PENGARUH TERAPI PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP HARGA DIRI RENDAH DAN BEBAN KELUARGA DENGAN ANAK RETARDASI MENTAL 1
2
3
Rany Agustin Wulandari , Setyawati Soeharto , Setyoadi Mahasiswa Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya 2 Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya 3 Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
1
ABSTRAK Perawatan anak retardasi mental membutuhkan biaya dan waktu yang cukup besar. Kondisi tersebut menimbulkan beban dan harga diri rendah pada keluarga. Beban dan harga diri rendah apabila tidak diatasi akan berdampak pada kualitas hidup dan kemampuan keluarga dalam merawat anak retardasi mental. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh terapi psikoedukasi keluarga terhadap beban dan harga diri rendah keluarga dengan anak retardasi mental. Desain penelitian ini adalah peneitian Quasy Experiment pre-post test with control group design. Sampel yang diambil adalah keluarga dengan anak retardasi mental di SDLB Negeri Badean Kabupaten Bondowoso secara purposive sampling yang berjumlah 13 responden pada kelompok kontrol dan intervensi. Alat ukur yang digunakan berupa instrumen beban dan harga diri rendah. Peneliti memberikan intervensi pada kelompok kontrol berupa penyuluhan kesehatan sebanyak 1 kali, sedangkan pada kelompok intervensi berupa terapi psikoedukasi keluarga yang dilakukan sebanyak 5 sesi. Hasil analisa data dengan menggunakan uji T-Test didapatkan perbedaan nilai beban dan nilai harga diri rendah antara sebelum dan sesudah terapi psikoedukasi keluarga pada kelompok intervensi (nilai p-value = 0,000). Pada kelompok kontrol terdapat perbedaan nilai beban antara sebelum dan sesudah terapi psikoedukasi (nilai p-value= 0,001), tetapi tidak terdapat perbedaan nilai harga diri rendah antara sebelum dan sesudah terapi psikoedukasi keluarga (p-value = 0,104). Hasil akhir penelitian di dapatkan perbedaaan yang signifikan antara nilai beban dan harga diri rendah keluarga baik pada kelompok kontrol dan intervensi setelah diberikan terapi psikoedukasi keluarga (p-value = 0,000). Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh terapi psikoedukasi keluarga terhadap penurunan beban dan peningkatan harga diri pada keluarga dengan anak retardasi mental. Kata Kunci : Beban, harga diri rendah, dan terapi psikoedukasi keluarga ABSTRACT Caring of mentally retarded children are continued and considerable expense. Such conditions lead to low self-esteem and the burden on the family. Load and low self-esteem if not addressed will have an impact on quality of life and the family's ability to care for children with mental retardation. The purpose of this study was to analyze the influence of family psychoeducation therapy to burden and low self esteem of families with mentally retarded children. This research design is quasy experiment pre-post test with control group design. The sample in this study was a family with a mentally retarded child who attends State SDLB Badean regency. Number of samples 13 in each group with purposive sampling technique. The technique of data collection through the deployment of instrument loads and low self esteem. In the health education control group performed 1 times held in State SDLB Badean regency. Family psychoeducation therapy techniques given in the intervention group made visits at home. Family psychoeducation therapy performed 5 sessions. Data was analyzed using T-Test and there is a test burden value differences and low self-esteem values before and after family psychoeducation therapy in the intervention group (p-value = 0.000). In the control group there is a difference between the value of the burden before and after family psychoeducation therapy (p-value = 0.001), whereas there was no difference between the value of low self esteem before and after the family psychoeducation therapy (p-value = 0.104). The final results in getting a significant difference between the rated burden and low self esteem both families in the control group and the intervention after the family psychoeducation therapy (p-value = 0.000).The results showed that the influence of family psychoeducation therapy can decrease the burden and increase self-esteem in families with mentally retarded children. Keywords: Burden, low self esteem, and family psychoeducation therapy Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol: 4, No. 2; Korespondensi : Rany Agustin Wulandari.Alamat : Desa Jurangsapi RT 23 RW 08 Kec. Tapen, Kab. Bondowoso. Email.
[email protected] No. Hp : 085230382900 Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 November 2016 184
PENDAHULUAN
Keterbatasan
Retardasi mental merupakan suatu kondisi
perawatan secara terus menerus. Perawatan
tentang tahapan tumbuh kembang dimana
dan pengobatan yang dilakukan tentunya
seorang anak mengalami kemunduran dan
membutuhkan biaya yang cukup besar.
hambatan dalam melakukan aktivitas selama
Kondisi tersebut akan menimbulkan beban
hidupnya (Sutini, Keliat, & Gayatri, 2014).
bagi keluarga (Napolion, 2010).
Retardasi mental merupakan salah satu jenis gangguan golongan AKSIS II dan umumnya di alami oleh anak yang berusia kurang dari 18 tahun (Benny, Nurdin, & Chundrayetti, 2014).
tersebut
membutuhkan
Respon psikologis yang muncul pada beban subyektif
salah
satunya
adalah
adanya
perasaan malu (Pariante & Carpiniello, 1996; Mohr, 2006; WHO, 2008). Orang tua yang
Angka kejadian retardasi mental di dunia pada
memiliki anak retardasi mental memiliki
anak laki-laki dan perempuan 1,2 : 1. Anak
perasaan malu. Perasaan tersebut akan
retardasi mental di Amerika Serikat berjumlah
mengakibatkan munculnya harga diri rendah
3000 – 5000 setiap tahunnya. Anak retardasi
pada orang tua (Sari, 2013).
mental di Indonesia menempati populasi terbesar keempat di dunia (Ariani, Soeselo, & Surilena,
2014).
berjumlah
Anak
6.600.000
retardasi jiwa
di
mental
Indonesia
(Tiranata, Retnaningsih, & Suwarsi, 2015).
Studi pendahuluan dilakukan dalam bentuk survey pada 8 orang yang sedang menunggu anak retardasi mental belajar di SDLB Negeri Badean Kabupaten Bondowoso, dimana dari 8 orang tersebut terdiri dari: 3 orang tua, 3
Populasi anak retardasi mental yang cukup
orang kakek/nenek, 2 orang pengasuh dari
banyak
anak retardasi mental. Survei dilakukan dalam
dan
semakin
meningkat
akan
berdampak pada munculnya masalah salah
bentuk
satunya bagi keluarga yang merawatnya
tentang beban yang dirasakan dan perasaan
(Napolion, 2010). Masalah yang muncul
harga diri rendah. Hasil dari wawancara
berawal dari adanya keterbatasan yang
dengan 8 orang tersebut, yaitu: 5 orang
dimiliki dan kondisi yang berbeda dari anak
(62,5%) (3 orang tua, 2 orang kakek/nenek)
normal
lainnya.
mengalami
Anak
keterbatasan
memberikan
pertanyaan
terbuka
retardasi
mental
mengatakan malu akan kondisi anak retardasi
dalam
kognitif,
mental dan merasa terbebani, 3 orang
berbicara, berhubungan sosial, activity daily
(37,5%) (1
orang kakek/nenek, 2 orang
living (ADL), perkembangan fisik (Haugaard,
pengasuh) mengatakan tidak malu dan tidak
2008; Kaplan & Sadock, 2010; Dewi, 2011).
terbebani dengan kondisi anak retardasi www.jik.ub.ac.id 185
mental.
salah satu orang tua yang merawat atau care
Beban yang dirasakan oleh keluarga dan harga diri rendah keluarga akan mengakibatkan gangguan terhadap peran dan fungsi keluarga. Keluarga dengan anak retardasi mental akan dapat melaksanakan perannya jika keluarga
giver. Tehnik sampel yang digunakan adalah purposive sampel . Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing 13 orang pada kelompok kontrol
dan pada kelompok
intervensi.
berfungsi sebagaimana mestinya (Napolion,
Sebelum dilakukan intervensi pada masing-
2010). Keluarga yang mampu menjalankan
masing kelompok. Peneliti melakukan pre test
fungsi secara sempurna dapat menciptakan
yang berupa pengukuran terhadap beban dan
dorongan bagi anak retardasi mental agar
harga diri rendah sebanyak 1 kali.
tumbuh dan berkembang secara optimal (Napolion, 2010).
Instrumen yang digunakan untuk mengukur beban merupakan hasil modifikasi dari dari
Salah satu intervensi keperawatan pada
The Burden Scale yang dikemukakan oleh Zarit
keluarga yang didalamnya memiliki komponen
(Andren & Elhmstal, 2006) dan Montgomery
pemberdayaan
Borgotta (Montgomerry & Borgotta, 2000),
keluarga
adalah
terapi
psikoedukasi keluarga.
yang
Terapi psikoedukasi keluarga merupakan salah satu intervensi keperawatan yang memberikan
informasi
atau
menambah
pengetahuan keluarga mengenai penyakit yang
dialami
oleh
anggota
keluarga
(Townsend, 2014).
terdiri
dari
22
item
pertanyaan.
Instrumen untuk mengukur harga diri rendah adalah
modifikasi dari
Skala
Rosenberg
(Rosenbergw, 1965), tanda dan gejala dari harga diri rendah (Kaplan & Saddock, 2007; Stuart, 2013; Herdman & Kamitsuru, 2015), yang terdiri dari 27 item pertanyaan. Masingmasing instrumen telah dinyatakan valid dan
METODE
realiabel setelah diuji dengan menggunakan
Desain penelitian ini menggunakan metode
uji validitas dan reabilitas.
Quasy Experiment pre-post test with control
Setelah dilakukan pre test peneliti kemudian
group design. Sampel yang digunakan adalah
memberikan
keluarga dengan anak retardasi mental yang
kontrol
bersekolah di SDLB Negeri Badean Kabupaten
sebanyak 1 kali selama 7 minggu. Penyuluhan
Bondowoso kelompok SLB C kelas 1 – 6
kesehatan yang diberikan berupa materi
dengan jumlah sampel 26 orang diambil dari
tentang anak retardasi mental dan cara
Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 November 2016 186
intervensi
berupa
pada
penyuluhan
kelompok kesehatan
perawatannya berkelompok
yang di
diberikan
secara
dengan
metode
kelas
ceramah dan pada akhir sesi diberikan kesempatan diskusi dan tanya jawab. Media yang digunakan dalam penyuluhan kesehatan
HASIL Karakteristik Keluarga dan Anak Retardasi Mental Tabel 1. Hasil analisis karakteristik keluarga dan anak retardasi mental berdasarkan usia, dan penghasilan.
ini adalah materi yang disampaikan dengan Variabel
menggunakan slide, LCD, dan leaflet. Waktu yang dibutuhkan adalah 60 menit.
Mean
SD
MinMaks
44,38
6,640
36 – 57
43,54
5,897
37 - 59
Usia Keluarga Kontrol Intervensi
Kelompok
intervensi
diberikan
terapi
40,37 – 48,40 39,98 – 47,10
psikoedukasi keluarga selama 7 minggu dengan 5 sesi, setiap sesi 2 kali pertemuan
95%CI
Penghasilan Kontrol
10923 07,69
55145 4,952
12846 15,38
66313 1,653
dengan jeda waktu 2 hari, yaitu: identifikasi Intervensi
masalah keluarga, pendidikan kesehatan, manajemen harga diri rendah, manajemen beban, evaluasi hambatan dan pemberdayaan
500000 230000 0
759066,80 – 1425548,5 8
600000 260000 0
883888,94 – 1685341,8 3 10,99 – 13,62
keluarga. Pelaksanaan terapi psikoedukasi ini
Usia Anak Kontrol
12,31
2,175
9 - 16
dilakukan ke masing-masing keluarga dengan
Intervensi
12,62
2,399
9 - 16 11,17 – 14,07
durasi waktu 45 – 60 menit tiap keluarga. Sumber : data primer
Setelah pemberian intervensi selesai peneliti melakukan post test berupa pengukuran kembali terhadap beban dan harga diri rendah dengan menggunakan instrumen yang sama pada saat pre test.
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata usia keluarga pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol berada pada kategori usia dewasa tengah (paruh baya). Penghasilan keluarga rata-rata berkisar di bawah upah
Hasil penilaian terhadap beban dan harga diri
minimum
rendah pada saat pre test
post test
Bondowoso (UMR = Rp. 1.417.000,-). Rata-
kemudian dianalisa dengan menggunakan uji
rata usia anak retardasi mental pada kedua
univariat dan bivariat. Uji bivariat yang
kelompok sama yaitu berada pada rentang
digunakan dalam penelitian ini adalah Uji t-
usia sekolah dan remaja (9 – 16 tahun).
dan
regional
(UMR)
kabupaten
test.
www.jik.ub.ac.id 187
Tabel 2. Hasil analisis karakteristik keluarga dan anak retardasi mental berdasarkan jenis kelamin keluarga dan anak, pendidikan, pekerjaan, dan dejarad retardasi mental. Variabel
kategori
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Total SD SMP SMU Diploma/PT Total IRT/Tidak bekerja Buruh
Pendidik an
Pekerjaa n (Ibu)
Derajad retardas i mental
Kelompok perlakuan (N =18) N % 5 38,5 8 61,5 13 100 5 38,5 3 23,1 3 23,1 2 15,3 13 100 5 38,5
Kelompok kontrol (N=18) N % 6 46,2 7 53,8 13 100 5 38,5 3 23,1 3 23,1 2 15,3 13 100 5 38,5
2
15,4
2
15,4
derajad retardasi mental ringan sebanyak 8 anak (61,5%) dan pada kelompok kontrol sebagian besar adalah derajad retardasi mental ringan sebanyak 9 anak (69,2%). Analisis Bivariat Tabel 3. Distribusi nilai beban pada kelompok intervensi dan kontrol sebelum dan sesudah pemberian terapi psikoedukasi keluarga Variabel
n
Mean
SD
SE
t
pvalue
Beban Kontrol Pre
13
45,77
13, 001
3,60 6
4,34 8
0,001
Post
13
27,54
9,46 6
2,62 5
12,5 57 5,36 2
3,48 3 1,48 8
Wiraswasta Pegawai swasta PNS Total Ringan
3 1
23,1 7,7
3 1
23,1 7,7
2 13 8
15,4 100 61,5
2 13 9
15,4 100 69,2
Selisih Beban Inter vensi
Sedang
5
38,5
4
30,8
Pre
13
48,00
Post
13
10,54
18,23
Sumber : Data primer Selisih
Tabel 2 menunjukkan karakteristik jenis kelamin keluarga pada kelompok intervensi
10,8 57 0,000 *
17
*bermakna pada α < 0,05 Sumber : data primer
sebagian besar adalah perempuan sebanyak 8
Hasil analisis pada tabel 3 menunjukkan
anggota keluarga (61,5%) dan pada kelompok
bahwa pada kelompok intervensi terjadi
kontrol
7
perubahan rata-rata nilai beban antara pre
Karakteristik
dan post test. Nilai beban menurun sebesar
pendidikan pada kelompok intervensi dan
17. Penurunan rata-rata nilai beban pada
kelompok kontrol sebagian besar adalah SD
kelompok
sebanyak
statistik, dimana nilai p lebih kecil daripada
anggota
adalah
perempuan
keluarga
5
(53,8%).
anggota
sebanyak
keluarga
(38,5%).
Karakteristik jenis pekerjaan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
sebagian
besar adalah tidak bekerja/Ibu Rumah Tangga sebanyak 5 keluarga (38,5%). Karakteristik derajad retardasi mental pada anak pada kelompok intervensi sebagian besar adalah
intervensi
bermakna
secara
nilai alpha (p=0,000 < α; 0,05). Hasil analisis pada tabel 3 menunjukkan bahwa
pada
kelompok
kontrol
terjadi
perubahan rata-rata nilai beban sebelum (pre test) dan setelah (post test) sebesar 18,23. Perubahan
Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 November 2016 188
rata-rata
nilai
beban
pada
kelompok kontrol juga bermakna secara
Tabel 5 menunjukkan bahwa pada kelompok
statistik, dimana nilai p sebesar 0,001 berada
kontrol terjadi perubahan rata-rata nilai harga
di bawah nilai alpha (α= 0,05).
diri rendah sebelum (pre test) dan sesudah
Tabel 4. Distribusi nilai beban pada kelompok intervensi dan kontrol sesudah pemberian terapi psikoedukasi keluarga Variabel
n
Mean
SD
SE
Beban Kontrol Beban Interven si Selisih
13
27,54
13
10,54
9,46 6 5,36 4
2,62 5 1,48 8
t
5,634
pvalue
0,000
(post test) sebesar 7,23. Peningkatan nilai harga diri rendah sebesar 7,23 belum dapat menaikkan harga diri. Keadaan tersebut tidak didukung dengan adanya perubahan rata-rata nilai beban pada kelompok kontrol tidak bermakna secara statistik, dimana nilai p
17
sebesar 0,104 berada di atas nilai alpha (α;
*bermakna pada α < 0,05
0,05). Hasil analisis pada tabel 4 menunjukkan bahwa nilai beban keluarga pada kelompok
Hasil analisis pada tabel 5 juga menunjukkan
intervensi
terapi
bahwa pada kelompok intervensi terjadi
psikoedukasi keluarga lebih rendah sebesar 17
perubahan rata-rata nilai harga diri rendah
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil
antara pre dan post test. Peningkatan rata-
uji statistik didapatkan nilai p sebesar 0,000 (p
rata nilai harga diri rendah pada kelompok
< α).
intervensi bermakna secara statistik, dimana
setelah
pemberian
nilai p lebih kecil daripada nilaai alpha (p = Tabel 5. Distribusi nilai harga diri rendah pada kelompok intervensi dan kontrol sebelum dan sesudah pemberian terapi psikoedukasi keluarga Variabel
n
Mean
SD
SE
t
pvalue
HDR Kontrol Pre
13
48,92
7,78 3
2,159
1,75 9
0,104
Post
13
56,15
Peningk atan HDR Interven si Pre Post Peningk atan
7,23
2,731 9,84 8
0,000 < α; 0,05). Tabel 6. Distribusi nilai harga diri rendah pada kelompok intervensi dan kontrol sesudah pemberian terapi psikoedukasi keluarga Variabel
n
Mean
SD
SE
t
HDR Kontrol HDR Intervensi Selisih
13
73,77
9,194
13
56,15
9,848
2,55 0 2,73 1
4,71 4
pvalue 0,000
17,62
*bermakna pada α < 0,05 Sumber : data primer 13
51,38
13
73,77 22,39
*bermakna pada α < 0,05 Sumber : data primer
7,85 9
2,180 2,550
9,19 4
8,23 3
0,000 *
Hasil analisis pada tabel 6 menunjukkan bahwa nilai harga diri rendah keluarga pada kelompok intervensi setelah pemberian terapi psikoedukasi
keluarga
mengalami
www.jik.ub.ac.id 189
peningkatan sebesar 17,62. Hasil uji statistik
akhirnya dengan waktu yang lama ini masih
didapatkan nilai p sebesar 0,000 (p < α).
memberikan
efek
terhadap
menurunnya
cemas dan beban yang dialami oleh keluarga PEMBAHASAN
dengan stroke.
1. Perubahan Beban dan harga diri rendah keluarga dengan anak retardasi mental sebelum
Fakta lain yang mendukung bahwa terapi
dan sesudah dilakukan terapi psikoedukasi
psikoedukasi
keluarga pada kelompok intervensi.
terhadap
Perubahan Beban keluarga dengan anak
keluarga dengan anak retardasi mental pada
retardasi mental sebelum dan sesudah pada
penelitian ini dapat terlihat pada hasil analisa
kelompok intervensi
statistik penelitian yang di dapatkan nilai p-
keluarga
penurunan
mempengaruhi
nilai
beban
pada
value = 0,000, dimana nilai ini lebih kecil dari Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
α = 0,05.
rata-rata beban pada kelompok intervensi sebelum
terapi
psikoedukasi
keluarga
Peneliti
berpendapat
bahwa
terapi
mengalami penurunan nilai rata-rata beban
psikoedukasi keluarga ini memiliki pengaruh
sebesar 17 poin.
terhadap
penurunan
nilai
beban
pada
keluarga dengan anak retardasi mental Hal
ini
terjadi
karena
waktu
dalam
disebabkan karena di dalam pelaksanaan sesi
pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga
terapi
dilakukan 2 kali pertemuan pada setiap
pendidikan kesehatan dan latihan tentang
sesinya dalam kurun waktu 7 minggu dengan
manajemen beban yang diberikan dengan
jeda waktu antar tiap sesi adalah 2 hari.
metode ceramah, diskusi, dan demonstrasi
Waktu
cara mengatasi masalah.
yang
kemampuan mengingat
singkat kognitif setiap
ini
memanfaatkan
seseorang
materi
yang
psikoedukasi
keluarga
terdapat
untuk telah
Pendidikan kesehatan yang diberikan pada sesi ke-4 manajamen beban berupa materi
disampaikan pada setiap sesinya.
yang meliputi; pegertian, proses terjadinya, Nurbani
(2009),
menjelaskan
dalam
bahwa
penelitiannya
lamanya
waktu
jenis beban, dampak dan cara mengatasi beban.
Dalam
pelaksanaan
terapi
pelaksanaan terapi psikoedukasi berpengaruh
psikoedukasi keluarga memanfaatkan leaflet
pada kemampuan kognitif seseorang dalam
sebagai media dokumentasi bagi keluarga
mengingat isi konten dalam sesi pelaksanaan
agar pada saat keluarga tidak lagi bersama
terapi psikoedukasi keluarga, walaupun pada
terapis bisa tetap mengingat materi yang
Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 November 2016 190
sudah disampaikan dengan membaca kembali
mengasuh, merawat dan mendidik anak-
leaflet yang diberikan.
anaknya dengan penuh rasa tanggungjawab
Pelaksanaan sesi pada terapi psikoedukasi
dan kasih sayang.
keluarga dalam penelitian ini merupakan hasil
Selain agama ada faktor lain yang mungkin
modifkasi dari penelitian-penelitian yang telah
bisa menyebabkan terjadinya perubahan
dilakukan
beban adalah struktur budaya di Kabupaten
oleh
Nurbani
(2009)
dan
Rosmaharani (2015).
Bondowoso, dimana berdasarkan struktur
Perubahan beban yang terjadi pada keluarga
budayanya mayoritas pendudukan kabupaten
dengan anak retardasi mental yang menjadi
Bondowoso
bersuku
madura.
Diketahui
responden dalam penelitian ini bisa juga
bersama bahwa suku madura identik dengan
disebabkan karena pemahaman keluarga
pemeluk agama islam. Apabila dikaitkan
terhadap agama yang cukup baik. Dilihat saat
dengan tingkat spiritualitas seperti yang telah
peneliti memasukkan unsur agama dalam
dijelaskan pada paragraf sebelumnya maka
pembicaraan pelaksanaan terapi psikoedukasi
dapat disimpulkan bahwa budaya juga dapat
keluarga dimana tampak responden lebih bisa
mempengaruhi terjadinya perubahan beban.
memahami
makna
Pendapat
pelaksanaan
terapi
dari
beban.
peneliti
ini
sejalan
dengan
menjelaskan
penelitian yang telah dilakukan oleh Napolion
bahwa anak retardasi mental itu adalah
(2010) yang menjelaskan bahwa struktur
amanah dan anugerah dari Allah swt sehingga
budaya turut menjadi salah satu faktor yang
kita wajib menyanyangi dan bertanggungjwab
mempengaruhi
penuh terhadap kehidupannya. Kondisi ini
terhadap keberadaan anak retardasi mental.
didukung pula dengan demografi Kabupaten
Apabila keluarga dapat menerima keberadaan
Bondowoso yang mayoritas beragama Islam.
anak
Pendapat
berpengaruh terhadap beban yang dirasakan
peneliti
peneliti
Dalam
ini
sejalan
dengan
penelitian yang dilakukan oleh Napolion (2010), yang menyatakan bahwa bentuk perhatian dan kasih sayang yang diberikan keluarga didasarkan pada adanya pemahaman keluarga bahwa anak adalah amanah dan sekaligus anugerah dari Allah SWT, maka keluarga mendapat tanggung jawab untuk
retardasi
penerimaan
mental
maka
keluarga
dapat
saat memiliki anak retardasi mental. Peneliti berpendapat bahwa beban keluarga dengan anak retardasi mental perlu diberikan sebuah intervensi karena beban keluarga merupakan hasil pengalaman mekanisme koping yang maladaptif keluarga yang akan www.jik.ub.ac.id 191
memberikan dampak bagi keluarga dengan
yang dirasakan akibat memiliki anak retardasi
anak retardasi mental dalam menjalankan
mental, sehingga keluarga mampu merawat
tugas, fungsi dan perannya sebagai keluarga
dan mengasuh anak retardasi mental dengan
yang memiliki anak retardasi mental. Harapan
baik.
terakhir adalah keluarga ingin di masa depan
Perubahan Harga diri rendah keluarga
anak retardasi mental mampu mandiri dan
dengan anak retardasi mental sebelum dan
minimal bisa bertingkah laku hampir sama
sesudah pada kelompok intervensi
dengan anak normal pada umumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata Keberadaan anak retardasi mental sering
- rata harga diri rendah pada kelompok
dianggap merepotkan dan menjadi beban
intervensi
bagi pihak lain yang mana tindakan orang tua
keluarga sebesar 51,38 dan setelah terapi
yang seperti ini akan memperparah keadaan
psikoedukasi keluarga sebesar 73,77 dengan
anak retardasi mental (Wall dalam Dewi
nilai
2011). Beban yang berlebih akan dirasakan
disimpulkan
sebagai manifestasi dari tuntutan ekonomi
signifikansi nilai harga diri rendah pada
dan waktu yang cukup panjang dalam
kelompok intervensi sebelum dan setelah
merawat anak retardasi mental, selain itu
sebelum
siginifikansi bahwa
terapi
0,00.
psikoedukasi
Hasil
terdapat
inidapat perbedaan
pemberian terapi.
adanya stigma sosial tentang keberadaan anak ertardasi mental, ketergantungan anak
Perubahan yang terjadi pada nilai harga diri
pada keluarga, ekstra sabar, dan menurunnya
rendah
produktifitas keluarga. Situasi seperti ini
pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga
menimbulkan beban yang tidak ringan dan
setiap keluarga memperoleh kesempatan
dapat menyebabkan munculnya dampak bagi
untuk menceritakan masalah psikososial yang
keluarga (Tsai & Wang, 2009). Dampak yang
dihadapi dan berbagi perasaan yang dirasakan
dirasakan oleh keluarga akan mempengaruhi
selama memiliki anak retardasi. Pendapat
kualitas hidup dan kemampuan keluarga
peneliti ini sejalan dengan pendapat yang
dalam merawat anak ertardasi mental (Tsai &
disampaikan
Wang, 2009; Mclnyre, Blacher, & Baker,
menyatakan bahwa dalam pertemuan terapi
2002).
psikoedukasi
Terapi psikoedukasi keluarga yang diberikan
keluarga
oleh
dikarenakan
Varcolis
keluarga,
dalam
(2006)
anggota
yang
keluarga
membagikan perasaan yang dirasakan.
mampu menurunkan beban keluarga yang
Waktu pelaksanaan terapi psikoedukasi yang
pada akhirnya dapat meminimalkan dampak
lebih singkat
Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 November 2016 192
juga
berpengaruh
dalam
perubahan nilai harga diri rendah karena
yang dimiliki, menetapkan harapan, bercakap
memanfaatkan kemampuan kognitif keluarga
dengan orang lain, dan berobat ke dokter jika
dalam mengingat isi materi yang disampaikan.
tanda dan gejala harga diri rendah tidak dapat
Nurbani (2009), menyatakan bahwa penelitian
diatasi. yang dilakukan olehnya membutuhkan waktu
Pemberian manajemen harga diri rendah yang
5 kali pertemuan setiap sesinya dimana
dilakukan pada sesi ke-3 ternyata cukup
terdapat 5 sesi dalam pelaksanaan terapi
efektif dalam menurunkan tanda dan gejala
psikoedukasi keluarganya, dimana waktu yang
dari harga diri rendah pada keluarga dengan
cukup lama dalam pelaksanan terapi akan
anak retardasi mental.
mempengaruhi
kognitif
keluarga
dalam
mengingat isi materi yang diberikan dalam terapi.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa terapi psikoedukasi keluarga dapat
Terapi psikoedukasi keluarga ini memiliki
digunakan untuk menurunkan tanda dan
pengaruh terhadap penurunan nilai harga diri
gejala dari harga diri rendah. Suerni, Keliat, &
rendah pada keluarga dengan anak retardasi
Helena (2013) mengatakan bahwa dalam
mental
pemberian
disebabkan
karena
di
dalam
terapi
psikoedukasi
keluarga
pelaksanaan sesi terapi psikoedukasi keluarga
mampu menurunkan tanda dan gejala dari
terdapat pendidikan kesehatan dan latihan
harga diri rendah berupa salah satunya
tentang manajemen harga diri rendah yang
perasaan malu. Terapi psikoedukasi keluarga
diberikan dengan metode ceramah, diskusi,
memberikan pendidikan pendidikan kepada
dan demonstrasi cara mengatasi masalah
keluarga dengan anak retardasi mental yang
pada sesi yang ke – 3.
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
Pemberian manajemen harga diri rendah yang dilakukan pada sesi ke – 3 pada terapi psikoedukasi
keluarga.
Pada
sesi
ke-3
diberikan pendidikan kesehatan dan latihan tentang bagaimana mengatasi harga diri
agar dapat memahami dan mempunyai koping
akibat
gangguan
jiwa
yang
mengakibatkan masalah dalam berhubungan dengan
keluarganya
(Goldenberg
&
Golderbers, 2004).
rendah. Pada sesi ke-3 peneliti mengajarkan
Pada
pelaksanaan
terapi
psikoedukasi
dan melatih beberapa cara mengatasi harga
keluarga mendemonstrasikan dan melatih
diri rendah yaitu latihan
menghentikan
keluarga tentang terapi penghentian pikiran
pikiran, terapi kognitif, menggali kemampuan
sebagai salah satu cara mengatasi harga diri www.jik.ub.ac.id 193
rendah yang dilakukan pada sesi ke - 3
berubah menjadi kronis apabila tidak ada
(manajemen harga diri rendah).
intervensi yang diberikan. Harga diri rendah
Sari (2016), menyatakan bahwa latihan penghentian
pikiran
dalam
terapi
psikoedukasi juga dapat menurunkan salah
kronis ini merupakan salah satu tanda dan gejala dari depresi yang pada akhirnya dapat mengakibatkan resiko terjadinya bunuh diri.
satu tanda dan gejala dari harga diri rendah
Perasaan malu tersebut kerap kali dirasakan
yaitu
terapi
oleh keluarga dengan anak retardasi mental.
psikoedukasi keluarga di dalamnya juga
Perasaan malu muncul disebabkan adanya
mendemonstrasikan dan melatih tentang
stigma sosial dalam masyarakat tentang
salah satu cara mengatasi harga diri rendah
keberadaan anak retardasi mental (Napolion,
berupa terapi kognitif. Suerni, Keliat, dan
2010; Sari, 2013).
ansietas.
Pelaksanaan
Helena (2013), menyatakan bahwa terapi kognitif
ini difokuskan
untuk
mengenal
pikiran-pikiran negatif, mengubah pemikiran otomatis negatif, mengubah anggapan yang tidak masuk akal, dan mengatasi kelainan bentuk pikiran dengan menggantikan pikiran
Harga diri rendah yang terjadi pada keluarga merupakan manisfetasi dari adanya stigma tentang keberadaan anak retardasi mental masih
dipandang
negatif
keberadaannya. Kondisi anak retardasi mental yang berbeda dengan anak normal pada umumnya negatif.
diri rendah situasional. Harga diri rendah yang berkepanjangan dan tidak segera dilakukan intervensi keperawatan maka akan berubah menjadi harga diri rendah kronis (Stuart, 2013).
yang positif.
yang
Perasaan malu ini akan mengakibatkan harga
menimbulkan Tentunya
persepsi-persepsi
stigma
ini
akan
Harga diri rendah kronis merupakan gejala yang dominan pada kondisi klien dengan harga diri rendah kronis. Kondisi depresi ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya resiko bunuh diri (Kaplan & Sadock, 2010). Melihat penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa
terapi
psikoedukasi
memunculkan respon berupa perasaan malu,
keluarga yang diberikan memang sangat
cemas, sedih, dan takut telah memiliki anak
dibutuhkan untuk meningkatkan harga diri
retardasi mental. Respon tersebut merupakan
agar keluarga tidak jatuh dalam kondisi
tanda dan gejala dari harga diri rendah. Harga
depresi
diri
menyebabkan terjadinya resiko bunuh diri.
rendah
yang
berkepanjangan
akan
Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 November 2016 194
yang
pada
akhirnya
dapat
2.
Perubahan Beban dan harga diri rendah
Kejadian
ini bisa saja
terjadi mungkin
keluarga dengan anak retardasi mental sebelum
dikarenakan
dan sesudah dilakukan terapi psikoedukasi
mempengaruhi terjadinya perubahan ini,
keluarga pada kelompok kontrol.
ada
faktor
lain
yang
salah satunya adalah pernyataan yang didapat
Perubahan Beban keluarga dengan anak
dari
kepala
retardasi mental sebelum dan sesudah pada
wawancara tanggal 30 Mei 2016 yang
kelompok kontrol.
menjelaskan bahwa di SDLB Negeri Badean Kabupaten
sekolah
Bondowoso
berdasarkan
sering
hasil
diadakan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
pertemuan rutin dengan orang tua setiap
rata-rata beban pada kelompok kontrol
akhir semester dimana dalam pertemuan
mengalami penurunan nilai rata-rata beban
tersebut kegiatannya berupa pengambilan
sebesar 18,23 poin dengan nilai siginifikansi
rapot, konsultasi perkembangan anak dengan
0,000. Hal ini berarti adanya perubahan nilai
guru kelas, dan penjelasan mengenai kondisi
beban keluarga secara signifikan setelah
anak dari guru kelas masing-masing. Melihat
dilakukan penyuluhan kesehatan.
kegiatan tersebut dapat diartikan bahwa
Penyuluhan
kesehatan
merupakan
penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui proses belajar dengan tujuan
untuk
mempengaruhi
perilaku
beban akan lama kelamaan berkurang karena keluarga
sering
mendapatkan
informasi
mengenai perkembangan anaknya di sekolah. Faktor lain yang mungkin juga berpengaruh
seseorang, memberikan pesan, menanamkan
terhadap
keyakinan dengan tujuan untuk dapat lebih
kesehatan terhadap beban adalah adanya
mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat
kegiatan tambahan di luar kurikulum yang ada
dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
seperti bina diri yang dilakukan setiap 2 kali
hari. Penyuluhan yang dilakukan memiliki
dalam seminggu, terapi sosialisasi yang
tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan target
dilakukan 1 kali dalam sebulan. Kegiatan yang
yang telah ditetapkan oleh setiap penyuluh
dilakukan dalam bina diri berupa kegiatan
(Notoadmojo, 2012).
dalam pemenuhan kebutuhan dasar, seperti
Peneliti
berpendapat
bahwa
penyuluhan
kesehatan yang telah dilakukan 1 kali selama 7 minggu kegiatan penelitian ini ternyata cukup efektif dalam merubah nilai beban pada keluarga.
adanya
pengaruh
penyuluhan
menyikat gigi, berpakaian, makan, minum, dan lain-lain. Dalam kegiatan ini melibatkan peran serta keluarga berupa melanjutkan kegiatan yang telah diajarkan dalam kegiatan www.jik.ub.ac.id 195
bina diri di rumah. Pihak sekolah akan
- rata harga diri rendah pada kelompok
memberikan catatan pada buku anak untuk
kontrol mengalami peningkatan nilai rata-rata
meminta keluarga melanjutkan kegiatan di
sebesar 7,23.
rumah dan melaporkan dalam melaporkan ke pihak guru akan perkembangan anak selama seminggu. Kegiatan terapi sosialisasi ini dilakukan berupa mengajak anak berbelanja ke pasar, berkenalan dengan orang lain. Tentunya kegiatan-kegiatan yang dilakukan sekolah akan mengurangi beban dari keluarga dimana anak mampu melakukan pemenuhan
Melihat
hasil
analisis
tersebut,
peneliti
berpendapat bahwa kondisi tersebut mungkin diakibatkan karena tidak diberikannya terapi psikoedukasi kontrol,
keluarga
melainkan
penyuluhan
kepada
kelompok
hanya
diberikan
kesehatan
mengenai
anak
reterdasi mental dan cara perawatannya.
kebutuhan yang mendasar dengan cara
Melihat
mandiri.
dibuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan
Pendapat peneliti ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Sari (2016) yang
menyatakan
bahwa
penyuluhan
kesehatan tidak memiliki pengaruh terhadap
hasil
uji
statistik
maka
dapat
yang signifikan pada nilai harga diri rendah pada kelompok pre test dan post test, dimana didapatkan nilai p-value lebih besar dari α (pvalue = 0,104 > α = 0,05).
perubahan beban keluarga pada penderita
Hasil analisis tersebut menjelaskan bahwa
yang melakukan hemodialisa.
walaupun terdapat penambahan nilai rata –
Melihat penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa
penyuluhan
kesehatan
dapat
menurunkan beban. Penurunan beban ini disebabkan karena beberapa faktor yang pada prinsipnya
yaitu
adanya
penambahan
pendidikan kesehatan yang dikemas dalam bentuk yang berbeda. Perubahan Harga diri rendah keluarga dengan anak retardasi mental sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata
rata harga diri rendah keluarga dengan anak retardasi mental pada kelompok kontrol akan tetapi
peningkatan
nilai
tersebut
tidak
bermakna secara statistik dan secara kategori berdasarkan penelitian Hidayat (2011) nilai tersebut masih sama - sama berada pada kategori harga diri rendah. Tidak adanya penambahan pada nilai harga diri rendah secara statistik dan kategori tersebut bisa disebabkan karena penyuluhan kesehatan yang diberikan hanya berupa penjelasan tentang anak retardasi mental dan
Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 November 2016 196
bagaimana cara merawatnya tanpa diberikan
dapat
penjelasan tentang bagaimana mengatasi
tambahan informasi tentang obyek tersebut,
harga diri rendah, sehingga respon psikososial
melalui persuasi serta tekanan dari kelompok
dari memiliki anak retardasi mental apabila
sosialnya (Sarwono, 2003).
kelompok kontrol mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang manajemen harga diri rendah bisa jadi terjadi perubahan nilai dari harga diri rendah keluarga karena seseorang akan berubah dan menyelesaikan masalah apabila ada tambahan informasi tentang apa yang menjadi permasalahan yang dihadapi.
berubah
Melihat
hasil
dengan
akhir
diperolehnya
penelitian
ternyata
penyuluhan kesehatan saja tidak cukup mampu untuk merubah nilai harga diri rendah keluarga dengan anak retardasi mental. Intervensi lanjutan sangat diperlukan untuk mngelola pemberian
harga
diri
terapi
rendah
sehingga
psikoedukasi
keluarga
Penyuluhan kesehatan dijelaskan sebagai
dianggap
intervensi
suatu proses pemberian informasi tentang
merubah
harga
anak retardasi mental dengan menggunakan
dibuktikan dengan terjadinya peningkatan
metode
proporsi harga diri rendah pada kelompok
tertentu
sehingga
seseorang
memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan
yang
diri
tepat
rendah
dalam keluarga
intervensi.
cara tingkah laku sesuai dengan kebutuhan Pendapat peneliti tersebut sejalan dengan
(Notoatmojo, 2012).
hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Pemberian penyuluhan kesehatan digunakan
Faizaturrohmah (2015) yang menyatakan
sebagai
pemberian
bahwa pemberian informasi saja tidak dapat
informasi tentang anak retardasi mental pada
menurunkan tanda dan gejala dari harga diri
anggota keluarga yang memiliki anak retardasi
rendah salah satunya kecemasan melainkan
mental. Penyuluhan kesehatan yang diberikan
membutuhkan
kepada kelompok kontrol meliputi penjelasan
seperti halnya penatalaksanaan yang mampu
umum mengenai anak reterdasi mental dan
merubah sebuah
bagaiman cara merawatnya.
psikoedukasi keluarga.
Pendapat peneliti tersebut sejalan dengan
Penyuluhan yang dilakukan oleh peneliti
pendapat Notoatmojo (2012) informasi yang
didasarkan pada satuan acara penyuluhan
didapat oleh seseorang menjadi landasan
yang telah dirancang oleh peneliti dengan
seseorang
dalam
frekuensi 1 kali selama penelitian (minggu)
menyelesaikan masalah. Sikap seseorang
dengan durasi 45-60 menit. Melihat uraian di
salah
satu
untuk
metode
berfikir
penatalaksanaan
khusus
perilaku seperti terapi
www.jik.ub.ac.id 197
atas peneliti berpendapat bahwa penyuluhan
Terapi psikoedukasi keluarga merupakan
kesehatan kurang efektif dalam meningkatkan
salah satu dari enam praktek berbasis
harga diri oleh karena seseorang yang
pembuktian sebelumnya yang didukung oleh
mengalami harga diri rendah tidak hanya
pusat pelayanan kesehatan mental untul
mengalami
individu dapat diberkan pada individu dengan
perubahan
secara
kognitif
melainkan perubahan secara perilaku.
penyakit mental kronis (Jewell, Downing, &
3. Perubahan Beban sesudah dilakukan terapi psikoedukasi keluarga pada kelompok kontrol
McFarlane, 2009). Stuart (2013), menyatakan bahwa anak retardasi mental masuk dalam ketegori gangguan kesehatan jiwa pada anak
dan kelompok intervensi.
dan untuk harga diri rendah masuk ke dalam Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
gangguan
rata-rata
menyatakan
beban
keluarga
dengan
anak
konsep
diri.
bahwa
Nurbani
terapi
(2009),
psikoedukasi
retardasi mental pada kelompok intervensi
efektif dalam menurunkan beban keluarga
setelah
dalam merawat pasien stroke.
pemberian
terapi
psikoedukasi
keluarga sebesar 10,54, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 27,54, dengan nilai siginifikansi
0,000.
hasil
tersebut
menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara nilai rata-rata beban keluarga dengan anak
retardasi
mental
pada
kelompok
Melihat penjelasan di atas maka peneliti menyimpulkan terapi psikoedukasi keluarga dapat disarankan untuk diberikan pada keluarga dengan anak retardasi mental yang mengalami beban baik beban subyektif maupun
intervensi dan kelompok kontrol.
obyektif.
Pelaksanaan
terapi
psikoedukasi keluarga yang dilakukan dalam Hasil penelitian ini sesuai dengan literatur
penelitian
yang menyatakan bahwa pada prinsipnya
kesehatan dan latihan mengenai segala
terapi
macam
anggota
psikoedukasi keluarga
pengetahuan
keluarga dalam
tentang
membantu
meningkatkan
memberikan
tentang
manajemen
anak
harga
pendidikan
retardasi
diri
mental,
rendah,
dan
melalui
manajemen beban. Pemberian pendidikan
pemberian informaasi dan edukasi yang dapat
kesehatan dan latihan ini berupa ceramah,
mendukung
rehabilitasi
diskusi dengan keluarga, membagikan leaflet
pasien (Carson, 2000). Pertemuan dalam
untuk dibaca dan diskusikan bersama, serta
pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga
mendemonstrasikan
memberikan
megatasi harga diri rendah dan beban.
pengobatan
perasaan
penyakit
ini
dan
saling
membagi
perasaan yang dirasakan (Varcolis, 2006).
Pelaksanaan
Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 November 2016 198
dan
treatment
melatih
tersebut
cara
yang
memungkinkan harga diri rendah dan beban
Dampak
keluarga
adanya
terhadap menurunnya kualitas hidup dan
sehingga
kemampuan keluarga dalam merawat anak
meningkatkan pengetahuan keluarga dalam
retardasi mental (Tsai dan Wang, 2008;
mengelola harga diri rendah dan beban yang
McIntyre, Blacher, & Baker, 2006).
dialami keluarga dengan anak retardasi
Melihat
mental. Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo
berpendapat bahwa keluarga dengan anak
(2012)
retardasi
berkurang
penambahan
karena
informasi
yang
bertambahnya
menyatakan informasi
bahwa
penjelasan
mental
akan
di
perlu
mempengaruhi
atas,
peneliti
memperoleh
diterima
keterampilan untuk memanajemen beban
seseorang akan menjadi landasan seseorang
sehingga dampak yang muncul disebabkan
dalam memecahkan masalah.
karena beratnya beban keluarga dengan anak
Beban dalam merawat anak retardasi mental
retardasi mental dapat diminimalkan.
merupakan berbagai permasalahan, kesulitan
4. Perubahan Harga diri rendah sesudah
dan efek yang dialami keluarga sebagai hasil
dilakukan terapi psikoedukasi keluarga pada
dari
kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
merawat
(Fontaine,
anak
2003).
yang
keluarga
retardasi
Beban
mental
tersebut
akan
mempengaruhi fungsi dan kehidupan keluarga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata - rata harga diri rendah pada kelompok
(Gulseren, dkk, 2010; Fontaine, 2003).
intervensi setelah pemberian terapi lebih
Beban yang berlebih akan dirasakan keluarga
tinggi dari pada kelompok kontrol.
sebagai manifestasi dari tuntutan ekonomi
Penyuluhan kesehatan cukup mampu untuk
dan
dalam
merubah nilai harga diri rendah keluarga
perawatan, stigma sosial tentang retardasi
dengan anak retardasi mental. Intervensi
mental,
ketergantungan
dengan
lanjutan sangat diperlukan untuk mengelola
keluarga,
kesabaran
dalam
harga diri rendah sehingga pemberian terapi
menghadapi emosi anak, dan menurunnya
psikoedukasi keluarga dianggap intervensi
produktivitas
yang tepat dalam merubah nilai harga diri
waktu
yang
dalam
tidak
yang
singkat
anak tinggi
keluarga
(Masitoh,
Asiyah, & Sholihah (2014).
rendah
Kondisi seperti yang dijelaskan pada paragraf
peningkatan proporsi harga diri rendah pada
sebelumnya menimbulkan beban yang tidak
kelompok intervensi.
ringan dan dapat menyebabkan munculnya
Harga diri rendah pada keluarga dengan anak
dampak bagi keluarga (Tsai dan Wang, 2008).
retardasi mental muncul akibat memiliki anak
keluarga
dibuktikan
dengan
www.jik.ub.ac.id 199
reterdasi mental. Kondisi anak retardasi
retardasi mental mengalami tanda dan gejala
mental yang berbeda dengan anak normal
harga diri rendah berupa perasaan malu,
lainnya yang membuat orang tua merasa malu
cemas, putus asa atau frustasi, perasaan
sehingga pada akhirnya menyembunyikan
bersalah dan konflik keluarga dalam hal ini
anaknya, sehingga anak tidak dapat tumbuh
pembagian peran mengasuh dan hambatan
dan berkembang dengan baik. Perasaan malu
dalam interaksi sosial.
yang dialami sampai bahkan berakibat pada
Terapi psikoedukasi keluarga dianggap dapat
anak tidak diperbolehkan keluar rumah
merubah harga diri rendah keluarga karena di
didukung dengan hasil penelitian dimana rata
dalam
– rata anak yang bersekolah di SDLB ini
pendidikan kesehatan mulai dari pengertian
berusia 9 – 18 tahun, karena perasaan malu
anak reterdasi mental, tanda dan gejala
yang mengakibatkan terjadinya hambatan
sampai dengan cara merawat selain itu juga
dalam
juga
diajarkan dan dilatih manajemen harga diri
telah
rendah. Pada pelaksanaan manajemen harga
melahirkan anak retardasi mental dan juga
diri rendah yang dilakukan pada sesi ke-3 ini,
merasa cemas akan masa depan anaknya dan
mendemonstrasikan dan melatih beberapa
keluarga takut kelak ketika orang tua anak
cara mengatasi harga diri rendah pada
retardasi mental meninggal siapa yang akan
keluarga seperti latihan penghentian pikiran
mengasuh dan merawat anak mereka.
dan terapi kognitif.
Keluarga dengan anak retardasi mental juga
Pendapat peneliti tersebut sejalan dengan
mengalami frustrasi atau putus asa ketika
penjelasan
merawat
keluarga
interaksi
mengalami
sosial,
perasaan
keluarga bersalah
anak reterdasi mental
karena
pelaksanaan
tentang oleh
kondisi yang berbeda dengan anak normal
menyatakan
sehingga membutuhkan ekstra perhatian dan
keluarag
perawatan serta anak reterdasi mental sering
terapi
terapi
Dixon
dkk,
diberikan
psikoedukasi 2001)
yang
bahwa
terapi
psikoedukasi
merupakan
terapi
yang
telah
terbukti mengurangi tingkat kekambuhan dan
bergantung pada orang lain. Tanda dan gejala
memfasilitasi
lain yang terjadi adalah konflik peran di mana
penyakit mental. Anak retardasi mental
pembagian peran dalam mengasuh anak
merupakan
menimbulkan pertengkaran dalam keluarga.
kesehatan jiwa pada anak yang biasanya
Kondisi ini sejalan dengan Napolion (2011);
terjadi sebelum usia 18 tahun dan memiliki
Navnit, Santosha, dan Joseph (2013) yang
intelegnce cuestion yang rendah sehingga
menjelaskan bahwa keluarga dengan anak
mengakibatkan kesulitan dalam melakukan
Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 November 2016 200
seseorang
salah
satu
yang
jenis
memiliki
gangguan
aktivitas
yang
pada
akhirnya
anak
Caragiver inilah yang akan menjadi sistem
membutuhkan orang lain dalam memenuhi
dukungan keluarga. Pender, Parson dalam
kebutuhannya (Stuart, 2016).
Rahayu (2011) menjelaskan bahwa sistem
Kondisi anak retardasi mental seperti yang sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya akan berdampak pada kualitas hidup keluarga dalam merawat anak retardasi mental (Tsai & Wang, 2008; McIntyre, Blacher, & Baker, 2006).
dukungan keluarga merupakan suatu sistem pendukung yang diberikan oleh keluarga terhadap anggota keluarganya yang bertujuan menjaga status sosial anggota keluarga, memberikan dukungan perasaan, bantuan secara
harta
benda,
dan
memberikan
informasi dan pelayanan serta memfasilitasi
Terapi psikoedukasi keluarga cukup efektif
anggota keluarga berhubungan sosial di
mengatasi harga diri rendah karena di dalam
masyarakat. Sistem pendukung ini diharapkan
pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga
mampu meningkatkan peran keluarga dalam
diajarkan manajemen harga diri rendah
mengasuh dan merawat anak retardasi
seperti latihan penghentian pikiran dan terapi
mental
kognitif.
berkembang secara optimal.
Kedua
latihan
yang
diberikan
tersebut cukup efektif dalam mengatasi harga
sehingga
dapat
tumbuh
dan
KESIMPULAN
diri rendah Suerni, Keliat, & Helena, 2013). Prinsipnya, kedua jenis latihan tersebut sama
Terdapat perbedaan beban keluarga dengan
tujuannya yaitu menggantikan pikiran negatif
anak retardasi mental antara sebelum dan
menjadi pikiran positif.
sesudah
terapi
Terdapat
perbedaan
Keluarga dengan anak retardasi mental harus memiliki harga diri yang baik agar keluarga mampu menjalankan ke-5 fungsi keluarga dan tugas keluarga di bidang kesehatan dengan baik. Dalam sebuah keluarga pasti akan ditemukan salah seorang atau beberapa
psikoedukasi harga
diri
keluarga. rendah
keluarga dengan anak retardasi mental antara sebelum dan sesudah terapi psikoedukasi keluarga.
Terapi
psikoedukasi
keluarga
berpengaruh terhadap harga diri rendah dan beban keluarga dengan anak retardasi mental.
anggota keluarga yang berperan penting
Dari hasil penelitian dapat disarankan adanya
dalam upaya perawatan anggota keluarga
pengemabangan kurikulum dan kegiatan di
yang sakit yang biasa disebut caregiver
sekolah yang lebih melibatkan keluarga serta
(Rahayu, 2011).
adanya program khusus yang lebih sering
www.jik.ub.ac.id 201
menangani keluarga dengan anak retardasi
terhadap beban dan harga diri rendah
mental.
keluarga dengan menganalisa lebih jauh
Mengembangkan pengaruh
terapi
penelitian
tentang
psikoedukasi
keluarga
pengaruh dari faktor budaya dan agama.
DAFTAR PUSTAKA
kabupaten banyumas. Tesis. Jakarta:
Andren & Elmstahl (2006). Psychosocial
Fakultas Ilmu Keperawatan UI.
intervention for family caregivers of people
with
dementa
Fontaine, K. L. (2003). Mental health nursing.
reduces
caregiver’s burden: development and effect after 6 and 12 months. Journal
New Jersey : Pearson Education. Inc. Gluseren, L, Cam B, Karakoc, B, Yigit, T, Danani, Ae, Cubukcuoglu, Z, Tas C,
compilation scand J caring sci. 22. 98 –
Gulseren S, Mete L. (2010). The
109.
perceived burden scale of care and its
Ariani, M, Soeselo, DA, Surilena. (2014). Karakteristik
pola
asuh
corelates in schizophrenia. NCBI. 21(3).
dan
203
–
212,
(Online),
psikopatologi orang tua penyandang
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
retardasi mental ringan di Sekolah Luar
20818508), diunduh tanggal 13 Juli
Biasa- C (SLB-C) Harapan Ibu. Journal of
2016.
MedicineI. 13(2), 74 – 83.
Goldenberg, I & Goldenberg, H. (2004). Family
Benny, N, Nurdin, dan Chundrayetti. (2014).
therapi an overview. Sixth edition.
Penerimaan Ibu yang memiliki anak retardasi mental di SLB YPAC Padang. Jurnal Kesehatan ANDALAS, 3, 159 –
United status: Thomson. Haugard, J. (2008). Child Psychopatology. S.I.;NY: McBraw-Hill.
152. Carson, V. B. (2000). Mental health nursing:
Herdman, T.H, & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosa keperawatan, definisi, dan
the nurse –patient journey. 2nded.
kalsifikasi, 2015 – 2017. 10th ed. Jakarta :
Philadelphia: W.B. Saunders Company.
EGC. Dewi, E. I. (2011). Pengaruh terapi kelompok suportif terhadap beban dan tingkat
Hidayat, E. (2011). Pengaruh
ansietas keluarga dalam merawat anak tunagrahita di sekolah luar biasa (SLB)
cognitive
behaviour therapy (CBT) dan rational emotive
behavior
therapy
(REBT)
terhadap klien perilaku kekerasan dan Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 November 2016 202
harga diri rendah di rumah sakit Dr. H.
TheNational University of Singapura
Marzoeku Mahdi Bogor. Tesis. Jakarta:
Press.
Fakultas Ilmu Keperawatan UI.
Mohr, W.K. (2006). Psychiatric mental health
Jewll, TC, Downing, D, & McFarlane, WR. (2009).
Partnering
with
families:
nursing. 6th ed. Phiadelpia: Lippincott Williams dan Wilkins.
multiple family group psychoeducation
Navnit, K, Santosha, C.D, Joseph, P. (2013).
for schizophrenia. NCBI. 65(8). 868 –
Quality of life parents of individual with
878,
(Online),
autism, cerebral palsy, and mental
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
retardation in india. Indian journal of
19530233), diunduh tanggal 14 Mei
health and wellbeing. 4(6). 765 – 771.
2016.
Napolion, K. (2010). Pengalaman keluarga
Kaplan, H. I, & Saddock, B. J. (2007). Sinopsis
dalam merawat anak tunagrahita di
psikiatri ilmu pengetahuan perilaku
kelurahan balumbang jaya kecamatan
psikiatri klinis. Jilid 1. 10
th
ed. Jakarta:
Bina Rupa Aksara.
Bogor barat Kota Bogor 2010 : Studi fenomenologi. Tesis. Jakarta: Fakultas
Kaplan,H.I, Sadock,B. J. (2010). Buku ajar Psikiatri Klinis. 2nd ed. Jakarta: EGC. Masithoh, A. R, Asiyah, N, Sholihah. (2014). Pengaruh
terapi
terhadap
beban
Ilmu Keperawatan UI. Notoatmodjo, kesehatan
Soekidjo. dan
2012.
Perilaku
Promosi Kesehatan.
Jakarta : Rineka cipta
kelompok
suportif
keluarga
dalam
Pariante, C.M, Carpiniello. (1996). Family
merawat anak tungrahita di sekolah luar
burden in relatives of schizophrenics
biasa
and of people with mental retardation:
kaliwungu
dan
porwosari
kabupaten Kudus. 5(1). 1 – 13. McIntyre,
Blacher,
&
Baker.
a comparative study. Eur Psychiatry (2002).
Journal. 11. 381 – 385.
Behaviour/mental health problems in
Rahayu, D, A. (2011). Pengaruh psikoedukasi
young adults with intellectual diasability
keluarga terhadap dukungan psikososial
research. 46(3). 239 – 249.
keluarga pada anggota keluarga dengan
Montgomery, R.J. V, Borgotta, E, F, &
penyakit
kusta
di
kabupaten
Borgotta, M. L. (2000). Societal and
Pekalongan. Tesis. Jakarta: Fakultas Ilmu
family change in the burden of care in
Keperawatan UI.
Who should care for the elderly an east –west value divide. 27 – 54. Singapura :
Rosenberg, Morris, (1965). Society and the adolescent self-image. Princeton, NJ: www.jik.ub.ac.id 203
Princenton University Press.
Stuart, G. W. (2013). Principle and practice of psychiatric nursing. 10th ed. Missouri:
Sari, P.A. (2013). Hubungan konsep diri
Mosby. St. Louis: Mosby Yaer B.
dengan motivasi dalam merawat anak retardasi
mental,
(Online),
Tiranata, Retananingsih, & Suwarsi. (2015).
(http://respository.unri.ac.id/xmlui/han
Hubungan
dle/123456789/4177, diunduh tanggal 5
Y.
K.
sosial
dengan
harga diri orang tua yang memiliki anak
Februari 2016. Sari,
dukungan
retardasi mental di SDLBN 1 Bantul.
(2016).
Pengaruh
terapi
Jurnal Keperawatan Respati. 2(1).
penghentian pikiran dan psikoedukasi keluarga terhadap ansietas klien yang
Townsend, M. C. (2014).
menjalani hemodialisa di rumah sakit
psychiatric
Dr. Achmad Mochtar Bukit tinggi tahun
consepts of care in evidence-based
2015,
practice. 6th ed. Philadelphia : Davis
(Online),
diunduh tanggal 14 Juni 2016.
between caregiver’s strain and social support
PT. Raja Gravido Persada
mothers
with
of clinical nursing. 18, 539 – 548.
dan
psikoedukasi keluarga pada klien harga
among
intellectually disabled children. Journal
Suerni, T, Keliat, B. A, & Helena, N. (2013). kognitif
nursing,
Tsai & Wang. (2009). The relationship
Sarwono. (2003). Psikologi Remaja. Jakarta:
terapi
health
Company.
(http://scholar.unand.ac.id/3321/),
Penerapan
mental
Essential of
Varcolis, E. M. (2006). Psychiatric nursing
diri rendah di ruang yudistira rumah
clinical guide: assesment tools and
sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
diagnosis. Philadelphia: W. B Saunders
Tesis. Tidak dipublikasikan.
Co.
Sutini, Keliat, BA, dan Gayatri. (2014).
WHO.
(2008).
Mental
health,
(Online).
group
www.who.int/mental_health/en/investi
terhadap koping keluarga anak retardasi
ng_in_mnh_final.pdf. Diunduh tanggal 6
mental. E-journal UNPAD. 2, 114 – 123.
Februari 2016.
Pengaruh
terapi
self
help
Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 November 2016 204