PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN MEDIA FILM SISWA KELAS III SD N PENCAR 2, SLEMAN ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Rosdiana Mawarni NIM 11108244029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JULI 2015
Peningkatan Keterampilan Menulis .... (Rosdiana Mawarni) 1
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN MEDIA FILM PADA SISWA KELAS III SD N PENCAR 2, SLEMAN IMPROVEMENT OF NARRATIVE ESSAY WRITING SKILL USING MOVIE MEDIA OF 3rd GRADE STUDENTS OF SD N PENCAR 2, SLEMAN Oleh: rosdiana mawarni, program studi pendidikan guru sekolah dasar, jurusan pendidikan pra sekolah dan sekolah dasar, fakultas ilmu pendidikan, universitas negeri yogyakarta,
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi menggunakan media film siswa kelas III SD N Pencar 2, Sleman. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan bentuk kolaborasi. Desain penelitian menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Subjek penelitian adalah siswa kelas III yang berjumlah 34 siswa. Objek penelitian adalah keterampilan menulis karangan narasi. Metode pengumpulan data menggunakan tes, observasi, dan dokumentasi. Data dianalisis secara deskriptif dengan mencari nilai rata-rata karangan narasi siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media film dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas III SD N Pencar 2. Hal tersebut dilihat dari nilai rata-rata kondisi awal sebesar 55,44 menjadi 75,18 dengan kategori “baik”.
Kata kunci: keterampilan menulis karangan narasi, media film Abstract
This research aimed to improve the narrative essay writing skill using movie media of third grade students of SD N Pencar 2, Sleman. This research is a collaboration classroom action research. Research design using Kemmis and Mc Taggart model. The subject of this research was 34 students of class III. The object of this research is a narrative essay writing skill. The data were collected using test, observation, and documentation. Data were analyzed descriptively by finding the average value of narrative essay of students. The result of this research showed that the movie media can improve narrative essay writing skill of students of class III SD N Pencar 2. It was seen from the average value of the initial condition of 55,44 into 75,18 with "good” category. Keywords : narrative essay writing skill, movie media
Meskipun keterampilan menulis sangat
PENDAHULUAN Keterampilan menulis merupakan salah satu
diperlukan
dalam
kehidupan,
tetapi
pada
aspek keterampilan berbahasa yang penting
kenyataannya pengajaran keterampilan menulis
dalam kehidupan manusia. Haryadi dan Zamzani
kurang mendapat perhatian. Pelly (Haryadi dan
(1997: 75) mengemukakan bahwa kehidupan
Zamzani,1997:
modern
pesatnya
pelajaran membaca dan menulis yang dulu
perkembangan bahasa tulis dan kegiatan cetak-
merupakan pelajaran dan latihan pokok kini
mencetak menuntut para pendukungnya agar
kurang mendapat perhatian, baik dari para siswa
mengembangkan tradisi menulis. Tradisi menulis
maupun para guru. Pelajaran mengarang sebagai
dapat diartikan sebagai suatu kebiasaan untuk
salah satu aspek dalam pengajaran bahasa
menyatakan
Indonesia kurang ditangani secara sungguh-
tertulis.
yang
ditandai
gagasan
atau
oleh
pendapat
secara
75)
mengemukakan
bahwa
sungguh. Akibatnya, keterampilanan berbahasa
2 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 15 Tahun ke IV Agustus 2015
Indonesia para siswa kurang memadai. Senada
dibahas lebih lanjut adalah menulis karangan
dengan pendapat Pelly, Badudu (Haryadi dan
narasi. Di sekolah dasar, pembelajaran menulis
Zamzani,1997:
karangan narasi dimulai ketika siswa memasuki
75)
mengemukakan
bahwa
rendahnya mutu keterampilan menulis siswa
kelas
disebabkan oleh kenyataan bahwa pengajaran
mengemukakan bahwa karangan narasi adalah
mengarang dianaktirikan.
suatu
Henry
Guntur
bentuk
Keraf
wacana
(2010: yang
136)
berusaha
menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada
mengemukakan bahwa keterampilan menulis
pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar
Bentuk karangan ini berusaha mengisahkan suatu
atau
kejadian atau peristiwa yang seolah-olah pembaca
yang
(1986:
Gorys
4)
bangsa
Tarigan
III.
terpelajar.
Pengajaran
keterampilan menulis diberikan kepada siswa sekolah dasar dengan tujuan agar siswa tidak
dapat melihat dan dapat mengalami peristiwa itu. Berdasarkan
hasil
wawancara
yang
hanya menguasai teori tentang menulis tetapi juga
dilakukan oleh peneliti kepada guru kelas III SD
praktik
menulis
Pencar 2, Sleman diperoleh informasi bahwa
merupakan keterampilan yang tidak otomatis
keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas
dikuasai oleh siswa, tetapi harus melalui latihan
III masih rendah. Hal tersebut disebabkan karena
dan praktik yang teratur. Selama ini, pengajaran
sebagian besar siswa mengalami kesukaran dalam
menulis di sekolah dasar lebih banyak disajikan
menuangkan ide ke dalam karangan narasi.
dalam bentuk teori-teori menulis daripada praktik
Ketika siswa diminta untuk menulis karangan
menulis. Pembelajaran menulis menjadi suatu
narasi secara bebas tanpa terikat pada tema
aktivitas yang monoton dan membosankan bagi
tertentu, maka siswa mengalami kesukaran dalam
siswa. Kondisi seperti itu merupakan salah satu
mengekspresikan ide ke dalam karangan narasi,
penghambat bagi siswa untuk menuangkan ide,
akibatnya siswa tidak dapat menyelesaikan
gagasan maupun perasaannya ke dalam bentuk
menulis karangan narasi.
menulis.
Keterampilan
Kurangnya minat dan motivasi siswa dalam
tulisan. Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1997: 62)
mengikuti pembelajaran menulis karangan narasi
mengemukakan keterampilan menulis merupakan
juga menjadi pemicu rendahnya keterampilan
salah satu jenis keterampilan berbahasa tulis yang
menulis karangan narasi siswa. Siswa seringkali
bersifat
ini
mengeluh ketika diminta untuk menulis karangan
merupakan keterampilan yang menghasilkan,
narasi. Siswa merasa kegiatan menulis karangan
dalam hal ini menghasilkan tulisan. Sabarti
narasi
Akhadiah,dkk.
mengemukakan
membosankan. Kurangnya minat dan motivasi
bahwa pada dasarnya semua tulisan dapat
siswa dalam kegiatan menulis karangan narasi
dikelompokkan
menjadi salah satu alasan rendahnya keterampilan
produktif,
artinya keterampilan
(1993: ke
127) dalam
empat
macam
karangan, yaitu: a) narasi (cerita), b) eksposisi (paparan),
c)
deskripsi
(lukisan),
dan
d)
argumentasi. Dalam penelitian ini, yang akan
merupakan
hal
yang
sulit
dan
menulis karangan narasi siswa. Minimnya
perbendaharaan
kata
yang
dimiliki siswa dan pemilihan kata yang kurang
Peningkatan Keterampilan Menulis .... (Rosdiana Mawarni) 3
tepat
dalam
karangan
narasi
siswa
juga
yang sesuai karena media memiliki peranan yang
menghambat keberhasilan siswa dalam menulis
penting
dalam
proses
karangan narasi. Siswa sering menuliskan bahasa
Sudjana
dan
Ahmad
daerah atau bahasa Indonesia yang tidak baku ke
mengemukakan bahwa media pembelajaran dapat
dalam karangan narasi. Selain itu, siswa juga
mempertinggi
sering mengulang-ulang kata yang sama dalam
pembelajaran dan dapat mempertinggi hasil
satu
tersebut
belajar siswa. Oleh karena itu, media merupakan
menulis
hal yang penting dalam proses pembelajaran,
paragraf.
menyebabkan
Kendala-kendala
tujuan
pembelajaran
hasil
pengamatan
Rivai belajar
Nana
(2002: siswa
2)
dalam
termasuk pembelajaran menulis karangan narasi.
karangan narasi belum tercapai dengan baik. Berdasarkan
proses
pembelajaran.
juga
Adanya media dalam pembelajaran menulis
diketahui bahwa dalam pembelajaran menulis
karangan narasi akan lebih memudahkan siswa
karangan narasi, guru kurang membimbing dan
untuk menulis karangan narasi.
memberi latihan secara intensif dalam kegiatan
Salah satu upaya untuk meningkatkan
praktik keterampilan menulis karangan narasi
keterampilan menulis karangan narasi adalah
kepada siswa. Pembelajaran menulis karangan
menggunakan
narasi hanya disajikan dalam bentuk materi
bervariasi, seperti media film. Hal tersebut senada
tentang karangan narasi atau siswa diberikan
dengan pendapat Soeparno (1980: 55) yang
contoh karangan narasi yang terdapat di dalam
mengemukakan bahwa sebagai media pengajaran
buku paket Bahasa Indonesia. Kurangnya porsi
bahasa, media film sangat sesuai untuk melatih
latihan yang diberikan untuk pembelajaran
keterampilan
menulis karangan narasi tersebut menyebabkan
mengarang, dan keterampilan berbicara. Untuk
keterampilan menulis karangan narasi siswa
melatih keterampilan mengarang (ekspresi tulis)
masih rendah dan kreativitas siswa dalam menulis
dapat dilakukan dengan cara menyuruh siswa
karangan narasi kurang berkembang.
menuliskan dengan bahasa sendiri isi cerita film
Selain
itu,
guru
juga
kurang
media
yang
menyimak,
menarik
dan
keterampilan
yang telah disaksikan.
memaksimalkan penggunaan media dalam proses
Film merupakan media yang amat besar
pembelajaran menulis karangan narasi. Ketika
kemampuannya dalam membantu proses belajar
memberikan penjelasan tentang menulis karangan
mengajar (Arif Sadiman,1986: 69). Melalui film,
narasi, guru cenderung verbalisme dan tergantung
siswa dapat melihat dan memahami suatu objek
dengan buku. Buku yang digunakan adalah buku
atau peristiwa secara nyata. Film merupakan satu
paket
tidak
kesatuan peristiwa secara runtut sehingga mudah
menggunakan media yang lain selain buku.
dipahami oleh siswa. Isi dalam film juga dapat
Selama
disesuaikan dengan materi pembelajaran.
Bahasa proses
Indonesia. pembelajaran
Guru siswa
hanya
menyimak penjelasan guru tentang karangan
Media film ini belum pernah digunakan
narasi yang ada di dalam buku paket Bahasa
dalam pembelajaran menulis karangan narasi.
Indonesia.
sangat
Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk
diperlukan dalam memilih media pembelajaran
meneliti mengenai penggunaan media film untuk
Padahal,
peranan
guru
4 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 15 Tahun ke IV Agustus 2015
meningkatkan keterampilan menulis karangan
kelas III SD N Pencar 2, Sleman dengan
narasi pada siswa kelas III SD N Pencar 2,
menggunakan media film.
Sleman. Penggunaan media film ini diharapkan dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa
Prosedur
dalam mengikuti proses pembelajaran menulis
Desain penelitian tindakan kelas (PTK)
karangan narasi. Media film juga diharapkan
yang digunakan adalah desain penelitian Kemmis
dapat mempermudah siswa dalam menceritakan
dan Mc Taggart,1988 (Kasihani Kasbolah,1999:
peristiwa yang terjadi di dalam film ke dalam
113). Desain penelitian Kemmis dan Mc Taggart
bentuk karangan narasi. Siswa dapat merangkai
merupakan desain penelitian yang menggunakan
peristiwa yang ada di dalam film menjadi bentuk
sistem spiral refleksi diri yang dimulai dari
kalimat yang runtut sehingga menghasilkan
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan
karangan narasi yang baik. Selain itu, media film
dan refleksi. Berikut ini gambar desain penelitian
juga dapat mengurangi rasa jenuh sehingga siswa
Kemmis dan Mc Taggart.
dapat mengikuti pembelajaran menulis karangan narasi dengan aktif dan semangat. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) kolaborasi. Peneliti dan guru kelas secara bersama-sama
melakukan
penelitian
dengan
tujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa dengan media film. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei dilaksanakan
2015.
Pelaksanaan
sebanyak
6
kali
penelitian pertemuan.
Penelitian ini dilaksanakan di SD N Pencar 2, Sleman, Yogyakarta.
Target/Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD N Pencar 2, Sleman yang berjumlah 34 siswa terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Objek penelitian ini adalah keterampilan menulis karangan narasi pada siswa
Gambar 2 : Proses Penelitian Tindakan Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, observasi, dan dokumentasi. Tes dilakukan untuk mengetahui seberapa
peningkatan
karangan
narasi
keterampilan
siswa.
observasi
dengan
langsung
kegiatan
Peneliti
melakukan
menulis
melakukan pengamatan
pembelajaran
menulis
karangan narasi pada siswa kelas III. Selain melakukan pengamatan, peneliti juga melakukan pencatatan
menggunakan
lembar
observasi.
Melalui observasi, peneliti akan mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa dalam
Peningkatan Keterampilan Menulis .... (Rosdiana Mawarni) 5
menulis karangan narasi. Peneliti mengambil data dokumentasi
berupa
foto
saat
proses
Tabel 6: Kriteria Penilaian Keterampilan Menulis Karangan Narasi
pembelajaran menulis karangan narasi dan nilai
Nilai 80-100 66-79 56-65 40-55 30-39
hasil menulis karangan narasi. Teknik Analisis Data Data hasil observasi yang didapat melalui lembar observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru
digunakan
untuk
melihat
proses
pembelajaran menulis karangan narasi. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan membuat tabel dan persentase. Nilai rata-rata (NR) =
Dalam
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil observasi penelitian pada setiap siklus, media film dapat meningkatkan proses pembelajaran menulis karangan narasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
menentukan
100%
kriteria
penilaian
tentang hasil observasi aktivitas siswa dan guru, maka dilakukan pengelompokkan atas 5 kriteria penilaian yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang
berikut ini. Tabel 13. Peningkatan Proses Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Menggunakan Media Film pada Siklus I, dan Siklus II No
Aspek yang Dinilai
dan sangat kurang. Tabel 5. Kriteria Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Presentase (%) 86-100 76-85 60-75 55-59 ≤ 54
Keterangan Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Keterangan Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
1. 2.
Persentase (%) Siklus I Siklus II (%) (%) 57,5 82,5 56,6 80
Aktivitas Siswa Aktivitas Guru
Berdasarkan tabel di atas, persentase hasil observasi aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran
mengalami
peningkatan.
Pada
siklus I, persentase hasil observasi siswa sebesar 57,5%
(berada
pada
klasifikasi
“kurang”)
Selain data hasil observasi, data yang
sedangkan aktivitas guru sebesar 56,6% (berada
diperoleh dalam penelitian ini adalah nilai
pada klasifikasi “kurang”). Pada siklus II,
karangan narasi siswa. Data nilai karangan narasi
persentase hasil observasi siswa sebesar 82,5%
siswa dianalisis menggunakan statistik deskriptif
(berada pada klasifikasi “baik”) sedangkan
yaitu mencari nilai rata-rata karangan narasi
aktivitas
siswa.
klasifikasi ‘baik”).
Dalam menentukan kriteria penilaian hasil
guru
Adapun
sebesar
80%
peningkatan
(berada nilai
pada
rata-rata
keterampilan menulis karangan narasi siswa
keterampilan menulis karangan narasi pada
setiap siklus,maka dilakukan pengelompokkan
kondisi awal, siklus I, dan siklus II dapat
atas 5 kriteria penilaian yaitu sangat baik, baik,
diuraikan sebagai berikut.
cukup, kurang dan sangat kurang.
6 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 15 Tahun ke IV Agustus 2015
Tabel 14. Peningkatan Nilai Rata-rata Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II Jumlah Siswa 34
Nilai Rata-rata Keterampilan Menulis Karangan Narasi Kondisi Siklus I Siklus II Awal 55,44 63,24 75,18
Keterangan: SB = Sangat Baik B = Baik C = Cukup K = Kurang SK = Sangat Kurang Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa klasifikasi nilai keterampilan menulis
Peningkatan keterampilan menulis karangan
karangan narasi mengalami peningkatan. Pada
narasi setiap siklus dapat digambarkan dalam
kondisi awal, siswa yang mendapat nilai baik
diagram seperti berikut.
sebanyak 6 siswa. Siswa yang mendapat nilai
80
cukup sebanyak 10 siswa.
70
mendapat nilai kurang sebanyak 16 siswa.
60
Siswa yang
Sedangkan siswa yang mendapat nilai sangat
50
kurang sebanyak 2 siswa.
40
Pada kondisi akhir, siswa yang mendapat
30 20
nilai baik meningkat menjadi sangat baik
10
sebanyak 6 siswa. Siswa yang mendapat nilai
0 Kondisi Awal
Keterangan:
Siklus I
Siklus II
cukup meningkat menjadi baik sebanyak 8 siswa. Siswa yang mendapat nilai cukup
Kurang
meningkat menjadi sangat baik sebanyak 2
Cukup
siswa. Siswa yang mendapat nilai kurang
Baik
meningkat menjadi cukup sebanyak 1 siswa.
Gambar 11. Peningkatan Nilai Rata-rata Keterampilan Menulis Karangan Narasi pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Siswa yang mendapat nilai kurang meningkat menjadi baik sebanyak 15 siswa. Siswa yang mendapat nilai sangat kurang menjadi cukup sebanyak 2 siswa.
Klasifikasi
nilai
keterampilan
menulis
karangan narasi pada kondisi awal dan kondisi akhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 15. Kriteria Nilai Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa pada Kondisi Awal dan Kondisi Akhir Kondisi Akhir Kondisi Awal SB B C K SK SB B 6 6 C 10 2 8 K 16 15 1 SK 2 2
Pada siklus I, minat dan motivasi siswa saat mengikuti proses pembelajaran menulis karangan narasi masih rendah. Siswa masih belum sepenuhnya memperhatikan penjelasan dari guru. Siswa masih kurang bersemangat ketika diminta oleh guru untuk menulis karangan narasi. Beberapa siswa masih terlihat ramai dengan teman sebangkunya, ada yang sibuk dengan aktivitasnya sendiri, bahkan ada yang melamun.
Peningkatan Keterampilan Menulis .... (Rosdiana Mawarni) 7
Sebagian besar siswa merasa kesulitan saat menulis karangan narasi. Hal tersebut
membacakan hasil karangannya ke depan kelas.
sesuai dengan pendapat Darmiyati Zuchdi dan
Di dalam proses pembelajaran, guru
Budiasih (1997: 62) yang mengemukakan
selalu memberi motivasi kepada siswa agar
bahwa menulis merupakan kegiatan yang
aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru
memerlukan
bersifat
sudah berhasil memaksimalkan penggunaan
dapat
media film dalam pembelajaran menulis
menuliskan beberapa kalimat saja. Siswa
karangan narasi sehingga dapat mempermudah
masih memerlukan bimbingan guru saat
siswa dalam menulis karangan narasi. Hal
menulis karangan narasi. Beberapa siswa juga
tersebut
tidak dapat menyelesaikan karangan narasi
Sadiman,1986:
sampai waktu habis.
bahwa film merupakan media yang amat besar
kompleks.
kemampuan Beberapa
yang
siswa
hanya
Guru menyampaikan materi tentang
senada
kemampuannya
dengan 69)
yang
dalam
pendapat
(Arif
mengemukakan
membantu
proses
karangan narasi dengan cukup jelas. Guru
belajar mengajar. Guru sudah membimbing
memberikan motivasi kepada siswa untuk aktif
siswa secara maksimal sampai siswa dapat
dalam proses pembelajaran. Tetapi, guru
menulis karangan narasi dengan baik. Guru
belum memberikan bimbingan yang maksimal
langsung menegur jika ada siswa yang masih
kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam
ramai dengan temannya atau asyik bermain
menulis karangan narasi.
sendiri
Pada siklus II, minat dan motivasi siswa
sehingga
proses
pembelajaran
berlangsung secara kondusif.
dalam mengikuti proses pembelajaran menulis
Dalam penelitian ini, siswa dinyatakan
karangan narasi sudah baik. Siswa sangat aktif
berhasil apabila siswa telah mencapai nilai
dan bersemangat ketika proses pembelajaran
minimal yang ditetapkan yaitu 70. Indikator
berlangsung. Siswa bersemangat dan tidak
keberhasilan pembelajaran pada penelitian ini
mengeluh ketika mendapatkan tugas untuk
jika 75% dari jumlah siswa telah mencapai
menulis karangan narasi. Siswa sudah berani
nilai minimal yang ditetapkan. Pada kondisi
bertanya
awal, hanya 4 siswa (11,76%) yang sudah
kepada
guru
saat
mengalami
kesulitan dalam menulis karangan narasi. Siswa
sudah
berusaha
mencapai nilai 70. Sedangkan, siswa yang
semaksimal
belum mencapai nilai 70 sebanyak 30 siswa
mungkin untuk menulis karangan narasi
(88,24%). Pada siklus I, siswa yang sudah
dengan baik. Sebagian besar siswa sudah dapat
mencapai
menulis kata, ejaan, dan huruf kapital dengan
(41,18%). Sedangkan, siswa yang belum
benar walaupun masih terdapat beberapa
mencapai
kesalahan. Semua siswa dapat menyelesaikan
(58,82%). Pada siklus II, siswa yang sudah
karangan narasi tepat waktu. Keberanian siswa
mencapai
untuk membacakan hasil karangannya juga
(91,18%). Sedangkan, siswa yang belum
sudah baik. Siswa sudah tidak malu lagi untuk
mencapai nilai 70 sebanyak 3 siswa (8,82%).
nilai nilai nilai
70 70 70
sebanyak sebanyak sebanyak
14 20 31
siswa siswa siswa
8 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 15 Tahun ke IV Agustus 2015
Pada siklus II hanya 3 siswa yang belum
SIMPULAN DAN SARAN
mencapai nilai 70. Hal ini dikarenakan 3 siswa
Simpulan
tersebut
memang
memiliki
kemampuan
akademis yang rendah. Berdasarkan
Berdasarkan kegiatan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, maka dapat
hasil
dapat
disimpulkan
dilihat bahwa klasifikasi nilai keterampilan
keterampilan
menulis
menggunakan media film pada siswa kelas III
karangan
penelitian,
narasi
mengalami
bahwa
terjadi
menulis
peningkatan
karangan
narasi
peningkatan yang cukup signifikan. Siswa
Sekolah
yang mendapat nilai kurang pada kondisi awal
Yogyakarta. Peningkatan keterampilan menulis
meningkat menjadi baik pada kondisi akhir
karangan narasi ditunjukan dengan nilai rata-rata
sebanyak 15 siswa. Hal tersebut dikarenakan
keterampilan menulis karangan narasi siswa yang
penggunaan media film dalam pembelajaran
pada kondisi awal sebesar 55,44 meningkat
menulis karangan narasi dapat membuat siswa
menjadi 75,18 (berada pada kategori “baik”).
Dasar
Negeri
Pencar
2,
Sleman,
aktif dalam proses pembelajaran, sehingga
Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam
mempermudah siswa dalam menulis karangan
pembelajaran menulis karangan narasi dengan
narasi. Pada awalnya siswa merasa kesulitan
menggunakan
dalam menulis karangan narasi. Namun, ketika
menyimak film yang sudah dipersiapkan oleh
guru menjelaskan materi dengan menggunakan
guru, 2) siswa dan guru bertanya jawab mengenai
media film, siswa memperhatikan dengan
unsur-unsur karangan narasi dalam film seperti
sungguh-sungguh
dapat
tokoh, waktu, dan tempat, 3) siswa membuat
menulis karangan narasi dengan baik. Hal
kerangka karangan narasi dengan bimbingan
tersebut senada dengan pendapat Soeparno
guru, dan 4) siswa mengembangkan kerangka
(1980:
karangan menjadi karangan narasi secara utuh.
55)
sehingga
yang
siswa
mengemukakan
bahwa
media
film
yaitu:
1) siswa
sebagai media pengajaran bahasa, media film sangat sesuai untuk melatih keterampilan menyimak,
keterampilan
mengarang,
Saran Guru dapat menggunakan media film
dan
sebagai
keterampilan berbicara.
bahan
pembaharuan
terhadap
Berdasarkan uraian pembahasan di atas,
pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam
dapat disimpukan bahwa penggunaan media
keterampilan menulis karangan. Dengan media
film dapat meningkatkan keterampilan menulis
film,
karangan narasi. Hal tersebut senada dengan
dikembangkan dengan baik.
keterampilan
menulis
siswa
dapat
pendapat Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002: 2) yang mengemukakan bahwa media pembelajaran
dapat
mempertinggi
proses
belajar siswa dalam pembelajaran dan dapat mempertinggi hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA Arif S. Sadiman. 1986. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatan). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Peningkatan Keterampilan Menulis .... (Rosdiana Mawarni) 9
Darmiyati Zuchdi dan Budiasih. 1997. Pendidikan Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Depdiknas. Gorys Keraf. 2010. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Peningkatan Haryadi dan Zamzani. 1997. Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Depdiknas. Henry Guntur Tarigan. 1986. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Kasihani Kasbolah. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sabarti Akhadiah,dkk. 1988. Menulis. Jakarta: Depdiknas. Soeparno. 1980. Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.