PENGARUH PERBEDAAN METODE EKSTRAKSI TERHADAP

Download Metode ekstraksi dapat mempengaruhi komponen kimia dalam suatu ekstrak tanaman. Pada penelitian ini telah dilakukan uji penentuan kadar fen...

0 downloads 493 Views 84KB Size
SCIENTIA VOL. 6 NO. 2, AGUSTUS 2016

PENGARUH PERBEDAAN METODE EKSTRAKSI TERHADAP KANDUNGAN FENOLAT TOTAL EKSTRAK DAUN PILADANG (Solenostemon scutellarioides (L.) Codd) Verawati, Afdhil Arel, Rucita Arfianisa Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis Padang Email : [email protected]

ABSTRAK Metode ekstraksi dapat mempengaruhi komponen kimia dalam suatu ekstrak tanaman. Pada penelitian ini telah dilakukan uji penentuan kadar fenolat total dari daun piladang (Solenostemon scutellarioides (L.) Codd). yang diekstraksi dengan beberapa cara. Metode ekstraksi yang dilakukan antara lain cara tradisional (peremasan dan perebusan) dan ekstraksi laboratorium (sokletasi dan maserasi). Kadar fenolat total ekstrak daun piladang diperoleh dengan metode Folin-Ciocalteu dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visible. Asam galat diukur pada panjang gelombang maksimum 758 nm. Kadar fenolat dinyatakan dalam mg setara asam galat / gr ekstrak. Perolehan kadar fenolat tertinggi oleh sokletasi daun kering 376,5979 mg/g, diikuti oleh maserasi daun kering 356,7619 mg/g, sokletasi daun segar 333,1509 mg/g, maserasi daun segar 293,3015 mg/g, rebusan daun segar 216,3534 mg/g, sari remasan 77,3158 mg/g, rebusan daun kering 69,3957 mg/g. Kata Kunci : Solenostemon scutellarioides, Piladang, fenolat, ekstraksi

ABSTRACT The extraction method can affect profile of chemical compound in plant extract. This research had been done to determine total phenolic compound from piladang leaves (Solenostemon scutellarioides (L.) Codd) with several extraction methods. There are two extraction methods that are traditional method (crushing and boiling) and laboratory method (soxhletation and maceration). Total phenolic compounds were determined by Folin Ciocalteu method with spectrophotometer UV-Vis at maximum wavelength 758 nm. Phenolic content was expressed in mg galic acid equivalent/g extract. The highest phenolic content was found 376,5979 mg/g in soxhletation of dried leaves, followed bymaceration of dried leaves 356,7619 mg/g, soxhletation of fresh leaves 333,1509 mg/g, macerated of dried leaves 293,3015 mg/g, boiled of fresh leaves 216,3534 mg/g crushing 77,3158 mg/g, boiled of dried leaves 69,3957 mg/g. Based on statistic analysis using SPSS 16 with on way ANOVA method, there are significantly different for phenolic content from each extraction method. Keywords : Solenostemon scutellarioides, Piladang, fenolat, ekstraksi

PENDAHULUAN Piladang (Solenostemon scutellarioides (L.) Codd) merupakan obat tradisional yang sudah digunakan oleh masyarakat di berbagai wilayah di indonesia. Berdasarkan eksplorasi

ISSN : 2087-5045

tumbuhan obat oleh Zulfahmi (2010) dinyatakan bahwa daun piladang digunakan sebagai obat ambeien, diabetes melitus, demam, diare (sakit perut), datang bulan terlambat, dan bisul. Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Verawati (2015) daun piladang mempunyai aktivitas

79

SCIENTIA VOL. 6 NO. 2, AGUSTUS 2016

antioksidan serta mengandung fenolat dan flavonoid. Daun piladang (Solenostemon scutellarioides (L.) Codd) diketahui mengandung senyawa seperti minyak atsiri, fenolat, tanin, lemak, phytosterol, kalsium oksalat, alkaloid, etil salisilat, metal eugenol, timol dan karvakrol, mineral (Dalimarta, 2008). Profil komponen kimia dari ekstrak tumbuhan obat dapat dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah pemilihan metode ekstraksi. Metode yang berbeda akan menghasilkan profil kimia yang berbeda pula. Pada penelitian ini akan diperiksa pengaruh metode ekstraksi terhadap kadar fenolat total ekstrak daun piladang. Metode ekstraksi dibedakan atas 2 kelompok yaitu metode tradisional (peremasan dan perebusan) dan metode laboratorium (sokletasi dan maserasi). Kadar fenolat total ekstrak daun piladang ditentukan dengan metoda folin-Ciocalteu.

METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan: seperangkat alat Spektro UV-VIS (PG+92 UV-Visible), rotary evaporator (IKA), seperangkat alat sokletasi, panci, beaker glass 1L dan 250 mL, pipet tetes, gelas ukur 50 mL,timbangan analitik, botol, kertas saring, corong, oven, spatel, tabung reaksi, elenmeyer 250 mL, vial, pinset, blender, kapas, labu ukur 10 mL. Bahan- bahan yang digunakan: daun piladang (Solenostemon scutellarioides (L.) Codd), air, kloroform, etanol 70%, etanol 96%, FeCl3, asam galat, metanol, natrium karbonat, reagen Folin-Ciocalteu, kertas saring, corong. Pengumpulan dan Identifikasi Sampel Daun Piladang Daun piladang diambil di daerah Kandang Ampek Kabupaten Padang Pariaman. Sampel diidentifikasi di Herbarium ANDA Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Andalas, Padang dan telah dinyatakan sebagai daun piladang ISSN : 2087-5045

(Solenostemon scutellarioides (L.) Cood) famili Lamiaceae dengan nomor identifikasi 048/K-ID/ANDA/III/2016. Ekstraksi Daun Piladang Sampel berupa daun piladang sebanyak 1 kg. Sebagian daun piladang 600 g dikering anginkan hingga bisa dipatahkan dengan jari. dari 600 diperoleh 140 g daun kering (pengeringan 23,33%). Daun kering kemudian diserbukkan. Cara Tradisional : a) Peremasan Sampel segar diambil sebanyak 20 g dengan pelarut air 10 ml. Dilakukan peremasan hingga didapatkan ekstrak kemudian disaring filtrat. Dimasukkan kedalam labu ukur 25 ml hingga tanda batas dengan aquadest. Dipipet 10 ml filtrat dalam cawan penguap dan dikeringkan dengan menggunakan hot plate skala 4 untuk mengkonversikan bobot ekstrak yang diperoleh. b) Perebusan Sampel daun piladang (segar dan kering) masing-masing sebanyak 20 g penyarian perebusan dengan menggunakan pemanasan air 200 ml (1 : 10) pada suhu 90o C selama 15 menit pemanasan. Saring filtrat dan masukkan ke labu ukur 100 ml hingga tanda batas. Dipipet 10 ml filtrat dalam cawan penguap dan dikeringkan dengan menggunakan hot plate skala 4 untuk mengkonversikan bobot ekstrak yang diperoleh. Ekstraksi laboratorium a) Maserasi Sampel daun piladang 20 g serbuk kering dan sampel segar dipotong. Maserasi dengan etanol selama 24 jam. Sesekali diaduk hingga warna sampel menjadi pucat. Maserat disaring dan filtrat diuapkan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental. b) Sokletasi Sampel daun piladang 20 g (segar dan kering) masing-masing disokletasi dengan etanol. Sari sokletasi disaring dan filtratnya diuapkan dengan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental. 80

SCIENTIA VOL. 6 NO. 2, AGUSTUS 2016

Karakteristik Ekstrak a. Organoleptis; Pemeriksaan organoleptis meliputi bentuk, warna, bau dan rasa. (Depkes RI, 2008) b. Rendemen Ekstrak (Depkes RI, 2008)

dan metode ekstraksi yang paling tepat untuk memperoleh kandungan fenolat tertinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN Rendemen %

c.

Berat ekstrak yang diperoleh x 100% Berat sampel daun segar/kering

Identifikasi Fenolat Total; Letakkan 1-2 tetes lapisan air pada plat tetes, kemudian tambahkan 1-2 tetes pereaksi FeCl3, terbentuknya warna biru menandakan adanya kandungan fenolat (Harborne, 1987).

Penentuan Kandungan Fenolat Total (Poumorad, F at al , 2006) Pipet 0,5 ml larutan standar asam galat (40, 60, 80, 100, 120 µg/ml) dan larutan masing-masing ekstrak piladang lalu tambahkan 5 ml pereaksi Folin-Ciocalteu (diencerkan 1: 10 aquadest), 4 ml larutan natrium karbonat 1M, dikocok homogen, biarkan pada suhu kamar selama 15 menit dan ukur serapan panjang gelombang 743 nm dengan spektrofotometer UV-Vis. Data serapan dan konsentrasi asam galat digunakan untuk membuat kurva kalibrasi sehingga diperoleh persamaan regresi y = a + bx. Nilai serapan dari masing-masing larutan ekstrak dimasukkan dalam perasamaan regresi sehingga diperoleh kadar fenolat total. Tiap sampel dilakukan pengulangan 3 kali. Data penelitian diolah dengan menggunakan analisa statistik sehingga dapat diketahui adanya pengaruh metode ekstraksi terhadap kandungan fenolat total

Pemanfaatan daun piladang sebagai obat tradisional di masyarakat dilakukan dengan pengolahan sederhana yaitu dengan peremasan daun segar dan perebusan. Proses ini menggunakan pelarut air sehingga hanya senyawa yang bersifat polar saja akan tersari. Perebusan memiliki kelemahan lain yaitu tidak cocok untuk zat-zat yang bersifat termolabil dan dapat mengakibatkan terjadinya proses hidrolisis pada senyawasenyawa ester. Metode ekstraksi laboratorium yang dipilih dalam penelitian ini adalah maserasi (ekstraksi dingin) dan sokletasi (ekstraksi panas). Maserasi merupakan proses ekstraksi sederhana tanpa memerlukan wadah khusus dan dengan sesekali pengadukan. Sedangkan sokletasi merupakan proses ekstraksi dalam wadah soklet menggunakan pemanasan dan hemat pelarut. Pelarut yang digunakan untuk kedua metode adalah etanol. Daun piladang yang digunakan ada dalam bentuk segar dan bentuk serbuk daun kering. Terhadap masing-masing sari larutan dan ekstrak dilakukan karakterisasi dan persentase rendemen. Untuk sari remasan dan perebusan, dipipet 10 ml filtrat dan diuapkan pelarutnya dengan hot plate kemudian timbang berat residu. berat residu dikonversikan ke jumlah filtrat seluruhnya untuk mendapatkan nilai bobot ekstrak total.

Tabel I. Hasil Rendemen dan Bobot Ekstrak Volume

Bobot ekstrak

Rendemen Terhadap Daun Segar

Rebusan segar

100 ml

0,73 g

3,6490 %

Rendemen Terhadap Daun kering -

Rebusan kering

100 ml

1,996 g

2,3280 %

9,9775 %

Sari remasan

25 ml

3,058 g

3,8824 %

-

Maserasi segar

-

0,6681 g

3,3404 %

-

Maserasi kering

-

2,8341 g

3,3061 %

14,1690 %

Ekstrak

ISSN : 2087-5045

81

SCIENTIA VOL. 6 NO. 2, AGUSTUS 2016

Sokletasi segar

-

0,8792 g

4,3959 %

-

Sokletasi kering

-

2,9792 g

3,4757 %

14,8958 %

Proses pengeringan akan mengurangi kandungan air dari daun piladang dari 600 gr daun segar diperoleh 140 gr daun kering sebesar 23,33%. Terjadi penurunan kadar ekstraktif dari daun kering ketika dikonversikan terhadap berat daun segar disebabkan mungkin kareana sel-sel daun kering sudah menciut dan tidak terbuka sempurna dibandingkan dengan daun segar. Sehingga jumlah senyawa lain terekstraksi menjadi sedikit berkurang. Proses pengeringan juga dapat melepaskan senyawa yang mudah menguap seperti minyak atsiri sehingga juga dapat berpengaruh kepada kadar ekstraktif (rendemen) sampel. Ekstrak yang diperoleh dilakukan karakterisasi antara lain pemeriksaan organoleptis, perhitungan rendemen dan pemeriksaan kandungan metabolit sekunder (fenolat). Setelah dilakukan pemeriksaan organoleptis diperoleh data bahwa ekstrak

daun piladang berupa cairan kental, berwarna coklat-kehitaman, berbau khas, dan memiliki rasa pahit. Sedangkan untuk sari remasan diperoleh warna ungu kecoklatan, bau khas, rasa pahit, dalam bentuk larutan. Pada pemeriksaan metabolit sekunder ekstrak daun piladang dengan FeCl3 menunjukkan warna reaksi biru yang berarti adanya fenolat. Kandungan fenolat total masing-masing ekstrak daun piladang ditentukan dengan metode Folin-Ciocalteu yang dikembangkan oleh Singleton dan Rossi. Reagen Folin-Ciocalteu bereaksi dengan senyawa fenol dan membentuk komplek berwarna biru dalam suasana basa dengan penambahan Natrium Karbonat. Komplek warna yang terbentuk ditentukan absorbannya dengan metode spektrofotometri UV-VIS pada panjang gelombang 758 nm.

Gambar 1. Spektrum panjang gelombang serapan maksimal asam galat-Folin Ciocalteu Berdasarkan data absorban dan konsentrasi larutan standar asam galat diperoleh persamaan regresi. Persamaan regresi digunakan untuk menentukan konsentrasi fenolat total dalam larutan uji sampel. ISSN : 2087-5045

Tabel II. Data regresi linier dari kurva kalibrasi fenolat total No

Parameter

Nilai Fenolat Total

1 82

SCIENTIA VOL. 6 NO. 2, AGUSTUS 2016

2 3 4 5 6 7

Tabel

No 1 2 3 4 5 6 7

Persamaan Regresi Rentang Dinamik Batas Deteksi Batas Kuantitasi Koefisien korelasi Simpangan Baku

III.

y= 0,0194 + ,00505x 40-120 µg/ml 5,5µg/ml 18,33 µg/ml 0,9987 0,0093

Kandungan fenolat beberapa ekstrak piladang

Ekstrak daun piladang Remasan daun segar Rebusan daun segar Rebusan daun kering Maserasi daun segar Maserasi daun kering Sokletasi daun segar Sokletasi daun kering

total daun

Kadar (mg/g ekstrak) (x±SD, n=3) 77,3158±0,2114 216,3534±0,1608 69,3957±0,1752 293,3015± 0,1334 356,7619±0,1145 333,1509± 0,1007 376,5979±0,1529

Sari remasan hanya sedikit diperoleh kandungan fenolat. Karena tidak adanya bantuan pelarut organik dalam penarikan zat metabolit sekunder sehingga hasil kadar fenolat dari sari remasan rendah. Bahan pelarut organik etanol lebih cocok dibandingkan air untuk mengekstraksi fenolat. Metode ekstraksi sokletasi lebih baik dari metode ekstraksi maserasi. Hasil perhitungan statistik analisa varian (ANOVA) satu arah terhadap kadar fenolat dalam ekstrak dari masing-masing sampel daun menunjukan perbedaaan yang signifikaan (p proses ekstraksi mempengaruhi jumlah fenolat total dari daun piladang. Selanjutnya dilanjutkan dengan uji Duncan pada ekstrak daun didapatkan berbeda signifikan antara masing-masing sampel. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, Kandungan fenolat total pada ekstrak daun piladang dinyatakan dalam mg ekuivalen ISSN : 2087-5045

asam galat/g ekstrak dimana kadar tertinggi diperoleh dengan metode sokletasi daun kering sebesar 376,5979 mg/g, diikuti maserasi daun kering 356,7619 mg/g, sokletasi daun segar 333,1509 mg/g, maserasi daun segar 293,3015 mg/g, rebusan daun segar 216,3534 mg/g, sari remasan 77,3158 mg/g dan rebusan daun kering 69,3957 mg/g. Kandungan fenolat total dari tiap metode dan jenis sampel berbeda signifikan (p<0,05).

DAFTAR PUSTAKA Dalimartha, S., 2008, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2, Trubus Agriwidya,Anggota IKAPI. PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, Jakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Farmakope Herbal Indonesia Edisi I, Jakarta. Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisa Tumbuhan Cetakan Ke- 2, Diterjemahkan oleh K. Padmawinata dan I. Soediro, Bandung : ITB. Poumorad, F., Hosseinimehr, N., Shohabimajd., 2006, Antioxidant Activity Phenol and Flavanoid Content of Some Selected Iranian Medicinal Plants, African Journal of Biotechnology, 11: 1142- 1145 Verawati, Mimi Aria, Sandia Maisa Mahal, Efiryanto dan Ayu Melia, 2015, Antioxidant Activity, Total Phenolic and Total Flavonoid Content of Piladang (Solenostemon scutellarioides) Leaf Extract, Proceeding Book : The 2nd International Conference on Pharmaceutical Nanotechnology / Nanomedicine, Pancasila University, Jakarta Zulfahmi dan B. Solfan, 2010, Eksplorasi Tanaman Obat Potensial di Kabupaten Kampar, Jurnal Agroteknologi, Vol 1, No. 1, 31-38

83