PENILAIAN ERGONOMI TERHADAP BEBAN DAN POSISI KERJA

Download PENILAIAN ERGONOMI TERHADAP BEBAN DAN POSISI KERJA. MANUAL MATERIAL HANDLING. DI DEPARTEMEN MAINTENANCE SUPPORT SERVICE . (Studi Kasus : P...

1 downloads 531 Views 374KB Size
PENILAIAN ERGONOMI TERHADAP BEBAN DAN POSISI KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DI DEPARTEMEN MAINTENANCE SUPPORT SERVICE (Studi Kasus : PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA) Ike Muharmi1 dan Herto Dwi Ariesyady2 Program Studi Magister Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jl Ganesha 10 Bandung 40132 1 [email protected], [email protected] Abstrak : PT. Chevron Pacific Indonesia (PT.CPI) merupakan produsen minyak terkemuka di Indonesia. Salah satu tim yang ada di PT.CPI ini adalah Departemen Maintenance Support Service (MSS), yang merupakan pusat perbaikan dan fabrikasi untuk berbagai peralatan produksi dan konstruksi milik PT. CPI. Kegiatan di MSS masih bersifat manual (Manual Material Handling), sehingga berpotensi menimbulkan risiko bagi pekerja. Risiko dapat berupa kelelahan dan timbulnya keluhan berupa nyeri otot yang dikenal dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs). Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mengetahui pengaruh sarana, sikap, postur dan posisi kerja pekerja MMH yang berisiko menimbulkan MSDs dengan menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dan Rapid Entire Body Assessment (REBA) serta mengetahui tingkat kelelahan pekerja secara objektif dan subjektif. Secara objektif dilihat dari perubahan denyut nadi, tekanan darah, dan temperatur tubuh sebelum bekerja (07.00 WIB) dan sesudah bekerja (16.00 WIB), sedangkan secara subjektif dilihat dari Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2). Berdasarkan hasil penelitian, dengan menggunakan metode statistik faktor yang paling dominan mempengaruhi tekanan darah sistolik dan denyut nadi adalah risiko ergonomi atau posisi tubuh saat bekerja. Semakin besar risiko ergonomi maka akan semakin mudah mengalami kelelahan. Faktor yang dominan untuk temperatur tubuh adalah suhu lingkungan. Sedangkan untuk tekanan darah diastolik faktor yang dominan adalah Indeks Massa Tubuh (IMT). Kata kunci : manual material handling, RULA, REBA, musculoskeletal disorders, kelelahan

dialami para pekerja yang melakukan gerakan yang sama dan berulang secara terus menerus. Pekerjaan dengan beban yang berat dan perancangan alat yang tidak ergonomis pada pekerja pabrik mengakibatkan pengerahan tenaga yang berlebihan dan postur yang salah seperti memutar dan membungkuk menyebabkan risiko terjadinya MSDs dan kelelahan dini (Sarmauly, 2009). Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan mengevaluasi pengaruh sarana kerja, sikap kerja, postur kerja dan posisi kerja MMH dengan menggunakan metode RULA dan REBA, mengetahui keluhan MSDs tiap bagian tubuh pekerja, mengukur dan menganalisis faktor lingkungan serta mengukur dan menganalisis tingkat kelelahan fisiologis pekerja sebelum dan sesudah bekerja dengan mengetahui perubahan tekanan darah diastolik, tekanan darah sistolik, denyut nadi dan temperatur tubuh.

PENDAHULUAN PT.CPI merupakan produsen minyak terkemuka di Indonesia. Salah satu tim dari PT.CPI ini adalah Departemen MSS, yang merupakan pusat perbaikan dan fabrikasi untuk berbagai peralatan produksi dan konstruksi milik PT. CPI. Dalam kegiatannya, MSS memanfaatkan tenaga fisik manusia sebagai modal utama pekerjaannya. Dalam hal ini kerja otot atau kerja fisik merupakan pusat kegiatan, otot merupakan salah satu organ terpenting yang menjadi sebab gerakan tubuh, otot bekerja dengan jalan kontraksi dan relaksasi. Kontraksi kuat dari otot yang berlangsung lama menyebabkan keadaan yang dikenal dengan kelelahan otot yang merupakan penyebab terjadinya kelelahan kerja. Untuk mengetahui tingkat kelelahan kerja akibat aktivitas fisiologis selama bekerja dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran denyut jantung, konsumsi oksigen (Molen et al., 2007), dan tekanan darah (Hsu et al., 2008; Abdelhamid & Everett, 2002). Selain menyebabkan kelelahan, MMH berpotensi menimbulkan risiko terhadap bahaya fisik dalam hal keluhan nyeri pinggung, punggung, bahu, dll atau dikenal musculoskeletal disorders (Ayoub & Dampsey, 1999). Masalah tersebut lazim

METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di empat shop yaitu shop Tubing Pump Repair (TP), shop Motor Generator Repair and Services (MGR), shop Machining Services (MS), dan shop Valve & Miscellaneous Equipment Repair and Service (Valve) di Departemen Maintenance Support

1

Service (MMS) PT. Chevron Pacific Indonesia yang bertempat di Duri, Riau. Jumlah sampel yang diambil adalah 69 orang termasuk didalamnya 11 orang kontrol. Kontrol berasal dari bagian administrasi yang ada di tiaptiap shop. Pengumpulan data yang dilakukan meliputi data primer dan sekunder. Data primer yang dilakukan meliputi pengukuran iklim lingkungan kerja, pengukuran kelelahan secara subjektif dan objektif, mengetahui keluhan MSDs, dan mengevaluasi faktor risiko ergonomi. Data sekunder yang diperlukan adalah profil perusahaan, layout pekerjaan dan proses kerja di Departemen MSS PT.CPI. Pengukuran iklim kerja yang dilakukan meliputi pengukuran kebisingan, pencahayaan, kelembaban dan suhu lingkungan menggunakan 4 in 1 Multi Function Environment Meter. Tingkat kelelahan pekerja, secara subjektif dapat diketahui dari Kuisioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) (Santoso, 2004). Sedangkan secara objektif, pengukuran kelelahan didapat dengan cara mengukur temperatur tubuh, tekanan darah, serta denyut nadi (Chang et al., 2009) sebelum bekerja (07.00 WIB) dan sesudah bekerja (16.00 WIB). Keluhan MSDs pekerja dapat dilakukan dengan wawancara, dimana pertanyaannya disesuaikan dengan pertanyaan Nordic Body Map (diadaptasi dari Dutch Musculoskeletal Questionnaire dan NCBI). Evaluasi faktor risiko ergonomi dilakukan dengan mengggunakan metode RULA dan REBA (Abbe et al., 2011). Kedua metode ini merupakan suatu tool yang berbentuk survei untuk mengidentifikasi pekerjaan yang menyebabkan risiko cedera kumulatif (Cummulative Trauma Disorders/CTD) melalui analisis postur, gaya, dan penggunaan otot.

masing-masing iklim kerja mengacu pada KepMenKes No 1405/MENKES/SK/XI/2002. Pengukuran kelelahan kerja dilakukan dengan dua cara yaitu pengukuran secara subjektif dan objektif (Yassierli et al., 2007). Hasil pengukuran kelelahan secara subjektif dapat dilihat pada Gambar 1. Grafik menunjukkan bahwa sekitar 34,48% pekerja lapangan (terpapar) tingkat kelelahannya adalah rendah dan 65,52% mengalami tingkat kelelahan sedang. Jika dibandingkan dengan pekerja office (tidak terpapar), sebagian besar yaitu 63,64% tingkat kelelahannya rendah, dan hanya 36,36% tingkat kelelahannya sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan beban dan tingkat pekerjaan antara pekerja lapangan dan office.

Gambar 1. Tingkat kelelahan pekerja berdasarkan KAUPK2 di Departemen MSS Pengukuran kelelahan secara objektif dilakukan dengan pengukuran tekanan darah, denyut jantung, dan temperatur tubuh sebelum dan sesudah bekerja. Hasil pemeriksaan kelelahan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil pemeriksaan kelelahan fisiologis sebelum dan sesudah bekerja pada pekerja lapangan dan pekerja office (Rerata ± SD)

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran iklim lingkungan kerja dilakukan karena kondisi iklim kerja sangat berpengaruh terhadap efisiensi dan kenyamanan bagi pekerja. Hasil pengukuran di lapangan dapat disimpulkan bahwa shop Motor Generator Repair and Service memiliki iklim kerja yang sesuai syarat Kepmenkes kecuali kelembaban, hal ini dikarenakan beberapa titik memiliki ventilasi yang tidak baik. Pencahayaan di shop Tubing Pump Repair dan Machining Services tidak memenuhi syarat Kepmenkes, dikarenakan kedua shop ini hanya memanfaatkan cahaya matahari dalam proses kerja, hal ini dibuktikan dengan tidak berfungsinya lampu yang ada di ruangan tersebut. Sedangkan untuk shop Valve & Miscellaneous Equipment Repair and Service memiliki pencahayaan dan suhu ruangan yang tidak sesuai dengan Kepmenkes. Untuk NAB

N o

Parameter kelelahan

1

Tekanan sistolik (mmHg) Tekanan diastolik (mmHg) Denyut nadi (detak/menit) Temperatur tubuh (oC)

2

3 4

Pekerja lapangan (n=58) SebeSesulum dah 127,48 131,93 ± 16,31 ± 15,44

Pekerja office (n=11) SebeSesulum dah 127,72 127,91 ± 20,01 ± 19,64

74,26 ± 12,06

77,14 ± 11,77

79,54 ± 10,73

79,18 ± 11,74

76,24 ± 9,08 35,01 ± 1,05

81,40 ± 7,54 35,44 ± 0,85

76,00 ± 9,08 35,37 ± 0,79

75,27 ± 8,60 35,69 ± 0,52

Ketika manusia beraktivitas maka akan terjadi proses metabolisme dalam tubuh untuk menghasilkan energi. Energi yang dihasilkan terbagi menjadi energi mekanis yang digunakan untuk bergerak dan energi panas. Ketika manusia beraktivitas akan terjadi perubahan fisiologis pada tubuh dan perubahan tersebut dapat dijadikan indikator untuk mengetahui tingkat kelelahan

2

seluruh tubuh. Perubahan fisiologis dapat diamati melalui indikator perubahan kecepatan denyut jantung dan pernafasan, tekanan darah, dan temperatur tubuh. Semakin tinggi aktivitas maka akan semakin meningkat fisiologis tubuh. Meningkatnya fisiologis tubuh ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, denyut jantung, dan temperatur tubuh sebelum dan sesudah bekerja. Gambar 2 menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil pengukuran kelelahan fisiologis sebelum dan sesudah bekerja. Di shop valve terjadi penurunan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja, hal ini dikarenakan temperatur lingkungan di shop tersebut tinggi atau diatas syarat yang ditetapkan Kepmenkes. Penurunan tekanan darah disebabkan terjadinya vasodilatasi pada permukaan pembuluh darah pada saat temperatur lingkungan tinggi, sehingga volume darah akan lebih banyak berkumpul di pembuluh darah yang mengalami dilatasi dengan tujuan melepaskan panas berlebih di tubuh, akibatnya darah yang kembali ke jantung akan lebih sedikit atau berkurang sehingga menyebabkan tekanan darah menjadi turun dan jantung bekerja lebih keras untuk menseimbangkan suplai darah di organ-organ lainnya (Morioka et al., 2006).

A. Tekanan darah sistolik

C. Denyut nadi

office banyak mengalami keluhan di bagian pinggang dan punggung bagian bawah serta leher dan punggung bagian atas.

Gambar

3.Jumlah pekerja yang mengalami keluhan MSDs untuk tiap bagian tubuh. (1. Jari dan pergelangan tangan kanan 2. Jari dan pergelangan tangan kiri 3. Bahu kanan 4. Bahu kiri 5. Siku kanan 6. Siku kiri 7. Leher dan punggung bagian atas 8. Pinggang dan punggung bagian bawah 9. Paha, lutut, pergelangan kaki)

Evaluasi faktor risiko ergonomi dilakukan dengan menggunakan metode RULA dan REBA, fungsinya untuk mengetahui tingkat pajanan bahaya ergonomi pada masing-masing shop. Kedua metode ini merupakan metode evaluasi untuk mengidentifikasi pekerjaan yang dapat menyebabkan cedera otot rangka (muskuloskeletal) melalui analisis postur, gaya, dan penggunaan otot. Hasil dari analisis akan mengindikasikan derajat kecenderungan pekerja mengalami cedera. Masingmasing pekerja dianalisis dengan tiga posisi yang berbeda, kemudian dirata-ratakan. Hasil analisa menggunakan metode RULA dapat disimpulkan bahwa, shop yang mempunyai tingkat risiko ergonomi paling tinggi adalah shop Valve (rata-rata Grand Score 4,07), kemudian shop MGR (rata-rata Grand Score 3,74), TP (rata-rata Grand Score 3,53), dan MS (rata-rata Grand Score 3,4). Begitu juga dengan metode REBA, shop yang mempunyai tingkat risiko paling tinggi adalah shop Valve (ratarata Grand Score 4,27), kemudian shop MGR (ratarata Grand Score 3,86), MS (rata-rata Grand Score 3,74), dan TP (rata-rata Grand Score 3,67). Untuk mengetahui besarnya pengaruh masingmasing variabel terhadap kelelahan pekerja, digunakan analisa statistik multivariat regresi logistik. Persamaan yang diperoleh dari regresi logistik dapat dilihat pada Persamaan (1) hingga Persamaan (4) di bawah ini.

B. Tekanan darah diastolik

D. Temperatur tubuh

Gambar 2. Rata-rata hasil pengukuran kelelahan fisiologis sebelum dan sesudah bekerja di masing-masing shop. Bagian tubuh yang mengalami keluhan MSDs pada pekerja lapangan maupun office ditunjukkan pada Gambar 3. Dari gambar dapat dilihat bahwa leher dan punggung bagian atas, pinggang dan punggung bagian bawah, serta jari dan pergelangan tangan kanan merupakan keluhan terbanyak yang dirasakan pekerja lapangan. Sedangkan pekerja

Sistolik

3

= -21,976 + 0,155 (usia) + 0,062 (merokok) + 0,006 (IMT) – 0,094 (lama kerja) + 0,159 (bising) + 1,352 (ergonomi)………..….…..(1)

Diastolik

= -6,402 + 0,046 (usia) - 0,134 (olahraga) + 0,195 (IMT) ..…….(2) Denyut = 78,581 + 0,099 (usia) + 0,152 (merokok) – 1,642 (olahraga) + 2,493 (suhu) + 9,045 (ergonomi)……………………...(3) Temperatur = -72,715 + 3,430 (olahraga) + 1,036 (IMT) + 0,463 (bising) + 1,880 (suhu) + 1,671 (ergonomi)…………...………....(5)

pekerja baik tekanan darah, denyut nadi, dan temperatur tubuh sebelum dan sesudah bekerja.  Faktor yang paling mempengaruhi tekanan darah sistolik dan denyut nadi adalah risiko ergonomi atau posisi tubuh saat bekerja. Semakin besar risiko ergonomi maka akan semakin mudah mengalami kelelahan. Faktor yang dominan untuk temperatur tubuh adalah suhu lingkungan. Sedangkan faktor yang dominan untuk tekanan darah diastolik adalah IMT.

Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa posisi tubuh saat bekerja memberikan dampak terbesar pada perubahan tekanan sistolik, denyut nadi dan temperatur tubuh. Hal ini dapat dilihat dari nilai Exp (B) sebesar 3,87 untuk perubahan tekanan darah sistolik, yang artinya setiap pekerja yang bekerja dengan posisi tubuh yang janggal mempunyai kemungkinan 3,87 kali untuk mengalami kelelahan yaitu berupa perubahan tekanan darah sistolik dibandingkan pekerja yang bekerja dengan posisi tubuh yang normal. Nilai Exp (B) untuk perubahan denyut nadi adalah 8,48 yang artinya bahwa setiap pekerja yang bekerja dengan posisi tubuh yang janggal mempunyai kemungkinan 8,48 kali untuk mengalami kelelahan yaitu berupa perubahan denyut nadi dibandingkan pekerja yang bekerja dengan posisi tubuh yang normal.

Daftar Pustaka Abbe, O., Craig, M.H., Laura, H.I., Fereydoun, A. 2011. Modelling the relationship between occupational stressors, psychosocial/physical symptoms and injuries in the construction industry. International Journal of Industrial Ergonomics, Vol 41. 106-117 Abdelhamid, T.S., Everett, J.E. 2002. Physiological Demands during Construction Work. EBSCO. 427-437 Ayoub, M.M. and Dampsey, P.G. 1999. The Psychophysical Approach to Material Handling Task Design. Journal of Ergonomic Vol. 42, No.1. 7–31 Chang, F.L., Sun, Y.M., Chuang, K.H., & Hsu, D.J. 2009. Work Fatigue and Physiological Symptoms in Different Occupations of High Elevation Construction Workers. Elsevier. 591596 Hsu, D.J., Sun, Y.M., Chuang, K.H., Juang,Y.J.,& Chang, F.L. 2008. Effect of Elevation Change on Work Fatigue and Physiological Symptoms for High-Rise Building Construction Workers. Elsevier. 833-843 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri. Diakses tanggal 15 Januari 2012. Molen, V.D., Sluitera, J.K., Frings-Dresena, M.H. 2007. Behavioural Change Phases of Different Stakeholders Involved in the Implementation Process. Elsevier. 448-459 Morioka, I., Nobuyuki., Kazushisa. 2006. Hot Environment and Health Problem of Outdoor Workers at a Construction Site. Industrial Health, Vol 44. 28-47 Santoso, G. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta Sarmauly, S.R. 2009. Evaluasi Postur Tubuh di Tinjau Dari Segi Ergonomi di Bagian Pengepakan Pada PT Coca Cola Bottling Indonesia Medan. Skripsi Teknik Industri. USU. Medan Yassierli, N.M.A, Iridiastadi, H., Wojcik, L.A. 2007. The influence of age on isometric endurance and fatigue is muscle dependent: A study of shoulder abduction and torso extension. Ergonomics 50, 1, 26-45

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya adalah :  Hasil analisis mengenai pengaruh sarana, sikap, postur dan posisi tubuh saat bekerja menggunakan metode RULA, mengindikasikan bahwa risiko di shop MGR, TP dan MS termasuk kategori sedang dan di shop Valve termasuk kategori berat. Sedangkan dengan menggunakan metode REBA semua shop termasuk risiko sedang.  Bagian tubuh yang banyak mengalami keluhan MSDs adalah leher dan punggung bagian atas, pinggang dan punggung bagian bawah, serta jari dan pergelangan tangan kanan.  Hasil pengukuran kelelahan secara subjektif menunjukkan sekitar 34,48% pekerja lapangan (terpapar) tingkat kelelahannya adalah rendah, dan 65,52% mengalami tingkat kelelahan yang sedang. Jika dibandingkan dengan pekerja office (tidak terpapar), sebagian besar yaitu 63,64% tingkat kelelahannya rendah, dan hanya 36,36% yang tingkat kelelahannya sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan beban dan tingkat pekerjaan antara pekerja lapangan dan office. Sedangkan pengukuran kelelahan secara objektif, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan fisiologis tubuh

4