PENGARUH PEMBELAJARAN TUGAS KELOMPOK

Download pengaruh pembelajaran kelompok berdasarkan survei lapangan (outdoor study) ... Kata kunci: outdoor study, tugas kelompok, makalah, hasil be...

0 downloads 482 Views 71KB Size
PENGARUH PEMBELAJARAN TUGAS KELOMPOK BERDASARKAN SURVEI LAPANGAN (OUTDOOR STUDY) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARYA ILMIAH DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MATERI PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN DAN PENANGGULANGANNYA Indah Dwi Kartika Ningrum Universitas Negeri Malang email: [email protected] ABSTRACT: Teachers are required to be more creative in selecting an appropriate model of learning with subject matter that will be applied to the learning objectives can be achieved to the fullest. Learning groups based on field survey affect the ability to write scientific paper and the results of studying geography and population problems of material handling. This is evidenced by the results of studies showing the average value of scientific work on hypothesis testing papers obtained F calculated value (7.114) > F table (4.00) which means there is the influence of group learning based on field survey (outdoor study) of a student's ability in writing scientific papers (papers). While the results of experiments studying Geography class is higher than the control class is indicated by the acquisition of F hitung value (7.114) > F tabel (4.00) which means there is a learning effect of group assignment based on field observations (outdoor study) of Geography student learning output. The study is expected to be used as a reference for teachers in teaching the students more enthusiastic and not get bored in the following learning activities and can be used as a reference for further research in the conduct of research studies related to outdoor study. Keywords: outdoor study, group work, papers, results of study of Geography ABSTRAK: Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan diterapkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Pembelajaran kelompok berdasarkan survei lapangan berpengaruh terhadap kemampuan menulis karya ilmiah dan hasil belajar geografi materi permasalahan kependudukan dan penanggulangannya. Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian yang menunjukkan dengan rata-rata nilai karya ilmiah pada pengujian hipotesis makalah diperoleh nilai F hitung (7,114) > F tabel (4,00) yang berarti ada pengaruh pembelajaran kelompok berdasarkan survei lapangan (outdoor study) terhadap kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah (makalah). Sedangkan hasil belajar Geografi kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol yang ditunjukan dengan perolehan nilai F hitung (7,114) > F tabel (4,00) yang berarti ada pengaruh pembelajaran tugas kelompok berdasarkan survei lapangan (outdoor study) terhadap hasil belajar siswa Geografi. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi guru dalam mengajar agar siswa lebih antusias dan tidak bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran serta dapat dijadikan acuan untuk peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian terkait dengan pembelajaran outdoor study. Kata kunci: outdoor study, tugas kelompok, makalah, hasil belajar Geografi

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan dengan maksud agar proses belajar seseorang atau sekelompok orang dapat berlangsung. Menurut Setyosari (2001:1) ”pembelajaran merupakan suatu usaha manusia yang dilakukan dengan tujuan untuk membantu memfasilitasi belajar orang lain”. Untuk memperoleh pembelajaran yang dapat berjalan secara kondusif, maka harus diciptakan suasana belajar yang dapat mencapai tujuan yang efektif dan efisien. Pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa, artinya siswa dalam pembelajaran di kelas tidak hanya berinteraksi dengan guru saja sebagai salah satu sumber belajar, tetapi bisa menggunakan sumber belajar lain. Permasalahan umum dalam pendidikan di Indonesia yaitu sistem pembelajaran yang kurang baik, misalnya metode pembelajaran yang tidak tepat atau kurang menarik minat siswa. Hal ini akan menyebabkan kurangnya motivasi belajar siswa dan rendahnya hasil belajar siswa. Berbagai usaha telah dilakukan oleh Depdiknas (2004) untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional, mulai dari penyempurnaan kurikulum sampai dengan pembaharuan dalam proses pembelajaran yang dianggap memiliki peranan yang cukup penting dalam usaha meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan nasional. Apabila proses pembelajaran mengalami penurunan, maka hal ini akan berdampak pada mutu dan kualitas pendidikan itu sendiri. Selama ini hasil pendidikan hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal fakta-fakta, meskipun banyak siswa mampu menyajikan tingkat menghafal yang baik terhadap materi yang diterimanya, akan tetapi pada kenyataannya mereka seringkali tidak memahami secara mendalam substansi materi yang dipelajari. Melalui pembaharuan di bidang kurikulum dan pembelajaran tersebut, guru diharapkan dapat mengubah sistem pembelajaran yang awalnya berorientasi pada guru (teacher center) menjadi sistem pembelajaran yang berorientasi pada siswa (student center), mengubah sistem pembelajaran yang awalnya lebih menekankan pada penguasaan materi menjadi sistem pembelajaran yang lebih menekankan pada keterampilan proses dan kemampuan siswa dalam menemukan dan memahami konsep dari materi

pelajaran yang dipelajari. Salah satu faktor pendukung meningkatnya hasil belajar siswa ditentukan oleh cara mengajar seorang guru. Dalam hal ini seorang guru harus bisa menerapkan sistem pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan sebagai berikut. Temuan Cross (1983) dan Robenson (1977) berdasarkan hasil penelitiannya di Lowa dan California mencatat bahwa penghargaan terhadap hasil pembelajaran, menciptakan lingkungan yang mendukung orientasi faktor sosiobudaya dan geografi, dan keberadaan kondisi kependudukan dapat mendatangkan sikap yang positif bagi si belajar. Untuk itu, model pembelajaran yang dilakukan harus terkait dengan keterampilan hidup (life skill) bagi peserta didik. Penyediaan informasi yang inovatif sangat diperlukan bagi suatu pembelajaran yang aktif dan kreatif. Oleh karena itu, informasi harus dirancang dapat mendukung dan meyakinkan bagi si belajar agar belajar lebih aktif, informasi yang akurat dapat memberikan kesempatan yang potensial dan pilihan yang tepat bagi keinginan/ harapan si belajar, informasi yang menyebar dan memadai akan dapat mendukung motivasi belajar serta program pembelajaran. Untuk itu, kondisi konteks sebagai media pembelajaran akan sangat mendukung bagi keberhasilan suatu pembelajaran. Berdasarkan hasil seminar dan lokakarya 1989 di Semarang, Geografi ialah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan. Oleh karena itu, pembelajaran Geografi tidak akan lepas dari lingkungan sebagai objek kajiannya. Dengan kata lain, lingkunganlah yang menjadi sumber belajar Geografi. Temuan penelitian Amirudin, Fatchan, dan Sumarmi (2009) menunjukkan bahwa pembelajaran studi lapang secara kontekstual atau pola outdoor study pada materi pelajaran IPS-Geografi dapat meningkat aktivitas dan kreativitas serta kemampuan menulis karya ilmiah siswa. Karya ilmiah yang dihasilkan utamanya berdasarkan data dan fakta yang mereka (siswa) jumpai di lapangan. Selanjutnya,

apabila kajian lapangnya dilakukan di daerah yang sering terjadi bencana alam, di dalam karya tulisan para siswa itu menunjukkan adanya beberapa alternatif pemecahan masalah yang lebih operasional sejalan dengan apa yang mereka amati di lapangan. Dampak selanjutnya adalah menimbulkan kekritisan dan keberanian siswa ketika mengikuti pelajaran Geografi di kelas. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan 10 orang siswa kelas VIII IPS SMP Negeri 1 Durenan cenderung dari mereka mengatakan bahwa mata pelajaran IPS Geografi sangat membosankan karena terlalu banyak konsep yang harus dihafalkan (banyak hafalan) oleh siswa, siswa juga banyak yang kurang memahami tentang kegunaan, manfaat dan penerapan pelajaran geografi dalam kehidupan sehari-hari. Mengenai pembelajaran di luar kelas dan survei jarang dilakukan. Hasil wawancara juga dilakukan oleh peneliti dengan Ibu Harini, S.Pd selaku guru mata pelajaran IPS Geografi kelas VIII SMP Negeri 1 Durenan mengatakan bahwa siswa memiliki motivasi dan pemahaman yang rendah dalam mempelajari Geografi. Hal ini dibuktikan pada saat pembelajaran berlangsung siswa hanya duduk, mendengarkan, mencatat bahkan ada sebagian siswa yang diam dengan keadaan ngantuk sehingga siswa terlihat kurang aktif belajar mencapai 64,04%, sedangkan siswa yang aktif belajar mencapai 35,96% dalam kelas. Faktor ini dikarenakan kegiatan pembelajaran cenderung tidak membuat siswa bermotivasi dalam pembelajaran karena mayoritas guru menggunakan model pembelajaran ceramah (indoor study) dalam kegiatan pembelajaran dari pada model yang lainnya. Selain itu suasana belajar yang monoton akan membuat siswa enggan dalam mengikuti pelajaran. Peran guru sangat penting dalam tercapainya kegiatan pembelajaran. Guru diharapkan dapat menciptakan suasana yang menyenangkan saat proses pembelajaran berlangsung sehingga siswa antusias terhadap materi yang disampaikan. Disini guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi pelajaran dengan memilih metode pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk setiap materi pelajaran yang akan diajarkan.

Salah satu upaya untuk dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS Geografi adalah dengan menerapkan metode pembelajaran survei lapangan (outdoor study) ialah suatu model dimana guru mengajak siswa belajar di luar kelas untuk melihat peristiwa langsung di lapangan dengan tujuan untuk mengakrabkan siswa dengan lingkungannya. Melalui metode pembelajaran survei lapangan (outdoor study), lingkungan di luar sekolah dapat digunakan sebagai sumber belajar. Peran guru disini adalah sebagai motivator, artinya guru sebagai pemandu agar siswa belajar secara aktif, kreatif dan akrab dengan lingkungaan. Metode pembelajaran survei lapangan (outdoor study) pada pengajaran menjadi sarana memupuk kreatifitas inisiatif kemandirian, dan kerjasama atau gotong royong pada materi pelajaran. Temuan Gaer (1998) dalam Fatchan; Purwito; Marhadi; dan Sukamto (2005) disebutkan bahwa pembelajaran berbasis proyek senantiasa harus merupakan penerapan pola pembelajaran kontekstual. Dalam aplikasi pembelajaran berbasis proyek ini si belajar cenderung menjadi aktif dan kreatif. Sementara guru atau instruktur berposisi di belakang (sebagai fasilitator) pembelajaran dan si belajar menjadi cenderung lebih berinisiatif, guru lebih mudah dalam mengevaluasi kebermaknaan hasil belajar, dan evaluasi dapat dilakukan secara realitis yang terkait dengan kehidupan sehari-hari si belajar. Selanjutnya, hal itu diperjelas oleh temuan Fatchan; Purwito;Marhadi; dan Sukamto (2005) bahwa hasil pembelajaran yang dilakukan pada mahasiswa Geografi yang menggunakan model pendekatan berbasis proyek dapat menciptakan pola pembelajaran yang bersifat kolaboratif, inovatif, unik, dan berfokus pada pemecahan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan dan atau kehidupan sehari-hari para peserta didik. Namun demikian, pola pembelajaran ini mempunyai kelemahan antara lain bahwa pola pembelajaran ini membutuhkan waktu yang relatif lebih panjang atau lebih lama, tugas atau pekerjaan yang diberikan terkadang kurang pas dengan konteks kehidupan si belajar. Hal ini, kurang mampunya peserta didik dalam upaya mengeksplorasi hasil belajar yang mereka kerjakan. Hal ini dipertegas dengan temuan Basmajian (1978) dalam Lawson (1992) yang mencatat para mahasiswa akan mempunyai penalaran formal pada perkuliahan

Biologi bila perkuliahan dilakukan melalui media audio dan tutorial. Mahasiswa yang mempunyai penalaran formal umumnya dapat lebih menguasai materi perkuliahan daripada mahasiswa yang mempunyai penalaran konkrit. Selanjutnya, demikian halnya pada para mahasiswa yang mempunyai keterampilan pratik laboratorium atau praktik di lapangan akan lebih mampu berpikir kritis. Hal ini diperkuat oleh Fatchan, et-all (2004), berdasarkan hasil riset kerjasama dengan Plan Internasional Indonesia, mencatat bahwa pembelajaran di tingkat sekolah dasar yang menggunakan pendekatan pembelajaran berdasarkan konteks kondisi lingkungan dan penyertaan orang tua siswa dalam membantu proses belajar menjadikan keajegan belajar di sekolah lebih baik, hasil belajar cenderung lebih baik, aktivitas siswa semakin meningkat, kepedulian siswa dan orang tua tentang pembelajaran dan pendidikan anak juga semakin baik. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian ini menggunakan desain eksperimental atau semu (Quasi Experimenal design) dengan pola the nonequivalent pre post control grup desaign (Best, 1981: 73). Best menjelaskan “The design is often used in classroom experiments when experimental and control groups are such naturally assembled groups as intact classes which may be similar”. Desain penelitian ekperimen kuasi dirancang untuk mengetahui pengaruh pembelajaran tugas kelompok berdasarkan survei lapangan (outdoor study) terhadap kemampuan menulis karya ilmiah dan hasil belajar geografi materi permasalahan kependudukan dan penanggulangannya dibandingkan dengan pembelajaran tugas kelompok berdasarkan pembelajaran di kelas dengan menggunakan media data monografi desa Durenan terhadap kemampuan menulis karya ilmiah dan hasil belajar Geografi materi permasalahan kependudukan dan penanggulangannya (salah satu bentuk indoor study). Variabel yang akan diukur dalam perbedaan tersebut, yaitu kualitas karya ilmiah dan hasil belajar Geografi peserta didik. Antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sama-sama akan mendapat perlakuan pembelajaran, maka keduanya (kelompok kontrol dan kelompok eksperimen) disebut

sebagai kelompok eksperimen. Pada kelas VIII H (kelompok eksperimen) siswa akan diberi tugas untuk mencari data tentang materi kependudukan di kantor desa durenan dan melakukan wawancara pada masyarakat lingkungan sekitar berkaitan dengan kependudukan yang kemudian dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan karya ilmiah (makalah). Sebelum wawancara, guru akan memberikan kisi-kisi tentang materi yang perlu ditanyakan siswa kepada masyarakat lingkungan sekitar yang berkaitan dengan kependudukan. Sedangkan untuk kelas VIII G ( kontrol), guru akan memberikan data monografi desa durenan serta materi yang berkaitan dengan kependudukan berdasarkan handout (buku paket) yang digunakan sebagai pendukung pembelajaran. Semua analisis data akan dibantu dengan penghitungan yang menggunakan jasa komputer dengan program SPSS by Windows. Pelaksanaan penelitian eksperimen kuasi ini menggunakan desain nonequivalent (pre-test dan post-test) control-group design, seperti yang disarankan oleh Creswell (2002). Dimana kedua kelompok eksperimen diukur variabel dependennya (pre-test), kemudian diberikan stimulus dan diukur variabel dependennya (post-test), sebagai berikut: a. Hasil Belajar ---------------------------------------------------------O1

X1

O2

---------------------------------------------------------O1

X2

O2

----------------------------------------------------------

b. Karya Ilmiah (Makalah) ----------------------------------------------------------

X1

O2

----------------------------------------------------------

X2

O2

----------------------------------------------------------

Keterangan: O1 = Uji awal (pre-test) O2 = Uji akhir (post-test) X1 = Pembelajaran indoor (kelas kontrol) X2 = Pembelajaran outdoor (kelas eksperimen) Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Durenan Jalan Raya Durenan Trenggalek. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 DurenanTrenggalek. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII G dan VIII H. Pengambilan sampel disini dilakukan dengan mengambil rata-rata nilai rapot untuk menentukan dua kelas yang homogen dari sembilan jumlah kelas yang ada. Kemudian untuk menentukan kelas yang akan diberi perlakuan kelompok eksperimen atau kelompok kontrol, disini peneliti melakukan pengacakan pada dua kelas yang memiliki kemampuan hampir sama atau homogen yang telah terpilih. Sehingga berdasarkan pengacakan tersebut terpilih kelas VIII H sebagai kelas eksperimen dan VIII G sebagai kelas kontrol. Kelas VIII H (kelas eksperimen) memperoleh perlakuan pembelajaran tugas kelompok berdasarkan survei lapangan (outdoor study) terhadap kemampuan menulis karya ilmiah dan hasil belajar geografi materi permasalahan kependudukan dan penanggulangannya dan kelas VIII G (kelas kontrol) memperoleh perlakuan metode pembelajaran pemberian tugas kelompok berdasarkan pembelajaran di kelas yang menggunakan data monografi penduduk desa Durenan dan hand out pendukung pembelajaran (salah satu bentuk indoor study) terhadap kemampuan menulis karya ilmiah dan hasil belajar geografi materi permasalahan kependudukan dan penanggulangannya. ANALISIS DATA Hasil penelitian ini didasarkan pada pengolahan data primer yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam penulisan karya ilmiah (makalah) dan hasil belajar geografi. Data hasil kemampuan siswa dalam penulisan karya ilmiah (makalah) berasal dari nilai karya ilmiah (makalah) yang akan

dikumpulkan oleh siswa, sedangkan hasil belajar geografi akan diperoleh dari hasil nilai pre-test dan post-test. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data dimana sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan analisis soal untuk mengetahui apakah soal sudah baik atau harus direvisi. Butiran soal ini terdiri dari 10 tes obyektif dan 5 tes esai yang akan digunakan untuk pre-test dan post-test. Masing-masing soal telah diuji validitas isi, tingkat kesukaran, reliabilitas serta daya bedanya. Berdasarkan pengujian pre-test dan post-test yang diberikan untuk mengukur hasil belajar Geografi sudah memenuhi validitas isi, serta reliabilitas tergolong tinggi, yaitu 0,784 untuk tes obyektif dan 0,660 untuk tes esai. Uji tingkat kesukaran butir soal pre-test dan post-test menunjukkan 60% tingkat kesukaran yang baik dan 40% kurang baik. Sedangkan untuk hasil uji daya beda butir soal pre-test dan post-test menunjukan daya beda butir soal baik sekali sebesar 40%, baik sebesar 40%, cukup sebesar 20%. Dengan demikian berdasarkan analisis tingkat kesukaran dan daya beda butir soal pre-test dan post-test telah memenuhi syarat sebagai soal tes yang baik. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kemampuan Menulis Karya Ilmiah Berdasarkan hasil analisis data karya ilmiah (makalah) menunjukkan bahwa rata-rata nilai karya ilmiah yang dimiliki oleh kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai perbedaan yang tinggi yaitu 242,73 dengan kriteria tinggi untuk kelas eksperimen dan 197,71 dengan kriteria rendah untuk kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan penulisan karya ilmiah (makalah) kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Sedangkan hasil pengujian anova makalah diperoleh hasil F hitung (7,114) > F tabel (4,00) yang berarti ada pengaruh pembelajaran kelompok berdasarkan survei lapangan (outdoor study) terhadap kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah (makalah) pada materi permasalahan kependudukan dan penanggulangannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelompok eksperimen mempunyai kepekan (peduli pada lingkungan) yang lebih dalam menanggapi suatu peristiwa di lapangan karena mereka dihadapkan langsung dengan permasalahan yang

terjadi di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka dibandingkan kelas kontrol yang hanya mendapat perlakuan berdasarkan data monografi dan penggambaran dari pengajaran materi di dalam kelas (indoor study) yang menyebabkan siswa kelas kontrol memiliki keterbatasan dalam mengembangkan pengetahuannya tentang kependudukan sehingga mereka kurang mampu memecahkan masalah kependudukan secara riil di lapangan. Hal ini diperkuat dengan temuan Tim Dosen Geografi (1995) juga menyebutkan pembelajaran mahasiswa Geografi yang melakukan pengamatan terhadap obyek sesungguhnya lebih unggul dalam hal: tidak hanya perolehan hasil belajar. Tetapi juga keterampilan dan keberanian menulis, berpendapat, berdebat, dan memberikan suatu solusi terhadap masalah yang ditemukan mahasiswa dibanding pembelajaran di kelas dengan menggunakan media audiovisual aids. Selain itu, dalam pelaksanaan pembelajaran tugas kelompok berdasarkan survei lapangan (outdoor study) terhadap kemampuan menulis karya ilmiah ini terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihannya antara lain: 1. Mengembangkan daya kreatif siswa dalam penyusunan karya ilmiah. 2. Memupuk rasa kerjasama, tanggung jawab dan menghargai pendapat antar siswa satu kelompok dalam penyelesaian tugas makalah. 3. Meningkatkan kepedulian dan penalaran siswa dalam melihat serta memecahkan masalah kependudukan di lingkungannya secara riil sehingga daya pikir siswa menjadi berkembang. 4. Siswa dapat mengetahui manfaat dan penerapan pelajaran geografi materi kependudukan dalam kehidupan sehari-hari karena dalam hal ini siswa langsung melakukan pembelajaran di lapangan dengan mengetahui objek materi pelajaran yang sesungguhnya. Berikut kelemahan pembelajaran tugas kelompok berdasarkan survei lapangan antara lain: 1. Guru kurang bisa mengawasi siswa dalam melakukan survei lapangan karena survei dilakukan mandiri secara berkelompok.

2. Pada penugasan pembuatan karya ilmiah (makalah) masih sulit dikontrol apakah semua anggota kelompok ikut serta dalam mengerjakan karya ilmiah (makalah) atau hanya beberapa siswa dalam satu kelompok saja yang aktif mengerjakan Dalam penelitian ini diperoleh temuan bahwa kelas eksperimen (outdoor study) lebih unggul dibandingkan kelas kontrol (indoor study) dikarenakan pembelajaran kelompok berdasarkan survei lapangan (outdoor study) dapat mengembangkan daya kreatif siswa sehingga siswa lebih tanggap dalam pemecahan masalah berdasarkan fakta yang mereka jumpai di lapangan. Selain itu tema dari penulisan karya ilmiah merupakan permasalahan kependudukan yang sudah tidak asing lagi terjadi di lingkungan masyarakat yang akan lebih mudah dipelajari oleh siswa dalam memecahkan permasalahan secara riil yang mereka tuangkan dalam penulis karya ilmiah (makalah) yang diperkuat oleh temuan penelitian Amirudin, Fatchan, dan Sumarmi (2009) menunjukkan bahwa pembelajaran studi lapang secara kontekstual atau pola outdoor study pada materi pelajaran IPS-Geografi dapat meningkat aktivitas dan kreativitas serta kemampuan menulis karya ilmiah siswa. Karya ilmiah yang dihasilkan utamanya berdasarkan data dan fakta yang mereka (siswa) jumpai di lapangan.

B. Hasil Belajar Geografi Sebelum diberi perlakuan kedua kelas penelitian dipilih berdasarkan rata-rata nilai raport yang homogen. Sehingga diperoleh kelas G sebesar 78,5 dan kelas H sebesar 79,7 yang kemudian dilakukan pengacakan untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari pengacakan tersebut diperoleh kelas H (kelas eksperimen) dan kelas G (kelas kontrol). Selanjutnya kedua kelas diberi pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Pada rata-rata hasil pre-test menunjukkan bahwa nilai pretest kelas kontrol lebih tinggi dari kelas eksperimen yaitu sebesar 54, 27 untuk kelas eksperimen dan 61, 91 untuk kelas kontrol. Namun berdasarkan hasil analisis data kemampuan akhir siswa (post-test) setelah diberi perlakuan nilai kelas eksperimen (outdoor study) lebih tinggi dari kelas kontrol (indoor study), yaitu kelas eksperimen sebesar 76,6 dan kelas

kontrol 75,4. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar antara kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol. Peningkatan hasil belajar dengan presentase sebesar 16,20% untuk pembelajaran tugas kelompok berdasarkan survei lapangan (outdoor study) dan sebesar 14,70% untuk pembelajaran tugas kelompok berdasarkan data monografi (indoor study). Berdasarkan hasil uji gain skor dengan menggunakan one way anova terlihat nilai signifikansi 0,003 < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gain score berbeda secara signifikan sehingga hasil belajar Geografi kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol yang ditunjukan dengan perolehan nilai Fhitung (7,114) > Ftabel (4,00) yang berarti ada pengaruh pembelajaran tugas kelompok berdasarkan survei lapangan (outdoor study) terhadap hasil belajar siswa Geografi. Hal ini dikarenakan pembelajaran survei lapangan (outdoor study) dapat meningkatkan keaktifan dan penalaran siswa terhadap materi pelajaran yang akan dikaitkan dengan permasalahan kependudukan di lingkungan sekitar sehingga akan berpengaruh pada penalaran siswa dalam menjawab pertanyaan. Beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan sebagai berikut. Temuan Cross (1983) dan Robenson (1977) berdasarkan hasil penelitiannya di Lowa dan California mencatat bahwa penghargaan terhadap hasil pembelajaran, menciptakan lingkungan yang mendukung orientasi faktor sosiobudaya dan geografi, dan keberadaan kondisi kependudukan dapat mendatangkan sikap yang positif bagi si belajar. Untuk itu, model pembelajaran yang dilakukan harus terkait dengan keterampilan hidup (life skill) bagi peserta didik. Penyediaan informasi yang inovatif sangat diperlukan bagi suatu pembelajaran yang aktif dan kreatif. Selain itu pembelajaran kelompok berdasarkan survei lapangan (outdoor study) dapat meningkatkan motivasi belajar sehingga siswa akan lebih antusias mengikuti materi pelajaran. Pembelajaran secara kelompok ini akan mempermudah siswa untuk belajar karena ada kalanya siswa lebih mudah belajar dari temannya sendiri, adapula siswa yang lebih mudah belajar karena harus mengajari atau melatih temannya sendiri dengan mengamati obyek pembelajaran secara langsung (outdoor

study) di lapangan sehingga siswa dapat berdiskusi dengan kelompoknya serta dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang materi secara riil yang akan meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini diperkuat oleh temuan Fatchan dan Purwanto (2007) menunjukkan bahwa secara kontekstual atau pembelajaran studi lapang langsung pada kasus daerah yang dilanda bencana alam untuk para siswa SMP atau pola outdoor study pada materi pelajaran IPS-Geografi dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas serta hasil belajar siswa. Selain itu, menimbulkan kekritisan dan keberanian siswa ketika mengikuti pelajaran Geografi di kelas yang akan meningkatkan hasil belajar Geografi siswa karena sumber belajar yang berasal dari lingkungan sekitar tempat tinggal mereka, membuat siswa dapat menyelesaikan soal pre-test dan post-test dengan baik sehingga memperoleh hasil belajar Geografi yang maksimal. Hal ini diperkuat dengan temuan, Fatchan et-all (2004) bahwa pendekatan pembelajaran berdasarkan konteks kondisi lingkungan membantu hasil belajar cenderung lebih baik.

PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan sebelumnya diperoleh kesimpulan bahwa: 1. Pembelajaran tugas kelompok berdasarkan survei lapangan (outdoor study) berpengaruh terhadap kemampuan menulis karya ilmiah siswa SMP Negeri 1 Durenan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran survei lapangan (outdoor study) menjadikan berkembangnya daya kreatif, pemahaman, dan penalaran siswa terhadap kondisi dan permasalahan yang menyangkut lingkungan sekitar yang ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam pembuatan karya ilmiah (makalah). 2. Pembelajaran tugas kelompok berdasarkan survei lapangan (outdoor study) berpengaruh terhadap hasil belajar Geografi siswa SMP Negeri 1 Durenan. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran survei lapangan (outdoor study) menjadikan

siswa sebagai pelaku aktif dalam belajar sehingga keajegan belajar di sekolah lebih baik, meningkatnya pengetahuan, motivasi dan aktivitas siswa yang ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah diuraikan, maka peneliti ingin memberikan saran di antaranya: 1. Penelitian di SMP Negeri 1 Durenan menunjukan bahwa pembelajaran tugas kelompok berdasarkan survei lapangan (outdoor study) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam penulisan karya ilmiah sehingga ada baiknya jika pembelajaran ini diterapkan pada tingkat pendidikan seperti SMA maupun tingkat pendidikan SD dalam mengasah dan meningkatkan berkembangnya daya kreatifitas siswa yang dapat dituangkan dengan penulisan karya ilmiah (makalah). Mengingat ada kelemahan dalam penelitian eksperimen, bagi peneliti lanjut dapat mengembangkan instrument seperti mengembangkan pedoman kisi-kisi wawancara untuk siswa pada saat melakukan survei lapangan serta pada penugasan makalah secara kelompok dapat juga diberi deskripsi kerja untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok ikut serta atau aktif dalam pengerjaan makalah. 2. Pembelajaran tugas kelompok berdasarkan survei lapangan (outdoor study) dapat meningkatkan hasil belajar Geografi khususnya pada materi permasalahan kependudukan dan penanggulangannya sehingga pembelajaran ini dapat diterapkan sebagai alternatif dan referensi guru dalam mengajar agar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran dan untuk menghindari kebosanan siswa pada saat kegiatan pembelajaran. Selain itu sebaiknya sekolah perlu mendukung guru dalam pelaksanaan pembelajaran outdoor study ini dengan memberikan kebijakan misalnya menyediakan peralatan yang digunakan untuk keperluan survei lapangan. Namun dalam hal ini guru juga diharapkan dapat mengelola waktu sebaik-baiknya mengingat pembelajaran tugas kelompok berdasarkan survei lapangan (outdoor study) memerlukan waktu yang cukup banyak agar proses pembelajaran berjalan sesuai dengan yang diinginkan.

DAFTAR RUJUKAN Amirudin, Achmad; Ach. Fatchan; Budijanto. 2006. Pengembangan Model Pendidikan Keterampilan Hidup (Life Skill) bagi Anjal dengan Menggunakan Chain of Response. Dirjen Dikti, DP2m, Jakarta: Lemlit UM-Malang. Arikunto, Suharsimi. 1989. Manajemen Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Fatchan, Ach; Hendri Purwito; Marhadi, SK; Hadi Sukamto. 2005. Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek bagi Mahasiswa Jurusan Geografi UMMalang. Dirjen Dikti, DP2M, Jakarta-Lemlit UM –Malang, Malang. Fatchan, Ach., et-all. 2004. Evaluasi Transformasi Pendidikan Dasar di Lombok Timur. Lemlit UM-Plan Internasiaonal Indonesia, Malang, Surabaya. Cross, K Patricia. 1996. Adult as Learning: Implications for Increasing Participasions. Edisi Kedua. San Fransisco: Jossey Bass Publisher. Plan Internasional Indonesia. 2003. Transformasi Pendidikan Anak SD. Surabaya: Plan Internasional Indonesia. Tim Revisi PPKI. 2010. Pedoman Penulisan Karya Imiah. Malang: UM Press.