PENGARUH TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN

Download kecemasan terhadap kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika siswa kelas X MIA ... yang diberikan oleh guru, bukan hanya dapa...

0 downloads 377 Views 239KB Size
PENGARUH TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH: HONORIUS ARPIN NIM. F04110035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMTIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2015

1

PENGARUH TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA Honorius Arpin, Ade Mirza, Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Email : [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat kecemasan terhadap kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika siswa kelas X MIA Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Pontianak. Metode penelitian yang digunakan adalah metode noneksperimen (ex-post facto). Sampel dalam penelitian ini seluruh siswa kelas X MIA 3 yang berjumlah 30 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemasan matematika memberikan pengaruh yang negatif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dalam matematika yang ditunjukkan dengan rerata kemampuan berpikir kritis siswa dengan tingkat kecemasan ringan/rendah sebesar 57,14, rerata kemampuan berpikir kritis siswa dengan tingkat kecemasan sedang sebesar 31,43, dan rerata kemampuan berpikir kritis siswa dengan tingkat kecemasan berat/tinggi sebesar 23,33. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kecemasan siswa maka semakin rendah kemampuan berpikir kritisnya. Kata kunci: Berpikir Kritis, Tingkat Kecemasan Matematika Abstract: This research aims to find out how anxiety level affects on students of class X MIA 3 Senior High School 8 Pontianak in their critical thinking ability in learning mathematics. The research used non-experiment method (ex-post facto). The sample of this research were 30 students of class X MIA 3 Senior High School 8 Pontianak. The result of this research showed that math anxiety gave negative effect on students’ critical thinking ability where the average of critical thinking ability of students with light/low category of math anxiety was 57.14, 31.43 in intermediate category, and 23.33 in heavy/high category. So it could be concluded that as math anxiety level increase, the critical thinking ability will decrease respectively. Keywords: Critical Thinking, Math Anxiety Level

1

K

urikulum 2013 mempunyai tujuan agar siswa dapat berpikir kritis dalam menyelesaikan setiap masalah yang diberikan dan dapat memahami materi yang diberikan oleh guru, bukan hanya dapat menggunakan rumus yang diberikan (Depdikbud, 2014: 52). Dengan berpikir kritis, siswa tidak akan meniru, menerima atau menolak hasil pengerjaan dan kesimpulan orang lain secara mentah-mentah (Lambertus, 2009:5). Oleh sebab itu, kemampuan berpikir kritis perlu diajarkan pada siswa agar siswa memiliki keyakinan dan kerpercayaan diri dalam menjawab setiap permasalahan yang diberikan dan tidak dengan mudah mencontek jawaban dari orang lain baik dalam kehidupan sehari-hari maupun ketika proses belajar berlangsung. Ketika proses pembelajaran matematika berlangsung, ada hal yang harus diperhatikan yaitu interaksi antara guru dan siswa (Fariha, 2013:1). Interaksi antara guru dan siswa harus terwujud agar pembelajaran menjadi aktif dan tidak satu arah. Pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif akan membuat siswa leluasa untuk berpikir. Seperti yang dikemukakan oleh Ibrahim (2007: 44), untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika harus berangkat dari pembelajaran yang membuat siswa aktif. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 27 Februari 2014 dengan guru matematika di SMA Negeri 8 Pontianak, diperoleh informasi bahwa sekolah tersebut sudah menerapkan kurikulum 2013, guru sering memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya saat proses belajar berlangsung, namun tidak banyak siswa yang berani bertanya. Hal ini menunjukkan kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran yang mungkin disebabkan oleh rasa takut atau malu. Siswa yang merasa kurang percaya diri, takut atau malu selama proses pembelajaran matematika berlangsung disebabkan oleh kecemasan(Freedman, 2012: 1). Menurut Setyowati (2013: 9), siswa dalam belajar matematika dengan kecemasan rendah lebih berani untuk bertanya atau mengemukakan pendapatnya dibandingkan dengan siswa lain yang memiliki tingkat kecemasan tinggi. Artinya, siswa dengan kecemasan rendah lebih percaya diri dan rileks dalam proses pembelajaran matematika daripada siswa dengan kecemasan matematika tinggi. Menurut Sieber (dalam Sudrajat, 2008: 1), kecemasan dianggap sebagai satu faktor penghambat dalam belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif seseorang, seperti dalam berkonsentrasi, mengingat, pembentukan konsep dan pemecahan masalah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati (2009: 116) yang menyatakan bahwa kecemasan dalam matematika akan menyebabkan siswa cenderung merasa cemas, khawatir, dan cenderung takut jika soal-soal yang di ujikan itu sulit atau kurang dipahami oleh dirinya, dan siswa cenderung pesimis sehingga akan berakibat pada rendahnya hasil belajar. Rendahnya hasil belajar juga terjadi pada siswa kelas X MIA SMA Negeri 8 Pontianak. Hasil ujian matematika siswa kelas X MIA SMA Negeri 8 Pontianak, diperoleh data bahwa sekitar 64% siswa memperoleh skor di bawah 60 yang digolongkan pada kategori rendah. Fakta ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal seperti metode pembelajaran yang diterapkan, kurangnya interaksi antara guru dan murid atau kecemasan.

2

Berangkat dari fakta-fakta yang terungkap, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui lebih dalam tentang pengaruh tingkat kecemasan siswa terhadap kemampuan berpikir kritis dalam belajar matematika. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode noneksperimen. Bentuk penelitian yang digunakan adalah ex-post facto, yang bertujuan untuk melihat pengaruh tingkat kecemasan dalam belajar matematika terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas X MIA SMA Negeri 8 Pontianak. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan dalam belajar matematika dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA SMA Negeri 8 Pontianak berjumlah 143 siswa yang terbagi dalam empat kelas, yaitu: kelas X MIA 1, X MIA 2, X MIA 3, dan X MIA 4. Sampel dalam penelitian ini seluruh siswa kelas X MIA 3 yang berjumlah 30 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik sampling purposive. Dalam hal ini, pertimbangan dari guru dinilai sangat penting, sebab guru lebih mengenal keadaan muridnya. Yang menjadi pertimbangan dalam penelitian ini adalah saran dari guru bahwa kelas X MIA 3 kemampuannya heterogen, sudah diajarkan materi sistem persamaan linier dua variabel, dan siswa kelas X MIA 3 lebih kooperatif dibanding siswa kelas X MIA lainnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengukuran dan komunikasi langsung dengan alat pengumpul data (instrumen penelitian) berupa tes tertulis untuk mengukur kemampuan berpikir kritis, angket untuk mengukur tingkat kecemasan dalam belajar matematika, dan pedoman wawancara untuk memperoleh informasi tambahan guna memperjelas atau memperkuat jawaban siswa. Angket untuk mengukur tingkat kecemasan dalam penelitian ini disadur dari Nursilawati (2010:51) dengan beberapa penambahan disesuaikan dengan keperluan. Prosedur penelitian terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir, secara lebih rinci diuraikan sebagai berikut: Tahap Persiapan Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan, antara lain: (a) melakukan pra-riset di SMA Negeri 8 Pontianak, (b) menyiapkan instrumen penelitian dengan langkah sebagai berikut: 1) menyusun kisi-kisi angket aktivitas kecemasan siswa, 2) menyususn angket aktivitas kecemasan siswa, 3) menyusun kisi-kisi soal tes kemampuan berpikir kritis, 4) menyusun soal tes kemampuan berpikir kritis, 5) membuat alternatif kunci jawaban, 6) menyusun pedoman penskoran berupa rubrik penskoran, dan 7) menyusun pedoman wawancara, (c) melakukan uji validitas isi terhadap instrumen penelitian, uji validitas instrumen dilakukan melalui pertimbangan pakar (expert judgement), yang dilakukan oleh satu orang dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan dan dua orang guru SMA Negeri 8 Pontianak untuk tes kemampuan berpikir kritis sedangkan uji validitas angket aktivitas kecemasan siswa dilakukan oleh dua orang psikolog (d)

3

melakukan revisi instrumen penelitian berdasarkan hasil validasi, (e) melakukan uji coba instrumen penelitian, (f) menganalisis data hasil uji coba, berupa:1) uji reliabilitas instrumen dilakukan melalui ujicoba instrumen di kelas X MIA 1 SMA Negeri 8 Pontianak melibatkan 34 siswa, dan setelah diujikan menggunakan rumus alpha diperoleh hasil r11 = 0,99 untuk instrumen angket aktivitas kecemasan yang tergolong dalam kategori tinggi dan r11 = 0,608 untuk instrumen tes yang tergolong dalam kategori tinggi 2) daya pembeda soal, untuk soal 1 sebesar 0,33 dengan kriteria cukup, soal 2 sebesar 0,24 dengan kriteria cukup, soal 3 sebesar 0,48 dengan kriteria baik, soal 4 sebesar 0,32 dengan kriteria cukup, soal 5 sebesar 0,32 dengan kriteria cukup, dan soal 6 sebesar 0,59 dengan kriteria baik, 3) tingkat kesukaran butir soal, untuk soal 1 sebesar 0,35 dengan kriteria sedang, soal 2 sebesar 0,33 dengan kriteria sedang, soal 3 sebesar 0,55 dengan kriteria sedang, soal 4 sebesar 0,29 dengan kriteria sukar, soal 5 sebesar 0,25 dengan kriteria sukar, dan soal 6 sebesar 0,43 dengan kriteria sedang, (g) menentukan waktu penelitian bersama guru matematika SMA Negeri 8 Pontianak Tahap Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan, antara lain: (a) menentukan sampel penelitian, (b) memberikan angket aktivitas kecemasan kepada siswa setelah pembelajaran matematika, (c) memberikan soal tes kemampuan berpikir kritis kepada siswa pada hari berikutnya setelah siswa mengisi angket aktivitas kecemasan, (d) mengumpulkan dan menganalisis data angket aktivitas kecemasan siswa dan mengklasifikasi tingkat kecemasan siswa, (e) mengumpulkan dan menganalisis data hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa dan angket aktivitas kecemasan siswa, (f) melakukan wawancara dengan sepuluh orang siswa (g) mendeskripsikan hasil pengolahan data dari hasil tes kemampuan berpikir kritis dan angket aktivitas kecemasan siswa dalam bentuk tabel, (h) melakukan analisis data dengan uji regresi linier sederhana (i) menyimpulkannya sebagai jawaban dari masalah dalam penelitian ini. Tahap Akhir Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir adalah menyusun laporan penelitian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berdasarkan analisa hasil angket aktivitas kecemasan siswa dan jawaban tes kemampuan berpikir kritis siwa yang dilakukan oleh 30 orang siswa kelas X MIA 3 SMA Negeri 8 Pontianak, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut. Tingkat Kecemasan Dalam Belajar Matematika Berdasarkan perhitungan skor hasil angket aktivitas kecemasan siswa diperoleh tingkat kecemasan siswa dalam belajar matematika seperti yang ditampilkan dalam Tabel 1 berikut.

4

No. 1. 2. 3. 4

Tabel 1. Tingkat Kecemasan Siswa Kelas X MIA 3 SMA Negeri 8 Pontianak Tahun 2014 Presentase Tingkat Kecemasan Rentang Skor Frekuensi (%) Ringan/ rendah X < 73 7 23,33 Sedang 73 ≤ X < 105 21 70 Berat/ tinggi 105 ≤ X < 137 2 6,67 Panik/ sangat tinggi X ≥ 137 0 0 Jumlah 30 100

Seperti terlihat pada Tabel 1, dari 30 orang siswa kelas X MIA 3 SMA Negeri 8 Pontianak sebagian besar siswa mengalami kecemasan pada tingkat sedang dengan persentase 70 %. Terdapat 7 siswa (23,33%) mengalami kecemasan pada tingkat ringan/rendah, dan berdasarkan hasil angket, ketujuh siswa ini cenderung merasa rileks dan santai ketika belajar, tidak tegang dalam mengerjakan soal baik itu di depan kelas maupun di rumah, dapat berkonsentrasi dengan baik saat belajar dan tidak bingung dalam menjawab soal. Selain itu, terdapat juga 2 siswa (6,67%) yang mengalami kecemasan pada tingkat berat/ tinggi, dari hasil angket, kedua siswa ini cenderung takut dan gugup dalam belajar matematika, terburu-buru dalam mengerjakan soal sehingga sulit untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari serta tangan mudah berkeringat ketika ditanya oleh guru. Kemampuan Berpikir Kritis Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kritis dikaitkan (ditinjau berdasarkan) dengan tingkat kecemasan siswa diperoleh data seperti ditampilkan dalam Tabel 2 berikut.

No. 1. 2. 3.

Tabel 2. Tingkat Kecemasan dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X MIA 3 SMA Negeri 8 Pontianak Rentang Skor Rerata Skor Tingkat Kemampuan Berpikir Kemampuan Berpikir Kecemasan Kritis Siswa Kritis Ringan/Rendah 53,33 – 73,33 57,14 Sedang 0 – 46,67 31,43 Berat/Tinggi 20 – 26,67 23,33

Seperti terlihat pada Tabel 2, rerata kemampuan berpikir kritis siswa untuk tingkat kecemasan ringan sebesar 57,14. Dari 7 siswa dengan tingkat kecemasan rendah terdapat 1 siswa dengan kemampuan berpikir kritis 73,33 dan 1 siswa dengan kemampuan berpikir kritis 60, sedang 5 siswa dengan kemampuan berpikir kritis yang sama sebesar 53,33. Rerata Kemampuan berpikir kritis siswa untuk tingkat kecemasan sedang sebesar 31,43 kategori sangat rendah. Kemampuan berpikir kritis tertinggi yg dicapai siswa dengan tingkat kecemasan sedang sebesar 46,67 dan terendah sebesar 0. Rerata Kemampuan berpikir kritis siswa untuk tingkat kecemasan tinggi/berat sebesar 23,33. Dari hasil analisis

5

jawaban siswa, terdapat 1 siswa (3,33%) dengan kemampuan berpikir kritis pada kategori rendah dan berdasarkan hasil tes memperoleh skor 60. Siswa ini hanya mendapatkan poin penuh pada indikator memilih cara penyelesaian dan menyelesaikan suatu masalah, sedangkan pada indikator lainnya poin yang diperoleh masih kurang. Terdapat 1 siswa (3,33%) dengan kemampuan berpikir kritis pada kategori sedang, siswa ini hampir memperoleh poin penuh untuk tiap indikatornya sehingga bila diakumulasikan mendapat skor 73,33. Wawancara Wawancara dilakukan terhadap sepuluh orang siswa, yang masing-masing dipilih berdasarkan tingkat kecemasan dan perolehan skor yang didapatkan oleh siswa. Dari hasil tes kemampuan tersebut dipilih sepuluh siswa yang mewakili tiap skor yang berbeda-beda. Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tambahan dan melihat kesesuaian jawaban siswa, maka pertanyaan-pertanyaan yang diwawancarakan kepada siswa seputar soal tes kemampuan berpikir kritis yang diberikan kepada siswa dan proses pembelajaran siswa di kelas. Dari wawancara yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa: (1) siswa lebih terbiasa diberikan soal rutin berbentuk soal cerita, (2) siswa jarang diberikan soal yang dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengevaluasi kesimpulan, (3) siswa tidak terbiasa menuliskan alasan dalam menjawab soal yang diberikan, (4) masih kurangnya pemahaman konseptual siswa terhadap materi sistem persamaan linier dua variabel. Hal ini akan memberikan dampak buruk pada kemampuan berpikir kritis siswa. Untuk itu diperlukan latihan soal-soal non rutin agar siswa terbiasa ketika diberikan tes serupa. Uji Pengaruh Tingkat Kecemasan Dalam Belajar Matematika Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan cara uji Lilliefors, diperoleh hasil seperti ditampilkan dalam Tabel 3 berikut. Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Angket Aktivitas Kecemasan dan Tes Kemampuan Berpikir Kritis Variabel

Lhitung

Ltabel

Kesimpulan

Tingkat Kecemasan Dalam 0,0994 0,161 H0 diterima Belajar Matematika Kemampuan Berpikir Kritis 0,1462 0,161 H0 diterima Karena nilai Lo< Ltabel maka Ho diterima dan disimpulkan data atau sampel berdistribusi normal. Uji Linieritas Uji linieritas dimaksudkan untuk mengetahui pola hubungan antara masingmasing variabel bebas dengan variabel terikat apakah berbentuk linier atau tidak. Untuk menguji hubungan linier antara tingkat kecemasan dalam belajar

6

matematika dengan kemampuan berpikir kritis. Adapun rangkuman hasil perhitungan uji linieritas ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Uji Linieritas X dengan Y

Fhitung

Ftabel

Kesimpulan

Tingkat Kecemasan Dalam Belajar Matematika dengan 2,773 3,87 H0 diterima Kemampuan Berpikir Kritis Karena Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, dan disimpulkan model regresi berpola linier. Pengujian Hipotesis Untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan dengan analisis regresi. Pengambilan keputusan uji hipotesis dilakukan dengan cara menguji keberartian dari koefisien arah regresi, dalam hal ini dilakukan dengan uji F. Adapun rangkuman hasil pengujiannya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Antara Tingkat Kecemasan Dalam Belajar Matematika (X) dengan Kemampuan Berpikir kritis (Y) Persamaan Regresi

Dk

Fhitung

Ftabel

Kesimpulan

Y = 15,568 - 0,122X

1 ; 28

74,804

4,2

Ho ditolak

Karena Ho ditolak maka H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat kecemasan dalam belajar matematika terhadap kemampuan berpikir kritis. Pembahasan Rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa kelas X MIA 3 SMA Negeri 8 Pontianak secara umum tergolong sangat rendah sebesar 36,67. Rendahnya hasil kemampuan berpikir kritis mungkin disebabkan karena siswa lebih terbiasa diberikan soal rutin berbentuk soal cerita, jarang diberikan soal yang dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengevaluasi kesimpulan, tidak terbiasa menuliskan alasan dalam menjawab soal yang diberikan, dan masih kurangnya pemahaman konseptual siswa terhadap materi sistem persamaan linier dua variabel yang memberikan dampak buruk pada kemampuan berpikir kritis siswa. Dari hasil tes kemampuan berpikir kritis diperoleh rerata kemampuan berpikir kritis siswa untuk tingkat kecemasan ringan sebesar 57,14. Dari 7 siswa dengan tingkat kecemasan rendah terdapat 1 siswa dengan kemampuan berpikir kritis 73,33 dan 1 siswa dengan kemampuan berpikir kritis 60, sedang 5 siswa dengan kemampuan berpikir kritis yang sama sebesar 53,33. Rerata Kemampuan berpikir kritis siswa untuk tingkat kecemasan sedang sebesar 31,43 kategori sangat rendah. Kemampuan berpikir kritis tertinggi yg dicapai siswa dengan tingkat kecemasan sedang sebesar 46,67 dan terendah sebesar 0. Rerata Kemampuan berpikir kritis siswa untuk tingkat kecemasan tinggi/berat sebesar 23,33. 7

Secara rinci kemampuan berpikir siswa terlihat pada hasil tes sebagai berikut: (a) kemampuan berpikir kritis siswa dalam menjawab soal nomor 1 adalah sebesar 37,77%. Dari persentase tersebut tampak bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas X MIA 3 untuk indikator memberikan argumen yang jelas dan logis tergolong rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa belum terbiasa dalam menuliskan argumen dalam menjawab permasalahan yang diberikan, (b) kemampuan berpikir kritis siswa dalam menjawab soal nomor 2 adalah sebesar 38,9%. Dari persentase tersebut tampak bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas X MIA 3 untuk indikator mendefinisikan istilah berdasarkan konteks atau situasi tertentu tergolong rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa belum terbiasa dalam mendefinisikan istilah bila dihadapkan pada suatu konteks atau situasi tertentu. Indikator mendefinisikan istilah berdasarkan konteks atau situasi tertentu ini dilihat dari bisa-tidaknya siswa mendefinisikan suatu metode beserta menuliskan langkah-langkah dalam menggunakan metode tersebut, (c) kemampuan berpikir kritis siswa dalam menjawab soal nomor 3 adalah sebesar 58,9%. Dari persentase tersebut tampak bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas X MIA 3 untuk indikator merumuskan cara penyelesaian suatu masalah tergolong rendah. Meskipun nilai persentasenya tergolong rendah, tapi kemampuan berpikir kritis siswa untuk menjawab soal nomor 3 merupakan persentase tertinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa kelas X MIA 3 lebih sering diberikan soal-soal cerita dan kebiasan menjawab soal dengan pola yang sama, dengan menulis hal-hal diketahui, ditanya dan dijawab, (d) kemampuan berpikir kritis siswa dalam menjawab soal nomor 4 adalah sebesar 38,35%. Dari persentase tersebut tampak bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas X MIA 3 untuk indikator membuat kesimpulan berdasarkan fakta tergolong sangat rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa belum terbiasa dalam membuat kesimpulan ketika dihadapkan dengan fakta-fakta yang diberikan, (e) kemampuan berpikir kritis siswa dalam menjawab soal nomor 5 adalah sebesar 13,35%. Dari persentase tersebut tampak bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas X MIA 3 untuk indikator mengevaluasi kesimpulan tergolong sangat rendah. Dari persentase tersebut diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis siswa untuk indikator mengevaluasi kesimpulan merupakan yang terendah. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa belum terbiasa dalam mengevaluasi kesimpulan., (f) kemampuan berpikir kritis siswa dalam menjawab soal nomor 6 adalah sebesar 20%. Dari persentase tersebut tampak bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas X MIA 3 untuk indikator menerima atau menolak argumen, gagasan, atau keputusan tergolong sangat rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa tidak terbiasa ketika diminta menerima atau menolak argumen yang diberikan. Bila dilihat dari tingkat kecemasannya, siswa dengan tingkat kecemasan tinggi cenderung memiliki kemampuan berpikir kritis yang lebih rendah daripada siswa dengan tingkat kecemasan ringan. Hal ini menunjukkan bahwa selain dari metode pembelajaran guru, keadaan siswa di kelas juga turut andil dalam proses pembelajaran. Secara khusus kecemasan siswa memiliki pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, walaupun pengaruh tersebut tidaklah besar.

8

Untuk itu perlu dilakukannya analisis data, agar ada tidaknya pengaruh tersebut dapat diketahui secara pasti. Dari hasil analisis data, diketahui bahwa siswa yang memiliki kecemasan rendah akan cenderung memiliki kemampuan berpikir kritis yang tinggi, sedangkan siswa yang memiliki kecemasan yang tinggi akan cenderung memiliki kemampuan berpikir kritis yang rendah. Berdasarkan Tabel 5, diperoleh persamaan . Makna dari hasil analisis regresi tersebut yaitu menunjukkan semakin tinggi kecemasan siswa, maka akan semakin rendah pula kemampuan berpikir kritisnya. Tanda negatif pada koefisien X yang berarti kecemasan dalam belajar matematika berpengaruh negatif terhadap kemampuan berpikir kritis. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat kecemasan dalam belajar matematika yang dimiliki oleh siswa akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kemampuan berpikir kritisnya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Terdapat pengaruh yang signifikan tingkat kecemasan dalam belajar matematika terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, (2) Rerata kemampuan berpikir kritis siswa dengan tingkat kecemasan ringan/rendah sebesar 57,14, (3) Rerata kemampuan berpikir kritis siswa dengan tingkat kecemasan sedang sebesar 31,43, (4) Rerata kemampuan berpikir kritis siswa dengan tingkat kecemasan berat/tinggi sebesar 23,33, dan (5) Tingkat kecemasan dalam belajar matematika berpengaruh negatif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas X MIA SMA Negeri 8 Pontianak. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kecemasan siswa maka semakin rendah kemampuan berpikir kritisnya. Saran Berdasarkan temuan-temuan pada saat penelitian, peneliti menyarankan hal berikut: (1) Guru diharapkan dapat lebih berinteraksi dengan siswa agar tercipta pembelajaran yang aktif dan menyenangkan sehingga siswa tidak mengalami kecemasan dan guru juga harus sering memberikan soal-soal non rutin yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, dan (2) bagi peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian lanjutan berupa penelitian eksperimental menguji model pembelajaran yang sesuai untuk memperbaiki serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan dapat mengurangi kecemasan siswa dalam belajar matematika. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Depdikbud. (2014). Paparan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Bidang Pendidikan: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013. 9

Fariha, M. (2013). Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Kecemasan Matematika Dalam Pembelajaran Dengan Pendekatan Problem Solving. Jurnal Peluang. 1, (2). Freedman, E, (2012). Do You Have Math Anxiety? A Self Test. (Online). : (www.mathpower.com/anxtest.html, diakses pada tanggal 23 Desember 2013). Lambertus.(2009). Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Matematika Di SD. FORUM KEPENDIDIKAN, 28, (2). Nurhayati, E & Abrosin. (2009, Desember). Pengaruh Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. EduMa, 1. (2), 113 – 122. Setyowati, A. (2013). Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (Tgt) Dan Fan-N-Pick Pada Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Kecemasan Pada Matematika Siswa Smp Negeri Di Kabupaten Magelang. Jurnal UNS, 1, (6). Sudrajat, A. (2008). Upaya Mencegah Kecemasan Siswa di Sekolah. (Online). (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/01/upaya-mencegahkecemasan-siswa-di-sekolah/, diakses pada tanggal 19 Agustus 2013).

10