Pengaruh Kecepatan Angin Terhadap Tingkat Kenyamanan

hasil perhitungan mengenai peran kecepatan angin untuk peningkatan kenyamanan termal bagi ... udara, suhu radiasi, kecepatan angin dan kelembaban udar...

6 downloads 415 Views 2MB Size
Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia

Pengaruh Kecepatan Angin Terhadap Tingkat Kenyamanan Termal di Ruang Luar Iklim Tropis Lembab Sangkertadi (1)

(1)

Program Studi S2 Arsitektur, Pascasarjana Univ.Sam Ratulangi, Manado

Abstrak Aspek iklim dan manusia adalah variabel dan parameter dalam penentuan besarnya tingkat kenyamanan termal, baik didalam maupun di luar ruang. Secara khusus tulisan ini memaparkan hasil perhitungan mengenai peran kecepatan angin untuk peningkatan kenyamanan termal bagi manusia beraktifitas di ruang luar beriklim tropis lembab. Variasi angka kecepatan angin yang diuji dalam rentang 0.5 s/d 4 m/s, sedangkan aktifitas manusia dewasa dalam keadaan duduk dan jalan kaki berkecepatan normal dengan mengenakan tipe pakaian tropis. Skala kenyamanan termal yang dijadikan tolok ukur adalah standar ISO 7730. Studi meliputi dua kasus yakni di ruang luar ternaungi dan ruang luar yang terbuka bebas terhadap sinar matahari langsung. Hasilnya menunjukkan bahwa pengaruh kecepatan angin bersifat gradasi linier terhadap skala kenyamanan termal pada kasus di ruang terbuka ternaungi, namun bersifat sedikit non linier di ruang terbuka dimana manusia terkena sinar matahari langsung. Kata-kunci : ruang terbuka, suhu udara, suhu radiasi, skala kenyamanan.

Pendahuluan Studi mengenai kenyamanan termal manusia di suatu lingkungan klimatik sudah banyak dilakukan oleh sejumlah peneliti yang mefokuskan pada kasus di ruang tertutup. Misalnya studi oleh Houghten F C and Yaglou C P, (1923) Fanger (1970), Givoni (1976), Mc Intyre (1978), dll. Studi tersebut, utamanya fokus pada penentuan indeks atau suatu skala untuk menentukan rasa nyaman sesorang di suatu lingkungan klimatik tertentu. Kemudian dengan alasan bahwa ternyata terdapat perbedaan persepsi kenyamanan antara manusia yang tinggal didaerah beriklim tropis dan non tropis, maka dilakukan penelitian secara khusus pada lingkungan iklim tropis lembab, oleh sejumlah peneliti antara lain adalah Sangkertadi (1994), Deval (1984), Gagge, Fobelets & Berglund (1986) De Dear R J, Leow K G, Ameen A (1991), Busch J (1992), dll. Berbagai studi mengenai kenyamanan termal tersebut ada yang dilakukan secara analitis,

simulasi percobaan laboratorium, simulasi komputasi mapupun melakukan studi langsung pada obyek manusia di suatu ruangan bioklimatik. Namun studi mengenai kenyamanan termal di ruang luar masih tergolong belum banyak dilakukan. Dapat dimengerti karena pada umumnya kajian mengenai tuntutan kenyamanan termal dalam ruang, banyak dikaitkan dengan kebutuhan dan efisiensi energy bangunan, yang menjadi fokus dunia di tahun 70-an hingga kini. Sementara itu kini, disaat kita menuju tercapainya greencity, dimana kualitas ruang luar menjadi salah satu andalannya, maka parameter kenyamanan di ruang luar semestinya mendapat perhatian lebih serius. Fakta, ternyata banyak ditemukan penempatan kipas angin di ruang luar oleh sejumlah pengguna dalam rangka menambah rasa nyaman beraktifitas di ruang luar (gambar.1). Kejadian tersebut menunjukkan bahwa dibutuhkan tambahan kecepatan angin melalui Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.2 No.1 Januari 2013 | 26

Sangkertadi

Gambar.1. Berbagai jenis kipas angin ditempatkan di ruang luar untuk menambah efek kenyamanan evaporatif berkat debit dan kecepatan angin

energy mekanik untuk mencapai kenyamanan yang diinginkan, yakni melalui proses kenyamanan evaporatif. Selain itu ternyata juga ditemukan ditemukan adanya perbedaan persepsi kenyamanan manusia yang berada di dalam ruang dan luar ruang (Syafriny R dan Sangkertadi, 2012), meskipun mendapat perlakuan iklim yang sama di kedua jenis ruang. Terkesan ada pengaruh psikologis suasana ruang luar yang mendorong sikap permisif rasa nyaman termal oleh manusia, dibandingkan suasana di ruang dalam. Ada juga hasil studi dari Arens dan Ballanti   (1997) yang menunjukkan adanya pengaruh angin pada kenyamanan termal manusia pejalan kaki, meskipun tidak secara spesifik untuk iklim tropis lembab. Persamaan Dasar Kenyamanan Termal Respon kenyamanan termal manusia menurut International Standard Organization dinyatakan dalam suatu satuan skala kenyamanan sebagaimana dalam ISO 7730 (2003) (Tabel 1). Selanjutnya persepsi tanggapan langsung maupun hasil perhitungan bermuara pada angka skala tersebut. Secara fisika, persepsi kenyamanan termal tergantung pada 2 kelompok variabel dan 1 kelompok parameter yakni variable iklim dan gerak/aktifitas, serta

parameter tubuh (ukuran dan jenis pakaian yang dikenakan). Variabel iklim meliputi suhu udara, suhu radiasi, kecepatan angin dan kelembaban udara. Tabel.1. Definisi Skala Kenyamanan Termal

Besar Skala -3 -2 -1 0 +1 +2 +3

Persepsi Sangat Dingin Dingin Agak Dingin Nyaman/ Netral Agak Panas/ Hangat Panas Sangat Panas

Perhitungan untuk mendapatkan angka persepsi kenyamanan termal didasarkan pada hukum perpindahan kalor yang diterapkan pada mekanisme pertukaran panas antara manusia dan lingkungan klimatik sekitarnya. Secara umum, berdasarkan referensi dari berbagai pustaka, persamaan aljabar analitis tentang rasa nyaman termal manusia dapat dinyatakan sebagai berikut ini: 𝑄! = 𝑀 + 𝑅 + 𝐶 + 𝐸!"#$ + 𝐸!"## + 𝐸!"# + 𝐸!"# Dimana Qt adalah nilai kesetimbangan kalor antara manusia dan lingkungannya; M adalah angka produksi kalor metabolism manusia yang melakukan suatu aktifitas; R=pertukaran kalor

Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.2 No.1 Januari 2013 | 27

Pemanfaatan Potensi Iklim Makro Daerah Pantai untuk Perbaikan Iklim Mikro pada Lingkungan Binaan di Kota Makassar

melalui proses radiasi; C=pertukaran kalor melalui proses konveksi; Eress=pertukaran kalor sensible melalui proses respirasi; Eresl=pertukaran kalor laten melalui proses respirasi; Edif=pertukaran kalor melalui proses difusi; Evap=produksi kalor untuk evaporasi keringat. Semuanya dalam satuan watt. Apabila Qt=0 maka manusia merasa netral/nyaman, apabila Qt>0, manusia merasa panas, sedangkan apabila Qt<0 maka manusia merasa dingin. Nilai dari R, C, Eress, Eresl, Edif dan Evap, dapat dihitung berdasarkan dari persamaan-persamaan dari fungsi variabel lingkungan (suhu, angin, kelembaban udara), dan fungsi dari faktor internal tubuh (suhu permukaan kulit, kelembaban kulit, dll). Persamaan-persamaan tersebut dapat dilihat pada sejumlah referensi seperti dari Fanger(1970), ISO-7730(2003), Sangkertadi (1994), dll. Dalam prosedur perhitungan menuju pada angka persepsi kenyamanan termal, dari persamaan dasar tersebut, dikembangkan sedemikian hingga menjadi persamaan baru yang menghasilkan suatu angka persepsi sebagaimana Tabel.1, misalnya dalam model PMV (Fanger, 1970), DISC (Berglund and Cunningham,1986, Sangkertadi,1994, Y (ASHRAE, 2000.), dll. Model-model matematis tersebut, didapat ada yang melalui prosedur analitis maupun persamaan regresi atas hasil eksperimentasi lapangan maupun didalam laboratorium. 𝑃𝑀𝑉 =

0.303  𝑒 !!.!  !"# + 0.028 𝑄! 𝐴!"

Dimana PMV adalah angka skala kenyamanan (Tabel 1); act=nilai aktivitas (dalam met); Qt=angka kesetimbangan kalor manusia dan lingkungannya (Watt); ADU=Luas permukaan kulit manusia (m2). Model perhitungan PMV (Predicted Mean Vote) dari Fanger (1970), selanjutnya dijadikan standar model oleh Internasional Standard Organization (ISO 7730, 2003), namun hanya berlaku dalam situasi iklim sedang, bukan iklim tropis maupun dingin. Sedangkan untuk kasus 28 | Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.2 No.1 Januari 2013

di iklim tropis lembab, terbatas pada manusia beraktifitas moderat, berpakaian tropis, dan dalam keadaan berkeringat, maka diberlakukan formulasi DISCS (Sangkertadi, 1994): 𝐷𝐼𝑆𝐶! = 3.9338  𝑊! + 0.0158  𝑆! − 0.3348 Dimana DISCS adalah skala kenyamanan 4 skala (berlaku dari 0:nyaman s/d 4:sangat panas dan sakit); WS=prosentase kulit basah karena keringat(decimal) dan SR=debit keringat (g/jam) Persamaan Kenyamanan Termal Ruang Luar Berbagai studi tentang kenyamanan termal ruang luar saat ini yang banyak dikembangkan adalah persamaan regresi, yang berasal dari suatu studi lapangan maupun dalam suatu ruang bioclimatic. Hasil studi kasus di iklim dingin oleh Fergus Nicol, Elizabeth Wilson, Anja Ueberjahn-Tritta, Leyon Nanayakkara dan Maria Kessler (F Nicol, et al, 2006) dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut: 𝐶 = 1.761 + 0.132  𝑇! + 0.00108  𝑆 − 0.432 𝑣 Pada daerah beriklim sub tropis, dengan lokasi penelitian di Sao Paulo, Brazil, oleh Monteiro & Alucci (2009), dihasilkan persamaan regresi: 𝑇!" = −3.557 + 0.0632  𝑇! + 0.0677  𝑇!" + 0.0105  𝑅𝐻 − 0.304  𝑣 Sementara itu Nikolopoulou, Lykoudis dan Kikira (2008) dengan studi kasus di iklim sedang, menghasilkan persamaan : 𝐴𝑆𝑉 = 0.061  𝑇! + 0.091  𝑇! − 0.324  𝑣 + 0.003  𝑅𝐻 − 1.455 Di Hongkong, oleh Cheng V, dan Edward Ng (2008) untuk kegiatan manusia duduk santai di ruang luar, diberlakukan persamaan regresi: 𝑇!(!!!"#) = 0.1895  𝑇! − 0.7754  𝑣 + 0.0028  𝑆 + 0.1953  ℎ𝑟 − 8.23 Givoni & Noguchi (2000), dimuat juga juga dalam Gaitani, Santamouris dan Mihalakakou

Sangkertadi

(2005), mengungkapkan persamaan kenyamanan termal ruang luar bagi orang Jepang (iklim dingin) dengan persamaan:

Metode Metode yang dipergunakan dalam studi ini adalah perhitungan simulasi berdasarkan persamaan-persamaan yang telah dikemukakan di bagian sebelumnya (Persamaan YJS dan YDS oleh Sangkertadi dan Syafriny R, 2012) tentang persepsi kenyamanan termal di ruang luar beriklim tropis lembab bagi manusia berkegiatan jalan kaki berkecepatan normal (YJS) dan duduk santai (YDS). Subyek maunusia adalah tipe orang dewasa dengan luas kulit sekitar 1.7 m2. Kasus ini dibagi dalam dua bagian, pertama pada situasi dibawah naungan, dimana angka suhu udara (Ta) akan relatif sama dengan suhu bola hitam (Tg) yang juga tidak berbeda jauh dengan suhu radiasi ratarata (Trm), apabila lingkungannya banyak mengandung unsur penghijauan. Pada bagian kedua adalah kasus di ruang terbuka tidak ternaungi, dimana radiasi sinar matahari berpengaruh secara langsung menyebabkan naiknya suhu radiasi bola hitam (Tg), yang merepresentasikan adanya pengaruh radiasi matahari pada lingkungan sekitar manusia. Di ruang luar yang tidak ternaungi, diterapkan dua kondisi nyata, yakni pada saat sekitar jam 07.00 dan jam 10.00. Data suhu udara (Ta)

Sangkertadi & Syafriny R (2012) melakukan studi lapangan di iklim tropis lembab (lokasi di Kota Manado) dan berhasil mengungkapkan dua persamaan kenyamanan termal bagi manusia dalam keadaan berjalan normal (jalan santai) dan duduk berkegiatan moderat, sebagai berikut: 𝑌!" = −3.4 − 0.36  𝑣 + 0.04  𝑇! + 0.08  𝑇! − 0.01  𝑅𝐻 + 0.96  𝐴!" 𝑌!" = −7.9122 − 0.5215  𝑣 + 0.0468  𝑇! + 0.1673  𝑇! − 0.0007  𝑅𝐻 + 1.4329  𝐴!" Dimana :

W/m2

Ta : suhu udara ; Tg : suhu radiasi global (suhu bola hitam); Ts : suhu permukaan ; Trm : suhu rata-rata radiasi permukaan; S: radiasi matahari ; RH : kelembaban relative dan hr: kelembaban absolute; ADU: Luas kulit tubuh manusia (m2) 800

65

700

60

600

55

500

50

400

45

300

40

200

35

100

30

0

Radiasi   (W/m2) Ta

deg  C

𝑇!(!"#$%") = 1.7 + 0.1118  𝑇! + 0.0019  𝑆 − 0.322  𝑣 − 0.0073  𝑅𝐻 + 0.0054  𝑇!

Tg(v=1)

Tg(v=2) Tg(v=3) Tg(v=4)

25 7

8

9

10

11

12

Jam

13

14

15

16

17

Gambar 2. Grafik Radiasi Matahari, Suhu Udara(Ta) dan suhu radiasi global (Tg) yang diterapkan

Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.2 No.1 Januari 2013 | 29

Pemanfaatan Potensi Iklim Makro Daerah Pantai untuk Perbaikan Iklim Mikro pada Lingkungan Binaan di Kota Makassar

dan kelembaban udara (HR) berdasarkan data iklim Kota Manado, Juli 2010), sedangkan data suhu global (Tg) dan Radiasi Matahari berdasarkan hasil perhitungan (Gambar.2). Angka kecepatan udara ditetapkan sebagai variabel peubah determinatif. Perubahan kecepatan angin juga mempengaruhi perubahan suhu radiasi global sebagaimana ditampilkan di Gambar 2. Perhitungan suhu radiasi global mengacu pada referensi yakni oleh Dimiceli (2011), Jadi perubahan suhu radiasi global selain dipengaruhi oleh radiasi matahari juga oleh kecepatan angin. Semakin tinggi radiasi matahari maka semakin tinggi pula suhu radiasi global. Sebaliknya semakin besar kecepatan angin, maka semakin menurunkan suhu radiasi global. Perhitungan radiasi matahari dalam kasus ini menggunakan program Matahari (HKI oleh Penulis, Sangkertadi, 2009). Hasil dan Pembahasan Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tablel dan grafik sebagaimana ditampilkan melalui Tabel 2 dan 3 serta Gambar 3,4 dan 5. Pada bagian pertama dari studi ini, dianggap bahwa subyek berada disuatu naungan yang terlindungi oleh radiasi matahari langsung, sehingga suhu radiatif nyaris sama dengan suhu konvektif, yang menghasilkan suhu resultan udara (Ta) yang nyaris sama pula (Ta=Tg). Pada kasus tersebut, pada suasana pagi hari dimana suhu udara dan suhu radiasi sekitar 26 0C, maka bagi pejalan kaki maupun mereka yang sedang duduk-duduk santai dibawah pohon, merasakan nyaman dengan kecepatan angin 1 s/d 3 m/s. Namun setelah kecepatan angin mencapai lebih dari 3 m/s maka mereka merasakan sejuk atau agak dingin. Selanjutnya pada saat tengah hari panas, dimana suhu udara dan suhu radiatif mencapai sekitar 32 0C, pejalan kaki di ruang luar memerlukan kecepatan angin lebih dari 2.5 m/s untuk mendapatkan rasa nyaman. Sedangkan yang beraktifitas duduk, dengan angin 1 m/s sudah memberi rasa nyaman. Seterusnya pada suhu 32 0C, didapat rasa

30 | Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.2 No.1 Januari 2013

nyaman bagi pejalan kaki setelah mendapat angin lebih dari 3 m/s, sedangkan bagi yang duduk-duduk, merasa nyaman pada kecepatan angin lebih dari 2 m/s. Jadi nampak bahwa semakin tinggi suhu udara dan suhu radiatif, maka terdapat perbedaan persepsi yang semakin jelas antara manusia pejalan kaki dan bagi yang beraktifitas duduk. Melalui Gambar.3 dan 4. juga nampak jelas, bahwa angka skala kenyamanan menurun secara linier proporsional mengikuti angka kecepatan angin. Namun garis liniernya berbeda antara tipologi kasus kegiatan jalan kaki dan kegiatan duduk santai. Pada kasus berjalan santai, tren penurunan skala kenyaman (berarti peningkatan rasa nyaman), lebih pelan dibandingkan tren untuk kegiatan manusia yang duduk santai. Pada bagian kedua, dimana dianggap bahwa subyek berada dibawah radiasi matahari langsung, maka Ta
Sangkertadi

Pada simulasi kedua dari bagian ini, dilakukan untuk situasi jam 10.00, dimana suhu udara 310C, sedangkan radiasi matahari yang menyentuh tubuh sudah mencapai lebih dari 600 W/m2. Hasilnya ditampilkan pada Tabel.3, yang menunjukkan bahwa rasa nyaman bagi pejalan kaki akan tercapai pada saat mendapatkan angin dengan kecepatan sekurang-kurangnya 4 m/s. Sedangkan bagi

manusia beraktifitas duduk santai, akan merasa nyaman ketika mendapat angin lebih dari 3.5 m/s. Tren peningkatan rasa nyaman (Gambar 5) pada kasus di ruang terbuka tidak ternaungi ini bersifat sedikit non linier menurut fungsi pertambahan kecepatan angin dari 0.5 ke 4 m/s.

Tabel 2. Hasil simulasi untuk ruang luar ternaungi, dimana Ta=Tg.

Iklim

Jalan Normal

v

Ta

Tg

(m/s)

( C)

0

( C)

0.5

26

1

Duduk Santai

YJS

Persepsi

YD

Persepsi

26

0.57

AGAK PANAS

-0.21

NYAMAN

26

26

0.39

NYAMAN

-0.26

NYAMAN

1.5

26

26

0.21

NYAMAN

-0.32

NYAMAN

2

26

26

0.03

NYAMAN

-0.37

NYAMAN

2.5

26

26

-0.15

NYAMAN

-0.42

NYAMAN

0

3

26

26

-0.33

NYAMAN

-0.47

NYAMAN

3.5

26

26

-0.51

SEJUK

-0.53

SEJUK

4

26

26

-0.69

SEJUK

-0.58

SEJUK

0.5

30

30

1.05

AGAK PANAS

0.64

AGAK PANAS

1

30

30

0.87

AGAK PANAS

0.38

NYAMAN

1.5

30

30

0.69

AGAK PANAS

0.12

NYAMAN

2

30

30

0.51

AGAK PANAS

-0.14

NYAMAN

2.5

30

30

0.33

NYAMAN

-0.40

NYAMAN

3

30

30

0.15

NYAMAN

-0.66

SEJUK

3.5

30

30

-0.03

NYAMAN

-0.92

SEJUK

4

30

30

-0.21

NYAMAN

-1.18

SEJUK

0.5

32

32

1.29

AGAK PANAS

1.07

AGAK PANAS

1

32

32

1.11

AGAK PANAS

0.81

AGAK PANAS

1.5

32

32

0.93

AGAK PANAS

0.55

AGAK PANAS

2

32

32

0.75

AGAK PANAS

0.29

NYAMAN

2.5

32

32

0.57

AGAK PANAS

0.03

NYAMAN

3

32

32

0.39

NYAMAN

-0.23

NYAMAN

3.5

32

32

0.21

NYAMAN

-0.49

NYAMAN

4

32

32

0.03

NYAMAN

-0.75

SEJUK

Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.2 No.1 Januari 2013 | 31

Pemanfaatan Potensi Iklim Makro Daerah Pantai untuk Perbaikan Iklim Mikro pada Lingkungan Binaan di Kota Makassar

Ta=Tg=26  0C;  HR=60%;  A du=1.7  m2 1

Duduk  Santai

0.5

0 -­‐0.5 -­‐1 -­‐1.5 -­‐2 0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

Jalan  Santai

1.5

Skala  Kenyamanan

Skala  Kenyamanan

Ta=Tg=32  0C;  HR=60%;  A du=1.7  m2 Jalan  Santai

1.5

Duduk  Santai

1 0.5 0 -­‐0.5 -­‐1

4

0.5

1

1.5

v  (m/s)

Gambar.3. Grafik Ta=Tg=26 0C

pengaruh

2

2.5

3

3.5

4

v  (m/s)

Kec.

Angin

untuk

Gambar.4. Grafik Ta=Tg=32 0C

pengaruh

Kec.

Angin

Tabel 3. Hasil simulasi untuk ruang luar tidak ternaungi, dimana Ta < Tg. Iklim

Jalan Normal

Duduk Santai

Jam v (m/s) Ta (0C) Tg (0C)

YJS

Persepsi

YD

Persepsi

10.39

SANGAT TDK NYAMAN & SAKIT

10.00

0.5

31

88

5.73

SANGAT TDK NYAMAN & SAKIT

10.00

1

31

58

3.15

SANGAT TIDAK NYAMAN

5.11

SANGAT TDK NYAMAN & SAKIT

10.00

1.5

31

48.1

2.18

TIDAK NYAMAN

3.20

SANGAT TIDAK NYAMAN

10.00

2

31

43.8

1.66

TIDAK NYAMAN

2.22

TIDAK NYAMAN

10.00

2.5

31

41.1

1.26

AGAK PANAS

1.50

TIDAK NYAMAN

10.00

3

31

39.2

0.93

AGAK PANAS

0.93

AGAK PANAS

10.00

3.5

31

37.9

0.64

AGAK PANAS

0.45

NYAMAN

10.00

4

31

37.1

0.40

NYAMAN

0.05

NYAMAN

07.00

0.5

27.5

47.6

2.36

TIDAK NYAMAN

3.47

SANGAT TIDAK NYAMAN

07.00

1

27.5

36.9

1.32

AGAK PANAS

1.42

AGAK PANAS

07.00

1.5

27.5

33.6

0.88

AGAK PANAS

0.61

AGAK PANAS

07.00

2

27.5

31.9

0.56

AGAK PANAS

0.06

NYAMAN

07.00

2.5

27.5

31

0.31

NYAMAN

-0.35

NYAMAN

07.00

3

27.5

30.4

0.08

NYAMAN

-0.71

SEJUK

07.00

3.5

27.5

29.9

-0.14

NYAMAN

-1.05

SEJUK

07.00

4

27.5

29.6

-0.34

NYAMAN

-1.37

SEJUK

32 | Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.2 No.1 Januari 2013

untuk

Sangkertadi

Tulisan ini merupakan salah satu hasil dari penelitian tersebut.

Situasi  Iklim  Manado  -­‐ Juli Skala  Kenyamanan  Termal

7 6

Jam  07.00

5

Jam  10.00

4 3 2

1 0 -­‐1

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

v  (m/s)

Gambar 4. Tren pengaruh kec.angin, pada kasus di ruang luar tidak ternaungi

Kesimpulan Di ruang luar beriklim tropis lembab berlaku persamaan kenyamanan termal yang spesifik dan berbeda dibandingkan dengan kasus bagi jenis iklim lainnya. Lingkungan kenyamanan termal di ruang luar dibentuk bukan hanya karena faktor iklim mikro tetapi juga faktor manusianya (aktifitas, ukuran dan pakaian). Jadi rasa kenyamanan termal di ruang luar, sebagaimana juga di ruang dalam beriklim tropis lembab merupakan fungsi terpadu antara suhu udara (Ta), suhu radiatif (Tg), kecepatan angin (v) dan parameter manusia (aktifitas, jenis pakaian, ukuran tubuh). Hasil studi menunjukkan bahwa kecepatan angin yang menyentuh tubuh manusia mempengaruhi rasa kenyamanan di ruang luar iklim tropis lembab secara signifikan. Karena itu, praktek mengoperasikan kipas angin di ruang luar adalah alasan yang tepat untuk mendapatkan rasa nyaman bagi pemakainya, melalui peningkatan kecepatan angin lingkungan mikro. Selain itu, upaya untuk menurunkan suhu radiatif melalui praktek penaungan dan penerapan material permukaan non reflektor panas, juga merupakan cara yang ramah lingkungan termal. Ucapan Terima Kasih Ucapan terimakasih disampaikan kepada Ditjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, atas bantuan dana Penelitian Fundamental Tahun Anggaran 2011 dan 2012.

Daftar Pustaka Arens E, Ballanti D, 1997, Outdoor Comfort of Pedestrians in Cities, Proceedings of The Conference on Physical Environment, Upper Derby, PA, US, 1997. Berger X, and Deval J C, 1985, About Thermal Comfort in Humid Tropical Climates. Proceedings of VVS Congres – CLIMA 2000 – Indoor Climate, Copenhagen, 1985. Berglund L, Cunningham D J, 1986, Parameters of human discomfort in warm environment ASHRAE Transactions, vol 92, part 2B Busch J F, 1992, A Tale of two populations : thermal comfort in air conditionned and naturally ventilated offices in Thailand , Energy and Buildings 1992 no 18. Cheng V, and Ng E, Wind for Comfort in High Density Cities, PLEA 2008, Proceedings of The Conference on Passive and Low Energy Architecture, Dublin 22 - 24 October 2008. Cunningham D J, Berglund L G and Fobelets, 1985. A. Skin Wettedness under clothing and its relationship to thermal comfort in men and women, Proceedings of the Clima 2000 World Congress on Heating, Ventilating and AirConditioning, Copenhagen, 25-30 August, 1985. De Dear R J, Leow K G, Ameen A, 1991, Thermal comfort in the humid tropics – part 1: climate chamber experiments on temperature preferences in Singapore, ASHRAE Transaction vol 97. Deval, J C, 1984, Le Confort Thermique en Climat tempere. Revue de Physique Appliquee, 1984, no 19. Dimiceli, V E, Piltz S F, Amburn S A, 2011, Estimation of Black Globe Temperature for Calculation of the Wet Bulb Globe Temperature Index . Proceedings of the World Congress on Engineering and Computer Science 2011 Vol II WCECS 2011, October 19-21, 2011, San Francisco, USA Fanger, P O, 1970, Thermal Comfort – Analysis and Applications in Environmental Engineering, Mc Graw Hill, New York, 1970.

Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.2 No.1 Januari 2013 | 33

Pemanfaatan Potensi Iklim Makro Daerah Pantai untuk Perbaikan Iklim Mikro pada Lingkungan Binaan di Kota Makassar

Gagge A P, 1985, Thermal Sensation and Comfort in Dry Humid Environments. Proceedings of VVS Congres – CLIMA 2000 – Indoor Climate, Copenhagen, 1985. Gagge A P, Fobelets and Berglund L G, 1986, A Standard Predictive Index of Human Response to The Thermal Environment. ASHRAE Transactions, vol. 84 Part.1B, 1986. Gaitani, N, Santamouris M, Mihalakakou G, 2005, Thermal comfort conditions in outdoor spaces, Proceedings of International Conference “Passive and Low Energy Cooling May 2005, Santorini, Greece. Givoni, B, 1976, Man, Climate and Architecture, Van Nostrand Reinhold, New York. Givoni, B, and Noguchi, M, 2000, Issues in outdoor comfort research. Proceedings of The Conference Passive and Low Energy Architecture, London, 2000. Houghten F C and Yaglou C P, 1923, Determining lines of Equal Comfort, ASVE Transaction, vol 29, 1923 International Standard Organization, 2003. ISO Standard 7730: Moderate thermal environments – Determination of the PMV and PPD indices and specification of the conditions for thermal comfort, 2003. Lin, T.-P., Andrade, H., Hwang, R.-L., Oliveira, S., Matzarakis, A., 2008. The comparison of thermal sensation and acceptable range for outdoor occupants between Mediterranean and subtropical climates. Proceedings 18th International Congress on Biometeorology, September 2008. Matzarakis A, Mayer H, Rutz F, 2003, Radiation and Thermal Comfort, Proceeding of 6th Hellenic Conference in Meteorology, Climatology and Atmospheric Physics, 2003. Monteiro L M, Alucci M P. An Outdoor Thermal Comfort Index for the Subtropics. Proceeding 26th PLEA, 2009 Mc Intyre D A, 1978, Three Approaches to Thermal Comfort. ASHRAE Transactions, vol. 84 Part 1, 1978. Nicol F, Wilson E, Ueberjahn-Tritta A, Nanayakkara L and Kessler M, 2006, Comfort in outdoor spaces in Manchester and Lewes, UK, Proceedings of conference: Comfort and Energy Use in Buildings - Getting

34 | Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.2 No.1 Januari 2013

them Right, Cumberland Lodge, Windsor, UK, 27-30th April 2006. London Nikolopoulou, M & Steemers, K, 2003. Thermal comfort and psychological adaptation as a guide for designing urban spaces, Energy and Buildings, vol 35. 2003 Nikolopoulou, M, Lykoudis, S and Kikira, M, 2008, Thermal comfort in urban spaces: field studies in Greece, Proceedings of the fifth International Conference on Urban Climate. September, 2008 Lodz, Poland. Sangkertadi, 1994. Contribution a l’Etude du Comportement Thermoaureulique des Batiments en Climat Tropical Humide. Prise en Compte de la Ventilation Naturelle dans l’Evaluation du Confort, These de Doctorat, INSA de Lyon, 1994. Sangkertadi, 2009. Petunjuk Pemakaian Program ‘Matahari’, Fakultas Teknik Unsrat, Manado. Sangkertadi, Syafriny R, Wuisang C, 2009. Thermal impact of pedestrian materials on Dynamic Discomfort in tropical & humid area. Proceeding oh the 11th International Conference on Quality in Research, UI, Jakarta, 3 – 4 August 2009. Sangkertadi, Syafriny, 2012, Perumusan Persamaan Kenyamanan Termis di Ruang Luar Beriklim Tropis Lembab, Laporan Penelitian Tahun ke II, Penelitian Fundamental, Ditjen Pendidikan Tinggi, Kemdikbud. Sangkertadi (2012), A Field Study of Outdoor Thermal Comfort in The Warm-Humid Environment. Proceedings of International Conference of SENVAR 13th & CONVEEESH 2nd, Yogyakarta (Invited Paper), 29-30 November 2011. Syafriny R, Sangkertadi, 2012, Perbandingan Pengaruh Suhu Lingkungan pada Kenyamanan Termis di Ruang Luar dan Ruang Dalam di Iklim Tropis lembab bagi Manusia Beraktifitas Moderat. Jurnal Matrasain, Vol 9 No.1. 2012, pp. 21-25.