PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN

Download Good Corporate Governance sebagai variabel pemoderasi. Variabel yang ..... Pengaruh Moderasi CSR terhadap Kinerja Keuangan dan Nilai Perusa...

0 downloads 512 Views 251KB Size
PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

Oleh : Handini Tri Hapsari B11.2011.02314 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang Email : [email protected]

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai variabel pemoderasi. Variabel yang digunakan ROA, CSR, dan kepemilikan manajerial. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diproksi dengan nilai Tobin’s Q. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu 15 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu 2009-2013. Teknik penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling. Data diuji menggunakan analisis regresi berganda dan uji hipotesis. Hasil penelitian dengan analisis regresi linier menunjukkan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (t hitung = -3,828 ; sig = 0,000). Sedangkan analisis variabel moderating dengan pengungkapan CSR menunjukkan bahwa pengungkapan CSR tidak mampu memoderasi hubungan antara ROA terhadap nilai perusahaan (t hitung = -0,872 ; sig = 0,386). Kepemilikan manajerial juga bukan merupakan variabel moderating yang mampu memoderasi hubungan antara ROA terhadap nilai perusahaan (t hitung = 0,464 ; sig = 0,644). Selanjutnya secara simultan variabel ROA, interaksi antara ROA dengan CSR, dan interaksi antara ROA dengan Kepemilikan Manajerial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (f hitung = 5,399 ; sig = 0,000). Kata Kunci : Return on Assets (ROA), Corporate Social Responsibiity (CSR), Kepemilikan Manajerial, Tobin’s Q

ABSTRACT This research aims to analyze the influence of the financial performance on firm value with corporate social responsibility disclosure and good corporate governance as moderating variables. The variables used in this research are ROA, CSR, and Managerial Ownership. The firm's value proxy for the value of Tobin's Q. This research uses secondary data that is 15 manufacturing companies listed in the Indonesia Stock Exchange in the period 2009-2013. The sampling technique used is purposive sampling. The data is tested using multiple regression analysis and hypothesis testing. The results shows that by using multiple regression analysis, ROA has a significant effect on firm value (t count = -3.828; sig = 0.000). While moderating variable analysis with CSR disclosure shows that CSR is not able to moderate the relationship between ROA on firm value (t = -0.872; sig = 0.386). The managerial ownership is also not a moderating variable that is able to moderate the relationship between ROA on firm value (t count = 0.464; sig = 0.644). Furthermore, as a simultaneously variable ROA, the interaction between ROA and CSR, the interaction between ROA and Managerial Ownership have a significant influence on firm value (f count = 5.399; sig = 0.000). Keyword : Return on Assets (ROA), Corporate Social Responsibility (CSR), Managerial Ownership, Tobin’s Q PENDAHULUAN Pertumbuhan dan perkembangan perekonomian di Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan pesat, hal itu ditandai dengan munculnya berbagai perusahaan baru yang semakin kompetitif. Perusahaan-perusahaan tersebut saling bersaing hanya untuk sekedar bertahan dalam persaingan bisnis ataupun untuk menjadi yang terbaik sehingga diperlukan inovasi dan strategi dari setiap perusahaan agar mampu menjalankan roda perusahaan untuk terhindar dari kebangkrutan. Setiap pendirian suatu perusahaan pasti memiliki tujuan yang jelas, antara lain tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Dalam jangka pendek tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan pendapatan laba dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan secara keseluruhan, sementara untuk tujuan jangka panjang perusahaan yaitu memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham dengan memaksimalkan nilai perusahaan. Dalam proses memaksimalisasi nilai perusahaan akan muncul konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham (pemilik perusahaan) yang sering disebut agency problem. Tidak jarang pihak manajemen perusahaan yaitu manajer perusahaan mempunyai tujuan dan kepentingan lain yang bertentangan dengan tujuan utama perusahaan dan sering mengabaikan kepentingan pemegang saham, ini mengakibatkan timbulnya konflik yang disebut agency conflict, hal tersebut terjadi karena manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi dari manajer karena apa yang dilakukan manajer tersebut akan menambah biaya bagi perusahaan sehingga menyebabkan penurunan

keuntungan perusahaan dan berpengaruh terhadap harga saham sehingga menurunkan nilai perusahaan (Permanasari, 2010 dalam Retno dan Priantinah, 2012). Perbedaan kepentingan antar manajer dan pemegang saham tersebut menuntut perusahaan untuk mengembangkan dan menerapkan sistem dan paradigma baru dalam pengelolaan bisnis yaitu prinsip-prinsip tata kelola yag baik yaitu Good Corporate Governance (GCG). Indonesia mulai menerapkan GCG sejak penandatanganan letter of intent (LOI) dengan International Monetary Fund (IMF) pada 1998. Salah satu bagian penting LOI adalah pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaanperusahaan di Indonesia. Untuk itu, mereka mempunyai tanggung jawab menerapkan standar GCG yang telah diterapkan di tingkat internasional. Namun, berbagai survei menunjukkan hasil yang belum memuaskan dalam pelaksanaannya. Kebanyakan perusahaan menyadari pentingnya GCG, tapi mereka menerapkan GCG hanya karena dorongan regulasi dan menghindari sanksi yang ada (dikutip dari www.infobanknews.com). Secara keseluruhan konsep corporate governance timbul sebagai upaya untuk mengendalikan atau mengatasi perilaku manajemen yang mementingkan diri sendiri. Corporate givernance menciptakan mekanisme dan alat kontrol untuk memungkinkan terciptanya sistem pembagian keuntungan dan kekayaan yang seimbang bagi stakeholder dan menciptakan efisiensi bagi perusahaan (Nuswandari, 2009). Selain GCG, Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan karena salah satu dasar pemikiran yang melandasi etika bisnis sebuah perusahaan. Semakin banyak perusahaan mengungkapkan CSR dalam laporan tahunan, maka semakin baik pula nilai perusahaan di mata investor, kredtur, ataupun masyarakat. Menurut (Agustina, 2012) Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan wacana yang sedang mengemuka di dunia perusahaan multinasional. Wacana ini digunakan oleh perusahaan dalam rangka mengambil peran menghadapi perekonomian menuju pasar bebas. Namun, belum semua perusahaan di Indonesia menerapkan program corporate social responsibility (CSR) dengan baik, padahal mereka memiliki kemampuan menjalankannya. Menurut Ketua Umum Corporate Forum for Community Development (CFCD) Suwandi, hal ini dapat dilihat dari anggota yang bergabung dalam CFCD bary sebanyak 253 perusahaan , padahal jika melihat regulasinya semua perusahaan yang beroperasi di Indonesia berkewajiban untuk melakukan program CSR. Ketika operasional bisnis mereka menghadapi masalah dengan masyarakat barulah mereka menyadari pentingnya program tersebut. Padahal program CSR harus dirancang dengan strategi yang matang dan berkelanjutan. Program CSR diatur melalui UU No. 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas dan Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 2012 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan Perseroan Terbatas (dikutip dari surabaya.bisnis.com). Perusahaan yang memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan yang bagus akan direspon positif oleh para investor sehingga kinerja keuangan perusahaan akan meningkat dilihat dari laba yang dihasilkan dalam jangka panjang serta meningkatkan nilai perusahaan yang melakukan pengungkapan Corporate Social Responsibility.

Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat oleh calon investor untuk menentukan investasi saham. Bagi sebuah perusahaan, menjaga dan meningkatkan kinerja keuangan adalah suatu keharusan agar saham tersebut tetap eksis dan tetap diminati oleh investor. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan cerminan dari kinerja keuangan perusahaan. Informasi keuangan tersebut memiliki fungsi sebagai sarana informasi, alat pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan, penggambaran terhadap indikator keberhasilan perusahaan dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan (Harahap dalam Mahendra et al, 2012). Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian mengenai ”Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi”. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013 ? 2. Apakah pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) mampu memoderasi hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013 ? 3. Apakah Good Corporate Governance (GCG) mampu memoderasi hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013 ?

LANDASAN TEORI Nilai Perusahaan Tobin’s Q dikembangkan oleh James Tobin (1967) dalam Herawaty (2008). Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi inkremental. Jika rasio Q di atas satu, ini menunjukkan bahwa innvestasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru. Jika rasio Q di bawah satu, investasi dalam aktiva dianggap tidak menarik.

Dimana: Q = nilai perusahaan EMV = nilai pasar ekuitas (EMV = closing price x jumlah saham) D = nilai buku dari total hutang EBV = nilai buku dari total aktiva

EMV diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan (closing price) akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun. Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Brigham & Houston (dalam Retno dan Priantinah, 2012) para manajer diberi kekuasaan oleh pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham untuk membuat keputusan, dimana hal ini menciptakan konflik kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan (agency theory). Hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih indivdu, yang disebut sebagai prinsipal menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut sebagai agen untuk melakukan sejumlah jasa dan medelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepada agen tersebut (Retno dan Priantinah, 2012). Menurut Eisenhardt (dalam Nuswandari, 2009) teori keagenan ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan yang dapat terjadi dalam hubungan keagenan. Pertama adalah masalah keagenan yang timbul pada saat (a) keinginan atau tujuan dari prinsipal dan agen berlawanan, dan (b) merupakan suatu hal yang sulit atau mahal bagi prinsipal untuk melakukan verifikasi tentang apa yang telah benar-benar dilakukan oleh agen. Permasalahannya adalah bahwa prinsipal tidak dapat memverifikasi apakah agen telah melakukan sesuatu secara tepat. Kedua, adalah masalah pembagian resiko yang timbul pada saat prinsipal dan agen memiliki sikap yang berbeda terhadap resiko. Oleh karena itu dibuat kontrak yang diharapkan dapat menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen. Good Corporate Governance Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (dalam Sedarmayanti, 2007) pengertian corporate governance yaitu: “seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola perusahaan), pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Tujuan corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder).”

Teori Legitimasi (Legitimacy Theory) Menurut Haniffa et al (dalam Wien Ika Permanasari, 2010) dalam legitimacy theory perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan juga tergantung dari hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan di mana perusahaan tersebut menjalankan setiap aktivitasnya.

Corporate Social Responsibility Keterkaitan perusahaan dengan daerah lingkungan sosialnya menuntut dipenuhinya pertanggungjawaban sosial perusahaan. Definisi menurut World Council for Suitanable Development dalam Utami (2011) adalah komitmen dari perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan secara meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan masyarakat luas. Pengungkapan CSR berpengaruh pada nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan paradigma enlightened self-interest yang menyatakan bahwa stabilitas dan kemakmuran ekonomi jangka panjang hanya dapat dicapai jika perusahaan melakukan tanggung jawab sosial kepada masyarakat (Ni Wayan Rustiarini dalam Retno dan Priantinah, 2012).

Kinerja Keuangan Return on Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktivitas yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Utami, 2011). Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada (Ang dalam Utami, 2011). Return on Asset (ROA) atau yang sering disebut juga Return on Investment (ROI) diperoleh dengan cara membandingkan net income after tax terhadap average total asset.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran CSR (X2)

GCG (X3)

H2 Kinerja Keuangan (X1)

H3

H1

Nilai Perusahaan (Y)

Berdasarkan kerangka konsep penelitian, maka dirumuskan sembilan hipotesis penelitian sebagai berikut :

H1 H2 H3

: Kinerja keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan : Pengungkapan CSR memoderasi hubungan antara kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan : GCG memoderasi hubungan antara kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. METODE PENELITIAN

Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah perusahan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2012. Sampel Pemilihan sampel dalam penelitin ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan tujuan mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013 dalam kelompok industri manufaktur yang menerbitkan laporan tahunan (annual report) secara berturutturut. 2. Mempunyai periode laporan keuangan yang berakhir 31 Desember dan menggunakan rupiah sebagai mata uang pelaporan. 3. Perusahaan sampel tidak mengalami delisting selama periode pengamatan. 4. Perusahaan sampel memiliki kelengkapan data yang dibutuhkan. Tabel 1. Pemilihan Sampel Penelitian No KRITERIA JUMLAH 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek 147 Indonesia periode 2009-2013 2. Perusahaan yang memiliki periode laporan keuangan (12) yang berakhir 31 Desember 3. Perusahaan yang tidak menggunakan rupiah sebagai (3) mata uang pelaporan 4. Perusahaan yang delisting selama periode 2009-2013 (5) 5. Perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data (92) Perusahaan yang dijadikan sampel penelitian 35 Sumber : Data sekunder yang diolah, tahun 2009-2013

Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang diperoleh secara tidak langsung melainkan melalui perantara.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Pojok Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang akan digunakan adalah laporan tahunan masingmasing perusahaan manufaktur setiap akhir tahun selama periode analisis, yaitu dari tahun 2009 sampai tahun 2013. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Analisis Regresi Linier Berganda Tabel 2. Hasil Perhitungan Uji Analisis Regresi Linear Berganda Coefficientsa

Unstandardized Coefficients Model 1

B (Constant) ROA KM CSR ROA_KM ROA_CSR

Std. Error .670

.148

-2.940

.768

1.730E-5

Standardized Coefficients Beta

T

Sig.

4.521

.000

-.487

-3.828

.000

.000

.018

.138

.891

-.981

.432

-.238

-2.274

.026

.000

.001

.057

.464

.644

-1.591

1.824

-.106

-.872

.386

a. Dependent Variable: TobinsQ

Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel 4.7 di atas maka dapat diperoleh sebuah model persamaan regresi untuk mengetahui faktor-faktor dalam memprediksi nilai perusahaan adalah sebagai berikut: Y = 0,670 – 2,940 ROA + 1.730.10-5 KM – 0,981 CSR + 0,000 ROA.KM – 1,591 ROA.CSR Dari persamaan di atas dapat dijelaskan: 1. Konstanta (nilai mutlak Y) apabila semua variabel independen tidak mengalami perubahan, maka nilai perusahaan (Tobin’s Q) bernilai 0,670. 2. Koefisien regresi ROA sebesar -2,940 menunjukkan angka negatif yang artinya bahwa setiap peningkatan ROA = 1% maka nilai perusahaan turun sebesar 2,940% bila variabel lain konstan. 3. Koefisien regresi KM sebesar 1,730 menunjukkan angka positif yang artinya bahwa setiap peningkatan KM = 1% maka nilai perusahaan naik sebesar 1,730% bila variabel lain konstan. 4. Koefisien regresi CSR sebesar -0,981 menunjukkan angka negatif yang artinya bahwa setiap peningkatan CSR = 1% maka nilai perusahaan turun sebesar 0,981% bila variabel lain konstan.

5. Koefisien moderasi KM sebesar 0,000 menunjukkan angka positif yang artinya bahwa setiap peningkatan KM = 1% maka nilai perusahaan naik sebesar 0,000% bila variabel lain konstan. 6. Koefisien moderasi CSR sebesar -1,591 menunjukkan angka negatif yang artinya bahwa setiap peningkatan CSR = 1% maka nilai perusahaan turun sebesar 1,591% bila variabel lain konstan. Uji Regresi Simultan (Uji F) Tabel 3. Hasil Uji F ANOVAb Model 1

Sum of Squares

Df

Mean Square

F

Regression

1.509

5

.302

Residual

3.801

68

.056

Total

5.310

73

Sig. .000a

5.399

a. Predictors: (Constant), ROA_CSR, ROA, CSR, ROA_KM, KM b. Dependent Variable: TobinsQ

Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel di atas nilai Fhitung sebesar 5.399 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 < 0.05 yang artinya bahwa persamaan semua variabel independen (ROA, KM, dan CSR) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) Tabel 4. Hasil Uji t Coefficientsa

Unstandardized Coefficients Model 1

(Constant) ROA KM CSR ROA_KM ROA_CSR

B

Std. Error .670

.148

Standardized Coefficients Beta

Collinearity Statistics t

Sig.

4.521

.000

Tolerance

VIF

-2.940

.768

-.487

-3.828

.000

.651

1.536

1.730E-5

.000

.018

.138

.891

.621

1.610

-.981

.432

-.238

-2.274

.026

.964

1.037

.000

.001

.057

.464

.644

.694

1.441

-1.591

1.824

-.106

-.872

.386

.710

1.408

a. Dependent Variable: TobinsQ

Sumber : Data sekunder yang diolah

1.

2.

3.

4.

5.

Pengaruh Variabel Kinerja Keuangan Berdasarkan hasil tabel di atas diperoleh hasil bahwa nilai thitung sebesar -3.828 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 diterima, yang artinya bahwa variabel kinerja keuangan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Pengaruh Variabel Kepemilikan Manajerial Berdasarkan hasil tabel di atas diperoleh hasil bahwa nilai thitung sebesar 0,138 dengan nilai signifikansi sebesar 0,891 > 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Pengaruh Variabel CSR Berdasarkan hasil tabel di atas diperoleh hasil nilai thitung sebesar -2,274 dengan nilai signifikansi 0,026 > 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Pengaruh Moderasi Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan Berdasarkan hasil tabel di atas diperoleh hasil bahwa nilai thitung sebesar 0,464 dengan nilai signifikansi sebesar 0,644 > 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2 ditolak, yang artinya bahwa variabel Kepemilikan Manajerial tidak memoderasi kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Pengaruh Moderasi CSR terhadap Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan Berdasarkan hasil tabel di atas diperoleh hasil bahwa nilai thitung sebesar 0,872 dengan nilai signifikansi sebesar 0,386 > 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3 ditolak, yang artinya bahwa variabel CSR tidak memoderasi kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.

Uji Koefisien Determinasi (Uji R2) Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Hasil koefesien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5. Hasil Uji R2 Model Summaryb Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1

.533a

.284

.232

.23644

1.598

a. Predictors: (Constant), ROA_CSR, ROA, CSR, ROA_KM, KM b. Dependent Variable: TobinsQ

Sumber : Data sekunder yang diolah Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) adalah sebesar 0,232 atau 23,2%. Hal ini berarti 23,2% variasi Nilai Perusahaan (Tobin’s Q) dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel independen yaitu ROA, GCG, dan CSR. Sedangkan sisanya sebesar 76,8% ( 100% - 23,2%) dijelaskan oleh variasi lain di luar model.

Pembahasan Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan Dari hasil uji parsial melalui uji t ROA terhadap nilai perusahaan diketahui bahwa ROA berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Di mana nilai signifikansi yang dihasilkan lebih besar dari 0,05 yaitu 0,000. Hasil ini mendukung penelitian dari Muliani et al (2014) dan juga penelitian dari Pertiwi dan Pratama (2012). Hal ini menunjukkan bahwa semakin naik kinerja keuangan maka kemungkinan akan terjadinya kenaikan pula terhadap nilai perusahaan dan sebaliknya semakin menurunnya kinerja keuangan, maka nilai perusahaanpun mengalami penurunan. Dari hasil penelitian menunjukkan para investor melakukan overview suatu perusahaan dengan melihat rasio keuangan sebagai alat evaluasi investasi karena rasio keuangan mencerminkan tinggi rendahnya nilai perusahaan. Jika investor ingin melihat seberapa besar perusahaan menghasilkan return atas investasi yang akan mereka tanamkan, yang dilihat pertama kali adalah rasio profitabilitas. Profitabilitas dalam penelitian ini diproksi melalui Return on Asset (ROA). ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan atau diinvestasikan dalam suatu periode. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas aset dalam memperoleh keuntungan bersih. Rasio ROA adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktivitas yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Muliani et al, 2014). Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati investor karena tingkat keuntungan akan semakin besar. Kinerja perusahaan yang meningkat akan turut meningkatkan nilai perusahaan (Pertiwi dan Pratama, 2012). Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Moderasi CSR Dari hasil pengujian diketahui bahwa pengungkapan CSR tidak mampu memoderasi hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan. Hasil ini mendukung penelitian Nurhayati dan Medyawati (2012). Secara teori, pengungkapan CSR seharusnya dapat menjadi pertimbangan investor sebelum berinvestasi, karena di dalamnya mengandung informasi sosial yang telah dilakukan perusahaan. Informasi tersebut diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk berinvestasi oleh para investor (Retno dan Priantinah, 2012). Akan tetapi, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investor tidak merespon atas pengungkapan CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan. Dalam UU Perseroan Terbatas No 40 Tahun 2007 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan disebutkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Terdapat indikator bahwa para investor tidak perlu melihat pengungkapan CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan karena terdapat jaminan yang tertera pada UU Perseroan Terbatas No 40 Tahun 2007, bahwa perusahaan pasti melakukan CSR dan mengungkapkannya,

karena apabila perusahaan tidak melaksanakan CSR, maka perusahaan akan terkena sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Moderasi GCG Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel KM tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Terbukti dengan nilai signifikansi sebesar 0,644 lebih besar dari 0,05 maka hipotesis ditolak. Hal ini dikarenakan kepemilikan manajerial pada perusahaan manufaktur di Indonesia masih rendah. Rendahnya saham yang dimiliki oleh manajemen perusahaan mengakibatkan pihak manajemen perusahaan belum mampu ikut memiliki perusahaan karena tidak semua keuntungan dapat dinikmati oleh pihak manajemen yang menyebabkan pihak manajemen kurang termotivasi untuk memaksimalkan utilitasnya sehingga merugikan pemegang saham. Serta mengakibatkan pihak manajemen berperilaku oportunistic sehingga merugikan perusahaan, hal ini menyebabkan sebuah konflik keagenan. Hal ini sesuai dengan agency theory yang menyatakan bahwa makin tinggi nilai kepemilikan manajemen maka akan meningkatkan kinerja manajemen dan meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai kepemilikan manajemen yang masih rendah membuat kinerja manajemen juga cenderung rendah sehingga tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak mempengaruhi nilai perusahaan, maka kepemilikan manajerial belum mampu menjadi mekanisme untuk meningkatkan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Nurhayati dan Medyawati (2012) yang menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Nurlela dan Islahudin (2008) yang menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan serta kepemilikan manajerial mampu menjadi mekanisme untuk meningkatkan nilai perusahaan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dari uji signifikan parameter individual variabel kinerja keuangan (ROA) berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kinerja keuangan, maka semakin baik nilai perusahaan tersebut. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor karena tingkat keuntungan akan semakin besar. 2. Dari uji signifikan parameter individual pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) bukan merupakan variabel moderating terhadap hubungan antara ROA dengan Tobin’s Q. Hal ini disebabkan karena adanya UU Perseroan Terbatas No 40 Tahun 2007 yang merupakan indikasi pengungkapan CSR bukan merupakan variabel moderating, karena dalam UU disebutkan bahwa perusahaan

3.

yang berhubungan dengan alam wajib melaksanakan CSR. Oleh karena itu, investor merasa tidak perlu melihat pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan karena perusahaan pasti akan melaksanakan CSR jika tidak menginginkan adanya sanksi perundang-undangan. Dari uji signifikan parameter individual indikator variabel Good Corporate Governance yaitu Kepemilikan Manajerial dalam penelitian ini bukan merupakan variabel moderating terhadap hubungan antara ROA dengan Tobin’s Q. Hal ini disebabkan karena kepemilikan saham oleh manajerial masih rendah dan menyebabkan pihak manajemen kurang termotivasi dan kinerja manajemen menjadi rendah sehingga kepemilikan tidak mempengaruhi nilai perusahaan.

Keterbatasan Dalam penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Beberapa keterbatasan penelitian ini perlu diperbaiki oleh penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Dalam penelitian ini hanya mengambil sampel dari perusahaan manufaktur, karena perusahaan manufaktur yang terdekat kaitannya dengan lingkungan dan merupakan sektor industri terbesar di bursa efek, sehingga tidak mencerminkan reaksi dari pasar modal secara keseluruhan. 2. Penelitian ini hanya memakai ROA sebagai proksi dari salah satu kinerja keuangan, oleh karena itu hasil penelitian ini belum mencerminkan pengaruh kinerja keuangan seutuhnya. 3. Penelitian item pengungkapan CSR bersifat subjektif menurut kepada pandangan peneliti, mungkin akan didapat hasil yang berbeda dari peneliti lainnya. 4. Mekanisme Good Corporate Governance (GCG) yang dilibatkan dalam penelitian ini hanyalah mekanisme kepemilikan manajerial karena keterbatasan data lainnya, oleh karena itu belum mewakili mekanisme GCG secara seutuhnya. 5. Jumlah perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini relatif sedikit sehingga distribusi data menjadi tidak maksimal. Saran Berdasarkan keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini, maka peneliti mengajukan saran dalam upaya perbaikan penulisan untuk penelitian selanjutnya, antara lain : 1. Bagi investor yang ingin menanamkan modalnya pada suatu perusahaan dapat melihat ukuran kinerja keuangan. Karena berdasarkan hasil penelitian, variabel yang berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan adalah kinerja keuangan. Dimana ukuran kinerja keuangan mampu menjadi mekanisme untuk meningkatkan nilai perusahaan. 2. Bagi peneliti selanjutnya, karena dalam penelitian ini variabel independen hanya mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 23,2%. Maka, sebaiknya peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel independen lain dalam penelitiannya seperti ROE (Return on Equity), kepemilikan asing, dewan direksi, dewan komite audit, dan dewan komisaris independen.

3.

4.

5.

Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat memperluas lingkup penelitian, tidak hanya pada perusahaan manufaktur dan periode penelitian ditambah waktunya supaya diperoleh hasil penelitian yang akurat dalam jangka waktu panjang. Bagi peneliti selanjutnya, karena dalam penelitian ini awalnya data tidak normal dan data yang paling banyak di outlier adalah variabel nilai perusahaan, maka disarankan untuk peneliti selanjutnya mengambil pengukuran untuk nilai perusahaan selain Tobin’s Q yaitu PBV (Price Book Value) dan lain-lain. Bagi perusahaan, item pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sebaiknya senantiasa diperbarui agar bisa sesuai dengan kondisi yang ada di masyarakat. DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Silvia. 2012. “Pengaruh Profitabilitas dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Universitas Negeri Padang. Darmawan, Wahyu.2014. Banyak Perusahaan Lakukan CSR Setelah Ada Masalah Dengan Warga. http://surabaya.bisnis.com/read/20141127/21/76387/banyakperusahaan-lakukan-csr-setelah-ada-masalah-dengan-warga Diakses pada 23 Mei 2015 Herawaty, Vinola. 2008. ”Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earning Management Terhadap Nilai Perusahaan”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 10 No. 2, November 2008: 97-108. Imron, Galih Syaiful, et al. 2013. “Pengaruh Kinerja Keuangan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi”. POTENSIO, Volume 18 No. 2 Januari 2013. Kusumadilaga, Rimba. 2010. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating. Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang. Mahendra, Alfredo Dj, Luh GedeSri Artini dan A.A Gede Suarjaya.2012. “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis, dan Kewirausahaan Vol. 6 No. 2. Nurhayati, Miranty dan Medyawati, Henny. 2012. “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance, dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan yang Terdaftar dalam LQ45 Pada Tahun 2009-2011”. Jurnal Akuntansi, Oktober 2012: 1-13. Universitas Gunadarma. Nurlela, Rika dan Islahuddin. 2008. “Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen Sebagai Variabel Moderating”. Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak, 23-24 Juli 2008. Nuswandari, Cahyani. 2009. “Pengaruh Corporate Governance Perception Index Terhadap Kinerja PerusahaanPada Perusahaan yyang Terdaftar di Bursa

Efek Jakarta”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, September 2009, Hal 70-84. Universitas Stikubank Semarang. Permanasari, Wien Ika. 2010. Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institsional, dan Corporate Socil Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang. Rahayu, Sri. 2010. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi. Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang. Retno, Reni Dyah dan Priantinah Denies. 2012. “Pengaruh Good Corporate Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Peruahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010)”. Jurnal Nominal, Vol I No. I Tahun 2012. Universitas Negeri Yogyakarta. Sarjono, Haryadi dan Julianita, Winda. 2014. Structural Equation Modeling (SEM) Sebuah Pengantar, Aplikasi untuk Pengantar Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Sedarmayanti. 2007. Good Governance (Kepemerintahan yang Baik) dan Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik). Cetakan Kesatu. Bandung: Mandar Maju. Simandjuntak, Herris B. 2010. Legal Culture: Kendala Penerapan GCG di Jindonesia..http://www.infobanknews.com/2010/10/legal-culture-kendalapenerapan-gcg-di-indonesia/ Diakses pada: 23 Mei 2015. Utami, Anindyati Sarwindah. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi. Skripsi. Universitas Jember. Yuniasih, Ni Wayan dan Wirakusuma, Made Gede. 2007. “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi”. Universitas Udayana, Bali.