PERBEDAAN STATUS GIZI BAYI UMUR 0-6 BULAN ANTARA BAYI YANG MENDAPATKAN ASI DENGAN BAYI YANG MENDAPATKAN SUSU FORMULA DI KELURAHAN DUKUH SIDOMUKTI KOTAMADYA SALATIGA
JURNAL PUBLIKASI ARTIKEL ILMIAH
AGUSTINA KRISTIANI PURWANIATI J 310 111 004
PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
ASI DAN
ABSTRACT DIFFERENCES IN THE NUTRITIONAL STATUS OF INFANTS AGED 0 – 6 MONTHS AMONG INFANTS WHO RECEIVED BREAST MILK TO INFANTS WHO RECEIVED BREAST FEEDING AND FORMULA MILK IN DUKUH DISTRICT, SIDOMUKTI SUBDISTRICT, SALATIGA Agustina Kristiani Purwaniati, J310111004 Nutrition Studi Program Faculty Of Health Science Muhammadiyah University Of Surakarta Introduction : Exclusive breast-feeding is a process of breast feeding in infants during the first 6 months without additional mixed with liquid and solid food. Monitoring nutritional status in 2012 in Dukuh district , data obtained that 1,4% infants have over nutritional status, 93,6% good nutritional status, 4,48% under nutritional status, and 0,56% severe malnutrition. Coverage of exclusive breast feeding in infants aged 0-6 months in Dukuh district decreased by 2% in 2012. Objective: Dertermine the difference of nutritional status in infants aged 0-6 months among infants who received breast feeding and infants who received breast feeding and formula milk in Dukuh district, Sidomukti subdistrict, Salatiga. Research Method : The type of research is an analytic survey with cross sectional approach. Population consisted of 2 (two) groups the population of infants aged 0-6 months who received breast feeding of pre–lactate and infants population aged 0-6 months who received breast plus formula milk. Statistical analysis was using Independent sample t Test. Results : Nutritional status of infants aged 0-6 months who received breast feeding was 83,87% good nutritional status, 12,90% was undre nutrition, 3,23% was over nutrition, with an average value of Z-score SD –0,9361 while the nutritional status of infants aged 0-6 months who received breast feeding plus milk formula 100% is good nutritional status with an average value of Z-score SD – 0,7228. The available data indicated that the average value of Z-score in the two groups of infants is almost the same, so the two groups of infants mostly had good nutritional status (p=0,351 > 0,05) Conclusion : There was no difference in the nutritional status of infants aged 0- 6 months who received breast feeding to infants who received breast feeding plus formula milk in Dukuh district, Sidomukti subdistrict, Salatiga. Keyword
.
: Breast – feeding status and milk formula, nutritional status
menunjukkan
A. Pendahuluan
pemberian
ASI
Air Susu Ibu
eksklusif pada bayi selama 6 bulan
merupakan makanan yang terbaik
di Jawa Tengah hanya 15,3%. Perlu
untuk
diketahui bahwa penyedia layanan
Sejak dahulu bayi,
mengandung
karena zat
banyak
gizi
yang
kesehatan
sudah
menyediakan
diperlukan oleh bayi dan sangat
pojok ASI, Klinik ASI atau layanan
penting bagi pertumbuhan. ASI lebih
sejenisnya
yang
bertujuan
unggul daripada susu formula dan
mendukung
kebijakan
pemberian
susu sapi.
ASI eksklusif, tetapi data yang ada
Pemberian ASI eksklusif adalah
menunjukkan bahwa pemberian ASI
saja
eksklusif menurun dan pemberian
kepada bayi selama 6 bulan tanpa
susu formula meningkat. Ternyata
dicampur dengan tambahan cairan
beberapa kondisi yang dialami oleh
lain seperti susu formula, madu, air
para ibu, seperti ASI tidak mau
putih dan tanpa tambahan makanan
keluar, ASI keluar tapi hanya sedikit,
padat seperti pisang, pepaya, bubur
kebiasaan para ibu yang bekerja dan
susu
alasan
proses
memberikan
dan
biskuit
ASI
(Kristiyansari,
berat
badan
bayi
lebih
2009). Proses tersebut bisa juga
gemuk, yang menyebabkan ibu-ibu
diawali dengan pemberian minuman
dengan mudah beralih dari ASI
buatan kepada bayi selama ASI
kepada susu formula (Prasetyono,
belum keluar yang lebih dikenal
2009). Berat badan bayi menurut umur
dengan ASI pra-laktal. ASI pra-laktal yang diberikan
merupakan salah satu
indikator
kepada bayi tidak menguntungkan
status gizi yang dapat dijadikan
karena ASI pra-laktal menggantikan
variabel
kolostrum sebagai asupan bayi yang
Penilaian status gizi dapat di ketahui
paling awal, sehingga bayi lebih
melalui
mudah terkena infeksi diare serta
langsung
lebih
(Supariasa,dkk, 2001).
mengembangkan intoleransi
terhadap
protein
dalam
susu
dua
penelitian
cara
dan
yaitu
tidak
ilmiah. secara
langsung.
Hasil survey pendahuluan yang peneliti lakukan terhadap 25 orang
formula. Berdasarkan Kesehatan
dalam
Dasar
data tahun
Riset
ibu di Kelurahan Dukuh didapatkan
2010
hasil hanya satu orang ibu yang
memberikan ASI eksklusif. Ibu-ibu
usia 0-6 bulan di wilayah Kelurahan
tersebut
Dukuh
sudah
minuman
ataupun
tambahan sebelum
memberikan
lainnya bayi
makanan kepada
berusia
bayi
6
bulan
mengalami
penurunan
sebanyak 2% dari 35% pada tahun 2011 dan menjadi 33% pada tahun 2012. Berdasarkan
dengan alasan bayi rewel. Rata-rata
hasil
usia awal pemberian makanan atau
pendahuluan
minuman tambahan pada bayi di
pemberian makanan dan minuman
wilayah penelitian ini adalah saat
tambahan
bayi berusia 1 bulan. Minuman atau
mengadakan
makanan yang biasa diberikan yaitu
masalah
susu formula, air putih, pisang,
Kelurahan Dukuh. Berdasarkan latar
bubur bayi dan biskuit.
belakang dan identifikasi masalah
Berdasarkan data sebenarnya
ibu-ibu
mengetahui makanan
yang bayi
bahwa tambahan
ada
sudah
pemberian yang
tepat
dalam
tentang
survey
peneliti
tertarik
penelitian
yang
ada
untuk
wilayah
ini
rumusan
awal
terhadap
di
penelitian
dirumuskan
usia
dapat masalah
Apakah ada perbedaan status gizi bayi
umur
0-6
bulan
yang
adalah saat bayi berusia 6 bulan,
mendapatkan ASI dengan bayi yang
akan
mendapatkan ASI dan susu formula
tetapi
ibu-ibu
bayi
tetap
memberikan susu formula pada bayi
di Kelurahan Dukuh? ”
bulan,
Penelitian ini bertujuan untuk
karena bayi yang diberikan susu
mengetahui perbedaan status gizi
formula berat badannya lebih tinggi
bayi umur 0-6 bulan antara bayi
jika dibandingkan dengan bayi yang
yang mendapatkan ASI dengan bayi
diberikan ASI saja sehingga ibu-ibu
yang mendapatkan ASI dan susu
cenderung memberikan ASI dan
formula
susu formula pada bayi. Cakupan
Sidomukti
sebelum
bayi
berusia
6
pemberian ASI eksklusif pada bayi
di
Kelurahan Kotamadya
Dukuh Salatiga.
B. Metode Penelitian
kali saja dan pengukuran variabel
1. Jenis Penelitian
responden
Jenis
penelitian
ini
adalah
dilakukan
pemeriksaan
pada
tersebut,
saat
kemudian
survey analitik dengan pendekatan
peneliti tidak melakukan tindak lanjut
cross
(Riyanto, 2011).
sectional
pengukuran
yaitu
dalam
variabel-variabelnya
2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di
dilakukan hanya sekali dan pada waktu dalam
yang
bersamaan,
penelitian
ini
artinya setiap
14 Posyandu dari 20 Posyandu yang berada
di
Kelurahan
Dukuh
responden hanya diobservasi satu
Kecamatan Sidomukti Kotamadya
kali saja dan pengukuran variabel
Salatiga.
pengukuran
3.
variabel-variabelnya
Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan
dilakukan hanya sekali dan pada waktu dalam
yang
bersamaan,
penelitian
ini
artinya setiap
mulai pembuatan proposal pada bulan
April
2012
sampai
bulan
responden hanya diobservasi satu
Desember 2012. Pengambilan data
kali saja dan pengukuran variabel
dilakukan pada bulan Januari 2013
pengukuran
dan
variabel-variabelnya
Februari
2013,
sedangkan
dilakukan hanya sekali dan pada
analisis data dilakukan pada bulan
waktu
artinya
Maret 2013.
setiap
4. Populasi
responden hanya diobservasi satu
Populasi
dalam
yang
bersamaan,
penelitian
ini
pada
penelitian
ini
kali saja dan pengukuran variabel
terdiri atas 2 kelompok populasi
pengukuran
variabel-variabelnya
yaitu populasi bayi umur 0-6 bulan
dilakukan hanya sekali dan pada
yang mendapatkan ASI Pra-Laktal
waktu
artinya
dan populasi bayi umur 0-6 bulan
setiap
yang mendapatkan ASI dan susu
responden hanya diobservasi satu
formula yang terdaftar di seluruh
kali saja dan pengukuran variabel
Posyandu
pengukuran
Kecamatan Sidomukti Kotamadya
dalam
yang
bersamaan,
penelitian
ini
variabel-variabelnya
Kelurahan
Dukuh
dilakukan hanya sekali dan pada
Salatiga yang berjumlah 73 bayi.
waktu
artinya
5. Sampel
setiap
Seluruh
dalam
yang
bersamaan,
penelitian
ini
responden hanya diobservasi satu
unit
populasi
yang
mendapatkan ASI Pra-Laktal atau
mendapatkan ASI ditambah susu
ditambah susu formula sebanyak 32
formula
bayi.
yang
memenuhi
kriteria
inklusi dijadikan sampel dan sebagai respondennya adalah semua ibu
7. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
sampel. Jumlah bayi yang tidak
Data
memenuhi kriteria inklusi sebanyak
langsung
10 bayi, diantaranya 3 bayi sudah
wawancara
mendapatkan
kuesioner.
sebagai
makanan
makanan
padat
pendamping
Data
primer
diperoleh
secara
ibu
melalui
dari
bayi
menggunakan
sekunder
diperoleh
dari
sebelum mencapai usia 6 bulan, 3
sumber lain yang sudah ada, seperti
bayi tidak disusui oleh ibunya tetapi
data
hanya diberi susu formula saja, 3
penelitian, data jumlah Posyandu
bayi
serta data jumlah bayi umur 0-6
mutasi
ke
Kelurahan Dukuh
luar
daerah
dan 1 bayi lahir
dengan berat badan rendah. Jumlah sebanyak
sedangkan
jumlah
31
sampel
desa
wilayah
bulan. 8. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan
sampel bayi yang mendapatkan ASI Pra-Laktal
monografi
data
bayi,
dilakukan pada bulan Januari 2013
yang
dan bulan Februari 2013 dengan
mendapatkan ASI dan susu formula
dibantu
sebanyak
Puskesmas Kalicacing Kotamadya
32
bayi.
Jadi
jumlah
oleh
petugas
sampel seluruhnya yang digunakan
Salatiga
dalam penelitian ini sebanyak 63
mengumpulkan data jumlah bayi
bayi.
umur 0-6 bulan yang terdaftar pada
6. Teknik Pengambilan Sampel
20 Posyandu di Kelurahan Dukuh
Pada penelitian ini pemilihan sampel
dilakukan
secara
total
dengan
gizi cara
yang berjumlah 73 bayi. Informasi data jumlah bayi umur 0-6 bulan
populasi yaitu semua populasi yang
diperoleh
memenuhi kriteria inklusi dijadikan
apabila pada Posyandu tersebut
sebagai sampel.
jumlah
ternyata ada bayi yang berumur 0-6
sampel pada penelitian ini adalah
bulan maka pada saat pelaksanaan
semua bayi umur 0-6 bulan yang
Posyandu
mendapat ASI Pra-Laktal sebanyak
melakukan pengambilan data. Bayi
31 bayi dan semua bayi umur 0-6
yang berumur 0-6 bulan yang datang
bulan
ke Posyandu ditimbang sendiri oleh
yang
Adapun
mendapatkan
ASI
dari
kader
peneliti
Posyandu,
datang
untuk
peneliti dengan menggunakan alat timbangan
bayi
yang
C. Hasil
Penelitian
dan
Pembahasan
telah
Subjek dalam penelitian ini terdiri
disediakan. 10. Analisis Data
dari 63 bayi. Berdasarkan data jenis
a. Analisis Univariat
kelamin, bayi berjenis kelamin lakidengan
laki memiliki persentase terbesar
mendiskripsikan
masing-masing
yaitu 55,56%. Bayi pada kelompok
variabel
bentuk
umur
Analisis
ini
dilakukan
dalam
distribusi
frekuensi
tabel
dan
nilai
4-6
persentase
bulan paling
mempunyai tinggi
yaitu
persentasenya.
57,14% dan sebagian besar ibu-ibu
b. Analisis Bivariat
memberikan ASI kepada bayinya
Analisis
ini
mengetahui
dilakukan
untuk
perbedaan
dari
setiap kali bayi rewel atau menangis yaitu
69,8%.
sebesar
Sebanyak
variabel terikat (Status Gizi Bayi
37,5% bayi diberikan susu formula
umur 0-6 bulan) terhadap variabel
dengan frekuensi 2-3 kali sehari,
bebas (Status pemberian ASI dan
karena susu formula yang diberikan
susu
bukan
formula).
Analitik
sebagai
makanan
pokok
menggunakan SPSS versi 17,0
tetapi sebagai pelengkap makanan
dengan uji statistik
bayi, sedangkan bayi yang diberikan
sebagai
berikut :
susu formula dengan frekuensi 10-
Uji normalitas data status gizi menggunakan Smirnov.
uji
Kolmogorov
Hasil uji Kolmogorov
12 kali sehari hanya sebesar 18,7%. Jumlah
pemberian
susu formula
setiap kali pemberian 30-60 cc pada
Smirnov menunjukkan data status
kelompok
umur
gizi
mempunyai
persentase
berdistribusi
(p=0,992),
normal
bulan tertinggi
untuk
yaitu sebesar 92,86% Status gizi
mengetahui perbedaan status gizi
bayi umur 0-6 bulan yang diberikan
antara bayi yang mendapatkan
ASI sebanyak 3,23% mempunyai
ASI
yang
status gizi lebih, 83,87% mempunyai
susu
status
dengan
mendapatkan formula
maka
0-3
bayi ASI
dan
menggunakan
Independent Sample t Test.
gizi
baik
dan
12,90%
berstatus gizi kurang sedangkan status gizi bayi umur 0-6 bulan yang diberikan ASI ditambah susu formula 100% mempunyai status gizi baik.
di
pada bayi umur 0-6 bulan yang
hampir
mendapatkan ASI dengan bayi umur
keseluruhan bayi yaitu sebanyak 58
0-6 bulan yang mendapatkan ASI
bayi
ASI
dan susu formula dari data yang
ASI
berdistribusi
Hal
ini
menunjukkan
wilayah
penelitian
baik
maupun
yang yang
bahwa ini
diberikan diberikan
normal
maka
ditambah susu formula mempunyai
menggunakan Independent Sample t
status gizi baik.
Test. perbedaan
Dari hasil uji statistik tidak ada
status gizi pada bayi umur 0-6 bulan
perbedaan status gizi pada bayi
antara bayi yang mendapatkan ASI
umur 0-6 bulan antara bayi yang
dengan bayi yang mendapatkan ASI
mendapatkan ASI dengan bayi yang
ditambah susu formula dapat dilihat
mendapatkan ASI ditambah susu
pada rata-rata nilai Z-score masing-
formula
masing status pemberian ASI dan
Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga
status pemberian ASI ditambah susu
( p = 0,351).
Data
mengenai
di
Kelurahan
Dukuh
formula. Nilai rata-rata Z-score pada
Tidak ada perbedaan status gizi
bayi umur 0-6 bulan yang diberikan
pada bayi umur 0-6 bulan antara
ASI adalah –0,9361 SD sedangkan
bayi yang mendapatkan ASI dengan
nilai rata-rata Z-score pada bayi
bayi
umur 0-6 bulan yang diberikan ASI
ditambah susu formula, menurut
ditambah susu formula adalah –
Muttathi’in
0,7228 SD. Ternyata data yang ada
pemberian ASI maupun pemberian
menunjukkan bahwa rata-rata nilai
susu
Z-score
yang
secara signifikan terhadap status gizi
sama
bayi, karena status gizi pada bayi
dengan rata-rata nilai Z-score pada
dipengaruhi oleh beberapa faktor
bayi
baik faktor secara langsung dan
pada
mendapatkan
yang
ASI
bayi hampir
mendapatkan
ASI
yang
(2011)
formula
tidak
ditambah susu formula.
mendapatkan
tidak
langsung.
ASI
ternyata
berpengaruh
Bayi
yang
Pada uji kenormalan, nilai Z-
mendapatkan ASI dengan bayi yang
score pada status gizi diperoleh nilai
mendapatkan ASI ditambah susu
p = 0,992 lebih besar dari 0,05
formula
(0,992 > 0,05) sehingga
mempunyai status gizi baik.
data
sebanyak
92,06%
Untuk
Gizi kurang dan gizi lebih pada
mengetahui perbedaan status gizi
anak bayi disebabkan oleh beberapa
berdistribusi
normal.
faktor yang diklasifikasikan sebagai
Tidak ada perbedaan status gizi
penyebab langsung, penyebab tidak
ini menunjukkan bahwa sebenarnya
langsung, pokok masalah dan akar
pada bayi umur 0-6 bulan tidak perlu
masalah. Status Gizi kurang dan
diberikan makanan dan minuman
status gizi lebih secara langsung
tambahan
disebabkan oleh konsumsi makanan
tetapi cukup diberikan ASI saja,
(ASI dan susu formula) serta ada
karena ASI cukup mengandung zat
tidaknya penyakit infeksi pada bayi
gizi
(Jonshon, 1992).
pertumbuhan
Tidak adanya perbedaan status
seperti
yang
susu
formula,
digunakan dan
untuk
perkembangan
pada bayi usia 0-6 bulan. Pada
gizi pada bayi yang mendapatkan
keadaan khusus seperti
ASI dengan bayi yang mendapatkan
peningkatan berat badan bayi yang
ASI ditambah susu formula, dapat
kurang dari standar dan adanya
dilihat pada bayi umur 0-6 bulan
tanda-tanda
yang diberikan ASI saja mempunyai
bahwa pemberian ASI eksklusif tidak
status gizi baik sebanyak 83,7%,
berjalan baik dibenarkan untuk mulai
tetapi ada juga bayi umur 0-6 bulan
memberi susu formula dan makanan
yang
padat pada bayi sebelum mencapai
diberikan
ASI
saja
yang
mempunyai status gizi kurang yaitu sebanyak 12,90%. Pada bayi umur
yang
adanya
menunjukkan
usia 6 bulan (Roesli, 2001). Besarnya
persentase
bayi
ASI
dengan status gizi baik (92,06%)
100%
dan tidak adanya perbedaan status
mempunyai status gizi baik karena
gizi antara bayi yang diberikan ASI
frekuensi dan jumlah
dengan bayi yang diberikan ASI
0-6
bulan
ditambah
yang susu
diberikan formula
pemberian
susu formula pada bayi rata-rata
ditambah
sudah
beberapa faktor yang mendukung
sesuai
dengan
kelompok
susu
formula
semua
umur bayi yaitu 2-3 kali sehari
diantaranya
dengan pemberian 30-60 cc setiap
disusui oleh ibunya, walaupun tidak
kali pemberian untuk kelompok umur
semua bayi bisa menyusu secara
0-3 bulan. Kondisi seperti ini karena
eksklusif sampai 6 bulan selain itu
bayi masih mendapatkan ASI yang
semua bayi memiliki berat badan
baik, sehingga kebutuhan nutrisi dari
lahir normal hal ini berarti bayi sudah
ASI masih dapat terpenuhi.
memiliki
status gizi
kehidupannya.
bayi
ada
masih
baik diawal Berdasarkan
wawancara
dengan
responden
sehari, sedangkan persentase yang
gagalnya pemberian ASI eksklusif
paling
pada awal kelahirannya disebabkan
pemberian susu formula 10-12 kali
oleh pemberian ASI pra-laktal pada
sehari yaitu hanya 18,8%.
saat
di
sehingga
rumah bayi
sakit yang
bersalin, baru
lahir
sedikit
adalah
5. Jumlah pemberian
frekuensi
susu formula
pada bayi yang mendapatkan ASI
langsung diberi susu formula karena
ditambah
susu
formula
pada
ASI belum keluar.
kelompok umur 0-3 bulan paling banyak adalah 30-60 cc setiap kali pemberian yaitu sebesar 92,86%.
D. Simpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan
6. Tidak ada perbedaan status gizi
analisis data pada penelitian ini
pada bayi umur 0-6 bulan antara
maka dapat disimpulkan sebagai
bayi yang mendapatkan ASI dengan
berikut :
bayi yang mendapatkan ASI dan
1. Bayi
umur
0-6
bulan
yang
susu formula (p=0,351).
mendapatkan ASI mempunyai status gizi baik sebanyak 83,87%, status
E. Saran
gizi kurang sebanyak 12,90% dan
Berdasarkan hasil penelitian yang
status gizi lebih hanya 3,23%.
telah dilakukan, maka peneliti dapat
2. Bayi
umur
0-6
bulan
yang
mendapatkan ASI dan susu formula 100% mempunyai status gizi baik. 3. Sebanyak kepada menangis
bayi
1. Penelitian
selanjutnya diharapkan
untuk mengembangkan penelitian ini
ibu
bayi
dengan mempertimbangkan jumlah
memberikan
ASI
volume ASI yang dikonsumsi oleh
bayi
bayi serta meneliti faktor-faktor yang
69,8%
menyatakan
memberikan saran sebagai berikut :
setiap
atau
kali
rewel,
11,1%
memberikan ASI tiap 2 jam sekali dan frekuensi pemberian lebih dari
mempengaruhi
pemberian
susu
formula pada bayi. 2. Penelitian
selanjutnya diharapkan
12 kali sehari serta 3-6 kali sehari
mengukur faktor perancu yang dapat
mempunyai persentase yang sama
mempengaruhi status gizi pada bayi
yaitu sebesar 9,5%.
umur 0-6 bulan antara lain pola
4. Sebanyak
37,5%
ibu
bayi
makan dan asupan makan ibu bayi
memberikan susu formula kepada
dalam
sehari
yang
bayi dengan frekuensi 2-3 kali dalam
mempengaruhi produksi ASI.
dapat
DAFTAR PUSTAKA Aisyah, D. 2009. Perbedaan Status Gizi Pada Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif dan ASI Non Eksklusif di Puskesmas Pandanaran Semarang. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Negeri Semarang. Semarang. Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Baliwati,Y.F., Khomsan, A., Dwiriani. 2004. Pengantar Pangan Gizi. Penenbar Swadaya. Jakarta. Hediger M. L., Overpeck M.D., Ruan W.J, Troendle J.F. 2000. Early Feeding and Growth Status of US-Born Infant and Children Age 4-7 Month. Am J Clinic Nutrition. Jonshon. 1992. Pemberian Makanan untuk Bayi, Dasar fisiologis. Pernisia. Jakarta. Khasanah, N. 2011. ASI atau Susu Formula Ya ?. Flash Books. Yogyakarta. Kristiyansari, W. 2009. ASI, Menyusui dan Sadari. Nuha Medika. Yogyakarta. Latifah, S. 2006. Perbedaan Pertambahan Berat Badan Pada Bayi Umur 4-6 Bulan Yang Diberi ASI Eksklusif dan Non Eksklusif di Wilayah Puskesmas Mangunsari Salatiga. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang.
Moehji, S. 1988. Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Bathara Karya Aksara. Jakarta. Muchtadi, D. 1995. Gizi untuk Bayi. Sinar Harapan. Jakarta. Muttathi’in, K. 2011. Perbedaan Pertambahan Berat Badan Bayi Usia 4-6 Bulan Yang Diberi ASI Eksklusif dan Susu Formula di Wilayah Kerja Puskesmas Kartosura dan Gatak Kabupaten Sukoharjo.Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Nadesul, H. 1995. Makanan Sehat untuk Bayi dan Balita. Puspa Swara. Jakarta.Prasetyono, D. 2009. Buku Pintar Asi Eksklusif. Diva Press. Yogyakarta. Rahmawati, E dan Proverawati, A. 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Nuha Medika. Yogyakarta. Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta. Roesli, U. 2001. Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Sajogyo. 1998. Menuju Gizi Baik yang Merata di Pedesaan dan di Kota. UGM. Yogyakarta Suhardjo. 1992. Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak. Penerbit Kanisius. Jakarta.
Suhardjo. 2002. Perencanaan Pangan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta. Supariasa, I., Bakri, B., dan Fajar, I. 2001. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta. Suyatno,dkk. 2001. Pengaruh Pemberian Makanan Pendamping ASI ( MP-ASI) Tradisional terhadap Kejadian ISPA, Diare, dan Status Gizi Bayi Pada Usia Empat Kedokteran Masyarakat. Jakarta.
Umniyati dan Helwiyah. 2005. Penerapan ASI eksklusif 6 bulan Versus Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini di Indonesia. Jurnal Kedokteran YARSI. Jakarta. UNICEF. 1993. Pelatihan Konselor Laktasi. Sentra Laktasi Indonesia. Jakarta. Widyastuti, D dan Widyarini, R. 2001. Perkembangan Anak 0-1 Tahun. Puspa Swara. Jakarta.