PENGGUNAAN GELOMBANG ULTRASONIK SEBAGAI ALAT BANTU EKSTRAKSI

Download Jurnal Teknologi, Vol. 12, No. 1, April 2012 : 14-21. 14. ULTRASONIK SEBAGAI ALAT BANTU EKSTRAKSI OLEORESIN JAHE. Anwar Fuadi. Jurusan Tekn...

0 downloads 491 Views 543KB Size
Jurnal Teknologi, Vol. 12, No. 1, April 2012 : 14-21

ULTRASONIK SEBAGAI ALAT BANTU EKSTRAKSI OLEORESIN JAHE Anwar Fuadi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Jln. Banda Aceh Medan Km.280,3 Buketrata, Lhokseumawe 24301. E-mail: [email protected] Abstract In this study, the use of ultrasound into the extract oleoresin of the ginger was investigated. White ginger was collected from the plantation village of Alue Papen, Nisam sub district of North Aceh District. The extraction process was performed by using the ethanol as a solvent. The effect of the operational variables on oleoresin extraction was investigated due to the variation of the particle size of ginger, temperatur and time of the extraction. The experimental result showed that the ultrasound method was 50% more efficient than sox let extraction. The highest yield is 7,813%, which is obtained in materials size of 10 mesh, the time and temperature of extraction is 600C and 5 hours respectively. Based on GC-MS analysis, the use of ultrasound did not give an effect on the alteration of main component, ginger oleoresin. The result of the scanning image of electron microscopy (SEM) showed that the use of ultrasonic cause about 80% of ginger cells wall was damaged, so that the extraction of ginger oleoresin becomes easier to be dissolved. The analysis result showed that the oleoresin obtained has met specification of EOA No.243. Key words: ginger oleoresin, extraction, ultrasound.

PENDAHULUAN Jahe (Zingiber officinale Rosc.) adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruasruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa keton bernama zingiberon. Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Nama ilmiah jahe diberikan oleh William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi, dari bahasa Sansekerta, singaberi. Sifat khas jahe disebabkan oleh minyak atsiri dan oleoresin. Aroma jahe disebabkan oleh minyak atsiri, sedangkan oleoresin menyebabkan rasa pedas. Oleoresin merupakan salah satu bentuk hasil olahan jahe yang banyak digunakan pada industri makanan dan obat-obatan. Menurut Lutony [1], oleoresin berasal dari kata oleo (minyak) dan resin (damar). Dengan demikian oleoresin merupakan zat kimia yang terdiri atas minyak astiri dan resin. Selain metode ekstraksi konvensional menggunakan soxhlet, beberapa peneliti melaporkan penggunaan metode ekstraksi lainnya untuk mengekstrak komponenkomponen yang terdapat dalam jahe, Badalyan [2] menggunakan karbondioksida (CO2) dan

etanol sebagai pelarut untuk mengekstrak jahe Australia. Dengan menggunakan pelarut yang sama Zancan [3] mengekstrak oleoresin jahe untuk dimanfaatkan sebagai antioksidan. Aplikasi metode ekstraksi berbantuan microwave dilakakukan Alfaro [4]. Metode ekstraksi lain yang juga telah diaplikasikan untuk mengekstrak komponen-komponen dalam jahe adalah ekstraksi menggunakan fluida superkritik [5,6]. Dewasa ini telah dikembangkan teknik baru untuk ekstraksi padat-cair suatu produk yaitu dengan menggunakan bantuan gelombang ultrasonik. Pengolahan bahan makanan juga tak luput memanfaatkan teknik ini [7]. Teknik ini dikenal dengan sonokimia yaitu pemanfaatan efek gelombang ultrasonik untuk mempengaruhi perubahan-perubahan yang terjadi pada proses. Keuntungan utama dari ekstraksi dengan bantuan gelombang ultrasonik dibandingkan dengan ekstraksi konvensional menggukana soxhlet yaitu efisiensi lebih besar dan waktu operasinya lebih singkat. Selain itu ekstraksi konvensional menggunakan soxhlet biasanya memberikan laju perpindahan yang rendah [8]. Penelitian ini bertujuan mengembangkan proses ekstraksi berbantuan gelombang

14

Ultrasonik sebagai Alat Bantu Ekstraksi Oleoresin Jahe (A. Fuadi)

untuk ekstraksi oleoresin jahe. Produk oleoresin yang diperoleh akan dibandingkan dengan spesifikasi oleoresin jahe menurut The Essential Oil Association of Amerika (EOA) No.243

dalam penelitian ini sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 1 dan Gambar 2.

METODE Alat dan Bahan Jahe segar yang berasal dari perkebunan rakyat Desa Alue Papen Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara., Etanol, Aquades, Kertas saring. Alat-alat percobaan meliputi: Ultrasonic cleaning bath (Bransonic 8510), Rotary vacuum evaporator (Yamato RE 200), Ayakan Restaz AS 200, Crucher hammer mill, Soxhlet, Penangas air, rangkaian alat ekstraksi. Prosedur Penelitian Rimpang jahe dibersihkan, dipotong setebal 1-2 mm, kemudian dikeringkan dengan sinar matahari selama 2 hari hingga kandungan air mencapai 10%. Setelah proses pengeringan di haluskan dengan hammer mill sampai menjadi bubuk. Bahan bubuk jahe dipisahkan sesuai dengan ukuran yang dinginkan dengan menggunakan ayakan Retsch AS 200. Bubuk jahe ditimbang sebanyak 50 gram lalu dimasukkan kedalam labu leher 2 dengan volume 500 ml dan ditambahkan pelarut etanol sebanyak 150 ml. Kemudian labu yang dilengkapi dengan kondenser dan thermometer dimasukkan kedalam ultrasonik cleaning bath. Ekstraksi berbantuan gelombang ultrasonik dilakukan dengan menggunakan ultrasonik cleaning bath Bransonik 8510 dengan frekwensi 42 KHz. Temperatur dan waktu ekstraksi diatur sesuai dengan variabel percobaan. Hasil ekstraksi disaring dengan kertas saring whatman nomor 311844, kemudian pelarut diuapkan dengan menggunakan Rotary Vacum Evaporator (Yamato RE 200) pada tekanan 24 KPa dan temperatur 500C hingga didapatkan produk oleoresin. Produk oleoresin didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai berat konstan. Uji Oleoresin sesuai standar EOA No. 243: penampakan dan bau, indeks bias, dan kelarutan. Pengamatan komponen oleoresin jahe menggunakan gas chromatografi (GC-MS). Melihat struktur bahan jahe menggunakan scanning electron microscopy (SEM). Adapun diagram alir proses ekstraksi oleoresin jahe dan Skema peralatan proses ekstraksi ultrasonik

Gambar 1. Digram alir proses ekstraksi oleoresin jahe

Gambar 2. Skema peralatan proses ekstraksi ultrasonik

15

Jurnal Teknologi, Vol. 12, No. 1, April 2012 : 14-21

Tabel 1. Perbandingan rendemen oleoresin proses ekstraksi berbantuan ultrasonik dengan soxhlet. No

Waktu (Jam)

Rendemen (%) Ekstraksi Ekstraksi Ultrasonik Soxhlet 6,803 -

1

2

2

3

7,282

-

3

4

7,434

-

4

5

7,813

-

5

7

-

7,480

7.0 Rendemen (%)

Proses ekstraksi menggunakan bantuan ultrasonik menghasilkan rendemen 7,434% dalam waktu 4 jam, sedangkan rendemen yang hampir sama diperoleh dalam waktu 7 jam untuk ekstraksi soxhlet (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa ekstraksi menggunakan ultrasonik memiliki efisiensi waktu hampir 50% dibandingkan dengan ekstraksi soxhlet. Menurut Balachandran [6], penggunaan ultrasonik akan menaikkan harga diffusifitas efektif pada proses perpindahan massa dimana effek ini akan maksimum pada waktu yang singkat. Ji [9] menyatakan bahwa gelombang ultrasonik mampu meningkatkan difusi pelarut dalam suatu zat, dimana pengaruh gelombang kavitasi yang dihasilkan tidak hanya disekitar partikel tetapi juga langsung ke titik pusat zat tersebut. Sementara itu, Garcia [8] melaporkan bahwa waktu ekstraksi ultrasonik lebih singkat dibandingkan dengan ekstraksi soxhlet untuk menghasilkan jumlah rendemen produk yang sama pada proses ekstraksi lemak dari biji tumbuhan. Selanjutnya, Garcia [10] juga menyatakan bahwa ekstraksi dengan bantuan ultrasonik memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan ekstraksi konvensional menggunakan soxhlet diantaranya mampu menaikkan rendemen produk. Kecenderungan yang sama juga dilaporkan oleh peneliti lainnya. Ma [11] melakukan ekstraksi hesperidin dari penggan (citrus reticulata) pel dan melaporkan bahwa penggunaan ultrasonik dapat mempersingkat waktu ekstraksi dan akan meningkatkan hasil ekstraksi.

Pengaruh ukuran bahan terhadap rendemen oleoresin untuk berbagai variasi waktu dan temperatur ekstraksi diperlihatkan pada Gambar 3 sampai dengan Gambar 6. Rendemen oleoresin pada ukuran bahan 10 mesh lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran bahan lainnya dengan rendemen berkisar antara 6,328-7,813%. Hal ini diduga disebabkan bahan baku dengan ukuran 10 mesh mempunyai lebih banyak serat yang merupakan jaringan kortek (bagian luar) yang kandungan oleoresinnya lebih banyak dibandingkan dengan ukuran lainnya. Serat atau jaringan kortek pada saat digiling lebih sulit hancur dibandingkan dengan jaringan endodermis. Minyak atsiri dan oleoresin jahe terdapat dalam sel-sel minyak pada jaringan korteks yang dekat dengan permukaan kulit [12].

6.0

1 Jam 1.5 Jam 2 Jam 3 Jam 4 Jam 5 Jam

5.0 4.0 0

20

40

60

Ukuran Bahan (Mesh)

Gambar 3. Pengaruh ukuran bahan terhadap rendemen oleoresin pada temperatur 300C 8.0 Rendemen (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN

7.0 1 Jam 1.5 Jam 2 Jam 3 Jam 4 Jam 5 Jam

6.0 5.0 4.0 0

20

40

60

Ukuran Bahan (Mesh)

Gambar 4. Pengaruh ukuran bahan terhadap rendemen oleoresin pada temperatur 400C Secara umum terlihat bahwa rendemen terkecil diperoleh pada ukuran bahan 20 mesh. Bahan dengan ukuran 20 sampai 40 mesh memiliki lebih banyak bagian endodermis (bagian dalam jahe), sehingga jumlah oleoresin

16

Ultrasonik sebagai Alat Bantu Ekstraksi Oleoresin Jahe (A. Fuadi)

lebih sedikit bila dibandingkan dengan bagian luarnya (kortek). Sementara itu, ukuran bahan 20 mesh memiliki luas bidang kontak lebih kecil bila dibandingkan dengan ukuran 30 dan 40 mesh, sehingga oleoresin yang berada didalamnya lebih sulit untuk terdiffusi. Sesuai dengan yang dilaporkan Koswara [12], jahe kering umumnya digiling dan diayak dengan tingkat kehalusan 30-40 mesh.

Rendemen (%)

8.0 7.0

1 Jam 1.5 Jam 2 Jam 3 Jam 4 Jam 5 Jam

6.0 5.0 4.0 0

20

40

60

Ukuran Bahan (Mesh) Gambar 5. Pengaruh ukuran bahan terhadap rendemen oleoresin pada temperatur 500C

Rendemen (%)

8.0 7.0

1 Jam 1.5 Jam 2 Jam 3 Jam 4 Jam 5 Jam

6.0 5.0 4.0 0

20

40

60

Ukuran Bahan (Mesh)

Gambar 6. Pengaruh ukuran bahan terhadap rendemen oleoresin pada temperatur 600C Secara umum, semakin lama waktu ekstraksi akan meningkatkan rendemen yang dapatkan. Hal ini disebabkan semakin lama waktu ekstraksi akan memberikan kesempatan kontak antara pelarut dengan bahan yang semakin besar. Kelarutan bahan akan terus meningkat seiring dengan semakin bertambahnya waktu ekstraksi hingga timbulnya kejenuhan pada pelarut [13]. Selain itu, semakin lama waktu ekstraksi, maka semakin banyak panas yang diterima dan proses diffusi akan meningkat sehingga proses ektraksi semakin dipercepat [14]. Namun hasil

penelitian menunjukkan rendemen tidak mengalami perubahan yang signifikan untuk waktu ekstraksi diatas 1 jam. Hal ini disebabkan pengaruh ultrasonik sudah maksimal pada waktu ekstraksi sekitar 1,5 jam, sehingga perubahan waktu ekstraksi tidak memberikan perubahan rendemen yang signifikan. Kecenderungan yang sama juga dilaporkan oleh Balachandran [6]. Terkait dengan pengaruh temperatur terhadap rendemen oleoresin yang dihasilkan, Gambar 3, Gambar 4, Gambar 5, dan Gambar-6 menunjukkan bahwa rendemen semakin bertambah dengan meningkatnya temperatur. Hal ini disebabkan semakin banyaknya panas yang diterima oleh bahan untuk mengekstrak oleoresin yang dikandung di dalam bahan tersebut. Pada temperatur 40 oC sampai 60 oC terjadi peningkatan rendemen dimana rendemen yang dihasilkan berkisar antara 6–8 %. Sedangkan pada temperatur 30 oC rendemen yang dihasilkan berkisar antara 5-6 %. Secara keseluruhan rendemen oleoresin tertingi diperoleh pada temperatur 50 oC, dengan jumlah rendemen oleoresin yang didapatkan antara 7-8 persen dalam waktu 2 sampai 5 jam untuk ukuran bahan 10 mesh. Koswara [12] melaporkan bahwa temperatur yang paling baik untuk ekstraksi oleoresin jahe adalah 50 oC, karena akan mencegah kerusakan komponen pemberi rasa pedas dalam oleoresin jahe. Gambar 7 menunjukkan hubungan rendemen dengan temperatur ekstraksi pada berbagai variasi waktu untuk ukuran bahan campuran antara 10-40 mesh. Hasil penelitian untuk ukuran bahan campuran antara 10-40 mesh menunjukkan bahwa rendemen dipengaruhi oleh temperatur dan waktu ekstraksi. Secara umum diperoleh kecenderungan yang hampir sama dengan ukuran bahan lainnya yaitu rendemen oleoresin cenderung meningkat dengan kenaikan temperatur ekstraksi dan pertambahan waktu ekstraksi. Rendemen terendah diperoleh pada waktu 1 jam operasi pada temperatur 300C yaitu sebesar 5,1562%. Pada temperatur yang sama diperoleh rendemen tertinggi pada waktu 5 jam yaitu 5,9842%. Sementara itu, untuk pengaruh temperatur terlihat pada temperatur 600C diperoleh rendemen terendah sebesar 6,8214% untuk waktu ekstraksi 1 jam dan rendemen tertinggi diperoleh 7,6523% pada waktu 5 jam.

17

Jurnal Teknologi, Vol. 12, No. 1, April 2012 : 14-21

8 Rendemen (%)

Rendemen (%)

8 7 1 Jam 1.5 Jam 2 Jam 3 Jam 4 Jam 5 Jam

6 5 4 20

30

40

50

60

70

Tem peratur (C)

Gambar 7. Pengaruh temperatur terhadap rendemen oleoresin untuk ukuran bahan campuran (10-40 mesh).

Pengaruh penggunaan bahan dengan ukuran campuran (10-40) mesh lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 8. Pada Gambar 8 (a) dapat dilihat bahwa untuk waktu operasi 4 jam dan temperatur 300C rendemen paling banyak dihasilkan pada ukuran bahan campuran (1040) mesh yaitu 5,8775%. Kemudian secara berturut-turut diikuti oleh ukuran bahan 10 mesh dengan rendemen 5,440%dan ukuran bahan 40 mesh dengan rendemen 5,408%. Kecendrungan yang sama diperoleh untuk waktu operasi 5 jam sebagaimana terlihat pada pada Gambar 8 (b). Pada temperatur 300C rendemen yang paling banyak dihasilkan pada ukuran bahan campuran (10-40) mesh yaitu 5,9842%. Kemudian secara berturut-turut diikuti oleh ukuran bahan 10 mesh dengan rendemen 5,890 %, ukuran bahan 40 mesh dengan rendemen 5,721 %.

(a)

7 6 10-40 Mesh 10 Mesh 40 Mesh

5 4 20

30

40

50

60

70

Temperatur (C) (b) Gambar 8. Pengaruh temperatur terhadap rendemen oleoresin dengan waktu ekstraksi: (a) 4 jam dan (b) 5 jam. Tingginya rendemen oleoresin yang diperoleh untuk ukuran bahan campuran 10-40 mesh pada temperatur 300 dan 400C, diduga karena kandungan oleoresin dalam bahan lebih banyak bila dibandingkan dengan 40 mesh. Bila dibandingkan dengan ukuran bahan 10 mesh kandungan oleoresin bahan dengan ukuran campuran 10-40 mesh lebih kecil, namun luas permukaan kontaknya lebih besar sehingga oleoresin yang dapat diekstrak lebih maksimal. Pada temperatur 500C dan 600C , terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap rendemen yang dihasilkan untuk ukuran bahan 10 mesh dan ukuran bahan campuran 10-40 mesh. Hasil analisis komponen oleoresin jahe dengan GC-MS, dimana hanya diambil data 5 komponen dengan komposisi terbesar, dapat dilihat pada Tabel 2. Data tersebut menunjukkan oleoresin hasil ekstraksi ultrasonik dan tanpa ultrasonik tidak mengandung gingerol. Hal ini diduga karena gingerol berubah menjadi zingiberone. Gingerol merupakan komponen utama dalam oleoresin jahe yang menyebabkan rasa pedas, namun ekstraksi komponen ini dalam bentuk murni sulit dilakukan karena senyawa ini mudah bereaksi dengan pelarut [15]. Koswara [12] juga melaporkan bahwa dalam tahapan pengolahan, gingerol dapat berubah menjadi shagaol atau zingiberone yang kurang pedas. Reaksi-reaksi perubahan gingerol menjadi senyawa-senyawa lain yang kurang pedas terjadi selama proses pengeringan dan ketika diekstraksi oleoresinnya.

18

Ultrasonik sebagai Alat Bantu Ekstraksi Oleoresin Jahe (A. Fuadi)

Tabel 2. Hasil analisa oleoresin dengan GC-MS

Gambar 9. Hasil analisa SEM untuk bahan irisan jahe awal.

Hasil analisis GC sebagaimana terlihat pada Tabel 2 juga menunjukkan bahwa zingiberone merupakan komponen dengan komposisi terbesar yang terindentifikasi baik melalui ekstraksi dengan menggunakan ultrasonik, ekstraksi soxhlet maupun ekstraksi menggunakan CO2 superkritik. Hal ini menunjukkan penggunaan ultrasonik tidak memberikan pengaruh terhadap perubahan komponen utama oleoresin jahe. Secara umum, oleoresin jahe yang dihasilkan dari penelitian ini menunjukkan karakteristik yang hampir sama yaitu berwarna gelap dan berbau aroma khas jahe dengan komposisi oleoresin yang diperoleh cukup komplek. Sementara itu, terdapat perbedaan jumlah komponen total yang terindentifikasi. Ekstraksi menggunakan ultrasonik menghasilkan 123 komponen, ekstraksi soxhlet menghasilkan 113 komponen, sedangkan Zancan [3] tidak menyebutkan jumlah komponen terindentifikasi. Hal ini menunjukkan ekstraksi menggunakan ultrasonik dapat mengekstrak lebih banyak komponen dibandingkan dengan soxhlet. Hasil SEM irisan bahan sebelum proses ekstraksi memperlihatkan bahwa permukaan bahan dilapisi oleh selaput sel dan sekitar 20% permukaan bahan terjadi kerusakan (Gambar 9). Kerusakan diduga terjadi karena adanya irisan/pemotongan. Balachandran [6] melaporkan bahwa proses memotong partikel jahe secara melintang dengan menggunakan pisau akan menyebabkan adanya kerusakan pada permukaan bahan.

Hasil analisa SEM bahan setelah proses ekstraksi menggunakan ultrasonik dan pengadukan 150 rpm, ditunjukkan pada Gambar 10. Pada proses ekstraksi dengan bantuan ultrasonik, permukaan bahan yang dilapisi oleh selaput sel berkurang sangat signifikan dimana sekitar 80% permukaan bahan terjadi kerusakan (Gambar 10a). (a)

(b)

Gambar 10. Hasil analisa SEM bahan setelah proses ekstraksi, (a) dengan ultrasonik dan, (b) dengan pengadukan 150 rpm Besarnya kerusakan bahan ini terjadi akibat adanya gelombang ultrasonik yang merambat pada bahan. Penggunaan ultrasonik

19

Jurnal Teknologi, Vol. 12, No. 1, April 2012 : 14-21

akan menyebabkan terjadinya perusakan dinding sel biologis suatu bahan sehingga pelepasan bahan yang akan diekstrak akan menjadi lebih mudah. Balachandran [6] melaporkan struktur fisik dari partikel jahe hasil SEM dimana getaran gelombang ultrasonik dapat merusak dinding sel dan dengan demikian memudahkan perpindahan massa didalam sel. Sedangkan pada bahan hasil ekstraksi dengan pengadukan menunjukkan hanya sekitar 40% dari permukaan bahan yang mengalami kerusakan (Gambar 10b). Tabel 3. Spesifikasi oleoresin jahe menurut EOA No.243 dan hasil penelitian [12] No

Spesifikasi

1

Penampakan

2

Bau

3

Indek bias

4

Kelarutan

5

*

Density

EOA

Penelitian

Cairan kental sampai sangat kental berwarna gelap Rasa aroma

Cairan kental sampai sangat kental berwarna gelap Rasa aroma

seperti jahe

seperti jahe

1,4880– 1,4970

1,4855 – 1,5141

Larut dalam gliserin 1,026-1.045

Larut dalam gliserin 1,0411gr/cc

Perbandingan oleoresin jahe hasil penelitian dengan spesifikasi menurut EOA No. 243 ditunjukkan Tabel 3. Data tersebut menunjukkan harga indek bias yang masih belum sesuai dengan standar EOA. Sebagian kecil oleoresin yang dihasilkan memiliki indek bias yang lebih kecil dibandingkan dengan standar EOA. Hal ini diduga disebabkan oleoresin masih mengandung sedikit pelarut. Kandungan pelarut akan menyebabkan turunnya nilai indek bias oleoresin. Sementara itu, sebagian besar oleoresin yang dihasilkan memiliki indek bias yang lebih besar dibandingkan dengan standar EOA, namun masih memenuhi sifat fisik oleoresin jahe sesuai yang direkomendasikan oleh Koswara [12] yaitu 1,515-1,525. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metoda ekstraksi berbantuan ultrasonik memiliki efisiensi waktu hampir 50% dibandingkan ekstraksi soxhlet. Untuk ukuran bahan 10 mesh mengandung rendemen paling banyak dibandingkan dengan ukuran bahan lainnya, rendemen oleoresin tertinggi yang diperoleh 7.813 %. Semakin tinggi temperatur

maka semakin tinggi rendemen yang diperoleh, rendemen oleoresin terbanyak diperoleh pada temperatur 500C, dengan jumlah oleoresin yang didapatkan antara 7 sampai 8 persen.Untuk waktu ekstraksi diatas 1 jam rendemen tidak mengalami perubahan yang signifikan. Berdasarkan hasil analisis komponen dengan GC-MS, menunjukan zingiberone merupakan komponen utama dalam oleoresin yang dihasilkan ekstraksi ultrasonik dan soxhlet. Hasil SEM juga menunjukkan terjadinya kerusakan pada permukaan bahan. Ekstraksi dengan ultrasonik menyebabkan 80% dari permukaan bahan mengalami kerusakan, sedangkan dengan pengadukan hanya menyebabkan kerusakan 40% dari permukaan bahan. Secara umum, oleoresin jahe yang dihasilkan dari penelitian ini menunjukkan karakteristik yang hampir sama dengan spesifikasi oleoresin jahe menurut EOA No. 243.

DAFTAR PUSTAKA [1] Lutony, T., L., dan Y. Rahmayati, 1994. Produksi dan perdagangan minyak atsiri, Penebar Swadaya, Jakarta. [2] Badalyan A.G., G.T. Wilkinson, B.S. Chun, 1998. Extraction of Australian ginger root with carbon dioxide and ethanol entrainer, Journal of Supercritical Fluids, Vol. 13, pp. 319-324 [3] Zancan K.C., Marques M.O.M., Petenate A. J., Meireless M.A.A., 2002. Extraction of ginger oleoresin with CO2 and cosolvents: a study of the antioxidant action of the extracts, Journal of Supercritical Fluids, Vol. 24, pp. 57-76. [4] Alfaro M.J., Belanger J.M.R., Padilla F.C., Pare J.R.J., 2003. Influence of solvent, matrix dielectric properties, and applied power on the liquid-phase microwave-assisted processes extraction of ginger, Food Research International, Vol. 36, pp. 499-504 [5] Braga M.E.M., Moreschi S.R. M., Meireles M.A.A., 2006. Effects of supercritical fluid extraction on Curcuma longa L. and Zingiber officinale R. starches, Carbohydrate Polymers, Vol. 63, pp. 340-34.

20

Ultrasonik sebagai Alat Bantu Ekstraksi Oleoresin Jahe (A. Fuadi)

[6]

Balachandran S., Kentish S.E., Mawson R., Ashokkumar M., 2006. Ultrasonic enhancement of the supercritical extraction from ginger, Ultrasonics Sonochemistry, Vol. 13, pp. 471-479 [7] Mason T.J., Paniwynk L., Lorimer J.P., 1996, The uses of ultrasound in Food Technology, Ultrasonics Sonochemistry, Vol. 3, pp. S253-S260 [8] Garcia J.L.L., Castro M.D.L., 2004. Ultrasound-assisted soxhlet extraction : an expeditive approach for solid sample treatment, Application to the extraction of Total Fat from oleaginous seeds, Journal of Chromatography A, Ed. 1034, pp. 237-242 [9] Ji. J., Lu X., Cai M., Xu Z., 2006. Improvment of leaching proses of Geniposide with ultrasond, Ultrasonics Sonochemistry, Vol. 11, pp. 43-48. [10] Garcia J.L.L., Castro M.L.L., 2003. Ultrasound: a powerful for leaching, Trends in Anal. Chem., Vol. 22, pp. 4147.

[11] Ma Y., Ye X., Hao Y., Xu G., Xu G., Liu D., 2007. Ultrasound-assisted Extraction of hesperidin from Penggan (Citrus reticulate) peel, Ultrasonics Sonochemistry, Vol. 15, pp. 227-232 [12] Koswara, S., 1995. Jahe dan Hasil Olahannya, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. [13] Ketaren S., Suastawa I.G.M., 1995. Pengaruh tingkat mutu buah panili dan nisbah bahan dengan pelarut terhadap rendemen dan mutu oleoresin yang dihasilkan, Jurnal Teknologi Industri Pertanian,Vol. 3, pp. 161-171 [14] Rusli, S., D.Rahmawan, 1988. Pengaruh cara pengirisan dan tipe pengeringan terhadap mutu jahe kering, Bulletin Penelitian dan Tanaman Rempah dan Obat, Vol. 3, pp. 80-83. [15] Paimin F. B dan Murhananto, 2007. Budidaya Pengolahan, Perdagangan Jahe, Penebar Swadaya, Jakarta.

21