (Tarigan et al., 2015). Di Indonesia kopi robusta merupakan jenis kopi yang paling banyak dibudidayakan dan lebih disukai karena memiliki aroma yang lebih lembut dan sedikit asam (Anonim, 2014 b; Anonim, 2015 b). Kafein merupakan salah satu jenis alkaloid dari golongan metilxantin yang banyak ditemukan pada kopi, biji kokoa, kacang kola, dan daun teh (Gatebe, 2014). Pada manusia, kafein dapat mengembalikan energi yang hilang dan meningkatkan kewaspadaan. Oleh karena itu, kopi akan memberikan sensasi terjaga lebih lama (Nour and Trandafir, 2010). Efek tersebut timbul karena adanya stimulasi pada sistem syaraf pusat (Aly, 2013). Selain itu, efek samping yang ditimbulkan jika mengkonsumsi kafein secara berlebihan dapat menyebabkan gugup, gelisah, tremor, insomnia, hipertensi, mual, dan kejang (Arwangga et al., 2016). Surat Keputusan Kepala Badan POM No.HK.00.05.23.3644 tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Suplemen Makanan, menyebutkan bahwa batas konsumsi kafein maksimum adalah 150 mg/hari yang dibagi minimal dalam 3 dosis (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2004). Menurut penelitian Shock (2010) yang berjudul “Behaviour Pharmacology Research Unit Fact Sheet: Caffeine Dependence” menyebutkan bahwa dengan mengkonsumsi kafein dengan dosis 20-200 mg umumnya dapat mengubah suasana hati seperti meningkatkan energi dan kewaspadaan.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Untuk memastikan kadar kafein yang terkandung dalam setiap suguhan minuman kopi bubuk murni robusta merek “X” masih di bawah ambang batas yang telah ditentukan, maka perlu dilakukan penetapan kadar kafein dalam setiap suguhan minuman kopi tersebut.. Hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan sebagai sumber informasi kepada masyarakat mengenai kadar kafeinnya karena pada kemasan kopi bubuk murni robusta merek “X” tidak dicantumkan besarnya kadar kafein sehingga diharapkan informasi tersebut dapat digunakan agar masyarakat lebih bijak dalam mengkonsumsi minuman ini. Penetapan kadar kafein dalam kopi bubuk murni robusta merek “X” dilakukan menggunakan metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC) fase terbalik. Sistem HPLC dipilih karena memiliki daya pisah baik, peka, kolom dapat dipakai kembali, dan dapat digunakan untuk menganalisis molekul besar dan kecil (Harmita, 2015). Analisis kafein dapat dilakukan menggunakan HPLC fase terbalik yang terdiri dari fase gerak bersifat lebih polar daripada fase diamnya (Snyder et al., 2010, Chowdhury et al., 2012). Berdasarkan jurnal penelitian oleh Nour and Trandafir (2010), dilakukan analisis kandungan kafein pada soft drink dan minuman berenergi menggunakan metode HPLC fase terbalik. Pada penelitian ini juga digunakan metode HPLC fase terbalik. Penelitian mengenai analisis kafein juga telah dilakukan oleh Agung (2017) tentang “Validasi Metode Bioanalisis Kafein dalam Sampel Darah Orang Jawa dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik” dan diperoleh hasil yang valid. Penelitian tersebut menggunakan komposisi fase gerak metanol : aquabidestilata (50:50) dan dijadikan acuan pada penelitian ini. Selain itu, penelitian ini merupakan satu rangkaian penelitian dengan “Validasi Metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Fase Terbalik Pada Penetapan Kadar Kafein dalam Kopi Bubuk Murni Robusta Merek “X” oleh Clara (2018). Penelitian tersebut dilakukan untuk menjamin hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan sehingga dapat digunakan untuk menetapkan kadar kafein dalam kopi bubuk murni robusta merek “X”.
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
METODE PENELITIAN Bahan Sampel kopi bubuk robusta murni merek “X”, metanol, kloroform (p.a. grade) (Merck), aquabidestilata, baku kafein (sertifikat analisis working standart, no. 17/03/WS/014, USP), kalium ferosianida, seng asetat, dan natrium hidroksida. Instrumentasi HPLC (Shimadzu) LC-2010C dengan detektor UV, kolom C18 dengan dimensi 250 x 4,6 mm dan ukuran pori 5 µm (Phenomenex), seperangkat komputer (Dell) B6RDZIS Connexant system RD01-D850 A03-0382 JP France S.A.S, Spektrofotometer UV-1800 (Shimadzu), printer (HP Deskjet 1000 J110a), ultrasonikator (Retsch), timbangan analitik (Ohaus PA224C) (max 220g, d = 0,0001 g), jarum suntik (Terumo), membrane filter Whatman 0,45 µm, syringe filter 0,45 µm (Minisart), sentrifugator (Thermo Scientific Heraeus Pico), microtube 2 mL, waterbath, mikropipet 100 µL dan 1000 µL (Acura 825), alat vakum (Gast), vortex (Ika-Werk), corong Buchner, peralatan-peralatan gelas yang umum digunakan di laboratorium analisis (Pyrex). Metode Penetapan kadar kafein dalam kopi bubuk murni robusta merek “X” dengan sistem HPLC fase terbalik dilakukan menggunakan hasil optimasi oleh Kurniawan (2017) yaitu fase gerak metanol : aquabidestilata (50:50) dan kecepatan alir 1,0 mL/menit pada kondisi isokratik. Kromatogram direkam pada 272 nm dengan jangka waktu 5 menit. Volume injeksi sejumlah 20 µL. Sampel yang dipilih adalah kopi bubuk murni robusta merek “X” yang diperoleh dari salah satu swalayan di Yogyakarta. Sampel yang digunakan sebanyak dua puluh kemasan dengan nomor batch yang sama, dilakukan enam kali replikasi, dan dibuat duplo pada setiap replikasi, yaitu dilakukan pemipetan sampel sebanyak dua kali.
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pembuatan fase gerak Fase gerak yang digunakan terdiri dari metanol dan aquabidestilata. Masing-masing larutan disaring dengan penyaring whatman 0,45 µm pada corong Buchner yang dibantu pompa vakum kemudian diawaudarakan menggunakan ultrasonikator selama 5 menit. Pencampuran kedua larutan dilakukan di dalam instrumen HPLC dengan perbandingan metanol : aquabidestilata yaitu 50:50. Pembuatan pelarut Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran metanol : aquabidestilata dengan perbandingan 50:50. Larutan disaring dengan penyaring whatman 0,45 µm pada corong Buchner yang dibantu pompa vakum kemudian diawaudarakan menggunakan ultrasonikator selama 5 menit. Pembuatan larutan stok dan intermediet kafein Sebanyak lebih kurang 100 mg baku kafein ditimbang saksama dan dilarutkan dengan pelarut dalam labu takar 50 mL, sehingga didapatkan larutan stok kafein 2000 µg/mL. Sejumlah 5 mL larutan stok kafein ini kemudian dilarutkan dengan pelarut dalam labu takar 10 mL, sehingga didapatkan larutan intermediet 1000 µg/mL. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum kafein Pada penetapan panjang gelombang maksimum kafein dilakukan pada konsentrasi 25 , 30, dan 50 µg/mL yang diperoleh dari larutan intermediet kafein 1000 µg/mL. Masing-masing larutan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 225-325 nm menggunakan spektrofotometer UV. Panjang gelombang maksimum pengamatan ditentukan berdasarkan spektra dengan serapan yang maksimal. Pembuatan seri baku kafein Larutan intermediet kafein 1000 µg/mL diambil sejumlah 75, 100, 125, 150, 175, dan 200 µL dalam microtube. Masing-masing larutan seri diencerkan
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan pelarut sampai volumenya menjadi 1 mL sehingga didapatkan larutan seri baku kafein konsentrasi 75, 100, 125, 150, 175, dan 200 µg/mL. Ke dalam masingmasing larutan, ditambahkan sejumlah 40 µL NaOH 10 N dan diekstraksi dengan kloroform sebanyak 1 mL menggunakan vortex yang dilakukan tiga kali secara berturut-turut. Fase kloroform yang diperoleh kemudian diuapkan dengan cara dipanaskan menggunakan waterbath dengan suhu 90ºC di dalam lemari asam hingga kering sehingga didapatkan ekstrak kafein dalam bentuk serbuk. Ekstrak yang dihasilkan selanjutnya dilarutkan dengan pelarut sebanyak 1 mL, larutan disaring
menggunakan
syringe
filter
lalu
diawaudarakan
menggunakan
ultrasonikator selama 5 menit. Penetapan kurva kalibrasi Sejumlah 20 µL masing-masing seri larutan baku yang telah dibuat diinjeksikan ke sistem HPLC. Dari kromatogram akan diperoleh Area Under Curve (AUC) baku kafein untuk masing-masing konsentrasi. Nilai AUC pada masingmasing larutan ini kemudian diplotkan terhadap konsentrasi seri baku sehingga diperoleh persamaan regresi linear yang menyatakan hubungan antara konsentrasi kafein vs AUC, kemudian ditentukan nilai koefisien korelasi dengan persamaan y=bx+a. Preparasi sampel dan isolasi kafein Sampel yang digunakan yaitu kopi bubuk murni robusta merek “X” sebanyak dua puluh kemasan. Pada masing-masing sampel kopi ditimbang satu per satu dan dicari bobot rata-ratanya. Perhitungan bobot rata-rata sampel kopi ini didapatkan dengan mengikuti cara keseragaman bobot seperti yang tercantum pada Farmakope Indonesia V (2014). Sampel kopi yang sudah ditimbang, dihaluskan hingga menjadi serbuk halus yang homogen. Sampel yang sudah berupa serbuk halus ditimbang sebanyak kurang lebih 2 gram secara saksama dan dilarutkan dengan air panas 150 mL di dalam gelas beaker. Sebanyak 1 mL larutan sampel kopi dimasukkan ke microtube dan dilakukan duplo. Kemudian ditambahkan larutan seng asetat dan kalium ferosianida
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
masing-masing sebanyak 500 µL, lalu campuran dihomogenkan menggunakan vortex. Selanjutnya, campuran disentrifugasi untuk memisahkan filtrat dan endapan selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Filtrat diambil dan dimasukkan ke microtube. Sejumlah filtrat yang telah diperoleh ditambahkan dengan 40 µL larutan NaOH 10 N ke dalam microtube. Kemudian diekstraksi dengan 1 mL kloroform yang dilakukan sebanyak tiga kali secara berturut-turut. Larutan hasil ekstraksi ditampung ke flakon. Fase kloroform diuapkan dengan cara dipanaskan menggunakan waterbath pada suhu 90ºC di dalam lemari asam hingga kering sehingga didapatkan ekstrak kafein dalam bentuk serbuk. Ekstrak yang dihasilkan selanjutnya dilarutkan dengan pelarut sebanyak 1 mL, disaring menggunakan syringe filter lalu diawaudarakan menggunakan ultrasonikator selama 5 menit. Analisis kualitatif Sebanyak kurang lebih 2 gram sampel ditimbang secara saksama dan dilarutkan dengan air panas 150 mL di dalam gelas beaker. Sebanyak 1 mL larutan sampel kopi dimasukkan ke microtube dan dispike dengan 75 µL larutan intermediet kafein 1000 µg/mL. Kemudian campuran ditambahkan larutan seng asetat dan kalium ferosianida yang masing-masing sebanyak 500 µL, lalu campuran dihomogenkan menggunakan vortex. Selanjutnya, campuran disentrifugasi untuk memisahkan filtrat dan endapan selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Filtrat diambil dan dimasukkan ke microtube. Sejumlah filtrat yang telah diperoleh ditambahkan dengan 40 µL larutan NaOH 10 N ke dalam microtube. Kemudian diekstraksi dengan 1 mL kloroform yang dilakukan sebanyak tiga kali secara berturut-turut. Larutan hasil ekstraksi ditampung ke flakon. Fase kloroform diuapkan dengan cara dipanaskan menggunakan waterbath pada suhu 90ºC di dalam lemari asam hingga kering sehingga didapatkan ekstrak kafein dalam bentuk serbuk. Ekstrak yang dihasilkan selanjutnya dilarutkan dengan pelarut sebanyak 1 mL, disaring menggunakan syringe filter lalu diawaudarakan menggunakan ultrasonikator selama 5 menit.
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis kuantitatif Larutan sampel yang telah dibuat, diinjeksikan pada sistem HPLC dengan fase diam C18, fase gerak berupa campuran metanol dan aquabidestilata (50:50), detektor UV pada panjang gelombang yang telah diperoleh yaitu 272 nm dengan volume injeksi 20 µL. Analisis hasil Analisis kualitatif dilihat dengan membandingkan waktu retensi (tR) sampel dengan baku kafein dan dari adanya peningkatan nilai AUC hasil spiking jika dibandingkan dengan nilai AUC sampel maupun AUC baku kafein. Analisis kuantitatif yang dilakukan adalah p
enetapan kadar kafein
dalam sampel kopi bubuk murni robusta merek “X” dapat dihitung dengan memasukkan AUC sampel ke dalam persamaan regresi linear yang telah diperoleh. Kadar kafein dalam kopi bubuk murni dinyatakan dalam % b/b + SD. Sedangkan analisis jumlah kafein dalam setiap kemasan kopi bubuk murni yang dinyatakan dalam x̅ + SD mg per kemasan. Dilakukan replikasi sebanyak enam kali dan duplo pada setiap replikasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada sistem HPLC fase terbalik menggunakan komposisi fase gerak campuran aquabidestilata : metanol (50:50), fase diam oktadesil silika C18, kecepatan alir 1,0 mL/menit dan detektor UV 272 nm yang telah divalidasi oleh Clara (2018). Melalui tahap validasi diperoleh parameterparameter validasi yang telah memenuhi syarat meliputi selektivitas, spesifisitas, linearitas, akurasi, presisi, dan rentang. Pemilihan sampel Sampel yang digunakan adalah kopi bubuk murni jenis robusta yang beredar dipasaran dengan nomor batch yang sama. Pengambilan sampel dari nomor batch yang sama untuk mendapatkan kriteria homogenitas karena diasumsikan bahwa sampel dengan nomor batch sama setiap sampel memperoleh
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perlakuan yang sama pada saat proses produksi. Selain itu, bubuk kopi yang akan dianalisis, digerus terlebih dahulu untuk mendapatkan ukuran partikel yang kecil sehingga memiliki homogenitas yang tinggi. Kriteria lainnya yang harus dipenuhi yaitu representatif, yakni sampel yang dianalisis benar-benar mencerminkan populasi yang diwakilinya, yaitu dengan menggunakan dua puluh kemasan, enam kali replikasi, dan dilakukan duplo pada setiap replikasi. Pengambilan sampel dilakukan dari berbagai titik yang berbeda. Tabel I. Keseragaman bobot kemasan kopi bubuk murni robusta
Bobot sampel kopi bubuk murni robusta terukur (g) 1
1,997
6
2,039
11 2,002
16 1,888
2
2,007
7
1,996
12 1,911
17 1,952
3
1,974
8
1,965
13 2,004
18 1,928
4
1,993
9
2,032
14 1,926
19 1,854
5
2,022
10 1,965
15 1,856
20 1,956
Bobot rata-rata sampel = 2,013 g Penyimpangan 10%
2,013 + 0,2013 g
Penyimpangan 15%
2,013 + 0,3019 g
Keseragaman bobot dilakukan pada dua puluh kemasan kopi bubuk murni robusta sebagai tahap awal identifikasi untuk mengetahui keseragaman kandungannya. Berdasarkan Farmakope Indonesia V (2014) untuk sediaan obat berupa serbuk, hasil penimbangan dua puluh bungkus sampel, penyimpangan penimbangan satu per satu terhadap bobot isi rata-rata tidak boleh lebih dari 15% tiap dua bungkus dan tidak lebih dari 10% tiap delapan belas bungkus. Dari hasil pengujian keseragaman bobot yang diperoleh tidak ada satu kemasan pun yang menyimpang dari persyaratan keseragaman bobot. Hal ini menunjukkan bahwa dari dua puluh kemasan bubuk kopi murni robusta memiliki keseragaman bobot yang baik.
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penentuan panjang gelombang serapan maksimum Penentuan
panjang
gelombang
maksimum
ini
bertujuan
untuk
mendapatkan panjang gelombang dengan serapan maksimum dari kafein. Analisis senyawa menggunakan HPLC memerlukan panjang gelombang dimana suatu senyawa dapat memberikan absorbansi maksimum untuk dibaca pada detektor UV pada sistem HPLC sehingga diharapkan semua kadar kafein dalam sampel dapat terdeteksi oleh detektor UV. Suatu senyawa dapat ditetapkan kadarnya secara spektrofotometri ultraviolet harus memiliki gugus kromofor dan auksokrom dimana kedua gugus ini bertanggung jawab dalam penyerapan radiasi ultraviolet pada sampel yaitu kafein. Gugus kromofor dan auksokrom dari senyawa kafein dapat dilihat pada Gambar 1. Kromofor Auksokrom
Gambar 1. Gugus kromofor dan auksokrom kafein
Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan menggunakan konsentrasi larutan baku konsentrasi 25, 30, dan 50 µg/mL yang diukur pada panjang gelombang 225-325 nm. Penggunaan tiga level konsentrasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa bentuk spektrum dan panjang gelombang maksimum yang didapat adalah sama.
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
2.500
1
2.000
Abs.
1
1.500
1.000
0.500
0.000 225.00
240.00
260.00
280.00
300.00
325.00
nm.
Gambar 2. Spektrum serapan maksimum kafein konsentrasi 25, 30, dan 50 µg/mL dalam pelarut metanol : aquabidestilata (50:50) Keterangan: = Konsentrasi 25 µg/mL = Konsentrasi 30 µg/mL = Konsentrasi 50 µg/mL
Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa serapan maksimum kafein dalam pelarut metanol adalah 272 nm. Secara teoritis, serapan maksimum kafein adalah 273 nm (Moffat et al., 2011). Pergeseran panjang gelombang yang terjadi pada kafein adalah 1 nm, sehingga panjang gelombang maksimum yang diperoleh pada penelitian ini dapat diterima karena menurut Snyder (2010), disebutkan bahwa pengujian panjang gelombang maksimum dapat digunakan jika jika serapan maksimum tersebut tepat atau dalam batas 3 nm dari panjang gelombang yang ditentukan. Pembuatan kurva baku kafein Pembuatan kurva baku bertujuan untuk melihat korelasi antara seri konsentrasi kurva baku dengan respon AUC yang dihasilkan sehingga diperoleh persamaan regresi linear yang selanjutnya digunakan untuk menghitung kadar kafein dalam sampel. Linearitas suatu kurva baku menunjukkan bahwa kenaikan respon yang terjadi dikarenakan deteksi instrumen sebanding dengan kenaikan
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
konsentrasi baku yang digunakan. Parameter linearitas suatu kurva baku ditentukan dengan nilai koefisien korelasi (r) lebih besar dari 0,99 (AOAC, 2013). Enam seri konsentrasi yang dibuat untuk pembuatan kurva baku yaitu 75, 100, 125, 150, 175, dan 200 µg/mL, diinjeksikan ke sistem HPLC dan dibaca oleh detektor pada panjang gelombang 272 nm. Dilakukan tiga kali replikasi untuk setiap seri konsentrasi dengan tujuan untuk mendapatkan nilai (r) yang terbaik. Persamaan regresi linear yang didapatkan merupakan hubungan antara konsentrasi kafein vs AUC yang dihasilkan dari pengukuran pada sistem HPLC. Hasil pengukuran kurva baku dari tiga replikasi dapat dilihat pada Tabel II. Tabel II. Data kurva baku kafein
Replikasi I Konsentrasi AUC baku kafein (µg/mL) 79,125 2902996 105,500 3280099 131,875 5694373 158,250 6593247 184,625 7783849 211,000 9676685 a = -1598090,771 b = 52299,059 r = 0,9876
Replikasi II Konsentrasi AUC baku kafein (µg/mL) 79,125 3027324 105,500 3858806 131,875 4146723 158,250 5180387 184,625 7016203 211,000 8912115 a = - 917758,095 b = 43255,041 r = 0,9630
Replikasi III Konsentrasi AUC baku kafein (µg/mL) 79,125 2811785 105,500 4018724 131,875 5400692 158,250 6275503 184,625 7900548 211,000 8543801 a = - 646024,400 b = 44609,736 r = 0,9959
Keterangan: = merupakan data kurva baku yang digunakan untuk menghitung kadar
Berdasarkan tiga persamaan kurva baku yang diperoleh (Tabel II), dipilih persamaan kurva baku yang paling linear yaitu pada replikasi ketiga dengan persamaan y = 44609,73649x - 646024,4 dan nilai r = 0,9959. Hal ini menunjukkan bahwa metode ini telah memenuhi kriteria linearitas yaitu r > 0,99 (AOAC, 2013), sedangkan nilai koefisien korelasi yang didapatkan lebih dari 0,99. Kurva hubungan antara konsentrasi dengan AUC dapat dilihat pada Gambar 3.
11
AUC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10000000 9000000 8000000 7000000 6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0
y = 44609.736x - 646024.400 r = 0,9959
0
50 100 150 200 Konsentrasi baku kafein (µg/mL)
250
Gambar 3. Kurva hubungan antara konsentrasi dengan AUC
Preparasi sampel dan isolasi kafein Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kopi bubuk murni robusta merek “X”. Pada sampel kopi terdapat kandungan bahan-bahan koloid yang mempunyai bobot molekul besar seperti tanin, protein, dan lemak yang dapat menyumbat kolom, sehingga perlu dilakukan preparasi sampel. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa dalam sampel kopi bubuk murni robusta yang mungkin dapat mengganggu analisis kuantitatif dengan metode HPLC. Proses preparasi dilakukan dengan menggunakan reagen seng ferosianida. Seng ferosianida merupakan clarifying agent yang dapat mengendapkan bahanbahan koloidal yang menyebabkan kekeruhan. Reagen seng ferosianida dibuat dari larutan terpisah yaitu seng asetat dan kalium ferosianida. Penambahan seng asetat dan kalium ferosianida ke dalam larutan sampel akan membentuk endapan seng ferosianida, dimana senyawa dalam sampel yang memiliki bobot molekul besar akan teradsorpsi dan mengendap. Seng ferosianida juga dapat digunakan untuk mengendapkan zat warna yang terdapat dalam sampel kopi bubuk murni (Nollet and Toldra, 2015). Reaksi pembentukan koloid dari pencampuran seng asetat dan kalium ferosianida pada sampel dapat dilihat pada Gambar 4.
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 Zn2+ + [Fe(CN)6]4- Zn2[Fe(CN)6]↓ Gambar 4. Reaksi pembentukan koloid
Dengan penambahan seng ferosianida pada sampel kopi akan terbentuk koloid dan akan dipisahkan dari filtratnya dengan sentrifugasi. Selanjutnya filtrat ditambahkan dengan larutan NaOH 10 N untuk mengubah kafein dalam sampel yang berbentuk garam yang larut air menjadi kafein berbentuk basa sehingga dapat larut dalam kloroform. Reaksi dapat dilihat pada gambar 5.
Kafein dalam bentuk garam dalam air)
Kafein dalam bentuk basa (larut dalam pelarut organik)
(larut
Gambar 5. Reaksi pelepasan kafein dari bentuk garam menjadi bentuk basa Keterangan: HX adalah asam organik
Dari filtrat yang telah melalui proses pembasaan dengan NaOH, dilakukan ekstraksi menggunakan pelarut kloroform 1 mL sebanyak tiga kali. Pemilihan pelarut kloroform karena kafein mudah larut dalam kloroform dan mempunyai titik didih yang rendah yaitu 61-62ºC sehingga mudah menguap pada pemanasan (Moffat et al., 2011). Pada proses ekstraksi ini, senyawa-senyawa yang bersifat polar akan terdistribusi ke dalam aquabidestilata, sedangkan senyawa-senyawa yang bersifat non polar akan terdistribusi ke dalam kloroform. Pada tahap ini dilakukan pencampuran menggunakan vortex dan sentrifugasi menggunakan sentrifuge. Pencampuran menggunakan vortex dilakukan selama 60 detik dengan kecepatan 2500 rpm agar terjadi distribusi senyawa polar dan non polar ke dalam pelarut polar dan non polar. Sentrifugasi dilakukan pada kecepatan 5000 rpm selama 5 menit untuk memisahkan antara koloid pada sampel dengan filtratnya. Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut kloroform diuapkan dengan menggunakan waterbath pada suhu 90ºC di dalam lemari asam hingga kering. Suhu yang digunakan yaitu dibawah suhu penguapan dari kafein (178ºC) agar analit yang
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dianalisis tidak rusak dan berkurang kadarnya selama proses ekstraksi (Moffat et al., 2011). Analisis kualitatif Uji kualitatif menunjukkan adanya puncak yang mempunyai waktu retensi yang sama dengan puncak kromatogram standar kafein. Waktu retensi standar kafein pada kromatogram menunjukkan bahwa puncak terjadi pada menit ke-2,489, sedangkan puncak pada sampel terjadi pada menit ke-2,475, maka dapat dipastikan adanya kafein dalam sampel kopi bubuk murni robusta merek “X”. Menurut Snyder (2010), variasi waktu retensi yang diperbolehkan yaitu <0,05 menit, pada hasil variasi waktu retensi kafein yaitu 0,014 menit. Pada penelitian ini juga dilakukan teknik spiking untuk memperkuat analisis kualitatif, yaitu dengan menambahkan baku kafein ke dalam sampel. Dengan menggunakan teknik ini dapat diketahui pada kromatogram, pada sekitar menit ke2,482; AUC hasil spiking yang didapat lebih besar daripada AUC sampel maupun AUC standar. Dari kromatogram dapat dilihat bahwa AUC untuk baku kafein sebesar 3027324, AUC untuk sampel kopi sebesar 7058402, dan AUC untuk spiking sebesar 10572523. Kromatogram hasil uji kualitatif ditunjukkan pada Gambar 6.
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A
B
C Gambar 6. A: Kromatogram standar kafein konsentrasi 75 µg/mL, B: kromatogram sampel, C: kromatogram hasil spiking standar kafein konsentrasi 75 µg/mL Keterangan: Fase gerak metanol : aquabidestilata (50:50), fase diam oktadesil silika C18, kecepatan alir 1,0 mL/menit, panjang gelombang pengamatan 272 nm
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis kuantitatif Penetapan kadar kafein dalam ekstrak kopi bubuk murni merek “X” dihitung berdasarkan hasil validasi metode penetapan kadar kafein dalam kopi bubuk murni yang dilakukan oleh Clara (2018) yaitu menggunakan sistem HPLC fase terbalik dengan komposisi fase gerak campuran aquabidestilata : metanol (50:50), fase diam oktadesil silika C18, kecepatan alir 1,0 mL/menit dan detektor UV 272 nm. Melalui tahap validasi diperoleh parameter-parameter validasi yang telah memenuhi syarat meliputi selektivitas, spesifisitas, linearitas, akurasi, presisi, dan rentang. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menghitung kadar kafein yang terdapat dalam ekstrak kopi bubuk murni robusta. Penetapan kadar kafein ini dihitung berdasarkan persamaan kurva baku yang telah diperoleh. Perhitungan kadar kafein dalam sampel dapat dilihat pada tabel III.
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel III. Hasil penetapan kadar kafein dalam sampel kopi Kafein @2 gram kopi bubuk Replikasi Sampel
I
Pengambilan
Konsentrasi (µg/mL)
Jumlah kafein dalam 1 kali penyajian (mg)
Kadar % b/b
1
148,879
22,371
2,237
2
159,452
23,960
2,396
1
164,474
24,628
2,463
2
152,670
22,860
2,286
1
163,890
24,525
2,452
2
151,911
22,732
2,273
1
164,688
24,660
2,466
2
147,637
22,107
2,211
1
152,366
22,831
2,283
2
154,394
23,135
2,313
1
168,659
25,261
2,526
2
152,187
22,794
2,280
x̅
23,488
2,349
SD
1,056
0,106
CV (%)
4,500
4,450
II
III
IV
V
VI
Data penetapan kadar diperoleh rata-rata kadar kafein dalam 2 gram sampel kopi bubuk murni robusta merek “X” pada enam kali replikasi dengan perlakuan duplo adalah 2,349 + 0,106 % b/b dengan nilai CV 4,450 %. Jika dibuat dalam satuan miligram (mg) maka jumlah kafein dalam setiap kemasan kopi bubuk murni robusta merek “X” yaitu 23,488 + 1,056 mg/kemasan dengan nilai CV 4,500 %. Berdasarkan enam sampel kopi bubuk murni robusta merek “X” dengan perlakuan duplo, seluruhnya memenuhi Surat Keputusan Kepala Badan POM No.HK.00.05.23.3644 yaitu kurang dari 50 mg per sajian. Penikmat kopi biasanya meminum kopi 3-4 kali dalam satu hari, sehingga jika dilihat dari enam sampel kopi bubuk yang telah diteliti mempunyai jumlah 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kafein yang masih dalam batas wajar atau tidak melebihi dosis lazimnya, yaitu 150 mg/hari. Menurut
penelitian
Shock
(2010)
menyebutkan
bahwa
dengan
mengkonsumsi kafein dengan dosis 20-200 mg dapat mengubah suasana hati seperti meningkatkan energi dan kewaspadaan. Maka berdasarkan nilai rata-rata jumlah kafein dalam kopi bubuk murni robusta merek “X” yaitu 23,488 mg/kemasan sudah dapat memberikan efek stimulan tersebut. KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar kafein sebesar 2,349 + 0,106 % b/b atau jika dibuat dalam satuan miligram yaitu 23,488 + 1,056 mg/kemasan. 2. Seluruh sampel kopi bubuk murni robusta merek “X” memenuhi syarat
menurut Surat Keputusan Kepala Badan POM No.HK.00.05.23.3644 tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Suplemen Makanan yaitu batas konsumsi kafein maksimum 50 mg/sajian atau 150 mg/hari. SARAN 1. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan penetapan kadar pada beberapa
sampel
tersebut
dengan
metode
yang
lain,
seperti
Spektofotometri, TLC, dan lain-lain. 2. Untuk penelitian selanjutnya juga dapat ditentukan kadar kafein pada makanan atau minuman yang mengandung kafein, seperti coklat dan teh. 3. Untuk produsen kopi bubuk murni robusta merek “X” dapat mempertahankan komposisi jumlah kopi dalam tiap kemasan.
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Agung, S., 2017. Validasi Metode Bioanalisis Kafein dalam Sampel Darah Orang Jawa dengan Metode Kromatotografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik. Universitas Sanata Dharma. Aly, A.A., 2013. Determination of Caffeine in Roasted and Irradiated Coffee Beans with Gamma Rays by High Performance Liquid Chromatography. Food Science and Quality Management., 22, 28–34. Anonim, 1995. Farmakope Indonesia. Anonim, 2014 a. Farmakope Indonesia. Anonim,
2014 b. Kopi Arabika Vs Kopi Robusta, http://www.specialtycoffee.co.id/kopi-arabika-vs-kopi-robusta/ diakses tanggal 20 Juli 2017.
Anonim,
2015 a. Kopi, http://www.indonesia investments.com/id/bisnis/komoditas/kopi/item186? diakses tanggal 5 Maret 2017.
Anonim, 2015 b. Outlook Kopi Komoditas Pertanian Subsektor Perkebunan. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jendral – Kementrian Pertanian., 61. AOAC, 2013. Guideline for dietary supplements and botanicals. Association of Official Analytical Chemists, 3. Arwangga, A.F., Asih, I.A.R.A., and Sudiarta, I.W., 2016. Analisis Kandungan Kafein Pada Kopi di Desa Sesaot Narmada Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Kimia Universitas Udayana., 10 (1), 110–114. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2004. Ketentuan pokok pengawasan suplemen makanan. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 13. Chowdhury, S.R., Maleque, M., and Shihan, M.H., 2012. Development and Validation of a Simple RP-HPLC Method for Determination of Caffeine in Pharmaceutical Dosage Forms. Asian Pharma Press., 2 (1), 1–4. Gatebe, E., 2014. Determination of Caffein Content of Tea and Instant Coffee Brands Found in Kenyan Market. African Journal of Food Science., 4(6), 353-358. Harmita, 2015. Analisis Fisikokimia: Kromatografi. Kurniawan, J.R., 2017. Optimasi Metode Bioanalisis Kafein dalam Sampel Darah Orang Jawa dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik. Universitas Sanata Dharma.
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lestari, E.W. and Haryanto, I., 2009. Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh: Kasus di Kabupaten Jember. Pelita Perkebunan., 25 (90), 216–234. Maramis, R.K., Citraningtyas, G., and Wehantouw, F., 2013. Analisis Kafein Dalam Kopi Bubuk di Kota Manado Menggunakan Spektrofotometri UVVis. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi., 2(4), 122-128. Moffat, A.C., Osselton, M.D and Widdop, B., 2011. Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons. Nollet, L. M. L., and Toldra, F., 2015. Handbook of Food Analysis. Nour, V. and Trandafir, I., 2010. Chromatographic Determination of Caffeine Content in Soft and Energy Drinks Available on the Romanian Market. Scientific Study and Research., 11(3), 351-358. Shock, N., 2010. Caffeine Dependence. Behavioral Pharmacology Research Unit., 1–7. Snyder, L.R., Kirkland, J.J., and Dolan, J.W., 2010. Introduction to Modern Liquid Chromatography. Tarigan, E.B., Pranowo, D., and Iflah, T., 2015. Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Kopi Campuran Robusta Dengan Arabika. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia., 7 (1), 12–17. Widyotomo, S., 2007. Kafein: Senyawa Penting Pada Biji Kopi. Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao Indonesia., 23(1), 44-50.
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN Lampiran 1. Sertifikat analisis standar kafein
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2. Kemasan sampel kopi
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3. Contoh perhitungan konsentrasi larutan stok hingga larutan seri kafein a. Perhitungan konsentrasi larutan stok kafein 100 mg kafein dilarutkan dengan pelarut hingga 50 mL Konsentrasi larutan stok kafein
= 100 mg / 50 mL = 2000 mg/mL
b. Perhitungan konsentrasi larutan intermediet kafein 1000 µg/mL 5 mL larutan stok kafein 2000 µg/mL diencerkan dengan pelarut hingga 10 mL Konsentrasi larutan intermediet kafein
= 2000 µg/mL x 5 mL / 10 mL = 1000 µg/mL
c. Perhitungan larutan seri baku kafein No, Seri 1 2 3 4 5 6
Jumlah larutan intermediet diambil (µL) 75 100 125 150 175 200
Jumlah aqubidestilata ditambahkan (µL) 925 900 875 850 825 800
23
Konsentrasi seri yang didapat (µg/mL) 75 100 125 150 175 200
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4. Kromatogram larutan seri baku kafein replikasi I 1. Konsentrasi 75 µg/mL
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Konsentrasi 100 µg/mL
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Konsentrasi 125 µg/mL
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Konsentrasi 150 µg/mL
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Konsentrasi 175 µg/mL
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Konsentrasi 200 µg/mL
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5. Kromatogram larutan seri baku kafein replikasi II 1. Konsentrasi 75 µg/mL
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Konsentrasi 100 µg/mL
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Konsentrasi 125 µg/mL
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Konsentrasi 150 µg/mL
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Konsentrasi 175 µg/mL
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Konsentrasi 200 µg/mL
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6. Kromatogram larutan seri baku kafein replikasi III 1. Konsentrasi 75 µg/mL
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Konsentrasi 100 µg/mL
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Konsentrasi 125 µg/mL
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Konsentrasi 150 µg/mL
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Konsentrasi 175 µg/mL
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Konsentrasi 200 µg/mL
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7. Hasil pembacaan absorbansi kafein menggunakan spektrofotometer UV 1
2.500
1
2.000
Abs.
1
1.500
1.000
0.500
0.000 225.00
240.00
260.00
280.00 nm.
Keterangan: = Konsentrasi 25 µg/mL
= Konsentrasi 30 µg/mL
= Konsentrasi 50 µg/mL
42
300.00
325.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 8. Perhitungan kadar kafein pada enam sampel dengan perlakuan duplo Persamaan regresi y = 44609,736x - 646024,400 Replikasi sampel I Pengambilan 1 Diketahui y = 5995442 Maka x =
5995442+646024,400 44609,736
Kadar (b/b) = = =
= 148,879 µg/mL
konsentrasi yang didapat (µg/mL) x volume total sampel (mL)x faktor pengenceran berat sampel (g) 148,879 µg/mL x 150 mL x 1 1,9965 g 22331,895 µg 1,9965 g
= 11185,522 µg/g = 11,185 mg/g % kafein dalam 1 gram kopi =
11,185 mg 1000 mg
𝑥 100% = 1,118 %
Dengan menggunakan perhitungan diatas maka untuk replikasi sampel I pengambilan 2 hingga replikasi sampel VI pengambilan 2 diperoleh seperti dalam tabel berikut.
Replikasi Pengambilan Sampel
I II III IV V VI
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
AUC (y)
Konsentrasi (x) (µg/mL)
5995442 6467089 6691126 6164553 6665073 6130692 6700677 5940038 6150989 6241446 6877817 6143011
148,879 159,452 164,474 152,670 163,890 151,911 164,688 147,637 152,366 154,394 168,659 152,187
43
Berat sampel (mg) 1,9965 2,0035 2,0048 2,0035 2,0021 2,0030
Kadar kafein pada kopi bubuk dalam 1 gram mg % b/b 11,185 1,118 11,980 1,198 12,314 1,231 11,430 1,143 12,262 1,226 11,366 1,137 12,330 1,233 11,053 1,105 11,415 1,141 11,567 1,157 12,630 1,263 11,397 1,140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 9. Perhitungan kadar kafein dalam empat kali penyajian per hari Jika dalam satu cangkir terdapat kopi bubuk kurang lebih 2 gram dalam satu kali sajian, maka jumlah konsumsi kopi dalam satu hari adalah 3-4 kali sajian dan perhitungan dihitung sebanyak 4 kali sajian. Replikasi sampel I pengambilan 1 Kadar kafein dalam satu cangkir = kadar kafein (mg/g) x 2 g = 11,185 mg/g x 2 g = 22,371 mg Kadar kafein dalam satu hari = 22,371 mg x 4 = 89,484 mg Dengan perhitungan diatas maka untuk replikasi sampel I pengambilan 1 hingga replikasi sampel VI pengambilan 2 diperoleh seperti dalam tabel berikut. Replikasi Sampel
I
II
III
IV
V
VI
Jumlah kafein dalam 1
Kadar kafein dalam
kali penyajian @2 gram
4 kali penyajian
kopi bubuk (mg)
(mg/hari)
1
22,371
89,484
2
23,960
95,834
1
24,628
98,512
2
22,860
91,442
1
24,525
98,099
2
22,732
90,929
1
24,660
98,640
2
22,107
88,428
1
22,831
91,324
2
23,135
92,539
1
25,261
101,044
2
22,794
91,176
Pengambilan
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 10. Kromatogram pelarut (Metanol : Aquabidestilata 50:50)
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 11. Kromatogram sampel 1. Replikasi sampel I pengambilan 1
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.
Replikasi sampel I pengambilan 2
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.
Replikasi sampel II pengambilan 1
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Replikasi sampel II pengambilan 2
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Replikasi sampel III pengambilan 1
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6.
Replikasi sampel III pengambilan 2
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7.
Replikasi sampel IV pengambilan 1
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8.
Replikasi sampel IV pengambilan 2
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Replikasi sampel V pengambilan 1
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10. Replikasi sampel V pengambilan 2
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11. Replikasi sampel VI pengambilan 1
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12. Replikasi sampel VI pengambilan 2
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS Penulis skripsi berjudul “Penetapan Kadar Kafein dalam Kopi Bubuk Murni Robusta Merek “X” dengan Metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Fase Terbalik”
memiliki
nama
lengkap
Yulius
Denis
Chrismaaji, lahir di Ungaran pada tanggal 30 April 1996, merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Antonius
Supardi
Hadiwikamto
dan
Theophila
Tutiningsih. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis yaitu TK Santa Maria Harjosari (2000-2002), SD Kanisius Harjosari (2002-2008), SMP Pangudi Luhur Ambarawa (2008-2011), SMA Negeri 1 Ungaran (2011-2014). Pendidikan dilanjutkan pada tahun 2014 ke perguruan tinggi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan UKF yaitu futsal “Squadra Viola”. Penulis terlibat aktif dalam organisasi dan kegiatan kepanitiaan, antara lain anggota divisi Advokasi Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Farmasi periode (2015-2016), anggota divisi Dana dan Usaha PPRTOS (2015), koordinator divisi Dana dan Usaha PPRTOS dan LCC Kimia (2016), dan koordinator divisi Konsumsi Pelepasan Wisuda (2015). Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Kimia Analisis (2017).
58