PENGETAHUAN DASAR AKUAKULTUR OLEH

Download Oseana, Volume XXIX, Nomor 1, Tahun 2004 : 27 - 32. ISSN 0216-1877. PENGETAHUAN DASAR AKUAKULTUR. Oleh. Dwi Eny Djoko Setyono 1). ABSTRAC...

0 downloads 273 Views 239KB Size
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XXIX, Nomor 1, Tahun 2004 : 27 - 32

ISSN 0216-1877

PENGETAHUAN DASAR AKUAKULTUR Oleh Dwi Eny Djoko Setyono 1) ABSTRACT THE BASIC KNOWLEDGE OF AQUACULTURE. Aquaculture is a large-scale production of aquatic organism under controlled or semicontrolled condition, but not include the raising or breeding of aquatic flora and fauna as aquarium species, in laboratory experiment, and/or for special personal used. The general basic knowledge of aquaculture includes the management of water as culture medium, facilities that provide and keep the water in a good quality (pump, filtration, and water treatment), culture systems (open, semiclosed, and closed), and some general biological concepts (diseases, predators, environmental stresses, and pollutant). Chance of success in a commercial aquaculture can be increased if the quaculturist is also familiar with some other disciplines, include: laws, economics, chemistry, engineering, and biology.

PENDAHULUAN

Asal mula kegiatan akuakultur tidak diketahui secara pasti kapan dan oleh siapa dimulai. Kegiatan akuakultur pertama kali diduga dilakukan oleh orang Mesir pada ikan nila dan/atau orang China pada ikan mas. Kegiatan pemeliharaan kedua jenis ikan tersebut kemudian menyebar ke Asia dan Eropa (LANDAU 1992). Kegiatan akuakultur atau budidaya biota air kini telah banyak diketahui dan dipraktekan oleh sefragian besar penduduk dunia, terutama yang mendiami daerah dataran rendah, sekitar daerah aliran sungai, waduk, danau.dan pantai. Bahkan pada era globalisasi saat ini, kegiatan pemeliharaan biota air telah merambah ke masyarakat yang mendiami

Oseana, Volume XXIX no. 1, 2004

daerah perkotaan, di dalam rumah sederhana sampai di rumah mewah, dari toko kelontong sampai ke pusat perbelanjaan (mall). Kegiatan akuakultur tersebut dilakukan oleh masyarakat yang sekedar ikut-ikutan dan tanpa pengetahuan yang memadai hingga oleh orang-orang yang betul-betul mendalami, menekuni, dan mempunyai bekal pengetahuan yang mendasar tentang akuakultur. Berbekal pengetahuan yang memadai itulah biasanya pembudidaya biota air akan berhasil menikmati hasil kegiatan budidayanya, baik sebagai pengembangan kegemaran (hobby), penghasil bahan pangan untuk keluarga, maupun sebagai sumber penghasilan. Sebagai hobby misalnya pemeliharaan biota air pada akuarium; sebagai penghasil pangan untuk keluarga misalnya

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

budidaya skala keluarga pada ikan lele dan belut; dan sebagai sumber penghasilan misalnya budidaya skala komersial pada ikan lele, gurameh, bandeng, udang dan kerapu. Produksi perikanan dunia dari sektor akuakultur adalah lebih dari 13 juta metrik ton per tahun (LANDAU 1992), dan produksi tersebut cenderung terus meningkat. Peningkatan produksi hasil usaha akuakultur tersebut sangat penting artinya untuk kawasan Asia yang mayoritas padat penduduk dengan tingkat penghasilan per kapita relatif rendah. Meskipun kegiatan budidaya biota air telah banyak dipraktekan oleh masyarakat Indonesia, namun pengetahuan dasar tentang budidaya biota air kadang-kadang belum banyak diketahui dan dipahami. Oleh karena ltu, pada tulisan ini akan disajikan secara nngkas tentang pengetahuan dasar akuakultur.

APA ITU AKUAKULTUR?

Beberapa pakar ada yang mendefinisikan akuakultur sebagai kegiatan pemeliharaan biota air pada kondisi yang terkontrol, baik secara intensif maupun semimtensif. Namun demikian, ada pakar yang menyatakan bahwa akuakultur merupakan kegiatan pemeliharaan flora dan fauna air, tetapi tidak termasuk dalam kegiatan yang berkaitan dengan pemeliharaan dan pembenihan jenisjenis biota untuk akuarium, biota untuk eksperimen atau percobaan di laboratorium, dan biota yang dipelihara khusus untuk memenuhi kebutuhan perseorangan (LANDAU 1992). Selain itu, beberapa pakar ada juga yang mendefinisikan akuakultur sebagai kegiatan untuk memproduksi biota air (termasuk di dalamnya: pemeliharaan, penanganan, pengolahan, dan pemasaran) untuk tujuan komersial (BARNABE 1990). Akuakultur yang di Indonesia dikenal dengan istilah budidaya air dibedakan menjadi dua, yaitu budidaya air tawar dan budidaya air

Oseana, Volume XXIX no. 1, 2004

laut (termasuk air payau). Budidaya air laut lebih dikenal dengan istilah 'marikultuf. Usaha marikultur semakin popular pada dekade terakhir ini, khususnya setelah berhasil dikembangkan teknik budidaya pada kurungan jaring apung (ANONIM 1972,1991, SUNYOTO 1994) Akuakultur sebagai usaha untuk memproduksi biota air pada skala besar (komersial) berkaitan dengan beberapa disiplin ilmu, termasuk ilmu pertanian, perikanan, hukum, ekonomi, kimia, teknik dan biologi. Pembudidaya harus familiar dan mengetahui dasar-dasar dari ilmu tersebut untuk menunjang keberhasilan usahanya

PRINSIP DASAR AKUAKULTUR 1. Kwalitas air Akuakultur mencakup adanya biota air dan air sebagai media kultur. Oleh karena itu, pemahaman tentang kwalitas air sebagai media kultur adalah sangat penting. Air terdiri dari dua komponen yaitu hidrogen dan oksigen. Ikatan hidrogen lebih dominan dalam menentukan sifat-sifat kwalitas air (kepadatan, salinitas, titik beku, penguapan, keasaman dan kesadahan). Air laut mengandung sekitar 3.5% garam dan sisanya (96.5%) adalah air. Ion-ion penting yang membentuk garam pada air laut antara CL-, Na+, Mg+2, SO-2, Ca-2, and K2. Jumlah garam yang terlarut di dalam air akan mempengaruhi sifat-sifat kwalitas air tersebut. Kandungan ion-ion tersebut bisanya selalu dalam keadaan konstan atau dalam keseimbangan, kecuali ion-ion yang terlibat (dipakai atau dihasilkan) pada reaksi biologi. Air yang digunakan untuk usaha akuakultur dapat bersumber dari air permukaan (danau, kolam, sungai) atau air tanah (sumur). Air dari kedua sumber air tersebut mempunyai sifat yang berbeda. Air asin, selain dapat diperoleh dari air permukaan (laut), dapat pula

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

diperoleh dengan membuat sumur pada kedalaman tertentu sehingga ditemukan sumber air asin. Penanganan untuk air asin harus dilakukan secara cermat karena sifatnya yang korosif (bereaksi dengan besi dan logam). Beberapa parameter kwalitas air yang perlu diketahui antara lain: - pH atau tingkat keasaman air. Kwalitas air harus dijaga pada kondisi pH mendekati netral(7+l). - Alkalinitas, yaitu kemampuan air untuk menahan perubahan pH secara drastis. - Salinitas, yaitu jumlah garam yang terlarut di dalam air laut. - Kesadahan, yaitu jumlah Ca+2 and Mg+2 yang terlarut di dalam air tawar. - DO, yaitu kandungan oksigen terlarut di dalam air. Kebutuhan oksigen terlarut meningkat pada saat setelah biota aktif makan (BARNABE 1990). DO akan mempengaruhi tingkat kesehatan lingkungan akuakultur. DO berubah sangat cepat selama kurun waktu 24 jam, terjadi penurunan drastis ketika proses asimilasi (photosyntesis) menurun pada malam hari. - Suhu air. Setiap jenis biota air mempunyai kisaran temperatur tertentu untuk tumbuh secara optimal. Nutrisi. Nutrisi yang terlarut di dalam air akan digunakan oleh tanaman, termasuk di dalamnya unsur utama Nitrogen (N) dan Pospat (P), serta mikro elemen lainnya yang kurang penting. Kandungan nutrisi tersebut harus dijaga selalu tersedia dalam jumlah cukup di dalam air. - Parameter kwalitas air lainnya yang perlu diketahui mencakup kekeruhan, kandungan logam, dan zat-zat pencetus bau busuk misalnya H2S. 2. Pompa

Pompa merupakan salah satu bagian yang sangat penting di dalam usaha akuakultur. Pompa digunakan untuk mengalirkan air dan udara (aerasi) dari suatu sumber atau dari satu

Oseana, Volume XXIX no. 1, 2004

bagian ke bagian yang lain. Ada beberapa tipe atau jenis pompa yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu pembudidaya harus bisa memilih jenis pompa yang sesuai dengan sistem yang akan dipasangi pompa tersebut. Pengetahuan tentang daya atau kekuatan memompa serta kecepatan aliran (velositas) juga sangat penting (BARNABE 1990). 3. Penanganan air Biota yang dibudidayakan harus dipelihara di tempat yang mempunyai air dengan kwalitas baik. Kwalitas air biasanya dapat dijaga dan ditingkatkan dengan beberapa cara, tergantung pada biota yang dipelihara, kondisi fisik sistem budidaya, dan kondisi air sebelum memasuki suatu sistem budidaya. Air yang masuk ke suatu sistem akuakultur harus dijaga kejernihannya dan bebas dari predator. Predator yang ikut masuk ke tempat budidaya akan menurunkan produktifitas. Kotoran dan partikel yang larut dalam air harus dicegah sekecil mungkin. Partikel yang larut di dalam air dapat menutupi insang pada hewan yang dipelihara, dan dapat pula merusakan mesin. Partikel-partikel berukuran besar dapat disaring secara mekanik, sedangkan partikel-partikel yang berukuran kecil tetapi lebih berat dari massa air dapat diendapkan dengan sistem grafitasi. Contoh filter mekanik yaitu saringan yang dipasang pada pintu atau pipa pemasukan air dan filter pasir (sand filter). Sedangkan contoh filter grafitasi yaitu bak atau kolam pengendapan air, dan gaya sentrifugal oleh aliran air yang berputar. Nutrisi yang berlebihan di dalam air akan berbahaya karena dapat menyebabkan pertumbuhan mikroalge yang terlalu cepat (blooming). Pertumbuhan mikroalge yang tidak terkontrol akan menurunkan kwalitas air dan meracuni biota yang dipelihara (BARNABE 1990, LANDAU 1992, 1996). Nutrisi terlarut

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

yang berlebihan tersebut dapat dihilangkan dengan sistem filter biologi, menggunakan koloni bakteri (Nitrosomonas dan Nitrobacter) yang dapat merubah amoniak (NH4) menjadi nitrit(NO2-) kemudian menjadi nitrat (NO3). Nitrat bersifat kurang berbahaya daripada nitrit. Nitrat yang ada di dalam air oleh bakteri Pseudomonas pada kondisi tanpa oksigen (anaerobic) dapat dirubah menjadi gas nitrogen yang kemudian akan menguap keluar dari air. Nutrisi dan zat-zat terlarut lainnya dapat dihilangkan dengan menggunakan filter karbon aktif. Sistem filter ini akan mengganti ion-ion yang tidak diinginkan (meracuni) dengan ionion lain yang kurang berbahaya bagi biota yang dipelihara. Air juga perlu di 'disinfeksi' untuk membunuh mikroba dan larva binatang yang berukuran sangat kecil dengan menggunakan penyinaran atau radiasi ultra-violet (UV), ozonisasi, dan penambahan cloor kedalam air. Air perlu dfaerasi' untuk menambah kandungan oksigen terlarut ke dalam air. Kandungan oksigen terlarut yang rendah akan menyebabkan pertumbuhan yang lambat dan konversi makanan yang rendah. Oleh karena ltu, kandungan oksigen terlarut di dalam air harus selalu dikontrol secara cermat. Penambahan oksigen kedalam air dapat dilakukan dengan cara (1) grafitasi; air yang jatuh akan menyebabkan pusaran sehingga meningkatkan difusi oksigen pada permukaan air, (2) aerasi permukaan dengan menyemprotkan air ke udara, (3) difusi aerator dengan menyemprotkan udara ke dalam air, (4) turbin aerator yang dapat meningkatkan percampuran air dan udara sehingg terjadi difusi oksigen. Kandungan N2 di dalam air yang terlalu tinggi (supersaturation) dapat membentuk gelembung-gelembung gas (gas bubbles) dj dalam air. Kondisi ini sangat berbahaya bagi biota yang dipelihara. Gelembung gas N2 yang masuk ke dalam tubuh biota akan menyumbat

Oseana, Volume XXIX no. 1, 2004

aliran darah, merusak jaringan tubuh dan menyebabkan kematian. Kelebihan N, di dalam air dapat dihilangkan dengan cara penghisapan menggunakan 'vacuum', penambahan oksigen murni ke dalam air, dan dengan meningkatkan proses percampuran (mixing) di dalam kolom air supaya gas N, bisa naik ke permukaan dan menguap. 4. Sistem budidaya Tidak ada dua fasilitas akuakultur yang dioperasikan dengan cara yang sama. Secara umum sistem budidaya biota air dikelompokan menjadi tiga, yaitu: sistem terbuka, semi terbuka, dan tertutup. Masing-masing sistem mempunyai sifat khusus yang berbeda, dengan kelebihan dan kekurangannya. Pemilihan suatu sistem budidaya tergantung pada biota yang akan dipelihara, sumberdaya yang tersedia, dan ide atau gagasan si pembudidaya. Khusus untuk biota laut, misalnya abalon, SETYONO (1997) telah membahas kelebihan dan kekurangan tiga tipe budidaya, yaitu budidaya di darat (land based farming), budidaya dalam kurungan di laut (containment rearing), dan budidaya dengan melepas biota secara bebas di laut (ocean ranching). Sistem akuakultur terbuka merupakan sistem yang paling tua dan masih banyak dipakai sampai saat ini. Pada sistem ini biota ditempatkan di alam terbuka seperti teluk dan danau. Arus air yang mengalir secara alami akan membawa oksigen kelokasi budidaya, mengangkut dan membuang kotoran keluar dari lokasi budidaya, bahkan juga membawa makanan ke tempat dimana biota dipelihara. Kelebihan sistem ini yaitu relatif rendahnya biaya investasi, pemeliharaan, dan manajemen. Sedangkan kekurangan pada sistem ini mencakup munculnya problem akibat predator dan pencurian, serta laju pertumbuhan yang bervariasi sehingga produk yang dipanen tidak seragam (ukuran dan kwalitas).

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Sistem akuakultur semi terbuka merupakan sistem yang sangat populer, dimana sumberdaya air untuk budidaya diambil (dipompa) dari danau, teluk, sumur, atau sumber lain di alam. Air dipompa dan dialirkan ke suatu tempat yang dibangun khusus untuk memelihara biota air (kolam, tambak, parit), baik air tersebut dipakai sekali jalan (single pass) maupun digunakan berulang kali (recirculated). Keuntungan pada sistem semi terbuka ini antara lain: bisa lebih mengontrol pertumbuhan biota yang dipelihara, produksi per unit area lebih tinggi, pertumbuhan biota lebih seragam, dapat mengontrol sistem pengairan (suhu, kecepatan arus, dan aerasi), pencurian dapat dibatasi, dan dapat mengontrol adanya predator dan penyakit. Namun demikian, kelemahan dari sistem ini adalah biaya investasi dan pemeliharaan lebih mahal, perlu adanya penanganan dan pengawasan yang lebih komplek, kemungkinan mudah terserang penyakit dan stres akibat biota dipelihara pada kepadatan tinggi dan adanya penumpukan sisa pakan. Sistem akuakultur tertutup merupakan sistem budidaya yang hampir tidak atau hanya sedikit melakukan penggantian air. Air yang digunakan pada sistem ini mengalami penanganan khusus untuk mempertahankan agar kwalitasnya selalu terjaga baik dan memenuhi syarat untuk budidaya. Kelebihan sistem akuakultur tertutup yaitu memudahkan pembudidaya untuk mengontrol kxmdisi akuakultur secara menyeluruh meliputi kwalitas air, pemberian pakan, dan pencegahan penyakit. Pada sistem ini tidak ada predator dan parasit yang masuk ke dalam sistem akuakultur. Biota dapat dipelihara dengan densitas yang tinggi, tumbuh dengan cepat dan seragam. Pemilihan lokasi akuakultur dengan sistem tertutup ini juga lebih mudah. Namun demikian sistem akuakultur tertutup ini mempunyai kekurangan, antara lain: biaya infestasi sangat mahal, memerlukan fasilitas untuk penanganan kwalitas air (water treat-

Oseana, Volume XXIX no. 1, 2004

ment) yang sangat baik, biaya untuk listrik dan sistem pemompaan menjadi sangat tinggi, memerlukan tenaga kerja dan manajer yang berpengalaman, sistem harus terkontrol secara baik, dan jika terjadi kontaminasi (penyakit dan polusi) akan cepat menyebar ke seluruh sistem dan akibatnya akan fatal. Sistem yang terakhir ini tidak banyak dipraktekan pada akuakultur skala komersial, kecuali di negara-negara maju yang tingkatan ekonominya lebih tinggi. 5. Konsep biologi Akuakultur dalam banyak hal berkaitan dengan aspek biologi. Oleh karena itu, dalam suatu sistem akuakultur harus ada pemahaman tentang konsep biologi secara umum, baik aspek biologi biota yang dipelihara maupun aspek biologi secara umum yang bekerja dalam suatu sistem akuakultur, misalnya bologi parasit, predator, tanaman air, dan mikroorganisme. Hasil panen biota yang dipelihara bisa menurun atau gagal akibat serangan predator, lingkungan yang kurang sehat, polusi, maupun penyakit. Penyakit yang bisa mengakibatkan kegagalan antara lain virus, bakteri, jamur, dan protozoa. Problem penyakit mi dapat dicegah dengan memberlakukan manajemen secara baik, pengawasan dan pengontrolan secara kontinyu, dan dipahaminya prinsip kmencegah lebih baik daripada mengobatf. Untuk meningkatkan kwalitas biota yang akan dipelihara bisa dilakukan dengan program seleksi induk (INO 1972) untuk dikawinkan atau dipijahkan di laboratorium (hatchery). Dengan seleksi induk yang baik akan dapat dihasilkan anakan atau benih yang berkwalitas, tahan terhadap penyakit dan laju pertumbuhannya cepat, sehingga menguntungkan untuk dibudidayakan. Sebagian besar biaya produksi dalam suatu sistem akuakultur akan dibayarkan untuk biaya makanan. Oleh karena itu, ketika memilih jenis pakan, pembudidaya harus memperhatikan kwalitas pakan yang berkaitan dengan

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

kandungan energi (karbohidrat, lemak dan protein) dan nutrisi mikro penting (asam amino, asam lemak dan lipid, vitamin dan mineral). Untuk meningkatkan keberhasilan suatu usaha budidaya, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:(1) lakukan monitoring kwalitas air secara baik; (2) gunakan pakan yang mencukupi kebutuhan nutrisi biota yang dipelihara; (3) hindari pemberian pakan yang berlebihan;(4) minimalkan kontak dengan biota yang dipelihara; (5) gunakan padat penebaran yang optimal;(6) segera isolasi dan pisahkan biota yang diduga sakit (LANDAU 1992). Lebih lanjut LANDAU (1992) telah mengidentifikasi tanda-tanda ikan yang sakit sebagai berikut: nafsu makan menurun, ikan berenang dan mengambil udara terus menerus di permukaan (megap-megap'), ikan berenang miring atau terbalik, ikan menunjukan pergerakan yang aneh, dan ada spot atau luka di tubuhnya.

KESIMPULAN

Dengan mengetahui dan memahami konsep dasar akuakultur yang mencakup aspek kwalitas air, sistem pemompaan, penanganan air, sistem budidaya, dan beberapa konsep biologi yang bekerja dalam suatu sistem akuakultur, pembudidaya akan bisa mempunyai peluang keberhasilan yang lebih besar dalam memelihara biota air. Untuk skala komersial, peluang keberhasilan ini akan lebih baik lagi jika pembudidaya juga memahami disiplin ilmu yang berkaitan dengan bidang pertanian, perikanan, hukum, ekonomi, kimia, dan teknik.

DAFTAR PUSTAKA ANONIM 1972. Fishing gear design. Fishing News (Books), London, Hal: 8-25. ANONIM 1991. Operational pembesaran ikan kerapu dalam keramba jaring apung. Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai Maros, Balitbangtan, Deptan, Jakarta. BARNABE, G. 1990. Aquaculture- Vol I. Ellis Horwood, New York. 528 p. LANDAU, M. 1992. Introduction to aquaculture. John Wiley & Sons, Inc. New York. 440 p. INO, T. 1972. Controlled Breeding of Molluscs. In: Coastal Aquaculture in the IndoPacific Region (T. V. R PILLAY ed.). FAO, Fishing News (Books) Ltd. London, p: 260-272 PILLAY, T. V. R. 1990. Aquaculture: Principles and Practice. Fishing News Books, London. 575 p. PILLAY, T. V. R. 1996. Aquaculture and the Environment, Fishing News Books, Oxford. 189 p. SETYONO, D. E. D. 1997. Culture techniques on the farming of abalone (Haliotis sp). A perspective effort for aquaculture in Indonesia. Oseana, 22 (1): 1-8. SUNYOTO,P. 1994. Pembesaran kerapu dengan karamba jaring apung. Penebar Swadaya, Jakarta.

Oseana, Volume XXIX no. 1, 2004