PERAN FOTOGRAFER SEBAGAI AKTOR GERAKAN SOSIAL

Download perilaku manusia. Pada penelitian. Abdullah, fotografi sebagai media kampanye ...... Kecamatan Denpasar, Kodya. Denpasar, Provinsi Bali. Ju...

0 downloads 427 Views 212KB Size
PERAN FOTOGRAFER SEBAGAI AKTOR GERAKAN SOSIAL LINGKUNGAN HUTAN BAKAU DI DENPASAR SELATAN 1)

2)

I Gusti Agung Istri Deviantari , Ikma Citra Ranteallo , Gede Kamajaya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana 1 2 Email: [email protected] , [email protected]

3)

Abstract The aquaculture industry of mangrove forests is using for economic welfare. Mangrove ecosystems, especially in Taman Wisata Hutan Raya Ngurai Rai, Denpasar Selatan, are rapidly declining by illegal logging and wastes. This research identified the roles of photographers as environmental social movement in protecting deforestation. Based on a qualitative exploratory research, the ecological theory of the city by Robert E. Park, and Roland Barthes’ semiotic analysis, I observed and interview 19 informants. The results of this study argued that the photographers mobilization efforts to address youth engangement in environmental campaigns by shared photographs of deforestation of mangroves in social media. They also asked nongovernment organizations and local government for joining and involving in these campaigns. Keywords: photographer, mangrove, forest, environmental social movement, social media

1. PENDAHULUAN

konversi menjadi lahan tambak dan penebangan liar. Fotografer adalah orang yang membuat gambar dengan sinar melalui film atau permukaan yang dipekakan. Salah satu aktivitas fotografer untuk mengatasi kerusakan lingkungan melalui “photo hunting” di hutan bakau. Aktivitas yang dilakukan ini selain untuk mengajak para fotografer dan masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan, juga memiliki kesadaran melestarikan hutan dan menjaganya. Gerakan sosial lingkungan dilakukan oleh fotografer sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan masyarakat. Partisipasi terutamanya masyarakat yang peduli terhadap lingkungan lebih bisa mengapresiasikan diri dengan adanya lombalomba yang dilaksanakan oleh komunitas fotografi, dalam hal ini bukan saja lomba yang dilaksanakan melainkan workshop. Teori ekologi kota oleh Robert E. Park dan semitoka menurut Roland Barthes digunakan untuk menganalisis penelitian ini. Fenomena yang terjadi tentang kerusakan hutan dan isu-isu yang dilatarbelakangi adanya revitalisasi hutan yang sedang terjadi. Manusia seharusnya bisa membayangkan bagaimana pentingnya hutan bagi kelangsungan hidup bagi dirinya sendiri dan orang lain.

Hutan bakau sebagai isu lingkungan lingkungan global. Hutan ini merupakan salah satu ekosistem lautan dan pesisir yang sangat potensial bagi kesejahteraan masyarakat dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. Daun bakau dapat dimanfaatkan untuk bahan dasar sabun cuci tangan. Hutan bakau juga dimanfaatkan sebagai tambak udang dan tambak kepiting yang menjadi penghasilan masyarakat. Selain itu, hutan ini juga dimanfaatkan sebagai wahana pendidikan dan penelitian. Namun demikian, wilayah pesisir di Indonesia sudah terlihat adanya degradasi dari hutan bakau akibat penebangan hutan bakau yang melampaui batas kelestariannya. Salah satunya adalah hutan bakau di Denpasar Selatan. Menurut Dahuri (dalam Darmadi dan Ardhana, 2010: 22), permasalahan utama yang terjadi saat ini adalah banyaknya hutan bakau yang mengalami kerusakan atau telah hilang karena aktivitas manusia seperti konservasi lahan bakau, penebangan liar, pembangunan di kawasan pesisir dan polusi yang berasal dari darat. Kecenderungan penurunan tersebut mengindikasikan bahwa terjadi degradasi hutan bakau yang cukup nyata, yaitu sekitar 200 ribu hektar per tahun. Hal tersebut disebabkan oleh kegiatan

1

2. KAJIAN PUSTAKA

Menurut Norochim (2006), fotografi dalam aplikasi poster dapat mengkomunikasikan patologi sosial di Surakarta. Kultur masyarakat yang sudah semakin terbuka (open society), membentuk banyak pola baru dalam perilaku sosial. Pergeseran antara pola-pola perilaku sosial tersebut dapat memicu disintegrasi sosial. Persamaan penelitian saya dan Norochim adalah fotografi dapat merepresentasikan masalah-masalah sosial. Salah satunya adalah hutan bakau.

Hasil penelitian yang berjudul fotografi sebagai media promosi pariwisata kabupaten Ponorogo provinsi Jawa Tengah diteliti oleh Putranti (2010). Penelitian ini menjelaskan bagaimana promosi yang efektif dan efisen sangat diperlukan supaya pariwisata Kabupaten Ponorogo dikenal luas bahkan lebih oleh para wisatawan. Menurut Putranti, media fotografi sangat tepat sebagai sarana untuk mempromosikan daerah objek wisata karena fotografi terlihat lebih sederhana, modern, nyata serta mudah dipahami dan menarik indera penglihatan manusia. Penelitian Putranti membahas tentang bagaimana fotografi sebagai alat bantu masyarakat untuk mengetahui tempat wisata Taman Hutan Raya (Tahura). Fotografi dapat mengedukasi masyarakat mengetahui mengenai pentingnya taman wisata sebagai tempat rekreasi dan sebagai tempat pembelajaran bagi anak-anak. Foto-foto berlatarbelakang hutan bakau dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam melestarikan hutan bakau. Penelitian tentang fotografi sebagai penunjang poster kampanye pelestarian hutan di Kabupaten Sragen diteliti oleh Angraheni (2008). Penggunaan teknik fotografi sebagai ilustrasi terhadap obyek, juga bertujuan untuk penyebaran informasi secara umum. pembandingan secara umum adalah bentuk kampanye-kampanye sejenis yang mengangkat tema yang sama tentang masalah sosial lingkungan, dengan tujuan sepenuhnya sebagai penyadaran masyarakat sekitar area kampanye. Saya mengelaborasi bagaimana fotografi sebagai penyebar informasi, sehingga masyarakat dapat menerima pesan atau informasi dari foto yang dihasilkan oleh fotografer dalam aksi gerakan sosial lingkungan. Menurut Abdullah (2014), unsur-unsur retorika foto dan efektivitas foto berfungsi dalam kampanye online. Foto dapat menjadi media komunikasi untuk menyampaikan pesan lingkungan, dan meningkatkan kesadaran lingkungan, serta mempengaruhi perilaku manusia. Pada penelitian Abdullah, fotografi sebagai media kampanye dalam penyampaian pesan pada lingkungan. Foto sebagai alat komunikasi yang dapat berkontribusi untuk menemukan solusi untuk beberapa dunia yang saat ini terdesak dalam masalah lingkungan.

3. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif eksploratoris, yang mengeksplorasi realita yang sedang terjadi di lapangan. Saya melakukan penelitian selama tiga bulan (Maret-Mei 2015) di Jalan By Pass Ngurah Rai, Denpasar Selatan yakni di kawasan Badan Pengelolaan Hutan Mangrove wilayah I Denpasar (BPHM). Para informan dalam penelitian ini meliputi fotografer, aktivis lingkungan dan masyarakat umum. Dalam memperoleh data digunakan metode observasi dan wawancara. Observasi dilakukan di area hutan mangrove kegiatan yang melibatkan semua komunitas fotografi dalam pelestarian hutan dan kegitan lain didalamnya. Wawancara yang dilakukan sangat diperhatikan, khususnya penentuan tempat dan waktu wawancara. Pada saat wawancara mengunakan wawancara mendalam dengan melakukan wawancara secara mendalam maka informasi yang didapatkan akan lebih akurat Hal ini bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi informan untuk memberikan informasi yang diketahui. Penelitian ini menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman (1992) dalam proses menganalisis data. Model interaktif dilakukan dalam beberapa tahap diantaranya adalah mereduksi data, menyajikan data dan penarikan kesimpulan. Akan tetapi, karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka proses mengalisis data tidak selesai sampai tahap penarikan kesimpulan saja. Apabila data yang dimiliki masih kurang dan perlu untuk terjun ke lapangan kembali, maka data yang diperoleh akan masuk pada tahap awal lagi, sehingga proses analisis data menjadi suatu kesatuan. Pencarian data berhenti pada saat data yang diperoleh sudah cukup dan jenuh.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 2

Denpasar menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan, industri dan pusat pariwisata. Wilayah Denpasar terdiri dari atas empat kecamatan, yaitu kecamatan Denpasar Barat. Denpasar Timur, Denpasar Utara, dan Denpasar Selatan. Pada tahun 2008 jumlah populasi kota Denpasar adalah 642.358 jiwa. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk disebabkan oleh faktor migrasi yang sangat dominan yakni dengan alasan pokok mencari pekerjaan (Tata Ruang Kota Denpasar, 2008). Berdasarkan Undang Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, disebutkan bahwa “Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan untuk koleksi tumbuhan, satwa alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi (Badan Pengelolaan Hutan Bakau Wil 1, 2012). Luas Taman Hutan Raya Ngurah Rai adalah 1.373,50 ha, dan terletak pada perlintasan kabupaten. 639 ha dari Taman Hutan Raya terletak di Kabupaten Badung, sedangkan 734,50 ha terletak di wilayah Kota Denpasar (Badan Pengelolaan Hutan Bakau Wil 1, 2012). Hutan bakau adalah hutan yang berada di atas rawa-rawa dengan air payau yang terletak pada garis pantai. Hutan ini tumbuh pada tempat-tempat dimana terjadinya pelumpuran dan penumpukan bahan organik. Khususnya pada daerah teluk yang terlindungi dari gempuran ombak, maupun disekitaran muara sungai yang memiliki air melambat dan mengendapkan lupur yang dibawa dari hulu. Hutan bakau di Bali berada di Tahura Ngurah Rai, tepatnya di wilayah Denpasar Selatan dan perbatasan Kabupaten Badung. Dalam perkembanganya kelompok hutan ini berubah statusnya menjadi “Taman Wisata Alam Prapat Benoa-suwung” (TWA-BPS). Perubahan status tersebut berdasarkan pada keputusan menteri Kehutanan RI No.885/Kpts-11/1992 tanggal 8 September 1992. Agar kawasan tersebut dapat dikembangkan untuk kepentingan lingkungan dan pariwisata, maka Gubernur Bali pada saat itu, mengajukan permohonan kepada Menteri Kehutanan RI untuk merubah status dari “Taman Wisata Alam” menjadi “Taman Hutan Raya”. Atas dasar permohonan tersebut maka Keputusan Menteri Kehutanan No. 107/Kpts-II/2003, mengamatkan

penyelenggaraan tugas Hutan Raya Ngurah Rai dilaksanakan oleh Gubernur Bali. Pembangunan di suatu kawasan dengan segala aktivitasnya akan menyebabkan perkembangan wilayah yang dapat menimbulkan berbagai masalah ataupun dampak. Selain menyebabkan pertumbuhan perekonomian yang mengakibatkan terciptanya lapangan pekerjaan baru. Perkembangan wilayah dapat menimbulkan penurunan kualitas lingkungan. Perubahan yang terjadi di daerah pesisir tidak hanya disebabkan oleh alam tetapi kondisi yang terjadi dipengaruhi oleh aktivitas manusia disekitarnya. Satu hal yang lebih menghawatirkan adalah adanya kegiatan pembangunan yang terjadi di daerah pesisir yang belum sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Wilayah pesisir merupakan wilayah pintu utama bagi berbagai aktivitas pembangunan manusia, dari berbagai dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas yang dilakukan. Wilayah pesisir merupakan wilayah yang pertama kali dan paling banyak menerima tekanan disbanding wilayah lainya. Tekanan ini bermunculan dari aktifitas pembangunan seperti pembangunan pemukiman, pariwisata dan aktifitas perdagangan karena wilayah pesisir paling rentan terhadap perubahan baik secara alami ataupun fisik sehingga terjadi penurunan kualitas lingkungan, salah satunya adalah ekosistem bakau.

SEKTOR PARIWISATA

Menurut Rencana Pemanfaatan dan Pengelolaan Kawasan menyanangkan struktur rencana kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencangkup sumberdaya alam dan sumber daya buatan demi pembangunan berkelanjutan. Sesuai dengan fungsinya sasaran penentuan kawasan lindung adalah untuk meningkatkan fungsi lindung perlindungan terhadap tanah, air, iklim, serta mempertahankan keaneka-ragaman flora, fauna, tipe ekosistem dan keunikan alam. Kawasan ini terdiri dari kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam dan cagar budaya dan kawasan rawan bencana. Pariwisata saat ini banyak mengorbankan lingkungan akibat banyaknya pembangunan-pembangunan di wilayah Bali Selatan yang merusak pantai dan hutan bakau. Mereka para pemegang sektor pariwisata beralasan bahwa mereka hanya 3

merusak sebagian kecil dari pantai-pantai di Bali dan hutan bakau untuk mendapatkan ijin pembangunan. Pembangunan berkelanjutan ini sebagaimana dinyatakan oleh komisi sedunia untuk lingkunga dan pembangunan, komisi yang diketuai oleh mantan Perdana Menteri Norwegia, Gro Bruntland, ini tahun 1987 menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan tidak hanya mendasarkan pada kelestarian fisik, tetapi harus pula terdapat pemerataan hasil dan biaya pembangunan yang adil antarnegara maju dengan negara sedang berkembang serta kesenjangan antara kelompok masyarakat yang kaya dengan kelompok masyarakat yang miskin oleh setiap negara harus dikurangi (Soemarwoto, 2001: 162).

maka produksi laut dan pantai akan berkurang secara perlahan. Memperjuangkan lingkungan dan menaklukan lingkungan merupakan tindakan yang dapat dilakukan oleh manusia, namun masih ada tindakan lagi yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan lingkungan, yakni merancang keberlanjutan lingkungan. Hal ini tidak sama dengan watak eksploitatif, tipe tindakan ini lebih arif melihat lingkungan. Lingkungan dipandang sebagai makhluk yang sejajar dengan dunia, sehingga harus dihormati. Pemahaman kearifan lingkungan ini sudah terlembaga sejak beriburibu tahun lalu atau bersamaan dengan sejarah keberadaan manusia. Hanya saja pesan-pesan yang disampaikan masih dengan bahasa masyarakat tradisional. Merancang keberlanjutan lingkungan bisa dikatakan buah kesabaran dari perenungan para penghuni bumi tentang nasib mereka dan nasib generasi setelah mereka. Tampaknya, dari hati nurani manusia muncul semacam pertobatan atas perbuatanperbuatan eksploitasi lingkungan masa lalu yang mengesampingkan hak-hak sosial dan hak-hak asasi lingkungan. Pada titik kesadaran inilah muncul beberapa kalangan yang memiliki semacam komitmen untuk keberlanjutan lingkungan. Keberlanjutan dalam pembangunan yang saat ini menjadi sangat tidak tertahankan dikarenakan izin dari pemerintah yang memberikan izin untuk pembangunan.

SEKTOR EKONOMI

Dalam konteks ekologi, sulit bagi agen pembanguanan untuk menyatakan bahwa pembangunan harus mengedepankan kemanfaatan ekologis yang lebih bersifat jangka panjang. Kenyataan yang terjadi justru pembangunan harus mengorbankan segala sumber daya yang ada demi mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Persoalan lingkungan tidak bisa dilepaskan dari persoalan sistematik dan ekonomi yang seharusnya perlu dibongkar dan kemudian dirumuskan bentuk penyelamatan lingkungan secara terintegralistik. Upaya perbaikan lingkungan harus diawali dari keinginan bersama yang masuk dalam suatu sistem secara terintegrasi dan secara komprehensif. Potensi dari perekonomian bakau diperoleh dari tiga sumber utama yaitu hasil hutan, perikanan, dan pantai (perairan dangkal), serta wisata alam. Selain itu bakau juga memiliki peran penting dalam melindungi daerah pantai dan memelihara habitat untuk sejumlah jenis satwa. Jenis habitat yang terancam punah dan jenis langka yang kesemuanya sangat berperan dalam memelihara keanekaragaman hayati wilayah bakau. Bakau sangat penting dalam pengelolaan sumber daya alam pesisir, fungsi bakau yang terpenting bagi daerah pantai adalah menjadi penghubung antara daratan dan lautan. Tumbuhan, hewan, benda-benda lainya, dan nutrisi tumbuhan ditransfer kea rah daratan atau kearah laut melalui bakau. Bakau berperan sebagai filter untuk mengurangi efek yang merugikan dari perubahan lingkungan utama dan sebagai sumber makanan bagi biota laut dan biota darat, jika bakau tidak ada

SEJARAH FOTOGRAFI DI INDONESIA

Sejarah perkembangan dunia fotografi memang tidak terlepas dari sejarah yang teramat panjang dimulai dari masa sebelum masehi hingga kemasa sekarang ini. Kini fotografi telah menjadi suatu bidang yang amat popoler dan dapat dipahami serta dipraktekkan dengan mudah oleh setiap orang. Pada tahun 1888 atau awal abad-20, seorang berkebangsaan Amerika Serikat bernama George Eastiman, yang memperkenalkan kamera yang dijual dengan harga terjangkau dan bernama “Kodak” kamera Kodak yang pertama ini sudah terisi dengan sebuah rollfilm hitam putih yang mampu untuk merekam 100 foto saja. Pengembangan pun terus dilakukan, film yang lebih modern dan bisa digunakan terdiri dari tiga hingga 20 lapisan, dan merupakan campuran dari berbagai bahan kimia. (Soelarko,1990:30). Unsur yang terdapat pada film itu menentukan sensitifitas, kontras, resolusi dan efek lain pada foto yang dibuat. Fotografi 4

digital merupakan salah satu inovasi tertarik dalam dunia fotografi. Kehadirannya telah mengubah paradigma masyarakat yang menganggap bahwa fotografi adalah suatu bidang yang mahal dan sulit untuk dikuasai. Namun saat ini fotografi digital benar-benar dapat memberikan kemudahan bagi setiap orang untuk membuat sebuah foto yang bagus. Dengan perkembangan teknologi yang pesat dan beragam fitur untuk membuat foto yang baik. Fotografi yang bertujuan untuk mengadvokasi dan bersifat partisipatoris merupakan sebuah bentuk reportase visual. Memiliki karakteristik yang berbeda namun, satu sisi juga memiliki satu esensi yang sama, yaitu melaporkan suatu kejadian atau fenomena yang terjadi. Seperti yang dinyatakan oleh Santoso yang membagi spesialisai fotografer kedalam beberapa bagain yakni:

Awalnya, fotografi dokumenter lebih banyak didominasi oleh foto jurnalis yang melakukan proses pemotretan, kini pun telah berkembang suatu bentuk dokumenter partisipatoris yang memungkinkan subyek yang telah dipotret juga dapat berperan sebagai fotografer. Pendekatan dokumenter partisitoris bertujuan agar subyek atau komunitas – yang menjadi pihak yang selalu dipotret – juga dapat menjadi orang yang memotret kehidupan sendiri dengan menggunakan sudut pandang sendiri. Melalui fotografi ini, maka terkumpullah suatu sudut pandang lokal yang terlihat dalam karya fotografi, dan lewat hasil karyanya, masyarkat pun dapat mengelola informasi menjadi sesuatu yang dapat membatu dalam pengutan komunitas.

PERAN FOTOGRAFER AKTOR SOSIAL

SEBAGAI

Fotografi merupakan media yang melukiskan dunia nyata secara detail, namun jauh dari pada, dunia fotografi juga mampu mengungkapkan makna tertentu dari sebuah objek yang direkam. Suatu foto mungkin tidak memiliki nilai apa-apa bagi seseorang ketika sekilas melihat fotonya. Namun ketika seseorang memandangi beberapa waktu kemudian, secara tidak langsung kenangan itu akan muncul kembali. Disinilah salah satu makna dari fotografi, yaitu “membekukan” sesuatu yang berharga dalam hidup. Menurut Barthes (dalam Sunardi, 2002: 182) foto sebagai dokumen dan naturalisasi dalam surat kabar atau iklan keberadaan foto ini diungkapkan lewat teks. Surat kabar berfungsi memberitakan informasi, sedangkan fungsi teks sebagai dokumenter. Dalam konteks ini, foto membuktikan atau memberikan bukti pada apa yang tertulis. Foto memiliki kekuatan menaturalisasikan apa yang dikatakan lewat teks pada waktu yang sama, teks dalam hal ini berarti seperti parasit yang tidak memiliki sumber hidupnya sendiri, jadi maknanya diambil dari sumber lain. Kehadiran foto dalam teks berita tidak hanya sebagai pelengkap namun juga sebagai model atau obyek yang memiliki pesan atau karakternya tersendiri dengan melengkapi informasi yang berkembang sesuai sifat photographic image, jika melihat bahwa teks dalam berita tidak memiliki kekuatan apa-apa tanpa adanya foto. Ada ciri gambaran fotografis yang menjadi model tentang pemahaman orang-orang. Fotografi sangat erat kaitanya dengan seni. Seseorang yang terampil menggunakan

1. Fotografi murni Fotografer di bidang ini mencoba mengkomunikasikan diri dan pengalaman kepada orang lain. Karena sifatnya pengalaman pribadi, seringkali foto-foto tidak lepas dari subyektivitas pemotretnya; 2. Fotografi Jurnalistik Fotografi jurnalistik berarti membuat berita dengan menggunakan foto sebagai media informasi. Dengan menggabungkan dua media komunikasi visual dan verbal sehingga menimbulkan efek ketiga bagi yang melihatnya; 3. Fotografi Komersial, pekerjaan sebagai fotografer komersial biasanya meliputi foto produk (iklan), foto arsitektur, foto fashion, foto udara, foto pernikahan; 4. Fotografi Pernikahan (wedding Photography), merupakan bagian dari fotografi komersial yang berfungsi sebagai saranan pendokumentasian upacara pernikahan. Fotografi pernikahan merupakan “tambang emas” bagi seorang fotografer yang tidak ada habis-habisnya; dan 5. Fotografi Fashion, foto fashion tidak lagi berbentuk foto produk tetapi berkembang menjadi aliran yang mengutamakan artistik tinggi yang mewakili rancangan mode. Perkembangan spesialisasi dalam fotografi foto dokumenter semakin terbuka terhadap metode-metode yang memungkinkan genre reportase fotografi. 5

kamera tidak akan berhasil menciptakan foto yag baik jika tidak dibarengi dengan selera seni yang baik. Hasil foto akan menjadi biasa saja dan hanya sekedar dokumentasi belaka. Sebuah foto menjadi berarti ketika pesan dalam gambar yang ingin disampaikan oleh fotografer dapat dimengerti oleh penikmat foto. Sebuah gambar maupun foto memang dapat dinikmati semua kalangan namun tidak semua kalangan dapat menemukan apa arti dari sebuah gambaran atau foto yang mereka lihat, dari pengalaman yang penulis lakukan pada saat ada sebuah foto apabila melihat hanya sekedar saja tidak mendapatkan seni dan pesan dari foto tersebut. Jadi sebuah foto juga sebagai bentuk representasi. Keterkaitan sebuah gambar dengan ideologi yang memiliki keterkaitan dengan pandangan ideologi visual sebagai pengetahuan yang berasal dari realitas sejarah yang berasal dari bagaimana kemunculan sebuah gambar yang menjadi estetika yang menyangkal keberadaan setiap independen, aspek estetika yang mengklain bahwa adanya kesenangan para penonton pada saat melihat gambar dan ideologi visual gambar (chaplin, 1994:64). Efek adalah kesenangan yang dirasakan oleh pengamat ketika mengetahui dirinya dalam ideologi visual gambar yang mengandung nilai-nilai berbeda. Visual gambar yang dihasilkan oleh fotografer ini dapat dirasakan oleh masyarakat sebagai penonton dalam visual gambar melalui hasil foto yang di hasilkan dari membidik salah satu tempatyakni hutan bakau. Hasil foto yang diperoleh ini juga memiliki nilai pesan yang terkandung dalam refresentasi dari setiap foto yang mana pesan yang disampaikan ini dapat member informasi kepada masyarakat.

Gambar 1 merupakan foto yang merepresentasikan kerusakan hutan bakau terjadi, yakni akibat sampah-sampah yang tersangkut diakar-akar pohon bakau. Hal terpenting dalam fotografi adalah objek foto yang merupakan bagian terpenting dalam menciptakan foto yang baik. Seorang fotografer dituntut untuk membuat “hidup” objek yang sebenarnya adalah benda “mati”. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan oleh fotografer untuk dapat meluangkan ide dan waktunya adalah lomba foto. Lomba ini adalah cara untuk mengekspresikan karya-karya fotografer terkait kerusakan hutan mangrove. Selain hadiah yang ditawarkan, lomba ini juda dapat mempromosikan fotografer itu sendiri. Lomba fotografi tidak hanya untuk fotografer profesional, fotografer amatiran sekalipun dapat memperoleh pengalaman dalam lomba foto. Lomba foto menjadi kesempatan emas bagi fotografer untuk lebih mengenalkan karya-karyanya, baik ditingat regional, nasional atau bahkan internasional. Sebelum hal ini melangkah lebih jauh lagi sebagai seorang fotografer dapat melihat gerakan lingkungan baiknya harus ditinjau dari masalah lingkungan. Masalah lingkungan seringkali tidak menjadi prioritas yang sering disebut menjadi agenda yang pada akhirnya larut dan tenggelam dalam tema-tema kampanye yang luas dan abstrak ini. Sementara itu gerakan lingkungan yang memiliki paham yang menempatkan lingkungan hidup sebagai suatu pola atau arah gerakan yang dilakukan para aktivis bukan hanya sekedar sebagai isu belaka melainkan ini menjadi suatu keharusan yang wajib dilaksanakan untuk kedepanya. Cara ini dapat mengapresiasi gerakan yang juga dilakukan oleh fotografer melalui foto, sehingga foto yang dihasilkan ini di pamerkan di salah satu acara yang bertemakan lingkungan atau alam yang dapat disaksiskan oleh masyarakat luas. Seiring berkembangnya zaman spesialisasi dalam fotografi juga memiliki perkembangan yang sangat pesat melalui foto dokumenter selanjutnya semakin terbuka terhadap metode-metode yang memungkinkan genre reportase fotografi. Awalnya, fotografi dokumenter lebih banyak didominasi oleh foto jurnalis yang melakukan proses pemotretan, kini pun telah berkembang suatu bentuk dokumenter partisipatoris yang memungkinkan subyek yang telah dipotret juga dapat berperan sebagai fotografer. Lewat pendekatan

Gambar 1. Kondisi hutan mangrove di Denpasar Selatan. Dok.: @EHDenpasar (Twitter)

6

dokumenter partisitoris, subyek atau komunitas yang menjadi pihak yang selalu dipotret, juga dapat menjadi orang yang memotret kehidupan sendiri dengan menggunakan sudut pandang sendiri pula. Melalui fotografi ini, maka terkumpullah suatu sudut pandang lokal yang terlihat dalam karya fotografi, dan lewat hasil karyanya, masyarkat pun dapat mengelola informasi menjadi sesuatu yang dapat membatu dalam pengutan komunitas. Jadi dalam gerakan sosial lingkungan biasanya fotografer yang memberikan sebuah informasi dan berita kepada masyarakat luas adalah salah satu spesialisasi fotografi jurnalistik dan fotografi dokumenter yang juga hampir sama memiliki tugas dalam menciptakan sebuah berita dan mengabadikan sebuah moment yang penting dalam suatu kejadian. Adapula spesialisasi dalam fotografer yang memiliki kesamaan dengan fotografi jurnalistik yakni fotografi dokumenter para fotografer ini melihat dari sudut pandang bagaiaman cara menyampaikan aspirasi orang yang menjadi subyek liputan lebih advokatif dan partisipatif agar para pembaca dapat mengetahui kondisi dunia yang selama ini kerap dilupakan oleh semua kalangan, dan pada akhirnya kemunculan empati dan gerakan perubahan menjadi tujuan akhir dari seluruh proses reportase fotografi. Fotografer sebagai aktor sosial dalam kehidupan masyarakat banyaknya faktor yang terjadi saat ini seperti pencemaran, konservasi lahan hutan, penebangan liar, dan pemukiman. Penyebab lahan bakau di Bali semakin berkurang dari tahun ke tahun yang diakibatkan adanya sebuah perdebatan yang menjadi isu saat ini adalah revitalisasi yang berbasis reklamasi ini yang menjadi isu di media massa maupun dikalangan masyarakat, hal ini menjadi tanggung jawab pemerintah, namun juga semua elemen masyarakat terutama komunitas fotogafer yang ada di Bali untuk bersama-sama menciptakan suatu ide untuk melakukan gerakan kampanye pelestarian hutan bakau. Sehingga peran fotografi sebagai media pengikat dalam sebuah karya merupakan faktor utama, selain sebagai unsur penyampaian pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat melalui gambar dan foto yang dihasilkan oleh para fotografer juga sebagai gerakan sosial mengkampanyekan pelestarian lingkungan yang merupakan faktor yang seharusnya dilakukan masyarakat

dalam menjaga dan melestarikan hutan bakau. Fotografer dalam hal ini mereka melakukan gerakan sosial tidak hanya dengan komunitas fotografi saja, Namun memiliki kerjasama dengan pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) sehingga gerakan sosial yang dilakukan dapat berjalan dan memiliki fungsi besar bagi kehidupan manusia melalui media komunikasi untuk memberikan kondisi yang memungkinkan penolakan atau penerimaan komunikasi. Kegitan pelestarian ini dilakukan oleh masyarakat dan kalangan anak muda untuk memberikan rasa simpati kepada semua lapisan masyarakat, yang tidak hanya melihat ini sebagai ajang pamer saja melainkan ini menjadi motivasi untuk anak muda sekarang lebih peduli terhadap lingkunganya. Dengan adanya event seperti ini kalangan muda dapat bergerak bukan hanya untuk melangsungkan hobby namun dapat bergerak dalam kegiatan sosial. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan setiap minggunya seperti pada gambar dibawah ini, dengan mengajak masyarakat dalam pembersihan area tanam. Berdasarkan analisa semiotika Roland Barthes mengenai pesan konotatif, foto adalah ibarat kata kerja yang tidak mempunyai kata dasar sedangkan teks adalah artikulasi yang mempunyai kata dasar. Keberadaan foto ini membuat foto menjadi sistem yang kompleks, yaitu sistem yang terdiri dari dua sistem atau lebih dengan substansi yang berbeda. Karena gambar tidak mempunyai kata dasar. Fungsi teks dalam foto membatasi dan mempercepat pesan. teks tidak dapat dan tidak pernah keluar dari makna denotatif. Teks merupakan pemaknaan bersifat parasit terhadap foto. Posisi berita foto untuk membuktikan fungsi dokumenter bagi teks (khususnya artikel), dalama iklan sebagai bahasa persuasive, teks dikembangkan untuk memiliki kekuatan retorik sebesar mungkin. Teks tidak hanya sekedar menjadi metabahasa yang menjelaska bekerjanya foto di sampingnya. Hal yang sama dikatakan oleh Barthes dalam menunjukan bahwa masyarakat ini merupakan sesuatu taken for granted yang dapat diamati secara positivistik. Masyarakat teks adalah masyarakat yang hanya dilihat dan dirasakan oleh mereka yang memiliki aimer teks. Jadi kenikmatan menjadi anggota masyarakat ini justru karena sifat masyarakat( seperti halnya teks) yang selalu dalam proses 7

pembentukan yang tidak akan pernah selesai. Cara pandang ini berbeda dengan cara pandang para borjous dan liberal yang sudah menempatkan setiap anggota dalam posisi mereka masing-masing. Terjadinya sistem dan struktur sosial yang ada serta mekanismenya, dengan cara memeriksa kekuatan unsur sosial untuk menjadi landasan point de caption dan struktur yang belum pernah dipikirkan sebelumnya. Ini merupakan cara pandang yang mengajak orang untuk melakukan subversi dalam berbagai bentuk dan tingkatnya.

industri pariwisata yang terus berkembang tetapi tidak memperhatikan kemampuan daya dukung dan daya tamping lingkungan yang tersisa. Praktek pariwisata yang beralih dari pariwisata budaya ke pariwisata massal mendegradasi banyak hal di Bali termasuk sosial budaya dan juga lingkungan hidup. Mulai dari ancaman krisis air, alih fungsi lahan dan faktor ancaman lainya. Begitu banyak krisis yang muncul ke permukaan semakin menunjukan bahwa ternyata industry pariwisata dengan parameter sektor akomodasi sebagai indikator kemajuan. Hal ini lah yang menyebabkan terjadinya sebuah gerakan-gerakan yang dilakukan oleh masyarakat maupun LSM dalam upaya menciptakan suatu kenyaman untuk kita dan lingkungan. Pertama adanya suatu aktivitas yang dilakukan oleh para fotografer melainkan dari komunitas yang dimiliki yang mana komunitas adalah sebuah kelompok sosial yang umumnya memiliki ketertarikan di bidang fotografi. Hampir semua kota di Indonesia memiliki komunitas fotografi. Komunitas fotografi tersebut bisa terbentuk di kampus, di sekolah bahkan kerana sering bertemu di suatu tempat saat memotret. Komunitas fotografi pada dasarnya merupakan suatu wadah pendidikan informal di bidang fotografi yang dapat diikuti oleh siapa saja yang berminat di bidang teknis fotografi. Peran komunitas bagi karier fotografer sangat besar. Perkumpulan ini menjadi tempat untuk saling berbagi informasi, ilmu, dan pastinya memperluas jaringan. Biasanya berbagai kegiatan dilakukan oleh komunitas fotografi yang ada untuk mengaplikasikan kemampuan dalam bidang fotografi seperti melakukan hunting lokasi pemotretan bersama, memotret model bersama-sama, atau mengadakan lomba foto. Aktivitas yang dilakukan oleh para fotogarfer ini melalui lomba foto yang diselenggarakan oleh beberapa instansi dan bekerjasama dengan pihak sponsor ini didukung baik oleh para komunitas fotografer dan antusias dari peserta juga memberi dorongan untuk terselenggaranya kegiatan lomba-lomba yang diadakan. Penyelamatan lingkungan yang terorganisasi yang terdiri dari kelompok yang bergerak melalui organisasi-organisasi yang khusus didirikan untuk mengartikulasikan isuisu lingkungan. Beberapa LSM lingkungan bisa bersama-sama menyuarakan isu ramah lingkungan eco-labelling pada pelaku industri. Sebagai isyarat produk perdagangan bebas,

GERAKAN SOSIAL LINGKUNGAN YANG DILAKUKAN FOTOGRAFER

Suatu gerakan yang dilakukan oleh manusia melalui suatu interaksi sosial sesama masyarakat, dilihat dari fungsi-fungsi sosial manusia lahir dari kebutuhan akan fungsi tersebut oleh orang lain, dengan demikian produktivitas fungsional dikendalikan oleh berbagai macam kebutuhan manusia. Setiap manusia memiliki kebutuhan masing-masing secara individual maupun kelompok, untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut, maka perlu adanya perilaku selaras yang diadaptasi oleh masingmasing manusia. Kelompok dan kebutuhan sosial satu dan lainya. Sosiologi berpendapat bahwa tindakan awal dalam penyelarasan fungsi-fungsi sosial dan berbagai kebutuhan manusia diawali dengan melakukan interaksi sosial dan tindakan komunikasi dengan yang lainnya. Aktivitas interaksi sosial dan tindakan komunikasi dilakukan secara verbal, nonverbal maupun simbolis. Kebutuhan adanya sebuah sinergi fungsional dan akselerasi positif dalam melakukan pemenuhan kebutuhan manusia satu dengan manusia lainnya ini kemudian melahirkan kebutuhan tentang adanya norma-norma dan nilai sosial yang mampu mengatur tindakan manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhannya, sehingga tercipta keseimbangan sosial (sosial equilibrium) antara hak dan kewajiban dalam pemenuhan kebutuhan manusia, terutama juga kondisi keseimbangan itu akan menciptakan tatanan sosial dalam proses kehidupan masyarakat saat ini dan di waktu yang akan datang. Salah satu gerakan sosial yang ini dilakukan atas dasar kesadaran sendiri, contoh seperti saat ini Bali terkenal dengan 8

produk industri tersebut haruslah ramah lingkungan, dari hal tersebut sebagai masyarakat dapat mengkampanyekan aksi gerakan lingkungan.

Menurut Barthes yang menyatakan stadium dapat membantu kita dalam menentukan kode dalam fotografi, dalam camera lucida menyebutkan beberapa alasan yang membuat kita tertarik pada suatu foto (Sunardi, 2002: 191). Karena pada hakikatnya lewat prosedur tersebut seorang fotografer dapat menentukan berbagai unsur tanda, hubungan yang menjadi pertimbangan utama ketika orang membaca bahasa gambar tersebut. Saverin dan Tankard, (2005), dalam Bungin, (2011) yang menyatakan tentang teori komunikasi, menjelaskan tentang komunikasi dunia maya, dimana yang dimaksud dunia maya adalah cybercommunity dalam bagian ini dijelaskan juga beberapa tentang komunikasi dunia maya yakni konsep dasar komunikasi digital seperti dunia maya cyberspace, virtual reality, (VR) komunikasi maya (virtual communities) chat rooms, multi-user domain (MUD), interaktivitas, hypertext, multimedia, ruang dan wilayah komunikasi dunia maya ini seperti menentukan agenda, manfaat dan gratifikasi, pembaharuan inovasi, kesenjangan ilmu pengetahuan, kredibilatas media dan gagasan McLuhan tentang media baru (new media) dan riset baru pada komunikasi cyber, yaitu mediamorfosis, riset tentang hypertext, riset multimedia, riset desain antarmuka (komunikasi dua arah), riset eros digital atau cinta online, riset tentang kecaduan internet, serta riset tentang pemakaian internet. Foto dalam budaya media yang lahir dan berkembang lewat media massa atau teknologi informasi baru (new technology of information) atau media baru (new media). Melihat fungsi unik dari foto sebagai salah satu bentuk representasi, fungsi yang tidak dimiliki oleh bentuk-bentuk lain seperti tulisan dan film “sekalipun mengambil dasarnya dari sebuah foto”. Sebagai that-has-been-noem foto berbeda dengan noeme film (that-has-passed) yang menghadirkan realitas seperti biasa. Foto dan fungsinya bagi kita untuk mengembangkan self. Pengembangan self ini dilakukan melalui proses mengamati foto sebagai penemuan makna (semiotik). Proses ini meliputi suatu kegiatan membaca sebuah foto dan proses tawar menawar antara kita melihat foto dan foto yang sedang dilihat. Hal ini sama dengan bagaimana para fotografer melakukan gerakan sosial secara tidak langsung melalui foto misalnya dengan cara mengungah foto yang mereka hasilkan ke media sosial seperti twitter, instagram dan

KEGIATAN LOMBA FOTOGRAFI DI KAWASAN HUTAN BAKAU

Salah satu kegiatan lingkungan yang dilaksanakan di daerah kawasan hutan bakau yang mana dalam kegiatan ini diikuti oleh para peserta lomba dari kalangan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Denpasr, dalam lomba kali ini yang bertemakan tentang “Lomba Fotografi Bertajuk Bakau Lestari Dalam Rangka Penyebaran Informasi” yang dilaksanakan pada bulan Desember 2014 kemarin. berlangsungnya lomba ini untuk memberi pembelajaran kepada siswa betapa pentingnya lingkungan bakau bagi kelangsungan masyarakat dan biota laut yang berada diwilayah hutan. Disini para peserta juga dibekali beberapa ilmu tentang lingkungan, tumbuhan dan hewan yang berada di dalam kawasan hutan bakau itu sendiri. Dengan diadakanya kegiatan seperti ini generasi muda mengetahui manfaat dari hutan bakau sehingga sebagai generasi muda mereka dapat menyebar luaskan kepada masyarakat bahwa pentingnya hutan bagi kehidupan kita disaat adanya pemanasa global seperti saat ini. Lomba seperti ini dapat memotivasi anak muda untuk terus meningkatkan kompetensi diri yang ada dengan cara diadakannya lomba foto seperti ini para fotografer pemula maupun fotografer yang sudah mahir dapat bertukar pikiran untuk menemukan kreasi yang lebih baik lagi, selain itu juga dapat memperlihatkan ini sebagai salah satu dorongan atau motivasi kepada lapisan masyarakat untuk ikut secara tidak langsung dalam selalu menjaga maupun melestarikan hutan bakau saat ini yang sudah semakin sedikit keberadaanya. Hasil dari foto yang pernah hasilkan dari acara tersebut kita publikasikan ke masyarakat melalui media sosial, karena foto-foto yang diambil itu adalah sebuah hasil yang dapat memberikan sebuah gambaran kepada masyarakat tentang bagaimana lingkungan hutan bakau saat ini dan para fotografer ini sendiri juga dapat menjadi agen untuk penyebaran informasi, selain penyebaran informasi dari hasil foto ini juga dapat ditimbulkan sebuah makna dalam gambaran yang artinya tanpa ada yang member tau arti dari sebuah foto setiap orang dapat membaca foto tersebut dengan cara melihat hasil dari foto tersebut. 9

sosial media lainya. Ini merupakan suatu aksi kampanye yang dilakukan oleh para fotografer dalam melakukan aksi sebagai aktor lingkungan. Foto dibuat supaya pembaca ketagihan dengan foto-foto serupa, supaya pembaca histeris untuk memenuhi kebutuhan foto yang serupa dan yang pernah dilihatnya. Histeris, karena yang melihat foto itu akan ada dalam suasana tidak yakin bisa memenuhinya. Prinsip ini lah yang melandasi setiap fotografer dalam menciptakan hasil karya yang diperlihatkan dan juga dapat menjadi bisnis media. Kehadiran foto ini menjadikan persoalan dalam spectrum konflik atau perbedaan kepentingan antara satori fotografis atau politik fotografis dan hiburan fotografis, antara kepentingan untuk berpartisipasi dalam ruang publik, kedudukan foto untuk artikulasi privat dan kedudukan foto dalam menciptakan ruang publik. Gerakan sosial adanya aktor sebagai promotor gerakan di balik aksi gerakan sosial lingungan melalui penyebaran foto yang dilakukan pada saat seorang fotografer memperoleh foto yang diinginkan dan fotofoto tersebut dapat di publikasikan kedalam sosial media. Gerakan ini juga memanfaatkan aplikasi media sosial lainya seperti instagram, twitter dan media sosial lainya. Pada saat tahun 2011 penggna internet lebih banya menggunakan Facebook untuk mempublikasikan hasil fotonya di Facebook, seiring berkembangnya zaman dengan menggunakan handphone yang berbasis android dan juga didukung oleh aplikasi yang bernama instagram. Saat ini masyarakat yang memiliki akun ini akan disuguhkan foto-foto seseorang yang mereka kenal maupun tidak kenal, dengan instagram ini mereka para fotografer dapat menuangkan ide kreatifnya untuk diperlihatkan kepada masyarakat luas. Cerita yang ada dibalik sebuah foto ini adalah suatu hal yang dapat membuat foto tersebut menjadi menarik dengan cara ini dapat menarik masyarakat dalam mengajak dan berinteraksi dengan para fotografer sebagai orang yang berada di belakang layar yang mana hanya menunjukan hasil karyanya dalam isu-isu tentang bagaimana pelestarian hutan ini dilaksanakan. Persoalan dalam fotografi sebagai alat bantu komunikasi yang dilakukan oleh fotografer ini dilihat bagaiman orang-orang yang peduli lingkungan hutan bakau menggunakan foto dan sosial media dalam memperlihatkan aksi gerakan yang dilakukan,

misalnya sosial media yang digunakan ini seperti @EventBakau, dan @BeritaBakau hotline yang digunakan oleh akun twitter ini telah membuktikan bagaimana gerakan yang dilakukan oleh voluntir lingkungan untuk menjaga hutan bakau yang seperti saat memiliki ketersedian yang sangat terbatas akibat adanya alih fungsi lahan. Ada juga akun twitter dalam gerakan lingkungan yang dilakukan di Indonesia yakni @GrenPeaceID dan @MongabayID.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan seperti dibawah ini Gerakan lingkungan dilakukan di daerah Denpasar selatan tepatnya berada di daerah hutan bakau atau Tahura dengan hasil melihat bagaimana fotografer dalam aksi gerakan sosial pelestarian hutan yang marak di galang oleh para komunitas aktivis lingkungan hidup seperti WALHI, dan komunitas gerakan pelestarian lingkungan. Maraknya revitalisasi hutan yang terjadi dikarenakan para pemilik modal usaha yang ingin membangun hotel dan tempat pariwisata di daerah revitalisasi. Membuat masyarakat di sekitar menjadi kehilangan mata pencaharian dan ditambah lagi dengan hutan bakau yang sudah menjadi hutan sampah banyaknya sampah yang tertimbun karena aliran dari hulu membuat ekositem biota laut semakin punah dan fasilitas yang ada tidak memadai seperti jalan yang terbuat dari kayu sudah lapuk dan berlubang sehingga membahayakan pengunjung wisata. Peran fotografi sebagai media komunikasi bagi masyarakat sangatlah penting dalam pembentukan karakter anakanak muda saat ini seperti memberikan wadah untuk berkreativitas dengan cara mengadakan lomba-lomba foto yang bertemakan pelestarian hutan bakau atau tentang pelestarian hutan yang juga bekerjasama dengan lembaga sosial masyarakat yang juga peduli terhadap lingkungan. Fotografer sebagai aktor sosial dalam media komunikasi yang dilakukan melalui foto-foto yang dihasilkan ini dapat menjadi ajakan untuk masyarakat umum untuk lebih peduli terhadap lingkungan terutama terjadap hutan bakau yang semakin menghawatirkan. Lingkungan yang tercipta dari sebuah gambar dapat dilihat dari bagaimana cara masyarakat membaca sebuah bahasa foto 10

yang dapat menjadi bermakna, selanjutnya juga memperhatikan ciri-ciri sistem semiotika dalam gambar dan melihat simulacrum dari foto.Kerusakan lingkungan juga terdiri dari beberapa faktor dan tidak terlepas dari fenomena yang terjadi saat ini, beban dari permasalahn lingkungan dipikul oleh masyarakat yang lemah secara sosioekonomi, kemiskinan yang menimbulkan degradasi lingkungan, upaya perlindungan lingkungan dapat berakibat negative pada sektor tertentu, tetapi pada sektor lain bisa bersifat menguntungkan, dan tidak seluruh anggota masyarakat memiliki akses yang sama dalam mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berdampak pada lingkungan.

Arobaya,

A dan A. Wanma. (2006). “Menelusuri Sisa Areal Hutan Bakau di Manokwari. Warta Konservasi Lahan Basah”. Burhan Bungin. (2011). “Sosiologi Komunikasi”.”Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”. Jakarta, Prenada Media. Daryanto dan Suprihatin. (2013). “Pengantar Pendidikan Lingkungan Hidup” Yogyakarta: Gava Media. K.Dwi Sosilo Rahmat. (2008). ”Sosiologi Lingkungan”. Jakarta, Rajawali Pers. Miles Mathew. (1993). “Analisis Data Kualitatif”. Jakarta, Universitas INA Press. Santoso, Budhi. (2010) “Bekerja Sebagai Fotografer”. Jakarta, Erlangga Group. Soelarko. R.M. (1990). “Komposisi Fotografi edisi 3”. Jakarta, Balai Pustaka. Soemarwoto, Otto. (2001). “ Ekologi Lingkungan Hidup”. Jakarta, Djembatan. Sunardi, ST. (2002). “ Semiotika Negativa”. Yogyakarta, Kanal, Tukangan DNII

6. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka penulis memberikan saran sebagai berikut. Saran untuk pemerintah agar lebih memperhatikan fasilitas umum yang ada seperti di kawasan hutan bakau, dan juga ikut andil dalam menjaga dan melestarikan hutan untuk keberlangsungan generasi penerus. Saran untuk fotografer lebih meningkatkan lagi kreativitasnya dan memiliki visi dan misi yang sama untuk lebih mematangkan diri dalam berkarya, fotografer juga harus memiliki wadah dan sasaran yang tepat agar hasil karya dapat diterima dan diberi pengakuan oleh masyarakat. untuk sekarang komunitas fotografer yang terkait lingkungan masih sedikit ini dapat menjadi acuan bagi para fotografer untuk terus berkarya dan juga peduli terhadap lingkungan. Saran untuk masyarakat agar ikut berpartisipasi dalam menjaga dan melestarikan hutan dengan hal terkecil yakni jangan membuang sampah sembarang atau membuang ke sungai yang dapat berakibat terjadinya penumpukan sampah di beberapa tempat seperti hutan bakau yang kita miliki. Bagi para pengunjung juga jangan membuang sampah kedalam rawa-rawa karena di dalam taman hutan sudah disediakan tempat sampah. Jadi mari kita bersama-sama menjaga dan melestarikan lingkungan kita dari sekarang untuk anak cucu nanti.

E-book Chaplin, Elizabeth. 1994. Sociology and Visual Representation. Routledge: USA and Canada. Park, Robert E and Burgess, Ernest W. 1984. The City: Suggestion for investigation of human behavior in the urban environment, London: University of Chicago press Jurnal

Abdullah. Nasirah, Husain. Kalthom. et al. 2014. Malaysian Envivenmental NGOs on the world wide web : communicating campaigns through the power of photographs. Pocedia social and

7. DAFTAR PUSTAKA

11

behavioral sciences, University Tecnikal Melaka Angraheni, Puspita. 2008. Fotografi sebagai penunjang poster kampanye plestarian hutan di Kabupaten Sragen. Jurnal desain komunikasi visual, Fakultas sastra dan seni rupa, Universitas Sebelas Maret. Cox, Robert. 2008. Reporting Demonstration: The changing media politics of dissent. Media cultur and society, 30(6) 853. Darmadi, A.A.K. dan IPG. Ardhana. 2010. Komposisi Jenis-jenis Tumbuhan Bakau di Kawasan Hutan Perapat Benoa Desa Pomogan, Kecamatan Denpasar, Kodya Denpasar, Provinsi Bali. Jurnal Ilmu Dasar. Universitas Jember, Jember Vol 11. No.2 Norochim, Asfan. 2006. Fotografi dalam poster sebagai media komunikasi tentang masalah pathologi sosial di Surakarta. Jurnal desain komunikasi, Fakultas seni rupa, Universitas Sebelas Maret. Putranti, Chersma. 2010. Fotografi sebagai media promosi pariwisata Kabupaten Ponorogo Provinsi Jawa Timur, jurnal desain komunikasi visual, Fakultas sastra dan seni rupa, Universitas Sebelas Maret.

12