PERAN FISIOLOGI OLAHRAGA DALAM MENUNJANG PRESTASI

Download Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 11, Nomor 2,Juli 2015 | 8. PERAN FISIOLOGI .... terhadap frekuensi denyut jantung maksimal,. METs, VO2 ...

1 downloads 393 Views 374KB Size
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 11, Nomor 2,Juli 2015 |8

PERAN FISIOLOGI OLAHRAGA DALAM MENUNJANG PRESTASI Nofa Anggriawan PPS UNY [email protected]

Abstract Optimal performance can only be achieved , if an athlete has been through the process very complex exercise. At the rehearsal process the role of exercise physiology makeing absolute basis in modifying training program. Sports Physiology is a branch of physiology that studies the physiological changes in the body when a person exercise . By knowing the changes that occur in the body, one can design an exercise program for making optimal changes as expected. Errors in applying management training load, will adversely affects physiological condition of the athlete. Pulse is high, often feel dizzy, interference with digestion and metabolism, is the consequences of fatigue and overtraining, thus affecting the performance of the athlete to achieve optimal performance . Keywords: Sports Physiology, Optimal Performance

Abstrak Prestasi optimal hanya dapat dicapai, jika seorang atlet telah melalui proses latihan yang sangat kompleks. Pada proses latihan tersebut, peran fisiologi olahraga mutlak dijadikan dasar dalam memodifikasi program latihan. Fisiologi Olahraga merupakan cabang ilmu fisiologi yang mempelajari perubahan fisiologis di tubuh pada saat seseorang berolahraga. Dengan mengetahui perubahan yang terjadi di tubuh, seseorang dapat merancang suatu program latihan olahraga untuk mendapatkan perubahan optimal sesuai dengan yang diharapkan. Kesalahan dalam menerapkan manajemen beban latihan, akan berakibat negatif terhadap kondisi fisiologis atlet. Denyut nadi yang tingi, sering merasa pusing, gangguan pada pencernaan dan metabolisme, merupakan dampak yang timbul akibat kelelahan dan overtraining, sehingga mempengaruhi kinerja atlet untuk meraih prestasi optimal. Kata kunci: Fisiologi Olahraga, Prestasi Puncak PENDAHULUAN Fisiologi Olahraga merupakan cabang

selama

ilmu fisiologi yang mempelajari perubahan

Faal Olahraga dan hasilnya diberikan kepada

fisiologis di tubuh pada saat seseorang

pelatih

berolahraga. Dengan mengetahui perubahan

pelatihan berlangsung. Selanjutnya, menurut

yang terjadi di tubuh, seseorang dapat

Saibene (2003) IPTEK sangat diperlukan,

merancang suatu program olahraga untuk

terutama dengan peralatan-peralatan yang

mendapatkan

serba canggih, sehingga dapat memberikan

perubahan

optimal

sesuai

dengan yang diharapkan.

Faal Olahraga untuk meningkatkan prestasi sangat

penting

latihan.

Pengukuran

takaran latihan dilakukan dilaboratorium Ilmu

untuk

diterapkan

selama

proses

informasi tentang efek fisiologis dari latihan

Menurut Purba (2012) Penerapan Ilmu

atlet

periodisasi

untuk

menentukan

takaran latihan, keberhasilan latihan atlet

yang diterapkan. Fisiologi olahraga mengkaji perubahanperubahan fungsi organ-organ baik yang ber-

Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 11, Nomor 2,Juli 2015 |9 sifat sementara (akut) maupun yang bersifat menetap

karena

melakukan

olahraga.

Dari pengertian diatas dapat kita lihat bahwa,

didalam

olaharaga

secara

pasti

Fisiologi Olahraga merinci dan menerangkan

terdapat aktivitas fisik dalam bentuk gerak

perubahan fungsi yang disebabkan oleh

dan

latihan tunggal (acute exercise) atau latihan

dengan mempelajari fisiologi olahraga kita

yang

akan melihat olahraga dari sudut pandang

dilakukan

(chronic

secara

exercise)

meningkatkan

dengan

respon

berulang-ulang tujuan

fisiologis

untuk

latihan,

sehingga

dalam

kaitannya

aktivitas gerak dalam proses latihan dan

terhadap

kompetisi.

intensitas, durasi, frekuensi latihan, keadaan

Dari

kajian

tentang

fisiologi

dan

lingkungan dan status fisiologis individu.

olahraga diatas, dapat kita buat hubungan

Fungsi dan mekanisme kerja organ-organ

antara kajian teori fisiologi dan olahraga

tubuh akan selalu bereaksi dalam rangka

menjadi suatu kajian teori baru tentang

penyesuaian diri demi terciptanya “Homeosta-

fisiologi

sis” (kecenderungan organisme hidup untuk

tentang fisiologi olahraga ini membahas

mempertahankan lingkungan dalam “Millieau

tentang fungsi – fungsi kerja organ tubuh dan

Interieur” yang stabil bagi selnya. (Hammond,

keterlibatan organ tubuh manusia dalam

2007)

aktivitas gerak. sehingga pengertian fisiologi

olahraga.

Dimana

kajian

terori

olaharaga adalah : PEMBAHASAN

Bagian atau cabang ilmu dari Fisiologi

Fisiologi Olahraga

yang secara khusus mempelajari tentang

Dalam fisiologi yang dipelajari bukan

fungsi/cara kerja organ tubuh dan perubahan

bagian-bagian atau struktur tubuh mahkluk

yang dapat terjadi baik secara sementera

hidup, tetapi fungsi dan cara kerja organ-

maupun secara menetap karena sebuah

organ tubuh mahkluk hidup, sehingga secara

aktivitas fisik (gerak) atau latihan fisik.

keseluruhan

artikan

Dalam hal ini tentunya akan dibahas

sebagai Ilmu yg mempelajari fungsi dan cara

pengkajian tentang : bagaimana perubahan

kerja organ-organ tubuh serta perubahan-

itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan untuk

perubahan yang terjadi akibat pengaruh dari

mendapatkan perubahan fungsi organ tubuh

dalam maupun dari luar tubuh.

dengan program-program latihan fisik yang

Secara

Fisiologi

umum

dapat

kita

pengertian

olahraga

dilakukan

guna

mendapatkan

perubahan

dapat kita lihat sebagai Suatu rangkaian

fungsi dan cara kerja organ tubuh yang baik

kegiatan keterampilan gerak atau memainkan

secara efektif dan efisien.

objek, yang disusun secara terstruktur dan sistemmatis

dengan

batasan

aturan

menggunakan tertentu

pelaksanaannya (Liliani Puspa 2009).

suatu dalam

Perubahan Akibat Olahraga Dengan

berolahraga

akan

terjadi

perubahan-perubahan pada tubuh menurut

J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 1 , N o m o r 2 , J u l i 2 0 1 5 | 10 jenis, lama, dan intensitas latihan yang

padat pula. Penyakit jantung koroner

dilakukan (Tommy Boone 2012). Secara

dapat

umum yang dikatakan Wara Kushartanti

mekanisme perubahan ini. Kelancaran

(2009) olahraga yang dilakukan secara teratur

aliran darah juga akan mempercepat

dengan

pembuangan zat-zat lelah sebagai sisa

takaran

yang

cukup

akan

menyebabkan perubahan sebagai berikut: 1. Perubahan pada Jantung

diatasi

dan

dicegah

dengan

pembakaran sehingga bisa diharapkan pemulihan kelelahan yang cepat.

Jantung akan bertambah besar dan kuat sehingga daya tampung besar dan

3. Perubahan pada Paru Elastisitas paru akan bertambah

denyutan kuat. Kedua hal ini akan

sehingga

meningkatkan efisiensi kerja jantung.

kempis juga akan bertambah. Selain itu

Dengan

jumlah alveoli yang aktif (terbuka) akan

efisiensi

kerja

yang

tinggi,

kemampuan

jantung tak perlu berdenyut terlalu sering.

bertambah

Pada

melakukan

Kedua hal diatas akan menyebabkan

olahraga, denyut jantung rata-rata 80 kali

kapasitas penampungan dan penyaluran

per menit, sedang pada orang yang

oksigen

melakukan

denyut

Pernafasan bertambah dalam dengan

jantung rata-rata 60 kali per menit.

frekuensi yang lebih kecil. Bersamaan

Dengan demikian dalam

satu menit

dengan perubahan pada jantung dan

dihemat 20 denyutan, dalam satu jam

pembuluh darah, ketiganya bertanggung

1200 denyutan, dan dalam satu hari

jawab untuk penundaan kelelahan.

orang

yang

tidak

olahraga

teratur,

28.800 denyutan. Penghematan tersebut

ke

dengan

berkembang

darah

olahraga

akan

teratur.

bertambah.

4. Perubahan pada Otot

menjadikan jantung awet, dan boleh

Kekuatan, kelentukan, dan daya

diharap hidup lebih lama dengan tingkat

tahan otot akan bertambah. Hal ini

produktivitas yang tinggi.

disebabkan oleh bertambah besarnya

2. Perubahan pada Pembuluh darah Elastisitas pembuluh darah akan bertambah

penyediaan energi di otot. Lebih dari itu

berkurangnya

perubahan pada otot ini akan mendukung

penambahan

kelincahan gerak dan kecepatan reaksi,

kontraksi otot dinding pembuluh darah.

sehingga dalam banyak hal kecelakaan

Elastisitas pembuluh darah yang tinggi

dapat dihindari.

timbunan

karena

serabut otot dan meningkatnya sistim

lemak

dan

akan memperlancar jalannya darah dan mencegah

timbulnya

5. Perubahan pada Tulang

hipertensi.

Penambahan aktivitas enzim pada

Disamping elastisitas pembuluh darah

tulang akan meningkatkan kepadatan,

yang

kekuatan, dan besarnya tulang, selain

meningkat,

pembuluh-pembuluh

darah kecil (kapiler) akan bertambah

mencegah

pengeroposan

tulang.

J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 1 , N o m o r 2 , J u l i 2 0 1 5 | 11 Permukaan tulang juga akan bertambah

mencapai sasaran yang telah ditentukan.

kuat dengan adanya tarikan otot yang

Melalui

terus menerus.

mencapai

6. Perubahan pada Ligamentum dan Tendo

latihan tujuan

fisiologisnya,

fisik

seseorang

tertentu.

seseorang

untuk

Dalam

istilah

mengejar

tujuan

Kekuatan ligamentum dan tendo

perbaikan sistem organisme dan fungsinya

akan bertambah, demikian juga dengan

untuk mengoptimalkan prestasi dan penampi-

perlekatan tendo pada tulang. Keadaan

lan olahraganya (Bompa, 1990).

ini akan membuat ligamentum dan tendo

Latihan olahraga merupakan suatu pro-

mampu menahan beban berat dan tidak

ses yang sistematis dari berlatih yang dilaku-

mudah cedera.

kan secara berulang-ulang dengan menggu-

7. Perubahan pada Persendian dan Tulang rawan

nakan prinsip penambahan beban ( Bompa, 1990). Prinsip penambahan beban dimaksud

Latihan teratur dapat menyebabkan

adalah peningkatan beban yang progresif,

bertambah tebalnya tulang rawan di

bertujuan untuk meningkatkan efisiensi faal

persendian

sehingga

menjadi

tubuh. Penerapan perinsip ini didasarkan atas

peredam

(shock

dan

kondisi masing-masing individu, karena tidak

melindungi tulang serta sendi dari bahaya

ada beban yang persis sama untuk setiap

cedera.

orang. Latihan fisik yang tepat akan mening-

dapat absorber)

8. Perubahan pada Aklimatisasi terhadap Panas

katkan

prestasi

kerja

dari

faal

tubuh.

Peningkatan prestasi kerja dimaksud sangat

Aklimatisasi

panas

tergantung kepada tipe latihan, intensitas

yang

latihan, frekuensi, lama latihan, dan prinsip-

memungkinkan seseorang tahan bekerja

prinsip dasar latihan fisik. Selain itu, variasi

di tempat panas. Kenaikan aklimatisasi

dalam latihan juga sangat perlu diperhatikan.

terhadap panas disebabkan karena pada

Apabila

waktu melakukan olahraga terjadi pula

dilaksanakan dengan baik,

kenaikan panas pada badan dan kulit.

dikatakan latihan yang dikuti berkualitas (;

Keadaan yang sama akan terjadi bila

Bompa, 1990).

seseorang bekerja di tempat panas.

Tipe Latihan

melibatkan

terhadap

penyesuaian

faali

hal

tersebut

sudah

dapat

sudah dapat

Tipe latihan tertentu memberi dampak Latihan Fisik

pada faal tubuh tertentu. Tipe latihan aerobik

Latihan fisik merupakan aktivitas olah-

lebih dominan meningkatkan kapasitas aero-

raga olahraga secara sistematik dalam waktu

bik, mioglobin, mitokondria sel (jumlah dan

yang lama, ditingkatkan secara progresif dan

ukurannya), maupun cadangan gikogen otot,

individual yang mengarah kepada ciri-ciri

serta meningkatkan konsentrasi enzim-enzim

fungsi

oksidatif atlet. Sebaliknya tipe latihan anaero-

dan

psikologis

manusia

untuk

J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 1 , N o m o r 2 , J u l i 2 0 1 5 | 12 bik lebih dominan meningkatkan kapasitas

Intensitas Latihan

anaerobik, sitem energi ATP-PC dan glikolisis

Intensitas

latihan

ditetapkan

secara

anaerobik atlet. Tipe latihan aerobik juga da-

spesifik pada setiap individu sesuai dengan

pat meningkatkan jumlah dan ukuran otot

kapasitas fisik yang dalam pelaksanaannya

slow twitch fiber, sedangkan tipe latihan

memerlukan

anaerobik akan meningkatkan jumlah dan

menerus agar intensitas latihan benar-benar

ukuran otot fast twitch fiber (Fraga, 2010)

mencapai

Serabut otot yang membangun rangka

pengawasan

intensitas

secara

yang

terus

diprogramkan.

Intensitas latihan dapat diekpresikan dalam

manusia (slow twitch fiber /tipe I dan fast

satuan

twitch fiber /tipe II), memiliki ciri-ciri yang

diekspresikan dalam bentuk relatif (misalkan

berbeda. Pada serabut tipe I akan dijumpai

terhadap frekuensi denyut jantung maksimal,

banyak kadar hemoglobin, cadangan lemak,

METs, VO2 maks maupun RPE/Rating of

cadangan glikogen, enzim oksidatif, dan tidak

Perceived Exertion) (Jette, 1999).

peka terhadap kelelahan. Jika ditinjau secara

absolut

(contoh:

watt)

maupun

Hal yang perlu diperhatikan adalah

anatomis, serabut tipe I terdiri dari serabut-

bahwa

serabut yang kecil dan memiliki banyak

mempertahankan

pembuluh kapiler. Sedangkan serabut tipe II,

berbeda dengan orang lain. Perbedaan ini

memiliki banyak cadangan gikogen, enzim

sebagian besar disebabkan oleh perbedaan

glikolitik,

intensitas latihan dimana terjadi akumulasi

dan

sangat

peka

terhadap

kemampuan

seseorang

untuk

intensitas

latihan

suatu

kelelahan. Secara anatomis serabut otot tipe

asam

laktat

(onset

of

II ini terdiri dari serabut yang besar dan sedikit

accumulation)

(Mock,

1997).

memiliki pembuluh kapiler (Tommy Boone.

ketahanan dalam menjalankan level intensitas

(2012).

latihan

Kesesuaian tipe latihan terhadap atlet yang memiliki serabut otot dominan diantara kedua jenis otot tersebut, akan lebih menjan-

ini

menjadi

diperhatikan

dalam

blood

hal

lactate

Perbedaan

yang

menyusun

harus program

latihan. Menurut

Andersen

umumnya,

penerapan tipe latihan yang sifatnya sama

sampai dengan 85% kapasitas fungsional.

rata. Atlet yang dominan memiliki serabut otot

Pada orang dengan dengan permasalahan

tipe I akan lebih menjanjikan jika diberi latihan

jantung, intensitas latihan dapat ditetapkan

yang bersifat aerobik. Sebaliknya latihan

antara 40 sampai dengan 60% kapasitas

anaerobik sangat tepat diberikan kepada atlet

fungsional. Durasi latihan dapat ditetapkan

yang dominan memiliki serabut otot tipe II.

sesuai dengan respon seseorang terhadap

Penempatan

cabang-cabang

latihan. Sebagai contoh, seseorang sudah

olahraga harus berdasarkan kepada kondisi

harus merasa pulih dalam satu jam setelah

tipe serabut otot dominan yang dimiliki.

latihan.

dalam

Terlepas

dari

latihan

pada

jikan hasil yang optimal, dibanding dengan

atlet

intensitas

(1999)

teknik

dimulai

40

penetapan

J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 1 , N o m o r 2 , J u l i 2 0 1 5 | 13 intensitas dan level intensitas yang dipilih,

yang terbiasa dengan aktivitas yang rendah,

intensitas

merupakan

durasi yang disarankan adalah 20 sampai

intensitas yang dapat dilakukan selama 15

dengan 30 menit dengan intensitas (40

sampai dengan 60 menit. Pada dasarnya

sampai dengan 60% kapasitas fungsional).

tujuan akhir menentukan besaran intensitas

Penyesuaian durasi dan intensitas latihan

latihan adalah untuk memberikan petunjuk

didasarkan pada respon fisiologis individu

bagi seseorang tentang intensitas latihan

terhadap latihan, status kesehatan dan tujuan

yang akan dapat memberikan manfaat yang

latihan (misalkan: penurunan berat badan).

maksimal

sekaligus

Pada umumnya pada fase awal durasi latihan

cedera

dapat bertahap ditingkatkan dari 20 menit

latihan

tersebut

untuk

meminimalisir

dirinya

resiko

terjadinya

(Slentz, 2004).

menjadi 45 menit (Green dan Crouse, 1995). Frekuensi Latihan Frekuensi latihan tergantung dari durasi

Durasi Latihan

dan intensitas latihan. Frekuensi latihan yang

Durasi latihan inti berkisar antara 15

dapat dilakukan dapat beberapa laki dalam

sampai dengan 60 menit. Durasi waktu ini

sehari sampai dengan 5 kali dalam seminggu

dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas

tergantung jenis latihan, keadaan fisik dan

fungsional

yang

tujuan latihan (Kraemer et al., 2004). Pada

dengan

orang dengan kondisi fisik yang rendah dapat

intensitas latihan. Latihan dengan intensitas

dilakukan latihan dengan intensitas 3 METs

tinggi dan durasi latihan pendek menimbulkan

selama 5 menit yang dilakukan beberapa kali

respons tubuh yang sama dengan latihan

sehari.

dengan intensitas yang rendah dan durasi

fungsional 3-5 METs, latihan dapat dilakukan

yang lama. Latihan selama 5 sampai 10 menit

1-2 kali sehari. Individu dengan kapasitas fisik

dengan intensitas 90% kapasitas fungsional

>5METs disarankan untuk berlatih 3 kali per

tubuh

kerja

minggu pada har yang berselingan. Individu

kardiovaskular. Walaupun demikian latihan

dengan jenis latihan beban sebaiknya juga

dengan intensitas tinggi dan durasi yang

berlatih tiga kali dalam semimngu pada hari

pendek tersebut tidak dapat diterapkan pada

yang berselingan. Latihan dengan frekuensi

kebanyakan orang, sehingga lebih disarankan

intensif sebaiknya juga dilakukan dengan

untuk melaksanakan program latihan dengan

jenis latihan beban dan non beban secara

intensitas yang sedang dan durasi yang lebih

bergantian. Hal yang dihindari adalah latihan

lama (Kraemer, 2004). Program tersebut

beban yang dilakukan lebih dari 5 kali dalam

disarankan karena memiliki resiko cedera

seminggu. Latihan jenis ini dengan frekuensi

yang rendah dan potensial untuk menghasilan

yang

total keluaran kalori yang tinggi. Untuk orang

ortopedik (Andersen, 1999).

tubuh.

diaksanakan

Durasi

berbanding

dapat

waktu

terbalik

memperbaiki

Sesorang

dengan

kapasitas

tinggi meningkatkan resiko cedera

J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 1 , N o m o r 2 , J u l i 2 0 1 5 | 14 Rancangan olahraga harus mengikuti prinsip latihan

yang

telah

dikemukakan

oleh

beberapa ahli, dan secara ringkas dapat

Prinsip Spesifitas Teori SAID (Specific Adaptation to

diurai menjadi:

Improve Demand) dari O'Shea mengatakan

Prinsip Beban Berlebih (Overload)

bahwa

tubuh

khusus

terhadap

Dengan beban berlebih, memaksa otot untuk

berkontraksi

maksimal,

sehingga

Dengan

hanya

demikian

beradaptasi

beban beban

merangsang adaptasi fisiologis yang akan

disesuaikan

mengembangkan kekuatan dan daya tahan.

dengan tujuan.

Dengan pemulihan yang baik, tubuh akan

Prinsip Latihan Beraturan

kembali pada kondisi kebugaran yang lebih

yang

diberikan.

latihan

harus dilakukan latihan yang teratur.

Prinsip Tahanan Progresif

Prinsip Kembali Asal

maju,

semakin

Efek latihan akan hilang jika latihan

ditingkatkan. Dengan cara ini otot selalu

tidak teratur atau bahkan berhenti. Daya

bekerja

berlebih

tahan aerobik akan menurun setelah satu

latihan

minggu tidak latihan, sedangkan kekuatan

kebugaran dan kondisioning akan sangat

otot akan menurun setelah satu bulan tidak

efektif apabila secara rutin latihan bertambah

latihan.

berat untuk setiap minggu atau dua minggu.

Prinsip individualitas

pada

(overload

beban

harus

Untuk memberi adaptasi pada tubuh,

tinggi dari pada sebelum latihan.

Semakin

secara

daerah

zone).

Setiap

beban program

Prinsip ini didasarkan pada kenyataan bahwa tubuh

akan

selalu

beradaptasi

Pada dasarnya beban latihan harus

dengan

diberikan sesuai dengan kemampuan dan

keadaan atau stres yang baru (Rumpis, Agus

keterbatasan seseorang. Dengan demikian

Sudarko, 2009).

melakukan pemeriksaan dan

Prinsip Susunan Latihan

awal merupakan hal yang mutlak.

Kelompok otot yang lebih besar harus

pengukuran

Prinsip Beragam

dilatih sebelum kelompok otot yang lebih

Kebosanan dalam berlatih merupakan

kecil. Otot yang lebih kecil cenderung lebih

fenomena yang paling sering dikeluhkan oleh

cepat

menjamin

pelaku olahraga. Perlu dilakukan variasi

terjadinya beban berlebih pada otot besar,

dalam latihan baik jenis, metoda maupun

otot tersebut harus dilatih sebelum otot yang

suasana berlatih. Musik dapat membuat

lebih kecil lelah. Sebagai contoh: otot kaki

suasana latihan menyenangkan.

lelah,

sehingga

untuk

dan panggul harus dilatih sebelum otot lengan. Untuk menjamin waktu pemulihan, tidak boleh ada latihan berurutan yang melibatkan kelompok otot yang sama.

Hubungan Fisisologi dengan Prestasi Setiap latihan fisik akan menimbulkan respon atau tanggapan dari organ-organ

J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 1 , N o m o r 2 , J u l i 2 0 1 5 | 15 tubuh terhadap dosis atau beban latihan yang

tubuh lainnya. Respons jantung terhadap

diberikan,

usaha

latihan memberikan respons yang positif.

penyesuaian diri dalam rangka menjaga

Artinya, kalau kita mulai latihan jantung akan

keseimbangan lingkungan yang stabil atau

berdenyut begitu juga denyut nadi lebih cepat

bisa

dan bekerja dengan kekuatan lebih besar,

hal

disebut

ini

juga

merupakan

dengan

homeostasis

(Bafirman, 2013). Latihan merupakan salah

sehingga

satu stressor fisik yang dapat mengganggu

dipompakan keluar pada setiap denyutannya.

keseimbangan homeostasis, oleh sebab itu,

Respons pernafasan dalam hal ml paru-paru

pemanfaatan latihan yang dikemas dalam

berguna untuk menyediakan sumber oksigen

bentuk latihan fisik memerlukan pengukuran

dan darah membuang CO2 yang diambil dan

dosis yang tepat, sehingga memberikan

sel-sel yang aktif bekerja. Volume udara yang

peluang

mekanisme

keluar dan paru-paru dalam keadaan normal

penyakit (coping) yang mampu mengubah

sewaktu istirahat 5 liter. Selama menjalankan

stressor menjadi stimulator. Dosis latihan

latihan

yang diberikan tidak tepat, maka stressor

dikeluarkan paru-paru dapat naik sampai 100

tersebut

liter orang biasa, sedangkan atlet terlatih

untuk

membentuk

akan

(homeostasis)

menggagu dalam

keseimbangan

tubuh

dan

lebih

olahraga,

banyak

jumlah

darah

udara

yang

yang

dapat

dapat sampai 200 liter per menit. Rasa

menyebabkan masalah kelainan biologis atau

kekurangan nafas waktu kita melakukan

patologis (Bafirman, 2013). Semua aktivitas

latihan olahraga merupakan masalah suplai

fisik merupakan stressor bagi tubuh. Jika

darah bukan masalah pernafasan.

tubuh diberi stressor yang dilakukan dengan teratir,

berkesinambungan

Puspa

(2009)

mengatakan

disertai

sekarang telah berkembang pendapat, bahwa

dengan program latihan yang tepat, maka

endurance (daya tahan) jantung paru tinggi,

tubuh akan beradaptasi dengan membentuk

dapat meningkatkan kemampuan prestasi.

mekanisme coping yang mampu mengubah

Latihan endurance pada umumnya daya

stressor menjadi stimulator. Pemberian beban

tahan jantung paru merupakan latihan yang

pada latihan akan ditanggapi oleh tubuh

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

dalam

yang

seluruh tubuh untuk selalu bergerak dalam

diberikan tepat akan menghasilkanproses

tempo sedang sampai cepat, yang cukup

adaptasi yang baik. Program atau dosis

lama. Jadi yang dimaksud dengan endurance

latihan yang tepat harus memperhatikan

adalah kemampuan seseorang melaksanakan

beberapa

gerak dengan seluruh tubuhnya, dalarn waktu

bentuk

unsur

respon,

latihan

dan

Liliani

jika

dosis

yaitu

frekuensi,

intensitas, durasi, dan set dalam latihan.

yang cukup lama dan dengan tempo sedang

Dalam melakukan aktivitas/latihan akan

sampai cepat tanpa mengalarni rasa sakit dan

terjadi beberapa perubahan fisiologi antara

kelelahan berat. Bahwa bagi seorang atlet

lain respons jantung, pernafasan, biokimia

maupun pelatih yang ingin meningkatkan

J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 1 , N o m o r 2 , J u l i 2 0 1 5 | 16 endurance, harus mengetahui benar bahwa

kelelahan, hal ini tentu dapat meningkatkan

yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan

prestasi atlet. Terdapat banyak faktor yang

kerja sistem jantung peredaran darah.

mempengaruhi kenaikan prestasi seorang

Namun, Cesar, Gonelli, dkk (2007)

atlet. Salah satu faktor di antaranya adalah :

berpendapat bahwa latihan endurance sangat

takaran latihan atau dosis latihan. Tetapi tentu

penting bagi semua cabang olahraga. Karena

masih

dengan

berpengaruh pada prestasi atlet.

tingkat

kualitas

endurance

aktivitas

yang

yang

tinggi,

berat

seperti

banyak

lagi

faktor

lain

yang

SIMPULAN

melakukan sprint sambil menendang bola.

Prestasi olahraga yang optimal tercapai, bila

Akan tetap dipertahankan dengan tempo

proses latihan diterapkan secara sistematis.

tetap

pertandingan

Manajemen beban latihan harus menjadi

berlangsung, apabila mereka masih tetap

fokus perhatian. Terjadinya kesalahan dalam

segar untuk melakukan hal- hal yang sama

menerapkan prinsip beban berlebih dan pe-

selama pertandingan belum selesai.

ningkatan beban yang progresif akan selalu

tinggi,

Dengan

selama

demikian

jantung-

menimbulkan dampak negatif. Informasi dari

peredaran darah yang baik, maka kebutuhan

karakteristik faal atlet menjadi titik tolak dalam

biologis tubuh pada waktu istirahat maupun

membuat

latihan akan diperlancar. Kelancaran tersebut

memperbaiki prestasi olahraga sebaiknya kita

dimungkinkan alat-alat peredaran darah berisi

memperhatikan energi yang kita pakai untuk

darah yang memberikan zat-zat makanan dan

menjalankan

O2 yang sangat diperlukan jaringan tubuh,

menjalankan latihan ada beberapa hal yang

dapat

dengan

penting antara lain takaran latihan harus

sempurna. Berfungsinya alat-alat tersebut

dipenuhi. baik intensitas dan frekuensinya.

akan makin sempurna dan efisien, bilmana

Beberapa pengamatan, masih banyak atlet

memperoleh

dengan

kitayang berlatih dengan takaran yang kurang

dosis/takaran yang benar dan tepat. Demikian

dan cukup, terutama takaran intensitasnya

juga

tidak mencapai training zone. Akibatnya

menjalankan

sistem

fungsinya

latihan-latihan

dengan

beberapa

perubahan

yang

suatu

program

latihan.

Tentunya

selama

prestasi

penampilan (performance) yang memadai

frekuensi latihan sudah cukup. bahkan lebih.

(George

Perubahan

Untuk mendapatkan prestasi yang tinggi

kenaikan

berlatih dengan memenuhi ketiga macam

kapasitas otot-otot rangka dalam membakar

takaran yang diuraikan tadi, sehingga tidak

glukosa dan lemak untuk energi selama olah

membuang waktu dan biaya yang banyak

raga. Perubahan-perubaha ini menyehatkan

untuk latihan-latihan. Uraian-uraian di atas

yang bersangkutan dapat berlatih dalam

terlihat jelas peran fisiologi olahraga dapat

waktu yang lebih lama tanpa mengalami

membantu meningkatkan prestasi atlet.

badan

ini

antara

lain

berupa

berkembang,

Untuk

terjadi di dalam otot agar badan mendapat

Cunningham2010).

sukar

latihan.

meskipun

J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 1 , N o m o r 2 , J u l i 2 0 1 5 | 17

DAFTAR PUSTAKA Andersen, R. E. (1999). "Exercise, an Active Lifestyle, and Obesity. Making the Exercise Prescription Work." Physician and Sportsmedicine. Bafirman, HB. (2013). Kontribusi Fisiologi Olahraga Mengatasi Resiko Menuju Prestasi Optimal. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia. Volume 3. Edisi 1. Juli. ISSN: 2088-6802. Bompa TO, 1990. Theory and Methodology of Training : The Key to Athletic Performance. 2nd edition. Iowa : Kendall/Hun Pub . Company. Cesar MC, Gonelli PRG, Seber S, Pellegrinotti IL, Montebelo MIL. (2007). Comparison of physiological responses to treadmill walking and running in young men. Gazz Med Ital. 166:163167. Fraga MJ, Cader SA, Ferreira MA, Giani TS, Dantas EH. (2010). Aerobic resistance, functional autonomy and quality of life (QoL) of elderly women impacted by a recreation and walking program. Arch Gerontol Geriatr. 52(1):40-43. George, B. Cunningham. (2010). Domographic dissimilarity and affective reactions to physical activity classes: The moderating effects of diversity beliefs. Journal of Sport Psychology. Vol. 41 - N. 4 - October-December hlm 387-402 Green JS, Crouse SF. (1995). The effects of endurance training on functional capacity in the elderly a meta-analysis. Med Sci sports Exer.;27:920-926. Hammond, D.C. (2007). Neurofeedback for the Enhancement of Athletic Performance and Physical Balance. The Journal of the American Board of Sport Psychology Volume 1-1

Jette, A. M., M. Lachman, M. M. Giorgetti, S. F. Assmann, B. A. Harris, C. Levenson, M. WernickdanD. Krebs (1999). "Exercise--it's never too late: the strongfor-life program." American Journal of Public Health 89(1): 66. Kraemer, W. J.danN. A. Ratamess (2004). "Fundamentals of resistance training: progression and exercise prescription." Medicine & Science in Sports & Exercise 36(4): 674. Liliani, Puspa. (2009). Hubungan Fisiologi dengan Prestasi Olahraga. Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu: Vol. 2 No. 2. Mock, V., K. H. Dow, C. J. Meares, P. M. Grimm, J. A. Dienemann, M. E. HaisfieldWolfe, W. Quitasol, S. Mitchell, A. ChakravarthydanI. Gage (1997). Effects of exercise on fatigue, physical functioning, and emotional distress during radiation therapy for breast cancer. 24: 991. Purba, 2012. Prestasi Puncak Atlet Tercapai dengan Menerapkan Iptek Olahraga, Khususnya Ilmu Faal Olahraga” http://www.unpad.ac.id Rumpis, Agus Sudarko. (2009). Peningkatan Kualitas Prosedur dan Evaluasi Olahraga Unggulan Propinsi Kalimantan Timur. Jumal Olahraga Prestasi: Volume 5, No. 1 Januari. Slentz, C. A., B. D. Duscha, J. L. Johnson, K. Ketchum, L. B. Aiken, G. P. Samsa, J. A. Houmard, C. W. BalesdanW. E. Kraus (2004). "Effects of the amount of exercise on body weight, body composition, and measures of central obesity: STRRIDE--a randomized controlled study." Archives of Internal Medicine 164(1): 31. Saibene F, Minetti AE. (2003). Biomechanical and physiological aspects of legged

J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 1 , N o m o r 2 , J u l i 2 0 1 5 | 18 locomotion in humans. Eur J Appl Physiol. 88(4-5):297-316. Tommy, Boone. (2012). Effect of Walking and Running on the Cardiorespiratory System, Muscle Injury, and the Antioxidant System after 30 Min at the

Walk-Run Transition Speed. Journal of Exercise Physiology: Vol. 15 No. 5. Wara, Kushartanti. (2009). Fisiologi dan Kesehatan Olahraga.Fakultas Ilmu Keolahragaan: UNY