PENGGUNAAN EKSTRAK BIJI PINANG UNTUK MENGENDALIKAN

Download Penggunaan Ekstrak Biji Pinang untuk Mengendalikan Hama Keong Mas. ( Pomacea canaliculata Lamarck) pada Tanaman Padi. The Use of Areca Extra...

0 downloads 384 Views 130KB Size
Penggunaan Ekstrak Biji Pinang untuk Mengendalikan Hama Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck) pada Tanaman Padi

The Use of Areca Extract to Control Golden Snails (Pomacea Canaliculata Lamarck) on Rice Plants Wiwik Yunidawati1), Darma Bakti2), dan B. Sengli J. Damanik2) 1)

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Amir Hamzah, Medan 2)

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU, Medan

Abstract Application of Areca extract can be used to control golden snail in rice planting. The purpose of this research is to obtain the suitable concentration of Areca extracts to control Golden snail. The research was conducted on December 2010 to April 2011 at the screen house of Observation Laboratory of Plant Disease and Biological Agents and “Balai Benih Induk Murni” Deli Serdang, Tanjung Morawa, North Sumatra. Research was used by Randomized Block Design (RBD) Factorial consisting of two factors with three replications. The first factor is the extract of Areca consisting of four levels ie kontrol , 20 cc of water extract of Areca, 30 cc, and 40/l cc water extract of araca and the second factor is the population golden sanails ( control, 8, 16 and 24 golden snails/16m2). The results showed that application of Areca extract has given positive impact on the percentage of infected plants and mortality pests Golden snail but give no significant effect on the number of tillers per hill. The concentration 40 cc/l of water of Areca extract is the suitable concentration to control population of Golden snail. Population of Golden snail in rice plants has given effect of the percentage of infected plants, thus causing the number of tillers per hill decreased. Treatment of Areca extract and population of Golden snail in rice plants has showed no significant effect on number of tillers per hill. Keywords: areca extract, golden snail, rice plants, control

Abstrak Aplikasi ekstrak pinang dapat digunakan untuk mengendalikan hama keong mas pada tanaman padi. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan konsentrasi ekstrak pinang yang efektif pada populasi keong mas tertentu. Penelitiaan dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan April 2011 di Rumah Kasa Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Tanaman dan Agens Hayati Tanjung Morawa di UPT Balai Benih Induk Padi Murni Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Metoda penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 (dua) faktor dengan 3 (tiga) ulangan. Faktor pertama adalah Ekstrak pinang yang terdiri dari 4 (empat) taraf yaitu tanpa ekstrak pinang, 30 cc dan 40 cc/l air ekstrak pinang. Faktor kedua adalah populasi keong emas terdiri dari 4 (empat) taraf (tanpa keong mas, 8, 16 dan 24 ekor keong mas/16 m2. Pengendalian hama keong mas terbaik dijumpai pada pemberian ekstrak pinang sebanyak 40 cc/l air. Adapun jumlah populasi keong mas yang diinvestasikan pada tanaman padi memberi pengaruh terhadap persentase tanaman terserang, sehingga menyebabkan jumlah anakan per rumpun menurun. Perlakuan ekstrak pinang dan jumlah keong mas yang diinvestasikan pada tanaman padi, tidak menunjukkan hubungan yang nyata terhadap jumlah anakan per rumpun. Kata kunci: ekstrak pinang, keong mas, tanaman padi, kontrol.

83

Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR • Vol. 5 • No. 2 • September 2011

Pendahuluan Tanaman padi merupakan salah satu komoditas pangan yang harus terpenuhi kecukupannya untuk menunjang kelangsungan hidup sebahagian besar penduduk Indonesia. Salah satu upaya untuk mempertahankan kecukupan pangan adalah melalui mengurangi faktor-faktor pembatas. Salah satu faktor pembatas yang penting adalah serangan hama penyakit. Keong mas atau siput murbai Pomacea canaliculata Lamarck (Gastropoda: Ampullariidae) merupakan siput air tawar yang diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1981 sebagai hewan hias. Sejak awal introduksi, ada dua pendapat yang bertentangan perihal keong mas dan membiakkannya sebagai komoditas ekspor, pihak lain mengkhawatirkan keong mas akan menjadi hama tanaman. Sebagian dari keong mas yang lepas ke sawah berkembangbiak dengan cepat. Habitat sawah sesuai bagi perkembangan keong mas dan populasinya meningkat dalam waktu yang relatif cepat, sehingga cepat pula merusak tanaman padi. Oleh karena itu, keong mas telah berubah status dari hewan peliharaan menjadi hama padi. Pada tingkat serangan yang berat, keong mas mampu merusak banyak rumpun tanaman padi, sehingga petani harus menyulam atau mananam ulang. Luas areal pertanaman padi yang dirusak keong mas pada tahun 2007 mencapai lebih dari 22.000 ha (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2008). Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 tahun 1995 pasal 3 ditetapkan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan melalui sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Selanjutnya, dalam pasal 19 dinyatakan bahwa penggunaan pestisida dalam rangka pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan alternatif terakhir dan dampak yang ditimbulkan harus ditekan seminimal mungkin. Oleh karena itu, perlu dicari metode yang efektif terhadap hama sasaran namun aman terhadap

organisme bukan sasaran dan lingkungan. Salah satu golongan pestisida yang memenuhi persyaratan tersebut adalah pestisida yang berasal dari tumbuhtumbuhan (pestisida nabati) (Martono dkk, 2004). Pinang adalah sejenis palma yang tumbuh di daerah Pasifik, Asia dan Afrika bagian timur. Pinang juga merupakan nama buahnya yang diperdagangkan orang. Pelbagai nama daerah di antaranya adalah pineung (Aceh), pining (Batak Toba), penang (Md.), jambe (Sd., Jw.), bua, ua, wua, pua, fua, hua (aneka bahasa di Nusa Tenggara dan Maluku) dan berbagai sebutan lainnya. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Betel palm atau Betel nut tree, dan nama ilmiahnya adalah Areca catechu. Biji pinang mengandung alkaloid seperti misalnya arekaina (arecaine) dan arekolina (arecoline), yang sedikit banyak bersifat racun dan adiktif, dapat merangsang otak.

Bahan dan Metode Penelitian dilaksanakan di UPT Balai Benih Induk Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat ± 20 m dpl, dimulai dari bulan Januari 2011 – April 2011. Bahan yang digunakan varietas Cigeulis (sumber dari BBI Murni) setelah berumur 15 hari di persemaian kemudian bibit padi dipindahkan ke lahan penelitian. Keong mas dewasa dengan ukuran 1,5 cm di investasikan pada saat tanam. Ekstrak pinang sebagai pengendalian terhadap keong mas diberikan pada saat besamaan dengan investasi keong mas. Sedangkan alat-alat yang digunakan antara lain: meteran, timbangan, leaf area meter, hand sprayer, cangkul, tali plastik, seng, kayu plat, pisau dan alat tulis. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 (dua) faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama berupa Ekstrak pinang (E) yang terdiri dari 4 taraf yaitu: E0 = 0 cc/l air, E1 = 20 cc/l air, E2 = 30 cc/l air, E3 = 40 cc/l air. Faktor 84

Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR • Vol. 5 • No. 2 • September 2011

kedua adalah Keong mas (K) dengan ukuran 1,5 cm yang terdiri dari 4 taraf yaitu: K0= 0 ekor/16m2, K1= 8 ekor/16m2, K2= 16 ekor/16m2, K3= 24 ekor/16m2. Peubah amatan yang diamati adalah persentase tanaman terserang, persentase mortalitas hama keong mas (%) dan jumlah anakan/rumpun (batang).

Hasil dan Pembahasan

Persentase Tanaman Terserang Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak pinang memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase tamanan terserang pada pengamatan II-VI dan tidak berpengaruh nyata pada pengamatan I, hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Pengamatan dilakukan 3 hari setelah tanam (HST) dan diamati 3 hari sekali.

Tabel 1.

Persentase tanaman terserang pada perlakuan aplikasi ekstrak pinang terhadap pemberian keong mas Pengamatan Perlakuan I II III IV V VI VII (3 HST) (6 HST) (9 HST) (12 HST) (15 HST) (18 HST) (21 HST) Ekstrak Pinang (cc/l air) …....…..%............ E0 (0) 0.85 4.42 a 15.17 a 27.69 a 29.19 a 28.79 a * E1 (20) 0.54 3.46 b 8.90 b 12.54 b 10.67 b * * E2 (30) 0.65 1.79 c 2.71 c 3.83 c 0.52 c * * E3 (40) 0.77 1.79 c 2.35 c * * * * Keong Mas (ekor/16 m2) …….…..%............ K0 (0) 0.00 c 0.00 d 0.00 d 0.00 d 0.00 d 0.00 d 0.00 K1 (8) 0.63 b 2.54 c 5.65 c 8.31 c 7.79 c 4.54 c * K2 (16) 1.02 a 4.10 b 10.31 b 14.65 b 13.48 b 10.44 b * K3 (24) 1.17 a 4.81 a 13.17 a 21.10 a 19.10 a 13.81 a * Interaksi ….……..%........... E0K0 0.00 0.00 f 0.00 h 0.00 g 0.00 f 0.00 d 0.00 3.33 E0K1 0.58 cd 13.33 d 22.33 c 23.33 c 18.17 c * E0K2 1.17 6.25 b 19.33 b 37.83 b 40.08 b 41.75 b * E0K3 1.67 8.08 a 28.00 a 50.58 a 53.33 a 55.25 a * E1K0 0.00 0.00 f 0.00 h 0.00 g 0.00 f 0.00 d 0.00 E1K1 0.58 2.92 d 7.58 e 10.92 e 7.83 de * * E1K2 0.83 4.58 c 12.33 d 17.00 cd 11.75 d * * E1K3 0.75 6.33 b 15.67 c 22.25 c 23.08 c * * E2K0 0.00 0.00 f 0.00 h 0.00 g 0.00 f 0.00 d 0.00 E2K1 0.67 1.42 e 1.67 g 0.00 g 0.00 f * * E2K2 1.00 3.08 d 4.33 f 3.75 f 2.08 e * * E2K3 0.92 2.67 d 4.83 f 11.58 de * * * E3K0 0.00 0.00 f 0.00 h 0.00 g 0.00 f 0.00 d 0.00 E3K1 0.67 2.50 de * * * * * E3K2 1.08 2.50 de 5.25 f * * * * E3K3 1.33 2.17 de 4.17 f * * * * Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh hurup yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%. *= mortalitas hama keong mas telah mencapai 100% sehingga tidak ada lagi serangan. 85

Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR • Vol. 5 • No. 2 • September 2011

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada perlakuan ekstrak pinang dapat menurunkan persentase tanaman terserang sejalan dengan meningkatnya konsentrasi. Pada pengamatan II dan III menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ekstrak pinang 30 cc dan 40 cc tidak berbeda nyata, sementara pada pengamatan V terjadi perbedaan yang nyata. Hal ini disebabkan karena ekstrak pinang yang diberikan belum mampu mengendalikan keong mas. Aplikasi pestisida nabati seperti ekstrak pinang hanya efektif selama 3 hari, keong yang baru masuk atau baru muncul tidak akan mati sehingga aplikasi harus diberikan berkali-kali (Joshi, et al.,2006). Pinang, tembakau dan sembung merupakan moluskisida nabati yang effektif mengendalikan keong mas (Anonimus, 2006). Pada perlakuan pemberian keong mas menunjukkan bahwa semakin banyak keong mas yang diaplikasikan maka persentase serangan semakin meningkat. Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase serangan tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan 24 ekor/16m2 mulai dari mengamatan I-IV. Hal ini didasari atas tingkat kerusakan akibat keong mas sangat tergantung pada jumlah populasinya, tiga ekor keong mas per meter bujursangkar tanaman padi sudah

mengurangi hasil secara nyata. Sesuai dengan pendapat Hendarsih dan Kurniati (2005), menunjukkan bahwa kerusakan pertanaman padi telah mencapai ribuan hektar akibat keong mas. Mortalitas Hama Keong Mas Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak pinang memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter mortalitas hama keong mas pada pengamatan II-V dan tidak berpengaruh nyata pada pengamatan I, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Diagram hubungan antara pemberian ekstrak pinang dengan populasi hama keong mas pada setiap pengamatan dapat dilihat pada Gambar 1. Dari Gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa pada pengamatan V terlihat bahwa dengan pemberian ekstrak pinang pada konsentrasi 20, 30 dan 40 dapat mematikan keong mas sampai 100%. Artinya makin tinggi konsentrasi yang diberikan, makin tinggi persentase mortalitas keong mas. Dan dengan konsentrasi yang rendah memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengendalikan keong mas.

Tabel 2. Mortalitas hama keong mas pada perlakuan aplikasi ekstrak pinang Perlakuan Pengamatan I (3HST) II (6 HST) III (9 HST) IV (12 HST) V (15 HST) Ekstrak Pinang (cc/l air) ………………..%....................... E0 (0) 0,00 b 0,00 c 0,00 d 0,00 c 0,00 b E1 (20) 18,05 a 51,03 b 61,28 c 68,22 b 75,00 a E2 (30) 19,26 a 53,65 b 69,08 b 72,92 a 75,00 a E3 (40) 22,05 a 61,81 a 75,00 a 75,00 a 75,00 a Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh hurup yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5% .

86

% mortalitas keong mas

Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR • Vol. 5 • No. 2 • September 2011

120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 I

II

III

IV

V

Pengamatan

E0K0 E0K1 E0K2 E0K3 E1K0 E1K1 E1K2 E1K3 E2K0 E2K1 E2K2 E2K3 E3K0 E3K1 E3K2 E3K3

Gambar 1. Hubungan antara pemberian ekstrak pinang dengan populasi hama keong mas pada setiap pengamatan.

Tabel 3. Jumlah anakan/rumpun pada perlakuan ekstrak pinang dan keong mas. Perlakuan

Pengamatan (MST) 4 6

2 Ekstrak Pinang (cc/l air) ……..batang ......... E0 (0) 4.52 11.89 21.43 E1 (20) 4.62 11.40 20.77 E2 (30) 4.76 11.98 21.23 E3 (40) 4.43 12.02 20.04 Keong Mas (ekor/16 m2) ……..batang......... K0 (0) 5.06 a 12.81 a 22.14 a K1 (8) 4.63 ab 11.84 ab 20.97 ab K2 (16) 4.13 b 10.48 b 19.12 bc K3 (24) 4.51 b 10.38 b 17.57 c Interaksi ……..batang......... E0K0 4.89 12.71 21.91 E0K1 4.09 11.89 21.89 E0K2 4.33 10.38 18.49 E0K3 4.78 9.27 18.53 E1K0 5.07 11.07 22.24 E1K1 4.71 12.24 21.60 E1K2 3.84 9.47 19.04 E1K3 4.87 11.27 17.06 E2K0 5.00 13.13 22.40 E2K1 5.02 11.11 20.18 E2K2 4.36 11.36 19.71 E2K3 4.64 10.95 18.64 E3K0 5.29 14.31 22.02 E3K1 4.71 12.11 20.22 E3K2 3.98 10.71 19.24 E3K3 3.73 10.04 16.02 Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh hurup yang sama pada baris yang sama nyata menurut uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

8 20.88 20.88 20.56 20.21 24.21 a 19.64 b 18.66 b 20.01 b 22.38 19.31 17.20 24.62 23.78 21.02 19.11 19.60 25.64 17.98 19.69 18.91 25.04 20.27 18.62 16.89 tidak berbeda

87

Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR • Vol. 5 • No. 2 • September 2011

Jumlah Anakan/Rumpun Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak pinang memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap jumlah anakan/rumpun pada pengamatan 2-8 MST. Perlakuan pemberian keong mas berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan/rumpun pada setiap pengamatan. Sedangkan interaksi antara aplikasi ekstrak pinang dengan pemberian keong mas berpengaruh tidak nyata pada pengamatan 28 MST. Jumlah anakan/rumpun pada perlakuan aplikasi ekstrak pinang dan pemberian keong mas serta interaksinya dapat dilihat pada Tabel 3.Tabel 3 menunjukkan bahwa hama keong mas telah menurunkan jumlah anakan pada pengamatan 2-8 MST. Dari Tabel 3 terlihat bahwa jumlah anakan tertinggi terdapat pada perlakuan yang tanpa diberikan keong mas (K0) yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan pemberian keong mas berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan/rumpun. Jumlah anakan/rumpun terendah dijumpai pada perlakukan K3 (24 ekor) yaitu 10.38.Serangan keong mas, hanya terlihat pada umur 2 dan 4 MST tetapi pada umur 6 dan 8 MST, serangan keong mas tidak lagi menunjukkan peningkatan serangan, hal ini diduga karena keong telah mati dan tanaman padi telah mulai jagur pertumbuhannya. Penelitian memperlihatkan bahwa populasi keong mas 0,5/m2 menurunkan jumlah rumpun sebanyak 6,15%, sedangkan populasi 8/m2 dapat menurunkan jumlah rumpun sebanyak 92,8% (Halwart dan Matthias 1994 dan Departemen Pertanian, 1990). Dengan kepadatan 16 ekor keong mas/m2 pada padi yang baru ditanam 16 hari akan hancur total setelah 4 hari (Watanabe dan Ventura, 1990). Pada tahun 1992 di Indramayu populasi keong mas mencapai 8 – 14 ekor/m2, di Cilacap mencapai 20 -25 ekor/m2 dan Gading Rejo Lampung mencapai 100 ekor/m2 (Chumaidi dkk, 1993). Selanjutnya penelitian Balai

Penelitian Pertanian Sukamandi menyatakan, bahwa keong mas menyerang tanaman padi berumur 1 -3 minggu (BIP Sumatera Utara, 1992).

Kesimpulan Kepadatan populasi keong mas secara nyata berpengaruh terhadap kerusakan yang ditimbulkan pada tanaman padi, semakin banyak keong mas yang diaplikasikan maka persentase tanaman terserang semakin meningkat. Persentase serangan tertinggi pada perlakuan K3 (24 ekor) yaitu 21,1%. Pemberian ekstrak pinang dapat meningkatkan mortalitas hama keong mas, dimana kematian hama keong mas 100% terjadi pada konsentrasi ekstrak pinang 40 cc/l air (E3).

Daftar Pustaka

Anonimus, 2006. The Apple Snail Website. http://appesnail.net/content/ecology. php, diakses 16 Mei 2006). BIP Sumatera Utara. 1992. Siput Murbei (keong Mas) dan Pengendaliannya. Balai Informasi Pertanian Sumatera Utara-Medan. Halaman 1-2. Chumaidi, Fuad S., Sri H dan Estu H., 1993. Intensitas Pemangsaan Siput Murbei Terhadap Tanaman Padi dan Gulma Air. Nuletin Perikanan No. 2, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta. Halaman 107-110. Departemaen Pertanian, 1990. Siput Murbei perlu dikendalikan. Bulletin Warta Penelitian No. 85, Jakarta. Halaman 67. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2008. Luas Serangan Siput Murbai pada Tanaman Padi Tahun 19972006, Rerata 10 Tahun dan Tahun 2007”. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Jakarta.

88

Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR • Vol. 5 • No. 2 • September 2011

Halwart dan Matthias, 1994. The Golden Apple Snail Pomaceae Canaliculata in Asian Rice Farming Systems: Present Impact and Future Threat Crop Production, Volume XII. IRRI Philipine. p. 199-20 Hendarsih-Suharto dan N. Kurniawati. 2005. Toksisitas Rerak dan Saponin terhadap Keong Mas (Pomaceae Canaliculata Lamarck). Agrikultura, 16(2). Joshi, RC. et al. 2006. Role of Golden Apple Snails in Organic Rice Cultivation and Weed Management. In Joshi. R.C. and L.S. Sebastian (Ed). Global Advances in Ecology and Management of Golden Apple Snail. PhilRice, Ingnieria DICTUC and FAO, p. 483488. Martono B, E. Hadipoentyanti, dan L. Udarno. 2004. Plasma Nutfah Insektisida Nabati. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. http://www.balitro.go.id/index.php?p g=pustaka&child=tro&page=lihat&tid =6&id=35. Diunduh tanggal 18 Mei 2008. Wetanabe, I dan W. Ventura, 1990. Management Practises to Control Golden Apple Snail Pomacea Canaliculata Lamarck. Demage Inc. Transpalanted Rice. International Rice. International Rice Research Institute Volume V No. 2, Philipine – Manila. p. 33.

89

Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR • Vol. 5 • No. 2 • September 2011

90