PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN

WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 3 April 2012 52 PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN ... di bawah tanah,...

65 downloads 1026 Views 319KB Size
PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN PAPHIOPEDILLUM JAVANICUM (Reinw. ex Lindl.) Pfitzer Oleh I G.Tirta1 Abstrak: Paphiopedillum javanicum (Reinw. ex Lindl.) Pfitzer memiliki bunga menarik sehinga merupakan tanaman hias yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Jenis anggrek ini merupakan anggrek yang langka. Anggrek terestrial yang pertumbuhannya lambat, dalam konservasi eks-situ di Kebun Raya Bali masih ada masalah, yaitu tingginya kematian koleksi P. javanicum. Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui iklim mikro anggrek P. javanicum. Hasil percobaan menunjukkan bahwa suhu maksimum rata-rata 19.75oC dan suhu minimum rata-rata 11.04oC. Kelembaban maksimum rata-rata 91.75% dan kelembaban minimum rata-rata 65.45%. Pengaruh suhu dan kelembaban terhadap laju pertumbuhan dan jumlah daun P. javanicum tidak berpengaruh nyata. Pada suhu minimum yang ekstrem (8 oC) pertumbuhan P. javanicum terhenti. Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk mengetahui laju pertumbuhan P. javanicum dengan menggunakan perlakuan zat pengaruh tumbuh. Kata kunci: Iklim mikro, Paphiopedillum javanicum, Bali Botanical Garden. PENDAHULUAN Paphiopedillum javanicum (Reinw.ex Lindl.) Pfitzer merupakan tumbuhan terna terestrial, batang pendek, rumpun tumbuh di atas rimpang yang pendek, diameter akar 2-3 cm, akar berbentuk galah berwarna coklat, tidak mempunyai umbi semu. Daun berseling, melanset, tersusun rapat, berwarna hijau keabuan totol-totol hijau tua, panjang 15-30 cm, dan lebar 3,5-5,5 cm. Bunga satu kuntum, bunga bergaris tengah 8-10 cm; daun kelopak bundar melonong, ujung lancip, berwarna kehijauan dengan garis-garis hijau tua, dua lateral bersatu; daun mahkota berbentuk pita, ujung lancip, melengkung ke bawah, bagian bawahnya berbulu, berwarna hijau terang berbintik-bintik ungu; bibir mengarah ke bawah, berbentuk kantung yang menyerupai kasut, berwarna hijau kecoklatan dengan bintik-bintik ungu (Tirta, 2006). Di Asia Tenggara Marga Paphiopedillum terdapat sekitar 80 jenis dan beberapa jenis di antaranya tanaman endemik. Di Indonesia tumbuhan ini dapat tumbuh secara alami di kawasan hutan alam seperti di Bali, Flores, Jawa, Sumatra, Kalimantan dan sampai ke 1

I G. Tirta adalah UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali-LIPI. 52

WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 3 April 2012

Papua. Persebarannya di Negara Asia Tenggara, India utara dan India Timur, Filipina, melalui Semenanjung Malaya ke Papua Nugini dan kepulauan Solomon. Di Cina tersebar 8 jenis, mencakup di Hainan dan kepulauan Laut Cina Selatan (Djadja dkk., 2006). Secara geografis, anggrek tersebar dari Benua Arktik hingga Patagonia dan ditemukan di seluruh bagian bumi. Secara topografis, habitatnya tersebar dari pegunungan, dataran hingga berbukit. Paphiopedillum dapat tumbuh di tanah (terestrial), pada tanaman lain, biasanya pohon (epifit), pada batuan (litofit atau saksatilik), semi akuatik (berair, namun tidak berada di bawah permukaan air), rawa, mesic, dan xeric (Arditti, 1977). Anggrek dapat ditemukan di padang rumput, hutan tropis, hutan berkabut, padang pasir ataupun daerah kering, pada pohon ataupun batu karang di tepi pantai, di bawah tanah, vegetasi terapung di danau, ataupun habitat lainnya yang mendukung tumbuhan berbunga pada umumnya. Secara alami anggrek (suku Orchidaceae) hidup epifit pada pohon dan rantingranting tanaman lain, namun dalam pertumbuhannya anggrek dapat ditumbuhkan dalam pot yang diisi media tertentu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, seperti faktor lingkungan, antara lain sinar matahari, kelembaban dan temperatur serta pemeliharaan seperti: pemupukan, penyiraman serta pengendalian hama dan penyakit. Pada umumnya anggrek-anggrek yang dibudidayakan memerlukan temperatur 28 °C dengan temperatur minimum 15° C. Anggrek tanah pada umumnya lebih tahan panas daripada anggrek pot. Tetapi temperatur yang tinggi dapat menyebabkan dehidrasi yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman (Anonim, 2007). Kelembaban nisbi (RH) yang diperlukan untuk anggrek berkisar antara 60–85 %. Fungsi kelembaban yang tinggi bagi tanaman antara lain untuk menghindari penguapan yang terlalu tinggi. Pada malam hari kelembaban dijaga agar tidak terlalu tinggi, karena dapat mengakibatkan busuk akar pada tunas-tunas muda. Oleh karena itu diusahakan agar media dalam pot jangan terlampau basah. Sedangkan kelembaban yang sangat rendah pada siang hari dapat diatasi dengan cara pemberian semprotan kabut (mist) di sekitar tempat pertanaman dengan bantuan sprayer (Anonim, 2007). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan kelembaban terhadap laju pertumbuhan dan jumlah daun tanaman Anggrek P. javanicum di Kebun Raya “Eka Karya” Bali. METODE Percobaan ini menggunakan metode deskriptip terhadap 54 spesimen tumbuhan yang masih muda dengan jumlah 4 helai daun dengan asumsi spesimen tersebut homogen. 53

WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 3 April 2012

Parameter yang diamati: kelembaban udara minimum dan maksimum (%), temperatur minimum dan maksimum (˚C), pengamatan pertumbuhan: tinggi tanaman (cm), dan jumlah daun. Anggrek P. javanicum ditanam pada media kulit pinus+arang+pakis (1 : 1 : 1). Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Desember 2007, di rumah kaca anggrek Kebun Raya “Eka Karya” Bali. HASIL DAN PEMBAHASAN Selama penelitan berlangsung (9 bulan) gangguan bibit tumbuhan anggrek tidak mengalami gangguan hama maupun penyakit. Hasil pencatatan suhu maksimum rata-rata di dalam rumah kaca 19,75 ˚C dan suhu minimum rata-rata 11,04˚C. Kelembaban rata-rata maksimum di dalam rumah kaca tercatat 91,75 %, dan kelembaban minimum rata-rata 65,45 %. Hubungan Laju Pertumbuhan Tanaman dengan Suhu Laju pertumbuhan pada awalnya sangat lambat dari minggu ke empat sampai minggu ke 9 belum menunjukkan peningkatan, tapi setelah minggu sepuluh laju pertumbuhan mulai perlahan naik dengan meningkatnya suhu minimum, pada minggu ke 11 suhu minimum malah mengalami penurunan yang sangat ekstrem mencapai minus 8, hal ini juga berdampak terhadap laju pertumbuhan agak terhenti hingga minggu ke 12 (Gambar 1). Minggu ke 13 suhu minimum dan maksimum mengalami peningkatan diikuti pula dengan bertambahnya laju pertumbuhan. Menurut Salisbury dan Ross (1995) perubahan suhu beberapa derajat dapat menyebabkan perubahan yang nyata dalam laju pertumbuhan tanaman. Pada tahap tertentu dalam daur hidup tanaman dan pada kondisi kajian tertentu, tiap jenis atau varietas mempunyai suhu minimum, optimum dan maksimum. Di bawah suhu minimum tumbuhan tidak akan tumbuh, pada rentang suhu optimum laju pertumbuhan paling tinggi, sedangkan di atas suhu maksimum, tumbuhan tidak tumbuh bahkan mati. Menurunnya laju pertumbuhan diduga bukan karena bibit mengalami penuaan hal ini kemungkinan aktivitas enzim pada saat suhu turun terhambat. Begitu juga peningkatan pertumbuhan diikuti dengan bertambahnya laju pertumbuhan secara perlahan. Menurut Anonimus (2006), suhu minimum untuk pertumbuhan anggrek adalah 12,7 oC. Jika suhu udara malam berada di bawah 12,7 oC, maka daerah tersebut tidak dianjurkan untuk ditanami anggrek, jenis Anggrek Paphiopedillum, Cymbidium, Oncidium dan Miltonia sebenarnya masuk dalam kategori anggrek dataran tinggi, dapat tumbuh dengan baik dengan suhu dingin berkisar 15-21°C pada siang hari dan 10-13°C pada malam hari dengan ketinggian tempat 2000-4000 m dpl. 54

WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 3 April 2012

Laju Pertumbuhan dan Suhu

8 6 4 2 0 -2

4

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

-4 -6 -8 -10 M inggu k e Laju pert.

Suhu max

Suhu min

Gambar 1. Hubungan antara laju pertumbuhan dengan suhu. Hubungan Laju Pertumbuhan Tanaman dengan Kelembaban Hubungan laju pertumbuhan dengan kelembaban, hubungan jumlah daun dengan suhu, serta hubungan jumlah daun dengan kelembaban tampaknya tidak menunjukan hubungan yang nyata terhadap laju pertumbuhan bibit anggrek Paphiopedillum javanicum yang diamati di dalam rumah kaca anggrek. Fluktuasi perubahan kelembaban dan suhu yang terjadi siang maupun malam tampaknya belum banyak berpengaruh (Gambar 2, 3, dan 4). Kelembaban rata-rata yang ideal untuk pertumbuhan anggrek adalah sekitar 70%80% (Anonim, 2006). Kalau dibandingkan hasil pengamatan kelembaban dengan teori menunjukan kelembaban di dalam rumah kaca sudah ideal untuk ditanami anggrek jenis P. javanicum, selain faktor lainnya seperti sirkulasi udara adalah komponen yang penting juga untuk mendapatkan perhatian. Penggunaan kipas angin (fan) untuk menjaga udara tetap mengalir di sekitar tanaman.

55

WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 3 April 2012

Laju Pertumbuhan & Kelembaban

8 6 4 2 0 -2

4

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

-4 -6 -8 -10 -12 Minggu keLaju pert.

Rata-rata Rh

Gambar 2. Hubungan antara laju pertumbuhan dengan rata-rata kelembaban.

Jumlah daun dan suhu

10 5 0 4

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

-5 -10 Minggu keJlh daun

Suhu max

Suhu min

Gambar 3. Hubungan jumlah daun dengan suhu.

56

WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 3 April 2012

Jumlah dan & rata-rata kelembaban

10 5 0 -5 -10

4 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

-15 Minggu keJlh daun

Rata-rata Rh

Gambar 4. Hubungan jumlah daun dengan kelembaban. SIMPULAN Penelitian ini merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui sebagian kecil faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap laju pertumbuhan anggrek Pahiopedillum javanicum di Kebun Raya “Eka Karya” Bali. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan laju pertumbuhan dan jumlah daun terhadap suhu dan kelembaban belum menunjukan hubungan yang nyata. Pertumbuhan tampak meningkat pada minggu ke-10, peningkatan laju pertumbuhan sangat lambat walaupun ada peningkatan. Perlu diadakan penelitian lanjutan dengan waktu yang lebih lama dan perlakuan ZPT misalnya, untuk meransang pertumbuhan yang lebih cepat. Hasil pencatatan suhu maksimum rata-rata di dalam rumah kaca 19,75˚C dan suhu minimum rata-rata tercatat 11,04˚C. Kelembaban rata-rata maksimum di dalam rumah kaca tercatat 91,75 %, dan kelembaban minimum rata-rata 65,45%. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2006. Info Anggrek. www.anggrek.info/index1.php?topik=basic. Diakses tanggal 19 November 2007. Anonim. 2006. BudidayaAnggrek. http://www.pustakatani.org/Portals/0/Pustaka/BUDI%20DAYA%20TANAMAN% 20ANGGREK.doc. Diakses tanggal 8 sept 07. Anonim. 2006. Iklim untuk Pertumbuhan Anggrek. http://www.nenganggrek.com/news_tips/tanaman_anggrek/. Diakses tanggal 25 Oktober 2007.

57

WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 3 April 2012

Anonim. 2006. Paphiopedillum. http://www.anggrek.info/index1.php?topic=genus§ion=paph diakses tg. 7 Januari 2008 Anonim. 2007. Melirik Konservasi Anggrek Vanda tricolor di Merapi. http://www.deptan.go.id/ditlinhorti/. Di akses tanggal 19 Nopember 2007 Arditti.J. 1977. Fundamentals Of Orchid Biology. Departement Of Developmental and Cell Biology University Of California. P: 587. Djadja Siti Hazar Hoesen, Tirta .I.G., Siti Fatimah hanum, 2006. Prosea. Tanaman Hias dalam Ruangan di Indonesia. Sumber Daya Nabati No. 20.1. Hal. 94 Salisbury F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, terjemahan Diah R. Lukman dan Sumaryono. Penerbit ITB. Bandung. 173 hal. Tirta .I G, 2006. Prosea. Tanaman Hias dalam Ruangan di Indonesia. Sumber Daya Nabati. No. 20.1. hal. 102.

58

WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 3 April 2012