SCIENTIA VOL. 4 NO. 1, FEBRUARI 2014
PENETAPAN KADAR KONSUMSI KAFEIN DALAM MINUMAN TEH SEDUHAN YANG BEREDAR DI PASARAN SECARA KLT - DENSITOMETRI Verawati, Syahriar Harun, Budi Satria Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis Padang ABSTRACT This study was concerning in the determination of the levels of caffeine contained in tea packed in sachets or bags in the market under the brand A, B, and C. Research was done by using TLCdensitometry performed by measuring the area of the stain spot on TLC chromatogram of the test compound that has been isolated and compared with standard caffeine compound. Measurement was done by using Camag’s ® TLC scanner 4. From the results, we obtained the levels of caffeine in tea sample preparation of brands A, B, and C were equal to 0.840% (16.42 mg/ sachet), 0.647% (14.06 mg/ sachet), and 0.690% (13.837 mg / sachet) respectively. Daily caffeine intake (3 times daily) of each successive product A, B, and C were 49.26 mg/ day, 42.18 mg/ day and 41.51 mg/ day respectively, which means does not exceed the limit of BPOM RI caffeine requirement, that is 150 mg/ day. Keywords : caffein, tea, TLC-densitometry.
PENDAHULUAN Kafein merupakan alkaloid dari golongan metilxantin yang diketahui memiliki aktivitas farmakologi yakni menstimulasi sistem saraf pusat. Kafein terdistribusi setidaknya pada 63 jenis tumbuhan yang ada di alam baik pada bagian daun, biji dan buah. Sumber utama kafein adalah kopi, kola dan teh (Frary et al, 2005). Teh kemasan merupakan salah satu produk minuman yang digemari masyarakat. Jumlah kafein dalam produk minuman teh bervariasi tergantung kepada cara pengeringan, tipe produk dan cara penyajiannya. Tiap orang rata–rata meminum teh tiap hari tidak kurang dari 120 ml. Selain sebagai minuman yang menyegarkan, teh telah lama diyakini memiliki khasiat bagi kesehatan tubuh. Diantaranya, mampu mencegah dan menyembuhkan beberapa penyakit, mulai dari kanker, jantung koroner, diabetes, mengurangi stress, mempertahankan berat tubuh ideal, menurunkan tekanan darah, pelembut kulit dan lain-lain (Hartoyo, 2003; Rohdiana, 2009). Sedangkan konsumsi kafein yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa dapat menyebabkan gugup, gelisah, tremor,
ISSN : 2087-5045
insomnia, hiperestesia, mual, dan kejang (Ganiswarna, 1995). Pada penelitian ini ditentukan kadar konsumsi kafein pada produk teh celup dengan menggunakan metode KLT-Densitometri. Kafein diekstraksi dengan cara penyajian biasa yaitu diseduh dengan 250 ml air panas selama 2 menit.
METODE PENELITIAN Bahan Aquadest, teh celup instant (A, B dan C) yang beredar di pasaran, kloroform p.a., metanol p.a., NaSO4 anhidrat, asam klorida, kalium klorat, amoniak, NaOH, kafein pembanding kimia (No. Control 202106). Alat Timbangan analitik, spatel, alat penotolan Camag® nanomat 4, alumunium foil, kertas perkamen, kertas saring, beker glas, corong pisah, gelas ukur, batang pengaduk, corong, vial, labu ukur, peralatan rotary evaporator, bejana kromatografi (chamber) camag®, Camag® UV Lamps 254 nm dan 366 nm, plat silika 60 GF254 (Merck®). camag® TLC scanner 4. 43
SCIENTIA VOL. 4 NO. 1, FEBRUARI 2014
Ekstraksi kafein dari teh celup Sampel teh celup merek A, B dan C yang beredar di pasar kota Padang ditimbang setara dengan berat rata-rata satu sachet. Masukkan teh ke dalam beker glass dan ditambahkan 250 ml air panas kedalamnya, selanjutnya diseduh selama 2 menit sambil diaduk. Larutan teh disaring melalui corong dengan menggunakan kertas saring. Filtrat dipindahkan ke corong pisah, selanjutnya difraksinasi dengan 5 x 30 mL kloroform. Ambil lapisan kloroform, kemudian gabungkan dan keringkan dengan menggunakan NaSO4 anhidrat. Saring larutan dan uapkan filtrat menggunakan rotary evaporator sampai didapatkan ekstrak cair, kemudian cukupkan dengan kloroform dalam labu ukur 10 ml. Pipet 3 ml ekstrak cair kemudian diencerkan dengan kloroform hingga 10 ml dalam labu ukur. Kafein di dalam larutan sampel diidentifikasi dengan reaksi murexid.
nilai Rf (retensi faktor) dari sampel dengan kafein standar menunjukan nilai Rf yang sama, yaitu 0,54 – 0,56.
Gambar 1. Uji KLT standar kafein dan sampel Persamaan regresi yang diperoleh dari data larutan kafein standar adalah y = 7557,21 + 1406,21x dengan koefisien korelasi (r) = 0,997. 30000
Penentuan Kadar Kafein Larutan standar kafein dan sampel ditotolkan pada plat KLT yang sama yaitu berukuran 10x20 cm menggunakan alat penotol Camag® nanomat 4. Larutan induk kafein standar (1000 ppm) ditotolkan dengan volume 2, 4, 6, 8, dan 10 µl secara berturut turut sedangkan volume penotolan sampel adalah 5 µl . Untuk penentuan recovery dilakukan penotolan pada plat yang sama yaitu 2 µl standar + 5 µl sampel. Perlakuan diulangi sebanyak tiga kali. Plat KLT dielusi dengan fasa gerak kloroform dan metanol (19 : 1) dengan jarak migrasi 90 mm. Absorban noda/pita pada plat KLT diukur dengan Camag® TLC scanner 4. Berdasarkan data luas area kromatogram dan konsentrasi larutan standar, dapat dibuat kurva kalibrasi untuk pengukuran kadar kafein dalam sampel.
Dari persamaan regresi tersebut dapat dihitung kadar kafein dalam sampel. Sampel A memiliki kadar kafein paling tinggi, diikuti oleh sampel C dan B seperti terlihat pada tabel I. Apabila dalam sehari maksimal masyarakat meminum teh adalah tiga kali, maka kadar konsumsi harian kafein dari teh A, B dan C berturut-turut adalah 49,26 ; 42,18 dan 41,52 mg/hari
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Kadar konsumsi kafein dalam masingmasing teh celup
Analisa kafein dalam sampel secara kualitatif dilakukan dengan memberikan reaksi murexid. Reaksi ini spesifik untuk alkaloid turunan xanthin yang berwarna merah violet bila diberi uap amoniak dan hilang dengan penambahan alkali kuat, timbulnya warna ini karena adanya pemecahan oksidatif struktur purin Pederson, 2006). Selain itu juga diukur ISSN : 2087-5045
20000 10000 0
y = 1406,21x + 7557,21, r = 0,997 0 5 10
15
Konsentrasi ( g/ spot)
Sampel
Konsen trasi (µg/ spot)
Kadar konsumsi kafein (mg/sachet)
% Kadar (x ± SD)
A
2,4629
16,42
0,840 ± 0,0180
B
2,1097
14,06
0,647 ± 0,0080
C
2,0754
13,84
0,690 ± 0,0159
44
SCIENTIA VOL. 4 NO. 1, FEBRUARI 2014
Penentuan perolehan kembali pada sampel A sebesar 104,50 %, sampel B sebesar 103,23 % dan sampel C sebesar 108,58 % artinya metoda ekstraksi dan analisis kofein yang digunakan cukup baik. Persentase perolehan kembali yang baik yaitu 80%-120% (AOAC, 1999). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa kadar konsumsi kafein (maksimal 3xsehari) pada tiga sampel teh celup yang beredar di Kota Padang, dengan menggunakan metode TLCDensitometri, maka kadar kafein pada ketiga sampel tersebut tidak melebihi batas konsumsi yang diizinkan oleh BPOM RI (No. HK.00.05.23.3644) yaitu 150 mg/hari.
DAFTAR PUSTAKA [AOAC]. Association Official of Analytical Chemistry, 1999, Official Methods of Analysis of AOAC International, Maryland, AOAC International. BPOM RI, Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.23.3644, 2004, Jakarta. Frary CD, Johnson RK, Wang, MQ., 2005, Food Sources and Intakes Of Caffein in Diets of Persons in United States, J. Am Diet Assoc, 105 : 110-113. Ganiswarna, S. G., 1995, Farmakologi Dan Terapi, Edisi Keempat, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Hartoyo, A., 2003, Teh dan Khasiatnya bagi Kesehatan, Penerbit Kasinus, Yogyakarta. Pederson, O., 2006, Pharmaceutical Chemical Analysis : Methods for Identification and Limit Test, CRC Press, USA. Rohdiana, D., 2009, Teh ini Menyehatkan,Penerbit Alfabeta, Bandung.
ISSN : 2087-5045
45