perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGAMBILAN KEPUTUSAN RUJUKAN KE RUMAH SAKIT PADA IBU HAMIL BERISIKO TINGGI DALAM PERSPEKTIF GENDER (Studi di Wilayah Puskesmas Gondangrejo Kabupaten Karanganyar)
TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Kesehatan Masyarakat Minat Utama Kesehatan Ibu dan Anak
Oleh Septiana Juwita NIM. S 021308077
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2015
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGAMBILAN KEPUTUSAN RUJUKAN KE RUMAH SAKIT PADA IBU HAMIL BERISIKO TINGGI DALAM PERSPEKTIF GENDER (Studi di Wilayah Puskesmas Gondangrejo Kabupaten Karanganyar)
Disusun oleh: Septiana Juwita NIM. S021308077
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Pembimbing I
Prof. Dr. Hemanu J., MPd NIP. 195603031986031001
..........................
..............
..........................
..............
Pembimbing II Prof. Dr. Ismi Dwi A.N., M.Si. NIP. : 196108251986012001
Mengetahui, Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, MSc., PhD NIP: 1955102119941210 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGAMBILAN KEPUTUSAN RUJUKAN KE RUMAH SAKIT PADA IBU HAMIL BERISIKO TINGGI DALAM PERSPEKTIF GENDER (Studi di Wilayah Puskesmas Gondangrejo Kabupaten Karanganyar)
Disusun oleh: Septiana Juwita NIM. S021308077 Telah dipertahankan di depan penguji Dan dinyatakan telah memenuhi syarat pada tanggal ………………… 2015 Tim Penguji Jabatan
Nama
Ketua
Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, M.Sc., PhD NIP.1955102119941210 Dr. drg. Adi Prayitno, M.Kes. NIP:195911011986011001 1. Prof. Dr. Hermanu J., MPd. NIP. 195603031986031001 2. Prof. Dr. Ismi Dwi A.N., MSi. NIP. 196108251986012001
Sekretaris Anggota Penguji
Tanda Tangan ........................ ……………… . ........................
Tanggal ................. .. ………… …. ................. ...
........................ ................. ...
Mengetahui, Direktur Program Pasca Sarjana UNS
Kepala Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Prof. Dr. M Furqon Hidayatullah, M.Pd Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, MSc., PhD NIP: 196007271987021001 NIP: 1955102119941210 commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN PUBLIKASI
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWTyang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya yang tidak bisa ternilai. Shalawat dan salam kita ucapkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat dan para pengikutnya. Tesis dengan judul “Pengambilan Keputusan Rujukan ke Rumah Sakit pada Ibu Hamil Berisiko Tinggi Dalam Perspektif Gender(Studi Di Wilayah Puskesmas Gondangrejo Kabupaten Karanganyar)”ini dapat tersusun atas bantuan berbagai pihak, instansi terkait maupun materiil. Untuk itu, perkenankanlah penulis dengan segala kerendahan hati menghaturkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Dr. M Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Prof. dr. Bhisma Murti, MPH, MSc., PhD selaku Ketua Jurusan Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat dan penguji I yang telah membimbing penulis selama penyusunan tesis. 4. Prof. Dr. Hemanu J., MPd selaku pembimbing I, atas bimbingan, masukan, pengarahan dan motivasi bagi penulis. 5. Prof. Dr. Ismi Dwi A.N., M.Si.selaku pembimbing II, atas bimbingan, masukan, pengarahan serta motivasi bagi penulis. 6. Dr. drg. Adi Prayitno, M.Kes selaku penguji II yang telah membimbing penulis selama penyusunan tesis. 7. Kepala Puskesmas Gondangrejo Kabupaten Karanganyar yang memberikan ijin penelitian penulis untuk melakukan dpenelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Gondangrejo. 8. Kedua orang tua tercinta (Bapak Daljuwito & Ibu Suminem)serta saudaraku (Desi Murdiana), yang telah memberikan dukungan baik moral, spiritual dan materiil. 9. Keluarga tercintasuami (M. Fauzi) dan anakku (Prana Danesh Humaira) yang tercinta saya yang selalu memberikan dukungan serta doa yang tulus kepada penulis. 10.
Sahabat-sahabatku (Sunarti, Angga, danto Prass) commit user yang selalu memeberi semangat
dan dukungan dalam penulisan tesis ini baik secar moral dan spiritual. v
perpustakaan.uns.ac.id
11.
digilib.uns.ac.id
Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 yang telah memberikan dukungan
serta membantudalam penyelesaian tesis ini. Sebagai buah karya manusia, penulis menyadari tulisan ini tidak luput dari segala kekurangan. Oleh karena itu penulis berharap adanya masukan kritikan serta saran yang membangun demi perbaikan karya ini.
Surakarta,
Agustus 2015
Penulis
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Septiana Juwita, S021308077. 2015. Referral Decision Making to Hospital for High Risk Maternal in Gender Perspektive. Supervisor: Hermanu Joebagio. Co-supervisor: Ismi D. A. Nurhaeni. Public Health Sciene Program, Graduate Program, Sebelas Maret University ABSTRACT Background: Sustainable Development Goals (SDGs) is continue program of Millennium Development Goals (MDGs) wich made by United Nations. One of targets to be achieved to reduce Maternal Mortality Rate (MMR) by gender to sexual health, reproduction and reproductive rights. Decrease in mortality rate is one of them with referral decision making to hospital for high risk maternal in order to improve health and prevent mother and her fetus. This study aimed to describe referral decision making to hospital for high-risk maternal in gender perspective in Karanganyar Regency. Subject and Methods: This study is descriptive qualitative with phenomenological approach. Location health center in Gondangrejo District Karanganyar Regency with five couples of informants were high risk maternal. Technique used of collecting data using in-depth interviews. Data analisis used gender analysis Harvard 1 and interactive. Result: Access and control activities in referral decision making to hospital for high risk maternal in a gender perspective on finance, prenatal care, and information more dominant wife had access, but the wife did not have control while in preparation for labor saving and husband was more dominant in having access and control. Factors affecting referral decision making to hospital were for high risk maternal knowledge factor, wife was more dominant medium for factors attitude, perception, and economy, husband was more dominant. Referral decision making to hospitals for high risk maternal in gender perspective in families with the majority of automatic level, category and type of personal empirical dominant husband owned. Conclusion: wife's and husband role in family referral decision making to hospital for high risk maternal in gender perspective still oriented patriarchal culture in some communities in Indonesia, especially in Java . Keywords: referral decision making, maternal high risk, gender perspetive
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Septiana Juwita. S021308077. 2015. Pengambilan Keputusan Rujukan Ke Rumah Sakit pada Ibu Hamil Berisiko Tinggi Dalam Perspektif Gender.Pembimbing I: Hermanu Joebagio, Pembimbing II: Ismi Dwi A. Nurhaeni. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. ABSTRAK Latar belakang: Sustainable development goals merupakan kelanjutan program milleniumdevelopmentgoals yang dibuat Perserikatan Bangsa-Bangsa. Salah satu target yang harus dicapai adalah menurunkan angka kematian ibu dengan kesetaraan gender terhadap kesehatan seksual, reproduksi dan hak-hak reproduksi. Penurunan angka kematian tersebut salah satunya dengan pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi guna memperbaiki kesehatan dan mencegah ibu dan janin. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikanpengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender di Kabupaten Karanganyar. Metode penelitian: Penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Gondangrejo Kabupaten Karanganyar dengan lima pasang informan. Teknik yang dugunakan dalam pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam. Analisis yang digunakan adalah analisis gender Harvard 1 dan analisis interaktif. Hasil: Akses dan kontrol kegiatan dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko dalam perspektif gender pada keuangan, pemeriksaan kehamilan, dan informasi istri lebih dominan memiliki akses, namun istri tidak memiliki control sedangkan pada tabungan dan persiapan persalinan suami lebih dominan dalam memiliki akses dan kontrol. Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit yaitu pada faktor pengetahuan kehamilan berisiko tinggi, istri lebih dominan sedang untuk faktor sikap, persepsi, dan ekonomi, suami lebih dominan. Pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil risiko tinggi di dalam keluarga dalam perspektif gender mayoritas dengan tingkat otomatis, kategori empiris dan jenis pribadi yang dominan dimiliki suami. Kesimpulan: Peran istri dan suami dalam rumah tangga untuk pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender masih menekankan pada budaya patriaki pada sebagian masyarakat di Indonesia khususnya di Jawa. Kata kunci: pengambilan keputusan rujukan, hamil risiko tinggi, perspektif gender
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .......................................................................................
vi
ABSTRACT …………………………………………………………………..
viii
ABSTRAK ……………………………………………………………………
ix
DAFTAR ISI.....................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................
xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .………………………..……….....………............
1
B. Rumusan Masalah....……………………………...........................
6
C. Tujuan Penelitian……………………………………....................
7
D. Manfaat Penelitian....……………………………..........................
7
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka............................……….....................................
9
B. Penelitian Relevan.......……………......……………...…...............
52
C. Kerangka Berpikir......……………………...…………...................
55
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ..........................................................
58
B. Jenis Penelitian .........................…..………………….....................
58
C. Subyek Penelitian ............................................................................
59
D. Teknik Sampling ..............................................................................
59
E. Alat Pengumpulan Data...................................................................
60
F. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................
60
G. Validitas Data ..................................................................................
61
H. Teknik Anlisis .................................................................................
62
I. Etika Penelitian .................................................................................
63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dekripsi Lokasi Penelitian ..............................................................
66
B. Sajian Data ......................................................................................
73
C. Temuan Studi .................................................................................. commit to user
81
D. Pembahasan ....................................................................................
130
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .....................................................................................
150
B. Implikasi .........................................................................................
151
C. Saran ...............................................................................................
151
DAFTARPUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar2.1 Model Pemecahan Masalah....................................................
34
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ...................................................................
57
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Profil Kegiatan .............................................................................
48
Tabel 2.2 Akses dan Kontrol : Sumberdaya dan Keuntungan .....................
50
Tabel 2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Relasi Gender ......................
50
Tabel 2.4 Penelitian Relevan .......................................................................
52
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Surat Permohonan Untuk Menjadi Partisipan
Lampiran 2
Surat Persetujuan Penelitian
Lampiran 3
Instrumen Penelitian
Lampiran 4
Surat
Rekomendasi
Studi
Pendahuluan
dari
BangKesBangPol
Kabupaten Karanganyar Lampiran 5
Surat
Rekomendasi
Studi
Pendahuluan
BapPeDa
Kabupaten
Karanganyar Lampiran 6
Surat Rekomendasi Pendahuluan dari DinKes Kabupaten Karanganyar
Lampiran 7
Surat Rekomendasi Penelitian dari BangKesBangPol Kabupaten Karanganyar
Lampiran 8
Surat rekomendasi Penelitian dari BapPeDa Kabupaten Karanganyar
Lampiran 9
Surat Rekomendasi Penelitian dari DinKes Kabupaten Karanganyar
Lampiran 10
Kartu Konsultasi Penyusunan Tesis Mahasiswa Program Studi Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret
commit to user
xiii
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Konferensi PBB di Rio de Jeneiro Juni 2012 telah menyepakati peluncuran sebuah proses untuk tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable
Development
Goals/SDGs).
Program
SDGs
merupakan
kelanjutkan program dari MDGs. Program SDGs memiliki 17 tujuan yang akan dicapai. Salah satu programnya adalah target nomor tiga point satu yaitu dapat menurunkan angka kematian ibu (AKI) dari 289.000 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013 menjadi kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup secara global pada tahun 2030. Pencapaian target AKI pada tahun 2030 harus dipastikan dengan mempromosikan kesejahteraan dan hidup sehat pada semua umur (United Nation, 2014; WHO, 2014). PBB juga menyebutkan bahwa target SDGs nomor lima tentang pencapaian kesetaraan gender yaitu semua perempuan dan anak harus diberdayakan, terutama untuk menjamin akses universal terhadap kesehatan seksual, reproduksi dan hak-hak reproduksi yang disepakati sesuai dengan Program Aksi Inetenasional Conference on Population Development (ICPD) dan Beijing Platform for Action dan dokumen hasil review konferensi mereka (United Nation, 2014). Hal ini berarti bahwa dalam pencapaian target penurunan AKI diperlukan hak-hak reproduksi untuk mencapai kesetaraan gender.
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
Secara budaya di Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan regulasi penghapusan tindakan diskrimitatif terhadap perempuan telah berdasarkan hasil The Convertion of All Forms Discrimination Againts Women (CEDAW) yang telah diselenggarakan oleh PBB sejak tahun 1979 yang mebesarkan isu ketidaksetaraan gender yang sudah diratifikasi oleh Indonesia pada UU No. 7 1984 tentang pengesahan konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita (Dewi, 2006). Kenyataannya nilai-nilai budaya masih memiliki sifat diskriminatif, sehingga kesetaraan dan keadilan gender dalam kesehatan masih terhambat untuk mewujudkannya. Seharusnya akses dan kontrol dimiliki laki-laki dan perempuan untuk mengambil keputusan atas diri sendiri. Salah satu indikatror penentu derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian ibu (AKI). Dalam pencapaian MDGs, telah dilakukan berbagai upaya yang terencana dan dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jarak Menengah (RPJM) tahun 2010-2014. Salah satu sasaran yang telah ditetapkan yaitu target menurunkan AKI pada tahun 2014 menjadi 118/100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan SDKI tahun 2007, AKI di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 228/100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 359/100.000 kelahiran hidup. Padahal target MDGs tahun 2015 dalam menurunkan AKI menjadi 102/100.000 kelahiran hidup (Kemenperpenas/Bappenas, 2013). Tingginya angka kematian ibu (AKI) tercermin di tingkat propinsi termasuk Jawa Tengah. Di Jawa Tengah dilaporkan bahwa AKI mengalami commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
peningkatan mulai tahun 2010 sebesar 104,97/100.000 kelahiran hidup, tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 116,01/100.000 kelahiran hidup. Kemudian meningkat lagi tahun 2012 menjadi 116,34/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Prov. Jawa Tengah, 2013). Sedangkan di tingkat kabupaten, seperti Kabupaten Karanganyar AKI pada tahun 2009 sebesar 64,9/100.000 kelahiran hidup mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi 128,6/100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 99,1/100.000 kelahiran hidup, namun pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi sebesar 127,1/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Kab. Karanganyar 2013). Unicef (2013) melaporkan bahwa setiap satu jam ada perempuan meninggal dunia setelah melahirkan atau karena sebab-sebab yang berhubungan dengan kehamilan. Faktor penyebab kematian pada ibu tersebut yaitu disebabkan oleh perdarahan hebat setelah melahirkan, infeksi setelah melahirkan, pre-eklamsi dan eklamsi, aborsi, serta komplikasi saat persalinan. Sebenarnya kematian ibu dapat dicegah dengan perawatan saat hamil, penolong persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan dukungan keluarga selama hamil (WHO, 2014). Penyebab kematian maternal di Indonesia dengan komplikasi kebidanan paling sering terjadi adalah hipertensi dalam kehamilan (32%), infeksi (31%), perdarahan pasca bersalin (20%), abortus (4%), dan lain-lain (13%) (Kemenkes, 2014). Selain faktor-faktor penyabab kematian maternal tersebut, kematian maternal dapat disebabkan oleh cepat atau tidaknya dalam pengambilan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
keputusan di dalam keluarga dengan melakukan perundingan antar anggota keluarga (suami, orang tua, dan anak) dan tetangga sehingga dapat menyebabkan keterlambatan dalam pengambilan keputusan untuk merujuk ke rumah sakit. Keterlambatan pengambilan keputusan rujukan dapat disebabkan oleh pihak keluarga yang terlambat dalam mengenali risiko tinggi ibu bersalin, terlambat dalam mencari pertolong persalinan, terlambat dalam mencari transportasi, dan terlambat dalam mengambil keputusan membawa ke rumah sakit yang disebabkan adat istiadat (Fibriana, 2007). Penelitian-penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi pengambilan keputusan merujuk dalam perspektif gender sebagai salah satu determinan kematian ibu, seperti penelitian yang dilakukan Shrestha (2012) di Nepal menunjukkan bahwa perempuan masih mengikuti keputusan yang diambil oleh suami dalam kesehatan kehamilannya dan akses pelayanan kesehatan kehamilannya walaupun perempuan lebih memiliki pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan daripada suami. Berbeda dengan penelitian Hou dan Ma (2013) di Pakistan menemukan bahwa kekuatan pengambilan keputusan berada di tangan ibu sehingga kekuatan ibu dapat meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu. Namun apabila pengambilan keputusan yang dilakukan oleh suami, maka akan memiliki efek yang buruk terhadap pelayanan kesehatan ibu. Meningkatkan kemampuan dan pemberdayaan perempuan dalam pengambilan keputusan dapat meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dengan baik. Penelitian Rokhmah (2011) di Sumbersari Jember menemukan bahwa 83% dari enam kasus kematian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
maternal dari data laporan Puskesmas Sumbersari Jember tahun 2006-2010 terjadi di pelayanan kesehatan. Hal tersebut dikarenakan perempuan diahadapkan pada konstruksi gender yeng memposisikan perempuan lebih lemah dari laki-laki dalam pengambilan keputusan dan mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang kurang baik. Pengambilan keputusan rujukan dalam perspektif gender pada ibu hamil berisiko tinggi merupakan suatu gambaran dalam proses memperbaiki kondisi kesehatan ibu dan janin serta suatu proses yang rumit dengan melibatkan tahapan-tahapan seperti pemahaman adanya masalah, pencarian alternatif pemecahan masalah, dan evaluasi alternatif yang akhirnya untuk memutuskan rujukan pada ibu hamil berisiko tinggi dapat dilakukan ibu sendiri dengan cepat dan tepat. Penentuan kesehatan ibu hamil berisiko tinggi adalah ibu sendiri, bukan orang lain. Pengambilan keputusan di dalam keluarga sering terlambat yang diakibatkan oleh beberapa faktor, seperti keterlambatan yang datang dari pemberi pelayanan kesehatan (provider) maupun dari keluarga (suami). Kasus kematian ibu di Kabupaten Karanganyar, terbanyak ditemukan di Kecamatan Jumantono sebanyak 2 kasus (1 kasus kematian ibu bersalin dengan umur 20-34 tahun dan 1 kasus kematian ibu nifas dengan umur ≥ 35 tahun), Kecamatan Karanganyar sebanyak 2 kasus (kematian ibu nifas dengan umur ≥ 35 tahun) dan Kecamatan Kebakkramat sebanyak 2 kasus (kematian ibu nifas dengan umur ≥ 35 tahun. Cakupan ibu hamil berisiko tinggi dan komplikasi sebanyak 20% dari 15.212 jumlah ibu hamil di Kabupaten commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
Karanganyar. Wilayah Puskesmas Gondangrejo memiliki 1.285 ibu hamil. Ibu hamil berisiko tinggi yang dideteksi oleh tenaga kesehatan di Wilayah Puskesmas Gondangrejo sebanyak 257 kasus dan yang mendapat penangan rujukan ke rumah sakit sebanyak 115 kasus pada tahun 2013 (Dinkes Kab. Karanganyar, 2013). Dari uraian mengenai pengambilan keputusan rujukan, penulis ingin mengambil penelitian pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit dari faktor keluarga (ibu hamil dan suami) dengan perspektif gender. Pengambilan keputusan rujukan di tingkat keluarga (suami dan istri) dalam perspektif gender di Indonesia masih perlu dieksplor dan detiliti. Oleh karena itu, peneliti tertarik mengambil judul penelitan ‘Pengambilan Keputusan Rujukan ke Rumah Sakit pada Ibu Hamil Berisiko Tinggi dalam Perspektif Gender’.
B. Tujuan Rumusan Masalah Perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana akses dan kontrol dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender di dalam rumah tangga? 2. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender di dalam rumah tangga? 3. Bagaimana pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender di dalam rumah tangga? commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Penelitian 1. Tujuan Umum Mendeskripsikan pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender di Kabupaten Karanganyar. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini untuk: a. Mendeskripsikan akses dan kontrol dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam persepktif gender di dalam rumah tangga. b. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender di dalam rumah tangga. c. Mendeskripsikan pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender di dalam rumah tangga.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut : 1. Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya informasi teoritis mengenai pengambilan keputusan rujukan pada ibu hamil risiko commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tinggi dalam perspekstif gender. Diharapkan manajemen kesehatan ibu dan anak dapat berkembang. 2. Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan referensi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar untuk menyusun program penurunan AKI, khususnya berkaitan dengan pengambilan keputusan rujukan pada ibu hamil risiko tinggi dalam perspektif gender.
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjuan Pustaka 1. Kehamilan a. Pengertian Kehamilan Kehamilan merupakan suatu anugerah dari Tuhan yang harus dijaga dan perlu mendapat perhatian dan dukungan dari keluarga (BKKBN, 2003). Kehamilan adalah keadaaan mengandung janin dalam rahim karena sel telur dibuahi oleh spermatozoa (KBBI, 2014). Kehamilan merupakan suatu keadaan hamil selama sembilan bulan atau seorang ibu membawa janin dan bayi di dalam rahimnya. Selain itu kehamilan bagi sebagian besar perempuan merupakan masa kebahagiaan yang luar biasa. Namun selama kehamilan, keduanya (ibu dan janin) akan menghadapi berbagai risiko kesehatan. Karena alasan ini penting bahwa semua kehamilan harus dipantau oleh ahli penyedia layanan (WHO, 2014). Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Hamil normal yang dirasakan ibu selama 280 hari (40 minggu atau sembilan bulan lebih tujuh hari) yang dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam tiga triwulan, yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai usia kehamilan 12 minggu, triwulan kedua dimulai dari usia kehamilan masuk minggu ke 13 sampai usia commit to user
9
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kehamilan 28 minggu, dan trimester ketiga dimulai dari usia kehamilan masuk minggu ke 29 sampai 40 minggu (Prawiroharjo, 2010). b. Tanda Bahaya Kehamilan Sebagian besar kaum perempuan menginginkan kehamilan dan melahirkan lancar. Namun komplikasi kehamilan datang kapan saja dan tidak dapat diprediksi. Masalah ini benar-benar terjadi dan penting untuk dipastikan bahwa kejadian ini harus segara mendapat pertolongan dan tidak boleh ditunda dalam memberikan pertolongan. Oleh karena itu, semua ibu hamil, suami dan keluarganya harus menyadari dan mengetahui tanda-tanda bahaya dan komplikasi kehamilan serta dapat mencari pelayanan kesehatan yang tepat. Hal ini sangat penting untuk deteksi dini dan juga merupakan bagian penting dari rencana kelahiran bayi dan darurat untuk dilakukan pengambilan tindakan lanjutan dan rujukan yang tepat (WHO, 2013). Tanda bahaya kehamilan dan komplikasi kehamilan sudah disebut dengan kehamilan berisiko tinggi. Kehamilan berisiko tinggi merupakan
kehamilan
disertai
dengan
kondisi
yang
dapat
mengakibatkan risiko terjadinya kelainan atau ancaman bahaya pada ibu dan janin. Kehamilan berisiko tinggi memerlukan penanganan khusus terhadap ibu dan janin. Jika kehamilan berisiko tinggi tidak segera medapat penanganan maka kehidupan atau kesehatan ibu dan commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
janin akan terancam bahaya karena adanya gangguan kehamilan (Bobak et al, 2005). Menurut WHO (2013) bahwa jika ibu hamil sudah diketahui tanda-tanda bahaya kehamilan, maka ibu hamil harus segera dibawa ke rumah sakit agar segera mendapat pertolongan. Berikut tanda-tanda bahaya kehamilan secara umum, yaitu: perdarahan pervaginam yang tidak wajar, kejang, sakit kepala berat dan pandangan kabur, demam dan terlalu lemah untuk bangkit dari tempat tidur, nyeri berat hebat, dan napas cepat atau susah bernapas. Apabila ibu hamil sudah memiliki gejala seperti: panas, nyeri perut, terasa sakit, dan bengkak pada jari, wajah dan kaki, maka segera diperiksakan ke pelayanan kesehatan terdekat agar mendapat pelayanan kesehatan lebih lanjut. Lebih jelasnya, tanda bahaya dalam kehamilan dibagi dalam trimester, karena tanda bahaya dalam kehamilan ini tiap trimesternya berbeda-beda dan komplikasi yang dialami juga berbeda-beda pula. Oleh karena itu, tanda bahaya dalam kehamilan dibagi menjadi tigas trimester sebagai berikut: 1) Trimester pertama a) Perdarahan
pervaginam.
Perdarahan
selama
trimester
kehamilan dapat memprediksi kompliksi ibu dan janin. Komplikasi yang terjadi, yaitu kehamilan ektopik, mola, dan abortus (Riahinejad et al, 2011). commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perdarahan pada awal kehamilan ini harus segera mendapat penanganan yang serius yaitu dengan menyiapkan fasilitas tindakan gawat darurat, lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu, termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur). Jika dicurigai adanya syok, segera lakukan tindakan meskipun tanda–tanda syok belum terlihat. Ingat bahwa saat melakukan evaluasi lebih lanjut kondisi ibu dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk segera memulai penanganansyok, yaitu pasang infus dan berikan cairan intravena. Lakukan restorasi cairandarah sesuai dengan keperluan (Saifuddin, 2002). b) Mual muntah berlebihan. Mual dan muntah yang terjadi dalam kehamilan biasanya relatif sedikit dan jangka waktu yang singkat, serta akan berhenti sekitar minggu ke 12-14. Mual muntah ini disebabkan karena meningkatnya hormon estrogen dan HCG dalam serum. Jika ibu hamil mengalami mual dan muntah berkepanjangan, maka akan mengakibatkan suatu komplikasi yang disebut hiperemesis gravidarum (Tiran, 2014). Penanganan mual muntah menurut Tiran (2014) pada ibu hamil adalah pertama, istirahat, tidur, mengambil cuti kerja, dan menjaga dehidrasi. Kedua, melakukan akupunktur / akupresur pada pergelangan akurat berada pada titik neugian. commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ketiga, minum minuman herbal dan mencium aroma terapi, seperti: teh jahe-menghindari jika menderita mulas, pada antikoagulan, pendarahan dan teh peppermint menghindari jika kardiovaskular
penyakit
(jantung
stimulan).
Keempat,
melakukan terapi homeopati adalah energi berbasis terapi dan tidak bekerja suatu obat. Obat harus secara individual ditentukan oleh praktisi tepat terlatih. Kelima, melakukan hipnoterapi, hal ini sangat bermanfaat jika riwayat stres, kecemasan, depresi pernah dialami. Hipnoterapi bisa dilakukan dengan self-help DVD tersedia atau mencari bantuan profesional. Keenam, adaptasi nutrisi dengan makan sedikitsedikit dan sering, makan apa pun yang menarik, serta minum suplemen vitamin B6 dan suplemen mungkin dapat membantu. Ketujuh, jika stres, maka lakukan konsultasikan dengan praktisi
yang
memenuhi
syarat
berpengalaman
dalam
pekerjaan bersalin. Gunakan aromaterapi dan pijat refleksi lembut misalnya Tai chi atau Qi gong. c) Sakit kepala hebat. Sakit kepala selama kehamilan terjadi secara signifikan mengakibatkan gangguan kesehatan umum (Turner, 2012). Sakit kepala atau pusing sering dialami oleh pada ibu hamil pada awal kehamilan karena adanya peningkatan tuntutan darah ke tubuh sehingga ketika akan mengubah posisi dari duduk/tidur ke posisi yang lain (berdiri) commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tiba-tiba, sistem sirkulasi darah merasa sulit beradaptasi. Sakit kepala/pusing yang lebih sering daripada biasanya dapat disebabkan oleh faktor fisik maupun emosional. Pola makan yang berubah, perasaan tegang dan depresi juga dapat menyebabkan sakit kepala (Sulistyawati, 2009). d) Kram perut yang hebat. Kram perut saat trimester awal kehamilan seperti kram saat menstruasi di bagian perut bawah atau rasa sakit seperti ditusuk yang timbul hanya beberapa menit dan tidak menetap adalah normal. Hal ini sering terjadi karena adanya perubahan hormonal dan juga karena adanya pertumbuhan dan pembesaran dari rahim dimana otot dan ligamen merenggang untuk menyokong rahim (Sulistyawati, 2009). e) Selaput kelopak mata pucat. Selaput kelopak mata pucat dapat diakibatkan
kadar
hemoglobin
dalam
darah
kurang
(Hemoglonin normal pada ibu hamil adalah 10,5-12 gr/dl, maka disebut anemia. Anemia merupakan masalah medis yang banyak terjadi pada wanita hamil. Jumlah sel darah merah dalam keadaan rendah, kuantitas dari sel–sel ini tidak memadai untuk memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh bayi. Anemia sering terjadi pada kehamilan karena volume darah meningkat kira–kira 50% selama kehamilan. Darah terbuat dari cairan dan sel. Cairan tersebut biasanya meningkat lebih cepat commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
daripada sel-selnya. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan hematokrit (volume, jumlah atau persen sel darah merah dalam darah). Penurunan ini dapat mengakibatkan anemia (Hanifa, 2007). f) Demam tinggi. Ibu hamil menderita deman dengan suhu tubuh lebih 38°C dalam kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan. Penanganan umumnya dengan: istirahat baring, minum banyak, kompres untuk menurunkan suhu. Komplikasi yang ditimbulkan akibat mengalami demam tinggi antara lain: sistitis (infeksi kandung kencing), pielonefritis Akut (infeksi saluran kemih atas) (Saifuddin, 2002). g) Kejang.
Pada umumnya kejang didahului oleh makin
memburuknya
keadaan
dan
terjadinya
gejala–
gejalasakitkepala, mual, nyeri ulu hati sehingga muntah. Bila semakin berat, penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang dalam kehamilan dapat merupakan gejala dari eklamsia. Penanganan umumnya dengan baringkan pada sisi kiri tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi secret, muntahan, atau darah, bebaskan jalan nafas, dan hindari jatuhnya pasien dari tempat tidurLakukan pengawasan ketat. Komplikasi yang commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat timbul antara lain: syok, eklamsia, hipertensi, proteinuria (Saifuddin, 2002). 2) Trimester kedua a) Pre-eklamsi merupakan komplikasi serius dari kehamilan yang berpotensi mengancam kehidupan ibu dan bayi. Ia meliputi sejumlah kelainan yang mungkin ada di dalam kondisi klinis yang lain. Pre-eklampsia merupakan penyebab utama dari kematian dan kesakitan ibu dan perinatal dan juga sindrom yang dapat mengakibatkan ibu gagal ginjal, gangguan hati, cerebral atau coagulatory fungsi sendiri atau komplikasi. Hipertensi setelah 20 minggu kehamilan adalah penting untuk diagnosis (Barden, 2006). Pre-eklampsia ditandai dengan tiga tanda yang sering disebut trias, yaitu: bengkak pada beberapa bagian tubuh, protein urin positif, dan tekanan darah lebih dari 160/100 mmHg, b) Eklampsi ditandai dengan tiga tanda pre-eklamsi dan disertai dengan kejang, c) Keluar cairan ketuban. Apabila ibu merasa ada aliran cairan yang keluar dari jalan lahir, sebaiknya segera dibawa ke fasilitas kesehatan. Pasalnya, tanda ini merupakan indikasi ketuban pecah dini yang membahayakan janin. d) Janin tidak bergerak. Normalnya, janin bergerak lebih dari 12 kali gerakan yang dirasakan ibu. commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e) Denyut jantung janin abnormal. Tanda bahaya yang terakhir adalah abnormalitas DJJ dan gerakan janin. Denyut jantung janin normalnya antara 120-160 x/permenit. Gejala tersebut menandakan bahaya fetal distress yang berujung pada kematian janin. 3) Trimester ketiga a) Perdarahan vagina dalam kehamilan. Pada masa awal sekali kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan yang sedikit atau spotting disekitar waktu pertama haidnya. Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi, dan ini normal terjadi. Pada waktu yang lain dalam kehamilan, perdarahan ringan mungkin pertanda dari servik yang rapuh atau erosi. Perdarahan semacam ini mungkin normal atau mungkin suatu tanda adanya infeksi. Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah yang merah, perdarahan yang banyak, atau perdarahan dengan nyeri. Perdarahan ini dapat berarti abortus, kehamilan mola atau kehamilan ektopik. Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak, dan kadang -kadang, tetapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta previa atau abrupsio plasenta (Pusdiknakes, 2003). b) Keluar air ketuban sebelum waktunya. Sering dinamakan ketuban pecah dini, apabila terjadi sebelum persalinan commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berlangsung yang disebabkan karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uteri atau oleh kedua faktor tersebut, juga karena adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan servik dan penilaiannya ditentukan dengan adanya cairan ketuban di vagina. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazin test) merah menjadi biru (Saifuddin, 2002). c) Kejang. Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya keadaan dan terjadinya gejala -gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu hati sehingga muntah. Bila semakin berat,
penglihatan
semakin
kabur,
kesadaran
menurun
kemudian kejang. Kejang dalam kehamilan dapat merupakan gejala dari eklampsia (Saifuddin, 2002). d) Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal tiga kali dalam satu jam). Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan kelima atau keenam. Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit tiga kali dalam satu jam jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik (Pusdiknakes, 2003). e) Demam Tinggi. Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi
dapat
merupakan gejala commit to user
adanya
infeksi
dalam
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kehamilan. Penanganan demam antara lain dengan istirahat baring, minum banyak dan mengompres untuk menurunkan suhu (Saifuddin, 2002). Demam dapat disebabkan oleh infeksi dalam kehamilan yaitu masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh wanita hamil yang kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau gejala–gejala penyakit. Pada infeksi berat dapat terjadi demam dan gangguan fungsi organ vital. Infeksi dapat terjadi selama kehamilan, persalinan dan masa nifas (Pusdiknakes, 2003). f) Nyeri perut yang hebat. Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah istirahat. Hal ini bisa berarti appendiksitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang pelviks, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsio placenta, infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya (Pusdiknakes, 2003). g) Sakit kepala hebat. Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan seringkali merupakan ketidak nyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklampsia (Pusdiknakes, 2003). h) Selaput kelopak mata pucat. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan keadaan hemoglobin di bawah 11gr% pada trimester pertama dan ketiga, <10,5gr% pada trimester kedua. Nilai tersebut dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil terjadi hemodilusi, terutama pada trimester kedua. Anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi zat besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi (Saifuddin, 2002). 2. Kematian Maternal a. Definisi Kematian Maternal Kematian maternal menurut batasan dari The Tenth Revision of The International Clasificasion of Desease (ICD-10) mendefinisikan kematian ibu hamil merupakan kematian perempuan selama hamil atau selama 42 hari setelah melahirkan, tanpa membedakan letak dan waktu kehamilan, dari berbagai sebab yang terkait oleh kehamilan maupun penanganannya tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau penyakit lain. Dari definisi ini dapat dibedakan kematian maternal menjadi kematian langsung dan tidak langsung. Kematian langsung merupakan kematian yang diakibatkan oleh komplikasi obstetrik pada commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kondisi kehamilan (kehamilan, kelahiran, hingga pasca kelahiran), intervensi, penanganan yang tidak tepat, atau gabungan dari hal-hal tersebut. Kematian tidak langsung merupakan kematian yang diakibatkan oleh penyakit yang sudah ada sejak sebelum hamil maupun yang timbul saat hamil dan tidak diakibatkan oleh penyebab obstetrik langsung namun diperparah oleh efek fisiologis dari kehamilan (WHO, 2012). Kasus kematian maternal langsung yaitu disebabkan oleh pendarahan, infeksi, eklampsia, persalinan lama dan abortus (Broek & Falconer, 2011). Hal ini sering disebabkan oleh beberapa faktor yang berkaitan
dengan
pemberian
layanan
kesehatan
(rendahnya
keterampilan petugas kesehatan, sulitnya membuat kondisi steril, kurangnya akses terhadap transfusi darah, anestesi, dan obat-obatan) serta faktor sosial (agama, kemiskinan, rendahnya kedudukan dan peranan perempuan, serta rendahnya kemampuan dan tingkat pendidikan perempuan) (Piane, 2008). b. Determinan Kematian Maternal Risiko terjadinya kematian maternal pada negara berkembang adalah lebih dari 200 kali lipat penduduk dibandingkan pada penduduk di Eropa Barat dan Amerika Utara. Pada tahun 2005 hampir 99% kematian maternal terjadi di negara berkembang (Piane, 2008).
commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Faktor-faktor yang mempengeruhi kematian maternal menurut McCarthy dan Maine (1992) dikelompokkan menjadi tiga determinan, yaitu sebagai berikut: 1) Determinan dekat Determinan dekat merupakan proses yang paling dekat dengan kejadian kematian ibu. Dterminan dekat terdiri dari kejadian kehamilan yang mengalami komplikasi kehamilan serta komplikasi kehamilan dan persalinan merupakan penyebab komplikasi langsung kematian yang disebabkan oleh perdarahan, infeksi, eklamsi, partus macet dan ruptur uteri (Syarifudin dan Hamidah, 2009). Penyebab kematian maternal di Indonesia tahun 2010 dengan komplikasi kebidanan paling sering adalah hipertensi dalam kehamilan (32%), infeksi (31%), perdarahan pasca bersalin (20%), abortus (4%), dan lain-lain (13%) (Kemenkes, 2014). a) Komplikasi
kehamilan.
Komplikasi
kehamilan
dapat
mengancam jiwa dan bahkan sampai mengakibatkan kematian. Komplikasi yang sering terjadi pada ibu hamil adalah hipertensi dalam kehamilan, infeksi dan perdarahan pasca bersalin (Kemenkes, 2014). b) Komplikasi persalinan dan nifas. Komplikasi yang timbul pada persalinan dan masa nifas merupakan penyebab langsung kematian maternal. Komplikasi yang terjadi menjelang commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
persalinan, saat dan setelah persalinan terutama adalah perdarahan, partus macet atau partus lama dan infeksi akibat trauma pada persalinan (Kemenkes, 2014). Kemenkes
(2014)
menyatakan
bahwa
komplikasi
kehamilan ibu dapat dicegah dan ditangani bila: ibu segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan, tenaga kesehatan melakukan
prosedur
penanganan
yang
sesuai
dengan
menggunakan pemantauan partograf, manajemen aktif kala tiga untuk mencegah perdarahan, tenaga kesehatan mampu melakukan identifikasi dini komplikasi,apabila komplikasi terjadi, tenaga kesehatan mampu memberikan pertolongan pertama dan melakukan tindakan stabilitas pasien sebelum melakukan rujukan,proses rujukan efektif, dan pelayanan di rumah sakit cepat dan tepat guna. 2) Determinan antara a) Status kesehatan ibu. Status kesehatan ibu yang berpengaruh terhadap kejadian kematian ibu meliputi status gizi, anemia, penyakit yang diderita ibu, dan riwayat komplikasi pada kehamilan dan persalinan (Kemenkes, 2013). b) Status kesehatan reproduksi. Status kesehatan reproduksi sangat penting untuk diketahui pada ibu hamil berisiko tinggisehingga dapat mengakibatkan kematian maternal. Kematian meternal dapat diakibatkan oleh usia ibu hamil, commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jumlah kelahiran, jarak kehamilan, dan status perkawinan ibu hamil (Depkes RI, 2008). (1) Terlalu tua Perempuan hamil pada usia lebih dari 35 tahun dapat menyebabkan perempuan terpapar komplikasi medik dan obstetrik, seperti risiko terjadinya hipertensi kehamilan, diabetes, penyakit kardiovaskuler, penyakit ginjal dan gangguan fungsi paru. Selain itu perdarahan, insidensi perdarahan akibat solusio plasenta dan plasenta previa, cara persalinan dengan seksio sesaria, persalinan prematur akan meningkat (De Chaney & Natan, 2003). (2) Terlalu muda Perempuan hamil pada usia di bawah 20 tahun juga merupakan risiko tinggi untuk hamil dan melahirkan (Depkes RI, 2004). Komplikasi kehamilan diusia muda juga sering timbul adalah anemia, partus dan partus macet. Selain itu kurangnya akses ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
perawatan
kehamilan
dan
persalinan
merupakan penyebab utama terjadinya kematian maternal di usia muda. Keadaan ini diperburuk oleh kemiskinan dan kebuta–hurufan, ketidaksetaraan kedudukan antara pria dan wanita, pernikahan usia muda dan kehamilan yang tidak diinginkan (WHO, 2000). commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(3) Terlalu sering Jumlah kehamilan atau sering disebut paritas, 2–3 paritas merupakan paritas paling aman jika ditinjau dari sudut kematian
maternal.
Paritas
≤
1
(belum
pernah
melahirkan/baru melahirkan pertama kali) dan paritas > 4 memiliki angka kematian maternal lebih tinggi. Paritas lebih dari tiga dengan usia tua, secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan. Namun, pada kehamilan kedua atau ketigapun jika kehamilannya terjadi pada keadaan yang tidak diharapkan (gagal KB, ekonomi tidak baik, interval terlalu pendek), dapat meningkatkan risiko kematian maternal (Depkes RI, 2004). Menurut hasil SKRT 2001, proporsi kematian maternal tertinggi terdapat pada ibu yang berusia > 34 tahun dan paritas > 4 (18,4%) (Djaja et al, 2003). (4) Terlalu dekat Meningkatnya risiko kehamilan untuk terjadinya kematian maternal dapat juga disebabkan karena jarak antar kehamilan yang terlalu dekat (kurang dari dua tahun). Sehingga persalinan dengan interval kurang dari 24 bulan (terlalu sering) sudah merupakan kelompok risiko tinggi untuk terjadi perdarahan postpartum, kesakitan dan kematian ibu. Jarak antar kehamilan yang disarankan commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah paling sedikit dua tahun, untuk memungkinkan tubuh wanita dapat pulih dari kebutuhan ekstra pada masa kehamilan dan laktasi (Depkes RI, 2004). c) Akses pelayanan kesehatan. Akses pelayanan kesehatan merupakan kemudahan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang dilakukan individu dengan kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan faktor penentu antara jarak tempat tinggal dan waktu tempuh ke sarana kesehatan, serta status soasial (Depkes RI, 2008). d) Perilaku penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan. Perilaku penggunaan fasilitas kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap rangsangan obyek yang berhubungan dengan sakit, sistem layanan kesehatan, makanan dan lingkungan dalam penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan (Maulana, 2007). Perilaku yang dilakukan ibu hamil berisiko tinggi meliputi perilaku ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya secara rutin serta mengikuti saran bidan atau dokter agar masalah dan komplikasi yang dialami segera terdeteksi sehingga ibu hamil akan segera mendapatkan penangan dan tempat pelayanan rujukan yang tepat dengan harapan tidak akan terjadi kematian maternal.
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Determinan jauh Determinan jauh secara tidak langsung mempengaruhi kematian maternal. Determinan jauh dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu meliputi: pertama, status perempuan dalam keluarga dan
masyarakat
terdiri
dari
pendidikan,
pekerjaan,
dan
pendapatan. Kedua, status keluarga dalam masyarakat terdiri dari pendapatan keluarga, tempat tinggal, pendidikan anggota keluarga, dan pekerjaan anggota keluarga. Ketiga, status masyarakat
meliputi
kesejahteraan
dan
sumber
daya
di
masyarakat(Fibriana, 2007). Determinan jauh pada kematian maternal berkaitan erat dengan the Three Delays Models menurut Thorsen et al (2012), yaitu: a) Terlambat dalam pengambilan keputusan Mengungkapkan
bahwa
keterlambatan
dalam
pengambilan keputusan pada ibu hamil berisiko tinggi masih sering terjadi. Anggota keluarga atau orang lain baru mengambilan keputusan untuk mencari pertolongan untuk ibu hamil berisiko tinggi ketika ibu tersebut hampir meninggal dunia (Thorsen et al, 2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan rujukan untuk ibu hamil berisiko tinggi sebagai berikut: commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(1) Mengetahui tanda, gejala, dan keseriusan Untuk mendapatkan perawatan kesehatan maternal dengan komplikasi kebidanan berawal dari pengenalan tanda dan gejala bahaya kehamilan. 11 dari 32 maternal memiliki tanda dan gejala penyakit pada dua hari hingga satu bulan sebelumnya dan mereka atau keluarga mereka baru memutuskan untuk mencari perawatan di rumah sakit. Mereka cenderung meremehkan keselamatan maternal denagan masalah kebidanan. Suami mereka berpendapat bahwa mereka menunda karena mereka fikir masalah itu tidak
serius dan dengan kepercayaan
maternal tersebut akan menjadi lebih baik (Thorsen et al, 2012). (2) Melakukan persalinan tradisional dan persalinan rumah Faktor lainnya adalaha ibu hamil yang meninggal dunia karena telah mendapat pertolongan persalinan dari petugas tradisional (tradisional birth attendant) atau melahirkan di rumah daripada memutuskan untuk langsung ke pelayanan kesehatan. Dalam kasus yang lain penolong persalinan tradisional biasa dipanggil untuk melakukan persalinan di lokasi terpencil yang jauh dari fasilitas
kesehatan
dan
biasanya
mendesak (Thorsen et al, 2012). commit to user
dalam
keadaan
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Terlambat mencapai fasilitas rujukan Ketika
rumah
sakit
jauh
dari
tempat
tinggal,
transportasipun menjadi penting untuk mengambil tindakan segera sehingga akan diterima dan konsekuensi dalam menolong nyawa ibu dan bayi. Tiga dari 17 keluarga mengatakan bahwa transportasi menajdi hambatan dalam pengambilan keputusan. Satu keluarga tersebut tinggal di area yang padat penduduk di dekat rumah sakit. Namun, suami masih memiliki masalah untuk menemukan transportasi pada waktu yang tepat dengan kenyataan dalam keadaan darurat. Dua keluarga tinggal di daerah pedesaan dan mereka hanya memiliki gerobak. Dalam keadaan darurat, ibu hamil berisiko tinggi dibawa ke rumah sakit dengan menggunakan gerobak. Namun dalam perjalan ke rumah sakit, ibu hamil tersebut meninggal dunia. Dari tiga kasus tersebut, semua memiliki masalah transportasi yang mengakibatkan ibu hamil berisiko tinggi menjadi terlambat dalam menuju fasilitas kesehatan dan terlambat menerima pengobatan(Thorsen et al, 2012). c) Terlambat mendapat pertolongan Ketika ibu hamil berisiko tinggi terlambat mencapai fasilitas kesehatan, mereka tidak mendapatkan perawatan atau tindakan yang tepat sehingga terlambat dalam mendapatkan pertolongan. Keterlambatan tersebut diakibatkan karena commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kurangnya tenaga kesehatan yang terampil,tindakan klinis tidak memadai (dokumentasi dan riwayat pasien), diagnosa yang tidak terjawab, kurangnya komunikasi antara tenaga kesehatan
dengan
keluarga,
penyangkalan
terhadap
keterbatasan keterampilan teknis, kurangnya pengawasan dan perhatian pada pasien, kekurangan darah, dan kurangnya cairan(Thorsen et al, 2012). 3.
Pengambilan Keputusan Rujukan a. Definisi Keputusan Rujukan Menurut Salusu (2006) keputusan merupakan suatu hasil atau keluaran yang diambil dari proses mental dan kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan dari beberapa altenatif yang tersedia. Keputusan tersebut memiliki suatu tujuan dengan melalui pelaksanaan atau tindakan. Keputusan menurut Salusu (2006) memiliki empat tingkatan dengan kadar yang berbeda-beda. Empattingkatan keputusan tersebut adalah: 1) Keputusan otomatis Keputusan yang dibuat dengan keputusan yang sangat sederhana. 2) Keputusan berdasarkan informasi yang diharapkan Keputusan ini sedikit kompleks, karena informasi yang ada memberi aba-aba untuk mengambil keputusan. Namun jika commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keputusan belum dibuat, maka informasi tersebut harus dipelajari terlebih dahulu. 3) Keputusan berdasarkan pertimbangan Keputusan ini merupakan tingkat keputusan yang harus lebih banyak membutuhkan informasi. Informasi tersebut dikumpulkan dan
kemudian
dianalisis
untuk
dipertimbangkan
dalam
mendapatkan keputusan. 4) Keputusan berdasarkan ketidakpastian ganda Keputusan ini merupakan tingkat yang paling kompleks, karena jika semakin banyak informasi yang diperlukan dan informasi tersebut
ternyata
sudah
terdapat
ketidakpastian
sehingga
keputusan tersebut banyak mengandung risiko dan terdapat keraguan dalam pengambilan keputusan. Keputusan menurut Suwanto (2009) dibagi menjadi dua jenis, yaitu keputusan pribadi dan keputusan bersama. Keputusan pribadi merupakan keputusan yang diambil untuk kpentingan diri sendiri dan dilakukan secara perorangan. Sedangkan keputusan bersama merupakan keputusan yang diambil berdasarkan kesepakatan bersama dan untuk kepentingan bersama dan tidak boleh menggantungkan satu pihak dan merugikan pihak yang lainnya. Menurut Salusu (2006) keputusan dikategorikan menjadi empat apabila dilihat dari cara memperoleh informasi, yaitu keputusan
representasi merupakan keputusan commit to user
yang
dihadapi
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
denganbanyak informasi dan mengetahui dengan tepat bagaimana memanipulasi informasi tersebut, keputusan empiris merupakan keputusan yang kurang memiliki informasi namun mengetahui bagaimana memperoleh informasi dan pada saat informasi diperoleh, keputusan informasi merupakan keputusan yang kaya akan informasi namun informasi harus diliputi dengan kontroversi tentang bagaimana
memperoleh
informasi
tersebut,serta
keputusan
eksplorasi merupakan keputusan yang kurang akan informasi dan tidak ada katasepakat yang dianut untuk mencari informasi serta tidak tahu dari mana usaha pengambilan keputusan akan dimulai. Pengambilan
keputusan
merupakan
suatu
proses
pengintegrasian yang dikombinasikan dengan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih satu diantaranya (Setiadi, 2003). Manurut Shull, pengambilan keputusan merupakan proses kesadaran manusia terhadp kejadian seseorang maupun sosial berdasarkan kejadian yang faktual serta nilai pemikiran mencakup aktivitas perilaku pemilihan satu atau beberapa alternatif sebagai jalan keluar untuk memecahkan masalah yang dihadapi
(Rochaety,
2008).
Dapatkan
disimpulkan
bahwa
pengambilan keputusan merupakan proses yang dilakukan seseorang berguna untuk mempertahankan diri dalam kehidupannya dengan memecahkan permasalahan yang timbul melalui pencarian jawaban pemecahan masalah yang tepat dan sesuai. commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rujukan dalam pelayanan kesehatan bisa dikatakan merujuk. Permenkes RI no. 001 tahun 2012 tentang sistem rujukan layanan kesehatan perseorangan menjelaskan bahwa merujuk merupakan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah kesehatan dan kasus-kasus penyakit yang dilakukan secara timbal balik baik secara vertikal maupun horizontal yang menjadi kewajiban tenaga kesehatan. Sehingga tenaga kesehatan perlu mencarikan fasilitas kesehatan yang lebih memadai dan menghantarkan agar pasien tersebut segera mendapatkan pertolongan kesehatan dalam keadaan yang membahayakan. Pengambilan keputusan pada ibu hamil berisiko tinggi untuk dirujuk ke palayanan kesehatan yang lebih memadai merupakan suatu pengambilan keputusan yang berbelit dan sering melibatkan beberapa pihak, yaitu suami dan keluarga karena ibu hamil berisiko tinggi sering tidak memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan rujukan. Proses pemecahan masalah dilakukan dengan aliran timbal balik yang berkesinambungan diantara faktor lingkungan, proses kognitif dan afektif serta tindakan. Proses pemecahan masalah terdapat lima tahapan yang berjalan berurutan, yaitu pemahaman adanya masalah merupakan adanya perbedaan yang dirasakan antara status hubungan yang ideal dengan yang sebenarnya, pencarian altefnatif pemecahan masalah merupakan proses mencari informasi commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang relevan dari lingkungan luar untuk memecahkan masalah, atau mengaktifkan
pengetahuan
dari
ingatan,
evaluasi
alternatif
merupakan suatu proses untuk mengevaluasi alternatif yang ada dalam konteks kepercayaan utama tentang konsekuensi yang relevan dan
mengkombinasikan
pengetahuan
untuk
membuat
keputusan(rujukan), penggunaan pasca keputusan (rujukan) dan evaluasi ulang alternatif yang dipilih merupakan pemakaian alternatif merujuk dan mengevaluasi berdasarkan kinerja yang dihasilkan(Setiadi, 2003). Pemahaman adanya masalah
Pencarian alternatif pemecahan
Penggunaan pasca keputusan (rujukan) dan evaluasi ulang
Evaluasi alternatif
Keputusan (rujukan)
Gambar 2.1 Model Pemecahan Masalah(Setiadi, 2003) b. Pengambilan keputusan keluarga ke rumah sakit Perempuan memiliki suatu periode krisis dalam kehidupan, salah satunya yaitu hamil. Kehamilan dapat menimbulkan suatu perubahan yang cukup drastis, baik perubahan fisik maupun perubahan psikologis. Perubahan secara fisik pada ibu hamil seperti perubahan bentuk tubuh yang ditandai dengan meningkatnya berat badan, timbulnya kloasma gravidarum pada wajah (topeng pada wajah), timbulnya garis-garis pada akibat peregangan kulit (biasanya commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada kulit perut, kulit paha) dan lain sebaginya. Sehingga perubahan fisik tersebut dapat mempengaruhi perubahan secara psikologis. Perubahan psikologis akan menimbukan suatu pengharapan dengan disertai kecemasan dalam menyambut kelahiran bayi. Sehingga akan menimbulkan suatu sikap dan reaksi antar anggota dalam keluarga, seperti sikap dan reaksi seorang suami pada kehamilan istri akan berbeda pada setiap suku, bangsa serta mungkin akan ebih tergantung pada budaya/ada istiadat setempat (Dinkes Kabupaten Demak, 2007). Keluarga merupakan sistem yang terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh lingkungan (masyarakat). Keluarga memiliki anggota yang terdiri ayah, ibu, dan anak serta seseorang yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut. Keluarga memiliki kontribusi dalam menyampaikan informasi kesehatan, memberikan dukungan yang kuat dalam status kesehatan anggota keluarga, sebagai tempat penemuan kasus dini, menjadi dukungan sosial bagi anggota keluarga lainnya, mempengaruhi dan menentukan penggunaan pelayanan kesehatan, serta dapat mengembangkan sistem perawatan di dalam keluarga (Efendi & Makhfudli, 2009). Masyarakat di Indonesia yang tinggal di pedesaan dengan tingkat pendidikan yang rendah serta memiliki status ekonomi-sosial yang rendah pula, masih menganut garis keturunan patrilineal. Patrilineal merupakan keluarga yang dihubungkan dengan jalur keturunan dari laki-laki (suami). Sehingga masyarakat cenderung commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menerima konsep peranan antara laki-laki dan perempuan secara tradisional yang dalam pengambilan keputusan ditingkat keluarga adalah laki-laki (suami). Di dalam keluarga di pedesaan, suamilah yang paling sering banyak berbicara sehingga pengambilan keputusan terkahir di dalam keluarga adalah suami (Efendi & Makhfudli, 2009). c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan rujukan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan rujukan adalah sebagai berikut: 1) Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu manusia terhadap sesuatu atau segala perbuatan manusia untuk memahami atau hasil suatu obyek yang dihadapinya atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu (Surajiyo, 2007). Faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu umur yang dihitung sejak dilahirkan sampai berulang tahun yang terakhir sebagai lama waktu hidup seseorang, tingkat pendidikan mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah mengambil keputusan dan bertindak, media massa (televisi, radio, koran, majalah, dan lain sebaginya)meberikan informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif sehingga menghasilkan perubahandalam
peningkatan
pengetahuan,
lingkunganakan
menimbulkan adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
akan direspon sebagai pengetahuan seseorang (Wawan & Dewi, 2011). 2) Sikap Sikap merupakan suatu hal mental dan syaraf berhubungan dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasikan melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan atau dinamis terhadap perilaku. Sikap merupakan kecenderungan dalam memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang disenangi maupun tidak disenangi(Setiadi, 2003). 3) Persepsi Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang dimulai dari proses penginderaan sampai individu mengalami apa yang
telah
dilakukan
sehingga
dapat
menyadari
dan
mengungkapkan dari proses penginderaan tersebut. Persepsi dapat timbul secara spontan ketika sesesorang mendapat rangsangan (pengalaman) sehingga seseorang dapat menginterpretasikan hasil dari pengindraannya (Sunaryo, 2006). 4) Sosial budaya Sosial budaya merupakan salah faktor yang mempengaruhi keputusan dalam merujuk. Sosial budaya membentuk kepribadian tidak lain adalah pola perilaku konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bukan untuk sikap dan perilaku yang lain (Azwar, 2005). Selain itu, sosial budaya juga merupakan suatu kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan (Wawan & Dewi, 2011). 5) Ekonomi Status
ekonomi
seseorang
juga
akan
menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu (Wawan & Dewi, 2011). Sehingga, keadaan ekonomi akan mempengaruhi sistem pelayanan kesehatan. Membayar biaya perawatan kesehatan merupakan suatu masalah besar bagi masyarakat (Kozier, 2010). Biaya yang dikeluarkan oleh pasuen yang berobat ke pelayanan kesehatan menimbulkan persepsi bahwa biaya perawatan kesehatan yang mahal atau biaya kesehatan yang murah (Tjiptono, 2005). Keadaan ekonomi di dalam keluarga termasuk pekerjaan, beban tanggungan biaya hidup di dalam keluarga, dan penghasilan di dalam keluarga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi. Karena keluarga yang memiliki cukup uang, maka mereka dapat memilih tempat pelayanan kesehatan yang sesuai, aman dan berkualitas. Sedangkan keluarga yang tidak memiliki cukup uang, maka mereka akan mencari commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berbagai macam bantuan yang telah diprogramkan pemerintah sebagai akses pembiayaan untuk dapat membawa ibu hamil berisiko tinggi ke rumah sakit. Akses pelayanan kesehatan yang dibuat baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah seperti mengikuti program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Jamkesda. Masyarakat di Indonesia yang tinggal di pedesaan dengan tingkat pendidikan yang rendah serta memiliki status ekonomi-sosial yang rendah pula, masih menganut garis keturunan patrilineal. Patrilineal merupakan keluarga yang dihubungkan dengan jalur keturunan dari laki-laki (suami). Sehingga masyarakat cenderung menerima konsep peranan antara lakilaki dan perempuan secara tradisional yang dalam pengambilan keputusan ditingkat keluarga adalah laki-laki (suami). Di dalam keluarga di pedesaan, suamilah yang paling sering banyak berbicara sehingga pengambilan keputusan terkahir di dalam keluarga adalah suami (Efendi & Makhfudli, 2009). Hal ini tidak terlepas bahwa informan adalah orang Jawa sehingga kental dengan budaya patriarki. Pinem (2009) menyatakan bahwa patriarki merupakan keadaan masyarakat yang menempatkan kedudukan dan posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan dalam segala aspek kehidupan sosial, budaya dan ekonomi.
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Gender a. Gender Konsep gender berbeda dengan konsep seks. Gender merupakan suatu peran yang ditukarkan antara laki-laki dan perempuan pada masyarakat, seperti peran sosial, perilaku, kegiatan, dan sifat. Kalau seks adalah suatu karakter biologis dan fisik yang menentukan lakilaki dan perempuan (WHO, 2014). Gender
merupakan
perbedaan
peran
manusia
yang
membutuhkan proses yang lama antara laki-laki dan perempuan. Pembentukan gender yang dtentukan oleh faktor-faktor yang ikut membentuk, dikonstruksikan
kemudian melalui
disosialisasikan, sosial
dan
atau
diperkuat, budaya
bahkan kemudian
dilanggengkan oleh iterpretasi agama dan mitos-mitos, seolah-olah telah menjadi kodrat laki-laki dan perempuan. Proses selanjutnya perbedaan gender dianggap satu ketentuan Tuhan yang sudah tidak dapat diubah sehingga perbedaan tersebut dianggap kodrati (Mufidah, 2003). Fakih (2003) menyatakan bahwa ketidakadilan gender sering ditimbulkan dari perbedaan gender, yang paling utama adalah kaum perempuan baik di dalam lingkungan rumah tangga, masyarakat, budaya maupun negara. Ketidakadilan gender terwujud dalam berbagai macam bentuk, antara lain: 1) Stereotipe
commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Stereotipe merupakan penandaan atau pelabelan terhadap suatu kelompok tertentu (perempuan). Pelabelan umumnya ditunjukkan pada kaum perempuan yang bersifat negatif. Pelabelan tersebut terjadi karena pemahaman terhadap posisi perempuan sering keliru. 2) Subordinasi Subordinasi merupakan penempatan pada kaum tertentu (perempuan) pada posisi yang tidak penting. Hal tersebut berawal dari
anggapan
bahwa
perempuan
adalah
kaum
irrasional/emosional sehingga perempuan tidak pantas menjadi pemimpin. 3) Marginalisasi Marginalisasi merupakan penyingkiran dari kaum tertentu yang mengakibatkan kemiskinan sehingga perekonomian kaum tertentu melemah. Marginalisasi gender tersebut dapat berasal dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsiran agama, budaya dan asumsi ilmu pengetahuan. 4) Kekerasan Kekerasan merupakan serangan terhadap fisik serta integritas
mental
psikologi
seseorang.
Kekerasan
yang
diakibatkan oleh bias gender disebut gender related violence. Kekerasan tersebut terjadi karena ketidak setaraan kekuatan di dalam masyarakat. Macam-macam bentuk kekerasan gender commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terhadap kaum perempuan yaitu pemerkosaan, kekerasan dalam rumah tangga, pemaksaan dalam menggunakan alat dan metode kontrasepsi, dan pelecehan seksual. 5) Beban kerja Beban kerja ganda merupakan anggapan bahwa kaum perempuan lebih memiliki sifat memelihara dan rajin sehingga pekerjaan domestik di dalam rumah tangga (seperti memasak, mencuci, mengurus anak, membersihkan rumah) menjadi tanggung jawab perempuan. Di kalangan keluarga miskin, konsekuensi beban ganda harus diterima oleh perempuan dan di satu sisi perempuan harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi di dalam keluarga di sisi lain perempuan harus bertanggungjawab atas rumah tangganya. Akhirnya bias gender dapat menjadikan perempuan menanggung beban ganda. b. Perspektif Gender Perspektif merupakan kerangka kerja konseptual, sekumpulan asumsi, nilai, gagasan yang mempengaruhi asumsi manusia sehingga menghasilkan tindakan dalam suatu konteks situasi tertentu. Perspektif membimbing setiap orang untuk menentukan bagian yang relevan dengan fenomena yang terpilih dari konsep-konsep tertentu untuk dipandang secara rasional (Henselin, 2007). Jadi perspektif gender merupakan asumsi seseorang dalam peran antara laki-laki dan commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perempuan di masyarakat, seperti peran sosial, perilaku, kegiatan, dan sifat. Perspektif gender merupakan suatu jalan yang berlapis-lapis dan kompleks dalam perbedaan sosial antara pengertian jenis kelamin dan faktor-faktor terstruktur pada organisasi kehidupan masyarakat. Perspektif gender merefleksikan gagasan gender sebagai kontruksi sosial yang tergantung pada faktor-faktor ideologi, budaya, agama, ekonomi, etnik, dan sejarah. Berdasarkan pembangunan masyarakat, tugas peran gender didasarkan pada pengesahan stuktur sosial patriakal yang masih berlangsung di masyarakat (Cambronero-Size, 2013). Mengintegrasikan perspektif gender dalam bidang kesehatan dengan mempertimbangkan faktor ideologi, budaya, agama, ekonomi, etnik dan sejarah untuk mengatasi masalah kesehatan.Misalnya dengan menggali perbedaan dalam sosialisasi antara perempuan dan laki-laki sehubungan dengan peran keluarga, prospek kerja dan kelompok penduduk yang memahami pola kesehatan dan penyakit (CambroneroSize, 2013). c. Analisis Gender Analisis Gender marupakan analisis yang menggali dan menyoroti
hubungan
antara
laki-laki
dan
perempuan
dalam
masyarakat, dan ketidaksetaraan dalam hubungan mereka, dengan menanyakan: siapa yang melakukan apa? Siapa memiliki apa? Siapa commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang memutuskan? Bagaimana caranya? Siapa yang kuat? Siapa yang kehilangan? Kapan kita mengajukan pertanyaan ini, kita juga bertanya: laki-laki yang mana? Perempuan yang mana? Analisis gender memilah-milah antara wilayah pribadi (melibatkan hubungan pribadi) dan ruang publik (yang berkenaan dengan hubungan dengan masyarakat luas). Anlisis gender melihat bagaimana hubungan kekuasaan dalam rumah tangga tekait dengan mereka yang berada di internasional, negara, pasar, dan di tingkat masyarakat (Marchetal, 2005). Pekerjaan gender dan pembangunan merupakan dasar dari analisis gender. Hal ini memajukan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan sebagai kunci dalam menempatkan masalah perempuan yang mengatakan bahwa perhatian mereka pada agenda utama dari orang yang membentuk lembaga dimana wanita dan pria hidup (negara, organisasi non-pemerintah, dan lain-lain) (Macrhet al, 2005). Metode analisis gender menawarkan alat bantu yang berupa karangka kerja dalam wacana gender. Metode analisis gender tidak hanya membahas tentang kebutuhan perempuan secara khusus, melainkan tentang bagaimana cara mengatasisi gender, bahwa pembangunan sosial yang menjadi peran antara laki-laki atau perempuan (WHO, 2002). Dampak dari pembangunan sosial pada efetivitas kegiatan, ketidaksetaraan
gender dianggap sebagai commit to user
ketidakadilan
sosial.
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ketidaksetaraan
gender
dalam
kerangkakerja
berfungsi
untuk
mamastikan bahwa laki-laki dan perempuan kemungkinan sama dalam memberikan
kontribusi
dan
manfaat
terhadap
pembangunan
berkelanjutan. Beberapa kerangka kerja menunjukan suatu tujuan untuk memajukan kesetaraan, secara keseluruhan berfokus pada intervensi pembangunan efektif (WHO, 2002). Kerangka kerja gender dapat berisi rumusan garis besar tentang serangkaian keyakinan dan tujuan serta juga dapat bersifat perspektif (sudah dirumuskan terlebih dahulu) berupa serangkain alat dan tata cara penggunaannya. Beberapa tujuan kerangka kerja, yaitu sebagai suatu alat analisis untuk berpikir dalam memahami atau memeriksa dinamika suatu keadaan atau kelompok masyarakat tertentu, sebagai alat bantu peraga dan perencanaan untuk mengemukakan butir-butir pokok dengan cara sederhana untuk membantu seseorang membuat keputusan, alat komunikasi untuk melatih seseorang, danalat evaluasi(Marchetal, 2005). Analisis gender yang digunakan untuk meningkatkan partisipasi ibu hamil berisiko tinggi dalam pengambilan keputusan pada rencana penelitian ini menggunakan kerangka analisis gender menurut Harvard I yang menganalisis kebutuhan gender. March et al (2005) mengemukakan bahwa kerangka kerja Harvard I ini dikembangkan oleh para peneliti di Harvard Institude for International Development. Harvard I merupakan jaringan atau matriks di tingkat mikro atau commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rumah tangga. Kerangka ini memiliki komponen yang saling terkait, yaitu profil kegiatan harian, profil akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat, analisis faktor-faktor yang berpengaruh, dan analisis jalannya kegiatan. Tujuan dari kerangka kerja harvard I untuk menunjukkan adanya masalah ekonomi bagi pengalokasian sumberdaya kepada perempuan maupun laki-laki. Selain itu kerangka kerja ini juga membantu para perencana merancang kegiatan yang lebih efisien serta meningkatkan produktivitas secara menyeluruh. Hal tersebut dilakukan dengan cara memetakan kerja antara laki-laki dan perempuan dalam suatu komunitas dan menyoroti perbedaan yang penting (March et al, 2005). Empat komponen kegiatan yang saling terkait di tingkat mikro atau rumah tangga sebagai berikut: 1) Profil kegiatan Profil kegiatan ini mengidentifikasi tugas-tugas produktif dan reproduktif serta menjawab pertanyaan: Siapa mengerjakan apa? perincian yang dibutuhkan tergantung pada sifat kegiatan tertentu. Bidang-bidang yang akan dimasukkan secara langsung dengan kegiatan harus diuaraikan dengan terperinci. Tergantung pada konteks dan parameter yang adapat diuji, seperti a) golongan umur dengan mengidentifikasi apakah perempuan dewasa, laki-laki, anak atau orang tua mereka melakukan suatu aktivitas, b) alokasi waktu commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan menegaskan beberapa persentase waktu yang dialokasikan pada setiap aktivitas, apakah dilakukan secara musiman atau tiap hari?, c) tempat aktivitas dengan menegaskan dimana aktivitas tersebut berlangsung? Di rumah, di ladang atau di komunitas (Mach et al, 2005). Tabel 2.1 Profil Kegiatan Jenis kegiatan
Perempuan/gadis
Laki-laki dewasa/anak
Kegiatan produksi Pertanian Pendapatan Tenaga kerja Dan lain sebagainya Kegiatan reproduksi Terkait air Pengolahan makanan Terkait kesehatan Dan lain sebagainya Sumber: March et al (2005) 2) Profil akses dan kontrol : sumberdaya dan keuntungan Profil akses dan kontrol mengidentifikasi sumberdaya dan keuntungan
dan
mengidentifkasi
serta
menyusun
daftar
sumberdaya yang digunakan untuk melakukan pekerjaan yang diidentifikasi dalam profil kegiatan. Profil kegiatan ini untuk menunjukkan siapa yang memiliki akses pada sumberdaya dan kontrol atas penggunaannya. Keuntungan diwujudkan dari produksi rumah tangga serta penggunaan sumberdaya juga diidentifkasi dan commit to user disusun daftarnya. Orang yang mengontrol atas sumberdaya
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan orang yang akhirnya dapat membuat keputusan mengenai penggunaan sumberdaya tersebut. Misalnya menjawab pertanyaan, “Bagaimana sumberdaya itu digukanan? Apakah sumberdaya itu dapat dijual? Dan lain sebagainya.” Tabel 2.2 Akses dan Kontrol Akses Perempu Laki-laki an
Kontrol Perempu Laki-laki an
Sumberdaya Tanah Peralatan Tenaga kerja Uang Pendidikan /pelatihan Dan lain sebagainya Keuntungan Pendapatan sampingan Kepemilikan aset Kebutuhan pokok (pangan, sandang, papan) Pendidikan Kekuasaan/prestise politik Dan lain sebagainya Sumber: March et al (2005) 3) Faktor-faktor yang berpengaruh Faktor-faktor yang berpengaruh ini memetakan faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan gender pada pembagian kerja, akses, dan kontrol. Mengidentifikasi pengaruh yang telah terjadi dan saat ini dapat menyajikan suatu indikasi perubahan dan kecenderungan di masa yang akan datang. Faktor-faktor tersebut juga harus dapat dipertimbangkan pada kesempatan dan keterbatasan yang mereka commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hadapi saat ini untuk meningkakan keterlibatan dalam kegiatan dan program pembangunan (March et al, 2005). Faktor-faktor yang berpengaruh di dalamnya termasuk membentuk semua relasi gender, memberikan kesempatan dan pembatasan yang berbeda pada laki-laki dan perempuan. Faktor-faktor tersebut jauh lebih baik, luas dan saling berkaitan. Faktor-faktor tersebut meliputi: norma masyarakat dan hierarki sosial (struktur kekuasaan keluarga/masyarakat dan keyakinan agama), kondisi demografi, struktur isntitusi (dasar birokrasi pemerintahan, rencana generasi dan penyebaran pengetahuan, ketrampilan dan teknologi), kondisi umum ekonomi (tingkat kemiskinan dan tingkat inflasi, distribusi pendapatan,
ketentuan
perdagangan
internasional
dan
infrastruktur), peristiwa politik internal dan eksternal, parameter hukum, pelatihan dan pendidikan, serta sikap masyarakat untuk para pekerja pembangunan/bantuan (March et al, 2005). Mengidentifikasi
faktor-faktor
pengaruh
bertujuan
untuk
mengetahui faktor-faktor manakah dan bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi aktivitas/sumberdaya. Hal tersebut akan membantu keterbatasan dan kesempatan eksternal dididentifikasi sehingga perlu dipertimbangkan dalam membuat suatu program kegiatan. Faktor-faktor tersebut dapat membantu mengantisipasi apa yang dipakai akan dibutuhkan untuk membuat kesuksesan intervensi dari sebuah perspektif gender (March et al, 2005). commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Relasi Gender Faktor Pengaruh Norma masyarakat dan hierarki social Faktor demografi Struktur kelembagaan Faktor ekonomi Faktor politik Parameter hukum Pelatihan Sikap masyarakat pada pekerja pembangunan
Batasan
Kesempatan
Sumber: March et al (2005) 4) Analisis siklus kegiatan Analisis siklus kegiatan terdiri dari kumpulan pertanyan yang didesain untuk membantu dalam menguji suatu proposal kegiatan atau intervensi tempat yang dilihat dari perspektif gender, menggunakan data pilah gender dan menangkap efek perbedaan dari perubahan sosial pada laki-laki dan perempuan (March et al, 2005). Pertanyaan-pertanyaan tersebut meliputi empat dimensi, yaitu: dimensi
dalam
identifikasi
kegiatan
(menilai
kebutuhan
perempuan, menegaskan sasaran umum kegiatan, mengidentifikasi pengaruh negatif), dimensi perempuan dalam desain kegiatan (dampak kegiatan bagi aktivitas perempuan, dampak kegiatan terhadap akses dan kontrol perempuan), dimensi perempuan dalam implementasi kegiatan (personalia, struktur organisasi, operasi dan logistik, keuangan, fleksibilitas), dan dimensi perempuan dalam commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
evaluasi kegiatan (syarat-syarat data, pengumpulan dan analisis data) (March et al, 2005).
commit to user
37 52
B. Penelitian Relevan Tabel 2.4 Peneltian Relevan No. 1.
2.
3.
4.
Nama Peneliti/ Tahun Astuti, 2008.
Judul
Pola Pengambilan Keputusan Keluarga dan Bidan Dalam Merujuk Ibu Bersalin Ke Rumah Sakit pada Kasus Kematian Ibu di Kabupaten Demak. Musadad Pengambilan Keputusan et al, pada Pertolongan Persalinan di Provinsi Nusa Tenggara 2003 Timur
Shrestha, Gender Study on Knowledge 2012 and Decision Making on Maternal Health Care in Nepal Hou & Ma, 2013
The effect of women’s decision-making power on maternal health services uptake: evidence from Pakist an
Metode
Hasil
Kualitatif pendekatan fenomenologis yang bersifat retospektif
Kematian ibu bersalin diakibatkan oleh cepat atau tidaknya dalam pengambilan keputusan di dalam keluarga dengan melibatkan perundingan antar anggota keluarga (suami, orang tua, dan anak) dan tetangga sehingga dapat menyebabkan keterlambatan dalam pengambilan keputusan
Pengambil keputusan di keluarga untuk mencari pertolongan persalinan sebesar 36,7 % dilakukan oleh istri, 30,7% dilakukan oleh suami, 16,9 % dilakukan oleh orang tua/mertua, dan 0,9% dilakukan orang lain. Pola pengambilan keputusan dalam keluarga untuk mencari pertolongan persalinan bervariasi menurut daerah, lamanya berkeluarga, dan sumber pendapatan utama keluarga. Deskriptif dan cross Perempuan di Nepal lebih memiliki pengetahuan tentang sectional tanda bahaya kehamilan daripada suami, namun mereka tidak memiliki kesempatan untuk mengambil keputusan pada akses pelayanan kesehatan. Mereka masih mengikuti keputusan suaminya Masyarakat Pakistan dan Kekuatan pengambilankeputusan di Pakistanberada pada survei penilaian standar ibu sehingga ibu dapatmeningkatkanpenyerapan pelayanan kesehatan ibu. Meningkatkan kemampuan dan pendapatan pemberdayaan perempuan dalam pengambilan keputusan dapat meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan
Studi operasional peningkatan peran serta suami/bapak dan orang tua pada ibu
3853
ibudengan baik Nama Peneliti/ Tahun Rokhma h, 2011
Judul
Metode
Hasil
Maternal Health: A Gender Perspective
Deskriptif analitik menggunakan data sekunder dari laporan Program Ibu dan Anak di 2006-2010
6.
Walton and Schbley, 2013
Maternal healthcare in Bangladesh and gender equity: A review article
7.
Abushai kha& Khalaf, 2014
Exploring the Roles of Family Members in Women’s Decision to Use Postpartum Healthcare Services from the Perspectives of Women and Health Care Providers.
Peninjauan dan analisis sistematik dengan literatur yang berhubungan dengan keadilan gender dan penghalang sosio-ekonomi pada kesehatan maternal untuk mata pencaharian di Banglades Kualitatif eksplorasi danfocus groups discussions dengan menggunakan inductive content analysis.
Faktor-faktor medis penyebab kematian ibu dapat menjadikan perempuan harus menghadapi konstruksi gender yang mereka ditempatkan pada posisi lebih lemah dibandingkan dengan pria mendapatkan akses dan kontrol dalam pelayanan kesehatan yang baik. Kebutuhan sosial ekonomi digambarkan dengan mata pencaharian perempuan pedesaan di Banglades mengingat sosio-ekonomi merupakan inti masalah dalam kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu akar masalah pasti yang dihadapi pada kematian dan kesakitan maternal yang dialami perempuan Banglades pada periode sebelum dan sesudah melahirkan serta menjadi menghalang yang serius keadilan gender dan persamaan hak. Tiga peran perempuan (peran pendukung, peran perlawan, dan peran aktif dalam peran perawatan) dalam anggota keluarga di Yordania mempengaruhi keputusan perempuan dalam menggunakan layanan kesehatan pasca melahirkan. Oleh karena itu, perlu pendekatan yang berpusat pada keluarga saat memberikan pelayanan postpartum untuk meningkatkan peran keluarga yang positif (perbaikan posisi perempuan dengan laki-laki) dan membatasi yang negatif (tidak menyebutkan perempuan) untuk mempromosikan kelangsungan pelayanan kesehatan digunakan selama periode pasca melahirkan.
No. 5.
547 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perbedaan antara peneliti-peneliti sebelumnya sebagai berikut, penelitian yang dilakukan Astuti (2008) di Indonesia dengan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang bersifat retrospektif mengemukakan bahwa kematian ibu bersalin diakibatkan oleh cepat atau tidaknya dalam pengambilan keputusan di dalam keluarga dan penyebab keterlambatan dalam pengambilan keputusan. Didukung dengan penelitian Musadad et al (2003) di NTT bahwa pengambilan keputusan terbesar ada pada istri, suami, orang tua/mertua, dan tetangga. Namun bisa jadi pengambilan keputusan pertolongan persalinan diambil karena daerah, lamanya menikah, dan sumber pendapatan suami. Shrestha (2012) di Nepal menyatakan bahwa suami masih dominan dalam kesehatan ibu sehingga perempuan tidak memiliki kesempatan untuk mengambil keputusan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hou dan Ma (2013) menyatakan bahwa peningkatan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu disebabkan karena ibu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan kesehatan
sehingga
kemampuan
dan
pemberdayaan
perempuan
juga
meningkat.Penelitian sebelumnya Rokhmah (2011) menyebutkan bahwa faktorfaktor medis penyebab kematian ibu dapat menjadikan perempuan harus menghadapi konstruksi gender sehingga mereka ditempatkan pada posisi lebih lemah daripada pria dalam mendapatkan akses dan kontrol dalam pelayanan kesehatan yang baik.Walton &Schbley (2013) menemukan bahwa di Banglades keadaan sosial-ekonomi yang digambarkan dengan mata pencaharian menjadi akar dari masalah kemiskinan. Padahal kemiskinan menjadi penghalang yang serius bagi keadaan gender dan kesetaraan hak. Kemudian penelitian Abusaikha & Khalaf (2014) menemukan bahwa tiga peran gender pada peran perempuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
558 digilib.uns.ac.id
mempengaruhi keputusan perempuan dalam penggunaan pelayanan kesehatan setelah melahirkan. Penelitian yang akan dilakukan penulis berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut terletak pada jenis penelitian, fokus penelitian, waktu, tempat penelitian, dan sampel ibu hamil berisiko tinggi dan suami. Jenis yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologis, fokus penelitian pada pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu berisiko tinggi dalam perspektif gender antara istri dan suami, waktu penelitian akan dilakukan pada bulan April 2015 dan tempat di Puskesmas Gindangrejo Kabupaten Karanganyar.
C. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir penelitian yang dilakukan dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender melibatkan banyak faktor yang berkaitan dengan kesetaraan gender dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi. Halhal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggidalam keluarga ada enam hal yaitu: persepsi, pengetahuan, sikap, geografis, sosial-budaya, dan ekonomi. Keenam faktor tersebut akan mempengaruhi akses rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi. Akses untuk merujuk pada ibu hamil berisiko tinggi ke rumah sakit dalam keluarga akan ditentukan dengan kemungkinan keluarga ibu hamil berisiko tinggi mengikuti pembiayaan dalam penangan ibu hamil berisiko tinggi dengan BPJS atau Jamkesda atau mandiri. Dari keenam faktor dalam pengambilan keputusan rujukan dan akses commit to user
digilib.uns.ac.id 569
perpustakaan.uns.ac.id
rujukan ke rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi yang akhirnya akan mengantarkan kesetaraan gender dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada hamil berisiko tinggi di dalam keluarga untuk mencegah kematian maternal.
commit to user
577
Pengetahuan pasangan s ibu hamil berisiko tinggi Istri Suami
Sikap pasangan ibu hamil berisiko tinggi Istri Suami
Persepsi pasangan ibu hamil berisiko tinggi Istri Suami
Akses rujukan ibu hamil berisiko tinggi ke RS
Sosial-budaya pasangan ibu hamil berisiko tinggi Istri Suami
Ekonomi pasangan ibu hamil berisiko tinggi Istri Suami Gambar 2.3 Kerangka Berpikir
Kontrol dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil bersiko tinggi
Perspektif gender untuk mencegah kematian maternal
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan diWilayah Puskesmas Gondangrejo Kabupaten Karanganyar pada bulan April-Mei 2015. Alasan pemilihan tempat penelitian yaitupada tahun 2013 dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar, Puskesmas Gondangrejo terdapat 1.285 ibu hamil dengan 257 ibu hamil berisiko tinggi dengan perincian 115 kasus mendapat penanganan rujukan, sedangkan 142 kasus tidak mendapat penanganan rujukan yang salah satunya disebabkan oleh keterlambatan dalam pengambilan keputusan rujukan pada ibu hamil berisiko tinggi.Pada tahun 2014 dari data Puskesmas Gondangrejo Kabupaten Karanganyar memiliki ibu hamil sebanyak sebanyak 1.489 ibu hamil dan terdapat 278 kasus ibu hamil berisiko tinggi.
B. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologis karena penelitian ini akan menggambarkan berkaitan
dengan
tujuan
usulan
penelitian
yang
ingin
mengeksplorasipengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender, teknis analis bersifat kualitatif, dan fakta yang diungkap dalam penelitian yang akan dilakukan merupakan penafsiran dari subjek penelitian. commit to user 58
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Subyek Penelitian Subyek
yang
dimanfaatkan
dalam
penelitian
ini
adalah
informan/partisipan atau narasumber pasanganibu hamil berisiko tinggi (ibu hamil dan suami) dengan kehamilan yang kedua atau lebih dan usia kehamilan masuk ke trimester tiga.Informan didapat dari register PWS-KIA tahun 2013-2014 yang ada di Wilayah Puskesmas Gondangrejo Kabupaten Karanganyar yangpeneliti pilah-pilah sesuai kriteria yang peneliti tentukan. Informan yang terpilih sesuai dengan kroteria ada di desa Wonorejo, Tuban, Banyu Urip, Bulurejo dan Selorejo.
D. Teknik Sampling Penelitian ini menggunakan teknikpurposivesampling dengan jenis based electioncriterion sampling yang telah ditentukan yaitu sepasang ibu hamil (istri dan suami) yang kaya informasi tentang pengambilan keputusan rujukan ke RS terhadap ibu hamil berisiko tinggi dengan kriteria sebagai berikut: ibu dengan kehamilan kedua atau lebih, kehamilan memasuki timester ketiga, dan ibu hamil yang memiliki risiko tinggi seperti usia ibu saat hamil kurang dari atau lebih dari 35 tahun dan memiliki tanda-tanda kehamilan risiko tinggi. Teknik pengambilan sampling yang dilakukan peneliti dengan cara membaca register PWS-KIA wilayah kerja Puskesmas Gondangrejo Kabupaten Karanganyar kemudian memilah data sesuai dengan kriteria yang commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sudah peneliti tentukan. Banyaknya subyek penelitian adalah 5 pasang (suami dan istri) informan.
E. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penulis sendiri sebagai instrumen langsung yang akan berperan dalam menggali informasi mendalam terkait dengan kebutuhan dan tujuan dalam penelitian ini.Penulis akan melakukan pengumpulan data melalui wawancara yang dilakukan bersama partisipan. Oleh karena penulismerekam semua hasil wawancara dengan menggunakan alat perekam yang memiliki keakuratan dalam merekam proses wawancara baik kualitas suara rekaman dan durasi rekaman yang cukup panjang. Selain itu, penulismenggunakan alat bantu berupa buku dan bolpoint untuk mencatat hal-hal penting terkait kata kunci penting dan kejadian yang penting.
F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.Obeservasi dilakukan pada saat wawancara dengan obeservasi berstruktur yaitu melakukan observasi menggunakan
pedoman
observasi
pada
saat
observasi.
Wawancara
mendalamdilakukan untuk menggali lebih dalam keperluan klarifikasi informasi tentang hal yang diteliti secara informal, proses wawancara didasari sepenuhnya pada perkembangan pertanyaan spontan dan alami meskipun commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
peneliti memiliki pedoman wawancara. Pertanyaan yang akan digunakan adalah pertanyaan terbuka supaya keluarga dan ibu hamil berisiko tinggi dapat mengeksplor lebih banyak terkait pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakitpada ibu hamil dalam perspektif gender. Dokumentasi seperti foto, gambar, data-data riwayat penyakit digunakan untuk mendukung kejadian yang sudah terjadi dan mendukung hasil wawancara mendalam. Hasil wawancara dan observasi dapat diwawancara apabila didukung dengan dokumentasi yang ditemukan bersamaan dengan pelaksanaan observasi, wawancara dan dokumentasipadapartisipan.Penulismenggunakan catatan lapangan (field notes) selama proses wawancara dengan partisipan seperti apa yang didengar, dialami dan difikirkan oleh peneliti untuk merefleksikan data yang didapat oleh peneliti.
G. Validitas Data Penulis melakukan uji instrumen untuk memenuhi validitas instrumen saat mengumpulkan data melalui wawancara. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan triangulasi, yaitu sumber, metode, dan teori. Pertama triangulasi sumber yaitu dalam penelitian ini membandingkan hasil yang dikatakan secara pribadi dengan sumber yang berbeda. Kedua triangulasi metode yaitu dalam penelitian ini melakukan lebih dari pengumpulan data untuk mendapatkan data yang sama. Ketiga triangulasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
62 digilib.uns.ac.id
teori dalam penelitian membandingkan hasil yang diperoleh dengan beberapa teori yang ada. Dalam penelitian ini, pertama penulis melakukan wawancara untuk mengetahui proses ibu hamil berisiko tinggi untuk mengambil keputusan rujukan ke rumah sakit, kemudian penulis mengobservasi dan terkahir mengalisis rencana pengambilan keputusan dalam perspektif gender. Dari metode tersebut, maka hasil validitas akan dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan, data mana yang validitasnya lebih kuat.
H. Teknik Analisis Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalahanalisis genderHarvard I mengenai pemetaan kebutuhan gender ditingkat mikro atau rumah tangga dalam pengambilan keputusan dan analisis interaktif.Analisis gender Harvard I digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk pemetaan kebutuhan gender di tingkat mikro atau keluarga untuk mengambil keputusan dalam memilih hak kesehatannya sendiri. Hak kesehatan dalam penulisan ini merupakan hak untuk mengambil keputusan rujukan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender. Analisis interaktif juga digunakan dalam penelitian ini, analisis memiliki tiga komponen yaitu: pertama, reduksi data sebagai proses rangkuman inti dimulai dari pemilahan data kasar yang berupa data naratif yang diambil dari data-data yang sesuai dengan tujuan penelitianagar tidak terjadi bias kemudian dibuat berdasarkan poin-poin yang sistematis. Reduksi commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
data
berlangsung
secara
terus-menerus
selama
penelitian
kualitatif
berlangsung hingga sesudah penelitian lapangan sampai laporan akhir disusun. Kedua, penyajian data merupakan merupakansuatu pengorganisasi informasi, gambaran dalam bentuk narasi yangmemungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dansistematis, sehingga memudahkan peneliti untuk memahamiberbagai kejadian, serta memungkinkan peneliti untuk melakukan tindakan lain berdasarkanpemahamantersebut. Ketiga, penarikan kesimpulan dirumuskan berdasarkan seluruh hal yang terdapatdalam reduksi data dan sajian data. Jika kesimpulan masih dirasa kurang yakin, maka penulis akan menggali dalam field note, jika field note belum diperoleh data yang diinginkan, maka peneliti akan mencari lagi data di lapangan. Kesimpulan perlu diverifikasi supaya yakin dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga pernyataan akan memiliki landasan kuat dari proses analisis terhadap fenomena yang ada (Sutopo, 2006).
I. Etika Penelitian Dalam penelitian ini penulis sebagai instrumen pengumpul data yangberhubungan
langsung
dengan
partisipan,
maka
penulis
harus
memperhatikan prinsip etika penelitian. Prinsip etika dalam melakukan penelitian kualitatif menurut (Creswell, 2003) sebagai berikut:
commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Inform and voluntary consent Hak partisipan sangat perlu dihormati dalam penelitian ini supaya keikutsertaan mereka dalam penelitian bukan karena keterpaksaan. Oleh karena itu, penulis sebaiknya memberikan informasi yang relevan terhadap partisipan terkait dengan penelitian yang akan dilakukan penulis sebelum mendapatkan persetujuan dari partisipan dengan partisipan mengisi dan menanda tangani inform consent yang telah dibuat peneliti. Dalam lampiran persetujuan (inform consent) diikuti klausa menyatakan partisipasi partisipan dalam penelitian ini adalah suka rela (voluntary consent). 2. Otonomi Partisipan memiliki hak untuk menerima dan menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian yang akan dilakukan. 3. Kerahasiaan dan anonimitas Kerahasiaan informasi dan anonimitas partisipan sangat perlu dijaga karena
menjaga
prinsip
tidak
merugikan
partisipan
dengan
menjelaskan tujuan dan manfaat dari peneltian, serta dengan menjaga kerahasian informasi partisipan. 4. Resiprokal Memberi penghargaan kepada partisipan atas partisipasi mereka dalam penelitian sebagai wujud timbal balik (resiprokal) untuk mengganti rugi atas waktu dan usaha yang telah dilakukan partisipan yang terlibat dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Resiprokal ini akan dilakukan penulis di akhir proses penelitian bersama partisipan yaitu pada saat proses klarifikasi data terakhir dengan partisipan (validasi).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Profil Singkat Puskemas Gondangrejo Pelayanan Kesehatan ditingkat Puskesmasmerupakan sarana pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan kegiatan promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) termasuk Keluarga Berencana (KB), perbaikan gizi, pemberantasan penyakit menular dan pengobatan. Terdapat 2 macam puskesmas yakni Puskesmas Non Perawatan yang menyelenggarakan pelayanan puskesmas seperti pada umumnya dan Puskesmas Perawatan yang selain menyelenggarakan pelayanan seperti tersebut diatas juga menyediakan fasilitas pelayanan rawat inap pada pasien. Puskesmas Gondagrejo Kalioso adalah salah satu unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar yang merupakan di wilayah kerjanya. Lokasi Puskesmas Gondangrejo adalah di Jalan Raya Solo – Purwodadi Km 12 Desa Tuban Kalioso. Wilayah Puskemas Gondangrejo terdiri dari 13 desa, yaitu: Plesungan, Wonorejo, Jeruk Sawit, Jatikuwung, Selokaton, Rejosari, Bulurejo, Tuban, Krendowahono, Dayu, Wonosari, Karangjati, dan Kragan. Puskesmas Gondangrejo terletak di Desa Tuban dengan luas wilayah 54,63 km2, dengan
commit to 66user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
luas wilayah tersebut terdapat 20.791 KK yang tersebar merata. Semua wilayah kecamatan,penduduk dapat dijangkau dengan roda empat sampai plosok. Puskesmas Gondangrejo terdiri dari 1 Puskesmas Induk, 3 Puskesmas Pembantu yaitu Puskesmas Pembantu Jatikuwung, Puskesmas Pembantu Plesungan dan Puskesmas Pembantu Kragan. Puskesmas Gondangrejo membawahi Posyandu sebanyak 124 unit, Posyandu Lansia sebanyak 79 unit dan PKD sebanyak 79 unit. 2. Visi, Misi Puskesmas dan Motto Puskesmas Gondangrejo a. Visi Puskesmas menjadi bagian kebutuhan masyarakat untuk mewujudkan kecamatan Gondangrejo sehat. b. Misi 1) Perbaikan sistem administrasi dan manajemen 2) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan 3) Peningkatan mutu pelayanan c. Tujuan Puskesmas Gondangrejo 1) Tujuan Umum Tersusunnya perencanaan kegiatan tahunan Puskesmas Gondangrejo berdasarkan fungsi dan azas penyelenggaraan Puskesmas secara efektif dan efisien.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
2) Tujuan Khusus a) Tersusunnya Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas Kecamatan Gondangrejo dalam upaya mengatasi masalah atau sebagian masalah kesehatan masyarakat. b) Tersusunnya Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Puskesmas Kecamatan Gondangrejo dari berbagai sumber pendanaan. 3. Program Kesehatan Puskesmas Gondangrejo a. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Program ini bertujuan untuk menurunkan kematian ibu dan kematian bayi serta memberikan pelayanan usia reproduktif/remaja. Sasaran kegiatan ini adalah Wanita Usia Subur (WUS), Pasangan Usia Subur (PUS), bayi, balita, anak prasekolah, ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui dan menopause. Program ini mempunyai kegiatan pokok antara lain adalah pemeriksaan ibu hamil, pertolongan persalinan, deteksi resti kehamilan dan persalinan, pelayanan bayi dan balita, pelayanan gangguan reproduksi, pembinaan TK, pencatatan dan pelaporan serta evaluasi kegiatan KIA. b. Program Imunisasi Program ini bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap tubuh dari suatu penyakit, meningkatkan derajat kesehatan dan menurunkan angka kesakitan/kematian yang disebabkan penyakit yang dapat dicegah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
dengan imunisasi. Sasaran kegiatan adalah bayi, Wanita Usia Subur (WUS) dan murid SD/MI. Program ini mempunyai kegiatan pokok antara lain persiapan alat imunisasi, persiapan vaksin, pelaksanaan imunisasi, pencatatan dan pelaporan serta evaluasi kegiatan program imunisasi. c. Program Keluarga Berencana (KB) Program ini bertujuan untuk menurunkan angka kelahiran dan pelayanan serta konseling akseptor. Sasaran kegiatan adalah pasangan usia subur (PUS). Program ini mempunyai kegiatan pokok untuk memberikan motivasi, konseling dan pelayanan dalam hal efek samping, komplikasi dan kegagalan. d. Program Gizi Program ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat. Sasaran program adalah bayi, balita, ibu hamil dan ibu menyusui. Kegiatan yang dilakukan antara lain adalah pemantauan status gizi bayi, balita, ibu hamil dan ibu menyusui di posyandu serta memberikan konseling gizi. e. Program Kesehatan Lingkungan Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan lingkungan terutama sarana air bersih dan jamban keluarga, rumah sehat dan saluran pembuangan air limbah. Sasaran kegiatan adalah semua masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gondangrejo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Kegiatan pokok yang dilakukan antara lain adalah pemeriksaan sanitasi sarana air bersih, pemeriksaan sanitasi jamban keluarga, penilaian rumah sehat, pemeriksaan sanitasi tempat-tempat umum, pemeriksaan sanitasi tempat pengelolaan makanan, pemeriksaan sanitasi tempat pengelolaan pestisida dan pemeriksaan sanitasi tempat pembuangan sampah. f. Program Pencegahan Penyakit Menular (P2M) Program ini bertujuan untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh penyakit menular dan tidak menular. Sasaran utama dalam kegiatan ini adalah pengunjung Puskesmas Gondangrejo dan sasaran potensial adalah masyarakat umum. Kegiatan pokok yang dilakukan adalah penemuan kasus TBC, kusta dan malaria, deteksi dini kasus demam berdarah, pemberian pengobatan dan penyuluhan. g. Program Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat (PKM) Program
ini
bertujuan
untuk
meningkatkan
pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan. Sasaran kegiatan adalah masyarakat dengan kegiatan pokoknya antara lain penyuluhan baik di dalam puskesmas maupun di luar, kerjasama lintas sektoral dan pembinaan peran serta masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
h. Program Pengobatan Program ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan/pengobatan yang optimal. Sasaran kegiatan adalah semua warga masyarakat. Kegiatan pokok yang dilakukan di luar ruang adalah melaksanakan Puskesmas keliling di wilayah kerja Puskemas Gondangrejo, penyuluhan pada individu, keluarga dan kelompok. Kegiatan di dalam gedung antara lain adalah melaksanakan pengobatan rawat jalan dan penyuluhan pada individu, keluarga dan kelompok. i. Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan di sekolah, mempunyai sikap positif terhadap usaha kesehatan untuk pribadi, keluarga, masyarakat sekolah dan lingkungan. Sasaran kegiatan adalah anak didik, guru dan lingkungan sekolah. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah kunjungan ke sekolah, imunisasi murid sekolah, pelayanan UKS dan penjaringan. j. Program Puskesmas Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keluarga agar mandiri mengatasi masalah kesehatannya. Sasaran kegiatan adalah keluarga yang rawan kesehatan atau yang potensial terhadap timbulnya masalah kesehatan. Kegiatan pokok yang dilakukan adalah kunjungan pembinaan pada keluarga yang mempunyai kasus penyakit antara lain TB paru, kusta, balita kekurangan energi protein (KEP), ibu hamil pre eklamsi/
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
eklamsi, ibu hamil anemia, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) Neonatal beresiko tetanus neonatorium. k. Program Kesehatan Gigi dan Mulut Program ini bertujuan untuk meningkatkan mutu, cakupan, efisiensi pelayanan dalam rangka tercapainya kesehatan gigi dan mulut yang optimal serta meningkatkan pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan gigi dan mulut. Sasaran kegiatan adalah masyarakat umum yang rentan terhadap penyakit gigi, anak pra sekolah, anak sekolah dasar (SD) dan ibu hamil. l. Program Kesehatan Jiwa Program ini bertujuan untuk menemukan pasien gangguan jiwa, menurunkan angka pasien gangguan jiwa, pengobatan pasien jiwa, pemberian
penyuluhan
kepada
masyarakat
agar
tidak
terjadi
pengasingan/pemasungan pada pasien gangguan jiwa. Sasarannya adalah semua masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gondangrejo. Kegiatan pokok yang dilakukan adalah pencarian pasien baru, pengobatan, konsultasi/rujukan dan pemberian penyuluhan. m. Program Laboratorium Program ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium untuk menunjang diagnosa suatu penyakit. Sasaran kegiatan adalah semua pasien rawat jalan dan rawat inap serta masyarakat umum yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
membutuhkan pemeriksaan laborat. Kegiatan pokok antara lain adalah hematologi, urinalisa, parasitologi dan pemeriksaan lain-lain. n. Rawat Inap Program ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan tindak lanjut bagi masyarakat dan sebagai pusat rujukan antara. Sasaran kegiatan adalah masyarakat. Kegiatan pokok yang dilakukan antara lain adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan kasus, menerapkan standar praktek keperawatan sesuai prosedur dan melibatkan pasien dan keluarga dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang optimal. o. Program Lansia Program ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang berguna dan berdaya guna dalam kehidupan dan masyarakat serta untuk meningkatkan kesadaran pada usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut. Sasaran adalah lansia. Kegiatan pokok yang dilakukan adalah pengamatan status gizi lansia dan pengamatan penyakit penyerta lansia antara lain DM, hipertensi, ginjal dan jantung.
B. Sajian Data 1. Profil Pasangan Informan 1 (Pasangan Bapak S dan Ibu M) Bapak S merupakan kepala keluarga di dalam rumah tangga ini. Bapak S usia 40 tahun dengan pendidikan terkahir SMP. Bapak S bekerja sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
satpam di salah satu BMT di daerah Karanganyar. Selain itu, Bapak S juga memiliki pekerjaan sambilan, yaitu dengan membuka layanan jasa pajak untuk menambah penghasilan keluarga. Di dalam kegiatan rumah tangga, terkadang bapak S juga membantu. Penghasilan bapak S selama satu bulan RP 1.700.000,-. Penghasilan tambah dari pajak setiap bulannya sekitar Rp 2.000.000,- sampai dengan Rp 2.500.000,-. Bapak S memiliki istri yang bernama ibu M, usia 37 tahun dengan pendidikan terakhir SMP. ibu M sebagai ibu rumah tangga (IRT). Ibu M sekarang hamil yang ketiga dan usia kehamilan sekarang sudah memasuki trimester ketiga, yaitu memasuki usia kehamilan 37 minggu. Ibu M dulu pernah berjualan es di perempatan dekat rumahnya, tapi semenjak hamil ibu M tidak berjualan karena mulai musim hujan turun, penghasilan dari penjualan es menurun sehingga ibu M berhenti berjualan. Kehamilan ibu M memiliki tanda bahaya kehamilan berupa tekanan darah tinggi serta usia ibu saat hamil diatas 35 tahun. Sehingga ibu dikatakanibu hamil dengan risiko tinggi. Bapak S dan ibu M bertempat tinggal di alamat dukuh Ceplukan RT 2 RW
17
Kelurahan
Wonorejo
Kecamatan
Gondangrejo
Kabupaten
Karanganyar. Pasangan ini sudah dikaruniai dua anak. Anak pertama perempuan usia 17 tahun, masih sekolah di SMA. Anak kedua laki-lakai usia 10 tahun. Bapak S sudah menyiapkan tabungan untuk persiapan anak yang akan dilahirkan ibu M walaupun bapak S sudah ikut asuransi BPJS yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
diselenggarakan dari kantornya dengan potong gaji tiap bulan. Bapak S mengikutkan keluarga asuran BPJS kelas dua. 2. Profil Pasangan Informan 2 (Bapak D dan Ibu Ma) Bapak D merupakan kepala rumah tangga di kluarga ini. Bapak D usia 50 tahun dengan pendidikan terkahir SD. Bapak D bekerja sebagai buruh di salah satu rumah makan dan toko batik Maya Ratna di daerah Karanganyar. Bapak D disana melakukan pekerjaan seperti melayani pembeli yang beli soto ataupun baju batik. Selain itu, bapak D juga memiliki pekerjaan sambilan, yaitu dengan sebagai supir angkot untuk menambah penghasilan keluarga. Di dalam kegiatan rumah tangga, terkadang bapak D juga membantu. Penghasilan bapak D selama satu bulan sekitar RP 1.200.000,- itu sudah termasuk bonus dari baju batik yang dijualkan oleh bapak D. Bapak D memiliki istri yang bernama Ibu Ma, usia 37 tahun dengan pendidikan terakhir SD. Ibu Ma ini merupakan istri kedua, begitu juga bapak D merupakan suami kedua dari ibu Ma. Ibu Ma sebagai ibu rumah tangga (IRT). Ibu M sekarang hamil yang ketiga dan usia kehamilan sekarang sudah memasuki trimester ketiga, yaitu memasuki usia kehamilan 35 minggu. Ibu Ma memiliki pekerjaan sambilan yang dikerjakan di rumah, yaitu ngelas plastik yang diambil dari pengepul. Yang perbendelnya dihargai dari pengepul RP 1.500,-. Isi plastik perbendelnya sekitar 1000 lembar. Dalam sehari ibu Ma mendapat 5 bendel plastik yang dilas, itupun kalau ibu Ma bisa mengerjakan. Dalam kehamilan ibu Ma memiliki salah satu tanda gejala
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
kehamilan, yang berupa tekanan darah tinggi, kaki bengkak, kadang disertai pusing dan usia ibu saat hamil lebih dari 35 tahun. Sehingga ibu dikatakan ibu hamil dengan risiko tinggi. Bapak D dan ibu Ma bertempat tinggal di alamat Dukuh Jeruksawit kelurahan Banyu Urip Kecamatan Wonorejo Kabupaten Karanganyar. Pasangan ini baru akan dikaruniai anak pertama. Bapak D di dalam pernikahan dengan istri pertama dikaruniai satu anak perempuan yang usianya 15 tahun, anak tersebut masih sekolah di bangku SMP, dan hidup bersama ibunya. Ibu Ma dari pernikahan pertamanya juga memiliki dua anak laki-laki, yaitu anak pertama usia 18 tahun dan sudah bekerja, sedangkan anak kedua usia 5 tahun dan masih sekolah TK. Pasangan ini sudah memiliki tabungan untuk biaya persalinan ibu sebanyak Rp 500.000,-. Pasangan ini tidak memiliki jaminan kesehatan apapun. Namun pasangan ini akan mencari BPJS untuk mengcover biaya persalinan ibu Ma dengan sudah mempersiapkan kartu keluarga, KTP suami istri dan surat-surat pengantar dari RT, RW, Kepala Desa dan Kecamatan setempat. 3. Profil Pasangan Informan 3 (Bapak P dan Ibu N) Bapak P merupakan kepala rumah tangga di kluarga ini. Bapak P usia 42 tahun dengan pendidikan terkahir SMP. Bapak P bekerja sebagai buruh di tempat pemotongan hewan sebaggai tukang jagal hewan di daerah dekat rumah. Bapak P disana melakukan pekerjaan seperti melayani pembeli yang beli soto ataupun baju batik. Bapak P tidak memiliki pekerjaan sambilan. Di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
dalam kegiatan rumah tangga, terkadang bapak P juga membantu. Penghasilan bapak P selama satu bulan sekitar RP 1.500.000,-. Bapak P memiliki istri yang bernama Ibu Ng, usia 38 tahun dengan pendidikan terakhir SMP. Ibu Ng sebagai ibu rumah tangga (IRT). Ibu Ng sekarang hamil yang ketiga dan usia kehamilan sekarang sudah memasuki trimester ketiga, yaitu 40 minggu. Ibu Ng tidak memiliki pekerjaan sambilan. Dalam kehamilan ibu Ma memiliki salah satu tanda gejala kehamilan, yang berupa Haemogloobin) Hb termasuk rendah, yaitu 8,6 gr/dl, usia ibu saat hamil lebih dari 38 tahun dan dengan usia kehamilan sudah lebih dari tanggal perkiraan. Sehingga ibu dikatakan ibu hamil dengan risiko tinggi. Bapak P dan ibu Ng bertempat tinggal di alamat Dukuh Tuban Kidul RT 6 RT 05 Kelurahan Tuban Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Pasangan ini memiliki 2 anak. Anak pertama laki-laki usia 16 tahun dan anak kedua juga laki-laki usia 11 tahun. Pasangan ini tidak memiliki tabungan untuk biaya persalinan ibu. Namun pasangan ini memiliki jaminan kesehatan apapun yaitu Jamkesmas dan masih bisa digunakan untuk nati kalau ibu bersalin. 4. Profil Pasangan Informan 4 (Bapak WS dan Ibu Si) Bapak WS merupakan kepala keluarga di dalam rumah tangga ini. Bapak S usia 40 tahun dengan pendidikan terkahir SD. Bapak WS bekerja sebagai buruh bangunan di Solo. Selain itu, Bapak WS juga memiliki pekerjaan sambilan, yaitu mencari barang bekas. Di dalam kegiatan rumah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
tangga, terkadang bapak WS juga membantu seperti menyapu. Penghasilan bapak WS selama sehari RP 50.000,-. Penghasilan tambah dari dari hasil jual rongsok sekitar Rp 6.000,-. Penghasilan selama satu bulan Rp 1.200.000,-. Bapak WS memiliki istri yang bernama Ibu Si, usia 38 tahun dengan pendidikan terakhir SD. Ibu Si sebagai ibu rumah tangga (IRT). Ibu Si sekarang hamil yang keempat dan usia kehamilan sekarang sudah memasuki trimester ketiga, yaitu memasuki usia kehamilan 36 minggu. Ibu Si memiliki riwayat kehamiln yang buruk, yaitu pernah mengalami keguguran. Dalam kehamilan ibu Si merupakan ibu hamil dengan risiko tinggi karena ibu Si sudah mengandung lebih dari dua kali (grandemultipara), pernah kegugran, tensi darah tinggi, kaki bengkak serta usia ibu saat hamil lebih dari 35 tahun. Sehingga ibu dikatakan ibu hamil dengan risiko tinggi. Bapak WS dan ibu Si bertempat tinggal di alamat Dukuh Gunung Duk Rt 1 Rw 5 Kelurahan Bulurejoo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Pasangan ini sudah dikaruniai empat anak. Anak pertama lakilaki usia 18 tahun, dulu lahir ditolong duku. Anak kedua laki-laki usia 13 tahun, dulu lahir di bidan. Anak ketiga perempuan usia 11 tahun, dulu lahir di bidan. Pasangan ini tidak memiliki tabungan untuk persiapan anak yang akan dilahirkan ibu Si. Pasangan ini memiliki jaminan asuransi kesehatan yang berupa Jamkesmas yang diperoleh waktu mencari kartu keluarga setelah anak pertama lahir. Walapun sudah lama mendapatkan kartu Jamkesmas, namun keluarga ini masih bisa memakai kartu Jamkesmas sampai sekarang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
5. Profil Pasangan Informan 5 (Bapak Su dan Ibu Su) Bapak Su
merupakan kepala keluarga di dalam rumah tangga ini.
Bapak Su usia 36 tahun dengan pendidikan terkahir SD. Bapak Su bekerja sebagai tukang batu di daerah selatan stadion Manahan Surakarta. Selain itu, Bapak Su tidak memiliki pekerjaan sambilan. Bapak Su berangkat bekerja pukul 7 pagi dan muai bekerja jam 8 pagi sampai dengan jam 4 sore. Sampai di rumah jam 5 sore. Dalam kegiatan rumah tangga, bapak Su sering juga membantu dalam kegiatan rumah tangga. Penghasilan bapak Su seharinya mendapat upah antara Rp 60.000,- sampai dengan Rp 65.000,- dan upah tersebut diterima tiap hari sabtu. Bapak Su memiliki istri yang bernama Ibu Su, usia 36 tahun dengan pendidikan terakhir SD. Ibu Su sebagai buruh di pasar Legi, disana ibu Su menemani kakak perempuan jualan empon-empon (bumbu dapur). Ibu Su bekerja dari pagi sampai sore dan memiliki pnghasilan tiap harinya Rp 40.000,-. Ibu Su sekarang hamil yang kelima dan usia kehamilan sekarang sudah memasuki trimester ketiga, yaitu memasuki usia kehamilan 39 minggu. Ibu Su memiliki riwayat kehamilan yang buruk yaitu tensi darah tinggi sejak kehamilan keempat. Kehamilan sekarangpun ibu juga memiliki tensi darah inggi yaitu 180 - 190. Oleh karena itu ibu tidak dapat memakai alat kontrasepsi yang berupa pil KB, suntik KB dan implant. Selain itu juga ibu hamil lebih dari dua kali dan usia ibupun juga sudah lebih dari 35 tahun. Maka dari itu ibu termasuk ibu hamil berisiko tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
Bapak Su dan ibu Su bertempat tinggal di alamat dukuh Watu Ireng, Kelurahan Selorejo Kecamatan Gindangrejo Kabupaten Karanganyar. Pasangan ini sudah dikaruniai empat anak. Anak pertama laki-laki usia 15 tahun, anak kedua laki-lakai usia 12 tahun, anak ketiga perempuan usia 8 tahun dan anak keempat perempuan usia 4 tahun. Bapak Su dan ibu Su tidak memiliki tabungan untuk persiapan bersalin ibu Su. Bapak Su dan ibu Su juga tidak memiliki jaminan kesehatan baik berupa jamkesmas maupun BPJS. Alasan tidak ikut BPJS karena bapak Su dan ibu Su tidak mampu dalam mengangsur biaya BPJS tiap bulannya. Dalam penelitian ini analisis data menggunakan dua model yaitu analisis Harvard I satu mengenai analisis gender dan juga menggunakan model kerangka interaktif. Analisis gender adalah suatu metode atau alat untuk mendeteksi kesenjangan atau disparitas gender melalui penyediaan data dan fakta serta informasi tentang gender yaitu data yang terpilah antara laki-laki dan perempuan dalam aspek akses, peran, kontrol dan manfaat. Analisis gender dapat disimpulkan sebagai suatu proses menganalisis data dan informasi secara sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, dalam penelitian ini berfokus pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Dalam menghadapi kehamilan risiko tinggi pada beberapa informan tersebut, maka keluarga tersebut harus mampu mengelola sumberdaya yang mereka miliki dengan seefektif dan seefisien mungkin agar persiapan persalinan sebagai tujuan jangka panjang dapat tercapai untuk menekan terjadinya kematian ibu dan bayi. Terkait dengan sumberdaya yang dimiliki oleh keluarga tersebut, maka setiappotensi yang ada setidaknya dapat diikutsertakan dalam berbagai kegiatan rumah tangga. Dalam hal ini tidak hanya istri saja yang didorong untuk memaksimalkan perannya, tetapi juga suami. Suami dan istri terkadang dituntut berperan ganda, disamping sebagai pengurus rumah tangga, maka dituntut pula untuk sebagai pencari nafkah untuk menambah pendapatan.
C. Temuan Studi Analisis gender dalam penelitian ini menggunakan kerangka Harvard. Kerangka Harvard I terdiri atas sebuah matriks yang mengumpulkan data pada tingkat mikro (rumah tangga) yang terdiri dari tiga komponen yang berhubungan satu dengan lainnya. Berikut ini disajikan tabel model Harvard I yang sekaligus juga digunakan analisis model interaktif. Adapun tiga komponen tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
1. Profil Akses dan Kontrol terhadap Pengambilan Keputusan Rujukan ke Rumah Sakit pada ibu Hamil Berisiko Tinggi dalam Perspektif Gender di dalam Rumah Tangga Profil akses dan kontrol dalam model Harvard I bertujuan untuk merinci sumber-sumber
apa
yang dikuasai
laki-laki
dan
perempuan
untuk
melaksanakan kegiatannya dan manfaat apa yang diperoleh setiap orang dari hasil kegiatan tersebut. Profil ini memperlihatkan siapa yang memiliki akses kepada
sumberdaya
dan
kontrol
atas
penggunaannya,
selanjutnya
diidentifikasi, disusun dalam daftar apakah perempuan dan laki-laki mempunyai akses atau tidak kepada sumberdaya dan kontrol atas penggunaannya. Hasil
wawancara
mengenai
profil
akses
dan
kontrol
dalam
mengidentifikasikan dan menyusun daftar sumberdaya yang digunakan untuk melakukan pekerjaan yang diidentifikasi dalam profil kegiatan dalam mengambil keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil dengan risiko tinggi di dalam rumah tangga. Profil ini memperlihatkan siapa yang memiliki akses kepada sumberdaya dan kontrol atas penggunaannya. Keuntungan yang diwujudkan dari produksi rumah tangga serta penggunaan sumberdaya juga diidentifikasi dan disusun daftarnya. Kolom-kolom menunjukkan apakah perempuan dan laki-laki mempunyai akses kepada sumberdaya dan kontrol atas penggunaannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Hasil analisis gender dari profil kegiatan akses dan kontrol terhadap pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender di dalam rumah tangga dapat dilihat dari hasil wawancara yang telah dirangkum dalam sebuah tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1. Profil kegiatan Akses dan Kontrol terhadap Pengambilan Keputusan Rujukan ke Rumah sakit pada Ibu Hamil Berisiko Tinggi dam Perspektif Gender di dalam Rumah Tangga Pasangan Informan No Kegiatan 1 2 3 4 5 Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Akses 1 Uang √ √ √ √ √ 2 Tabungan √ √ 3 Persiapan persalinan √ √ 4 Periksa kehamilan √ √ √ √ √ 5 Informasi √ √ √ √ √ √ √ Kontrol 1 Uang √ √ √ √ √ √ 2 Tabungan √ √ 3 Persiapan persalinan √ √ 4 Periksa kehamilan √ √ √ √ √ 5 Informasi √ √ √ √ √ √ Sumber : hasil wawancara dengan Informan Keterangan : Lk : laki-laki Pr : perempuan √ : dominan Hasil analisis gender dari wawancara yang didapat menunjukkan bahwa keseluruhan istri dari lima pasang informan lebih dominan memilikiakses dalam keuangan rumah tangga. Namun, suami lebih memiliki kontrol dalam keuangan rumah tangga yang digunakan untuk kepentingan kesehatan istri hamil dengan risiko tinggi yang akan melahirkan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
dibuktikan dengan pasangan informan 1, pasangan informan 2, dan pasangan informan 3. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil jawaban dari wawancara dari pertanyaan kepemilikan akses keuangan di dalam rumah tangga dan kontrol keuangan untuk kesehatan ibu hamil dengan risiko tinggi dan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil risiko tinggi sebagai berikut: Pasangan Informan 1 Akses keuangan rumah tangga pada pasangan informan ini, istri lebih dominan karena suami memberi uang pada istri untuk mengelola dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut : “Saya mbak. …di dalam rumah tangga, saya yang mengurus keuangan rumah tangga mbak karena bapak menyerahkan keuangannya kepada saya.” Akses keuangan rumah tangga pada pasangan informan ini didukung dengan pernyataan suami sebagai beriku: “untuk masalah itu, semua saya serahkan pada ibu, setelah saya terima gaji, sebagian besar uang saya serahkan pada ibu untuk keperluan rumah tangga, terserah mau dipakai apa yang peting untuk keperluan rumah tangga.” Namun, istri tidak memiliki kontrol keuangan rumah tangga untuk kesehatan kehamilan istri dengan risiko tinggi dalam pemilihan rujukan ke rumah sakit, suami lebih dominan yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
“...untuk rujukan ke rumah sakit, kalau saya sih nurut bapak, karena dia yang bertanggung jawab keuangan. …untuk rujukan ke rumah sakit, kalau saya sih nurut bapak…” Pernyataan
tentang
kontrol
keuangan
tersebut
diperkuatdengan
pernyataan suami sebagai berikut : “…itu saya mbak yang menentukan di rumah sakit mana ibu harus dirujuk mbak, itu kan periksa dan saya mendampingi periksa di PKD, kalau tensinya tinggi nanti di rujuk, kalau dirujuk ya di rumah sakit Kustati saja mbak, karena disana ada saudara.” Pasangan Informan 2 Akses keuangan dalam rumah tangga pasangan informan ini,istri lebih dominan karena setelah suami terima gaji, maka istri langsung diberi sebagian besar gaji yang diterima suami untuk mengelola keuangan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut : “saya mbak …saya yang mengatur keuangan rumah tangga, begitu bapak terima gaji, sebagian banyak uang diberikan kepada saya untuk kebutuhan rumah tangga mbak.” Akses keuangan rumah tangga pasangan informan ini didukungan dengan pernyataan suami sebagai berikut : “…biasanya ibu mbak, jadi kalau saya terima gaji mingguan itu, saya ambil sedikit uang dari gaji saya untuk keperluan saya dan selebihnya itu saya serahkan pada ibu untuk keperluan dan kebutuhan rumah tangga. Ya cukup tidak cukup ya segitu mbak.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
Namun, dalam kontrol keuangan rumah tangga untuk kesehatan kehamilan istri dengan risiko tinggi dalam pemilihan rujukan ke rumah sakit, suami lebih dominan yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut: “…paling saya ngikut suami aja mbak. Kalau seperti itu saya lebih nurut dengan keputusan suami mbak. Saya sistemnya begini mbak, kalau saya sebagai ibu rumah tangga, kalau ada apa-apa itu yang bertanggung jawab itukan kepala rumah tangga. Kalau kepala rumah tangga seperti apa nanti ya dituruti mbak” Kontrol keuangan rumah tangga tersebut diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut: “…saya mbak yang memilih di rumah sakit sebagai rujukan untuk ibu” Pasangan Informan 3 Akses keuangan di dalam rumah tangga pada pasangan informan ini,istri lebih dominan karena suami menyerahkan uang untukmengelola keuangan rumah tangga pada istri yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut : “…Bapak menyerahkan uang kepada saya, dia menyerahkan urusan keuangan rumah tangga pada saya mbak.” Akses keuangan di dalam rumah tangga pasangan ini didukung pernyataan suami bahwa keseluruhan gaji diberikan pada suami, jika untuk keperluan suami, suami minta pada istri yang dibuktikan pernyataan suami sebagai berikut : “saya kalau setelah terima upah dari juragan saya, uang itu saya serahkan ibu semua. Kalau saya butuh untuk beli rokok atau untuk keperluan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
apa-apa saya minta ke ibu. Soalnya biar ibu itu percaya dengan saya mbak kalau saya tidak neko-neko, hehehe…. (sambil tertawa).” Namun istri tidak memiliki kontrol dalam keuangan dalam kesehatan kehamilan untuk memilih rujukan ke rumah sakit dengan alasan suami sebagai kepala rumah tangga yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut: “...tidak mbak, saya nurut suami, karena suami yang bertanggung di dalam rumah tangga. Suami kan kepala keluarga” Kontrol keuangan rumah tangga tersebut diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut: “…kepala rumah tangga, otomatis saya mbak. ...tidak ada, ya saya yang memilih dimana ibu nanti akan dirujuk mbak dan ditegaskan lagi dengan pernyataan” Pada pasangan informan empat, ditemukan bahwa istri lebih dominan dalam akses dan kontrol di dalam keuangan rumah tangga untuk kesehatan ibu hamil berisiko tinggi dan memilih rumah sakit rujukan.Karena saat hamil, istrilah yang mengalami dan merasakan kehamilan dengan risiko tinggi, maka seharusnya istri yang mengambil keputusan rujukan ke rumah sakit. Dalam rumah tangga pasangan informan empat ini, peran istri (perempuan) sudah memiliki kedudukan gender yang baik di dalam rumah tangga karena suami sadar bahwa kesehatan ibu hamil dalam menentukan tempat rujukan ada pada istri bukan pada suami, sehingga istri lebih dihargai kedudukannya di dalam rumah tangga terutama dalam kesehatan kehamilan ibu. Hal ini dibuktikan pada hasil wawancara sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
Pasangan Informan 4 Akses keuangan dalam rumah tangga pasangan ini lebih dominan istri karena setelah suami terima gaji, istri langsung meminta uang pada suami untuk segera guna membayar hutang dan memenuhi kebutuhan rumah tangga yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai beriku : “Untuk urusan keuangan rumah, juga saya mbak yang mengaturnya mbak. Hari sabtu, sepulang bapak kerja, saya minta uang bapak dari hasil gajian, uang itu aka segera saya gunakan untuk membayar hutang dan memenuhi kebutuhan keluarga.” Diperkuat dengan penyataan suami bahwa pada hari penerimaan gaji sepulang kerja, istri langsung meminta uang guna membayar utang dan beli sayur untuk memasak yang dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai berikut : “ibu, karena kalau Sabtu pas pulang kerja, ibu langsung meminta uang semua gajian saya. Ya buat bayar utang dan untuk beli sayur …” Dalam kontrol keuangan rumah tangga pasangan ini, istri lebih dominan dalam kesehatan kehamilannya dan menentukan pilihan rumah sakit rujukan yang dibuktikan pernyataan istri sebagai berikut: “…tidak ada yang memutuskan, saya sendiri yang memutuskan, masalahnya saya kan yang hamil dan suami tidak merasakan apa yang saya rasakan bu” Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut: “tinggal istrinya saya mau nya kemana, saya nurut” dan didukung dengan peryataan, “iya saya mendukung pokoknya saya nurut saja””
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Pada pasangan kelima, ditemukan bahwa istri lebih memiliki akses keuangan dalam rumah tangga. Namun, istri memiliki kesempatan yang sama dalam kontrol keuangan rumah tangga guna merawat kesehatan kehamilan istri hamil dengan risiko tinggi dan memilih rumah sakit rujukan.Hal ini membuat istri dihargai peran dalam kontrol keuangan rumah tangga yang sejajar dengan saumi. Suami boleh jadi pintar dalam hal memperoleh uang tetapi harus diimbangi dengan istri yang juga pandai mengatur uang sehingga kondisi keuangan keluarga tetap sehat.Dibuktikan dari hasil wawancara dengan pasangan informan kelima sebagai berikut : Pasangan Informan 5 Akses keuangan rumah tangga pasangan ini lebih dominan istri karena setelah suami terima gaji, suami memberi sebagian gajinyauntuk memenuhi kebutuhan sehari-haridan kegiatan sosial yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai beriku : “bapak kalau sudah gajian itu sebagian uangnya diserahkan kepada saya, uang itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk kebutuhan seperti jagong itu mbak.” Akses keuangan lebih dominan istri diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut : “ya pokoknya saya dapat gaji segitu dan sebagian saya berikan pada ibu ya terserah ibu mau dipakai seperti apa, ya terserah yang penting kebutuhan rumah tangga seperti makan terpenuhi.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Dalam rumah tangga pasangan informan ini, istri dan suami memiliki kontrol keuanangan yang sama untuk kesehatan kehamilan istri hamil dengan risiko tinggi dalam menentukan pilihan rumah sakit sebagai rujukan yang dibuktikan pernyataan istri sebagai berikut: “sama-sama mbak. …soalnya sayakan darah tinggi. Terus pak Didik (dokter kandungan) itu mengatakan bahwa usia ibu sudah tua, anak ibu sudah banyak terus ya terus harus operasi dengan steril saja. Makanya bapak dan saya memutuskan untuk dirujuk ke RB Rahma Bunda Kebakkramat.” Pernyatan istri dan suami memiliki kontrol yang sama dalam keuangan rumah tangga tersebut diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut : “sama-sama mbak” “ya bapak dengan ibu. Kami membicarakan dulu “ Hasil analisis gender akses dan kontrol tabungan dan persiapan persalin menunjukkan bahwa hanya dua pasangan informan yang memiliki tabungan untuk persiapan persalinan istrinya (pasangan informan 1 dan pasangan informan 2).Hal ini dibuktikan dengan jawaban dari pertanyaan mengenai akses dan kontrol tabungan yang dimiliki untuk persiapan persalinan ibu kalau ada kegawatdaruratan saat bersalin sebagai berikut: Pasangan informan 1 Akses tabungan rumah tangga untuk persiapan persalinan jika terjadi kegawat daruratan pada istri saat hamil dengan risiko tinggi pada pasangan informan ini istri tidak memiliki peran yang dominan yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
“…untuk biaya persalinan tidak ada, tapi untuk persalinan nanti memakai kartu BPJS. …kalau ini kan mengeluarkan biaya tiap bulannya. …mengeluarkan iuran tiap bulan, itu yang menyalurkan dari kantor bapak.” Pernyataan akses tabungan dan persiapan persalinan tersebutdiperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut : “…untuk mempersiapkan biaya persalinan karena kehamilan ibu, Insya Allah sudah, ada tapi ya cuma untuk persalinan saja.” Oleh karena itu istri tidak memiliki kontrol dalam tabungan di dalam rumah tangga untuk persiapan persalinan jika terjadi kegawat daruratan pada istri hamil berisiko tinggi yang dibuktikan pernyataan istri sebagai berikut : …untuk rujukan ke rumah sakit, kalau saya sih nurut bapak, karena dia yang bertanggung jawab keuangan. …untuk rujukan ke rumah sakit, kalau saya sih nurut bapak…” Kontrol tabungan dalam rumah tangga untuk persiapan persalinan istri hamil dengan risiko tinggi diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut: “…itu saya mbak yang menentukan di rumah sakit mana ibu harus dirujuk mbak, itu kan periksa dan saya mendampingi periksa di PKD, kalau tensinya tinggi nanti di rujuk, kalau dirujuk ya di rumah sakit Kustati saja mbak, karena disana ada saudara.” Pasangan informan 2 Akses dan kontrol tabungan untuk persiapan persalinan pada istri hamil dengan risiko tinggi di dalam rumah tangga pada pasangan informan ini suami lebih dominan yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
“bapak memiliki simpanan sekitar Rp 500.000,- mbak, nanti kekurangnnya dipikir nanti mbak setelah melahirkan, mungkin suami nanti cari pinjeman mbak…paling saya ngikut suami aja mbak. Kalau seperti itu saya lebih nurut dengan keputusan suami mbak. Saya sistemnya begini mbak, kalau saya sebagai ibu rumah tangga, kalau ada apa-apa itu yang bertanggung jawab itukan kepala rumah tangga. Kalau kepala rumah tangga seperti apa nanti ya dituruti mbak” Pernyataan akses dan kontrol tabungan untuk persiapan persalinan pada istri hamil berisiko tinggi diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut : “Saat ini kami belum punya tabungan, saya cuma punya Rp 500 ribu paling nanti pinjam sama juragan mbak. “saya mbak yang memilih di rumah sakit sebagai rujukan untuk ibu” Namun,pada ketiga pasang informan tidak memiliki akses dan kontrol dalam tabungan dan persiapan persalinan (pasangan informan 1, pasangan informan 4 dan pasangan informan 5). Oleh karena itu tidak dapat dilihat pada analisis gender karena tidak ada tabungan, maka persiapan persalinan tidak ada. Mereka dalam persiapan persalinan mengandalkan pinjam uang pada saudara, tetangga maupun jaminan kesehatan seperti Jamkesmas atau BPJS. Hal ini dibuktikan dari jawaban dari pertanyaan tentang kepemilikan tabungan untuk persiapan persalinan sebagai berikut: Pasangan informan 3 Akses dan kontrol dalam tabungan untuk persiapan persalinan pada istri hamil dengan risiko tinggi pada pasangan informan ini tidak dimiliki suami maupun istri yang dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
“tidak punya tabungan mbak, ya semisal kalau ada apa-apa dengan persalinan ya cari hutangan uang ke saudara mbak” Pasangan informan 4 Akses dan kontrol tabungan untuk persiapan persalinan jika pada istri hamil dengan risiko tinggi pada pasangan informan ini tidak dimiliki istri maupun suami yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut : “tidak punya. …untuk hidup sehari-hari saja kurang, apa yang mau ditabung mbak” Pernyatan akses dan kontrol tersebut diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut: “tidak ada. …apa yang mau ditabungkan mbak, buat makan aja masih kurang” Pasangan informan 5 Akses dan kontrol dalam tabungan untuk persiapan persalinan jika istri terjadi kegawatdaruratan pada istri hamil dengan risiko tinggi juga tidak dimiliki pasangan informan ini baik istri maupun suami yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut: “Untuk persiapan persalinan kami belum ada tabungan, rencana sih pakai simpan pinjam saja” Hasil analisis gender akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan menunjukkan bahwa empat pasang informan (pasangan informan 1, pasangan informan 3, pasangan informan 4 dan pasangan informan 5), istri lebih dominan
daripada
suami
dalam
akses
commit to user
dan
kontrol
pemeriksaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
kehamilan.Tetapi ada satu pasang informan dalam kepemilikan akses pemeriksaan kehamilan lebih dominan suami (pasangan informan 2). Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara pasangan informan satu, pasangan informan tiga, pasangan informan empat, dan pasangan informan lima dari pertanyaan tentang siapa yang memutuskan untuk pemeriksaan kehamilan ibu sebagai berikut: Pasangan informan 1 Akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan pada istri hamil dengan risiko tinggi di dalam rumah tangga pasangan ini istri lebih dominan yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut : “..untuk pemeriksaan kehamilan, saya yang mengajak suami untuk periksa mbak. …di bidan. …disini ada PKD. …biasanya kalau USG saya diantar sampai masuk ke dalam ruang periksa…” Pernyataan akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut: “kalau saya manut istri itu, kalau minta kontrol hamil ya saya antar. …kalau USG saya mendampingi ibu dan kalau ke PKD kalau saya ada waktu ya saya antar dan dampingi…” Pasangan informan 3 Akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan pada istri hamil dengan risiko tinggi di dalam rumah tangga pada pasangan informan ini, istri lebih dominan daripada suami yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut : “Saya yang menginginkan untuk memeriksakan kehamilan”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
Pernyataan Akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan tersebut diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut : “iya tapi istri saya sering ngeyel. …Saat periksa hamil, pertama ibu pergi sendiri, tapi setelah udah hamil tua ini, saya yang mengantar. ...saya kalau ngantar periksa di luar, tidak mau ikut masuk. …kalau ngantar periksa di luar, tidak mau ikut masuk” Pasangan informan 4 Akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan pada istri dengan hamil risiko tinggi pada pasangan informan ini di dalam rumah tangga istri lebih dominan yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut : “saya sendiri, kalau saya pingin tahu bayinya yang ada di perut ya saya periksa, kalau tidak ya tidak. …saudara saya. …iya, bapak nya pas kerja. …kalau pas USG bapak ikut masuk. …iya suami. Kalau pas periksa di bu H bapaknya tidak ikit masuk soalnya pas ramai” Pernyataan akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan terebut dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai berikut : “Untuk periksa hamil, yang minta priksa ya istri saya sendiri...saya ndak mudeng soalnya pokoknya apa apa saya ikut istri aja. …baru satu kali ngantar. …takut dimarahin. …umur kehamilannya udah besar kok gak pernah di periksain” Pasangan informan 5 Akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan pada istri hamil dangan risiko tinggi di dalam rumah tangga pada pasangan informan ini,istri juga lebih dominan yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut : “Saya yang minta untuk periksa hamil mbak...”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
Pernyataan akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut : “Kalo yang pengen mintra priksa ya ibu, saya hanya mengantar saja dan saya tunggu di luar. ..kecuali kalo agak gawat maka saya dipanggil.” Lain halnya dengan pasangan informan dua, akses dan kontrol pemerikasaan kehamilan lebih dominan suami dibuktikan dengan pernyataan pasangan informan sebagai berikut: Pasangan informan 2 Akses pemeriksaan kehamilan pada istri hamil dengan risiko tinggi di dalam rumah tangga istri lebih dominan yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai beerikut : “Suami saya yang meminta saya untuk periksa kehamilan, jadi suami yang mengantar periksa ke bidan mbak.” Namun dalam pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil berisiko tinggi pada pasangan ini, suami lebih dominan daripada istri yang dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai berikut : “setiap bulan saya mengajak kontrol kehamilan istri saya mbak. …saya nunggu di luar saja. …kontrol di bidan” Hasil analisis gender menunjukkan bahwa dua pasang informan (pasangan informan 1 dan pasangan informan 2) istri dan suami memiliki akses informasi kehamilan risiko tinggi digunakan untuk memilih rujukan ke rumah
sakit
pada
ibu
hamil
risiko
commit to user
tinggi
di
dalam
rumah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
tangga.Pernyataantersebut dibuktikan dari hasil wawancara dengan, pasangan informan dua, dan pasangan informan tiga sebagai berikut: Pasangan informan 1 Pasangan informan ini, akses informasi kehamilan risiko tinggi guna memilih rumah sakit rujukan di dalam rumah tangga dimiliki istri dan suami yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut : “ada.. penyuluhan.. kalau penyuluhan itu biasanya didapatkan kader posyandu itu diberikan penyuluhan kehamilan masalah pola makan sama pemeriksaan kehamilan sama imunsasi. Terus kesehatan ibu dan bayi biasanya… ya paling sekitar kehamilan dan imunisasi. …Tanda bahaya kehamilan itu ya perdarahan, kaki membengkak, terus mengeluarkan cairan yang sebelum melahirkan sebelum waktunya. …kalau terjadi seperti itu palingkan ke dokter paling nanti diberi obat dan disuruh istirahat oleh dokter.” Pernyataan akses informasi kehamilan risiko tinggi juga dimiliki suami yang dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut: “ya yang saya tahu itu keguguran karena kecapean, trus tensi tinggi karena kecapean. …kalau tensi tinggi berbahaya itu saya tahunya informasi dari PKD (bidan). Kalau kelahiran kalau tensinya tinggi itukan harus dioperasi kan…” Namun, istri tidak memiliki kontrol informasi kehamilan risiko tinggi guna memilih rumah sakit rujukan di dalam rumah tangga dengan pernyataan istri sebagai berikut: “…untuk rujukan ke rumah sakit, kalau saya sih nurut bapak…” Pernyataan kontrol informasi kehamilan risiko tinggi guna memilih rumah sakit rujukan diperkuat dengan pernyatansuami sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
“…itu saya mbak yang menentukan di rumah sakit mana ibu harus dirujuk mbak, itu kan periksa dan saya mendampingi periksa di PKD, kalau tensinya tinggi nanti di rujuk, kalau dirujuk ya di rumah sakit Kustati saja mbak, karena disana ada saudara.” Pasangan informan 2 Pada pasangan informan ini istri dan suami juga memiliki akses informasi kehamilan risiko tinggi guna menentukan rumah sakit rujukan yang dibuktikan pernyataan istri sebagai berikut: “saya belum begitu tahu banget tentang tanda bahaya kehamilan. Tapi saya cuman tahu dari baca buku itu (buku periksa hamil/KIA) dan saya tahu seperti ini ya saya konsultasi ke bidan. Kata bidan kalau begini (ibu menunjuk kaki yang bengkak) kalau darahnya belum naik itu tidak bahaya. Kalau saya sudah tahukan saya agak tenang sedikit. Tensi saya kalau tidak ada 150 berarti kan saya tidak bahaya. Saya cuman berdoa saja pada Gusti Alloh diparingi gampang, lancar...” Pernyataan akses informasi kehamilan risiko tinggi untuk menentukan kehamilan dibuktikan dengan pernyataan sebagai suami beriku : “ya perdarahan itu mbak. …ya kalau melahirkan itu. …dari bidan” Namun, istritidak memiliki kontrol informasi kehamilan risiko tinggi untuk menentukan rumah sakit rujukan dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut: “Suami mengambil keputusan apa saja, saya nurut.” Pernyataan tersebut diperkuat dengan dengan pernyataan suami sebagai berikut dari:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
“…ya saya bawa ke rumah sakit. … untuk rujukan ke rumah sakit, kalau saya sih nurut bapak, karena dia yang bertanggung jawab keuangan. …untuk rujukan ke rumah sakit, kalau saya sih nurut bapak…” Pada pasangan informan tiga, istri lebih dominan memiliki akses informasi kehamilan risiko tinggi guna menentukan rumah sakit rujukan. Walaupun istri memiliki akses informasi, namun istri tidak memiliki kontrol atas informasi kehamilan risiko tinggi guna menentukan rumah sakit rujukan. Sehingga, peran gender dalam hal ini tidak baik, karena seharusnya istri yang menentukan rumah sakit rujukan sesuai dengan keinginan istri karena istri yang merasakan kehamilan. Pasangan informan 3 Pada pasangan informan ini istri lebih dominan memiliki informasi kehamilan risiko tinggi untuk menentukan rumah sakit rujukan di dalam rumah tangga yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut : “saya tahu mbak kalau Hb rendah itu bahaya, karena bu bidan bilang kalau Hbnya tidak naik, nanti akan ada pengaruh ke bayi “ Serta bidan juga menyarankan kalau Hb tidak naik ketika menjelang persalinan maka ibu akan dirujuk ke rumah sakit yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut : “o iya mbak, bu bidan bilang gitu. Kalau sampai Hb saya tidak naik maka saya kalau lahiran besok akan dirujuk. Selain itu bu bidan kalau Hb segitu dengan usia saya segini tidak mendapat pertolongan yang lebih baik maka ibu dan bayi tidak baik”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
Padahal suami kurang peduli dengan keadaan kehamilan istri hamil dengan risiko tinggi karena bapak tidak pernah ikut masuk ke ruang periksa walaupun bapak mengantar istri periksa hamil, ketidakpedulian itu dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai berikut “saya kalau ngantar periksa di luar, tidak mau ikut masuk. …saya kalau nyium obat langsung pusing” Suami hanya memiliki harapan baik setelah istri periksa kehamilan yang dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut: “iya bu, yang penting kalau kabar nya bagus ya alhamdulillah” Walaupun istri lebih dominan memiliki informasi kehamilan risiko tinggi, tetapi suami yang lebih memiliki kontrol kehamilan risiko tinggi untuk memilih rujukan ke rumah sakit yang dibuktikan dengan pernyatan suami sebagai berikut :
“kalau belum ada keluhannya ya di tunggu dulu, dilihat keadaannya yang penting sehat. …ya tidak apa-apa di rujuk kalau memang harus dirujuk ke rumah sakit. …kepala rumah tangga, otomatis saya mbak. ...tidak ada, ya saya yang memilih dimana ibu nanti akan dirujuk mbak.” Pada pasangan informan empat istri lebih dominan dalam memiliki akses dan kontrol di dalam informasi kehamilan risiko tinggi untuk menetukan rumah sakit rujukan. Istri lebih memiliki banyak informasi kehamilan risiko tinggo sehingga istri memiliki kontrol dalam mengambil keputusan rujukan ke rumah sakit untuk bersalin. Pasangan ini menunjukkan bahwa istri di dalam rumah tangga memiliki peran gender yang baik karena informasi tentang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
kesehatan kehamilan yang dimiliki ibu dapat mengantar ibu dalam memilih rumah sakit rujukan pilihan ibu sendiri yang didukung dengan suami. Berarti suami menyamakan kedudukan istri sama dengan suami di dalam rumah tangga dalam pengambilan keputusan kesehatan istri ketika hamil. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara pada pasangan keempat sebagai berikut : Pasangan informan 4 Akses dan kontrol infomasi kehamilan risiko tinggi guna menentukan rumah sakit rujukan di dalam rumah tangga pasangan informan ini,istri lebih dominan yang dibuktikan dengan pernyatan sebagai berikut: “saya pas periksa di Puskesmas itu kan saya pusing, terus bidan memeriksa saya kalau darah (tensi darah) saya tinggi dan kaki saya bengka. Terus saya disuruh makan sayur-sayuran kecuali daun kates karena dapat menghabiskan cairan air ketuban (air ketuban keruh)” Pernyataan istri diperkuat dengan pernyataan bapak yang memiliki informasi tentang tanda bahaya kehamilan pada istrinya yang dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut: “saya tidak tahu tentang kayak gitu” Karena suami memberi kesempatan pada istri untuk memilih rumah sakit yang digunakan untuk rujukan saat terjadi kegawat daruratan pada ibu hamil dengan risiko tinggi yang dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut: “ya di rumah sakit kecil aja bu, ditempat pak joko (RSUD Surakarta yang terletak di Ngipang.…bisa pakai jamkesmas, gratis sma sekali tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
dipungut biaya. …tidak ada yang memutuskan, saya sendiri yang memutuskan, masalahnya saya kan yang hamil dan suami tidak merasakan apa yang saya rasakan bu” Pernyataan suami memberikan istri ksempatan untuk memilih rumah sakit sebagai tempat rujukan dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai berikut : “tinggal istrinya saya mau nya kemana, saya nurut. …iya saya mendukung pokoknya saya nurut saja” Pada pasangan informan lima istri lebih dominan memiliki akses informasi namun di dalam kontrol infomasi kehamilan risiko tinggi guna menentukan rumah sakit rujukan dilakukan bersama-sama antara istri dan suami. Istri memang memiliki informasi kesehatan kehamilan risiko tinggi yang didapat dari tenaga kesehatan seperti bidan atau dokter namun istri disini tidak memiliki hak sepenuhnya dalam menentukan kesehatan kehamilan terutama dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit. Sehingga peran gender dalam informasi kehamilan risiko tinggigunamenentukan rujukan ke rumah sakit sama dengan suami namun ini kurang baik karena sebenarnya kondisi kesehatan ibu hamil itu yang mengetahui istri sendiri. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan dari hasil wawancara sebagai berikut : Pasangan informan 5 Pada pasangan informan lima ini, istri lebih memiliki akses informasi kemahilan risiko tinggi guna menentuka rujukan ke rumah sakit yang istri ketahui dari bidan yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
“Tanda bahaya kehamilan termasuk yang saya alami ini, darah tinggi. …dari bu bidan mbak karena saya dibilangin kalau besok mbak Parmi sesar saja karena tensinya tinggi terus. …soalnya sayakan darah tinggi. Terus pak Didik (dokter kandungan) itu mengatakan bahwa usia ibu sudah tua, anak ibu sudah banyak terus ya terus harus operasi dengan steril saja.” Pernyataan tersebut diperkuat suami bahwa suami tidak memiliki informasi kehamilan risiko tinggi yang dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai beriku : “Kalau tanda bahaya kehamilan… ibu yang tahu mbak karena ibu yang periksa” “ya bapak dengan ibu. Kami membicarakan dulu ““sama-sama mbak” Walaupun istri memiliki akses informasi kehamilan risiko tinggi, namun istri diberi kesempatan suami untuk kontrol informasi kehamilan risiko tinggi untuk ikut menentukan rumah sakit rujukan dengan pernyataan istri ebagai berikut : “soalnya sayakan darah tinggi. Terus pak Didik (dokter kandungan) itu mengatakan bahwa usia ibu sudah tua, anak ibu sudah banyak terus ya terus harus operasi dengan steril saja. Makanya bapak dan saya memutuskan untuk dirujuk ke RB Rahma Bunda Kebakkramat.” Pernyataan istri diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut : “sama-sama mbak” “ya bapak dengan ibu. Kami membicarakan dulu “
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
2. Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Rujukan ke Rumah Sakit pada Ibu Hamil Berisiko Tinggi dalam Perspektif Gender di dalam Rumah Tangga Hasil analisis gender dari faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan rujukan kerumahsakit pada ibu hamil brisiko tinggi dalam perspektif gender di dalam keluaraga dirangkum dalam tebal 4.2 di bawah ini: Tabel 4.2. Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Rujukan ke Rumah Sakit pada Ibu Hamil Berisiko Tinggi dalam Perspektif Gender di dalam Rumah Tangga Faktor
1 Lk
2 Pr
Lk
Pasangan Informan 3 4 Pr Lk Pr Lk Pr
5 Lk
Pr
Pengetahuan √
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Sikap Persepsi Sosial Budaya Ekonomi Sumber : Hasil Wawancara dengan Informan Keterangan : Lk : laki-laki Pr : perempuan √ : pengambil keputusan : tidak ada pengaruh : dominan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
Hasil analisis gender yang dirangkum dalam tabel 4.2 didapat bahwa ada dua pasang informan (pasangan informan 1 dan pasangan informan 2) antar istri dan suami sama-sama memiliki pengetahuan kehamilan risiko. Namun istri pasangan informan tidak memiliki hak untuk mengambil keputusan rujukan ke rumah sakit. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari segi pengetahuan istri lebih dihargai dan memiliki kedudukan yang sama di dalam pengambilan keputusan dalam memeriksakan kesehatan kehamilan istri.Hal ini dibuktikan dengan pernyataan informan satu dan informan dua sebagai berikut: Pasangan informan 1 Pasangan informan ini, istri dan suami memiliki pengetahuan kehamilan risiko tinggi yang sama yang dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai berikut: “ya pemikiran sendiri, karena ya banyak informasi yang saya dapat, makanya saya memilih untuk rujukan ke rumah sakit. Disamping itukan karena kehamilan karena usia yang agak lanjut (lebih dari 35 tahun) itu ada kendala. Ya kita ambil risiko terburuk dulu mbak… harapannya sih sehat tapi kan kalau usia agak lanjut kan mungkin agak kecenderungan ada kendala yang tidak diinginkan, mungkin ada perdarahan dulu, ketuban pecah, tensi darah tinggi” Suami juga memeiliki pengetahuan kehamilan risiko tinggi yang diketahui suami dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut: “ya yang saya tahu itu keguguran karena kecapean, trus tensi tinggi karena kecapean” dan “kalau tensi tinggi berbahaya itu saya tahunya informasi dari PKD (bidan). Kalau kelahiran kalau tensinya tinggi itukan harus dioperasi kan…”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
Walapun istri dan suami memiliki penegetahuan kehamilan risiko tinggi guna menentukan rujukan ke rumah sakit yang sama, namun suami yang memiliki keputusan rujukan ke rumah sakit yang dibuktikan dengan pernyataan sebagai istri berikut: “Untuk rujukan ke rumah sakit, kalau saya sih nurut bapak…” Pernyataan yang menentukan keputusan rujukan tersebut diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut: “itu saya mbak yang menentukan di rumah sakit mana ibu harus dirujuk mbak, itu kan periksa dan saya mendampingi periksa di PKD, kalau tensinya tinggi nanti di rujuk, kalau dirujuk ya di rumah sakit Kustati saja mbak, karena disana ada saudara..” Pasangan informan 2 Pada pasangan informan ini, istri dan suami memiliki pengetahuan kehamilan risiko tinggi yang sama yang dibuktikan dengan pernyataan sebagai istri berikut: “saya belum begitu tahu banget tentang tanda bahaya kehamilan. Tapi saya cuman tahu dari baca buku itu (buku periksa hamil/KIA) dan saya tahu seperti ini ya saya konsultasi ke bidan”. Pengetahuan kehamilan risiko tinggi pada suami yang didapat dari bidan dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut berikut: “ya perdarahan itu mbak, …ya kalau melahirkan itu. …dari bidan Walaupun istri dan suami sama-sama memiliki pengetahuan kehamilan risiko tinggi, suamilah yang menentukan keuputusan rujukan ke rumah sakit yang dibuktikan dengan pernyataan sebagai istri berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
“suami mbak, karena saya pasrah saja mbak dengan suami. Suami mengambil keputusan apa saja, saya nurut. …paling saya ngikut suami aja mbak. Kalau seperti itu saya lebih nurut dengan keputusan suami mbak. Saya sistemnya begini mbak, kalau saya sebagai ibu rumah tangga, kalau ada apaapa itu yang bertanggung jawab itukan kepala rumah tangga. Kalau kepala rumah tangga seperti apa nanti ya dituruti mbak”. Pernyataan
pengambilan
keputusan
rujukan
diperkuat
dengan
pernyataan suami sebagai berikut: ”saya mbak yang memilih di rumah sakit sebagai rujukan untuk ibu” Berbeda dengan hasil analisis pasangan informan tiga, yaitu istri lebih dominan memiliki pengetahuan kehamilan risiko tinggi yang didapat dari tenaga kesehatan seperti bidan dan dokter namun istri tidak dapat menentukan keputusan rujukan ke rumah sakit sesuai dengan keinginan istri untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan istri sebagai berikut: “saya tahu mbak kalau Hb rendah itu bahaya, karena bu bidan bilang kalau Hb nya tidak naik, nanti akan ada pengaruh ke bayi. …bu bidan menyuruh istirahat yang teratur, makan teratur, makannya ya nasi lauk pauk sama buah-buahan” Adanya kekuarangtahuan tentang pengetahuan kehamilan dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai berikut: “tidak tahu mbak tanda bahaya kehamilan itu seperti apa” Walaupun istri memiliki pengetahuan kehamilan risiko tinggi dari bidan, tetapi istri tidak memiliki hak untuk mengambil keutusan rujukan ke rumah sakit yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
”saya mbak yang memilih di rumah sakit sebagai rujukan untuk ibu” Pernyataan pengambilan keputusan rujukan yang dilihat dari faktor pengetahuan kehamilan risiko tinggi yang tidak dimiliki dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai berikut: “kepala rumah tangga, otomatis saya mbak. …tidak ada, ya saya yang memilih dimana ibu nanti akan dirujuk mbak” Lain halnya dengan pasangan informan empat menunjukkan bahwa istri memiliki pengetahuan kehamilan risiko tinggi dan memiliki keputusan rujukan ke rumah sakit lebih dominan di dalam keluarga. Sehingga istri dapat memilih
rumah
sakit
rujukan
sesuai
dengan
harapan
istri
untuk
menyelamatkan ibu dan bayinya. Keadaan ini mencerminkan bahwa pengetahuan mempunyai keeratan hubungan dengan pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi, artinya semakin tinggi pengetahuan ibu maka kecenderungan ibu memilih tempat rujukan ke rumah sakitHal tersebut dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut: “saya pas periksa di Puskesmas itu kan saya pusing, terus bidan memeriksa saya kalau darah (tensi darah) saya tinggi dan kaki saya bengka. Terus saya disuruh makan sayur-sayuran kecuali daun kates karena dapat menghabiskan cairan air ketuban (air ketuban keruh)” Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan suami yang tidak tahu tentang tandah baya kehamilan yang dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai berikut: “saya tidak tahu tentang kayak gitu (tanda bahaya kehamilan)”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
Pada pasangan informan ini, istri juga memiliki hak untuk memilih rumah sakit rujukan untuk menyelamatkan kesehatan ibu sendiri dan bayinya dengan pernyataan istri sebagai berikut: “ya di rumah sakit kecil aja bu, ditempat pak joko (RSUD Surakarta yang terletak di Ngipang). ..bisa pakai jamkesmas. gratis, sama sekali tidak dipungut biaya” Pernyataan istri dalam keputusan rujukan ke rumah sakit diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut: “tinggal istrinya saya mau nya kemana, saya nurut. …iya saya mendukung pokoknya saya nurut saja” Pada pasangan lima, istri lebih memiliki pengetahuan kehamilan risiko tinggi dalam rumah tangga yang didapat dari tenaga kesehatan seperti bidan dan dokter, namun dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakitistri dan suami memiliki peran yang sama walapun suami tidak memiliki pengetahuan kehamilan risiko tinggi yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut: “Tanda bahaya kehamilan termasuk yang saya alami ini, darah tinggi. …dari bu bidan mbak karena saya dibilangin kalau besok mbak Parmi sesar saja karena tensinya tinggi terus. …soalnya sayakan darah tinggi. Terus pak Didik (dokter kandungan) itu mengatakan bahwa usia ibu sudah tua, anak ibu sudah banyak terus ya terus harus operasi dengan steril saja.” Walaupun bapak bapak tidak memiliki pengetahuan kehamilan risiko tinggi namun suasmi memberikan kesempatan pada istri untuk berdiskusi bersama dam mengambil keputusan rujukan ke rumah sakit yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
“sama-sama mbak. …Makanya bapak dan saya memutuskan untuk dirujuk ke RB Rahma Bunda Kebakkramat.” Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut: “ya bapak dengan ibu. Kami membicarakan dulu. …sama-sama mbak” Faktor selanjutnya yang mempengaruhi keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender adalah sikap wawancara pada kelima pasangan informan menunjukkan bahwa ada berbagai variasi sikap dalam pengambilan keputusan, yaitu tiga pasang informan (pasangan informan1, pasangan informan 2, dan pasangan informan 3), suami lebih dominan pada sikap yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit, satu pasangan informan (pasangan informan 4) yaitu istri memiliki sikap dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit dan satu pasang informan (pasangan informan 5) memiliki sikap dalam pengambilan sikap secara bersama-sama dalam pengambilan keuputusan rujukan ke rumah sakit. Walaupun informan mempunyai sikap positif dalam memandang rumah sakit sebagai tempat yang tepat rujukan pada ibu hamil risiko tinggi. Hasil analisis gender faktor sikap yang mempengaruhi pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi di dalam rumah tangga menunjukkan ada tiga pasang informan dengan suami lebih dominan dalam sikap pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit yang ditunjukkan pada pasangan informan 1, pasangan informan 2, dan pasangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
informan 3. Hasil analisis tersebut dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut dar: Pasangan informan 1 Faktor sikap pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada pasangan ini suami lebih dominan ketika suami mengetahui bahwa istri hamil dengan risiko tinggi dan saat bersalin perlu dirujuk untuk menyelamatkan ibu dan banyinya. Siakap suami dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai berikut: “itu saya mbak yang menentukan di rumah sakit mana ibu harus dirujuk mabak, itu kan periksa dan saya mendampingi periksa di PKD, kalau tensinya tinggi nanti di rujuk, kalau dirujuk ya di rumah sakit Kustati saja mbak, karena disana ada saudara..” Dari suami sikap pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit didukung pernyataan istri sebagai berikut: “Untuk rujukan ke rumah sakit, kalau saya sih nurut bapak, karena dia yang bertanggung jawab keuangan” Pasangan informan 2 Pernyataan pasangan informan satu sama dengan pernyataan pasangan informan ini bahwa suami lebih dominan memiliki sikap pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada istri hamil dengan risiko tinggi untuk menyelamatkan ibu dan bayi yang dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai berikut: “ya saya bawa ke rumah sakit“
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
Sikap pengambilan keputusan rujukan oleh suami ini didukung dengan pernyataan istri sebagai berikut: “…paling saya ngikut suami aja mbak. Kalau seperti itu saya lebih nurut dengan keputusan suami mbak. Saya sistemnya begini mbak, kalau saya sebagai ibu rumah tangga, kalau ada apa-apa itu yang bertanggung jawab itukan kepala rumah tangga. Kalau kepala rumah tangga seperti apa nanti ya dituruti mbak”. Pasangan informan 3 Pernyataan pasangan ini juga menunjukkan bahwa sikap pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada istri hamil risiko tinggi oleh suami lebih dominan untuk menyelamatkan ibu dan bayi yang dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai berikut: “ya tidak apa-apa di rujuk kalau memang harus dirujuk ke rumah sakit” Pernyataan sikap pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit didukung dengan pernyataan istri sebagai berikut: “…saya nurut suami, karena suami yang bertanggung di dalam rumah tangga. Suami kan kepala keluarga” Dari ketiga pasang informan diatas berbeda dengan pasangan informan empat mengenai sikap pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil risiko tinggidi dalam rumah tangga lebih dominan istri. Hal ini membuktikan bahwa peran istri dalam sikap pengambilan keutusan rujukan ke rumah sakit memiliki kedudukan yang sama dalam kesehatan di dalam rumah tangga yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
“tidak ada yang memutuskan, saya sendiri yang memutuskan, masalahnya saya kan yang hamil dan suami tidak merasakan apa yang saya rasakan bu” Didukung dengan pernyataan sikap pengambilan keputusan yang dibuktikan dengan pernyataan saumi sebagai berikut: “tinggal istrinya saya mau nya kemana, saya nurut. …iya saya mendukung pokoknya saya nurut saja” Lain halnya dengan pernyataan pasangan informan lima tentang faktor sikap pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil risiko tinggi untuk menyelamatkan ibu dan bayi, yaitu antara suami dan istri yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut: “soalnya sayakan darah tinggi. Terus pak Didik (dokter kandungan) itu mengatakan bahwa usia ibu sudah tua, anak ibu sudah banyak terus ya terus harus operasi dengan steril saja. Makanya bapak dan saya memutuskan untuk dirujuk ke RB Rahma Bunda Kebakkramat.” Pernyataan sikap pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit dibuktikan juga dengan pernyataan bapak sebagai berikut: “ya bapak dengan ibu. Kami membicarakan dulu. …sama-sama mbak” Faktor selanjutnya yang mempengaruhi pengambilan keputusan pemilihan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil dalam perspektif gender di dalam keluarga adalah persepsi.Hasil analisis gender persepsi kehamilan risiko tinggi yang mempengaruhi keputusan rujukan ke rumah sakit di salam keluarga, suami lebih dominan. Persepsi tersebut dutunjukkan oleh pasangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
informan 1, pasangan informan dua dan pasangan informan tiga. Hal tersebut dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut: Pasangan informan 1 Persepsi kehamilan risiko tinggi yang mempengaruhi keputusan rujukan ke rumah sakit lebih dominan suami karena adanya siapa yang bertanggung jawab di dalam keuangan orang lain yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut: “Untuk rujukan ke rumah sakit, kalau saya sih nurut bapak, karena dia yang bertanggung jawab keuangan” Didukung dengan pernyataan persepsi keputusan rujukan ke rumah sakit oleh suami lebih dominan dengan pernyataan suami sebagai berikut: “itu saya mbak yang menentukan di rumah sakit mana ibu harus dirujuk mabak, itu kan periksa dan saya mendampingi periksa di PKD, kalau tensinya tinggi nanti di rujuk, kalau dirujuk ya di rumah sakit Kustati saja mbak, karena disana ada saudara..” Pasangan informan 2 Sama halnya dengan pasangan informan ini bahwa sikap pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil lebih dominan karena suami mengatakan bahwwa bidan yang memeriksa bekerja di rumah sakit yang dipilih bapak untuk merujuk yang dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut: ”kalau saya sebenarnya inginkan di tempatnya itu, Ngipang” dengan alasan “kan yang ngontrol tiap bulannya kan bidannya itu, kan mengetahui itu lo mbak… (bidan yang memeriksa mengetahui kehamilan ibu)”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
Pasangan informan 3 Pasangan informan ini juga suami lebih dominan memiliki persepsi keputusan rujukan ke rumah sakit pada istri hamil dengan risiko tinggi. Persepsi ini disebabkan karena jarak, waktu yang ditempuh lebih cepat dan fasilitas rumah sakit yang komplit dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai berikut: “karena kalau rumah sakit Gemolong itu kan dekat, jalannya juga sudah bagus, ya hanya 15 menit dari rumah. …setahu orang desa kan rumah sakit Jebres (RSU Dr. Moewardi) besar, peralatannya juga memadai dan lengkap…” Oleh karena suami lebih dominan memiliki persepsi pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada istri hamil risiko tinggi, maka istri mengikuti keputusan suami dari persepsi suami yang dibktikan dengan pernayataan istri sebagai berikut: “saya nurut suami, karena suami yang bertanggung di dalam rumah tangga. Suami kan kepala keluarga” Pada analisis gender pada informan empat ditemukan bahwa istri lebih dominan dalam faktor persepsi dalam keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil sehingga dari persepsi istri lebih dominan juga dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit karena jaminan kesehatan dengan gratis yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut: “ya di rumah sakit kecil aja bu, ditempat pak joko (RSUD Surakarta yang terletak di Ngipang). …bisa pakai jamkesmas. gratis, sama sekali tidak dipungut biaya”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
Dalam persepsi pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi suami mendukung dengan rumah sakit yang dipilih istri yang dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut: “tinggal istrinya saya mau nya kemana, saya nurut. …iya saya mendukung pokoknya saya nurut saja” Lain halnya dengan analisis gender pada pasangan informan lima ini, istri lebih dominan dalam persepsi pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit karena informasi harus dirujuk yang disampaikan oleh bidan dan dokter yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut: “kalau bu bidan menganjurkan ke RB Rahma Bunda. …soalnya sayakan darah tinggi. Terus pak Didik (dokter kandungan) itu mengatakan bahwa usia ibu sudah tua, anak ibu sudah banyak terus ya terus harus operasi dengan steril saja: Walaupun istri lebih dominan memiliki persepsi pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil risiko tinggi, namun suami memberi kesempatan istri dengan diskusi antara istri dan suami uuntuk memilih rumah sakit yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagi berikut: “Makanya bapak dan saya memutuskan untuk dirujuk ke RB Rahma Bunda Kebakkramat.” Didukung dengan pernyataan persepsi keputusan rujukan yang dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut: “ya bapak dengan ibu. Kami membicarakan dulu. …sama-sama mbak” Hasil analisis gender dari faktor yang mempengaruhi keputusan rujukan pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender di dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
rumah tangga menunjukkan bahwa sosial budaya yang ada pengaruhnya di dalam pengambilan keputusan. Sosial budaya dipenelitian ini menanyakan tentang mitos kehamilan dan kelahiran, adat istiadat yang ada di masyarakat sekitar tempat tinggal informan. Faktor sosial budaya dibuktikan dengan penyataan dari lima pasang informan di bawah ini: Pasangan informan 1 Istri
: “kalau mitos disini seperti anak kecil tidak boleh dibawa keluar waktu magrib, takut nanti kalau kena sawan. Trus kalau jagong ditempat nikahan suruh minta kembangannya, katanya nanti anaknya bisa kena sawan gitu. Dan sebagainya banyak mbak… kalau saya tidak percaya… biasa saja. Trus kalau pergi dibawain bawang sama dlingoblenge… kalau saya sudah saya kemana-mana. Anak kalau anak masih punya orang tua jaman dulu itu pasti banyak peringatan. …kalau mitoni itu mungkin ya kepercayaan bisa mbak.. tapi kalau saya menghormati orang tua saja mbak… karena kalau kita cuman menghormati orang tua jaman dulu… kalau tidak percaya tapi saya dulu juga pernah mengalami waktu hamil pertama… kan kita masih punya orang tua,, agar kita menghindari perselisihan… sama itu kalau anak sudah lahir anak selamatan bancaan… istilah nya kita niatnya syukuran… tapi karena kalau menghormati orang tua maka istilahnya bancaan… tapi anak ke 2 tidak. …sanksi adat istiadat disini tidak ada… sini kan agamanya islam jadi banyak yang meninggalkan. Tapi juga masih ada mitoni dan kondangan-kondangan… sudah luntur mbak… karena yang sepuh-sepuh sudah gak ada mbak…”
Suami : “di daerah sini tidak ada mitos-mitos yang ada di masyarakat. …adat istiadat setempatpun pun juga tidak ada ada mbak” Pasangan informan 2 Istri
: “saya kurang begiru tahu mbak tapi kalau anak keduan saya itu kecapa mbak. Tidak tahu mbak, cuman kata orang-orang biar lancar mbak dalam melahirkan. Tapi tetap percaya Gusti Alloh dan saya nurut suami. …adat istiadat disini ada mbak, bancaan nasi sayur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
gudangan. Setiap 5 hari / sepasar setelah bayi lahir. Selapanan juga ada sekali ya seandainya lahirnya sabtu kliwon ya nanti bancaannya sabtu kliwin berikutnya yang sebulan. Ya itu cuman bancaan nasi gudangan. …kalau saat hamil ya ada mbak. Kalau anak pertama itu mitoni. Tapi kalau anak keduadan selanjutnya tidak mbak. …kalau saya kurang tahu mbak, tapi ada kalau pada orang yang mantenan terus minta talek atau bunganya atau apanya yang dipakai buat mantennya terus dioleskan seidkit ke badannya ibu hamil mbak. Tapi saya selama hamil tidak bantu di seperti itu mbak. kalau kegiatan sosial disini tidak ada paksaan ibu hamil harus mengerjakan apa, sesuka hati mbak. Kalau ibu hamil ingin sesuatu malah disuruh ngomong. Kalau nanti tidak keturutan nanti ibu bisa sakit perut. Kalau pas rewangan itu diringankan mbak” Suami : “saya tidak mengetahui soal mitos-mitos yang ada di masyarakat daerah Jeruksawit sini. … adat istiadat, kalau mitoni ada tapi kalau disini saya tidak tahu mbak” Pasangan informan 3 Istri
: “kalau disini mitosnya…(sambil mengingat)… tidak ada kayaknya mbak”
Suami : “kalau adat istiadat ya bancaan sepasaran bayi itu mbak” dan “paling bancaan yang untuk anak-anak kecil itu, bancaan gudangan dan tukon pasar itu mbak” Pasangan informan 4 Istri
: “Mitos di masyarakat Gunung Duk ndak ada bu. …kalau sini adatnya mitoni kalau hamil dan bancaan (syukuran) anak-anak kalau bayi sudah lahir”
Suami : “saya tidak tahu mitos itu apa bu. ..paling disini kalau hamil ada mitoni dan bancaan anak kecil” Pasangan informan 5 Istri
: “Mitos-mitos yang ada disini tidak ada itu mbak”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
Suami : “kalau adat disni masih, seperti ‘brokohan’. Brokohan itu kalau sudah lahir dibrokohi seperti dibancai. Kalau satu minggu bayi sudah puput (tali pusat sudah lepas sendiri dari bayi) itu ya sepasar. Selapanan itu juga masih yang buat anak-anak itu” Hasil analisis gender faktor selanjutnya yang mempengaruhi pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender di dalam rumah tangga adalah ekonomi, faktor ekonomi ini diperoleh dari pendapatan keluarga. Walaupun ada ibu yang juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan kelurga, tetapi tanggung jawab untuk memberi nafkah adalah kewajiban suami dan hal ini telah dilakukan dengan baik oleh suami, dimana kesemuanya telah bekerja di berbagai bidang. Faktor ekonomi yang yang mempengaruhi pengambilian keputusan rujukan ke rumah sakit ditemukan bahwaada empat pasangan informan dengan suami lebih dominan dalam bekerja untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluaga. Dari keempat pasangan informan(pasangan informan 1, pasangan informan 2, dan pasangan informan 3) tersebut pengambilan keputusan rujukan dominan suami. Hal tersebut ditunjukkan dari pernyataan pasangan informan sebagai berikut: Pasangan informan 1 Pasangan informan ini menunjukan bahwa faktor ekonomi yang mempengaruhi pengambialan keputusan keluarga dilakukan suami dengan cara bekerja sebagi security di salah satu BMT di Karanganyar dan membuka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
jasa pajak kendaraan bermotor untuk mencari tambahan penghasilan keluarga yang dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai berikut: ”saya bekerja di KJKS. …Koperasi Jasa Keuangan Syariah sebagi keamanan. …itu security. …dengan penghasilan perbulan Rp. 1.700.000,perbulan yang dipotong untuk membayar asuransi tiap bulan sebanyak Rp 55.000,- untuk satu keluarga yang dibuktikan dengan pernyataan. …untuk sebulannya Rp 1.700.000,- …masih dipotong iuran BPJS Rp 55.000,- per bulaln mbak… sudah termasuk satu keluarga. …ya itu, sampingan itu jasa pajak” dengan penghasilan dengan penghasilan yaitu Rp 2.000.000,- - Rp 2.500.000,-, untuk bulan kemari Rp 2.700.000,- , ya cukup mbak dengan itu…” Oleh karena itu bapak S berani memutuskan ibu akan dirujuk ke rumah sakit Kustati ketika ibu Ma nanti akan bersalin walaupun jarak rumah ke rumah sakit itu jauh. Sehingga untuk masalah ekonomipun tidak menjadi kendala bagi keluarga ini yang dibuktikan dengan pernyatan suami sebagai berikut: “itu saya mbak yang menentukan di rumah sakit mana ibu harus dirujuk mbak. … kalau dirujuk ya di rumah sakit Kustati saja mbak” Pasangan informan 2 Pada
pasangan
ini
pun
faktor
ekonomi
yang
mempengaruhi
pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi di dalam rumah tangga lebih dominan suami. Suami bekerja sebagai buruh di toko batik dan rumah makan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan memiliki penghasilan tambahan yang dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
“gaji perbulan Rp 1.000.000,-. …mendapat bonusannya dari pembeli yang beli banyak itu dapat bonusan mbak. Sistem pemberian bonus itu kalau ada baju yang laku 1 itu ditambahi Rp 1.000,- kalau bajunya laku 10 potong ya bonusnya Rp 10.000,- gitu mbak. untuk penghasilan total perbulan sekitar Rp 1.200.00,- mbak” Oleh karena itu, suami memutuskan berencana mencari BPJS untuk sebagai usaha untuk meringankan beban pada jaminan kesehatan keluarga seperti ibu bersalin yang dibuktikan dengan pernyataan yang dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai berikut: “ya biaya itu mbak… kalau saya rencana mau cari BPJS mbak, saya juga sudah mempersiapkan syarat-syaratnya dari RT, RW nanti pak Lurah terus saya bawa ke Purwosari (kantor BPJS)” Pasangan informan 3 Begitu juga dengan pasangan nomer tiga, faktor ekonomi yang mempengaruhi pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi lebih dominan suami di dalam rumah tangga karena suami yang berkerja mencari untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sebagai buruh jagal sapi dan tidak memiliki pekerjaan sampingan. Sehingga suamilah yang memiliki peran dalam menganbil keuputusan rujukan ke rumah sakit di dalam rumah tangga yang dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai berikut: “saya buruh pemotongan hewan sapi, mmm jadi jagal sapi di dekat sini, gaji perbulan yang saya dapat satu setengah jutaan (Rp 1.500.000,-). …tidak punya pekerjaan sampingan mbak” Pada saat mengambil keputusan rujukan ke rumah sakit, suami juga yang memutuskan rujukan ke rumah sakit dalam rumah tangga, walaupun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
dikatakan bahwa dengan gaji perbulan yang didapat kurang bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga, namun suami berusaha mencarikan jeminan kesehatan untuk keluarga trutama pada saat istri akan bersalin dengan dibuktikan pernyataan suami sebagai berikut: “…saya punya nya jamkesmas. …syarat-syaratnya ya bawa KK sama KTP sama surat rujukan” Lain halnya dengan pasangan informan empat, walaupun faktor ekonomi yang mempengaruhi pengambilan keutusan ke rumah sakit pada ibu hamil risiko tinggi lebih dominan suami. Suami bekerja sebagaiburuh bangun dan memiliki pekerjaan sampingan dengan mengambil sampah dan dijual ke pengepul untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut: “ saya bekerja sebagai buruh banguna di solo mbak, perhari saya digaji lima puluh ribu (Rp 50.000,-). Selain itu cari rongsok kalau pulang kerja trus saya kumpulkan dan saya jual kadang-kadang laku enam rimu (Rp 6.000,-) kadang lebih. Kadang, Sebulannya saya dapat sekitar Rp 1.200.000,- dari hasil itu” Namun dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit, istri lebih dominan karena istri yang merasakan kehamilannya dan istri yang harus menentukan keputusan rujukan ke rumah sakit yang dibutkikan dengan pernyataan sebagai berikut: “tinggal istrinya saya mau nya kemana, saya nurut. …iya saya mendukung pokoknya saya nurut saja” Serta ada satu pasangan istri dan suami sama-sama bekerja dan dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
ditunjukkan pasangan informan lima. Pada pasangan ini, istri dan suami samasama bekerja dan sama-sama memiliki kesempatan dalam engambilan keputusan ke rumah sakit ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi. Istri bekerja sebagai buruh dengan membantu kakanya jualan empon-empon dan suami bekerja sebagai buruhh bangunan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan dibuktikan dengan pernytaan istri sebagai berikut: “Saya ya buruh di pasar legi. Disana nemani mbak saya jualan emponempon (bumbu pawon), perharinya saya di dakasih upah empat puluh ribu (Rp 40.000,-)” Pernyataan tentang suami bekerja dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai berikut: “saya tukang batu di selatan manahan, ngerjakan perumahan mbak. Kadang saja diberi upah kadang Rp 60.000,- kadang Rp 65.000,-. “ Pasangan informan ini juga tidak memiliki jaminan kesehatan, untuk memenuhi kesehatan keluarga terutama pada ibu hamil risiko tinggi istri dan suami menyelatkan ibu dan bayi dengan mencari pinjaman uang untuk membiayai. Sehingga dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit, istri dan suami melakukan diskusi telebih dahulu yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut: “…Walaupun biaya tidak ada ya kami pinjam-pinjam uang. … BPJS (sambil berpikir) tidak punya mbak”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124
Begitu juga menyatakan hal yang sama debuktikan dengan pernyataan sebagai berikut: “BPJS kami tidak punya mbak” Pada saat pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit, suami istri memiliki kesempatan yang sama yang dibuktikan dengan pernyatan istri sebagai berikut: “Makanya bapak dan saya memutuskan untuk dirujuk ke RB Rahma Bunda Kebakkramat.” Didukung dengan pernyataan suami tentang keputusan rujukan yang dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut: “ya bapak dengan ibu. Kami membicarakan dulu. …sama-sama mbak” 3. Pengambilan Keputusan Rujukan ke Rumah Sakit pada Ibu Hamil Berisiko Tinggi dalam Perspektif Gender di dalam Rumah Tangga Hasil analisis gender mengenai pengambilan keputusan memiliki empat tingkatan dengan kadar yang berbeda pada keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender di dalam rumah tangga dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
Tabel 4.3.Tingkatan Pengambilan Keputusan Rujukan ke Rumah Sakit pada Ibu Hamil Berisiko Tinggi dalam Perspektif Gender di dalam Rmah Tangga Jenis Kelamin
Otomatis
Pengambilan Keputusan Informasi Pertimbang Ketidakpastian an ganda
Pasangan Informan 1 Laki-Laki Perempuan Pasangan Informan 2 Laki-Laki Perempuan Pasangan Informan 3 Laki-Laki Perempuan Pasangan Informan 4 Laki-Laki Perempuan Pasangan Informan 5 Laki-Laki Perempuan Sumber : Hasil wawancara dengan informan Keterangan : Laki-laki Perempuan Hasil analisis gender pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa informan mempunyai tingkat pengambilan keputusan yang berbeda ada yang menggunakan pengambilan keputusan dengan tingkat kadar otomaris lebih dominan diambil oleh suami dengan dibuktikan dengan tiga pasang informan (pasangan informan 1, pasangan informan 2 dan pasangan informan 3) dan satu pasang informan lebih dominan istri (pasanag informan 4), dan satupasang informan (pasangan informan 5) mengambil keputusan rujukan ke rumah sakit diambil dengan tingkat kadar pertimbangan dilakukan bersama-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
sama. Ada juga pasang informan menggunakan pengambilan keputusan otomatis satu pasangan pengambilan keputusan didomonasi suami (pasangan informan 3) dan satu pasangan didominasi istri (pasangan informan 4). Hasil
analisis
keputusan
dikategorikan
menjadi
empat
pada
pengambilan keputusan rujukan dalam perspektif gender di dalam rumah tangga juga dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut : Tabel 4.4. Kategori Pengambilan Keputusan Rujukan Ke Rumah Sakit pada Ibu Hamil Berisiko Tinggi dalam Perspektif Gender di dalam Rumah Tangga Informan
Representasi Lk Pr
Pengambilan Keputusan Empiris Informasi Lk Pr Lk Pr
Eksplorasi Lk Pr
Pasangan Informan 1 Pasangan Informan 2 Pasangan Informan 3 Pasangan Informan 4 Pasangan Informan 5 Sumber : Hasil Wawancara dengan Informan Keterangan : Pengambil keputusan Tabel 4.4. tersebut menunjukkan bahwa dalam pengambilan keputusan menurut kategori dalam pengambilan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender di dalam rumah tangga menunjukkan bahwa kategori keuputusan empiris yang digunakan untuk pengambilan keputusan rujukan. Hasil analisiS tabel 4.4 menunjukkan bahawa suami lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
dominan dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit yang dibuktikan dengan tiga pasang informan (pasangan informan 1, pasangan informan 2, dan pasangan informan 3), satu pasang informan informan (pasangan informan 4) didominasi istri, dan satu pasang informan (pasangan informan) istri dan suami memiliki kesempatan yang sama. Pengambilan keputusan empiris merupakan pengambilan keputusan yang kurang memiliki informasi namun mengetahui bagaimana memperoleh informasi dan pada saat informasi diperoleh. Dalam hal ini informasi diperoleh dari tenaga kesehatan baik bidan ataupun melalui Puskesmas sebagai referensi informasi dari informan. Hasil analisis gender pengambilan keputusan ada dua jenis yaitu keputusan pribadi dan keputusan bersama pada pengambilan rujukan pada ibu hamil risiko tinggi yang dapat dilihat dalam tabel 4.5 sebagai berikut : Tabel 4.5. Jenis Pengambilan Keputusan Rujukan Ke Rumah Sakit pada Ibu Hamil Berisiko Tinggi dalam Perspektif Gender di dalam Rumah Tangga Pengambilan Keputusan Informan / Pengambil Keputusan Pribadi Bersama-sama Lk Pr Lk Pr Pasangan Informan 1 Pasangan Informan 2 Pasangan Informan 3 Pasangan Informan 4 Pasangan Informan 5 Sumber : Hasil Wawancara dengan Informan Keterangan : Pengambil keputusan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
Hasil analisis gender pada tabel 4.5 menyatakan bahwa keputusan mennurut jenisnya dalam pengambilan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi mayoritas adalah pengambilan keputusan dengan jenis pribadi dengan pengambilan keputusan tersebut lebih dominan suami. Hal tersebut ditunjukkan bahwa 3 pasangan informan menyatakan suami lebih dominan mengambil keputusan rujukan ke rumah sakit (pasangan informan 1, pasangan informan 2, dan pasangan 3), dan satu pasang informan yaitu istri yang dominan (pasangan informan 4) dalam mengambil keutusan rujukan ke rumah sakit serta satu pasang informan (informan 5) dengan pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit diputuskan secara bersama-sama. Dari hasil analisis gender menurut tingkat, kategori dan jenis pengambilan keputusan rujukan menunjukkan bahwa dapat dilihat dari bukti pernyataan dari pasangan informan sebagai berikut: Pasangan informan 1 Pada pasangan informan ini pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi lebih dominan suami yang dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut: Istri
: “Untuk rujukan ke rumah sakit, kalau saya sih nurut bapak, karena dia yang bertanggung jawab keuangan”
Suami : “itu saya mbak yang menentukan di rumah sakit mana ibu harus dirujuk mbak, itu kan periksa dan saya mendampingi periksa di PKD, kalau tensinya tinggi nanti di rujuk, kalau dirujuk ya di rumah sakit Kustati saja mbak.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
Pasangan informan 2 Pada pasangan informan ini pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi lebih dominan suami yang dibuktikan denga pernyataan sebagai berikut: Istri
: “Suami mengambil keputusan apa saja, saya nurut.” Bagi ibu, keputusan terbaik itu yang diambil oleh suami yang dibuktikan dengan pernyataan. … paling saya ngikut suami aja mbak. Kalau seperti itu saya lebih nurut dengan keputusan suami mbak. Saya sistemnya begini mbak, kalau saya sebgai ibu rumah tangga kalau ada apa-apa itu yang bertanggung jawab itukan kepala rumah tangga. Kalau kepala rumah tangga seperti apa nanti ya dituruti mbak”
Suami : ”saya mbak yang memilih di rumah sakit sebagai rujukan untuk ibu” Pasangan informan 3 Pada pasangan informan ini pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi lebih dominan suami yang dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut: Istri
: “tidak mbak, saya nurut suami, karena suami yang bertanggung di dalam rumah tangga. Suami kan kepala keluarga”
Suami : “kepala rumah tangga, otomatis saya mbak” dan “tidak ada, ya saya yang memilih dimana ibu nanti akan dirujuk mbak” Pasangan informan 4 Pada pasangan informan ini pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi lebih dominan istri yang dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 130
Istri
: “tidak ada yang memutuskan, saya sendiri yang memutuskan, masalahnya saya kan yang hamil dan suami tidak merasakan apa yang saya rasakan bu” Suami : “tinggal istrinya saya mau nya kemana, saya nurut. …iya saya mendukung pokoknya saya nurut saja” Pasangan informan 5 Pada pasangan informan ini pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi diambil secara bersama-sama yang dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut: Istri
: Makanya bapak dan saya memutuskan untuk dirujuk ke RB Rahma Bunda Kebakkramat.”
Suami : “ya bapak dengan ibu. Kami membicarakan dulu. …sama-sama mbak”
D. Pembahasan 1. Profil kegiatan Akses dan Kontrol terhadap Pengambilan Keputusan Rujukan ke Rumah Sakit pada Ibu Hamil Berisiko Tinggi dalam Perspektif Gender di dalam Rumah Tangga Profil kegiatan kesehatan di dalam rumah tangga yang diambil dalam penelitian ini adalah seperti dalam keuangan, tabungan, persiapan persalinan, pemeriksaan dan informasi kehamilan risiko tinggi dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit. Profil kegiatan kesehatan kehamilan risiko tinggi di dalam keluarga tunjukkan tabel 4.1 analisis gender. Hasil penelitian profil aktivitas keuangan dalam rumah tangga ini menunjukkan bahwa peran penting istri memiliki peran penting dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 131
mengelola keuangan rumah tangga, karena pada dasarnya istri lebih detil dalam mengurus keuangan rumah tangga.Walaupun istri di dalam rumah tangga bukan sekedar menjadi sosok yang hanya mengasuh, mendidik anakanak serta mengurus suami dan rumah. Namun, suami lebih memiliki kontrol dalam keuangan rumah tangga yang digunakan untuk kepentingan kesehatan istri hamil dengan risiko tinggi yang akan melahirkan Dalam kontrol penggunannyapun di dalam rumah tangga, suami tetap memegang peran utama dalam kontrol keuangan rumah tangga. Hasil tersebut ditemukan bahwa istri lebih dihargai sebagai perempuan sehingga istri memiliki peran penting dalam pengelolaan keuangan rumah tangga walupun tidak memiliki peran kontrol keuangan di dalam rumah tangga.Pada kontrol keuangan rumah tangga dalam kesehatan ibu hamil hamil berisiko tinggi perempuan tidak memiliki hak dan tidak dipercaya di dalam kesehatan istri hamil ketika memerlukan tempat rujukan ke rumah sakit untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Suami boleh jadi pintar dalam hal memperoleh uang tetapi harus diimbangi dengan istri yang juga pandai mengatur uang sehingga kondisi keuangan keluarga tetap sehat. Hasil penelitian profil kegiatan tabungan dan persiapan persalian ditemukan dalam penelitian ini adalah ada dua pasang informan yang memiliki akses dan kontol dalam tabungan dan persiapan pesalinan istri hamil risiko tinggi. Dari kedua pasangan informasi menunjukkan bahwa suami lebih dominan dalam akses dalam kepemilikan tabungan dan persiapan persalinan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 132
serta kontrol dalam kepemilikan tabungan dan persiapan persalinan pada istri hamil risiko tinggi. Pada kedua pasangan menunjukkan bahwa istri tidak memiliki peran gender yang lebih baik dan sama di dalam tabungan dan persiapan persalinan ibu hamil risiko tinggi. Sehingga dirasa istri kurang di dalam kepemilikan tabungan dan persiapan persalian pada kesehatan ibu hamil risiko tinggi. Walaupun istri tidak memiliki akses dan kontrol dalam tabungan dan persiapan persalinan, namun suami sadar dan perhatian pada istri bahwa istri perlu uang untuk persiapan persalinan walaupun hanya sedikit tapi itu sudah dianggap suami memiliki peran gender di dalam rumah tangga tentang kesehatan ibu hamil. Selain itu, pada aktivitas ini juga ditemukan bahwa ada tiga pasang informan yang tidak memiliki akses dan kontrol dala tabungan dan persiapan persalianan pada ibu hamil risiko tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada peran gender di dalam rumah tangga untuk kesehatan ibu hamil risiko tinggi. Ketiga pasang informasi tersebut dalam persiapan persalinan mengandalkan pinjam uang pada saudara, tetangga maupun jaminan kesehatan seperti Jamkesmas atau BPJS Hasil penelitian profil kegiatan pemeriksaan kehamilan ditemukan bahwa istri berperan lebih dominan memiliki akses di dalam rumah tangga. Walaupun suami mengantar periksa hamil hanya pada saat USG, kehamilan tua, atau ketika ibu mengalami tanda bahaya kehamilan. Bahkan suami hanya akan ikut masuk ketika dipanggil bidan atau dokter untuk memberitahu hasil pemeriksaan yang berbahaya untuk kesehatan ibu dan bayinya. Hal ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 133
menunjukkan bahwa istri kurang diperhatikan dan kurang dihargai suami sebagai dalam kesehatan kehamilan mereka, seakan-akan kesehatan kehamilan seorang istri merupakan tanggung istri sendiri dan tidak ada campur tangan dari suami. Memang benar bahwa kesehatan kehamilan yang menentukan adalah ibu hamil sendiri bukan suami.Sebenarnya kesehatan istri hamil itu juga merupakan tanggung jawab suami dan istri di dalam rumah tangga. Namun, ada juga pasangan informan pada aktivitas pemeriksaan kehamilan itu lebih dominan pada akses dan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa peran gender di dalam rumah tangga pasangan informan ini kurang baik karena yang menentukan untuk periksa kehamilan adalah suami. Walaupun dirasa suami sadar akan pentingnya kesehatan istri saat hamil. Padahal yang hamil dan merasakan keadaan saat hamil adalah istri. tetapi suamilah yang menginginkan dan memutuskan untuk periksa hamil. Hasil peneliatian profil kegiatan informasi tanda bahaya kehamilan risiko tinggi di dalam rumah tangga, istri lebih dominan memiliki informasi tentang bahaya kehamilan daripada suami. Namun istri tidak memiliki kontrol informasi kehamilan risiko tinggi di dalam rumah tangga guna memilih rumah sakit rujukan untuk menyelamat ibu dan bayi. Peran gender istri di rumah tangga menjadi tidak baik, karena seharusnya istri memiliki hak dalam menentukan rumah sakit rujukan dengan informasi kehamilan risiko tinggi untuk memilih rumah sakit rujukan yang diperoleh ibu dari tenaga medis seperti bidan dan dokter maupun buku yang dibaca, karena istri yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 134
mengetahui kondisi kesehatan kehamilannya. Hal tersebut menjadi kurang adil bagi istri di dalam peran gender di dalam rumah tangga. Walaupun istri lebih dominan dalam mengetahui informasi dalam tanda bahaya kehamilan namun hal ini terlihat bahwa perhatian suami kepada istri hamil tidak ada tentang bahaya kehamilan yang dialami istrinya serta menunjukkan bahwa istri tidak dihargai dan tidak memiliki kedudukan yang sama tentang kesehatan di dalam rumah tangga. Hal ini dibuktikan dengan beberapa suami ada yang mengantar periksa kehamilan tetapi beberapa memilih untuk menunggu di luar, tidak ikut masuk ke ruang periksa sehingga akses informasi tentang tanda bahaya kehamilan kurang atau tidak diketahui oleh suami. Namun, suamilah yang memiliki kontrol dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi di dalam rumah tangga. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Kusumo, et.al (2013) bahwa perempuan sebagai istri menyadari perannya secara tradisional, dengan memandang bahwa kedudukan istri dalam keluargalebih rendah dari pada suami sehingga wajar jika wewenang untuk mengambil keputusanada di tangan suami. Istri menilai bahwa suami yangberkewajiban mencari nafkah dan istri bertanggung jawab dalam mengurus rumah tanggadan tidak ingin bertukar posisi meskipun secara ekonomis menguntungkan. Namun di lainpihak istri juga ingin terlibat lebih jauh di sektor publik, hal tersebut terlihat bahwa istri boleh membantu suami dalam mencari nafkah, istri boleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 135
terlibat dalamorganisasi sosial serta persepsi istri bahwa perempuan berhak mengakses dan mengontrol sumberdaya yang ada. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Kusumawati (2012) yang menyatakan bahwa pengelolaan keuangan di dalam sebuah keluarga bukanlah tugas istri saja tetapi menjadi tanggung jawab bersama seluruh anggota keluarga, terutama bagi pasangan suami istri. Lebih baik lagi apabila kesepakatan mengenai masalah keuangan dimana ibu mengatur keuangan dan bapak juga berperan sebagai kontrol agar tidak terjadi kesalahpahaman. Keterbukaan, komunikasi dan kesepakatan bersama adalah prinsip yang harus dipegang teguh oleh masing-masing pasangan dalam mengelola keuangan keluarga. Hasil penelitian ini juga bertentangan dengan pernelitian Rossnanda (2011), menyatakan bahwa bahwa tiap anggota keluarga menjalankan perannya masing-masing dengan baik. Namun jika ada anggota keluarga lain mengalami kesulitan, maka mereka saling membantu. Selain sebagai ayah yang mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya, ia juga ikut andil dalam urusan rumah tangga atau sekedar membantu pekerjaan di rumah; sedangkan anak, selain memiliki tugas utama yaitu sekolah dan mentaati aturan yang ada di rumah, anak juga memiliki tanggung jawab untuk membantu mengurus rumah dan membantu orangtua dalam mengelola pekerjaan-pekerjaan yang ada di rumah minimal mengurus barang-barangnya sendiri, sedangkan sebagai istri, selain mengurus dan mengelola rumah tangga, ibu juga berperan sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 136
pencari nafkah untuk membantu keuangan rumah tangga; berbeda seorang istri yang hanya berperan sebagai ibu rumah tangga, ia akan banyak memiliki waktu untuk mengurus rumah tangga, suami dan anak-anak. Hasil penelitian dari anaisis gender dari profil kegiatan pada akses kesehatan kehamilan risiko tinggi di dalam rumah tangga dengan studi di Puskesmas Gondangrejo
Karanganyar
disimpulkan
bahwa
keuangan,
pemeriksaan kehamilan, dan informasi lebih dominan istri. Namun, dalam kontrol keuangan, pemeriksaan kehamilan, dan informasi dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit lebih dominan suami. Sedangkan pada akses dan kontrol tabungan dan persiapan persalinan lebih dominan suami. Dari hasil kesimpulan jika dilihat dari persepektif gender peran antara istri dan suami tidak seimbang, karena dalam kesehatan kehamilan pada istri hamil risiko tinggi tidak memiliki kedudukan dan hak sejajar dengan suami di dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit ibu memiliki akses kegiatan di dalam rumah tangga. Padahal istri hamil risiko tinggi merasakan kesehatan kehamilannya sendiri yang seharusnya istri juga memiliki hak untuk memutuskan rumah sakit untuk menyelamatkan ibu dan bayinya. 2. Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Rujukan ke Rumah Sakit pada ibu Hamil Risiko Tinggi antara dalam Pespektif Gender di dalam Rumah Tangga di dalam Rumah Tangga Faktor yang mempengaruhi pengambilam keputusan rujukan yaitu pengetahuan, sikap, persepsi, sosial budaya, dan ekonomi yang dianalisis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 137
yang ditunjukkan pada tabel 4.2 tabel analisis gender. Pada penelitian ini, keputusan rujukan pada ibu hamil berisiko tinggi dalam pespektif gender pada rumah tangga dengan menggunakan analisis gender ditemukan bahwa faktor pengetahuan, sikap, persepsi, dan ekonomi. Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pemilihan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender salah satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan ini diperoleh dari bidan, dokter dan buku yang dibaca untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi. Pada faktor pengetahuan kehamilan risiko tinggi pada istri lebih dominan karena istri lebih mempunyai pengetahuan khususnya tentang ibu hamil yang berisiko tinggi karena sering berinteraksi dengan dokter danbidan.Walapun istri memiliki pengetahuan kehamilan risiko tinggi, tetapi istri tidak memiliki hak sepenuhnya untuk menentukan rumah sakit rujukan. Namun, istri tidak memiliki hak untuk mengambil keputusan rujukan ke rumah sakit karena di dalam faktor pengetahuan ini suami yang lebih dominan. Dilihat dari perspektif gender, hal tersebut menunjukkan bahwa istri tidak memiliki hak dan kedudukan yang sama di dalam kesehatan untuk pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi. Hasil analisis gender fakor yang mempengaruhi pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi selanjutnya adalah sikap. Sikap merupakan pernyataan informan mengenai rumah sakit yang akan menjadi rujukan padda ibu hamil risiko tinggi. Faktor sikap dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 138
pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit, suamilah lebih dominan. Dilihat dalam perspektif gender, istri hamil dengan risiko tinggi dalam penelitian ini istri tidak memiliki kesempatan dan kedudukan sama dengan suami untuk menyikapi pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit dalam rumah tangga. Hasil analisis gender faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit selanjutnya adalah persepsi. Persepsi ini diperoleh dari persepsi informan terhadap rumah sakit sebagai tempat rujukan dalam pengambilan keputusan. Faktor persepsi yang ditunjukkan dengan akses jalan, fasilitas rumah sakit, orang lain, dan jaminan kesehatan seperti Jamkesmas dan BPJS. Faktor persepsi ini juga akan mempengaruhi pola pengambilan keputusan rumah tangga dalam merujuk ibu bersalin ke rumah sakit sehingga dapat memperoleh penanganan kelahiran yang lebih baik. Persepsi dalam penelitian ini lebih dominan dimiliki suami. Dilihat dariperspektif gender, hal persepsipun perempuan (istri) tidak memiliki hak dan peran dalam memilih tempat rujukan ke rumah sakit yang untuk menyalamatkan ibu dan bayinya. Hasil analisis gender gender faktor sosial budaya yang mempengaruhi pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi. Sosial budaya merupakan kebiasaan atau tradisi masyarakat yang diperoleh dari penalaran. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa, sosial budaya yang ada di masyarakat Kabupaten Karanganyar ini memiliki sosial budaya seperti mitos dan adat istiadat. Mitos yang didapat dalam peneliti ini adalah anak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 139
tidak boleh dibawa keluar waktu magrib dan ibu hamil kalau pergi dibawain bawang dan dlingobenge. Adat istiadat yang ada di masyarakat adalah mitoni, syukuran setelah melahirkan yang disebutkan. Namun faktor sosial tidak mempengaruhi pengambilan keputusan ke rumah sakit pada ibu hamil dalam perspektif gender di dalam rumah tangga di dalam rumah tangga. Hasil analis gender faktor ekonomi pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit lebih dominan suami. Faktor ekonomi yang dilakukan suami dengan cara bekerja untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.Perkerjaan suami yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu security, buruh bangunan, menjadi jasa pajak kendaraan bermotor, dan pemulung. Memang laki-laki yang bertanggung jawab terhadap perekonomian rumah tangga sebagai orang yang mencari nafkah, sehingga faktor ekonomi juga dapat berpengaruh terhadap biaya di rumah sakit.Serta pada pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit di dalam rumah tangga pada ibu hamil berisiko tinggi, suami lebih dominan. Walaupun dari penghasilan yang didapat suami kurang mencukupi kebutuhan keluarga, namun suami bertanggung jawab atas biaya untuk rujukan ibu hamil hamil berisiko tinggi dengan cara meminjam uang ke tetangga atau saudara dan mencari jaminan kesehatan berupa Jamkesmas dan BPJS dengan melengkapi syarat-syaratnya. Dilihat dari perspektif gender walaupun istri tidak memiliki kesempatan dan kedudukan dalam memilih rumah sakit rujukan, namun bapak memiliki peran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 140
gender di dalam keluarga yang bagus karena bertanggung jawab atas ibu dan bayi. Hasil penelitian ini mendukung pernyataan Surajiyo (2007) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu manusia terhadap sesuatu atau segala perbuatan manusia untuk memahami atau hasil suatu obyek yang dihadapinya atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu, meningkatnya pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan risiko tinggi akan membuat suami dan istri mempunyai sikap dan persepsi dalam mengambil keputusan dalam penentuan rujukan ke rumah sakit. Hal ini juga dipengaruhi faktor sosial budaya, dimana faktor sosial budaya merupakan salah faktor yang mempengaruhi keputusan dalam merujuk. Hasil penelitian ini mendukung penyataan Dinkes Kabupaten Demak (2007) yang meunyakan bahwa kehamilan dapat menimbulkan suatu perubahan yang cukup drastis, baik perubahan fisik maupun perubahan psikologis. Perubahan secara fisik pada ibu hamil seperti perubahan bentuk tubuh yang ditandai dengan meningkatnya berat badan, timbulnya kloasma gravidarum pada wajah (topeng pada wajah), timbulnya garis-garis pada akibat peregangan kulit (biasanya pada kulit perut, kulit paha) dan lain sebaginya. Sehingga perubahan fisik tersebut dapat mempengaruhi perubahan secara psikologis. Perubahan psikologis akan menimbukan suatu pengharapan dengan disertai kecemasan dalam menyambut kelahiran bayi. Sehingga akan menimbulkan suatu sikap dan reaksi antar anggota dalam keluarga, seperti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 141
sikap dan reaksi seorang suami pada kehamilan istri akan berbeda pada setiap suku, bangsa serta mungkin akan lebih tergantung pada budaya/ada istiadat setempat. Peran bidan atau dokter juga berpengaruh dalam pengambilan keputusan rujukan suami istri dengan kehamilan risiko tinggi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Sari (2013) yang menyatakan bahwa kualitas bidan ataupun dokter yang disediakan pihak rumah sakit merupakan hal penting yang harus dicermati oleh rumah sakit karena dapat mempengaruhi citra dari rumah sakit. Citra tersebut dapat menjadi suatu pertimbangan pasien dalam memilih suatu rumah sakit yang akan menangani masalah kesehatanya. Pasien akan menganggap suatu pelayanan rumah sakit tersebut baik apabila mereka merasa kualitas dari dokter-dokter di rumah sakit tersebut baik dan banyak orang yang sudah pernah menggunakan jasanya dan orang-orang tersebut berpendapat baik serta banyak sekali orang yang mengunjungi, maupun mengetahui pelayanan dari rumah sakit tersebut. Penelitian ini mendukung penelitian Wawan dan Dewi (2010) menyatakan bahwa status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga, keadaan
ekonomi
akan
mempengaruhi
sistem
pelayanan
kesehatan.
Membayar biaya perawatan kesehatan merupakan suatu masalah besar bagi masyarakat. Biaya yang dikeluarkan oleh pasien yang berobat ke pelayanan kesehatan menimbulkan persepsi bahwa biaya perawatan kesehatan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 142
mahal atau biaya kesehatan yang murah. Selain itu faktor harga juga berpengaruh dalam pengambilan keputusan rujukan rumah sakit pada suami atau istri dengan kehamilan risiko tinggi. Konsumen akan mengharapkan harga yang ditawarkan produsen dapat terjangkau dan sesuai dengan keinginannya. Harga akan menjadi pertimbangan yang cukup penting bagi konsumen
dalam
membandingkan
memutuskan
harga
dari
produk
pembeliannya, pilihan
konsumen
mereka
dan
akan
kemudian
mengevaluasi apakah harga tersebut sesuai atau tidak dengan nilai produk serta jumlah uang yang harus dikeluarkan. Harga dalam industri jasa rumah sakit menurut pendapat dari Aditama (2002) adalah biaya di sebuah rumah sakit tidak hanya tertuju kepada besarnya tarif yang harus dibayar tiap pasien untuk satu jenis pemeriksaan atau tindakan tetapi namun keseluruhan biaya yang harus dibayar oleh pasien untuk mendapatkan pelayanan di rumah sakit. Keberadaan rumah sakit yang bersedia menerima pasien dengan BPJS, Jamkesmas dapat menjadi rujukan bagi informan untuk mendapatkan layanan kesehatan. Hasil penelitian dari analisis gender tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan ibu risiko tinggi di dalam rumah tangga dengan studi di Puskesmas Gondangrejo Karanganyar adalah pengetahuan, sikap, persepsi, dan ekonomi. Dari faktor pengetahuan dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit lebih dominan suami walaupun istri memiliki pengetahuan kehamilan risiko tinggi untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 143
menentukan keputusan rujukan ke rumah sakit. Sedangkan faktor sikap, persepsi dan ekonomi lebih dominan suami dan suami lebih dominan dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit yang dipengaruhi faktor tersebut. Dari hasil kesimpulan jika dilihat dari persepektif gender peran antara istri dan suami tidak seimbang, karena faktor yang ditemukan dalam pengambilan keputusan, istri hamil risiko tinggi tidak memiliki kedudukan dan kesempatan di dalam rumah tangga. Padahal istri hamil risiko tinggi merasakan kesehatan kehamilannya sendiri yang seharusnya istri juga memiliki hak untuk memutuskan rumah sakit untuk menyelamatkan ibu dan bayinya. 3. Pengambil Keputusan Rujukan ke Rumah Sakit pada Ibu Hamil Risiko Tinggi dalam Perspektif Gender di dalam Rumah Tangga Pengambilan keputusan keluarga dalam merujuk ibu hamil berisiko tinggi ke rumah sakit dalam perspektif gender di dalam keluarga merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang melibatkan beberapa keputusan. Suatu keputusan melibatkan pilihan di antara kedua atau lebih alternatif tindakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suami memegang peranan yang lebih dominan dalam pengambilan keputusan rujukan hal ini disebabkan karena suami merupakan kepala keluarga. Pengambilan keputusan rujukan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu menurut tingkatan, kategori, dan jenis. Faktor yang mempengaruhi menrut dibagi menjadi empat, yaitu keputusan otomatis, keputusan berdasarkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 144
informasi yang diharapkan, keputusan berdasarkan pertimbangan, dan berdasarkan ketidakpastian ganda. Faktor yang mempengaruhi menurut kategori dibagi menjadi dua, yaitu keputusan dengan kategori representatif, keputusan empiris, keputusan informasi, dan keputusan eksplorasi. Sedangkan faktor yang mempengaruhi keputusan menurut jenisnya ada dua, yaitu keputusan pribadi dan keputusan bersama. Hasil penelitian yang menggunakan analisis gender menunjukkan bahwa informan mempunyai jenis pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi di dalam keluarga, mayoritas dengan tingkatan otomatis dansuami lebih dominan dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit. Keputusan otomatis merupakan keputusan diambil dengan cara sederhana dan seketika itu juga. Hasil analisis gender tersebut menunjukkan bahwa suami lebih dominan dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit. Sehingga dalam perspektif gender, penelitian ini menunjukkan bahwa istri hamil risiko tinggi tidak memiliki kesempatan dan kedudukan yang sama dalam mengambil keputusan rujukan ke rumah sakit sesuai dengan keinginan istri di dalam keluarga untuk menyelamatkan ibu dan bayinya. Hasil penelitian dengan analisis gender pada kategori pengambilan keputusan rujukana ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender di dalam rumah tangga mayoritas kategori keputusan rujukan empiris dan suami lebih dominan dalam mengambil keputusan rujukan ke rumah sakit. Keputusan empiris merupakan keputusan yang yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 145
tidak memiliki banyak informasi kehamilan risiko tinggi untuk dirujuk ke rumah sakit tetapi informan tahu cara memperoleh informasi untuk menentukan keputusan rujukan dalam menyelamatkan ibu dan bayinya. Dalam penelitian ini informasi diperoleh dari tenaga kesehatan baik bidan, dokter, tenaga kesehatan di Puskesmas, dan kader kesehatan sebagai referensi informasi
dari
informan.Bidan
memiliki
peran
yang
besar
dalam
mempengaruhi pengambilan keputusan pihak keluarga dalam merujuk ibu bersalin. Karena bidan yang mengenali tanda-tanda bahaya dari ibu bersalin dan juga yang mengetahui bahwa ibu bersalin perlu dirujuk. Hal ini didukung oleh pihak keluarga yang cenderung awam mengenai tanda-tanda bahaya dari ibu bersalin sehingga untuk mengetahui ibu bersalin dalam kondisi bahaya atau tidak, pihak keluarga membutuhkan masukan informasi dari pihak yang kompeten (bidan yang membantu persalinan). Dalam perspektif gender, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak
memiliki kesempatan memilih
rumah sakit dan kedudukan yang sama dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada kesehatan dan menyelamatkan ibu dan bayi. Hasil penelitian dengan analisis gender pada jenis pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender di dalam rumah tangga mayoritas jenis keputusan rujukan pribadi. Keputusan pribadi merupakan keputusan yang diambil untuk kepentingan diri sendiri dan dilakukan secara perorangan untuk menentukan keputusan rujukan dalam menyelamatkan ibu dan bayinya. Hasil analisis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 146
gender penelitian ini, suami lebih dominan untuk mengambil keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil risiko tinggi dengan keputusan pribadi. Hal ini dilihat dalam perspektif gender menunjukkan bahwa istri tidak memiliki
kesempatan
untuk
memilih
dan
hak
dalam
menentukan
kesehatannya sendiri untuk menyelamatkan ibu dan bayinya. Hasil penelitian ini mendukung pernyataan Menurut Salusu (2006) bahwa keputusan empiris merupakan keputusan yang kurang memiliki informasi namun mengetahui bagaimana memperoleh informasi dan pada saat informasi diperoleh dalam hal ini informasi diperoleh dari tenaga kesehatan baik bidan ataupun melalui Puskesmas sebagai referensi informasi dari informan.Hal ini dilihat dari analisis gender yang rangkum dalam tabel 4.4bahwa
bidan
memiliki
peran
yang besar
dalam
mempengaruhi
pengambilan keputusan pihak keluarga dalam merujuk ibu bersalin. Hal ini disebabkan bidan memiliki informasi kehamilan dengan risiko tinggi dan juga yang mengetahui bahwa ibu bersalin perlu dirujuk. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Musadad, et el., (2003) bahwa pengambil keputusan di keluarga untuk mencari pertolongan persalinan sebesar 36,7 % dilakukan oleh istri, 30,7% dilakukan oleh suami. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian dari Shrestha (2012) bahwa perempuan di Nepal lebih memiliki pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan daripada suami, namun mereka tidak memiliki kesempatan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 147
mengambil keputusan pada akses pelayanan kesehatan. Mereka masih mengikuti keputusan suaminya. Hasil penelitian ini dengan menggunakan analisis gender dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender di dalam keluarga dalam studi di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan mayoritas dengan tingkat otomatis, kategori empiris dan jenis pribadi. Pengambilan keputusan tersebut didominasi suami. dalan perspektif gender, penelitian ini menunjukkan bahwa lemahnya perempuan yang tidak memiliki kedudukan yang sama di dalam rumah tangga dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi. Hasil keseluruhan penelitian ini dengan menggunakan analisis gender dapat disimpulkan bahwa semua keluarga (suami) menyadari tentang tanda bahaya kehamilan karena telah diberikan informasi dari bidan, dokter maupun Puskesmas dan kader tempat informan melakukan pemeriksaan kehamilan. Pihak keluarga menyadari, walaupun pada dasarnya tidak siap untuk dirujuk karena masalah biaya tetapi adanya faktor-faktor harapan supaya ibu mendapat pertolongan dan selamat. Harapan yang dimiliki oleh pihak keluarga menjadi motivasi kuat untuk bisa menyelamatkan ibu yang dalam kondisi kritis untuk segera mendapatkan pertolongan dan caranya dengan mematuhi apabila ada anjuran merujuk. Demikian, harapan ini mendukung pola pengambilan keputusan merujuk yang dapat mencegah terjadinya keterlambatan dalam merujuk ke rumah sakit. Hasil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 148
penelitian ini yang menyatakan bahwa laki-laki sebagai faktor dominan dalam pengambilan keputusan karena laki-laki adalah kepala rumah tangga, yang harus bekerja setiap hari untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Walaupun istri memiliki banyak informasi kehamilan risiko tinggi namun istri tidak memiliki kesempatan untuk memilih rumah sakit rujukan dan tidak memiliki kedudukan yang sama dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit di dalam keluarga. Hal ini jika dilihat dari perspektif gender, peran istri dan suami dalam rumah tangga untuk pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi masih menekankan pada budaya patriaki. Pada budaya patriaki, suami memiliki pengaruh besar dalam pengambilan keputusan keluarga yang disebabkan suami merupakan kepala keluarga yang memiliki peran sebagai penentu nasib dan penggunaan sumber-sumber ekonomi keluarga. Banyak dasar-dasar nilai
patriarki dalam masyarakat Jawa
yang
menempatkan posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan. Segala keputusan yang berkait dengan diri perempuan diputuskan oleh laki-laki. Dibandingkan lakilaki perempuan diberi aturan ketat, dibatasi dengan kata kodrat perempuan. Wanita tidak diberi sektor publik bahkan wanita harus terima ketika laki-laki menyuruhnya berhenti bekerja atau tidak diizinkan bekerja. Hasil keseluruhan penelitian ini sesuai dengan pernyataan Efendi & Makhfudli (2009) bahwa masyarakat di Indonesia yang tinggal di pedesaan dengan tingkat pendidikan yang rendah serta memiliki status ekonomi-sosial yang rendah pula, masih menganut garis keturunan patrilineal. Patrilineal merupakan keluarga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 149
yang dihubungkan dengan jalur keturunan dari laki-laki (suami). Sehingga masyarakat cenderung menerima konsep peranan antara laki-laki dan perempuan secara tradisional yang dalam pengambilan keputusan ditingkat keluarga adalah laki-laki (suami). Di dalam keluarga di pedesaan, suamilah yang paling sering banyak berbicara sehingga pengambilan keputusan terkahir di dalam keluarga adalah suami. Hal ini tidak terlepas bahwa informan adalah orang Jawa sehingga kental dengan budaya patriarki. Hasil pkeselurhan penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan Pinem (2009) bahwa patriarki merupakan keadaan masyarakat yang menempatkan kedudukan dan posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan dalam segala aspek kehidupan sosial, budaya dan ekonomi.
commit to user
150 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender di dalam keluarga meliputi akses dan kontrol kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan ibu hamil, faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit, serta cara pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit. Walaupun istri memiliki akses keuangan, akses pemeriksaan kehamilan, informasi dan pengetahuan kehamilan risiko tinggi. namun suami lebih dominan daripada pada istri dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi. Suami dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit mayoritas menggunakan
pengambilan
keputusan
tingkat
otomastis,
kategori
pengambilan keputusan empiris, dan jenis pengambilan keputusan pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa peran istri dan suami dalam rumah tangga untuk pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender masih menekankan pada budaya patriaki karena suami memiliki pengaruh besar dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit yang disebabkan suami merupakan kepala keluarga yang berperan sebagai penentu nasib dan penggunaan sumber-sumber rumah tangga pada sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya di Jawa. commit to user 150
151 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Implikasi 1. Penelitian ini bersifat kualitatif sehingga tidak dapat diketahui besar kecilnya pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan keluarga dalam merujuk ibu hamil risiko tinggi ke rumah sakit, oleh karena itu perlu pengembangan penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keputusan pengambilan rujukan dalam perspektif gender yang lebih mendalam khususnya pada faktor sosial budaya dan ekonomi. 2. Hasil penelitian kemungkinan diketahui bahwa informasi yang didapat kurang akurat karena informan masih menebak dalam pengambilan keputusan yang akan dilakukan, sehingga hal ini menjadi dasar bagi pengembangan penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian pada ibu yang telah dirujuk ke rumah sakit sehingga hasil penelitian mengenai faktor yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan rujukan menjadi lebih baik
C. Saran Beberapa saran yang dapat diberikan antara lain adalah sebagai berikut : 1. Perlunya pemberian penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya tindakan untuk merujuk ibu bersalin ke rumah sakit bagi istri yang mengalami kehamilan risiko tinggi.
commit to user
152 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya melalukan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit, khususnya dari faktor tenaga kesehatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA Abushaikha, L. & Khalaf, I. 2014. “Exploring the Roles of Family Members in Women’s Decision to Use Postpartum Healthcare Services from the Perspectives of Women and Health Care Providers”. Woman & Health Vol. 54 no. 6 hlm. 502512. Aditama, C.Y. 2002. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta : UI Press. Astuti, S.P. 2008. Pola Pengambilan Keputusan Keluarga dan Bidan Dalam Merujuk Ibu Bersalin Ke Rumah Sakit pada Kasus Kematian Ibu di Kabupaten Demak. Semarang: Tesis Universitas Diponegoro. Azwar, Saifuddin. 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Barden. 2006.Pre-Eclampsia: “Contribution of Maternal ConstitutionalFactors And The Consequences For Cardiovascular”. Clinical and Experimental Pharmacology and Physiology vol. 33 hlm. 826-830. BKKBN. 2003. Kamus Istilah Kependudukan KB dan Keluarga Sejahtera. Jakarta. Bobak, Lowdermilk, Jansen. 2005. Buku Ajar Keperwatanan Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC. Broek, N.R., Van Den, dan Falconer, A. D. 2011. “Maternal Mortality and Millennium Development Goal 5”. British Medical Bulletin vol. 99 hlm. 25–38. Cambronero-Saiz, B. 2013. Gender Pilicies and Advertizing Practices that Affect Women’s Health. Spain: Department of Public Health, University of Alicante. Cresswell, J.W. 2003. Research Design and Marketing Qualitative, Quantitative, and Mixes Methodes Approachhes. USA: SAGE Publications. Croyle, RT. 2005. Theory at a Glance: Application to Health Promotion and Health Behavior (Second Edition). United Nation: Department of Health and Human Services, National Institutes of Health. De Cheney, A.H. & Nathaan, L. 2003. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis and Treatment. 9th edition. Mc. Graw – Hill: Inc. Depkes RI. 2004. Kajian Kematian Ibu dan Anak di Indonesia. Jakarta: Balibangkes. Depkes RI. 2008. Program Pelayanan Reproduksi dan Pelayanan Integratis di Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta. Depkes RI. 2008. Laporan Riset Kesehatan Dasar Nasional 2007. Jakarta. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dewi, S.R. 2006. “Gender Mainstreaming: Feminisme, Gender dan Transformasi Institusi”. Jurnal Perempuan vol. 50 hlm. 7-16. Dinkesprov Jawa Tengah. 2013. Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2012. Semarang. Dinkes Kabupaten Demak. 2007. Laporan Kesehatan Keluarga (KESGA) dinas Kesehatan Kabupaten Demak. Demak. Dinkes Kabupaten Karanganyar. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Karanganyar 2013. Karanganyar. Djaja, S., Mulyono., L, dan Afifah, T. 2003. “Penyebab Kematian Maternal di Indonesia, Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001”. Majalah Kedokteran Atmajayavol. 2 no.3 hlm. 191-202. Efendi, F & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Praktik Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Fakih, M. 2003. Analisis Gender dan Tranformasional, Yogyakarta : Pustaka pelajar. Fibriana, A.I. 2007. Faktor-faktor Risiko yang Mempengaruhi Kematian Maternal (Studi Kasus di Kabupaten Cilacap). Semarang : Tesis Universitas Diponegoro. Hanifa, W. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Henslin, J.M. 2007. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi. Jakarta: Erlangga. Hou, X. & Ma, N. 2013. “The Effect of Women’s Decision-makingPower on Maternal Health Services Uptake: Evidence from Pakistan”. Health Policy & Planning vol. 28 no. 2 hlm. 176-184. KBBI. 2014. Hamil. http://kbbi.web.id/hamil. diakses tanggal 24-11-2014 jam 21.46 WIB. Kemenkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta. Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013. Jakarta. Kemenperpenas/Bappenas. 2013. Evaluasi Paruh Waktu RPJM 2010-2014. Jakarta. Kusumawati, Y. 2012. “Peran Ganda Perempuan Pemetik Teh. Jurnal Komunitas”, Vol 4 No. 2 : 157-167. Kusumo, RAB., Charina, A., Mukti, GW. 2013. “Analisis Gender Dalam Kehidupan Keluarga Nelayan Di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis”. Jurnal Social Economic of Agriculture Vol. 2 (1) hlm. 42-5. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kozier. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 7 Vol 1. Jakarta: EGC. March, C., Smyth, I., Mukhopadyay, M. 2005. A Guide to Gender Analysis and Planning. Oxford: Oxfam UK. Musadad, A., Rochmalina,dan Rahajeng, E. 2003. “Pengambilan Keputusan pada Pertolongan Persalinan di Provinsi Nusa Tenggara Timur”. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 2 no. 1 hlm. 200-208. Permenkes RI no. 001 tahun 2012 tentang sistem rujukan layanan kesehatan perseorangan. Piane, G.M. 2008. “Evidence-based Practices to Reduce Maternal Mortality: ASystematic Review”. Journal of Public HealthVol.31 no.1 hlm. 26–31. Pinem, S. 2009. Kesehatan Reproduksi & Kontrasepsi. Jakarta : Trans Media. Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka. Pusdinakes, WHO, dan JHPIEGO. 2003. Asuhan Antenatal. Jakarta. Riahinejad, S.,Motamedi, N., Saadat, N., Mostofiniya, M., and Toghiani, A. 2011. “Effect of Vaginal Bleeding in First Trimester of Pregnancy on Pregnancy Outcomes”. Journal of Isfahan Medical School vol. 29 no.156 hlm. 1-7. Rochaety, E. 2008. SIM Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Rokhmah, D. 2011. Kesehatan Ibu: Sebuah Perspektif Gender (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember). Jember: Tesis Universitas Jember. Saifudin, B.S. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Salusu, J.2006. Pengambilan KeputusanStratejik untuk Organisasi Publik dan Non Profit. Jakarta: Grasindo. Sari, PCP. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Berobat Serta Dampaknya Terhadap Kepuasan Pasien (Studi Kasus Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang). Semarang: Skripsi Universitas Diponegoro Setiadi, N.J. 2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Bogor: Kencana. Shrestha. 2012. Gender Study on Knowledge and Decision Making on Maternal Health Care in Nepal. Health Prospect vol. 11 hlm. 1-6. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Penerbit: Salemba Medika. Sunaryo. 2006. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Suatu Pengantar. Jakarta : Bumi Aksara. Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya Dalam Penelitian. Surakarta: Pusat Penelitian Universitas Sebelas Maret. Suwanto, F.T.I. 2009. Ayo Belajar PendidikanKewarganegaraan. Yogyakarta: Kanisius. Syarifudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC. Thorsen, V.C., Sundby, J., and Malata, A. 2012. “Piecing Together the Maternal Death Puzzle through Narratives: The Three Delays Model Revisited”. Journal Plos One vol. 7 no. 12 hlm. 1-12. Tiran, D. 2014. “Nausea and Vomiting in Pregnancy: An ‘Alternative’ Approach to Care”. British Journal Midwifery vol. 22 no. 8 hlm. 544-550. Tjiptono, Fandy. (2005). Perspektif Manajemen dan Pemasaran Kontemporer. Jogyakarta: Andi. Turner, D.P. 2012. “Predictors of Headache Before, During, and After Pregnancy: A Cohort Study”. American Headache Society vol. 52 no. 3 hal. 348-362. Unicef. 2012. Ringkasan Kajian Kesehatan Ibu dan Anak. http://www.unicef.org/indonesia/id/A5__B_Ringkasan_Kajian_Kesehatan_REV.pdf. diakses tanggal 13-11-2014 jam 11.37 WIB. United Nation. 2014. Sustainable Development Goals. https://sustainabledevelopment.un.org/content/documents/1579SDGs%20Proposal .pdf Diakses tanggal 13-01-2015 jam 23.30 WIB. Wawan dan M. Dewi 2011.Teori dan pengukuran pengetahuan,sikap dan perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Walton, L.M., dan Schbley, B. 2013. “”Maternal Health Care in Bangladesh and Gender Equity: A Review Artikel”. Online Journal of Health Ethic Vol. 9 no. 1 hlm. 1-18. WHO. 2000. Making Pregnancy Safer, a Health Sector Strategy for Reducing Maternal and Perinatal Morbidity and Mortality. New Delhi: WHO-SEARO. commit to user WHO. 2002. Gender Analysisin Health : a Review of Selected Tools. Switzerland.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
WHO. 2012. Trends in maternal mortality: 1990 to 2010. Geneva: WHO. WHO. 2013. Counselling for Maternal and Newborn Health Care: a Handbook for Building Skills. Switzerland: WHO Press. WHO. 2014. Maternal Mortality. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs348/en/ diakses tanggal 12-2-2015 jam 4.33 WIB. WHO. 2014. Pregnancy. http://www.who.int/topics/pregnancy/en/. Diakses tanggal 2411-2014 jam 22.04 WIB.
commit to user
Lampiran 1 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERMOHONAN UNTUK MENJADI PARTISIPAN Kepada Yth Bapak/Ibu Di Wilayah Puskesmas Gondangrejo Kabupaten Karanganyar Dengan hormat, Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama
: Septiana Juwita
NIM
: S021308077
adalah mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sebelas Maret Surakarta, akan mengadakan penelitian yang berjudul “Pengambilan Keputusan Rujukan Ke Rumas Sakitpada Ibu Hamil Berisiko Tinggi dalam Perspektif Gender (Studi Di Wilayah Puskesmas Gondangrejo Kabupaten Karanganyar)”. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi bapak/ibu sebagai partisipan. Kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian akademis. Sehubungan dengan hal tersebut saya mohon kesediaan bapak/ibu untuk menjadi informan penelitian ini dengan memberikan jawaban secara tulus dan jujur atas pertanyaan yang saya ajukan. Atas perhatian dan kesediaannya sebagai partisipan penelitian ini, saya ucapkan terimakasih. Surakarta,
April 2015
Peneliti
Septiana Juwita
commit to user
Lampiran 3 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id PERSETUJUAN PENELITIAN (Informed Consent)
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Bapak/Ibu
: ........................... (diisi peneliti)
Usia
: ........................... (diisi peneliti)
Kehamilan Ibu ke
: ........................... (diisi peneliti)
Usia kehamilan Ibu
: ........................... (diisi peneliti)
Setelah memahami isi penjelasan dari lembar permohonan menjadi partisipan, maka dengan ini menyatakan persetujuan saya menjadi partisipan dan bersedia untuk direkam dalam penelitian ini serta bersedia memberikan jawaban secara tulus dan jujur sesuai dengan kemampuan saya. Saya percaya dan menyadari sepenuhnya bahwa jawaban dari pertanyaan yang diajukan akan dijamin kerahasisaanya oleh peniliti. Demikian bantuan saya kepada saudara, semoga berhasil dan bermanfaat bagi kepentingan penelitian akademis ini.
Surakarta,
April 2015
Hormat Saya
(.................................................................) Partisipan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id Lampiran 3
digilib.uns.ac.id INSTRUMEN PENELITIAN
PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN RUJUKAN KE RUMAH SAKIT PADA IBU HAMIL BERISIKO TINGGI DALAM PERSPEKTIF GENDER A. Pendahuluan Wawan cara mendalam dilakukan untuk mengambil data melalui penggalian informasi yang luas dan mendalam pada subyek penelitian baik dari pengalamannya maupun ungkapan perasaannya. Suasana wawan cara diatur sedemikian rupa sehingga subyek akan kooperatif dalam berkomunikasi dengan jujur dan terbuka, dengan demikian data akan mudah untuk dianalisis. Penggunaan bahasa tidak harus pas dengan pertanyaan di bawah ini, namun dapat disesuaikan dengan situasi wawancara, kondisi responden yang sedang sakit atau kondisi responden yang malas berkomunikasi secara formal dan kaku, bisa diselingi dengan obrolan yang lain, komentar lain yang memang menarik untuk dicatat, namun tetap terarah dalam topik yang dibicarakan. B. Tujuan Memperoleh informasi, tanggapan, pendirian dari subjek penelitian secara jujur sebagai data yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini, hasil wawancara digunakan sebagai sumber data.
C.
Waktu
: lamanya waktu 30 menit sampai 60 menit
Subjekpenelitian
: ibu hamil berisiko tinggi dan suaminya
Tempat
: ditentukan atas kesepakatan subjek dan peneliti
Penjelasan 1. Subyekdiberipenjelasan yang menyangkut maksud dan tujuan dan diharapkan dapat memberi informasi, tanggapan apa adanya yang menyangkut permasalahan yang diteliti. 2. Informasi yang diberikan hanya untuk kepentingan penelitian saja dan dijamin kerahasiaannya. 3. Semua isi wawancara akan dicatat dan direkam dengan tape recorder: apakah subjek setuju?
D.
Jenis Data yang dikumpulkan commit to user karakteristik pasangan ibu hamil Jenis data yang dikumpulkan mengenai berisiko tinggi dan suami, pembagian peran pasangan ibu hamil berisiko tinggi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan suami di dalam rumah tangga, akses pasangan ibu hamil berisiko tinggi dan suami ke rumah sakit, kontrol dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit terhadap pasangan ibu hamil berisiko tinggi dan saumi di dalam rumah tangga, pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit untuk mencegah kematian maternal. Tentunya dari semua data tersebut dikaitkan dengan perspektif gender. E.
Daftar Pertanyaan Mendalam 1. Umum Hari/tanggal/jam
:
Tempat
:
Nama pewawancara
:
2. Demografi Nama
:
Jenis kelamin
:
Umur
:
Alamat
:
Pendidikan terakhir
:
Hamil ke
:
Usia kehamilan
:
Jumlah anak hidup
: ... perempuan ; ... laki-laki
Jumlah anak mati
: ... perempuan ; ... laki-laki
3. Daftar Pertanyaan Terbuka 1) a. Dapatkah Anda menceritakan tentang pekerjaan Anda? b. Dapatkah Anda menceritakan penghasilan keluarga selama satu bulan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga? c. Bagaimana dengan tabungan untuk mempersiapkan persalinan ibu? d. Bagaimana dengan tabungan selain untuk mempersiapkan persalinan ibu? f. Dapatkah Anda menceritakan tentang membagi waktu antara bekerja dengan kesehatan keluarga? 2) a. Dapatkah Anda menceritakan tentang bagaimana Anda merawat anak? to user b. Bagaimana pengaruhcommit merawat anak dengan kehamilan ibu?
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) a. Dapatkah Anda menceritakan tentang keputusan memiliki jumlah anak? 4) a. Dapatkah Anda menceritakan kehamilan itu seperti apa? b. Bagaimana Anda bisa mengatakan kehamilan seperti itu? 5) a. Apakah Anda mengetahui kehamilan dari segi kesehatan? Dapatkah Anda menceritakan kehamilan dari sisi kesehatan? b. Bagaimana Anda bisa mengetahui kehamilan dari sisi kesehatan? c. Dapatkah Anda menceritakan tanda bahaya kehamilan pada ibu hamil itu seperti apa? d. Bagaimana Anda mencegah terjadinya tanda bahaya yang akan terjadi pada ibu hami? e. Jika Anda menemui tanda bahaya pada ibu hamil di dalam keluarga. Bagaimana tindakan yang akan Anda lakukan? f. Menurut Anda, adakah kendala dalam melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya tanda bahaya kehamilan pada ibu hamil menjadi parah? Dapatkah Anda menceritakan hal itu? g. Dapatkah Anda menceritakan, bagaimana cara mengantisipasi kendala dalam mencegah terjadinya tanda bahay akan menjadi semakin lebih parah? h. Dapatkah Anda menceritakan manfaat dari kehamilan yang Anda ceritakan tadi? 6) a. Dapatkah Anda menceritakan mitos-mitos / adat budaya tentang kehamilan yang ada di masyarakat Gondangrejo? b. Dapatkah Anda menceritakan tanggapan Anda mengenai mitos-mitos / adat budaya yang ada di masyarakat sini? c. Dapatkah Anda menceritakan sanksi mitos-mitos / adat budaya yang ada di masyarakat sini jika tidak dilaksanakan? 7) a. Dapatkah Anda menceritkan riwayat penyakit dan riwayat kehamilan ibu sebelumnya? b. Dapatkah Anda menceritakan tindakan yang dilakukan dalam menangani kehamilan ibu sebelumnya? c. Dapatkah Anda menceritakan kondisi kehamilan ibu saat ini? commit to user tentang kondisi kehamilan ibu d. Bagaimana Anda dapat mengetahui saat ini?
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Setelah Anda mengetahui kondisi kehamilan ibu saat, dapatkah Anda menceritakan tindakan apa yang akan Anda lekukan? 8) a. Ketika ibu hamil dengan tanda bahaya kehamilan (risiko tinggi) dianjurkan oleh bidan/dokter untuk segera dirujuk ke RS agar ibu dan janin segera mendapat penanganan dan pertolongan. Dapatkah Anda menceritakan bagaimana pengambilan keputusan rujukan ke RS pada ibu hamil dengan tanda bahaya kehamilan? b. Dapatkah Anda menceritakan kendala seperti apa dalam pengambilan keputusan rujukan ke RS pada ibu hamil dengan tanda bahaya kehamilan (risiko tinggi) yang mungkin akan terjadi? c. Dapatkah Anda menceritakan jarak, kodisi jalan, alat transportasi dalam merujuk ibu dengan tanda bahaya kehamilan (risiko tinggi) ke RS? d. Dapatkah Anda menceritakan cara mendapatkan uang untuk dapat membayar biaya RS?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user