PENGARUH UPAH, KEMAMPUAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP

Download JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658. PENGARUH UPAH, KEMAMPUAN ... Penelitian ini menganalisis pengaruh upah , k...

0 downloads 486 Views 103KB Size
PENGARUH UPAH, KEMAMPUAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP KINERJA PEKERJA PELAKSANAAN BEKISTING PADA PEKERJAAN BETON Amin Zainullah1),

Agus Suharyanto2),

Sugeng P. Budio3)

VEDC Malang1) E-mail : [email protected] Program Magister Teknik Sipil, Minat Manajemen Konstruksi Universitas Brawijaya Malang2,3) Jl. MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia ABSTRAK Penelitian ini menganalisis pengaruh upah, kemampuan kerja dan pengalaman kerja terhadap kinerja pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting. Populasi dari penelitian ini adalah pekerja yang sedang melaksanakan proyek Pembangunan Perumahan Greenwood Golf , Pondok Blimbing Indah Kota Malang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh yaitu seluruh pekerja pada sebuah proyek pembangunan yang sedang berlangsung dengan jumlah 37 orang. Analisis data yang digunakan dalam penelitian menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upah, kemampuan kerja dan pengalaman kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pelaksanaan pekerjaan bekisting . Daya prediksi dari model regresi (R-square) yang dibentuk dalam pengujian ini memiliki nilai 36,1%, artinya upah, kemampuan kerja, dan pengalaman kerja mempunyai kontribusi terhadap kinerja pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting sebesar 36,1%, sedangkan sisanya 63,9% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model. Manajemen pelaksanaan proyek konstruksi perlu memperhatikan upah karena dengan meningkatkan upah maka kinerja pekerjanya juga akan meningkat. Untuk menambah kemampuan dan pengalaman kerja hendaknya pekerja diikutkan pada pelatihan pembuatan bekisting agar bisa membuat bekisting yang kuat, tidak bocor, mudah dibongkar serta tepat ukurannya dan memiliki nilai ekonomis tinggi dengan waste bekisting yang minimal. Kata kunci: kemampuan, kinerja, pengalaman, upah

PENDAHULUAN Perkembangan konstruksi beton di Indonesia mengalami banyak kemajuan dari segi kuantitas . Hal ini dapat dilihat dari banyaknya bangunan yang menggunakan konstruksi beton dari daerah perkotaan hingga ke daerah pedesaan seperti bangunan tempat ibadah maupun bangunan rumah tinggal, perkantoran, ruko, sekolahan dsb. Namun dilihat dari segi kualitas, mutu beton yang dibuat dalam skala kecil terutama di daerah masih jauh dari yang diharapkan karena dilaksanakan dengan sangat konvensional oleh para pekerja konstruksi yang kurang terampil dan kurang memahami cara pelaksanaan pengerjaan beton terutama

pelaksanaan pembuatan bekisting. Pengerjaannya kurang sempurna dan tidak kuat sehingga ketika dicor banyak yang melendut, berubah bentuk, bocor bahkan sampai jebol. Akibat dari lemahnya bekisting maka pemadatan pun dilaksanakan dengan asal-asalan karena khawatir bekistingnya rusak hal ini akan berpengaruh pada tingkat kepadatan beton. Permasalahan lain timbul setelah bekisting dibongkar maka harus dilakukan perbaikan beton seperti memahat bagian-bagian yang lendut dan menambal beton yang keropos , padahal mutu beton tambalan tidaklah sama dengan beton monolit. Bekisting dalam pekerjaan konstruksi beton artinya acuan, wadah atau

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658

125

cetakan (formwork) berfungsi untuk menampung baja tulangan dan beton basah yang akan dicor sesuai dengan bentuk yang diharapkan dan menjaga hingga proses pengerasannya. Bekisting terdiri dari bidang kontak yang langsung menempel beton (papan kayu , multiplek, plat baja atau bahan lain) dan balok-balok pembagi maupun balok pendukungnya (Sagel/Gideon 1993). Pengerjaan bekisting memerlukan perencanaan yang matang karena ketika dilaksanakan pengecoran dengan kecepatan menanjak tinggi maka gaya horisontal yang bekerja sangat besar terutama pada bagian bawah yaitu sebesar tinggi cor dikalikan berat jenis beton basah, yang apabila tidak diantisipasi dengan kekuatan bekisting yang memadai bisa terjadi kegagalan pengecoran karena bekistingnya jebol. Sumber daya merupakan faktor penentu dalam keberhasilan suatu proyek kontruksi. Sumber daya yang berpengaruh dalam proyek terdiri dari man, materials, machine, money dan method. Sumber Daya Manusia adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam sebuah pekerjaan, termasuk dalam sebuah pekerjaan kontruksi. Sebuah pekerjaan sekecil apapun apabila tidak didukung dengan sumber daya manusia yang bagus dalam hal kualitas dan produktivitas, tidak akan memberikan hasil yang maksimal dan memuaskan dalam sebuah proyek. Bahkan, akibat penggunaan sumber daya manusia yang kurang tepat bisa mengakibatkan sebuah kerugian yang besar pada proyek kontruksi. Dalam upaya untuk mengatur atau memanajemen penggunaan Sumber Daya Manusia agar realistis, maka kontraktor harus mengetahui tingkat kinerja masingmasing. Hal tersebut sangat diperlukan untuk memantau dan memetakan apa yang akan terjadi pada sebuah proyek akibat penggunaan dan pemanfaatan tenaga kerja. Kurang diperhatikannya kinerja tenaga kerja pada suatu proyek kontruksi dapat

menghambat sendiri.

pekerjaan

kontruksi

itu

Menurut Mangkuprawira (2007) kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Dalam pelaksanaan di lapangan hal tersebut terkadang bisa terjadi dikarenakan tenaga kerja yang kurang efektif didalam pekerjaannya. Contoh tindakan yang menyebabkan pekerjaan yang kurang effektif tersebut antara lain menganggur, ngobrol, makan, merokok, istirahat, yang kesemuanya itu dilaksanakan pada saat jam kerja. Faktor yang mempengaruhi kinerja pelaksanaan pekerjaan bekisting antara lain upah yang diterima pekerja, pengalaman kerja dan kemampuan kerja. Sumber Daya Manusia memegang peranan yang sangat penting, sebab dengan tidak adanya tenaga kerja/ karyawan yang profesional/ kompetitif, perusahaan tidak dapat melakukan aktivitasnya secara maksimal meskipun semua peralatan modern yang diperlukan telah tersedia. Melihat sangat pentingnya peranan tenaga kerja/karyawan sebagai sumber daya manusia dalam proses produksi sehingga diharapkan karyawan akan dapat bekerja lebih produktif dan profesional dengan didorong oleh rasa aman dalam melakukan segala aktivitasnya. Untuk itu perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan keberadaan sumber daya manusia sebagai pekerja dalam perusahaan yang sedikit banyak menentukan tercapai tidaknya tujuan perusahaan. Bertitik tolak dari karyawan sebagai sumber daya manusia itulah, maka perusahaan perlu mengetahui bahwa tenaga kerja memerlukan penghargaan serta diakui keberadaannya, juga prestasi

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658

126

kerja yang mereka ciptakan dan harga diri yang mereka miliki karena sumber daya manusia bukan mesin yang siap pakai. Salah satu cara memberikan penghargaan terhadap prestasi kerja karyawan yaitu dengan melalui upah. Upah merupakan masalah yang menarik dan penting bagi perusahaan, karena upah mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pekerja. Apabila upah yang diberikan oleh perusahaan dirasa sudah sesuai dengan jasa atau pengorbanan yang diberikan maka karyawan akan tetap bekerja dan lebih giat dalam bekerja. Kemampuan kerja mampu meningkatkan kinerja pekerja. (Martoyo,1994) mengungkapkan bahwa sejumlah karyawan pada suatu lingkungan organisasi atau perusahaan adalah sebuah masyarakat tersendiri dengan karakteristikkarakteristik yang berbeda-beda. Karyawan di sini tidak berdiri sendiri, sebab berada dan memiliki hubungan serta keterkaitan satu sama lain. Namun antar masing-masing individu memiliki sikap, karakteristik, kepribadian yang berlainan. Demikian halnya dalam segi kemampuan, bahwa semua karyawan mempunyai kekuatan dan kelemahan, yang membuatnya relatif unggul dibandingkan karyawan lain dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan tertentu. Menurut (Gibson, 1984), kemampuan menunjukkan potensi orang untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan. Kemampuan berhubungan erat dengan kemampuan fisik dan mental yang dimiliki orang untuk melaksanakan pekerjaan. Kemampuan (ability) menurut Robbins (1996), sebagai kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Ditambahkan pula bahwa keseluruhan kemampuan dari seseorang individu pada hakekatnya tersusun dari dua yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk mengerjakan kegiatan secara mental.

Kemampuan fisik merupakan kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas yang menuntut stamina, kecekatan dan kekuatan fisik. Di samping itu, (Bolman et al, 1999) juga menyatakan bahwa kemampuan individu untuk menjadi lebih bernilai, terkendali, dan lebih efektif harus dengan dukungan pelatihan, pengalaman, dan peluang untuk berpartisipasi dalam proses perubahan organisasi sehingga seorang karyawan akan jauh lebih kuat untuk masa yang akan datang. Begitupun dengan pendapat Deierlein and Bob (1996) bahwa untuk mengetahui kemampuan seorang karyawan dilakukan dengan suatu pengujian pra pekerjaan, di mana salah satu segi pengujian tersebut adalah dengan pelatihan dan pengalaman yang pernah diikuti. (Dessler, G, 1996) mengatakan bahwa pendidikan dan pengalaman kerja merupakan langkah awal untuk melihat kemampuan seseorang. Senada dengan pendapat di atas, (Duffy, 1996) juga menyatakan bahwa dalam segi pelatihan dan teknik pembelajaran yang berbasis pada pengalaman dapat digunakan membantu orang-orang untuk mengetahui kemampuannya. Kemampuan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan, dapat memberikan suatu gambaran mengenai kerja (Weich, 1997). Selain upah dan kemampuan, pengalaman kerja dapat meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan pekerjaan. Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek (Knoers & Haditono, 1999). Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658

127

memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin trampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Abriyani Puspaningsih, 2004). Johnstone et al. (2002) menemukan sebuah studi yang memberikan bukti bahwa pekerja berpengalaman bekerja lebih baik karena mereka memiliki dasar pengetahuan yang lebih besar untuk menarik dari dan lebih mahir mengorganisir pengetahuan mereka. Keunggulan tersebut bermanfaat bagi pengembangan keahlian. Berbagai macam pengalaman yang dimiliki individu akan mempengaruhi pelaksanakan suatu tugas. Oleh karena itu, pengalaman kerja yang didapat seseorang akan meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan pekerjaan METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja pada sebuah proyek pembangunan yang sedang berlangsung, pada proyek Pembangunan Perumahan Greenwood Golf Jl. Greenwood Golf Utama Kota Araya, Pondok Blimbing Indah Kota Malang. Selanjutnya teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2010) teknik sampling jenuh / sensus adalah teknik penentuan sample bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari jumlah popluasi yaitu seluruh pekerja pada sebuah proyek pembangunan yang sedang berlangsung, pada proyek Pembangunan Perumahan Greenwood Golf Kota Malang yang berjumlah 37 orang. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel merupakan unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel yang berisikan indikator yang memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang relevan untuk variabel tersebut. Adapun variabel dalam penelitian adalah 1. Upah (X1) Upah adalah balas jasa yang berupa uang atau balas jasa yang lain yang diberikan oleh lembaga atau organisasi perusahaan kepada pekerja karena prestasinya. Indikator untuk mengukur upah adalah a upah yang diterima tepat waktu b upah yang diterima sesuai dengan lama kerja c upah yang diterima dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari 2. Kemampuan kerja (X2)

Kemampuan kerja adalah keberhasilan seseorang atas tugastugas yang dilaksanakan. Indikator untuk mengukur kemampuan kerja adalah a. mampu mengerjakan sesuai dengan gambar kerja b. memahami cara memilih bahan yang baik untuk pekerjaan c. mampu mengerjakan sesuai dengan bahan yang akan dipakai d. mampu menggunakan peralatan untuk menyelesaikan pekerjaan 3. Pengalaman kerja (X3)

Pengalaman kerja merupakan tingkat pemahaman seseorang atas pekerjaan yang diembannya. Indikator untuk mengukur pengalaman kerja adalah a. Semakin lama masa kerja pelaksanaan pekerjaan bekisting, semakin baik hasil yang didapat b. Semakin sering melakukan pekerjaan bekisting, semakin

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658

128

banyak pengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan bekisting c. Semakin sering melakukan pekerjaan bekisting, semakin banyak wawasan tentang pekerjaan bekisting d. Semakin sering melakukan pekerjaan bekisting, semakin mengetahui permasalahan pekerjaan bekisting 4. Kinerja (Y)

Suatu hasil yang dicapai oleh karyawan dalam pekerjaannya menurut kreteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan tertentu. Indikator kinerja yaitu a. pekerjaan yang saya selesaikan sudah sesuai dengan pengawas/mandor b. menyelesaikan pekerjaan tepat waktu c. memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan Teknik Analisis Data. Statistik yang digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel upah (X1), kemampuan kerja (X2), dan pengalaman kerja (X3), terhadap kinerja pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting (Y) digunakan regresi linier berganda. Model persamaan dalam penelitian ini (Kriswanto, 2007) adalah:

y = α + β1 x1 + β 2 x2 + β 3 x3 + e dimana : y: α: β: x1 x2 x3 e:

Kinerja pekerja konstanta. bilangan koefisien. : upah : kemampuan kerja : pengalaman kerja disturbance error.

Pengujian Hipotesis. Pengujian atas hipotesis yang ingin membuktikan pengaruh variabel upah (X1), kemampuan kerja (X2), dan

pengalaman kerja (X3) terhadap kinerja pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting (Y). digunakan uji t, yang dihasilkan dari model regresi berganda. Kriteria hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak apabila taraf signifikan sig. t < 5%, maka variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. PEMBAHASAN Tabel berikut adalah hasil perhitungan dari uji regresi berganda dengan bantuan Statistical Package for Social Science (SPSS) 15.0 for windows. Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Berganda Variabel

β

Sig t

Ket

Konstanta

1,051

Upah

0,659

2,158

0,038

Sig

Kemampuan kerja

0,706

3,478

0,001

Sig

Pengalaman kerja

0,281

2,140

0,040

Sig

α

:5%

R Square : 0,361 F hitung

: 6,204

Sig. F

: 0,002

Sumber: Data Primer, 2011 Berdasarkan Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa Uji F dalam penelitian ini digunakan untuk menguji ketepatan atau keberartian model penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa nilai F dalam penelitian ini sebesar 6,204 dengan nilai probabilitas sebesar 0.002 dan signifikan pada alpha (α) sebesar 5% (0,05). Hal ini mempunyai makna bahwa upah, kemampuan kerja, dan pengalaman kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting. Daya prediksi dari model regresi (Rsquare) yang dibentuk dalam pengujian ini memiliki nilai 36,1%, artinya upah, kemampuan kerja, dan pengalaman kerja mempunyai kontribusi terhadap kinerja

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658

129

pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting sebesar 36,1%, sedangkan sisanya 63,9% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh dibentuk model persamaan sebagai berikut: Y = 1,051+ 0.659X1+ 0.706X2 + 0.281X3 Besarnya nilai konstanta sebesar 1,051 dan pengaruh ini arahnya positif. Hal ini mempunyai makna bahwa apabila variabel upah, kemampuan dan pengalaman kerja sama dengan nol, maka besarnya kinerja pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting sebesar 1,051. Besarnya nilai koefisien upah sebesar 65,9% dan pengaruh ini arahnya positif. Hal ini mempunyai makna bahwa apabila upah yang diterima tepat waktu, upah yang diterima sesuai dengan lama kerja dan upah yang diterima dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, maka akan meningkatkan kinerja pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting sebesar 65,9%. Besarnya nilai koefisien kemampuan kerja sebesar 70,6% dan pengaruh ini arahnya positif. Hal ini mempunyai makna bahwa apabila pekerja mampu mengerjakan sesuai dengan gambar kerja, memahami cara memilih bahan yang baik untuk pekerjaan, mampu mengerjakan sesuai dengan bahan yang akan dipakai dan mampu menggunakan peralatan untuk menyelesaikan pekerjaan, maka akan meningkatkan meningkatkan kinerja pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting sebesar 70,6%. Besarnya nilai koefisien pengalaman kerja sebesar 28,1% dan pengaruh ini arahnya positif. Hal ini mempunyai makna bahwa apabila semakin meningkat pengalaman kerja pelaksanaan pekerjaan bekisting, maka akan meningkatkan kinerja pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting sebesar 28,1%. Pengujian Hipotesis.

Seperti tampak pada Tabel 1 diperoleh nilai t hitung untuk variabel upah sebesar 2,158 dengan probabilitas sebesar 0,038. Nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari signifikan statistik pada α = 5%, sehingga menolak H0 yang artinya bahwa upah berpengaruh signifikan terhadap kinerja pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting. Nilai t hitung untuk variabel kemampuan kerja sebesar 3,478 dengan probabilitas sebesar 0,001. Nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari signifikan statistik pada α = 5%, sehingga menolak H0 yang artinya bahwa kemampuan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting. Nilai t hitung untuk variabel pengalaman kerja sebesar 2,140 dengan probabilitas sebesar 0,040. Nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari signifikan statistik pada α = 5%, sehingga menolak H0 yang artinya bahwa pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting. PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil kajian empiris, ditemukan bukti bahwa upah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting. Bekisting atau papan cetak dalam proses pembuatan konstruksi beton bertulang termasuk komponen yang menelan biaya cukup besar disamping komponen yang lain yaitu pembesian dan pengecoran. Bekisting merupakan alat bantu, bukan material pokok dalam pembuatan konstruksi beton bertulang itu sendiri. Berbeda dengan besi dan beton yang tertinggal, setelah beton mengeras maka bekisting akan dibongkar dan dipindahkan ke tempat lain. Bongkaran bekisting dapat digunakan untuk pembuatan bekisting lagi, untuk pembuatan plafon , atap , daun pintu , bangunan sementara seperti pagar,

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658

130

atau barak kerja. Pemanfaatan terakhir dari sisa-sisa bongkaran bekisting adalah untuk kayu bakar. Secara sepintas pembuatan bekisting terlihat sederhana dan mudah, sehingga dalam praktek di lapangan seringkali hal ini kurang mendapatkan perhatian, bahkan dalam pelaksanannya diserahkan begitu saja kepada para mandor dan dikerjakan oleh tukang dengan dibantu para pekerja, yang secara teknis maupun ekonomis kurang menguasai perhitungan. Mereka tinggal memesan saja bahan-bahan yang diperlukan menurut kebiasan yang sering dilakukan selama ini, namun di sisi lain hasil yang didapat kadang melendut di sana – sini, bocor, bahkan lebih tragis lagi ada bekisting yang jebol atau runtuh ketika pengecoran sedang berlangsung. Kajian dari segi teknis dalam penentuan bahan yang cocok untuk pembuatan bekisting belum tentu cocok kalau dilihat dari segi ekonomisnya, demikian pula sebaliknya. Contohnya penggunaan triplek tebal 12 mm oleh kontraktor A untuk pengecoran pelat lantai. Dari segi teknik triplek ini mudah dikerjakan, rata, dan sudah memenuhi syarat, harganya pun relatif murah sekitar Rp 120.000,00 per lembar untuk ukuran 122 cm x 244 cm. ( sekitar 3 m2), namun setelah dipakai mengecor 2 kali pada lantai pertama dan lantai ke dua, triplek tersebut rusak ketika dibongkar, karena air semennya masuk pori-pori yang menyebabkan hilangnya daya rekat lem pada triplek serta menambah lekatnya beton dengan triplek sehingga kesulitan ketika membuka/ membongkar bekisting. Untuk pengecoran lantai berikutnya kontraktor tersebut harus membeli triplek baru lagi, karena triplek lama dinyatakan sudah tidak memenuhi syarat oleh konsultan pengawas. Kalau dihitung biayanya maka per m2 bekisting tersebut menghabiskan Rp.120.000,00 dibagi 3 m2 dan dibagi lagi 2 kali pemakaian = Rp.20.000,00 / m2. Di lain pihak

kontraktor B menggunakan plywood setebal 15 mm yang permukaannya dilapisi film ( film faced plywood), suatu bahan yang membuat permukaan plywood rapat dan licin sehingga beton tidak mudah lekat., dengan harga lebih mahal yaitu Rp. 210.000,00 per lembar sedangkan luasnya sama dengan triplek tadi (sekitar 3m2). Setelah dipakai untuk pengecoran, ternyata film faced plywood bisa digunakan untuk pengecoran sampai 7x. Ini berarti kontraktor B menghabiskan biaya Rp. 210.000,00 dibagi 3 m2 dibagi lagi 7x pemakaian = Rp.10.000,00 / m2, lebih murah. Berdasarkan ilustrasi tersebut, pelaksanaan pekerjaan bekisting dibutuhkan kemampuan yang dimiliki semua individu yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan bekisting, dimana kemampuan pekerja sangat ditentukan oleh kemampuan mengerjakan sesuai dengan gambar kerja, memahami cara memilih bahan yang baik untuk pekerjaan, mampu mengerjakan sesuai dengan bahan yang akan dipakai dan dapat menggunakan peralatan tangan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Pengalaman kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting. Bekisting untuk pengecoran beton dipersyaratkan : 1. Kuat secara konstruksi dalam menahan berat sendiri bekisting, berat beton segar dan tulangan serta beban hidup pekerja dan peralatan 2. Mudah dipasang dan dibongkar, karena bekisting hanyalah konstruksi sementara sehingga harus diupayakan sesederhana mungkin. 3. Tidak bocor, agar air semen tidak keluar melalui celah-celah papan yang mengakibatkan beton keropos 4. Terbuat dari bahan yang kedap air, agar air semen tidak masuk ke poripori bekisting yang berakibat beton melekat dengan bekisting sehingga

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658

131

sulit membukanya dan menyebabkan kerusakan pada papan bekisting KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Upah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pelaksanaan pekerjaan bekisting pada proyek perumahan Greenwood Golf di Kota Malang dengan nilai koefisien sebesar 65,9%, artinya apabila upah yang diberikan kepeda pekerja dinaikan maka akan meningkatkan kinerja pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting pada proyek perumahan Greenwood Golf di Kota Malang sebesar 65,9%. 2. Kemampuan kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pelaksanaan pekerjaan bekisting pada proyek perumahan Greenwood Golf di Kota Malang dengan nilai koefisien sebesar 70,6%, artinya apabila kemampuan pekerja dinaikan maka akan meningkatkan kinerja pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting pada proyek perumahan Greenwood Golf di Kota Malang sebesar 70,6%. 3. Pengalaman kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pelaksanaan pekerjaan bekisting pada proyek perumahan Greenwood Golf di Kota Malang dengan nilai koefisien sebesar 28,1%, artinya apabila pengalaman pekerja dinaikan maka akan meningkatkan kinerja pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting pada proyek perumahan Greenwood Golf di Kota Malang sebesar 28,1% Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran dan implikasi penelitian ini adalah

1. Manajemen pelaksanaan proyek konstruksi perlu memperhatikan upah yang harus dibayarkan kepeda pekerja, hal ini karena dengan upah mampu membangkitkan semangat kerja, yang berdampak pada peningkatan kinerja 2. Guna meningkatkan kemampuan dan pengalaman kerja, manajemen pelaksanaan proyek konstruksi perlu mengikutkan pekerjanya untuk mengikuti pelatihan, dengan mengikuti pelatihan diharapkan dapat menguasai prinsip dasar bekisting, proses control posisi dan alignment bekisting, dengan memperhatikan qualitas, keselamatan, analisa dalam rangka pemilihan jenis bekisting sesuai kondisi di lapangan, dan nilai ekonomisnya, peralatan penunjang proses pembuatan bekisting untuk mengurangi waste bekisting. 3. Besarnya nilai R square (R2) sebesar 36,1% artinya variabel upah, kemampuan kerja, dan pengalaman kerja memberikan kontribusi terhadap kinerja pelaksanaan pekerjaan bekisting sebesar 36,1%, sedangkan sisanya 63,9% dipengaruhi oleh oleh faktor atau variabel lain yang tidak dimasukan dalam model penelitian ini. Hal ini dapat dijadikan sebagai dasar bagi peneliti yang akan datang untuk menambah variabel penelitian, seperti sarana dan prasarana, gaya kepemimpinan mandor dalam mengawasi pekerjaan bekisting DAFTAR PUSTAKA Abriyani, Puspaningsih, 2004. “Faktor-faktor yang berpengaruh Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Manajer Perusahaan Manufaktur”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Jakarta. Bolman, Lee, G. Deal, and Terry, E. 1999. 4 Steeps to Keeping Change Efforts Heading in The Right Direction, Journal for Quality & Participation (QCJ), Vol: 22, ISS: 3, Page: 6-11. Deierlein, Bob. (1996) Pop Quiz: How to Peg a Productive Mechanic, Journal World Wastes (WWA), vol: 39, ISS: 11, Page: 13-15.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658

132

Dessler, G., 2007. Manajemen SDM, Terjemahan Eli Tanya, Edisi IX. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta Duffy, Tom. 1996. Finding The Multifaceted Trainer. Journal Computer Word (COW), Vol: 30, ISS: 6, 91. Gibson. 1997. Manajemen. Penerjemah: Zuhad Ichyaudin. Jilid I. Jakarta: Erlangga. Harijanto, 2003. ”Pengaruh Pelatihan dan Pengalaman Kerja terhadap Ketrampilan dan Kinerja Karyawan Koperasi Usaha Karya: Studi pada Koperasi Bongkar Muat (TKBM) Tanjung Perak Surabaya” Jurnal Aplikasi Manajemen , Volume 1 no 2, Universitas Brawijaya Malang Hidayat, Felix , 2009 ”Motivasi Pekerja pada Proyek Konstruksi di Kota Bandung” Jurnal Media Teknik Sipil , Vol IX , No 1 Universitas Katholik Parahiyangan Bandung Johnston, M. W., Parrasuraman, A., Futrell, C. M., & Black, W. C. 2002. A longitudinal assessment of the impact of selected organizational influences on salespeople’s organizational commitment during early employment. Journal of Marketing science, 27: 333-344. Knoers dan Haditono, (1999) Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, Cetakan ke-12, Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Putra, I Km Alit, 2009 “Hubungan Karekteristik Dengan Kinerja Kontraktor di Kota Denpasar” Jurnal Teknik Gradien Vol 1 No 1, Universitas Udayana Denpasar Mangkuprawira, Sjafri. 2007. Kinerja.http://ronawajawordpress.com /2007/05/29/ kinerja-apa-itu / diakses 15 September 2010. Martoyo, Susilo, 1994. Manajemen Sumber Daya Manusia, BPFE-UGM, Yogyakarta. Robbins, Stephen P and Mary Coulter 2010 . Manajemen. Edisi Kesepuluh, Jilid Dua. Penerbit Erlangga. Jakarta Sagel, Kole , Kusuma Gideon,1993 Pedoman Pengerjaan Beton Penerbit Erlangga. Jakarta Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan pertama. Bandung : PT.Refika Aditama Sudarto, 2007, “Identifikasi Permasalahan Pada Faktor Internal Yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan Jasa Kosntruksi di Indonesia” , Jurnal Teknologi Edisi No 2 Tahun XXI, Universitas Indonesia Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Administrasi, Penerbit Alfabeta, Cetakan ke 15, Bandung.Siagian, Sondang P, 1995. Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Jakarta: PT. Gunung Agung. Weich, Jilly. 1997. Charities Must Boost Image for New Deal, Journal People Management (PMT), Vol: 3, ISS: 19, Page:10.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658

133