Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
PENGARUH PROFESIONALISME, INDEPENDENSI, KOMPETENSI, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP KUALITAS AUDIT DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK BANDUNG Fietoria Program Studi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan Bangsa, Bandung Jalan Dipatiukur No.80-84 Bandung, 40132 Email:
[email protected] Elisabeth Stefany Manalu Program Studi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan Bangsa, Bandung Jalan Dipatiukur No.80-84 Bandung, 40132 Email:
[email protected]
ABSTRACT This study aimed to determine the effect of professionalism, independence, competence, and work experience have an impact toward audit quality, both partially or simultaneously. The type research is quantitative research causality. Data obtained in this study are primary data through questionnaires closed to the auditor who works at KAP Bandung listed in the Directory Ikatan Akuntan Publik Indonesia in 2015. The result in this study is the professionalism, independence, and work experiencepartially no significant effect on audit quality except competence partially significant effect on audit quality, while simultaneous professionalism, independence, competence, and work experience effect on audit quality. Keywords: Audit quality, Competence, Independence, Professionalism, Work Experience ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profesionalisme, independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja terhadap kualitas audit di Kantor Akuntan Publik baik secara parsial maupun simultan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang bersifat kausalitas. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer melalui penyebaran kuesioner tertutup kepada auditor yang bekerja di KAP Bandung yang terdaftar di Direktori Ikatan Akuntan Publik Indonesia. Penelitian ini menunjukkan bahwa profesionalisme, independensi, pengalaman kerja secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit kecuali kompetensi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan secara simultan profesionalisme, independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas audit. Kata Kunci: Independensi, Kualitas Audit, Kompetensi, Pengalaman Kerja, Profesionalisme Latar Belakang Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen yang dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pengguna untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu, laporan keuangan yang disajikan harus relevan dan dapat diandalkan. Para pemakai informasi menggunakan jasa auditor eksternal untuk mengukur karakteristik yang dibutuhkan dan ISSN # 2540-8275
20
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
memberikan jaminan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen relevan dan dapat diandalkan sehingga dapat meningkatkan kepercayaan semua pihak yang berkepentingan. Akuntan publik mendapat kepercayaan dari klien dan pihak-pihak lain untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh klien. Laporan keuangan yang telah di buat perlu diaudit oleh auditor eksternal karena laporan keuangan kemungkinan mengandung kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Besarnya kepercayaan pengguna laporan keuangan pada akuntan publik ini mengharuskan akuntan publik memperhatikan profesionalismenya yang akan mempengaruhi kualitas auditnya. Profesionalisme merupakan suatu keharusan bagi seorang auditor dalam menjalankan tugasnya. Profesionalisme seorang profesional akan semakin penting apabila profesionalsime dihubungkan dengan hasil kerja individunya sehingga pada akhirnya dapat memberi keyakinan terhadap laporan keuangan bagi sebuah perusahaan atau organisasi dimana auditor bekerja. Oleh karena itu, auditor dituntut untuk profesional dalam setiap tugasnya, auditor yang memiliki pandangan profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusinya yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan. Selain ini juga, akuntan publik merupakan auditor independen yang menyediakan jasa kepada masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh klien. Tugas akuntan publik adalah memeriksa dan memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Oleh karena itu, akuntan publik memiliki kewajaran menjaga kualitas audit yang dihasilkannya (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011). Seorang auditor juga membutuhkan sikap yang independen dan mematuhi kode etik yang sudah ditetapkan demi mendapatkan kualitas audit yang baik. Auditor harus memegang teguh independensinya sehinga dapat melakukan audit dengan baik. Auditor harus memiliki sikap netral dan tidak bias serta menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan dan melaporkan pekerjaan yang dilakukan. Jika independensi dari auditor terganggu maka dapat mempengaruhi kualitas dari hasil audit. Seorang auditor harus mempunyai keahlian dan kompetensi terlebih dahulu sebelum dapat menjadi independen karena seorang auditor yang tidak kompeten tidak mungkin dapat bertindak independen dalam melaksanakan tugas auditnya. Auditor yang tidak berkompeten cenderung bergantung pada pendapat orang lain dalam menyelesaikan tugas auditnya karena keterbatasan pengetahuan dan keahlian yang dimiliki. Auditor dalam melaksanakan audit harus bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal yang selanjutnya melalui pengalaman dan praktik audit. Selain itu auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Adanya pelatihan khusus bagi auditor bertujuan untuk meningkatkan mutu personal dan meningkatkan keahlian khusus di salah satu bidang untuk auditor menghasilkan kualitas audit yang baik. Kompetensi merupakan kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar dan juga bermanfaat untuk menjaga objektivitas dan integritas auditor. Selain profesionalisme, independensi dan kompetensi, pengalaman kerja seorang auditor juga merupakan suatu faktor yang penting untuk menunjang suatu kualitas audit yang baik. Adanya pengalaman kerja yang baik seorang auditor akan memiliki keahlian audit dalam mendeteksi masalah yang diperiksanya. Pengalaman kerja juga sangat berperan penting dalam meningkatkan keahlian sebagai perluasan dari pendidikan formal yang telah diperoleh auditor. Berdasarkan kasus yang terjadi pada akuntan publik, maka KAP perlu meningkatkan kualitas audit sehingga dapat dipercaya oleh pihak yang berkepentingan. Selain itu, terkait kasuskasus kegagalan audit muncul pertanyaan bagaimana kualitas audit yang dihasilkan, seberapa tinggi tingkat kompetensi dan independensi auditor saat ini, seberapa besar tingkat profesionalisme terhadap kualitas audit yang dihasilkan. Kualitas audit penting karena dengan kualitas audit yang tinggi maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan ISSN # 2540-8275
21
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
keputusan oleh pihak lain seperti investor. Selain itu adanya kekawatiran akan merebaknya skandal keuangan dapat mengikis kepercayaan publik terhadap laporan keuangan dan profesi akuntan publik. Berdasarkan berbagai uraian diatas, maka rumusan masalah yang diambil oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh profesionalisme terhadap kualitas audit? 2. Bagaimana pengaruh independensi terhadap kualitas audit? 3. Bagaimana pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit? 4. Bagaimana pengaruh pengalaman kerja terhadap kualitas audit? 5. Bagaimana pengaruh profesionalisme, independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja terhadap kualitas audit? Profesionalisme Seseorang dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011). Standar umum yang ketiga menyebutkan bahwa pelaksanaan audit dalam penyusunan laporannya menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dam seksama (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011). Auditor dalam menjalankan perannya, dituntut ntuk memiliki tanggung jawab yang semakin besar. Sikap profesionalisme seoang auditor sangat berperan penting dalam pemeriksaan laporan keuangan perusahaan. Auditor adalah profesional yang bertanggung jawab melaksanakan tugasnya dengan tekun dan seksama. Kecermatan mencakup pertimbangan mengenai kelengkapan dokumentasi audit, kecukupan bukti audit, serta kelengkapan laporan audit. Sebagai profesional, auditor tidak boleh bertindak ceroboh atau dengan niat buruk, tetapi mereka juga tidak diharapkan selalu sempurna (Arens, Elder, & M., 2011). Independensi Independensi menurut Arens, Elder, & M. (2011) dapat diartikan mengambil sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independen dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam penampilan. Independensi dalam fakta (independence in fact) ada bila auditor benar-benar mampu mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit, sedangkan independensi dalam penampilan (independence in apperance) adalah penghindaran fakta dan keadaan yang begitu signifikan yang bagi pihak ketiga yang layak dan mempunyai cukup informasi (reasonable and informed third party) akan menyimpulkan bahwa integrity, objectivity atau professional skepticism dari anggota tim sudah tercemar. Independensi menurut Mulyadi (2011) adalah sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi menurut Arens, Radal, Mark, & Amir (2011), berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan dan penyusunan laporan audit. Pernyataan standar umum kedua dalam SPKN adalah dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya. Pernyataan standar umum kedua ini menjelaskan bahwa organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya sedemikian rupa sehingga pendapat, kesimpulan, pertimbangan dan rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011).
ISSN # 2540-8275
22
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
Kompetensi Standar umum pertama dalam SPAP menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011). Standar ini diinterpretasikan sebagai keharusan bagi auditor untuk memiliki pendidikan formal di bidang auditing dan akuntansi serta mengikuti pendidikan profesional yang berkelanjutan (Arens, Elder, & M., 2011). Arens, Elder, & M. (2011) menegaskan bahwa Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti. Arens mengingatkan juga bahwa kompetensi orang-orang yang bertugas untuk melaksanakan kegiatan audit tidak akan ada nilainya apabila tidak bersikap independen dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti. Menurut Tuanakotta (2013), kompetensi merupakan keahlian seorang auditor diperoleh dari pengetahuan, pengalaman, dan pelatihan. Setiap auditor wajib memenuhi persyaratan tertentu untuk menjadi auditor. Menurut Lilis (2010) seorang yang berkompeten adalah orang yang dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Pengalaman Kerja Menurut Hasibuan (2010) pengalaman auditor adalah tingkat pengetahuan auditor yang diperoleh dari kurun waktu yang panjang dan menambah serta memperluas pengetahuannya dalam menghadapi hal yang material. Pengalaman seseorang ditunjukkan dengan telah dilakukannya berbagai pekerjaan atau lamanya seseorang dalam bekerja untuk mendapatkan ilmu yang sebenarnya selain dari pendidikan formal. Semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki oleh auditor maka akan semakin baik dan kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik. Auditor yang berpengalaman lebih memiliki ketelitian dan kemampuan yang baik dalam menyelesaikan pekerjaannya. Kualitas Audit Kualitas audit menurut Arens, Elder, & M. (2011) adalah sebagai berikut: “Audit quality means how tell an audit detects an report material misstatement in financial statement. The detection aspect is a reflection of auditor competence, while reporting is a reflection of ethic or auditor integrity, particulary independence”. Berdasarkan Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) audit yang dilaksanakan oleh seorang auditor dapat dikatakan berkualitas jika memenuhi ketentuan atau standar auditing yang berlaku umum (generally accepted auditing standards = GAAS) dan standar pengendalian mutu. Standar auditing tersebut menjadi acuan auditor dalam memenuhi tanggung jawab profesionalnya dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2011). Menurut Budiman (2010) kualitas audit yang dihasilkan dinilai dari seberapa banyak auditor memberikan respon yang benar dari setiap pekerjaan audit yang diselesaikan. Kualitas audit juga bisa dilihat dari kualitas keputusan yang diambil. Menurut Hasibuan (2010) kualitas audit merupakan suatu hasil kerja auditor dalam mengevaluasi tentang kewajaran pada laporan keuangan klien dan melaporkanya. Auditor harus memiliki kualitas audit yang memadai sehingga dapat mengurangi ketidakselarasan yang terjadi antara manajemen dengan pemegang saham karena pengguna laporan terutama pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah diaudit oleh auditor.
ISSN # 2540-8275
23
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
Penelitian Sebelumnya Berikut beberapa penelitian sebelumnya terkait profesionalisme, independensi, kompetensi, pengalaman kerja, dan kualitas audit: Tabel 1 Penelitian Sebelumnya Judul Penelitian Nama Variabel Metode Kesimpulan Peneliti Penelitian Pengaruh Profesionalisme, Pengalaman Kerja, Keahlian Audit, Independensi dan Etika Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit (Survei Terhadap Auditor KAP di Bandung
(Mahardika, Profesionalisme, Analisis Herawati, & Pengalaman regresi Putra, 2015) Kerja, Keahlian berganda Audit, Independensi, Etika Pemeriksa, Kualitas Audit (Rumengan & Rahayu, 2014)
Kompetensi, Independensi, Pengalaman Kerja, Kualitas Audit
Analisis regresi berganda
Pengaruh Kompetensi, Independensi, Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit (Studi Pada Auditor di KAP Wilayah Surakarta dan Yogyakarta) Pengaruh Kompetensi, Independensi, Tekanan Waktu dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit
(Putri, 2013)
Kompetensi, Independensi, Pengalaman Kerja, Kualitas Audit
Analisis regresi berganda
(Kurnia, Komsiyah, & Sofie, 2014)
Kompetensi, Independensi, Tekanan Waktu, Etika Auditor, Kualitas Audit
Analisis regresi berganda
Komptensi, independensi, tekanan waktu, etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
Analisis regresi berganda
Pengaruh Independensi, Profesionalisme, Tingkat
(Futri & Juliarsa, 2014)
Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit Tingkat pendidikan, , etika profesi, kepuasan kerja
ISSN # 2540-8275
(Tjun, Kompetensi, Marpaung, Independensi, & Setiawan, Kualitas Audit 2012)
Independensi, Analisis Profesionalisme, regresi Tingkat berganda Pendidikan,
Profesionalisme, pengalaman kerja, keahlian audit, independensi, etika pemeriksa berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Kompetensi dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Kompetensi, independensi dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
24
Journal of Accounting and Business Studies
Judul Penelitian
Nama Peneliti
Variabel
Vol. 1, No. 1, September 2016
Metode Penelitian
Kesimpulan
Pendidikan, Etika Etika Profesi, auditor berpengaruh Profesi, Pengalaman, terhadap kualitas Pengalaman dan Kepuasan Kerja, audit. Independensi, Kepuasan Kerja Kualitas Audit profesionalisme, Auditor Pada pengalaman tidak Kualitas Audit berpengaruh Kantor Akuntan terhadap kualitas Publik di Bali audit Sumber : Mahardika, Herawati, & Putra (2015); Rumengan & Rahayu (2014); Putri (2013); Kurnia, Komsiyah, & Sofie (2014); Tjun, Marpaung, & Setiawan (2012); Futri & Juliarsa (2014) Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit Auditor dalam menjalankan perannya, dituntut untuk memiliki tanggung jawab yang semakin besar. Sikap profesionalisme seorang auditor sangat berperan penting dalam pemeriksaan laporan keuangan perusahaan. Profesionalisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kualitas, mutu dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi. Kajian mengenai profesionalisme ini menitikberatkan pada cerminan tingkah laku seseorang dalam hal ini adalah auditor dalam bertindak dan berperilaku sesuai dengan etika. Menurut PSA No. 4 SPAP kecermatan dan keseksamaan dalam penggunaan kemahiran profesional menuntut auditor untuk melaksanakan professional sceptism yaitu sikap auditor yang berpikir kritis terhadap bukti audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit. Auditor yang gagal dalam menerapkan sikap skeptis maka akan menghasilkan opini audit yang tidak berdaya guna dan tidak memiliki kualitas audit yang baik (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011). Berdasarkan penelitian (Mahardika, Herawati, & Putra, 2015) menunjukkan hasil bahwa profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Menurut penelitian (Agusti & Pertiwi, 2013) menunjukkan profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan penjabaran di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah: H1: Profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit Independensi merupakan sikap auditor yang tidak memihak, tidak mempunyai kepentingan dan tidak mudah dipengaruhi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam memberikan pendapat. Independensi merupakan salah satu faktor penting untuk menghasilkan audit yang berkualitas. Pentingnya independensi dalam menghasilkan kualitas audit mengharuskan auditor memiliki dan mempertahankan sikap independensi dalam menjalankan tugasnya. Auditor juga harus mempertahankan sikap independen karena opini yang dikeluarkannya bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan manajemen. Jika auditor tidak independen maka kualitas audit yang dihasilkan tidak baik. Berdasarkan penelitian (Tjun, Marpaung, & Setiawan, 2012) menunjukkan hasil bahwa independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Menurut penelitian (Kurnia, Komsiyah, & Sofie, 2014) menunjukkan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan penjabaran di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah: H2: Independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
ISSN # 2540-8275
25
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit Kompetensi adalah kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya dalam melakukan audit sehingga audtor dapat melakukan audit dengan teliti, cermat serta objektif. Audit harus dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Tingginya pendidikan yang dimiliki oleh seorang auditor, maka akan semakin luas juga pengetahuan yang dimiliki oleh auditor. Berdasarkan penelitian (Tjun, Marpaung, & Setiawan, 2012) menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian Rahmawati (2013) menyatakan bahwa kompetensi (terdiri dari pengetahuan dan pengalaman) berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan penjabaran di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah: H3: Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit Sesuai dengan Standar Umum dalam Standar Profesi Akuntan Publik, auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam bidang industri yang digeluti kliennya. Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki oleh auditor maka akan semakin baik dan meningkat pula kualitas audit yang dihasilkan. Berdasarkan hasil penelitian (Putri, 2013) menunjukkan hasil bahwa pengalaman berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil Penelitian (Rumengan & Rahayu, 2014) menunjukkan pengalaman berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan penjabaran di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah: H4: Pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit Pengaruh Profesionalisme, Independensi, Kompetensi, dan Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit Auditor dalam menjalankan perannya dituntut untuk memiliki tanggung jawab yang semakin besar. Menurut SPAP mensyaratkan auditor harus bersikap profesional, independen, memiliki kualifikasi teknis,dan berpengalaman. Sikap profesionalisme seorang auditor sangat berperan penting dalam pemeriksaan laporan keuangan perusahaan. Selain itu independensi merupakan salah satu hal yang penting dalam menghasilkan audit yang berkualitas. Pentingnya independensi dalam menghasilkan kualitas audit yang baik mengharuskan auditor memiliki dan mempertahankan sikap independensi dalam menjalankan tugasnya. Kompetensi juga memegang peranan yang penting dalam menghasilkan audit yang berkualitas. Kompetensi adalah kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya dalam melakukan audit sehingga audtor dapat melakukan audit dengan teliti, cermat serta objektif. Selain itu juga pengalaman kerja merupakan salah satu hal yang penting dalam menghasilkan audit yang berkualitas sehingga dapat memperluas pengetahuan yang sudah dimiliki oleh seorang auditor. Berdasarkan penjabaran di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah: H5: Profesionalisme, independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif yang bersifat kausalitas. Penelitian yang bersifat kausalitas digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat dari variabel-variabel yang diteliti untuk menjawab pertanyaan penelitian.
ISSN # 2540-8275
26
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
Tabel 2. Definisi Operasional Variabel No
Variabel Penelitian
X1
Profesionalisme
X2
Independensi
X3
Kompetensi
X4
Pengalaman Kerja
Y
Kualitas Audit
Indikator Menjalankan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakankan tugas sesuai dengan standar profesi, mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan Hubungan dengan klien, independensi pelaksanaan pekerjaan, independensi laporan Pengetahuan umum, tingkat pendidikan Lamanya bekerja sebagai seorang auditor Kesesuaian pemeriksaan dengan standar audit, kualitas hasil laporan pemeriksaan
Skala Pengukuran Skala Ordinal
Skala Ordinal
Skala Ordinal Skala Ordinal Skala Ordinal
Populasi Dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) dan terdaftar pada Direktori Ikatan Akuntan Publik Indonesia. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Menurut (Hartono, 2010), pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling) dilakukan dengan mangambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan (judgment) tertentu atau jatah (quota) tertentu. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan judgment. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah: 1. Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar pada Direktori Ikatan Akuntan Publik Indonesia pada tahun 2015. 2. Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah Bandung. 3. Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang telah melakukan audit lebih dari 2 tahun. 4. Pendidikan dari auditor sesuai dengan bidang yang ditekuni dan minimal D3 Akuntansi. 5. Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik dengan jabatan pimpinan sampai dengan staff audit. Deskriptif Pengambilan Sampel Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik Indonesia yang terdaftar di Direktori Ikatan Akuntan Publik Indonesia. Sampel dalam penelitian ini adalah 11 KAP dari 27 KAP yang terfatar dengan jumlah auditor sebanyak 35 responden. Berikut adalah daftar sampel yang dipakai dalam penelitian ini:
ISSN # 2540-8275
27
Journal of Accounting and Business Studies
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tabel 3. Daftar Sampel Nama KAP KAP Abubakar Usman & Rekan KAP Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry KAP AF. Rachman & Soetjipto WS. KAP Asep Rianita Manshur & Suharyono KAP Doli, Bambang, Sulistiyanto, Dadang & Ali KAP Drs. Gunawan Sudradjat KAP Prof. Dr. H. TB Hasanuddin, MSc & Rekan KAP Dr. H.E.R/ Suhardjadinata & Rekan KAP Jojo Sunarjo & Rekan KAP Moch. Zainuddin, Sukmadi & Rekan KAP Sabar & Rekan Jumlah
Vol. 1, No. 1, September 2016
Jumlah Sampel 2 3 6 2 2 2 3 5 5 3 2 35
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Berikut hasil data yang di dapatkan: Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase Pria 23 65,71 Wanita 12 34,29 Jumlah 35 100 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 responden dalam penelitian ini 65,71% berjenis kelamin pria dan 34,29% berjenis kelamin wanita. Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden adalah pria dengan persentase 65,71%. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Berikut hasil data yang di dapatkan: Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase S3 0 0 S2 14 40 S1 18 51,43 D3 3 8,57 Jumlah 35 100 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 responden dalam penelitian ini 40% memiliki pendidikan terakhir S2, 51,43% memiliki pendidikan terakhir S1 dan 8,57% memiliki pendidikan terakhir D3. Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir S1 dengan persentase sebesar 51,43%. Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan Berikut hasil data yang di dapatkan: Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan Jabatan Jumlah Persentase Pimpinan / Partner 0 0 Manajer 2 5,71 Senior Auditor 8 22,86 Junior Auditor 24 68,51 ISSN # 2540-8275
28
Journal of Accounting and Business Studies
Staff Audit Jumlah
Vol. 1, No. 1, September 2016
1 35
2,86 100
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 responden dalam penelitian ini 5,71% memiliki jabatan manajer, 22,86% memiliki jabatan senior auditor, 68,51% memiliki jabatan junior auditor, dan 2,86% memiliki jabatan staff audit. Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki jabatan junior auditor dengan persentase sebesar 68,51%. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja Berikut hasil data yang di dapatkan: Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja Lama Bekerja Jumlah Persentase Antara 2-5 tahun 27 77,14 >5 tahun 8 22,86 Jumlah 35 100 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 responden dalam penelitian ini 77,14% memiliki pengalaman kerja antara 2 sampai dengan 5 tahun dan 22,86% memiliki pengalaman kerja lebih dari 5 tahun. Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki pengalaman antara 2 sampai dengan 5 tahun dengan persentase sebesar 77,14%. Karakteristik Responden Berdasarkan Sertifikasi yang Dimiliki Berikut hasil data yang di dapatkan: Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Sertifikasi yang Dimiliki Sertifikasi yang Dimiliki Jumlah Persentase CPA 2 5,71 CA/Ak 29 82,86 CPSAK 1 2,86 Lain-lain (Brevet A & B) 3 8,57 Jumlah 35 100 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 responden dalam penelitian ini 5,71% memiliki sertifikasi CPA dan 82,86% memiliki sertifikasi CA/Ak, 2, 86% memiliki sertifikasi CPSAK, 8,57% memiliki sertifikasi lain-lain yaitu Brevet A & B. Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki sertifikasi CA/Ak dengan persentase 82,86%. Uji Validitas Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df)= n-5. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 35 responden dan besarnya df dapat dihitung 35 – 5 = 30, dengan df=30 dan alpha=0.05 didapat r tabel = 0,34. Nilai r hitung yang lebih besar dari nilai r tabel menyatakan bahwa pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid. Uji Reliabilitas Berikut adalah hasil dari uji reliabilitas:
ISSN # 2540-8275
29
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
Tabel 9. Uji Reliabilitas
5 Sumber: SPSS (2016) Berdasarkan hasil uji reliabilitas di dapatkan hasil cronbach alpha (α) >0,70 yaitu 0,942 sehingga dapat disimpulkan pengukuran tersebut memiliki tingkat konsistensi atau reliabilitas yang baik dengan kata lain hasil kuesioner dapat dipercaya dan dapat memberikan hasil yang konsisten. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif yang dipakai berisi nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi. Berikut adalah hasil dari analisis deskriptif atas variabel-variabel penelitian: Tabel IV. 8 Analisis Statistik Deskriptif
Berdasarkan tabel statistik deskriptif di atas, maka variabel-variabel penelitian ini dapat dideskripsikan dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Variabel profesionalisme menunjukkan nilai minimum 18 dan nilai maksimum 30. Nilai rata-rata profesionalisme sebesar 25,4857 sedangkan standar deviasinya sebesar 2,36856. Nilai minimum sebesar 18 merupakan indikator jawaban dari responden ke 8. Nilai maksimum sebesar 30 merupakan indikator jawaban dari responden ke 1 dan 10. 2. Variabel independensi menunjukkan nilai minimum 18 dan nilai maksimum 22. Nilai ratarata (mean) independensi sebesar 19,9714 sedangkan standar deviasinya sebesar 1,31699. Nilai minimum sebesar 18 merupakan indikator jawaban dari responden ke 1, 6, 9, 11, 21, 22, 23, dan 35. Nilai maksimum sebesar 22 merupakan indikator jawaban dari responden ke 5, 8, dan 31. 3. Variabel kompetensi menunjukkan nilai minimum 18 dan nilai maksimum 29. Nilai ratarata (mean) kompetensi sebesar 25,6571 sedangkan standar deviasinya sebesar 2,28734. Nilai minimum sebesar 18 merupakan indikator jawaban dari responden ke 8. Nilai maksimum sebesar 29 merupakan indikator jawaban dari responden ke 1, 2, 7, 9, 10, 17, dan 33. 4. Variabel pengalaman kerja menunjukkan nilai minimum 18 dan nilai maksimum 30. Nilai rata-rata (mean) pengalaman kerja sebesar 25,6857 sedangkan standar deviasinya sebesar 2,37352. Nilai minimum sebesar 18 merupakan indikator jawaban dari responden ke 8. Nilai maksimum sebesar 30 merupakan indikator jawaban dari responden ke 1, 2, 10, dan 17. 5. Variabel kualitas audit menunjukkan nilai minimum 18 dan nilai maksimum 30. Nilai ratarata (mean) kualitas audit sebesar 25,6857 sedangkan standar deviasinya sebesar 2,50277. Nilai minimum sebesar 18 merupakan indikator jawaban dari responden ke 8. Nilai maksimum sebesar 30 merupakan indikator jawaban dari responden ke 2, 10, 17, dan 33.
ISSN # 2540-8275
30
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
Uji Normalitas Berikut adalah hasil dari uji normalitas: Tabel 10. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Sumber: SPSS (2016) Nilai Asymp. Sig. sebesar 0,398 lebih besar dari 0,05. Hal ini menyatakan bahwa H0 diterima yang berarti data residual terdistribusi normal. Uji Multikolonieritas Berikut adalah hasil dari uji multikolonieritas: Tabel 11. Uji Multikolonieritas
Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan nilai tolerance dan VIF menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance <0,10 dan VIF menunjukkan hasil tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF >10. Jadi dapat disimpulkan pada penelitian ini tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi Uji Heteroskedastisitas Berikut adalah hasil uji heteroskedastisitas: Tabel 12. Uji Heteroskedastisitas
Sumber: SPSS (2016) Grafik scatterplots di atas, menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan pada penelitian ini tidak ada heteroskedastisitas pada model regresi. Hasil uji menggunakan scatterplots tersebut dipastikan kembali dengan menggunakan uji park. Berdasarkan hasil dari uji heteroskedastisitas
ISSN # 2540-8275
31
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
menggunakan uji park yang dapat dilihat dengan cara membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Apabila nilai t hitung lebih kecil daripada nilai t tabel maka tidak ada heterokedastisitas. Nilai t tabel dalam penelitian ini adalah 2,04. Keseluruhan nilai t yang di dapat menunjukkan hasil lebih kecil daripada t tabel. Maka dapat disimpulkan model regresi dalam penelitian ini tidak ada heteroskedastisitas. Hasil Koefisien Determinasi Berikut adalah hasil koefisien determinasi: Tabel 13. Adjusted R Square
Sumber: SPSS (2016) Hasil di atas, menunjukkan besarnya nilai adjusted R2 adalah sebesar 0,680 atau sama dengan 68%, hal ini menunjukkan bahwa variabel kualitas audit dapat dijelaskan oleh variabel profesionalisme, independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja sebesar 68%. Sedangkan sisanya (100%-68%) yaitu 32% dijelaskan oleh sebab lain di luar model penelitian ini. Pengujian Koefisien Regresi Parsial (uji-t) Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil output parsial pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 14. Uji t
Sumber: SPSS (2016) Berdasarkan hasil output di atas, menujukkan bahwa variabel kompetensi saja yang berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansi untuk kompetensi sebesar 0,022. Dapat dilihat bahwa nilai yang dihasilkan lebih kecil dari 0,05. Sedangkan nilai signifikansi untuk variabel profesionalisme adalah sebesar 0,504 nilai signifikansi untuk variabel independensi adalah sebesar 0,685, sedangkan untuk variabel pengalaman kerja nilai signifikansinya adalah 0,156. Variabel profesionalisme, independensi, dan pengalaman kerja menunjukkan nilai signifikansi di atas 0,05, ini menunjukkan bahwa variabel profesionalisme, independensi, dan pengalaman kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Variabel independen dikatakan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen apabila nilai signifikansinya berada di bawah atau lebih kecil dari 0,05. Pengujian Koefisien Regresi Simultan (uji-F) Berikut adalah hasil uji-F: Tabel 15. Uji F ISSN # 2540-8275
32
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
Sumber: SPSS (2016) Berdasarkan tabel diatas, nilai statistik F sebesar 19,091 Nilai statistik F tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan F tabel yaitu 2,69. Maka dapat disimpulkan profesionalisme, independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja secara bersama-sama Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit Berdasarkan tabel IV.15 dapat diketahui bahwa signifikansi profesionalisme adalah sebesar 0,504. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa profesionalisme tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sementara koefisien regresinya sebesar 0,119. Jika dilihat dari polanya, nilai koefisien yang bertanda positif tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi profesionalisme maka semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan. Hal ini sejalan dengan penelitian Futri & Juliarsa (2014) yang mengatakan bahwa profesionalisme tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Profesionalisme dalam penelitian ini mengacu kepada menjalankan tugas sesuai dengan bidangnya, menjalankan tugas sesuai dengan standar profesi dan etika profesi yang telah ditetapkan. Standar yang telah ditetapkan seharusnya ditaati oleh auditor dalam setiap penugasan audit agar tidak melenceng dari batas-batas yang telah ditetapkan sehingga tindak kecurangan dapat dihindari. Tuntutan auditor untuk bersikap profesional benar-benar dipacu sebagai pembuktian dari kredibilitas auditor. Klien dapat menekan kepada auditor untuk melawan standar profesional sehingga auditor tidak dapat bertahan dalam tekanan klien seperti menerima suap agar melakukan kecurangan. Hal ini telah melanggar standar profesi dan etika profesi yang telah ditetapkan. Tabel 16. Tanggapan Pernyataan Profesionalisme Persentase Tanggapan 1 2 3 4 5 6 SS 28,57 42,86 48,57 22,86 34,29 14,29 S 65,71 45,71 48,57 74,29 62,86 80 RR 2,86 2,86 2,86 2,86 2,86 5,71 TS 2,86 8,57 0 0 0 0 STS 0 0 0 0 0 0
Jumlah 31,90 62,85 3,34 1,91 0
Berdasarkan tabel IV.23 tentang pernyataan profesionalisme didapatkan hasil sebanyak 31,90% responden menjawab sangat setuju untuk pernyataan yang berhubungan dengan profesionalisme, sebanyak 62,85% responden menjawab setuju, terdapat juga 3,34% responden yang menjawab ragu-ragu, dan 1,91% responden yang menjawab tidak setuju. Berdasarkan penjabaran diatas di dapatkan hasil yaitu hipotesis yang diajukan profesionalisme berpengaruh terhadap kualitas audit ditolak karena nilai signifikansi yang didapatkan yaitu 0,504 lebih besar daripada 0,05 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit Berdasarkan tabel IV.15 dapat diketahui bahwa signifikansi independensi adalah sebesar 0,685. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa independensi tidak
ISSN # 2540-8275
33
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sementara itu koefisien regresinya sebesar 0,084. Jika dilihat dari pola nya, nilai koefisien yang bertanda positif tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi independensi maka semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Rumengan & Rahayu (2014) yang mengatakan independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Independensi auditor merupakan landasan dari profesi akuntan publik.
Berdasarkan pernyataan yang diajukan untuk mengukur independensi di dapatkan hasil: Tabel 17. Tanggapan Pernyataan Independensi Persentase Tanggapan 1 2 3 4 5 6 SS 11,43 0 2,86 0 11,43 34,29 S 65,71 11,43 20 25,71 80 60 RR 11,43 34,29 20 40 2,86 5,71 TS 11.43 45,71 42,86 34,29 5,71 0 STS 0 8,57 14,29 0 0 0
Jumlah 10,00 43,81 19,05 23,33 3,81
Berdasarkan tabel IV.30 didapatkan hasil 10% rsponden menjawab sangat setuju dengan pernyataan yang berhubungan dengan independensi yang diproksikan dengan hubungan dengan klien, independensi dalam pekerjaan dan laporan, sebanyak 43,81% responden menjawab setuju, 19,05% responden menjawab ragu-ragu, 23,33% responden menjawab setuju, dan sebanyak 3,81% responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan yang berhubungan dengan independensi. Berdasarkan penjabaran diatas, maka hipotesis yang diajukan yaitu independensi berpengaruh terhadap kualitas audit ditolak karena nilai signifikansi yang dihasilkan yaitu 0,685 lebih besar dari 0,05. Berdasarkan jawaban dari kuesioner yang dibagikan mengenai independensi di dapatkan hasil independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Berdasarkan hasil penelitian untuk variabel independensi di dapatkan banyaknya responden yang menjawab raguragu atas pernyataan yang berkaitan dengan independensi seperti auditor akan menerima penugasan dari klien walaupun ada hubungan dalam bisnis. Persentase untuk jawaban ragu-ragu sebanyak 34,29%. Seharusnya auditor tidak boleh menerima penugasan audit jika pernah ada hubungan dalam bisnis karena dapat mengurangi sikap independensi dari seorang auditor. Persentase untuk jawaban ragu-ragu atas pernyataan auditor selalu menolak pemeriksaan dari klien jika pernah menjadi konsultan dari klien adalah sebesar 40%. Hal ini juga seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang auditor yaitu menerima tugas pemeriksaan dari klien jika pernah menjadi konsultan dari klien karena akan mengurangi sikap independensi seorang auditor. Berdasarkan penjabaran diatas, di dapatkan hasil H2 yang diajukan yaitu independensi berpengaruh terhadap kualitas audit ditolak karena nilai signifikansi yang didapatkan yaitu 0,685 lebih besar daripada 0,05 sehingga HO diterima dan H2 ditolak. Jika dilihat secara keseluruhan penyebab dari tidak berpengaruhnya independensi adalah sebanyak 19,05% responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan yang berhubungan dengan independensi, 23,33% responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan yang berhubungan dengan independensi, dan sebanyak 3,81% responden menjawab sangat tidak setuju. Berdasarkan hasil yang didapat dapat dilihat auditor kurang bisa menjaga sikap independensinya yaitu sikap netral dan menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan pekerjaan yang dilakukan.
ISSN # 2540-8275
34
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Audit Berdasarkan tabel IV.15 dapat diketahui bahwa signifikansi kompetensi adalah sebesar 0,022. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sementara itu koefisien regresinya sebesar 0,486. Jika dilihat dari polanya, nilai koefisien yang bertanda positif tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi kompetensi maka semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan. Kompetensi berdasarkan penelitian ini diukur berdasarkan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki oleh auditor. Hasil yang didapatkan sejalan dengan penelitian dari Agusti & Pertiwi (2013) yang mendapatkan hasil kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Artinya, semakin tinggi kompetensi yang dimiliki auditor, maka semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor. Standar umum pertama dalam SPAP menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Berdasarkan hasil didapatkan 29 responden telah memiliki sertifikasi CA, 1 responden telah memiliki sertifikasi CPSAK, 3 responden telah memiliki sertifikasi Brevet A&B, dan 2 responden yang memiliki sertifikasi CPA. Berdasarkan hasil ini di dapatkan bahwa rata-rata auditor telah memiliki sertifikasi. Agar dapat memberikan jasa audit yang berkualitas, auditor harus memiliki dan mempertahankan kompetensi. Auditor harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keahlian profesinya pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa KAP di mana merka bekerja dapat menerima manfaat dari jasa yang diberikan. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Putri (2013) kompetensi auditor adalah auditor dengan pengetahuan yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama. Seorang auditor yang memiliki pengetahuan yang memadai akan lebih memahami dan mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam dan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks dalam lingkungan audit klien. Berdasarkan pernyataan yang diajukan untuk mengukur kompetensi di dapatkan hasil: Tabel 18. Tanggapan Pernyataan Kompetensi Persentase Tanggapan 1 2 3 4 5 6 SS 51,43 22,86 28,57 40 20 42,86 S 45,71 74,29 68,57 57,14 77,14 54,29 RR 2,86 2,86 2,86 2,86 2,86 2.86 TS 0 0 0 0 0 0 STS 0 0 0 0 0 0
Jumlah 34,28 62,86 2,86 0 0
Berdasarkan tabel IV.37 didapatkan hasil yaitu sebanyak 32,28% responden menjawab sangat setuju dengan pernyataan yang berkaitan dengan kompetensi yang diproksikan dengan pengetahuan umum dan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seorang auditor, sebanyak 62,86% responden menjawab setuju, dan sebanyak 4,76% responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan yang berhubungan dengan kompetensi. Berdasarkan penjabaran di atas di dapatkan hasil hipotesis yang diajukan yaitu kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit diterima sehingga H0 ditolak, H3 diterima. Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit Berdasarkan tabel IV.15 dapat diketahui bahwa signifikansi pengalaman kerja adalah sebesar 0,156. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa pengalaman kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sementara itu koefisien regresinya sebesar 0,367. Jika dilihat dari polanya, nilai koefisien yang bertanda positif tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi pengalaman kerja maka semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan. ISSN # 2540-8275
35
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
Hasil yang di dapat sejalan dengan penelitian Futri & Juliarsa (2014) yang mengatakan bahwa pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Faktor yang menyebabkan kurangnya pengalaman seorang auditor adalah kurang lamanya auditor bekerja pada Kantor Akuntan Publik dan selain itu kurangnya tugas yang dihadapi auditor. Penyebab pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap kualitas audit dalam penelitian ini adalah sebagian besar responden adalah auditor yang menjabat sebagai junior auditor dan masa kerjanya masih kurang sehingga respon untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan variabel pengalaman kerja cederung menghasilkan jawaban tidak berpengaruh. Berdasarkan jawaban kuesioner 1 orang yang memiliki jabatan staff suadit, 24 orang responden yang memiliki jabatan junior auditor, 8 responden yang memiliki jabatan senior auditor, 2 responden yang memiliki jabatan manager. Berdasarkan jawaban kuesioner juga didapatkan hasil hanya 8 responden yang sudah memiliki pengalaman kerja lebih dari 5 tahun sedangkan sisanya 27 responden sudah memiliki pengalaman kerja antara 2 sampai dengan 5 tahun. Berdasarkan pernyataan yang diajukan untuk mengukur pengalaman kerja di dapatkan hasil: Tabel 19. Tanggapan Pernyataan Pengalaman Kerja Persentase Tanggapan Jumlah 1 2 3 4 5 6 SS 31.43 60 28,57 25,71 22,86 20 31,43 S 65,71 37,14 68,57 68,57 74,29 77,14 65,24 RR 2,86 2,86 2,86 5,71 2,86 2,86 3,33 TS 0 0 0 0 0 0 0 STS 0 0 0 0 0 0 0 Berdasarkan tabel IV.44 didapatkan hasil sebanyak 31,43% responden menjawab sangat setuju dengan pernyataan yang berhubungan dengan pengalaman kerja yang diproksikan dengan lamanya auditor bekerja di KAP, sebanyak 65,24% responden menjawab setuju, dan sebanyak 3,34% responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan yang berkaitan dengan pengalaman kerja. Berdasarkan penjabaran di atas, di dapatkan hasil hipotesis yang diajukan yaitu pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas audit ditolak sehingga H0 diterima, H4 ditolak. Pengaruh Profesionalisme, Independensi, Kompetensi, dan Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit Berdasarkan tabel IV.16 dapat diketahui bahwa nilai statistik F adalah sebesar 19,091 lebih besar daripada F tabel yaitu sebesar 2,69. Sedangkan nilai signifikansinya adalah sebesar 0,000. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil daripada 0,05. Hal ini berarti bahwa profesionalisme, independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Auditor dalam melakukan tugas pemeriksaan harus memiliki sikap profesionalisme, independensi, mempunyai kompetensi yang baik, dan memiliki pengalaman audit yang cukup agar dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Profesionalisme dalam hal ini berkaitan dengan menjalankan tugas sesuai dengan bidang, mematuhi standar dan etika yang telah ditetapkan merupakan salah satu faktor yang penting dalam menghasilkan audit yang berkualitas. Sikap profesionalisme seorang auditor sangat berperan penting dalam pemeriksaan laporan keuangan perusahaan. Pernyataan ini sesuai dengan standar umum ketiga dalam SPAP yaitu dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Independensi merupakan salah satu hal yang harus dimiliki oleh seorang auditor dalam melakukan tugas pemeriksaan. Independensi menurut standar umum kedua dalam SPAP yaitu dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dan sikap harus dipertahankan oleh auditor. Pernyataan dalam standar umum kedua ini menjelaskan bahwa auditor bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan sikap independensinya sedemikian rupa sehingga pendapat, ISSN # 2540-8275
36
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
kesimpulan, pertimbangan, dan opini dari hasil pemeriksaan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun. Selain itu juga, kompetensi merupakan salah satu hal yang harus dimiliki oleh seorang auditor dalam melaksanakan tugas pemeriksaan. Menurut standar umum yang pertama dalam SPAP yaitu audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Standar ini diinterpretasikan sebagai keharusan bagi auditor untuk memiliki pendidikan formal di bidang auditing dan akuntansi serta mengikuti pendidikan profesional yang berkelanjutan untuk menghasilkan audit yang berkualitas. Pengalaman kerja merupakan lamanya auditor bekerja sebagai auditor. Semakin lama dan banyaknya pengalaman kerja yang dimiliki seorang auditor dalam melakukan pemeriksaan maka akan semakin baik juga kualitas audit yang dihasilkan. Semakin lama menjadi auditor maka dapat lebih mudah mendeteksi kecurangan yang dilakukan oleh klien baik yang secara langsung maupun yang masih berpotensi dilakukan tindakan kecurangan. Kesimpulan Berdasarkan pada hasil analisis data, maka hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Profesionalisme tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. 2. Independensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. 3. Kompetensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. 4. Pengalaman kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. 5. Profesionalisme, independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang diajukan adalah: 1. Untuk meningkatkan kualitas audit, seorang auditor dituntut agar bertindak profesional dalam melakukan pemeriksaan. Sikap profesionalisme yang rendah akan menumpulkan kepekaan auditor terhadap kecurangan baik yang nyata maupun yang berupa potensi atau terhadap tanda-tanda bahaya yang akan mengindikasikan adanya kesalahan dan kecurangan 2. Auditor diharapkan dapat bertindak independen yaitu dapat bersikap netral serta menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan pekerjaan yang dilakukan. 3. Auditor sebagai pelaksana tugas audit seharusnya dapat mengoptimalkan penggunaan pengalaman kerja yang dimiliki agar dapat mendeteksi apabila ada penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan. DAFTAR PUSTAKA Agoes, S. (2013). Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik Edisi 4 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Agusti, R., & Pertiwi, N. P. (2013). Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Se Sumatera). Jurnal Ekonomi Volume 21, Nomor 3 September 2013. Arens, A. A., Radal, J. E., Mark, S. B., & Amir, A. J. (2011). Jasa Audit dan Assurance, Edisi Tiga Belas, Jilid Satu. New Jersey: Pearson Education. Arens, A., Elder, R., & M., B. (2011). Auditing and Assurance Services. New York: Pearson. Budiman, M. A. (2010). Pengaruh Audit Judgment, Independensi dan Komitmen Profesional Auditor Terhadap Kualitas Auit.
ISSN # 2540-8275
37
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
DocSlide. (2015, 09 28). Retrieved from Kasus Enron dan Akibatnya: http://dokumen.tips/documents/kasus-enron-dan-akibatnya-5608e480abde1.html Futri, P. S., & Juliarsa, G. (2014). Pengaruh Independensi, Profesionalisme, Tingkat Pendidikan, Etika Profesi, Pengalaman dan Kepuasan Kerja Auditor Pada Kualitas Audit Kantor Akuntan Publik di Bali. Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hartono, J. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE. Hasibuan, H. (2010). Pengaruh Lingkungan Kerja, Independensi, dan Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Audit. Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Standar Profesi Akuntan Publik. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2011). Kompasiana. (2015, 04 17). Retrieved from Kasus Kimia Farma (Etika Bisnis): http://www.kompasiana.com/www.bobotoh_pas20.com/kasus-kimia-farma-etikabisnis_5535b4d46ea8349b26da42eb Kompasiana. (2015, 04 16). Retrieved from Kasus Audit Umum PT KAI: http://www.kompasiana.com/www.hendri.com/permasalahan-isuaudit_5535b24a6ea8340823da4340 Kurnia, W., Komsiyah, & Sofie. (2014). Pengaruh Kompetensi, Independensi, Tekanan Waktu dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit. Lilis, A. (2010). Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit. Majalah Ekonomi Tahun XX, No 3 Desember 2010. Mahardika, M. H., Herawati, N. T., & Putra, I. A. (2015). Pengaruh Profesionalisme, Pengalaman Kerja Keahlian Audit, Independensi dan Etika Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Empiris Pada Inspektorat Kabupaten Bandung). Mulyadi. (2011). Auditing. Yogyakarta: Salemba Empat. Pengertian Ahli. (2013, 11). Retrieved from http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertianpopulasi-dan-sampel.html Pengertian Ahli. (2013, 11). Retrieved from Pengertian Data dan Jenis Data: http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-data-dan-jenis-data.html Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2015. (2015). PPPK. (2014). Profil Akuntan Publik & Kantor Akuntan Publik. Putri, S. W. (2013). Pengaruh Kompetensi, Independensi, Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit (Studi Pada Auditor di KAP Wilayah Surakarta dan Yogyakarta). Republika. (2014, 12 05). Retrieved from Mengingat Kembali Awal Mula Kasus Bank Century: http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/14/12/05/ng2qzj-mengingat-kembaliawal-mula-kasus-bank-century Rumengan, I. E., & Rahayu, S. (2014). Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit (Survei Terhadap Auditor KAP di Bandung. Tjun, L. T., Marpaung, E. I., & Setiawan, S. (2012). Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi Vol. 4 No. 1Mei 2012. Tuanakotta, T. (2013). Audit Kontemporer. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik. (2011).
ISSN # 2540-8275
38