PENGARUH BROKEN HOME TERHADAP PERILAKU AGRESIF

Download Abstrak. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh broken home pada orang tua terhadap ... pengetahuan tentang pola asuh anak d...

0 downloads 460 Views 225KB Size
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 1, Januari 2016

ISSN 2442-9775

PENGARUH BROKEN HOME TERHADAP PERILAKU AGRESIF Sukoco KW, Dino Rozano, Tri Sebha Utami Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Pancasakti Tegal, Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh broken home pada orang tua terhadap perilaku agresif pada peserta didik. Subjek penelitian adalah peserta didik Kelas X IPS yang mempunyai perilaku agresif akibat keluarga broken home ada 3 siswa. Metode pengumpulan datanya menggunakan rekaman arsip, wawancara, dan observasi. Hasil penelitian yaitu terdapat pengaruh broken home terhadap perilaku agresif anak. ©2016 Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Kata Kunci: Broken Home; Perilaku Agresif; Kasus

PENDAHULUAN Keluarga adalah tempat pertama dan utama bagi tumbuh kembangnya anak sejak lahir sampai dewasa, oleh karena itu fungsi keluarga menjadi sangat penting untuk diketahui setiap orangtua. Pembinaan kesejahteraan keluarga sangat erat kaitannya dengan pembinaan anak dalam keluarga, oleh karena orang tua yang mempunyai peran penentu dalam keluarga perlu diberikan bekal pengetahuan tentang pola asuh anak dalam keluarga. Soekanto (2009) menjelaskan dalam setiap masyarakat manusia, pasti akan dijumpai keluarga batih (nuclar family). Keluarga batih tersebut merupakan kelompok sosial kecil yang terdiri dari suami, istri beserta anak-anaknya yang belum menikah. Keluarga batih tersebut lazimnya juga disebut rumah tangga, yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah dan proses pergaulan hidup. Menurut Kartono (2013), keluarga merupakan unit sosial yang terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak. Sedangkan menurut Bustaman keluarga adalah kelompokkelompok orang yang dipersatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan darah atau adopsi yang membentuk satu sama lain dan berkaitan dengan melalui peran-peran tersendiri sebagai anggota keluarga dan pertahanan kebudayaan masyarakat yang berlaku dan menciptakan kebudayaan tersendiri. Keutuhan keluarga, di samping ditinjau dari adanya ayah, ibu dan anak, juga dapat dilihat dari sifat hubungan atau interaksi antara anggota keluarga satu sama lain. Ketidakhadiran antara ayah dan ibu di dalam suatu keluarga sangat berpengaruh pada diri anak. Ayah yang terpaksa sering meninggalkan rumah selama beberapa bulan karena suatu pekerjaan atau sebab-sebab lain, menyebabkan tidak adanya hubungan yang baik antara anak dan orang tua. Ayah, ibu, dan anak adalah keluarga inti yang merupakan organisasi terkecil dalam kehidupan bermasyarakat. Pada hakikatnya, keluarga merupakan wadah pertama dan utama yang

38

Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 2, No. 1, Januari 2016

fundamental bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Di dalam keluarga, anak akan mendapatkan pendidikan pertama mengenai berbagai tatanan kehidupan yang ada di masyarakat. Keluargalah yang mengenalkan anak akan aturan agama, etika sopan santun, aturan bermasyarakat, dan aturan-aturan tidak tertulis lainnya yang diharapkan dapat menjadi landasan kepribadian anak dalam menghadapi lingkungan. Keluarga juga yang akan menjadi motivator terbesar yang tiada henti saat anak membutuhkan dukungan dalam menjalani kehidupan. Namun, melihat kondisi masyarakat saat ini, fungsi keluarga sudah mulai tergeser keberadaannya. Semua anggota keluarga khususnya orang tua menjadi sibuk dengan aktivitas pekerjaannya dengan alasan untuk menafkahi keluarga. Peran ayah sebagai kepala keluarga menjadi tidak jelas keberadaannya, karena seringkali ayah zaman sekarang bekerja di luar kota dan hanya pulang satu minggu sekali ataupun pergi pagi dan pulang larut malam. Ibulah yang menggantikan peran ayah di rumah dalam mendidik serta mengatur seluruh kepentingan anggota keluarganya. Dalam keluarga yang tidak harmonis sering ditemukan seorang anak yang kehilangan ketauladanan. Orang tua yang diharapkan oleh anaknya sebagai teladan, ternyata belum mampu memperlihatkan sikap dan perilaku yang baik. Akhirnya anak kecewa terhadap orang tuanya. Anak merasa gelisah. Mereka tidak betah tinggal di rumah. Keteduhan dan ketenangan merupakan hal yang langka baginya. Maka secara garis besar yang dimaksud broken home ialah keadaan di dalam keluarga dimana tidak terdapat keharmonisan sehingga timbul situasi yang tidak kondusif dan tidak terdapat rasa nyaman dalam sebuah keluarga. Broken Home merupakan kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang dari orang tua sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur dan tidak mempunyai minat untuk berprestasi. Peserta didik yang broken home cenderung berakibat pada rendahnya minat belajar dan berprestasi. Di samping itu broken home juga dapat mempengaruhi jiwa peserta didik, seperti kecenderungan bersikap tidak disiplin, dan melanggar peraturan sekolah. Hal ini dilakukan peserta didik dikarenakan ingin mencari simpati dari teman-teman serta para guru atau lingkungannya. Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan guru BK penyebab utama keluarga broken home adalah karena perceraian orang tua akibat ketidak dewasaan atau kematian salah satu orang tuanya, masalah ekonomi dan orang tua yang bekerja di luar kota. Menurut Krahe (2005), bahwa perilaku agresif adalah keinginan menyakiti orang lain untuk mengekspresikan perasaan-perasaan negatif, seperti pada agresi permusuhan, atau keinginan mencapai tujuan yang diinginkan melalui tindakan agresif, seperti dalam agresi instrumental. Pada saat remaja, perilaku agresif yang belum dapat diatasi. Akan semakin lebih berbahaya, karena dapat melanggar hukum dan menjurus perkelahian dan tindakan kekerasan. Lebih khusus lagi pada saat remaja awal, dimana terjadi konflik otoritas dan hubungan dengan teman sebaya yang menguat, maka bentuk-bentuk perilaku agresif seseorang lebih nyata. Untuk itu usaha untuk menciptakan anak usia sekolah dan remaja awal yang dapat mengendalikan diri sangat penting dilakukan. Untuk menyikapi hal semacam ini sekolah perlu memberikan perhatian yang lebih agar peserta didik sadar dan mau berprestasi. Pada umumnya penyebab utama keluarga broken home adalah karena perceraian, kematian dan jarang adanya komunikasi antar anggota keluarga karena kesibukan orang tua dalam bekerja di luar daerah maupun di luar negeri sehingga pada saat peserta didik pulang sekolah ternyata di rumah tidak ada orang tua yang bisa diajak berbagi dan berdiskusi. Dengan demikian perlu adanya upaya dari pihak sekolah melalui layanan konseling dapat mencegah atau mengurangi perilaku agresif pada peserta didik akibat masalah broken home. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh broken home pada orang tua terhadap perilaku agresif pada peserta didik? sedangkan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh broken home pada orang tua terhadap perilaku agresif pada peserta didik.

39

Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 2, No. 1, Januari 2016

METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Menurut Moleong (2010) sumber dan jenis data dibagi dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, dan statistik. Subjek penelitian adalah peserta didik Kelas X IPS SMA Negeri 4 Kota Tegal Tahun Pelajaran 2014/2015 yang mempunyai perilaku agresif akibat keluarga broken home ada 3 siswa. Metode pengumpulan datanya menggunakan rekaman arsip, wawancara, dan observasi. Dalam menganalisis kasus broken home terhadap perilaku agresif pada peserta didik, peneliti menggunakan dua instrument, yakni observasi dan wawancara langsung. Dalam mengobservasi konseli, peneliti menggunakan pedoman observasi kegiatan belajar dalam kelas. Observasi yang peneliti lakukan adalah observasi tidak langsung, yakni dengan mengamanahkan kepada salah seorang teman kelas konseli (wakil ketua kelas) untuk mengamati konseli di dalam kelas. Sedangkan wawancara dilakukan kepada beberapa informan untuk mendapatkan informasi terkait dengan masalah konseli. HASIL DAN PEMB AHASAN Dari studi awal yang dilakukan diperoleh penjelasan dari guru BK bahwa dari data peserta didik yang bermasalah ditemukan 3 peserta didik yang mempunyai perilaku agresif yang diakibatkan karena keluarganya broken home, yaitu: EM kelas (X is 1), EY (X is 2), VB kelas (X is 4). Tabel 1. Hasil Temuan Penelitian Nama (Inisial) EM

Nama Orang Tua dan Pekerjaan Ayah: Sarto Sujotjo Pekerjaan: Wirausaha Ibu: Alm. Kwielien

Penyebab Keluarga Broken home -Sibuk Bekerja

Kematian

Perilaku Agresif Peserta Didik

Penanganan Kasus

-Mudah Tersinggung -Kurang Motivasi Belajar

-Layanan penanganan kasus secara individu -Koordinasi dengan orang tua

EY

Ayah:Utomo Pekerjaan: Karyawan Ibu:Leny Susanti Pekerjaan: Ibu RT

Curiga/ Cemburu -Ibunya Sering marah-marah

-Mudah Emosi -Sering Menyendiri

-Layanan penanganan kasus secara individu -Koordinasi dengan orang tua

VB

Ayah:Antonius Sutanto Pekerjaan: Guru Ibu: Veronica Sih sularmi Pekerjaan: Guru

-Kesibukan Kedua Orang Tua

-Kurang Perhatian Tidak bisa menahan emosi

Layanan penanganan kasus secara individu -Koordinasi dengan orang tua

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dari beberapa sumber maka dapat peneliti simpulkan bahwa keluarga broken home yang dialami peserta didik yaitu rumah tangga tersebut tidak ada lagi keselarasan arah dan tujuan oleh masing-masing anggota keluarga terutama kedua orang

40

Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 2, No. 1, Januari 2016

tuanya. Kondisi keluarga yang diwarnai kesibukan orang tua dalam keluarga broken home sudah tidak ada kepercayaan satu sama lain anggota keluarga juga jarang berkomunikasi. Peserta didik terdapat beberapa yang memiliki perilaku agresif. Hal ini sesuai dengan penjelasan Bapak Ahmad Albar, S.Pd, selaku guru BK yang mengatakan bahwa dari beberapa peserta didik yang bermasalah di sekolah terdapat 3 peserta didik yang berperilaku agresif, mereka dalam berperilaku selalu tidak peduli dengan lingkungan sekitar, peserta didik yang mengalami perilaku agresif tidak mempunyai motivasi belajar. Berdasarkan hasil data rekaman arsip, hasil wawancara dan hasil observasi menunjuk kan pengaruh broken home terhadap perilaku agresif pada peserta didik kelas X IPS secara umum disebabkan karena kesibukan orang tua kondisi tersebut sering memicu ketidakpercayaan di dalam anggota keluarga peserta didik dan jarang adanya komunikasi antar anggota keluarga. Sedangkan penyebab lain dari pengaruh broken home pada keluarga peserta didik yaitu karena kecurigaan istri kepada suami karena bekerja di luar kota dan jarang pulang, jarang berkomunikasi. Sedangkan perilaku agresif yang penulis temui pada peserta didik kelas X IPS secara umum mempunyai perilaku yang tidak peduli dengan lingkungan sekitar sehingga peserta didik menjauh dari pergaulan di sekolah dan tidak memiliki motivasi belajar. Adapun tingkat perilaku agresif dari 3 peserta didik yang memiliki perilaku agresif sebagai berikut: 1) EM, mempunyai perilaku agresif antara lain: mudah tersinggung, dan kurang dewasa; 2) EY, mempunyai perilaku sering emosi, tidak peduli dengan lingkungan sekitar dan sering menyendiri ; 3) VB, mempunyai perilaku sering kesal, dan tidak mempunyai motivasi belajar Dalam menangani peserta didik yang berperilaku agresif akibat dari pengaruh broken home yaitu dengan memberikan layanan individu, memanggil orang tua atau wali peserta didik, dan bila perlu guru pembimbing melakukan home visit (kunjungan rumah). Hasil setelah dilakukan layanan individu peserta didik dapat menyadari bahwa perilaku agresif yang dilakukan peserta didik tidak bermanfaat tetapi bahkan dapat menjerumuskan peserta didik ke dalam tindakan-tindakan negatif. Selain itu koordinasi dan komunikasi dengan orang tua juga dapat memperbaiki hubungan dalam keluarga, orang tua peserta didik merasa malu dipanggil ke sekolah sehingga secara tidak langsung saling berkomunikasi satu sama lain agar tidak dipanggil kembali ke sekolah sehingga secara tidak langsung keharmonisan keluarga peserta didik secara perlahan-lahan dapat diperbaiki. Dalam menangani kasus tersebut guru pembimbing belum sampai ke tingkat home visit karena orang tua peserta didik sudah mau datang memenuhi panggilan guru BK. SIMPULAN Terdapat pengaruh broken home terhadap perilaku agresif anak, bentuk perilaku agresif dari pengaruh keluarga broken home yaitu tidak peduli pada lingkungan sekitar, peserta didik yang berperilaku agresif tidak memiliki motivasi belajar, tidak saling bertegur sapa dengan teman maupun guru. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kepada Dosen Pembimbing I Bapak Drs. Sukoco KW,M.Pd. dan Pembimbing II Bapak Dr. Dino Rozano, M.Pd. serta Kepala Sekolah, Guru BK, Siswa Kelas X IPS SMA Negeri 4 Kota Tegal Tahun Pelajaran 2014/2015.

41

Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 2, No. 1, Januari 2016

DAFTAR PUSTAKA Kartono, Kartini .2013. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Depok : PT. Raja Grafinda Persada. Krahe, Barbara. 2005. Perilaku Agresif. Yogyakarta : PT. Pustaka Belajar Moleong, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Keluarga. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

42