PENGARUH TERAPI MUSIK TRADISIONAL SUNDA TEMBANG CIANJURAN

Download tradisional Sunda tembang Cianjuran. mengetahui pengaruh terapi musik tradisional Sunda tembang. Cianjuran terhadap kecemasan pada pasien g...

0 downloads 455 Views 453KB Size
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017

PENGARUH TERAPI MUSIK TRADISIONAL SUNDA TEMBANG CIANJURAN TERHADAP KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI UNIT HEMODIALISA RSUD SAYANG CIANJUR Evangeline H¹, Lilis Rohayani², Irma Febriani³ Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi

ABSTRAK Gagal ginjal kronik menjadi masalah besar dunia karena sulit disembuhkan. Di dunia prevalensi gagal ginjal kronik atau ESRD Patients (End-Stage Renal Disease) pada tahun 2013 sebanyak 3.200.000 orang. Pasien gagal ginjal kronik stadium terminal harus menjalani hemodialisa secara rutin 2 – 3 kali seminggu. Salah satu permasalahan psikologis utama yang sering muncul pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis yaitu cemas. Untuk mengatasi kecemasan bisa diberikan terapi secara non – farmakologi, salah satu bentuknya adalah pemberian terapi musik tradisional Sunda tembang Cianjuran. mengetahui pengaruh terapi musik tradisional Sunda tembang Cianjuran terhadap kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Unit Hemodialisa RSUD Sayang Cianjur. desain pre eksperimental dengan rancangan one group pre and post test design. Jumlah sampel adalah 25 responden. Teknik pengambilan sampel secara nonprobability sampling dengan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan data primer dengan kuesioner kecemasan State-Anxiety Inventory (SAI). Analisis data dilakukan dengan dua tahap yaitu univariat dan bivariat (uji Willcoxon). Nilai mean sebelum terapi musik 43,24, nilai mean sesudah terapi musik 26,72 dan berdasarkan uji statistik Willcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata kecemasan sebelum dan sesudah terapi musik tradisional Sunda tembang Cianjuran dengan nilai mean sebelum diberiberikan nilai pvalue = 0,001 ≤ α = 0,05. Dapat digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan khususnya di bidang keperawatan jiwa mengenai intervensi non – farmakologi berupa teknik relaksasi dengan terapi musik tradisional Sunda tembang Cianjuran untuk penanganan gagal ginjal kronik. Kata kunci

: terapi musik, tembang cianjuran, gagal ginjal kronik,hemodialisa, kecemasan, pre eksperimen.

18

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017

ABSTRACT Chronic Renal Failure (CRF) become a worldwide problem because it is difficult to cure. The world prevalence of End-Stage Renal Disease (ESRD) Patients in 2013 are 3.2 million people. The final stadium CRF patient is recommended to hemodialysis should be routinely done 2 – 3 for a week. One of the psychologically problem that always occure to the hemodialysis patient is anxiety. To overcome anxiety can be given therapy in non – pharmacology, one of the forms is the provision of Cianjuran Sundanese traditional music therapy. Objective to determine the influence of Cianjuran Sundanese traditional music therapy on anxiety among chronic renal failure patient who undergoing hemodialysis at hemodialysis Unit RSUD Sayang Cianjur. Methods design using pre-experimental with one group pre and post test design. The number of samples was 25 respondents. Sampling technique use non-probability sampling with consecutive sampling technique. Data collecting are using primary data by State-Anxiety Inventory (SAI). Data analysis be done in two stage, univariat and bivariat analysis (Willcoxon test). Result score mean before music therapy 43,24, score mean after music therapy 26,72 and based on Willcoxon statistic test show showed that there was an average difference of anxiety before and after Cianjuran Sundanese traditional music therapy with pvalue = 0,001 ≤ α = 0,05. Recommendation can be used for the development of nursing science especially in the field of psychiatric nursing about non – pharmacological intervention to reduce anxiety in the form of relaxation techniques with Cianjuran Sundanese traditional music therapy among chronic renal failure patients. Keywords : Music therapy, cianjuran music, cronic renal failure, hemodialysis, anxiety, pre eksperiment.

19

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017 PENDAHULUAN Gagal ginjal kronik menjadi masalah besar dunia karena sulit disembuhkan. Di dunia prevalensi gagal ginjal kronik atau ESRD Patients (End-Stage Renal Disease) pada tahun 2011 sebanyak 2.786.000 orang, tahun 2012 sebanyak 3.018.860 orang dan tahun 2013 sebanyak 3.200.000 orang. Dari data tersebut disimpulkan adanya peningkatan angka kesakitan pasien gagal ginjal kronik tiap tahunnya sebesar 6% (Fresenius Medical Care AG & Co., 2013). Berdasarkan gambaran Riskesdas pada tahun 2013 dengan menggunakan unit analisis individu menunjukkan bahwa secara Nasional 0,2% penduduk Indonesia menderita penyakit gagal ginjal kronik. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 orang maka terdapat 504.248 orang yang menderita gagal ginjal kronik (Kemenkes, 2014). Menurut Toy et al (2011, dalam Prihananda, 2014) gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan dan Glomerular Filtration Rate (GFR) kurang dari 60 mL/menit per 1,73 m3. Pada gagal ginjal kronik stadium End Stage Renal Disease (ESRD) dengan GFR <15 mL/menit per 1,73 m3 maka ginjal mengalami kerusakan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, di mana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit berakibat peningkatan ureum (Smeltzer et, al 2010). Stadium ini ditandai dengan azotemia, uremia dan sindrom uremik (Black & Hawk, 2014). Pasien gagal ginjal kronik pada stadium ini penatalaksanaannya dilakukan dengan tindakan dialisis dan transplantasi ginjal (Schatell & Witten, 2012).

Hemodialisis adalah penggantian ginjal modern menggunakan dialisis untuk mengeluarkan zat terlarut yang tidak diinginkan melalui difusi dan hemofiltrasi untuk mengeluarkan air, yang membawa serta zat terlarut yang diinginkan (O’Callaghan, 2009). Hemodialisis yang dilakukan oleh pasien bertujuan untuk mempertahankan nilai GFR sekaligus akan merubah pola hidup pasien (Ignatavicus & Workman, 2009), namun tindakan hemodialisa memiliki efek samping yang dirasakan oleh pasien seperti kram otot, hipotensi, sakit kepala, mual, dan muntah (Lewis et al, 2011). Masalah lainnya berupa pengaturan – pengaturan sebagai dampak penyakit ginjalnya seperti dampak penurunan haemoglobin yang lazim terjadi pada pasien gagal ginjal, pengaturan kalium, kalsium, Fe dan lain – lain, hal ini menjadi stressor fisik yang berpengaruh pada berbagai dimensi kehidupan pasien yang meliputi biologis, psikologis, sosial, spiritual (biopsikososial). Salah satu permasalahan psikologis utama yang sering muncul pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis yaitu cemas (Mahdavi et al, 2013). Menurut Safaria (2009) segala bentuk yang mengancam kesejahteraan organisme dapat menimbulkan kecemasan, konflik merupakan salah satu munculnya rasa cemas. Adanya ancaman fisik, ancaman terhadap harga diri serta perasaan tertekan untuk melakukan sesuatu diluar kemampuan juga menimbulkan kecemasan. Untuk mengatasi kecemasan dalam meningkatkan kesehatan psikologis pasien gagal ginjal kronik bisa diberikan terapi secara farmakologi maupun non – farmakologi, terapi farmakologi memiliki efek yang cepat untuk menurunkan kecemasan pada pasien namun dengan pemberian obat – obatan akan memperberat kerja ginjal dan untuk terapi non – farmakologi salah satu terapi yang dapat digunakan adalah terapi komplementer.

20

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017 Saat

ini

Complementary

and

Guided Imaginary Therapy, Humor Therapy,

saja, anak muda pun menyenangi kesenian tersebut. Suara dawai kecapi Sunda dengan tiupan sulingnya yang bertempo lambat dipadu suara juru kawih yang lembut, terasa nyaman di telinga bahkan meresap ke dalam hati. Irama musik Cianjuran yang mengalir tenang, seolah membuat suasana damai orang yang mendengarnya. Masyarakat Sunda mengungkapkan, jika mendengar lagu Cianjuran asa waraas (meresap hingga terhipnotis), ungkapan perasaan itu tak berlebihan karena musik karawitan dan Cianjuran merupakan kesenian tradisional Sunda yang masih natural dan bagian jati diri masyarakat Sunda (Disparbud Jabar, 2015).

Music Therapy, Hipnotherapy, Mediation

Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Alternative Medicine (CAM) sudah mulai digunakan dan dikembangkan dalam dunia kesehatan. Penggunaan Complementary and Alternative Medicine (CAM) dalam dunia kesehatan

diharapkan

dapat

menjadi

pelengkap dari perawatan medis dan dapat diaplikasikan

oleh

tenaga

kesehatan,

khususnya tenaga di bidang keperawatan (Tzu, 2009). Jenis Complementary and Alternative Medicine (CAM) diantaranya

Therapy,

Aromatherapy,

Transpersonal

Junaidi dan Zolkhan Noor (2010) tentang

Therapy dan jenis Complementary and

Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Lansia

Alternative Medicine (CAM) yang populer

Melalui Terapi Musik Langgam Jawa, dengan

digunakan dalam bidang kesehatan adalah

menggunakan istrumen penelitian modifikasi

terapi musik (Daryani, 2014).

Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

Terapi musik membantu orang – orang yang memiliki masalah emosional dalam mengeluarkan perasaan mereka, membuat perubahan positif dengan suasana hati, membantu memecahkan masalah, dan memperbaiki konflik pribadi (IHA, 2010). Pilihan musik merupakan hal yang efektif untuk mengatasi kecemasan, karena musik merupakan salah satu bentuk rangsangan suara yang merupakan stimulus khas untuk indera pendengaran. Musik dengan tempo lambat serta memiliki karakteristik musik yang tenang dan santai dapat menimbulkan keselarasan jiwa dan rasa (Esteher, 2003 dalam Daryani 2014). Banyak musik yang dapat digunakan sebagai terapi untuk penyembuhan, salah satunya adalah musik tradisional Sunda tembang Cianjuran. Kesenian Sunda tembang Cianjuran, salah satu kesenian tradisional Sunda yang masih cukup eksis hingga sekarang, tak hanya diminati para orang tua

menyatakan bahwa ada perbedaan bermakna pada kelompok eksperimen (p=0,00, α=0,05) dengan penurunan mean 8,85 atau 14,3% dan penurunan yang bermakna pada kelompok kontrol (p=0,01, α=0,05) dengan penurunan mean 2,04 atau 3,4%. Dengan demikian terapi musik langgam jawa secara signifikan dapat menurunkan tingkat kecemasan terutama gejala kecemasan sedang dan berat pada lansia. Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 13 Maret 2017 di RSUD Sayang Cianjur didapatkan data yaitu jumlah tindakan program terapi hemodialisa dalam kurung waktu 1 tahun (Januari 2016 – Desember 2016) adalah sebanyak 4.575 tindakan hemodialisa dan terdapat 56 pasien yang melakukan hemodialisa pada bulan Maret 2017, sedangkan pengambilan data tingkat kecemasan pada tanggal 13 Maret 2017 21

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017 terhadap 9 orang pasien dengan rentang usia 25 – 66 tahun menyatakan bahwa pasien merasakan cemas dengan kondisi saat ini yang harus menjalani hemodialisa selama 5 jam setiap 2 kali dalam seminggu, di dukung dengan data yang diperoleh diantaranya pasien merasa lebih gugup dan cemas dari biasanya, merasa sering merasakan jantungnya berdebar – debar, merasa lemah dan mudah lelah dan mengakui hampir setiap malam mengalami gangguan tidur dan sering mimpi buruk. Masalah kecemasan yang dialami oleh pasien ini tidak menjadi prioritas tindakan keperawatan, baik itu penangangan secara farmakologi ataupun non – farmakologi dan terapi musik tradisional Sunda tembang Cianjuran belum pernah diterapkan pada pasien di Unit Hemodialisa (R. Mawar) RSUD Sayang Cianjur, dikarenakan para perawat belum begitu memahami dengan kegiatan terapi musik. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan pre eksperimental dengan one group pre-post test design yaitu suatu penelitian yang mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Sebelum dilakukan intervensi, kelompok subjek dilakukan pengukuran awal (pretest) untuk menentukan kemampuan atau nilai awal responden (kecemasan), kemudian dilakukan intervensi dengan memberikan terapi musik tradisional Sunda tembang Cianjuran. Setelah dilakukan intervensi, kelompok subjek dilakukan pengukuran akhir (posttest) untuk menentukan pengaruh musik tradisional Sunda tembang Cianjuran terhadap kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa (Dharma, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pasien gagal ginjal kronik yang rutin menjalani hemodialisa di Unit hemodialisa (R. Mawar) RSUD Sayang Cianjur dan sudah menjalankan hemodialisa > 6 bulan sebanyak 60 orang.

Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan consecutive sampling, pada consecutive sampling semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi. Perhitungan sampel berdasarkan rumus besar sampel penelitian analitis numerik berpasangan (Dahlan, 2013) dengan Zα = 10% (1.645), Zβ = 20% (0.842) serta nilai X1 adalah 25.33, X2 adalah 16.80 dan dengan nilai simpang baku adalah 17 (Junaidi & Zolkhan Noor, 2010), maka didapatkan jumlah sampel sebanyak 25 responden. Pengambilan sampel dilakukan di Unit hemodialisa (R. Mawar) RSUD Sayang Cianjur, dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditentukan. Kriteria inklusi tersebut antara lain pasien gagal ginjal kronik yang melaksanakan program terapi hemodialisa pada pagi dan siang hari di Unit hemodialisa RSUD Sayang Cianjur, telah mengikuti hemodialisa > 6 bulan, berusia ≥ 16 tahun serta pasien dengan pendengaran normal yang diuji dengan menggunakan tes Rinne dan Weber dengan menggunakan garpu tala ukuran 512 Hz, atau pasien yang menggunakan alat bantu dengar. Terapi musik tradisional Sunda tembang Cianjuran diberikan pada responden 1 kali selama 10 menit (Maulana, 2010), setelah pemberian terapi musik responden diberikan waktu 10 menit (Maulana, 2010) untuk beristirahat kemudian peneliti melakukan tes terakhir (posttest) kecemasan dengan memberikan kuesioner kecemasan State Anxiety Inventory (SAI). Jenis musik tradisional Sunda tembang Cianjuran dengan judul Sekar Malati dengan durasi 3 menit 26 detik dan Nimang dengan durasi 4 menit 35 detik yang di alunkan oleh Euis Komariah. Setelah dianalisis didapatkan bahwa kedua tembang Cianjuran ini merupakan musik dengan tempo lambat, dengan 128 kilo bytes per second (kbps) dan volume 60 – 70 desible (dB).

22

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017 Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah MP3 player dengan menggunakan memori eksternal 4 GB, Headphone dengan frekuensi 20 – 20.000 Hz dengan bahan kulit agar mudah untuk dibersihkan, Garpu tala digunakan untuk melakukan tes pendengaran dengan ukuran 512 Hz. Lokasi penelitian dilakukan di di Unit hemodialisa (R. Mawar) RSUD Sayang Cianjur pada tanggal 03 – 05 Mei 2017. Dalam penelitian ini terdapat dua jenis analisis yang digunakan, yaitu yang pertama analisis univariat dan yang kedua adalah bivariat, secara univariat berupa rerata nilai kecemasan dan analisis bivariat menggunakan uji Willcoxon untuk melihat perbedaan kecemasan pada masing – masing kelompok baik sebelum dan sesudah diberikan terapi musik tradisional Sunda tembang Cianjuran.

Cianjur dan sesuai dengan mayoritas latar belakang pasien di RS tempat penelitian berlangsung (suku Sunda). Sedangkan judul tembang Cianjuran yang dipilih berjudul Sekar Malati yang syairnya mengingatkan ke masa dimana responden sedang tumbuh dan berkembang menjadi seorang dewasa. Lagu ke dua (Nimang) dipilih oleh karena syairnya mengingatkan kepada masa saat responden ditimang dalam pelukan ibunya. Sehingga dapat disimpulkan ke dua tembang tersebut membawa memori responden kembali ke pada masa muda yang penuh semangat dan dan bahagia. Responden dalam penelitian ini seluruhnya memiliki latar belakang Sunda asli Cianjur. Peneliti menanyakan untuk memastikan seluruh responden familiar dengan ke dua tembang Cianjuran tersebut dan memahami makna syairnya

HASIL PENELITIAN Pemilihan jenis music yang digunakan sebagai intervensi dalam penelitian ini berdasarkan letak geografis tempat penelitian, yaitu berada di daerah Kabupaten

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi rerata kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa sebelum dan sesudah diberikan terapi musik tradisional Sunda tembang Cianjuran di Unit hemodialisa RSUD Sayang Cianjur tahun 2017 Variabel Kecemasan

Pengukuran

Mean

SD

Pretest

43,24

12,293

Posttest

26,72

8,965

Berdasarkan Tabel diatas rerata nilai kecemasan sebelum diberikan terapi musik tradisional Sunda tembang Cianjuran (pretest) adalah 43,24 dengan standar deviasi 12,293.

pvalue 0,001

N 25

Rerata nilai kecemasan sesudah diberikan terapi musik tradisional Sunda tembang Cianjuran (posttest) adalah 26,72 dengan standar deviasi 8,965. Hasil uji statistik 23

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017 didapatkan nilai pvalue = 0,001 ≤ (α = 0,05) maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukan rerata nilai kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa sebelum dan sesudah diberikan terapi musik tradisional Sunda tembang Cianjuran adalah 43,24 dan 26,72. Dengan demikian, nilai kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa terjadi penurunan sebesar 16,52 dengan menggunakan uji Willcoxon diperoleh nilai pvalue 0,001 < α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa sebelum dan sesudah diberikan terapi musik tradisional Sunda tembang Cianjuran. Hasil penelitian didapatkan terdapat penurunan rerata kecemasan, hal ini terjadi karena peneliti menerapkan salah satu penatalaksanaan non – farmakologi dengan pemberian terapi musik tradisional Sunda tembang Cianjuran sebagai salah satu teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Dalam penelitian ini lagu yang digunakan oleh peneliti adalah jenis musik tradisional Sunda tembang Cianjuran dengan judul Sekar Malati dengan durasi 3 menit 26 detik dan Nimang dengan durasi 4 menit 35 detik yang di alunkan oleh Euis Komariah dan merupakan musik dengan tempo lambat dengan 128 kbps serta 60 – 70 dB. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Campbell (2001, dalam Armansyah & Anggraeni 2012) menyatakan bahwa musik dapat mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi dan tekanan darah. Denyut jantung menanggapi variabel – variabel musik seperti frekuensi, tempo, dan volume dan cenderung menjadi lebih cepat atau menjadi lebih lambat bersamaan dengan ritme suatu bunyi musik. Sebaliknya, bunyi musik yang lambat, akan membuat detak jantung semakin lambat. Detak jantung yang lebih lambat dapat menciptakan tingkat cemas

yang signifikan antara sebelum dan sesudah terapi musik tradisional Sunda tembang Cianjuran. atau stres dan ketegangan fisik yang lebih rendah, menenangkan pikiran dan membantu tubuh untuk menyembuhkan diri sendiri. Selaras dengan hal tersebut, musik tradisional Sunda tembang Cianjuran termasuk dalam musik dengan tempo lambat. Tembang Cianjuran adalah seni musik masyarakat Sunda, nama Cianjuran berasal dari kata Cianjur, yaitu sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat. Seni suara Sunda secara garis besar dibedakan dalam dua jenis yakni kawih dan tembang, tembang Cianjuran didukung oleh perangkat, seni sastra, musik pengiring, dan vokal. Rumpaka/guguritan yaitu syair lagu yang digunakan dalam tembang Cianjuran. Sejumlah besar rumpaka tembang Cianjuran dalam bentuk pupuh. Pupuh merupakan kreasi sastra tradisional yang berasal dari khasanah kesusastraan Jawa, masuk ke dalam kesusastraan Sunda pada abad ke - 17 M (Kalsum, 2007). Saat mendengarkan musik tradisional Sunda tembang Cianjuran, suara masuk ke telinga melewati telinga bagian luar, tengah dan dalam. Selanjutnya musik akan diproses oleh auditory cortex dalam bentuk suara agar dapat dinikmati oleh otak kanan. Otak kiri akan memproses lirik dalam musik tersebut. Efek selanjutnya adalah pada sistem limbik (otak mamalia) yang menangani respon terhadap musik dan emosi (Simatupang & Anggi, 2007). Kemudian akan diteruskan ke sistem saraf dengan mengaktifkan saraf parasimpatis, yang berfungsi mengurangi kontraksi otot, kecemasan dan depresi; menurunkan

frekuensi

denyut

jantung; 24

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017 menurunkan tekanan darah; memperlambat

menghilangkan nyeri, serta memproduksi

frekuensi respirasi; dan menghilangkan nyeri.

hormon serotinin yang memiliki peran

Selain itu, juga akan akan diteruskan ke sistem

mengatur

endokrin, dengan meningkatkan produksi

kecemasan dan mencegah depresi (Aizid,

hormon endorfin yang berfungsi untuk

2011).

Pada penelitian ini terdapat beberapa responden dengan penurunan kecemasan yang pesat dengan selisih nilai pretest dan posttest sebesar 35 poin, hal ini dikarenakan para pasien merasa sangat nyaman dengan musik tradisonal Sunda tembang Cianjuran yang diperdengarkan. Dengan bantuan musik tradisional Sunda tembang Cianjuran, pikiran pasien dibiarkan untuk mengingat masa lalu yang dapat membahagiakan pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa. Beberapa responden mengatakan bahwa musik tradisional Sunda tembang Canjuran yang diperdengarkan mengingatkan responden pada masa muda mereka yang membahagiakan, sehingga membuat perasaan menjadi rileks, santai, serta dapat menstabilkan emosional responden.

berenergi, percaya diri dan lebih bersemangat untuk menjalani terapi hemodialisa serta responden menyatakan lebih berfikir positif tentang hal – hal yang akan terjadi atau responden alami.

suasana

hati;

menurunkan

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh terapi musik tradisional Sunda tembang Cianjuran terhadap kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani Hemodialisa di Unit hemodialisa RSUD Sayang Cianjur pada 25 responden, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terapi musik tradisional Sunda tembang Cianjuran berpengaruh terhadap kecemasan pada pasien gagal

Berdasarkan evaluasi yang diperoleh dari pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di Unit Hemodialisa RSUD Sayang Cianjur sesudah diberikan terapi musik tradisional Sunda tembang Cianjuran, respon responden sangat baik, tidak ada responden yang masuk dalam kriteria droup out dan semua responden mampu mengikuti semua langkah dalam penelitian ini. Sebagian besar pada pertengahan waktu pemberian terapi musik tradisonal Sunda tembang Cianjuran (± menit ke 5) responden mulai tertidur, responden mengatakan bahwa mereka merasa lebih rileks pada saat mendengarkan musik tersebut. Efek yang dirasakan responden setelah 10 menit diberikan terapi musik tradisional Sunda tembang Cianjuran, yaitu responden merasakan lebih nyaman, senang, tenang,

ginjal

kronik

yang

menjalani

hemodialisa di Unit Hemodialisa RSUD Sayang Cianjur (pvalue 0,001 ≤ α = 0,05).

SARAN Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan khususnya di bidang keperawatan jiwa atau kritis dan dapat dijadikan sebagai rekomendasi tindakan keperawatan

medikal

bedah

mengenai

intervensi non – farmakologi berupa teknik relaksasi dengan terapi musik tradisional Sunda tembang Cianjuran untuk penanganan gagal ginjal kronik. Penelitian ini dapat dikembangkan kembali dengan menggunakan rancangan penelitian yang berbeda misalnya

25

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017 –

dengan menggunakan kelompok kontrol atau

faktor

faktor

yang

mempengaruhi

melanjutkan penelitian untuk mengetahui

kecemasan pasien gagal ginjal kronik.

26

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017 DAFTAR PUSTAKA Aizid, R. (2011). Sehat dan Cerdas dengan Terapi Musik. Yogyakarta: Laksana. Armansyah dan Anggraeni. (2012). Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Respon Fisiologis pada Pasien yang Mengalami Kecemasan Praoperatif Ortopedi, Jurnal Kesehatan Komunitas, (1) 4, 205 – 209. Black, J & Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Jakarta: Salemba Emban Patria. Dahlan, M Sopiyudin. (2013). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Ignatavicius, D. G., & Workman, M.L. (2009). Medical Surgical Nursing: patient centered Collaborative care. United States America: Sounders Elsevier. IHA.

(2010) . Indonesia Hypnosis Assosiation. tersedia di http://www.hipnoterapi.asia/terapi_mu sik.htm. [diperoleh tanggal 07 Juni 2017].

Junaidi & Zolkhan Noor. (2010). Penurunan Tingkat Kecemasan pada Lansia Melalui Terapi Musik Langgam Jawa. Jurnal Keperawatan Indonesia. 13 (3), 195 – 201. Kalsum. (2007). Nasihat dan Doa Dalam Rumpaka Tembang Cianjuran: Pemahaman Intelektualitas, Skripsi. Bandung, Universitas Padjajaran.

Daryani. (2014). Pengaruh Terapi Musik Langgam Jawa Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Lansia di Purworejo. Triage Jurnal Ilmu Keperawatan (Journal of Nursing Science), 9 (1), 1 – 12.

Kemenkes RI. (2014). Hipertensi – 17 Mei Hari Hipertensi Sedunia. Jakarta: InfoDATIN Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Dharma. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan (Pedoman Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta: TIM.

Lewis, Sharon L., et al. (2011). Medical Surgical Nursing Assesment and Management of Clinical Problems, Eighty Edition Volume 2. United States America: Elsevier Mosby.

Disparbud Jabar. (2015). Saat Orang Jepang Mempelajari Cianjuran. tersedia http://www.disparbud.jabarprov.go.id/ applications/frontend/index.php?mod= news&act=showdetail&id=2003 . [diperoleh tanggal 17 Maret 2017].

Mahdavi, A., et al. (2013). Implementing Benson’s Relaxation Training in Hemodialysis Patients: Changes in Perceived Stress, Anxiety, and Depression. North American Journal of Medical Sciences, (5) 9, 536 – 540.

Fresenius Medical Care AG & Co. (2013). Annual Report Perspectives. Bad Homburg: Fresenius Medical Care.

Maulana, Reza. (2010). Pengaruh Murotal AlQuran Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operasi Bedah Orthopedi. JOM.2 (2). 1410 – 1417.

27

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017 O’ Callaghan, Chris. (2009). At A Glance Sistem Ginjal Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Complete, tersedia http://www.kdqolcomplete.org., [diperoleh tanggal 19 Maret 2017].

Prihananda, M Luqman. (2014). Effect Of Classical Music Therapy On the Anxiety Level of Hemodialysis Patients at the PKU Muhammadiyah Hospital of Surakarta, tersedia di http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/ps n12012010/article/view/1222/1275 [diperoleh tanggal 02 Maret 2017].

Simatupang, S., & Anggi. (2007). Pengaruh Pembelajaran Fisika Menggunakan Musik Terhadap Hasil Belajar Pada Energi dan Usaha di SMP. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, (2) 1, 56-60.

Safaria, T. (2009). Manajemen Emosi: Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dalam Hidup Anda. Jakarta: Bumi Aksara. Schatell D, & Witten B. (2012). Measuring Dialysis Patient’s Health – Related Quality of Life With the KDQOL – 36TM. Medical Educational Institute,Inc. (608) 833 – 8033, KDQL

Smeltzer, S. C. (2010). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing, Volume 1. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Tzu, I. C. (2009). Aromatherapy: the challenges for community nurse. Use of aromatherapy in nursing care , 1 – 20.

28