PENGARUH JENIS INDUSTRI, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, OPERATING PROFIT

Download TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN YANG ... mendefinisikan income smoothing sebagai sebuah ..... Pengaruh Pajak Penghasilan dan Rasio ...

0 downloads 366 Views 203KB Size
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA) Vol. 1, No. 1, (2016) Halaman 158-170 JCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1

PENGARUH JENIS INDUSTRI, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, OPERATING PROFIT MARGIN DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DIBURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2012-2014 Cut Fatimah Nazira*1, Nita Erika Ariani *2, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala e-mail: [email protected]*1, [email protected]*2

1,2

Abstract The objectives of this research are to examine (1) the effect of industrial type, managerial ownership, operating profit margin, and dividend payout ratio simultaneously on income smoothing, and (2) the effect of industrial type, managerial ownership, operating profit margin, and dividend payout ratio partially on income smoothing. The method used in this research is purposive sampling method. The sample of this research is company listed in Indonesia Stock Exchange during 2012-2014. The analysis method used in the research is logistic regression. The result of this research are (1) industrial type, managerial ownership, operating profit margin, and dividend payout ratio simultaneously have an effect on the income smoothing, (2) managerial ownership, operating profit margin, dividend payout ratio partially have affect the income smoothing and, (3) industrial type have not an effect on the income smoothing. Keywords: industrial type, managerial ownership, operating profit margin, dividend payout ratio and income smoothing. Indofarma Tbk ditemukan bukti bahwa nilai barang dalam proses diniliai lebih tinggi dari dari nilai yang seharusnya sebesar 28,87 miliar. Akibatnya, harga pokok penjualan akanunderstated dan laba bersih akan overstated (Arfan, 2006). Bapepam juga menemukan bahwa PT. Kimia Farma terbukti melakukan kesalahan penyajian untuk tahun buku 2001 yang mengakibatkan overstated laba pada laba sebesar Rp 32,7 miliar yang merupakan 2,3% dari penjualan dan 34,7% dari laba bersih perusahaan (Arfan, 2006). Berdasarkan survei literatur yang mendasari studi ini, ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba, diantaranya: jenis industri, kepemilikan manajerial, operating profit margin dan dividend payout ratio.

1.

Pendahuluan Perataan laba sebagai sebuah praktik dengan menggunakan teknik-teknik akuntansi untuk mengurangi fluktuasi laba bersih selama beberapa periode waktu (Rivard dkk., 2003). Bieldman dalam Belkaoui (2000) menyatakan bahwa perataan laba didefinisikan sebagai upaya yang sengaja dilakukan untuk memperkecil fluktuasi pada tingkat laba yang dianggap normal bagi perusahaan. Rivard dkk., (2003) mendefinisikan income smoothing sebagai sebuah praktik dengan menggunakan teknik-teknik akuntansi untuk mengurangi fluktuasi laba bersih selama beberapa periode waktu. Fudenberg dan Tirole (1995) mengemukakan bahwa perataan laba adalah suatu proses merekayasa laba yang sengaja diatur pada waktu terjadinya atau usaha yang dirancang berkaitan dengan pengurangan arus laba yang dilaporkan, bukan pada saat menambah jumlah laba yang dilaporkan dalam jangka panjang.

2.

Fenomena adanya perataan laba pernah terjadi di beberapa perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia), diantaranya PT. Indofarma Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk pada tahun 2001 (Arfan, 2006). Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal, 2002), PT.

Kerangka Hipotesis

Teoritis

Dan

Pengembangan

2.1 Perataan laba Perataan laba merupakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan agar dapat mengurangi risiko pasar atas saham perusahaan, yang 158

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016) pada akhirnya dapat meningkatkan harga saham perusahaan (Assih dkk., 2000). Bieldman dalam Belkaoui (2000) menyatakan bahwa perataan laba didefinisikan sebagai upaya yang sengaja dilakukan untuk memperkecil fluktuasi pada tingkat laba yang dianggap normal bagi perusahaan. Rivard dkk., (2003) mendefinisikan income smoothing sebagai sebuah praktik dengan menggunakan teknik-teknik akuntansi untuk mengurangi fluktuasi laba bersih selama beberapa periode waktu. Fudenberg dan Tirole (1995) mengemukakan bahwa perataan laba adalah suatu proses manipulasi laba yang sengaja diatur pada waktu terjadinya atau usaha yang dirancang berkaitan dengan pengurangan arus laba yang dilaporkan, bukan pada saat menambah jumlah laba yang dilaporkan dalam jangka panjang. Definisi perataan laba lainnya yang dikemukakan Beidelman (1973) dalam Ghozali dan Chariri (2007) adalah perataan laba yang dilaporkan dapat didefinisikan sebagai usaha yang disengaja untuk meratakan atau memfluktuasikan tingkat laba sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu perusahaan. Dalam hal ini perataan laba menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi abnormal laba dalam batasbatas yang diizinkan dalam praktek akuntansi dan prinsip manajemen yang wajar. Ada beberapa alasan yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa manajer melakukan perataan laba. Menurut Heyworth (1953) dalam Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan bahwa motivasi yang mendorong dilakukannya perataan laba adalah memperbaiki4engan kreditor, investor dan karyawan, serta meratakan siklus bisnis melalui proses psikologis. Beidleman dalam Belkaoui (2007) mempertimbangkan dua alasan menejemen meratakan laporan laba. Pendapat pertama berdasar pada asumsi bahwa suatu aliran laba yang stabil dapat mendukung dividen dengan tingkat yang lebih tinggi daripada suatu aliran laba yang variabel sehingga memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham perusahaan seiring dengan turunnya tingkat resiko perusahaan secara keseluruhan. Argumen kedua berkenaan pada perataan kemampuan untuk melawan hakikat laporan laba yang bersifat siklus dan kemungkinan juga akan menurunkan korelasi antara ekspektasi pengembalian perusahaan dengan pengembalian fortofolio pasar. Hal tersebut merupakan hasil dari kebutuhan manajemen untuk menetralisir ketidakpastian lingkungan dan menurunkan fluktuasi yang luas dalam kinerja operasi perusahaan terhadap siklus waktu baik

maupun waktu buruk yang berganti-ganti. Manajemen laba berbeda dengan kecurangan. Konsep perataan laba mengasumsikan bahwa investor adalah orang yang menolak resiko (Fudenberg dan Tirole 1995 dalam Salno 2000) dan manajer yang menolak resiko terdorong untuk melakukan perataan laba. Demikian juga dalam hubungannya dengan kreditur, manajer lebih menyukai alternatif yang menghasilkan perataan laba (Trueman dan Titman 1988 dalam Salno 2000). Perataan laba dilakukan pada kegiatan yang dapat digunakan oleh manajemen untuk merekayasa informasi keuangan.Dwimulyani dan Abraham (2006) menyatakan bahwa unsur-unsur laporan laba rugi yang sering kali dijadikan sasaran untuk melakukan tindakan perataan laba, antara lain: Pertama, unsur penjualan yaitu membuat faktur, pembuatan pesanan atau penjualan fiktif, drowngrading (menurunkan nilai produk). Kedua, unsur biaya yaitu memecah faktur, mencatat biaya dibayar dimuka sebagai biaya. Adapun Bleidernan (1973) percaya bahwa manajemen melakukan perataan laba untuk menciptakan suatu aliran laba yang stabil dan mengurangi covariance atas return dengan pasar sedangkan Barnea ,dkk (1976) dalam Assih (2000) menyatakan bahwa manajer melakukan perataan laba untuk mengurangi fluktuasi dalam laba yang dilaporkan dan meningkatkan kemampuan investor untuk memprediksi aliran kas dimasa yang akan datang. Di lain pihak menurut Dye (1988) dalam Suwito dan Herawaty (2005) menyatakan pemilik mendukung perataan laba karena adanya motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal menunjukkan maksud pemilik untuk meminimalisasi biaya kontrak manajer dengan membujuk manajer agar melakukan praktek manajemen laba. Motivasi eksternal ditujukan oleh usaha pemilik saat ini untuk mengubah persepsi investor prospektif atau potensial terhadap nilai perusahaan. Menurut Belkaoui (2007) tiga batasan yang mungkin mempengaruhi para manajer untuk melakukan perataan laba adalah: 1. Mekanisme pasar yang kompetitif sehingga mengurangi jumlah pilihan yang tersedia bagi manajemen. 2. Skema kompensasi manajemen yang terhubung langsung dengan kinerja perusahaan. 3. Ancaman penggantian manajemen. Dascher dan Malcolm (1970) dalam Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan bahwa ada beberapa media yang biasanya digunakan manajemen dalam 159

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016) melakukan income smoothing yaitu real smoothing dan artificial smoothing. Perataan riil mengacu pada transaksi aktual yang terjadi maupun tidak terjadi dalam hal pengaruh perataan sedangkan perataan artifisial mengacu pada prosedur akuntansi yang diimplementasikan terhadap pergeseran biaya dan pendapatan dari satu periode ke periode yang lain, namun disamping kedua media tersebut masih terdapat dimensi atau media lain untuk melakukan income smoothing, yaitu classificatory smoothing.

2.Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh investor (pemegang saham, kreditor), sehingga manajer dapat melakukan tindakan di luar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan. Konflik kepentingan dan ketidakseimbangan informasi atau asimetris informasi yang terjadi antara agen dan prinsipal akan menjadi dorongan si agen untuk melakukan pengolahan penyajian informasi keuangan yang tidak sebenarnya kepada prinsipal, terutama saat informasi tersebut berkaitan dengan ukuran kinerja. Berdasarkan penelitian Watts dan Zimmerman (1986) dalam Widyaningdyah (2001), secara empiris terbukti bahwa hubungan antar agen dan prinsipal sering ditentukan oleh angka akuntansi. Hal ini mendorong pihak manajemen selaku agen untuk berusaha mengolah angka akuntansi menjadi sedemikian rupa melalui cara yang sistematis dengan memilih metode/kebijakan tertentu sehingga angka akuntansi (laba) yang dilaporkan dari periode ke periode benar-benar dapat mencapai tujuan akhir yang diinginkan (Muchammad, 2001).

2.2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Asumsi dasar teori agensi adalah setiap individu berusaha untuk melakukan segala sesuatu secara maksimal untuk mengoptimalkan kepentingannya sendiri (Schroeder, 2009:48). Teori Agensi juga merupakan teori yang menyatakan bahwa sebuah perusahaan yang dimiliki oleh pemilik (principal)akan dikelola oleh manajer (agent) yang pengelolaannya didasarkan pada kontrak (Jensen dan Meckling. 1976). Konflik kepentingan antara prinsipal dengan agen sebagai akibat karena ada kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan prinsipal akan memicu biaya keagenan (agency cost) (Pudyastuti, 2009). Konflik kepentingan semakin meningkat ketika aktivitas agen sehari-hari tidak dapat dimonitor oleh prinsipal, sehingga prinsipal tidak mengetahui apakah agen sudah bekerja sesuai dengan keinginan prinsipal atau tidak (Komalasari, 1999). Agen yang merupakan penggerak langsung perusahaan memiliki banyak informasi perusahaan terkait kapasitas perusahaan, lingkungan kerja, keadaan keuangan, dan seluruh aspek dalam perusahaan. Prinsipal tidak berhubungan langsung dengan perusahaan, sehingga tidak memiliki informasi yang cukup mengenai keadaan perusahaan dan apa yang telah agen lakukan dalam menggerakkan perusahaan. Ketika tidak semua informasi internal perusahaan diketahui oleh semua pihak (agen maupun prinsipal), akan terjadi ketidakseimbangan informasi yang diterima oleh agen dan prinsipal. Ketidakseimbangan informasi ini disebut asimetris informasi (information asymmetries) yang menyebabkan principal tidak mampu menentukan apakah usaha yang dilakukan agen memang benarbenar optimal (Lubis, 2010:92). Menurut Scott (2006) dalam Wisnumurti (2010) terdapat dua jenis information asymmetry: 1.Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan pihak luar. Dan mungkin terdapat faktafakta yang tidak disampaikan kepada principal.

2.2 Hubungan Jenis Industri terhadap Perataan Laba Sektor industri merupakan salah satu faktor yang diduga menyebabkan perataan laba. Menurut Masodah (2007), kecenderungan di negara berkembang adalah pemerintah pusat dan daerah seringkali membatasi aktivitas perusahaan dengan peraturan-peraturan, yang dimaksudkan untuk melindungi suatu jenis industri tertentu. Dalam sektor perbankan, di mana modal diharuskan tidak boleh berada jauh di bawah tingkat yang disyaratkan agar kinerja operasional tidak terganggu dan menjaga persepsi banyak pihak terutama investor. Menurut Sartono (2004) perusahaanperusahaan perbankan lebih banyak melakukan perataan laba, sedangkan industri manufaktur merupakan perusahaan yang cenderung menjadi sorotan banyak orang/publik, terlebih lagi karena sektor ini mendominasi perusahaan Go Public. Sangat memungkinkan dalam hal ini bahwa pemenuhan persyaratan peraturan pemerintah dan sorotan publik diduga menjadi motivasi dari perusahaan tersebut untuk meningkatkan performanya agar tampak stabil, sehingga investor merasa aman untuk menanamkan modalnya dan kreditor juga merasa aman untuk memberikan pinjaman.

160

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016) didukung dengan penelitian He et al. (2013) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara asimetri informasi dengan biaya modal ekuitas. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin kecil asimetri informasi yang terjadi antara manajer dan pemegang saham, maka akan semakin kecil tingkat pengembalian yang diharapkan investor. Hal tersebut dikarenakan ketika manajemen tidak memberikan informasi terkait dengan perusahaan yang sebenar-benarnya maka akan berpengaruh terhadap investasi yang dilakukan investor serta berpengaruh terhadap estimasi risiko perusahaan yang diprediksi oleh investor. Ketika perusahaan dengan asimetri informasi yang tinggi, investor akan mengestimasi risiko yang tinggi dan pada akhirnya biaya modal ekuitas yang ditanggung perusahaan akan tinggi, karena tingkat risiko berbanding lurus dengan tingkat pengembalian yang diharapkan investor.

2.3 Hubungan Kepemilikan Manajerial terhadap Perataan Laba Menurut Bochet dan Gildao (2004), manajemen yang memiliki saham perusahaan memiliki informasi lebih banyak dibanding pemegang saham non-institusi lainnya, dengan demikian memiliki kesempatan untuk melakukan perataan laba untuk meningkatkankan kinerja saham perusahaan. Kepemilikan seorang manajerial akan ikut menentukan kebijakan dan menentukan metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola (Boediono, 2005). 2.4 Hubungan Operating Profit Margin (OPM) terhadap perataan laba Operating profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas. Sama halnya dengan net earning, dimana investor juga lebih menyukai tingkat profitabilitas yang cenderung stabil dibandingkan dengan yang berfluktuasi secara signifikan. Operating profit margin juga merupakan bagian dari faktor penentu perataan laba karena semakin tinggi profit suatu perusahaan maka semakin tinggi pula harapan investor akan kenaikan return saham sehingga operating profit margin menjadi salah satu variabel independen yang berpengaruh terhadap perataan laba (Syahriana, 2006). Menurut Assih dan Gudono (2000), perusahaan yang memiliki laba (profit) yang lebih tinggi cenderung melakukan perataan laba dibandingkan perusahaan yang memiliki profit rendah.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka skema kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut: JENIS INDUSTRI

KEPEMILIKAN MANAJERIAL

2.5 Hubungan Dividend Payout Ratio terhadap Perataan Laba Dividend payout ratio adalah “persentase pendapatan atau laba yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai kas dividen. Besar kecilnya laba akan mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibagikan pada para pemegang saham. Investor akan tertarik dengan besarnya dividen yang diberikan oleh perusahaan, dan kecilnya risiko yang akan diterima oleh investor tersebut. Salah satu upaya perusahaan untuk meyakinkan investor bahwa risiko yang ada dalam perusahaan kecil, adalah dengan melakukan perataan laba, jika perusahaan bisa membagikan dividen yang tinggi, berarti laba pada perusahaan tersebut bisa dikatakan besar, jika dalam kondisi laba yang tinggi tetapi laba yang diperoleh perusahaan tidak terus menerus atau bisa dikatakan tidak stabil yang berarti risiko pada perusahaan tinggi, maka perusahaan akan melakukan perataan laba (Abiprayu, 2011).asimetri informasi dengan biaya modal ekuitas (Purwanto, 2012). Hasil ini juga

PERATAAN LABA OPERATING PROFIT MARGIN

DIVIDEND PAYOUT RATIO

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran 3. Metode Penelitian 3.1 Desain Penelitian Tujuan studi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengujian hipotesis. Jenis investigasi dari penelitian ini bersifat studi kausalitas. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Dalam penelitian ini horizon waktu yang digunakan adalah pooling data/panel data. 161

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)

3.2 Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan yang yang terdaftar di BEI. Periode pengamatan yang dilakukan adalah dari tahun 2012-2014. Perusahan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu atau disebut purposive sampling. Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

3.3 Operasionalisasi Variabel 3.3.1 Perataan Laba (Y) Variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan (Kuncoro, 2009:50). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perataan laba. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal. Kelompok perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba akan diberi nilai 1, sedangkan kelompok perusahaa yang tidak melakukan perataan laba diberi nilai 0. Perataan Laba diuji dengan indeks Eckel (1981). Eckel menggunakan Coefficient Variation (CV) variabel yang penghasilan dan variabel penghasilan bersih. Apabila CV ∆ >CV ∆ , maka perusahaan tidak digolongkan sebagai perusahaan yang melakukan perataan laba. Indeks Eckel untuk perusahaan bukan perata laba adalah ≥ 1, sedangkan untuk perusahaan perata laba adalah < 1 (Eckel, 1981). Indeks perataan laba dihitung sebagai berikut (Eckel, 1981):

Tabel 3.1 Penentuan Sampel Penelitian Kriteria Sampel Penelitian Jumlah Perusaha an Kriteria sampel : Perusahaan yang terdaftar di BEI 453 selama periode 2012-2014. Perusahaan yang tidak memiliki penjualan selama periode 2012-2014.

(112)

Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan secara lengkap dari tahun 2012-2014.

(18)

Perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangan dalam bentuk mata uang rupiah selama periode 20122014.

(47)

Indeks Perataan Laba =

Dimana: ∆ : Perubahan Laba dalam suatu periode ∆ :Perubahan penjualan dalam suatu periode CV :Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan. Dalam hal ini, nilai yang diharapkan menggunakan nilai rata-rata. Jadi, CV ∆ : Koefisien variasi untuk perubahan laba CV ∆ :Koefisien variasi untuk perubahan penjualan

(46) Perusahaan yang mengalami kerugian selama periode 2012-2014. (165) Perusahaan yang tidak membagikan dividen secara konsisten selama periode 2012-2014.

berikut:

(39) Perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial selama periode 2012-2014. Total Jumlah Data Observasi Selama 3 Tahun





26 78

=

Sumber: Data Diolah (2016) Tabel 3.1 menjelaskan bahwa jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria menjadi sampel adalah 26 perusahaan, sehingga jumlah obsevasi perusahaan selama 3 tahun adalah 78 emiten.



CV ∆ dan CV ∆



∆ =

dapat dihitung sebagai

∑(∆ − ∆ ) ∆ − 1

∑(∆ Penjualan − ∆ Penjualan) ∆ Penjualan − 1 ∆ =

∑(∆ Laba − ∆ Laba) ∆ − 1

Atau lebih singkat nya dapat kita cari menggunakan : 162

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)

CV ∆

CV ∆

=

laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).

,

=

3.3.2

Kepemilikan Manajerial Pada faktor mengenai kepemilikan manajerial. Variabel kepemilikan manajerial diukur dari jumlah persentase kepemilikan saham dari manajemen perusahaan yang meliputi manajer maupun dewan direksi. Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial adalah persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal perusahaan yang beredar yang dimiliki (Aji dan Mita, 2010).

Dimana: Δx penjualan : perubahan penjualan Δx laba : perubahan laba ΔX penjualan : rata-rata perubahan penjualan ΔX laba : rata-rata perubahan laba n : tahun yang diamati Laba (I) yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba bersih setelah pajak (LBSP). Laba bersih setelah pajak (LBSP) dipilih mengacu pada alasan bahwa, return yang diperoleh investor atas investasi sahamnya didasarkan pada laba bersih setelah pajak ini. Adanya tindakan perataan laba ditunjukkan oleh indeks yang kurang dari satu (perata <1 ). Dasar pengambilan keputusan: 1. Apabila Indeks Eckel ≥ 1 maka perusahaan adalah perata, dan 2. Apabila Indeks Eckel < 1 maka perusahaan bukanlah perata laba.

Kepemilikan Manajerial =

3.3.3

Saham yang dimiliki manajer Total Saham yang beredar

Operating Profit Margin Operating profit margin merupakan bagian dari analisis profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan suatu keuntungan dan meningkatkan pertumbuhan perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Operating profit margin merupakan perbandingan antara laba usaha dan penjualan. Operating profit margin merupakan rasio yang menggambarkan apa yang biasanya disebut pure profit yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan (Syamsuddin, 2009:61).

3.3.2 Jenis Industri (X1) Jenis industri diukur dengan menggunakan variabel dummy, yaitu pemberian skor 1 untuk perusahaan yang termasuk dalam industri high-profile, dan skor 0 untuk perusahaan yang termasuk dalam industri low-profile. Kriteria untuk menentukan perusahaan termasuk high profile dan low profile digunakan pengelompokan menurut Roberts (1992), Preston(1977) dan Patten (1991), Hakston & Milne (1996) dalam Anggraini (2006). Perusahaanperusahaan yang termasuk dalam industri migas, kehutanan, pertanian, pertambangan, perikanan kimia, otomotif, barang konsumsi, makanan dan minuman sebagai industri yang high profile sedangkan kelompok perusahaan low profile terdiri dari bangunan, perbankan, supplier peralatan medis, properti, retailer, tekstil, produk personal, dan produk rumah tangga (Utomo, 2000).

Operating Profit Margin= 3.3.4

Dividend Payout Ratio Dividend Payout Ratio adalah sebuah acuan ukur untuk mengukur besaran dividen yang akan dibagikan ke pemegang saham suatu perusahaan. Dividend PayoutRatio diukur dengan menggunakan perbandingan antara dividend per share dengan earning per share. Dividend Payout Ratio (DPR) Variabel ini dilambangkan dengan Payout. Variabel ini pada dasarnya mencerminkan seberapa besar laba bersih perusahaan yang digunakan untuk membayar dividen kepada investor, atau dalam kata lain, variabel ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memelihara level pembayaran dividen. Variabel ini membandingkan dividen dengan laba bersih perusahaan. Variabel ini diukur dengan cara melakukan pembagian antara dividend per share (DPS) : yaitu jumlah dividen yang dibagikan ke pemegang saham (investor) per lembarnya, dengan

3.4 Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI pada periode 2012-2014. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mempelajari, meneliti, dan menelaah 163

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016) earning per share (EPS) : yaitu jumlah laba bersih perusahaan per lembar saham. Jika dituliskan, maka rumusnya adalah sebagai berikut :Payout = h (DPS ) h (EPS ). Metode ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Hussainey et al. (2011) yang mengacu pada metode yang digunakan oleh Baskin (1989) dan Allen dan Rachim (1996).

DPR 

3.6.2 Hasil Uji Hipotesis Analisis Regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh Jenis industri, kepemilikan manajerial,operating profit margin, dan dividend payout ratio terhadap perataan laba. Analisis regresi logistik ini digunakan untuk memprediksi variabel dependen oleh satu atau lebih variabel dependen, untuk menentukan peringkat kepentingan relatif variabel independen terhadap variabel dependen, dan untuk menentukan persentase varians dalam variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen (Yasmin et al.,2010:187).

DPS EPS

Dimana: DPR : Dividend Payout Ratio DPS : Dividend Per Share EPS : Earning Per Share

3.6.3 Pengaruh Jenis Industri, Kepemilikan Manajerial,Operating Profit Margin, dan Dividend Payout Ratio terhadap Perataan Laba Hasil pengujian besarnya pengaruh Jenis industri, kepemilikan manajerial, operating profit margin, dan dividend payout ratio dalam Negelkerke’s R Square, nilai R Square (R2) menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R2 terletak dalam interval 0≤R2≤1. Apabila R2 semakin mendekati 1, maka semakin besar proporsi sumbangan variabel independen secara bersama-sama dalam menjelaskan variasi variabel independen dan sebaliknya, apabila R2 semakin mendekati 0 berarti semakin kecil proporsi sumbangan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Jika nilai R2 tidak mencapai 100%, maka sisanya dipengaruhi variabel lainnya di luar model. Besarnya pengaruh Jenis industri, kepemilikan manajerial, operating profit margin dan dividend payout ratio secara bersama-sama berpengaruh terhadap perataan laba adalah 68.8%. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke’s R Square sebesar 68.8% sementara 31,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian. Maka, dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama (H1) diterima.

3.5 Model Penelitian Metode pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaanyang terdaftar di BEI pada periode 2012-2014.Metode analisis dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan logistic regression (regresi logistik), karena variabel dependen merupakan variabel dummy dengan skala nominal, sedangkan variabel independen diukur dengan skala rasio (Cooper, 1995:223-235).Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: IS = β0 + β1 (X1) + β2 (X2) + β3 (X3) + β4 (X4) + ε Keterangan: IS = Income Smoothing ( Perataan Laba) X1 = Jenis Industri X2 = Kepemilikan Manajerial X3 = Operating Profit Margin X4 = Dividend Payout Ratio ε = Error Term ( Variabel lain yang mempengaruhi perataan laba) β 1,2,3,4 = Koefisien Regresi logistik

4. Hasil Dan Pembahasan 4.1 Pembahasan 4.1.1 Pengaruh Jenis Industri terhadap Perataan Laba Jenis industri memiliki nilai B (persamaan) sebesar 0,961. Nilai 0,961 artinya jika variabel X1 meningkat 1 satuan maka perataan laba semakin kecil sebesar 0,961 satuan. Namun, jika dilihat dari nilai wald jenis industri yaitu 0,538 dengan tingkat signifikansi 0,463 (P value>0,05) dapat disimpulkan bahwa jenis industri tidak mempunyai pengaruh

3.6 Teknik Analisis 3.6.1 Uji Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif digunakan dalam penelitian ini untuk memberikan gambaran atau deskripsi, mengenai nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi (Ghozali, 2011).

164

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016) terhadap perataan laba. Maka, dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua (H2) ditolak.

parsial, hanya jenis industri yang tidak berpengaruh terhadap perataan laba, sedangkan kepemilikan manajerial,operating profit margin, dan dividend payout ratioberpengaruh terhadap terhadap perataan laba pada perusahan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014.

4.1.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Perataan Laba Kepemilikan manajerial memiliki nilai B (persamaan) sebesar 12,198 dengan tanda positif. Nilai 12,198 artinya jika kepemilikan manajerial meningkat 1 satuan maka perataan laba semakin meningkat sebesar 12,198 satuan. Namun, apabila dilihat dari nilai wald yaitu sebesar 4,129 dengan tingkat signifikansi 0,042 (P value<0,05), dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh terhadap perataan laba. Maka, dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga (H3) diterima.

Untuk calon investor, investor, analis keuangan, Auditor, kreditor, pemerintah, dan para pengguna laporan keuangan lainnya agar dapat berhati-hati dalam menilai laba yang dilaporkan oleh pihak manajemen perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, karena bisa saja laba yang dilaporkan tersebut merupakan laba dari hasil tindakaan perataan laba yang dilakukan oleh manajer. Berdasarkan hasil penelitian ini, Jenis industri, kepemilikan manajerial,operating profit margin, dan dividend payout ratio dapat dijadikan perhatian lebih terhadap perataan laba yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Salah satu cara untuk mendeteksi tingkat perataan laba yang terjadi dapat dilakukan menggunakan indeks Eckel. 1. Untuk manajemen perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sebaiknya menjauhi tindakan perataan laba karena hal tersebut dapat merugikan banyak pihak yang berkepentingan. 2. Untuk peneliti selanjutnya: a. Menambah variabel-variabel lain yang lebih mempengaruhi perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Menambah rentang waktu yang lebih relatif panjang.

4.1.3 Operating Profit Margin terhadap Perataan Laba Operating profit margin memiliki nilai B (persamaan) sebesar 15,742 dengan tanda positif. Nilai 15,742 menunjukkan bahwa jika operating profit margin meningkat 1 satuan maka perataan laba semakin meningkat sebesar 15,742 satuan. Apabila dilihat dari nilai waldnya yaitu 4,352 dengan tingkat signifikansi 0,037 (P value<0,05), dapat disimpulkan bahwa Operating profit margin mempunyai pengaruh terhadap perataan laba sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis keempat (H4) diterima. 4.1.4 Dividend Payout Ratio terhadap Perataan Laba Dividend payout ratio memiliki nilai B (persamaan) sebesar 14,825 dengan tanda positif. Nilai tersebut artinya bahwa semakin tinggi dividend payout ratio maka perusahaan cenderung akan melakukan perataan laba. Sebaliknya, semakin kecil dividend payout ratio, semakin rendah tingkat perataan laba yang dilakukan. Nilai walddividend payout ratio pada penelitian ini yaitu sebesar 4,520 dengan tingkat signifikansi 0,033 (P value<0,05), dapat disimpulkan bahwa dividend payout ratio mempunyai pengaruh terhadap perataan laba sehingga hipotesis kelima (H5) diterima.

DAFTAR PUSTAKA Abiprayu, K. B. 2011. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Financial Leverage, Kualitas Audit, dan Dividend Payout Ratio Terhadap Perataan Laba (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009). Skripsi, Universitas Diponegoro. www.eprints.undip.ac.id. Agnes, Sawir. 2004. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Aji.,Dhamar Yudho & Aria Farah Mita. 2010. Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan, Nilai Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Praktek PerataanLaba : Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. SimposiumNasionalAkuntansi XIII.Purwokerto. Allen, D.E. and Rachim, V.S.1996. Dividend policy and stock price volatility: Australian evidence.

5.

Kesimpulan dan Saran Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Jenis industri, kepemilikan manajerial,operating profit margin, dan dividend payout ratio secara bersama-sama berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014. Secara 165

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016) Journal of Applied Economics, Vol. 6, pp. 17588. Anthony, R. dan V. Govindarajan. 2005. Sistem Pengendalian Manajemen (Terjemahan). Jakarta: Salemba Empat. Arfan, Muhammad. 2006. Pengaruh Arus kas Bebas, Set Kesempatan Investasi, dan Financial Leverage terhadap Manajemen Laba: Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Disertasi Tidak Dipublikasikan. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjajaran Assih, Prihat dan M. Gudono. 2000. Hubungan Tindakan Perataan Laba degan Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 3 (1). Januari, h: 35 – 53. Badan Pengawas Pasar Modal. 2002. Kasus Manipulasi PT Kimia Farma Tbk. Diakses dari www.bapepam.go.id pada tanggal, 24 oktober 2015. Baskin, J. 1989. Dividend policy and the volatility of common stocks. Journal of Portfolio Management, 15, 19-25. http://dx.doi.org/10.3905/jpm.1989.409203 Belkaouli, Ahmed Riahi. 2000. Accounting Theory. Edisi Kelima. Jakarta : Salemba Empat. Bleidernan, C.R. 1973. Income Smoothing: The Role of Management. TheAccounting Review, vol. 48 (4). Hal 653-667. Boediono, Gideon SB. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governace dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Brigham, E. F., dan Houston, J. F. 2013. Dasar – dasar Manajemen Keuangan (Essential of Financial Management). Edisi ke sebelas buku 1. Terjemahan oleh Ali Akbar Yulianto. Jakarta: Salemba Empat. Brochet, Franchoisdan Zhan Gildao. 2004. Managerial Entrachmentand Earnings Smoothing.Working Paper. Budiasih, I G A N. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba. AUDI Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 4 (1), Januari 2009, h:44-50. Chen, C. K. 2004. Research on impacts of team leadership on team effectiveness.The Journal of American Academy of Business, Cambridge, 266-278.

Fama, Eugene F dan French, Kenneth R. 1998.Taxes, Financing Decision, and Firm Value. The Journalof Finance Vol. LIII No 3, June, pp 819-843. Fudenberg, Drew dan Tirole Jean. 1995. A Theory of Income and Dividend Smooting Based on Incumbency Rents. Journal of Political Economy. Vol.103:75-93. Melalui www.jstor.org [2/4/15] Ghozali, I. dan A. Chariri. 2006. Teori Akuntansi. Semarang: UNDIP. Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Yokyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YPKN. Harahap, S.S. 2009. Teori Akuntansi. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hadiwinata, Bob Sugeng. 2002. Politik Bisnis Internasional. Yogyakarta: Kanisius Hussainey, K., Mgbame, C. O., & Chijoke-Mgbame, A. M. (2011). Dividend policy and share price volatility: UK evidenc. The Journal of Risk Finance, 12, 57-68. http://dx.doi.org/10.1108/15265941111100076 http://www.idx.co.id/portals/)/statisticData/Publicatio n/Statistic/Yearly/20160321_Idx-Annually2015.pdf) Ilmainir. 1993. Perataan Laba dan Faktor-Faktor Pendorongnya pada Perusahaan Publik di Indonesia. Tesis S2, Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol. 3: 305-360. Jin dan Machfoedz. 1998. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.1, No.2, Juli: 1741991. Juniarti dan Corolina, 2005. Analisa Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaanperusahaan Go Public. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. 7 (2), h: 148-162 Komalasari, P.T. 1999. Model Perencanaan Sistem Informasi: Suatu Perspektif Teori Agensi. JAAI. Vol. 3 (2):161-175. Kumaladewi, P. R., 2010. Pengaruh Perubahan Return On Assets, Perubahan Operating Profit Margin dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kemungkinan Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di 166

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016) Bursa Efek Indonesia. E-Journal. Vol. 1, No. 2. Hal: 42. Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keprilakukan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat. Machfoedz, Mas’ud. 1994.Financial Ratio Analysis and The Prediction of Earnings Changes in Indonesia, Yogyakarta: Gajahmada University Business Review,No.7/III. Masodah, 2007, Praktik Perataan Laba Sektor Industri Perbankan dan Lembaga Keuangan Lainnya dan Faktor Mempengaruhinya, Proceeding PESAT Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek dan Sipil Vol.2, Universitas Gunadarma, Jakarta. Maulinar, Raihan.2013. Pengaruh Pajak Penghasilan dan Rasio Profitabilitas terhadap Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011.Universitas Syiah Kuala. Muchammad, A. 2001. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba/Income Smoothing. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Surabaya: Universitas Airlangga. Nasir, Arifin dan Anna Suzanti. 2002. “Analisis Pengaruh Perataan Laba Terhadap Risiko Pasar Saham dan Return Saham Perusahaanperusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta”. KOMPAK. Mei. Nuvita Dwi Cahyani. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan, Nilai Perusahaan, Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Jenis Industri Terhadap Praktek Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2005-2010. Juraksi. 1 (2). h:15-32 Peranasari, Ida Ayu Agung Istri & Ida Bagus Dhamadiaksa. 2014. Perilaku Income Smoothing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhinya. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 8.1 (2014):140-153 Petronila, Thio Anastasia dan Mukhlasin. 2003. Pengaruh Profitabilitas perusahaan terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan dengan Opini Audit Sebagai Moderating Variabel. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Indonesia Atmajaya. Jakarta. Pujiningsih, A. I. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Praktik Corporate Governance, dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba. Skripsi. Universitas Diponegoro.

Rivard, Richard. J., Eugene B dan Gay B.H. Morris. 2003. Income Smoothing Behaviour of V.S Banks Under Revised International Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan. Edisi Keempat. Yokyakarta: BPFE. Samlawi dan Sudibyo, 2000. Analisis Perilaku Perataan Laba Didasarkan Pada Kinerja Perusahaan di Pasar. Simposium Nasional Akuntansi, Vol. 3, Januari. Sartono, Agus. 2004. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Yogyakarta: Penerbit BPFE. Schroeder, R.G., Clark, & Cathey. 2001. Accounting Theory and Analysis (seventh edition). New York: John Wiley and Sons, Inc. Scott, William R. 2003. Financial Accounting Theory. New Jersey : Prentice Hall. Sekaran, Uma. 2011. Research Methods For Business. Buku 1. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat. Sembiring, Eddy Rismanda. 2006. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Study Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta.Jurnal Maksi Universitas Diponegoro Semarang, Vol. 6, No. 1, Januari, hlm. 69-85. Siallagan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba Dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. Sri Widodo.2011. “Analisis Perataan Laba dan FaktorFaktor yang mempengaruhi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Akmenika Upy. Vol 7,60-73. Slamet, A., 2003. Analisa laporan Keuangan. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Subramanyam, K.R. dan John J. Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Buku 1. Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat. Suryandari, Ni Nyoman Ayu. 2012. Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Income Smoothing. Media Komunikasi FIS. 11 (1). April 2012. h:196-205. Suwito, Edy dan Arleen Herawaty. 2005. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan oleh Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi VIII .Solo.15-16 September. Syamsuddin, Lukman, 2001. Manajemen Keuangan Perusahaan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 167

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016) Tarsito.Sulistyawati. 2013. Pengaruh Nilai Perusahaan, Kebijakan Dividen, dan Reputasi Auditor Terhadap Pertaan Laba.Accounting Analysis Journal 1(3): 148-153. Ujiyantho, Moh Arief. 2007. Asimetri Informasi dan Manajemen Laba: Suatu Tinjauan dalam Hubungan Keagenan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.15, No.2: 81-90. Ujiyantho, Muhammad Arief dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporatate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi pada Perusahaan Go Public Sektor Manufaktur). Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar. Utomo, Muhammad Muslim. 2000. Praktek Pengungkapan Sosial Pada Laporan Tahunan Perusahaan di Indonesia (Studi Perbandingan Antara Perusahaan-Perusahaan High Profile dan Low Profile). Simposium NasionalAkuntansi III. Jakarta. Warsini, Sabar. 2003. Manajemen Keuangan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak. Watts, R dan Zimmerman, J.L. 1986. Positive Accounting Theory. New York. Prentice Hall. Widyaningdyah, Agnes Utari. 2001. Analisis Faktorfaktor yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia. Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol.3, No.2/TH 2001 November: 89-101. Wisnumurti, Andhika. 2010. Analisis Pengaruh Corporate Goverance terhadap Hubungan Asimetris Informasi dengan Praktik Manajemen Laba. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Semarang: Universitas Diponegoro. Wulandari, Sry. 2013. Pengaruh Profitabilitas, Operating Profit Margin (OPM), Dan Financial Leverage Terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan Blue Chips Di Indonesia (Studi Empiris pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar d Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011). Tesis Tidak Dipublikasikan. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala. Yasmin, Sofyan, Lien A. Rachmach, dan Heri Kurniawan.2010. Regresi dan Korelasi dalam Genggaman Anda. Jakarta: Salemba Empat. Yulianto, Agus, 2007. Analisis Perataan Laba : Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Skripsi.

168

Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 1, No. 1, (2016) Lampiran 1

Hasil Pengujian Regresi Logistik

Descriptives Descriptive Statistics N Perataan laba Jenis Industri Kep. Manajerial OPM DPR Valid N (listwise)

26 26 26 26 26 26

Minimum ,00 ,00 ,000000 ,023162 ,009722

Maximum 1,00 1,00 ,856000 ,568243 ,757593

Mean ,4615 ,5000 ,1250502 ,1495892 ,3131952

Std. Deviation ,50839 ,50990 ,235502402 ,146850431 ,160533256

Classification Tablea,b Predicted

Step 0

Observed Perataan laba

Perataan laba ,00 1,00 14 0 12 0

,00 1,00

Overall Percentage a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500

Hosmer and Lemeshow Test Step 1

Chi-square 3,939

df 7

Sig. ,787

Iteration History a,b,c Coefficients -2 Log likelihood Constant 35,890 -,154 35,890 -,154 a. Constant is included in the model.

Iteration Step 1 0 2

b. Initial -2 Log Likelihood: 35,890 c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than ,001.

169

Percentage Correct 100,0 ,0 53,8

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016) Iteration History a,b,c,d

Iteration Step 1 1 2 3 4 5 6 7

-2 Log likelihood 21,008 18,056 17,174 17,087 17,086 17,086 17,086

Constant -3,672 -5,935 -7,889 -8,705 -8,801 -8,802 -8,802

JI ,513 ,687 ,887 ,956 ,961 ,961 ,961

Coefficients KM 4,160 7,578 10,656 12,012 12,195 12,198 12,198

OPM 7,227 10,948 14,094 15,550 15,739 15,742 15,742

DPR 5,303 9,491 13,173 14,655 14,822 14,825 14,825

a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 35,890 d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001. Variables in the Equation B S.E. Wald Step JI(1) ,961 1,310 ,538 a 1 KM 12,198 6,003 4,129 OPM 15,742 7,546 4,352 DPR 14,825 6,973 4,520 Constant -8,802 3,640 5,846 a. Variable(s) entered on step 1: JI, KM, OPM, DPR.

df 1 1 1 1 1

Sig. ,463 ,042 ,037 ,033 ,016

Model Summary -2 Log Cox & Snell Nagelkerke likelihood R Square R Square a 17,086 ,515 ,688 a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.

Step 1

170

Exp(B) 2,615 198460,9 6866389 2743195 ,000

95,0% C.I.for EXP(B) Lower Upper ,201 34,112 1,541 3E+010 2,591 2E+013 3,185 2E+012