PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERBEDAAN TINGKAT KECENDERUNGAN PERILAKU ALTRUISME PADA DEWASA AWAL DAN DEWASA MADYA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun oleh: Felinsa Oktora Tanau 129114015
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." Matius 6:33
“Have faith in your dreams and someday your rainbow will come smiling through.” ~Cinderella
“Dalam Kelemahan, Kemuliaan Tuhan dinyatakan” Felinsa Oktora Tanau
~Tunduina Puang~
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Halaman Persembahan Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus, yang tak pernah berhenti Menyertai, Melindungi, memberi kekuatan, dan Menyatakan Kasih Setia Nya melalui Mujizat dan Berkat Nya kepada ku.
Papah dan Mamah, Yang selalu memberikan Cinta, Kasih, Doa, Dukungan, Semangat, Dan telah sabar menantikan hasil dari karya ini.
Mba Adies, Benny, dan Tesa, Terimakasih telah menjadi saudara yang luar biasa penuh kasih sayang Dan dukungan dalam susah maupun senang.
B02, Jarak tak pernah menjadi penghalang bagi kita Untuk saling mendukung. ILY.
Teman-teman Psikologi, Yang telah dan sedang berjuang.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERBEDAAN TINGKAT KECENDERUNGAN PERILAKU ALTRUISME PADA DEWASA AWAL DAN DEWASA MADYA Felinsa Oktora Tanau ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kecenderungan perilaku altruisme pada dewasa awal dan dewasa madya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey. Subjek penelitian ini berjumlah 200 subjek yang terdiri dari 100 subjek dari kelompok dewasa awal dan 100 subjek dewasa madya dengan menggunakan metode pengambilan sampel convenience sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala kecenderungan perilaku altruisme yang dikembangkan oleh peneliti. Skala kecenderungan perilaku altruisme ini memperoleh hasil reliabilitas alpha sebesar 0,925 (α=0,925). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik analisis uji beda Independent Sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan kecenderungan perilaku altruisme, yaitu t(198)= -7,657, (p<0,05) antara kelompok dewasa awal dan dewasa madya. Kelompok dewasa madya memiliki tingkat kecenderungan perilaku altruisme yang lebih tinggi dibandingkan kelompok dewasa awal.
Kata kunci : kecenderungan perilaku altruisme, dewasa awal, dewasa madya
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
THE DIFFERENCES OF ALTRUISM BEHAVIORAL TENDENCY IN YOUNG ADULT AND MIDDLE ADULT Felinsa Oktora Tanau ABSTRACT The purpose of this study was to understand the differences of Altruism behavioral tendency between young adult and middle adult. This study uses survey research type. There were 200 subjects consist of 100 young adult subjects and 100 middle adult subjects. The samples were obtained using convenience sampling method. The data were obtained from altruism scales that developed by researcher. The scale of this altruistic behavior tendency obtain the results of reliability alpha 0.925 (α = 0,925). This study was quantitative difference test with Independent Sample t-test. The result showed that there was significance diference altruism behavioral tendency t(198)= -7,657, (p<0,05) between young adult and middle adult. It meant that middle adult had higher altruism behavioral tendency that the young adult. Keywords: altruism behavioral tendency, young adult, middle adult
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Krisus atas Kasih dan CintaNya telah menyertai hingga penulisan skripsi dengan judul “Perbedaan Tingkat Kecenderungan Perilaku Altruisme Pada Dewasa Awal Dan Dewasa Madya” ini dapat diselesaikan dengan baik. Selama penulisan skripsi ini, penulis merasa banyak mendapat bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. T. Priyo Widianto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma. 2. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si. selaku Kepala Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma. 3. Bapak Hadrianus Wahyudi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang tidak henti-hentinya mendukung dan memberi semangat untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu memberikan dukungan, nasihat, saran, kritik dan menjadi ibu yang penuh kasih mendampingi serta membantu dalam pengerjaan skripsi ini dengan baik. Ibu, ILY. 5. Bapak T.M. Raditya Hernawa M.Psi. yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberikan nasihat, dan semangat untuk peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik dan memberikan banyak ilmu, tidak hanya Ilmu Psikologi saja namun juga mengenai nilai-nilai kehidupan. Terimakasih karna ilmu Psikologi dapat memberikan pelajaran dan makna hidup serta sedikit demi sedikit dapat peneliti terapkan dalam kehidupan sehari-hari. 7. Seluruh karyawan dan staff Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma atas segala bantuan yang diberikan. Terimakasih Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gi (selamat menikmati masa bahagia, Pak) dan student staff. 8. Kapolda Kalimantan Selatan beserta Jajaran yang telah berkenan menerima dan memberikan izin kepada peneliti untuk menyebarkan skala penelitian kepada anggota Polri wilayah Polda Kalimantan Selatan. Karo SDM Polda Kalsel yang telah mendampingi dalam penyebaran data, terkhusus pada anggota divisi Psikologi Polda Kalsel. Direktur Reskrimum Polda Kalsel, Direktur Reskrimsus Polda Kalsel, Direktur polair Polda Kalsel, dan Direktur Resnarkoba Polda Kalsel. 9. Bapak Pendeta Joseph Bates Raku, M.Si. Fil. Yang telah memberikan izin serta dukungan doa bagi peneliti dalam menyebarkan skala penelitian kepada jemaat GPIB Effatha Guntung-Payung. 10. Kedua Orangtua yang ku Cintai, Frans Yullius Tanau dan Endah Mulia Sari, yang tidak pernah berhenti memberi cinta dan kasih, dukungan, doa, dampingan, semangat, nasihat dan memotivasi peneliti dalam mengerjakan skripsi. 11. Meydisa Utami Tanau, M.Psi. Psikolog dan Tesalonika Tanau, yang selalu memberikan dukungan, cinta, doa, coklat, makanan dan menemani dalam susah
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
maupun duka. Adikku Bennychar Saito Tanau yang sedang bertugas demi menjaga, melindungi dan membela Nusa Bangsa di Papua, Tuhan Beserta mu. I Love You So. 12. Seluruh keluarga besar yang begitu besar Tanau dan Soedjiman, Oma, Om, Tante, Sepupu, Ipar, Ponakan, dan Almarhum Eyang Bapak yang tutup usia saat peneliti melakukan pengambilan data. Selamat Jalan Eyang, ini untuk Eyang. 13. B02 (Jessica, Romo Yullius, Indri, Tiffany, dan Agnes) atas kebersamaannya, cinta, sayang, cerewet, semangat, makan-makan, jalan-jalan dan doanya kepada peneliti meskipun satu persatu sudah mulai meninggalkan Jogja yang telah mempersatukan. 14. Agnes Wijaya, S.Psi. dan Yulius Sodah, S.Psi. atas dukungan, dampingan, nasihat dan waktunya sehingga skripsi ini dapat berjalan dan selesai dengan baik. Maafkan atas gangguan tidur yang dialami demi menanggapi berbagai pertanyaan seputar skripsi. Semangat dan sukses S2 nya calon-calon Psikolog. God Speed. 15. Aji, Rifqi, Memel, Dewi, Bang Ganda, Bang Aulia, Mas Anton, Yosua, Erlin, Putri, Dennis, Ade, Leo, Tyas Dia, Yuyu, Laras, Puput, Putra Jadoel, Onyedh, Mega, SASIRUK dan seluruh Staff dan Student Staff Humas Universitas Sanata Dharma atas segala dukungan, bantuan skoring, nasihat,
serta doa sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi dengan baik. 16. Rekan-rekan Psikologi angkatan 2012, yang telah saling mendukung, berbagi suka duka, memberi semangat, petualangan dan berjuang bersama hingga saatnya masingmasing dapat meraih cita dan cinta. Tuhan Menyertai kita. 17. Pihak-pihak lain yang terkait selama proses penulisan dan pelaksanaan penelitian yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu. xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………..……. HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ……..……….. HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. HALAMAN MOTTO ……………………………………………………. HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………. ABSTRAK ………………………………………………………………… ABSTRACT ................................................................................................. HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……… KATA PENGANTAR ……………………………………………………. DAFTAR ISI ……………………………………………………………… DAFTAR TABEL ……………………………………………..………… DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………... DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………….………...
i ii iii iv v vi vii viii ix x xiv xvii xviii xix
BAB I. PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang .............................................................................
1
B. Pertanyaan Penelitian ...................................................................
7
C. Tujuan Penelitian .........................................................................
7
D. Manfaat Penelitian .......................................................................
7
1. Manfaat Teoritis ....................................................................
7
2. Manfaat Praktis .....................................................................
8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................
10
A. ALTRUISME .............................................................................
10
1. Definisi Altruisme ................................................................
10
2. Aspek Altruisme ...................................................................
12
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Aspek Kognitif ……………………………………….
12
b. Aspek Afektif ………………………………………...
12
c. Aspek Tindakan ……………………………………...
13
3. Faktor yang Memengaruhi Altruisme ................................
14
4. Dampak dari Altruisme …………………………………..
16
5. Individu yang Altruis …………………………………….
17
B. DEWASA ................................................................................
19
1. Definisi Dewasa .................................................................
19
2. Dewasa Awal .....................................................................
21
3. Dewasa Madya ..................................................................
24
C. Dinamika Hubungan Altruisme dengan Dewasa Awal dan Dewasa Madya ..................................................................
26
D. Kerangka Pikiran .....................................................................
35
E. Hipotesis ..................................................................................
36
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................
37
A. Jenis Penelitian ........................................................................
37
B. Identifikasi Variabel Penelitian ...............................................
38
C. Definisi Operasional Penelitian …………………...................
38
D. Subjek Penelitian .....................................................................
39
E. Instrumen Pengumpul Data .....................................................
40
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ........................................
42
G. Analisis Data ............................................................................
44
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................
46
A. Pelaksanaan Penelitian .............................................................
46
B. Hasil Penelitian ………………………………………………
48
1. Hasil Uji Coba Skala .........................................................
48
2. Deskripsi Subjek Penelitian ……………………………...
50
3. Tingkat Altruisme Subjek ……………………………….
52
4. Uji Asumsi ……………………………………………….
55
a. Uji Normalitas .............................................................
55
b. Uji Homogenitas ……………………………………..
56
5. Uji Hipotesis ......................................................................
57
C. Pembahasan .............................................................................
59
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................
63
A. Kesimpulan ..............................................................................
63
B. Saran ........................................................................................
64
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
66
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blue Print Skala Altruisme Sebelum Uji Coba ………………………..
42
Tabel 2. Blue Print Skala Altruisme Setelah Uji Coba………………………….
49
Tabel 3. Blue Print Skala Altruisme Setelah Uji Coba (Nomor Baru)………….
49
Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas…………………………………………………...
50
Tabel 5. Deskripsi Usia Subjek Penelitian……………………………………...
51
Tabel 6. Deskripsi Jenis Kelamin, Status Pernikahan, dan Pekerjaan Subjek ….
51
Tabel 7. Tingkat Altruisme Subjek ……………………………………………..
52
Tabel 8. Perbandingan Rerata Teoritis dan Empiris ……………………………
53
Tabel 9. Hasil Uji-t Tingkat Altruisme …………………………………………
54
Tabel 10. Kategorisasi Tingkat Altruisme ……………………………………...
54
Tabel 11. Hasil Uji Normalitas ………………………........................................
56
Tabel 12. Hasil Uji Homogenitas ………………………………………………
57
Tabel 13. Hasil Uji Independent Sample t-test …………………………............
58
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur Hubungan antara Dewasa Awal dan Dewasa Madya dengan Altruisme ……………………………………………………………
xviii
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Blue Print Skala Altruisme ……………………………………...
70
Lampiran 2. Skala Uji Coba …………………………………………………..
75
Lampiran 3. Skala Altruisme …………………………………………………
86
Lampiran 4. Korelasi Item Total Skala Altruisme ……………………………
95
Lampiran 5. Uji Reliabilitas Alpha Cronbach Skala Altruisme ………...........
97
Lampiran 6. Data Deskriptif Subjek Penelitian ……………………………....
98
Lampiran 7. Uji Normalitas ………………………………………………….
102
Lampiran 8. Uji Homogenitas …..……………………………………………
103
Lampiran 9. Uji Hipotesis ……………………………………………………
104
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki suatu ciri khas khusus yang tidak dimiliki oleh negara lain. Ciri khas tersebut berupa budaya gotong-royong, yang berarti masyarakatnya saling tolong menolong tanpa menuntut imbalan (KBBI). Negara Indonesia yang biasa disebut sebagai negara kolektif memiliki masyarakat yang bekerja keras bersama kelompok, aktif dalam kegiatan kelompok, mudah membantu orang lain yang membutuhkan bantuan, melakukan apa yang baik bagi orang lain dan berbagi dengan orang lain tanpa mengaharapkan imbalan (McCarty & Shrum, 2001; Widaty, 2014). Perilaku menolong orang lain tanpa menuntut imbalan disebut oleh Taylor sebagai perilaku altruisme, dimana si penolong memberikan bantuan pada orang lain tanpa mengharapkan keuntungan (Baron & Byrne, 2005; Batson, 2008 dalam Sarwono & Meinarno, 2009; Myers, 2012; Rahman, 2013). Dengan demikian, perilaku menolong tanpa menuntut suatu imbalan merupakan suatu varian dari masyarakat Indonesia yang dikenal dengan gotong royong, namun perilaku altruisme memiliki ciri khusus yaitu empati dan perspective taking. Seseorang yang altruis dapat berempati, peka, berinisiatif, rela berkorban, dan memiliki rasa tanggungjawab sosial (Myers, 1994). Hal tersebut menunjukkan bahwa altruisme memiliki kesamaan konten dengan gotong royong. Menurut Freud (dalam Irham & Wiryani, 2013), perilaku menolong terkait dengan motivasi.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Bierhoff (dalam Myers, 2012) menjelaskan bahwa tingkah laku altruis berdasar pada motivasi individu yang menolong dan motivasi yang dimiliki untuk bertingkah laku prososial karena adanya empati dan perspective taking. Menurut Batson (dalam Arifin, 2015) altruisme mendorong munculnya positive feeling, yaitu empati. Seseorang yang altruis memiliki motivasi altruistik, yaitu keinginan untuk selalu menolong. Alasan internal tersebut tidak akan memunculkan egoistic motivation (Arifin, 2015). Wortman, dkk (dalam Arifin, 2015) mencetuskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menolong yang altruis, yaitu suasana hati, meyakini keadilan dunia, sosiobiologis dan situasional. Jenis kelamin, kepribadian, tempat tinggal dan pola asuh juga mempengaruhi perilaku menolong seseorang (Sarwono, 2009). Namun, penelitian yang dilakukan oleh Retnaningsih (2005) menemukan bahwa usia memengaruhi perilaku menolong seseorang. Menurutnya, usia perkembangan yang berbeda akan menghasilkan sikap menolong yang berbeda pula. Menurut Erikson, seseorang akan melewati delapan tahapan kehidupan dan pada setiap tahapnya mempunyai keunikan tersendiri (Erikson, 1989). Tiap tahapan unik tersebut dicirikan oleh suatu tugas perkembangan fundamental yang biasa disebut sebagai “krisis identitas”. Krisis identitas adalah krisis psiko dan sosial, yang berarti suatu perasaan subjektif dan juga suatu kualitas empiris yang dapat diselidiki (Erikson, 1989). Penelitian yang dilakukan oleh Retnaningsih (2005) menggunakan subjek remaja. Menurut Erikson, individu pada tahap remaja memiliki pemikiran yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
asbtrak dan idealis yang disebabkan oleh perubahan biologis yang memicu peningkatan minat terhadap citra tubuh dan disibukan dengan pembentukan citra tubuhnya (Santrock, 2012). Selain itu, pemikiran mereka cenderungan egosentris. Menurut Retnaningsih (2005), faktor perubahan yang mengiringi pertambahan usia pada remaja dapat menurunkan perilaku menolong. Erikson menyatakan bahwa tahap dewasa awal dan dewasa madya lebih memiliki kecenderungan untuk terbuka terhadap lingkungan sosial dibandingkan tahapan lainnya. Soldz dan Vaillant (dalam Upton, 2012) individu dewasa dapat menyesuaikan diri dan merasa bertanggungjawab terhadap orang lain pada pekerjaan dan hal yang diberikan mereka untuk beramal. Erikson dalam teori perkembangannya menunjukkan periode kritis dan konflik-konflik akan muncul pada dewasa awal seputar pencarian mereka akan identitasnya (Feist & Feist, 2008). Pada masa dewasa awal individu mengalami konflik psikososial, yaitu keintiman vs isolasi. Jika perkembangan individu berjalan dengan normal maka individu dewasa awal mampu membangun keintiman dengan orang lain. Keintiman yang matang berarti melibatkan pengorbanan, kompromi dan komitmen. Sebaliknya mereka yang tidak berkembang secara normal mengalami isolasi, yaitu ketidakmampuan untuk berbagi. Pada masa dewasa awal, mereka akan cenderung mempertahankan perasaan terisolasi karena tidak sanggup menerima tanggung jawab orang-orang dewasa untuk bekerja secara produktif, prokreativitas dan memiliki cinta yang matang (Feist & Feist, 2008). Putri (2012) menunjukkan bahwa kaum dewasa awal lebih banyak mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
beberapa permasalahan, yaitu seputar pemilihan pekerjaan, mencapai stabilitas dalam pilihan dan penyesuaian terhadap situasi kerja. Selain itu, memutuskan untuk berkomitmen pada suatu hubungan merupakan sumber masalah bagi kaum dewasa awal (Sari & Sunarti, 2013; Wibowo, Yuliadi, & Karyanta, 2014). Hal tersebut disebut oleh Arnett (dalam Santrock, 2012) sebagai ketidakstabilan yang terjadi pada masa dewasa awal yaitu dalam hal relasi romantis, pekerjaan dan pendidikan. Teori White (dalam Santrock, 2011) tentang kematangan hubungan mengatakan bahwa kaum dewasa awal berada pada tahap berpusat pada diri sendiri (self-focused level) yaitu, tahap pertama dari kematangan hubungan (Paul & White, dalam Santrock, 2011) sehingga mereka cenderung sulit untuk berkomitmen karena mereka masih berpusat pada diri sendiri. Individu yang berada dalam tahap perkembangan dewasa madya mengalami konflik psikososial yaitu, generativitas vs stagnasi (Erikson, dalam Feist & Feist, 2008). Apabila mereka berkembang secara normal, mereka akan memiliki kualitas generativitas. Mereka akan membimbing orang lain melalui aspek-aspek penting kehidupan seperti menjadi orangtua, mengajar, memimpin, dan melakukan sesuatu yang menguntungkan masyarakat (Santrock, 2011). Individu yang berada pada tahap dewasa madya yang aktif dalam kegiatan sosial memiliki kemampuan untuk mengelola diri dengan baik meskipun mereka mengalami penurunan fungsi fisik, perubahan emosi psikologis, kemunduran kognitif, dan konflik peran (Sartika, 2014). Hal tersebut dipertegas oleh Rahayuningsih (2014) bahwa dewasa madya tetap mampu menghadapi kesulitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
psikologis dan sosial karena pengalaman hidup yang telah dilewati. Menurutnya, mereka yang berada pada tahap dewasa madya memiliki kemauan tinggi untuk berbagi, mencarikan pekerjaan untuk orang-orang muda, mengajarkan makna kehidupan dan menolong orang lain yang sedang kesusahan (Ellyazar, 2013; Rahayuningsih, 2014). Dengan demikian, orang dewasa madya memiliki orientasi untuk membantu dan berguna bagi orang lain. Menurut Erikson individu dewasa madya yang berhasil melewati konflik psikososial memiliki kekuatan dasar yang disebut dengan perhatian (Feist & Feist, 2008). Menurut Asih dan Pratiwi (2014) keterlibatan dewasa madya dalam kegiatan sosial meningkatkan penghargaan diri, kematangan emosi, penerimaan diri yang positif, dan memiliki konsep diri yang matang. Selain itu, kematangan emosi dan empati memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku prososial (Asih & Pratiwi, 2010). Menurut Dayaksini dan Hudaniah (2009), individu yang memiliki empati akan lebih menunjukkan perilaku menolong. Penelitian yang dilakukan oleh Ellyazar (2013) menunjukkan bahwa individu dewasa madya lebih memiliki kemampuan untuk aktif dan berempati kepada orang lain dibandingkan dengan dewasa awal. Seseorang dewasa madya yang aktif dalam berbagai kegiatan memiliki orientasi yang positif secara rohani dan sosial (Limanto & Setiawan, 2007). McAdams dan kawan-kawan (dalam Baron & Byrne, 2005), mendefinisikan generativitas atau dewasa madya sebagai ketertarikan dan komitmen orang dewasa pada kesejahteraan generasi berikutnya sehingga mereka cenderung lebih altruis di bandingkan dengan orang-orang yang berada di tahap perkembangan yang lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Sedangkan, masa dewasa awal cenderung berfokus pada diri sendiri dan kurang terlibat aktif dalam kewajiban sosial, melakukan tugas dan berkomitmen dengan orang lain (Santrock, 2012). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara usia dengan perilaku menolong (Peterson, dalam Dayaksini & Hudaniah, 2009). Seymour (2002) dalam penelitiannya menyatakan bahwa di Australia pelayan kesehatan yang berusia di atas 40 tahun memiliki motivasi altruistik yang lebih tinggi dari pada pekerja yang berusia antara 18-28 tahun sehingga mereka lebih memiliki kualitas pelayanan yang baik, sigap dan mengutamakan kepentingan umum dari pada diri sendiri. Lebih lanjut lagi, Putri (2012) menemukan bahwa perilaku menolong orang-orang pada usia dewasa awal menjadi terhambat karena mereka kesulitan dalam menyesuakan diri dalam situasi baru karena masih berfokus pada diri sendiri (Putri, 2012). Dari pada jenis kelamin, usia memiliki pengaruh besar terhadap kecenderungan orang untuk prososial. Asih dan Pratiwi (2010) serta Rohmah (2015) pernah melakukan penelitian tentang perilaku menolong yang ditinjau dari perbedaan jenis kelamin, hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan antara keduanya. Oleh sebab itu, peneliti tidak menguji perbedaan jenis kelamin karena berdasarkan penelitian sebelumnya, meskipun teori Batson (dalam Arifin, 2015) mengatakan bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap perilaku altruisme seseorang. Kemudian, peneliti menemukan penelitian yang menunjukkan bahwa usia mempengaruhi perilaku menolong (Retnaningsih, 2005). Penelitian tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
bertujuan untuk menguji peranan kualitas attachment, usia dan gender pada perilaku prososial dengan subjek remaja dan usia sekolah yang hasilnya menunjukkan ada peranan yang signifikan. Staub (dalam Dayaksini & Hudaniah, 2009) menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, individu akan semakin dapat memahami atau menerima norma-norma sosial, lebih empati dan lebih dapat memahami nilai ataupun makna dari tindakan menolong yang ditunjukkan. Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, peneliti ingin menguji lebih dalam terkait usia dan kecenderungan perilaku altruisme. Teori perkembangan Erikson menunjukkan bahwa individu dalam tahap dewasa awal dan madya mulai memiliki keterbukaan untuk berelasi dengan orang lain dan menjadi berguna. Penelitian-penelitian sebelumnya hanya menguji perilaku menolong dengan melibatkan satu kelompok usia tertentu saja, misalnya seperti penelitian yang dilakukan oleh Sartika (2014), Rahayuningsih (2014), Ellyyazar (2013), Putri (2012), Sari dan Sunarti (2013). Mengukur perilaku altruisme akan menjadi sulit karena altruisme tidak hanya didasari oleh suatu bentuk perilaku, melainkan juga melibatkan aspek lain, yaitu kognitif dan afektif. Sehingga peneliti akan mengukur kecenderungan perilaku altruisme, yaitu hadirnya keinginan dari dalam diri seseorang yang mendorong atau mengarahkan untuk memberikan pertolongan. Melalui penelitian ini, peneliti akan menguji perbedaan tingkat kecenderungan perilaku altruisme pada usia perkembangan dewasa awal dan dewasa madya dengan menggunakan teori Erikson.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
B. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan tingkat kecenderungan perilaku altruisme pada dewasa awal dan dewasa madya? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji perbedaan tingkat kecenderungan perilaku altruisme pada dewasa awal dan dewasa madya. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini memberikan sumbangan pengetahuan di bidang psikologi sosial secara khusus teori tentang altruisme. Penelitian ini juga dapat menambah pengetahuan mengenai altruisme khususnya pada orang-orang yang termasuk dalam usia perkembangan dewasa awal dan dewasa madya. Melalui penelitian ini pula dapat menunjukkan bahwa usia perkembangan yang berbeda akan menunjukkan perilaku altruis yang berbeda. Penelitian ini juga akan menyajikan bagaimana tingkat kecenderungan perilaku altruisme orang dewasa di Indonesia. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya, terutama para peneliti yang tertarik pada bidang sosial dan perkembangan. 2. Manfaat Praktis a. Tingkah laku menolong adalah salah satu bentuk interaksi manusia yang positif sehingga perlu dipelajari lebih dalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
b. Melalui penelitian ini, dapat menjadi suatu acuan bagi individu yang memiliki pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berkaitan dengan peran individu dalam suatu pekerjaan. c. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi dewasa awal atau dewasa madya terkait fungsi individu yang berada di tahap dewasa madya pada suatu pekerjaan. d. Bagi Individu Dewasa Awal Apabila terdapat perbedaan tingkat altruisme pada perkembangan dewasa awal dan dewasa madya, maka individu yang berada pada tahap dewasa awal bisa lebih mengembangkan diri serta terlibat aktif dalam kehidupan sosial sehingga dapat mengelola krisis identitas yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal. e. Bagi Individu Dewasa Madya Apabila terdapat perbedaan tingkat altruisme pada perkembangan dewasa awal dan dewasa madya, maka individu yang berada pada tahap dewasa madya bisa lebih mengembangkan diri dan terlibat aktif dalam kegiatan sosial sehingga penghargaan diri semakin meningkat dan memiliki penerimaan diri yang semakin positif. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat membantu orang-orang yang berada pada tahap perkembangan dewasa madya untuk dapat berbagi, mengajarkan dan menjadi panutan yang baik bagi generasi muda berkaitan dengan kehidupan bersosial terutama pada peningkatan perilaku altruisme.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. Altruisme 1. Definisi Altruisme Seseorang yang menolong dengan motivasi untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain tanpa memerhatikan diri sendiri disebut sebagai altruisme (Arifin, 2015; Batson, dalam Sarwono & Meinarno, 2009). Myers (2012) menyatakan bahwa individu yang altruistis akan peduli dan mau membantu meskipun tidak ada keuntungan yang ditawarkan atau tidak ada harapan akan mendapatkan imbalan (Staub, 1978). Menurut teori Staub (1978), seseorang yang bertindak altruis memiliki rasa empati, yaitu dapat merasakan apa yang orang lain rasakan serta dapat memahami kondisi orang lain. Empati ini merupakan hal yang cukup besar pengaruhnya terhadap perilaku menolong seseorang karena empati dapat mendorong munculnya suatu tindakan yang ditujukan kepada orang lain (Taufik, 2012). Selain itu, seseorang yang altruis memiliki motivasi altruistik, yaitu keinginan untuk selalu menolong (Myers, 2012; Staub, 1978). Menurut Staub (1978), seseorang yang altruis digerakkan oleh keinginan dari dalam diri individu tersebut untuk menolong orang lain. Keinginan dari dalam diri individu tersebut membuat pelakunya memiliki kecenderungan untuk menolong orang lain. Kecenderungan menurut KBBI
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
adalah suatu kesudian, kecondongan, dan keinginan akan berbuat sesuatu. Menurut Reber dan Reber (2010), kecenderungan adalah suatu kondisi internal yang di dalamnya perilaku tertentu terdorong untuk muncul dan suatu dorongan apapun yang mengarah pada suatu tindakan. Berdasarkan teori-teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa altrusime adalah suatu kecenderungan untuk menolong orang lain dengan adanya rasa empati, yaitu dapat merasakan apa yang orang lain rasakan serta dapat memahami kondisi yang dialami orang lain. Altruisme tersebut dimotivasi untuk meningkatkan kesejaheteraan orang lain tanpa memerhatikan diri sendiri. Lebih lanjut lagi, altruisme didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan tanpa menuntut imbalan. Selain itu, altruisme dilakukan karena pelakunya merasa peduli serta memiliki keinginan untuk menolong orang lain. Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat beberapa hal penting dalam altruisme yaitu adanya proses berpikir, merasakan, hingga sampai pada bentuk kecenderungan untuk bertindak yang diwujudkan dalam bentuk pertolongan yang sukarela. Hal ini berarti altruisme tidak hanya suatu perilaku menolong, melainkan suatu kecenderungan yang didasari oleh pikiran, perasaan dan dorongan bertindak untuk menolong. Berdasarkan penjelasan tersebut, diperoleh aspek penting yang terkandung dalam altruisme, yaitu kognitif, afektif dan tindakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2. Aspek Altruisme a) Aspek Kognitif Kognitif adalah suatu aktivitas berpikir, memahami dan bernalar (Reber & Reber, 2010). Altruisme sendiri merupakan suatu tindakan menolong yang didasari pula oleh proses berpikir, memahami, dan bernalar. Hal tersebut berarti dapat memahami mengapa orang lain bertindak demikian (Duan, dalam Baron & Byrne, 2005). Tindakan altruis tersebut dapat termotivasi oleh keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain tanpa memerhatikan diri sendiri (Arifin, 2015; Batson, dalam Sarwono & Meinarno, 2009). Proses berpikir individu, yaitu didasarkan atas pengamatan yang dilakukan oleh individu terhadap ekspresi wajah dan tubuh orang lain, apa yang orang lain katakan, dan bagaimana seseorang bertindak (Staub, 1978). Dengan demikian, individu menyadari bahwa orang lain membutuhkan bantuannya dan meyakini bahwa orang lain membutuhkan bantuannya.
b) Aspek Afektif Afektif adalah suatu emosi, perasaan, sikap, dan nilai (Reber & Reber, 2010). Hal tersebut berarti, individu dapat merasakan apa yang orang lain rasakan (Taufik, 2012). Menurut Staub (1978), altruisme menggerakan individu untuk memberikan kasih sayang dan perhatian pada orang lain. Kondisi afektif seseorang merupakan elemen yang penting sehingga ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
seseorang menolong maka akan meningkatkan perasaan positif di dalam diri dan mengurangi perasaan negatif (Sarwono, 2009). Selain itu, ketika menolong orang lain seseorang akan merasakan suatu emosi positif di dalam diri dan merasa bahagia karena telah memberikan pertolongan (Staub, 1978). Lebih lanjut lagi, Taylor (2009) menyatakan bahwa menolong orang lain merupakan suatu ekspresi atas keyakinan akan nilai yang dianut oleh penolongnya.
c) Aspek Tindakan Tindakan adalah suatu bagian perilaku, yaitu berupa aktivitas, respon, reaksi, gerakan dan proses (Reber & Reber, 2010). Setelah seseorang berpikir, memahami, merasakan, peduli dan memiliki keinginan untuk menolong maka mereka akan terdorong untuk bertindak, yaitu memberikan pertolongan tanpa menuntut imbalan (Staub, 1978). Emosi positif yang muncul dapat memotivasi tindakan positif untuk menolong orang lain (Staub, 1978). Menurut Staub (1978), seseorang yang altruis digerakkan oleh keinginan dari dalam diri individu tersebut untuk menolong orang lain. Keinginan untuk menolong biasanya muncul berdasar pada suatu situasi yang diobeservasi oleh individu tersebut. Individu yang memiliki keinginan untuk menolong orang lain mengkespresikan nilai yang dianut melalui pertolongan yang diberikan (Taylor, 2009). Keinginan untuk menolong orang lain tersebut mendorong individu untuk mengekspresikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
kepedulian dan mencoba sesuatu untuk meringkankan penderitaan orang lain (Baron & Byrne, 2005). Altruisme adalah suatu kepedulian individu terhadap orang lain yang ditunjukkan melalui tindakan menolong tanpa pamrih, yang juga disebut sebagai suatu tindakan sukarela (Myers, 2012; Staub, 1978). Individu yang bergerak dengan sukarela merasa bahwa dirinya dibutuhkan untuk menolong orang lain yang membutuhkan (Staub, 1978). Taylor (2009) menyatakan bahwa menolong orang lain dengan sukarela mendorong seseorang untuk mengekspresikan nilai personal seperti perhatian kepada orang yang kurang beruntung. Selain itu, menolong dengan sukarela juga meningkatkan harga diri dan membuat penolongnya merasa bahagia (Sarwono, 2009; Staub, 1978).
3. Faktor yang Memengaruhi Altruisme Perilaku menolong seseorang dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Myers (2012) menyebutkan bahwa pengaruh faktor eksternal sebagai faktor situasional, yaitu bystander, daya tarik, atribusi terhadap korban, modeling, desakan waktu dan sifat kebutuhan korban. Sedangkan, faktor internal atau disebut sebagai faktor dalam diri yaitu, suasana hati, empati, sifat, jenis kelamin, tempat tinggal, dan meyakini keadilan dunia (Wortman, dkk 1992 dalam Arifin, 2015). Peterson (dalam Dayaksini & Hudaniah, 2009)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
menambahkan bahwa selain faktor-faktor di atas, usia juga memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku menolong. Lebih dalam lagi, Wortman, dkk (dalam Arifin, 2015) menjelaskan bahwa di balik perilaku menolong seseorang, terdapat faktor-faktor yang dapat memunculkan suatu altruisme, yaitu: a. Suasana Hati Seseorang akan menolong orang lain jika suasana hati sedang merasa senang. Dorongan untuk menolong dilakukan karena orang tersebut ingin memperpanjang suasana hati yang sedang dirasakan dengan melakukan perilaku yang positif.
b. Meyakini Keadilan Dunia Orang yang menolong mempersepsikan dunia sebagai tempat yang adil dan percaya bahwa setiap tingkah laku yang baik akan diberi imbalan dan tingkah laku yang buruk diberi hukuman. Kepercayaan ini mengarah pada kesimpulan bahwa menolong orang yang membutuhkan adalah hal yang tepat untuk dilakukan dan adanya pengharapan bahwa orang yang menolong akan mendapat keuntungan suatu hari nanti dari melakukan sesuatu yang baik, yaitu rasa bahagia telah bertindak benar. Hal tersebut biasanya membuat penolong merasa puas dan berbahagia karena perilaku menolong yang telah dilakukannya untuk orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
c. Sosiobiologis Perilaku altruis memberikan kesan kontraproduktif karena mengandung resiko tinggi bagi penolong untuk terluka bahkan mati. Ketika yang ditolong dapat selamat, bisa saja yang menolong tidak selamat. Perilaku seperti itu muncul karena ada proses adaptasi dengan lingkungan terdekat, dalam hal ini orangtua. Selain itu, meskipun hal tersebut hanya berkontribusi sangat sedikit, peran genetik juga memiliki kontribusi terhadap perilaku altruis.
d. Situasional Hal yang diyakini oleh para peneliti tentang perilaku altruis seseorang adalah bahwa orang tersebut menjadi penolong lebih sebagai produk lingkungan daripada faktor yang ada pada dirinya. Kepribadian tidak terbukti berkaitan dengan altruisme. Penelitian yang pernah ada menunjukkan bahwa dalam memberikan pertolongan, tidak ada bedanya antara pelaku kriminal dan yang bukan. Oleh karena itu, faktor situasional turut mendorong seseorang untuk memberikan pertolongan kepada orang lain.
4. Dampak dari Altruisme Ketika menolong, seseorang mungkin tidak menyadari apa keuntungan bagi dirinya. Menurut Dayaksini dan Hudaniah (2009), dengan menolong orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
lain tanpa menuntut balasan dapat membantu meningkatkan ‘well being’. Selain itu, individu yang memiliki altruisme akan memiliki harga diri yang lebih tinggi, kompetensi tinggi, internal locus of control yang tinggi, rendah dalam meminta persetujuan, memiliki perkembangan moral yang tinggi dan memiliki kemungkinan yang lebih baik dalam perilaku prososial dibandingkan dengan yang tidak memiliki altruisme (Wakefield, 1993). Respon dari kecenderungan perilaku altruisme muncul sebagai positive feeling, yaitu empati. Individu yang memiliki empati tinggi lebih termotivasi untuk menolong orang lain daripada yang memiliki empati rendah (Schlenker & Brit, dalam Perangin-angin, 2014). Perilaku altruisme selalu bersifat konstruktif, membangun, mengembangkan dan menumbuhkan kehidupan sesama (Arifin, 2015).
5. Individu yang Altruis Seseorang yang altruis dapat berempati, peka, berinisiatif, rela berkorban, dan memiliki rasa tanggungjawab sosial (Myers, 1994). Seseorang yang altruis memiliki motivasi altruistik, yaitu keinginan untuk selalu menolong. Alasan internal tersebut tidak akan memunculkan egoistic motivation (Arifin, 2015). Namun, memiliki perilaku altruis juga mendatangkan konsekuensi negatif bagi pelakunya. Orang-orang yang altruis terkadang terlalu memikirkan orang lain dan merasa bersalah jika tidak menolong, sehingga mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
melupakan kesejahteraannya sendiri (Arifin, 2015). Selain itu, berperilaku altruis pada beberapa situasi membuat pelakunya harus menerima konsekuensi berupa luka, kerugian waktu, materil dan sebagainya ketika berkorban bagi orang lain (Myers, 2012; Staub, 1978). Akan tetapi, memiliki perilaku menolong yang altruis justru mendatangkan lebih banyak konsekuensi yang positif bagi pelakunya. Orang-orang altruis yang menolong orang lain tanpa menuntut balasan dapat membantu meningkatkan ‘well being’ (Dayaksini dan Hudaniah, 2009). Selain itu, individu yang memiliki altruisme akan memiliki harga diri yang tinggi, kompetensi yang tinggi, internal locus of control yang tinggi, rendah dalam meminta persetujuan, memiliki perkembangan moral yang tinggi dan memiliki kemungkinan lebih baik dalam perilaku prososial dibandingkan dengan yang tidak memiliki altruisme (Wakefield, 1993). Wortman, dkk (dalam Arifin, 2015) menambahkan bahwa dengan memiliki altruisme, seseorang dapat memiliki suasana hati yang positif dan empati memunculkan rasa bahagia bagi pelakunya. Lebih lanjut lagi, ketika seseorang merasa empati, maka mereka tidak berfokus terlalu banyak pada tekanan yang dirasakan, melainkan berfokus kepada mereka yang mengalami penderitaan. Batson (dalam Myers, 2012) menyatakan bahwa ketika seseorang dapat menilai kesejahteraan orang lain, memandang orang lain sebagai orang yang membutuhkan, dan mengambil sudut pandang dari orang lain, maka orang tersebut akan merasakan kepedulian yang kuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
B. Dewasa 1. Definisi Dewasa Dewasa adalah seseorang yang telah mencapai usia 19 tahun (Erikson, 1989), orang yang telah dianggap matang yang bukan anak-anak, dan telah menjadi pria dan wanita seutuhnya (Jahja, 2011) atau mereka yang telah matang secara psikologis (Mappiare, 1983). Matang secara psikologis menurut Mappiare (1983) adalah mereka yang diharapkan memiliki kesiapan kognitif, afektif, dan psikomotor, serta dapat memainkan perannya bersama dengan individu lain dalam masyarakat. Anderson (dalam Mappiare, 1983) menyusun 7 ciri kematangan, yaitu; a) Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego, b) Memiliki tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan yang efisien, c) Mengendalikan perasaan pribadi, d) Objektif, e) Menerima kritik dan saran, f) Bertanggungjawab terhadap usaha pribadi, g) Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru. Akan tetapi, 7 ciri kematangan ini dianggap Anderson sebagai sesuatu yang tidak mutlak karena adanya emosi yang kadang tidak stabil terjadi pada orang dewasa. Masa dewasa adalah masa bagi seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru (Santrock,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2011). Pada masa dewasa ini, seseorang dituntut untuk memulai kehidupan dan memerankan peran ganda seperti peran sebagai suami/istri dan peran dalam dunia kerja. Masa dewasa dikatakan sebagai masa sulit bagi individu karena pada masa ini seseorang dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap orangtua dan berusaha untuk dapat mandiri. Jahja (2011) menyatakan bahwa ciri-ciri seseorang dapat dikatakan sebagai orang yang dewasa, yaitu mereka yang mengalami masa pengaturan, masa usia produktif, masa bermasalah, masa ketegangan emosional, masa keterasingan sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa perubahan nilai, masa penyesuaian diri dengan hidup baru, dan masa kreatif. Beberapa faktor yang dapat menunjukkan kedewasaan seseorang menurut Shyrock (dalam Jahja, 2011), yaitu fisik, kemampuan mental, pertumbuhan sosial, emosi, dan pertumbuhan spiritual serta moral. Dengan demikian, masa dewasa merupakan suatu masa yang cukup panjang dengan perubahan yang cukup besar dalam kehidupan seseorang. Erikson (1989) mengatakan bahwa individu akan melewati delapan tahap kehidupan dan pada setiap tahapnya mempunyai keunikan tersendiri. Santrock (2011) menjelaskan delapan tahapan yang di cetuskan oleh Erikson, yaitu masa bayi (satu tahun pertama), masa balita (1-3 tahun), masa kanakkanak awal (3-5 tahun), masa kanak-kanak pertengahan (6-pubertas), masa remaja (10-18 tahun), masa dewasa awal (19-35), masa dewasa madya (36-60) dan masa dewasa akhir (60 tahun ke atas). Pada masing-masing tahap, individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
akan dihadapkan pada sebuah krisis yang merupakan suatu tugas perkembangan unik yang harus diselesaikan. Menurut Erikson (1989), krisis bukanlah sebuah bencana namun merupakan sebuah titik balik yang ditandai oleh meningkatnya kerentanan dan potensi seseorang. Krisis identitas adalah krisis psiko dan sosial, yang berarti suatu perasaan subjektif dan juga suatu kualitas empiris yang dapat diselidiki. Selain itu, krisis identitas merupakan suatu karakteristik dari periode perkembangan, yang sebelumnya tidak dapat muncul karena prasyaratprasyarat somatik, kognitif, dan sosial. Erikson (dalam Santrock, 2011) mengungkapkan bahwa motivasi utama manusia bersifat sosial dan mencerminkan hasrat untuk bergabung dengan manusia lain. Berdasarkan delapan tahapan perkembangan yang dicetuskan oleh Erikson, dewasa awal dan dewasa madya adalah dua tahapan yang mulai memiliki keterbukaan untuk berelasi dengan orang lain dan menjadi berguna. 2. Dewasa Awal Pada masa dewasa awal individu mengalami konflik psikososial, yaitu keintiman vs isolasi. Menurut Erikson (dalam Santrock, 2011) perkembangan dewasa awal dimulai dari usia 19-35 tahun. Masa dewasa awal merupakan masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen, masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru (Jahja, 2011). Individu pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
tahapan ini mulai selektif dalam membina hubungan yang intim yaitu, hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham dengannya (Sumanto, 2014). Lebih lanjut lagi, pada tahap ini timbul suatu dorongan untuk membentuk hubungan intim dengan orang-orang tertentu dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya. Erikson (dalam Sumanto, 2014) mengatakan bahwa jenjang ini merupakan suatu tahapan individu yang ingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha menghindar dari kesendirian. Pemahaman kedekatan dengan orang lain mengandung arti adanya kerjasama yang terjalin dengan orang lain. Akan tetapi, peristiwa ini akan memiliki pengaruh yang berbeda apabila seseorang dalam tahap ini tidak mempunyai kemampuan untuk menjalin relasi dengan orang lain secara baik sehingga tumbuh sifat merasa terisolasi. Individu dewasa awal cenderung mempertahankan perasaan terisolasi karena tidak sanggup menerima tanggung jawab orang-orang dewasa untuk bekerja secara produktif, prokreativitas dan cinta yang matang (Feist & Feist, 2008). Teori White (dalam Santrock, 2011) tentang kematangan hubungan mengatakan bahwa kaum dewasa awal berada pada tahap berpusat pada diri sendiri (self-focused level) yaitu, tahap pertama dari kematangan hubungan (Paul & White, dalam Santrock, 2011) sehingga mereka cenderung sulit untuk berkomitmen karena mereka masih berpusat pada diri sendiri. Erikson menyebutkan adanya kecenderungan maladaptif yang muncul dalam periode ini, yaitu rasa cuek, merasa terlalu bebas, berbuat sesuka hati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
tanpa memedulikan dan merasa bergantung pada orang lain. Selain itu, ada kecenderungan untuk mengisolasi diri yang disebut oleh Erikson sebagai keterkucilan, yaitu kecenderungan untuk menutup diri dari cinta, persahabatan, masyarakat, dan merasa benci serta dendam sebagai bentuk kesendirian dan kesunyiannya (Erikson, 1989). Putri (2012) menunjukkan, bagi dewasa awal pekerjaan menjadi sumber stress, yaitu seputar pemilihan pekerjaan, mencapai stabilitas dalam pilihan dan penyesuaian diri terhadap situasi kerja. Menurut Laobouvie (dalam Santrock, 2012) ketika seorang individu pada masa dewasa awal memasuki dunia kerja, cara berpikir mereka pun berubah. Salah satu tanda perubahan cara pikir mereka adalah saat mereka menghadapi paksaan realitas yang berakibat pada penurunan idealisme yang mereka miliki. Selain pekerjaan, memutuskan untuk berkomitmen pada suatu hubungan merupakan sumber stres bagi dewasa awal (Sari & Sunarti, 2013; Wibowo, Yuliadi, & Karyanta, 2014). Hal tersebut disebut oleh Arnett (dalam Santrock, 2012) sebagai ketidakstabilan yang terjadi pada masa dewasa awal yaitu dalam hal relasi romantis, pekerjaan dan pendidikan. Pada tahap perkembangan dewasa awal, penting bagi individu untuk menyeimbangkan keintiman dan komitmen, serta kebebasan dan kemandirian. Sejauh mana individu dewasa awal mampu mengembangkan otonomi, memiliki implikasi yang penting bagi kehidupan mereka di masa yang akan datang (Santrock, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
3. Dewasa Madya Individu yang berusia 36-60 tahun masuk dalam tahap perkembangan dewasa madya (Santrock, 2011). Masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana wanita dan pria meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru (Jahja, 2011). Generativitas vs stagnasi merupakan krisis psikososial yang terjadi pada tahap perkembangan dewasa madya (Erikson, dalam Feist & Feist, 2008). Generativitas adalah perluasan cinta pada masa depan yaitu sifat peduli terhadap generasi yang akan datang. Sedangkan stagnasi berarti individu memuja diri sendiri dan sifat yang muncul adalah ketidakpedulian terhadap siapa pun (Sumanto, 2014). Pada tahap ini, manusia melampaui dunia yang awalnya terbatas pada keluarga inti, membuka diri terhadap dunia masyarakat luas untuk memberikan sumbangan diri yang berarti. Selain itu, individu dalam tahap ini sudah memiliki pengetahuan yang cukup luas dan kemampuan yang cukup berkembang (Sumanto, 2014). Perhatian pokok pada tahap ini ialah “produktivitas” yang berarti bukan hanya menghasilkan keturunan dan produktif dalam pekerjaan, tetapi juga produktif sebagai orangtua yang mengajar, mendidik, menurunkan dan memelihara generasi mudanya (Erikson, 1989). Jahja (2011) mengungkapkan bahwa dewasa madya memiliki perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya, sehingga terkadang minat dan perhatiannya terhadap agama dilandasi oleh kebutuhan pribadi dan sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Rahayuningsih (2014) menyatakan bahwa dewasa madya mampu menghadapi kesulitan psikologis dan sosial karena pengalaman hidup yang telah dilewati. Menurutnya, mereka yang berada pada tahap dewasa madya memiliki kemauan tinggi untuk berbagi, mencarikan pekerjaan untuk orang-orang muda, mengajarkan makna kehidupan dan menolong orang lain yang sedang kesusahan (Ellyazar, 2013; Rahayuningsih, 2014). Keterlibatan
dewasa
madya
dalam
berbagai
kegiatan
sosial
meningkatkan penghargaan terhadap diri, kematangan emosi, penerimaan diri yang positif, dan memiliki konsep diri yang matang (Asih & Pratiwi, 2010; Rahayuningsih, 2014). Selain itu, kematangan emosi dan empati memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku prososial (Asih & Pratiwi, 2010). Individu dewasa madya yang merujuk pada generativitas cenderung merasa dibutuhkan oleh orang lain, berusaha memastikan bahwa orang-orang muda memperoleh kesempatan untuk berkembang serta aktif dalam komunitas dan lingkungan (Santrock, 2012). Sebaliknya, mereka yang mengalami stagnasi akan merasa diri sendiri, mengalami kebingungan terhadap hasrat dan potensinya, serta mengalami kecemasan karena tidak bisa memanfaatkan peluang yang ada. Jika individu pada tahap dewasa madya tidak bisa berkembang dengan baik, maka mereka akan mengalami stagnasi yang di tandai dengan regresi dan sikap yang berorientasi pada diri sendiri (Erikson, 1989). Stagnasi yang dialami oleh individu adalah perasaan bahwa hidupnya telah berhenti dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
membosankan, bahwa relasi dengan orang lain menjadi tertekan dan hatinya diliputi dengan rasa cemas sehingga yang dipikirkan hanyalah dirinya sendiri. Pada masa dewasa madya, individu akan mengalami penurunan kreativitas, penurunan kemampuan fisik, dan meluasnya tanggungjawab (Simonton, dalam Santrock, 2012). Baltes, Lindenberger, dan Staudinger (dalam Santrock, 2012) mengungkapkan, sekalipun individu dalam dewasa madya mengalami penurunan fungsi biologis, kehidupan sosial-kultural, karir, dan relasi tetap seimbang. C. Dinamika Hubungan Altruisme Dengan Dewasa Awal Dan Dewasa Madya Menolong orang lain adalah suatu perilaku yang dapat kita jumpai dimana pun dan kapanpun. Perilaku menolong tersebut biasanya terjadi karena ada suatu situasi yang mensinyalkan untuk menghadirkan suatu bentuk pertolongan bagi pemberi pertolongan kepada orang yang membutuhkan pertolongan. Seseorang yang menolong dengan motivasi untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain tanpa memerhatikan diri sendiri disebut sebagai altruisme (Arifin, 2015; Batson, dalam Sarwono & Meinarno, 2009). Hal tersebut menunjukkan bahwa perilaku menolong altruis memiliki kesamaan dengan gotong royong, yaitu sebagai suatu ciri dari masyarakat Indonesia. Individu yang altruistis akan peduli dan mau membantu meskipun tidak ada keuntungan yang ditawarkan atau tidak ada harapan akan mendapatkan imbalan (Myers, 2012). Menurut Wilson dan Petruska (dalam Dayaksini & Hudaniah, 2009) individu yang memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menolong biasanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
memiliki karakteristik kepribadian, yakni memiliki harga diri yang tinggi, rendahnya kebutuhan akan persetujuan orang lain, rendahnya menghindari tanggungjawab, dan lokus kendali yang internal. Individu yang altruis dapat berempati, peka, berinisiatif, rela berkorban, dan memiliki rasa tanggungjawab sosial (Myers, 1994). Bierhoff (dalam Myers, 2012) menjelaskan bahwa tingkah laku altruis berdasar pada motivasi individu yang menolong dan motivasi yang dimiliki untuk bertingkah laku prososial karena adanya empati dan perspective taking. Hal tersebut diperkuat oleh Dayaksini dan Hudaniah (2009) yang menyatakan bahwa empati merupakan dasar dari lahirnya perilaku menolong. Seseorang yang altruis memiliki motivasi altruistik, yaitu keinginan untuk selalu menolong. Alasan internal tersebut tidak akan memunculkan egoistic motivation (Arifin, 2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menolong yang altruis, yaitu suasana hati, meyakini keadilan dunia, sosiobiologis dan situasional (Wortman dkk, dalam Arifin 2015). Sarwono (2009) menambahkan bahwa jenis kelamin, kepribadian, tempat tinggal dan pola asuh mempengaruhi perilaku menolong seseorang. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Retnaningsih (2005) menemukan bahwa usia memengaruhi perilaku menolong seseorang. Menurutnya, perbedaan usia perkembangan akan menghasilkan sikap menolong yang berbeda. Hal tersebut di perkuat oleh pernyataan Staub (dalam Dayaksini & Hudaniah, 2009) bahwa dengan bertambahnya usia, maka seseorang menjadi lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
empati dan memahami makna dari suatu tindakan menolong. Soldz dan Vaillant (dalam Upton, 2012) individu dewasa dapat menyesuaikan diri dan merasa bertanggungjawab terhadap orang lain pada pekerjaan dan hal yang diberikan mereka merupakan suatu bentuk amal. Papalia, Olds, dan Feldman (2009) menyatakan bahwa bagi tahap dewasa, kecerdasan emosional mengacu pada kemampuan untuk mengenali dan menghadapi perasaan sendiri dan orang lain. Selain itu, Goleman (2007) kemampuan untuk mengenali perasaan orang lain mencakup beberapa kualitas seperti optimism, kecermatan, motivasi, empati, dan kompetensi sosial. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara usia dengan perilaku menolong (Peterson, 1983, dalam Dayaksini & Hudaniah, 2009). Menurut William (dalam Dayaksini & Hudaniah, 2009), pengalaman berperan penting sebagai penentu pemberian pertolongan kepada orang lain dan perilaku menolong yang altruis dapat di tunjukkan oleh orang dewasa (Baron & Byrne, 2005). Menurut Papalia, Olds, dan Feldman (2009), orang-orang dewasa memiliki kompetensi sosial yangmeliputi kesadaran sosial, yaitu empati, orientasi untuk melayani, kesadaran, dan organisasional. Selain itu, pengalaman dapat menuntun orang dewasa mengevaluasi ulang kriteria mereka tentang apa yang benar dan salah. Mereka lebih spontan menggunakan pengalaman pribadinya sebagai jawaban atas dilema sosialnya (Papalia, Olds, dan Feldman, 2009). Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya, hubungan antara perilaku menolong dengan usia menjadi hal yang menarik untuk dipelajari lebih dalam. Usia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
atau
umur
adalah
satuan
waktu
yang
mengukur
waktu
keberadaan
suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati (KBBI). Usia tersebut terhitung sejak seseorang lahir sampai meninggal. Usia seseorang biasanya berkisar antara 0 sampai 75 tahun atau lebih, dimana seseorang melewati masa hidup dengan berbagai perkembangan yang halus sepanjang rentang kehidupan atau serangkaian perubahan mendadak (Kail & Cavanugh, 2010). Selama masa kehidupan tersebut, seseorang akan terus berubah. Bagaimana seseorang bertindak, berperilaku dan mengembangkan apa yang mereka lakukan, dapat dijelaskan melalui perkembangan hidup seseorang. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Kail dan Cavanaugh (2010) bahwa seseorang yang berlaku baik secara biologis, psikologis dan sosikultural dipengaruhi oleh perkembangan hidupnya. Seseorang akan melewati delapan tahapan kehidupan dan pada setiap tahapnya mempunyai keunikan tersendiri (Erikson, 1989). Pada masing-masing tahap, individu akan dihadapkan pada sebuah krisis yang merupakan suatu tugas perkembangan unik yang harus diselesaikan. Krisis bukanlah sebuah bencana tapi merupakan sebuah titik balik yang ditandai oleh meningkatnya kerentanan dan potensi seseorang (Erikson, 1989). Krisis identitas adalah krisis psiko dan sosial, yang berarti suatu perasaan subjektif dan juga suatu kualitas empiris yang dapat diselidiki. Berdasarkan delapan tahapan perkembangan yang dicetuskan oleh Erikson, dewasa awal dan dewasa madya adalah dua tahapan perkembangan yang mulai memiliki keterbukaan untuk berelasi dengan orang lain dan menjadi berguna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Individu dewasa berada pada kondisi psikologis dimana mereka merasa mampu mengambil tanggungjawab atas tindakan-tindakan dan mampu berinteraksi dengan orang lain (Sassler, Ciambrone, & Benway 2008 dalam Upton, 2012). Erikson dalam teori perkembangannya menunjukkan periode kritis dan konflik-konflik akan muncul pada dewasa awal seputar pencarian mereka akan identitasnya (Feist & Feist, 2008). Individu pada tahapan ini mulai selektif dalam membina hubungan yang intim, yaitu hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham dengannya (Sumanto, 2014). Menurut Erikson (dalam Sumanto, 2014), bagi orang dewasa awal jenjang ini merupakan suatu tahapan individu yang ingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha menghindar dari kesendirian. Pemahaman kedekatan dengan orang lain mengandung arti adanya kerjasama yang terjalin dengan orang lain. Akan tetapi, peristiwa ini akan memiliki pengaruh yang berbeda apabila seseorang dalam tahap ini tidak mempunyai kemampuan untuk menjalin relasi dengan orang lain secara baik sehingga tumbuh sifat merasa terisolasi. Individu dewasa awal cenderung mempertahankan perasaan terisolasi karena tidak sanggup menerima tanggungjawab orang-orang dewasa untuk bekerja secara produktif, prokreativitas dan cinta yang matang (Feist & Feist, 2008). Putri (2012) menunjukkan dewasa awal sering mengalami stress, yaitu seputar pemilihan pekerjaan, mencapai stabilitas dalam pilihan dan penyesuaian diri terhadap situasi kerja. Selain pekerjaan, memutuskan untuk berkomitmen pada suatu hubungan merupakan sumber stres bagi kaum dewasa awal (Sari & Sunarti, 2013; Wibowo,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Yuliadi, & Karyanta, 2014). Hal tersebut disebut oleh Arnett (dalam Santrock, 2012) sebagai ketidakstabilan yang terjadi pada masa dewasa awal yaitu dalam hal relasi romantis, pekerjaan dan pendidikan. Teori White (dalam Santrock, 2011) tentang kematangan hubungan mengatakan bahwa dewasa awal berada pada tahap berpusat pada diri sendiri (selffocused level) yaitu, tahap pertama dari kematangan hubungan (Paul & White, dalam Santrock, 2011) sehingga mereka cenderung sulit untuk berkomitmen karena mereka masih berpusat pada diri sendiri. Beberapa teori dan penelitian yang berbicara tentang dewasa awal menunjukkan bahwa pada masa tersebut individu akan mengalami banyak tantangan dalam kehidupannya. Mereka dihadapkan dengan berbagai tantangan dalam kehidupan, dituntut untuk dapat berkomitmen dan bertanggungjawab atas suatu hubungan yang di jalankan, serta memulai suatu kehidupan yang berbeda dengan masa remaja. Hal tersebut menunjukkan bahwa krisis pada masa dewasa awal membuatnya sulit untuk peduli kepada lingkungan serta orang-orang di sekelilingnya karena mereka memiliki masa peralihan yang cukup dramatis, yaitu peralihan dari masa remaja ke masa dewasa awal (Santrock, 2011). Krisis psikososial tidak hanya terjadi pada dewasa awal, tetapi juga pada masa dewasa madya. Generativitas vs stagnasi merupakan krisis psikososial yang terjadi pada tahap perkembangan dewasa madya (Erikson, dalam Feist & Feist, 2008). Generativitas adalah perluasan cinta pada masa depan yaitu sifat peduli terhadap generasi yang akan datang, sedangkan stagnasi berarti individu memuja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
diri sendiri dan sifat yang muncul adalah ketidakpedulian terhadap siapa pun (Sumanto, 2014). Apabila mereka berkembang secara normal, mereka akan memiliki kualitas generativitas. Mereka akan membimbing orang lain melalui aspek-aspek penting kehidupan seperti menjadi orangtua, mengajar, memimpin, dan melakukan sesuatu yang menguntungkan masyarakat (Santrock, 2011). Individu yang berada pada tahap dewasa madya yang aktif dalam kegiatan sosial memiliki kemampuan untuk mengelola diri dengan baik meskipun mereka mengalami penurunan fungsi fisik, perubahan emosi psikologis, kemunduran kognitif, dan konflik peran (Sartika, 2014). Hal tersebut dipertegas oleh Rahayuningsih (2014) bahwa individu dewasa madya mampu menghadapi kesulitan psikologis dan sosial karena pengalaman hidup yang telah dilewati. Menurutnya, mereka yang berada pada tahap dewasa madya memiliki kemauan tinggi untuk berbagi, mencarikan pekerjaan untuk orangorang muda, mengajarkan makna kehidupan dan menolong orang lain yang sedang kesusahan (Ellyazar, 2013; Rahayuningsih, 2014). Berdasarkan penjabaran tersebut, terlihat bahwa individu dewasa madya memiliki krisis seputar hubungan kepeduliannya terhadap dunia di luar dirinya dan kecenderungan untuk berorientasi pada diri sendiri. Jika individu pada tahap dewasa madya tidak bisa berkembang dengan baik, maka mereka akan mengalami stagnasi yang ditandai dengan regresi dan sikap yang berorientasi pada diri sendiri (Erikson, 1989). Stagnasi yang dialami oleh individu adalah perasaan bahwa hidupnya telah berhenti dan membosankan, bahwa relasi dengan orang lain menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
tertekan, dan hatinya diliputi dengan rasa cemas sehingga yang dipikirkan hanyalah dirinya sendiri. Selain itu, pada masa dewasa madya, individu akan mengalami penurunan kreativitas, penurunan kemampuan fisik, dan meluasnya tanggungjawab (Simonton, dalam Santrock, 2012). Baltes, Lindenberger, dan Staudinger (dalam Santrock, 2012) menyatakan, sekalipun individu dalam dewasa madya mengalami penurunan fungsi biologis, namun kehidupan sosial-kultural, karir, dan relasi akan tetap seimbang. Hal tersebut menunjukkan bahwa sekalipun masa dewasa madya mengalami berbagai masalah seperti penurunan fungsi fisik, psikologis dan masalah kehidupan, mereka cenderung stabil dalam membina hubungan dengan orang-orang di lingkungannya. Menurut Asih dan Pratiwi (2014) keterlibatan dewasa madya dalam kegiatan sosial meningkatkan penghargaan diri, kematangan emosi, penerimaan diri yang positif, dan memiliki konsep diri yang matang. Kematangan emosi dan empati memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku prososial (Asih & Pratiwi, 2010). Menurut Dayaksini dan Hudaniah (2009), individu yang memiliki empati akan lebih menunjukkan perilaku menolong. Penelitian yang dilakukan oleh Ellyazar (2013) menunjukkan bahwa dewasa madya lebih memiliki kemampuan untuk aktif dan berempati kepada orang lain dibandingkan dengan dewasa awal. Seorang dewasa madya yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial memiliki orientasi yang positif secara rohani dan sosial (Limanto & Setiawan, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
McAdams
dan
kawan-kawan
(dalam
Baron
&
Byrne,
2005),
mendefinisikan generativitas atau dewasa madya sebagai ketertarikan dan komitmen orang dewasa pada kesejahteraan generasi berikutnya sehingga mereka cenderung lebih altruis dibandingkan dengan tahap perkembangan lainnya, sedangkan masa dewasa awal cenderung berfokus pada diri sendiri dan kurang terlibat aktif dalam kewajiban sosial, melakukan tugas dan berkomitmen dengan orang lain (Santrock, 2012). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara usia dengan perilaku menolong (Peterson, dalam Dayaksini & Hudaniah, 2009). Pada usia dewasa awal perilaku menolong menjadi terhambat karena penyesuaian diri terhadap jenjang kehidupan baru yang sangat berbeda dari sebelumnya, yaitu terlepas dari orangtua dan menjadi mandiri (Putri, 2012). Akan tetapi hal ini berbeda dengan dewasa madya, sekalipun individu pada masa dewasa madya memiliki banyak hambatan, mereka akan cenderung menunjukkan perilaku menolong karena mereka juga telah matang secara usia dan memiliki peran yang berbeda dengan dewasa awal. Staub (dalam Dayaksini & Hudaniah, 2009) menyebutkan bahwa dengan bertambahnya usia, individu akan semakin dapat memahami atau menerima norma-norma sosial, lebih empati dan lebih dapat memahami nilai ataupun makna dari tindakan menolong yang ditunjukkan. Dengan demikian, individu dewasa madya memiliki kecenderungan untuk berperilaku altruis lebih tinggi dibandingkan dengan individu dewasa awal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
D. Kerangka Pikiran
DEWASA
DEWASA AWAL
DEWASA MADYA
Keintiman Vs Isolasi Selektif dalam membina hubungan Berorientasi pada diri Sulit menerima tanggungjawab Masa pemilihan pekerjaan, dan penyesuaian diri dengan lingkungan pekerjaan Ketidakstabilan pekerjaan, cinta dan pendidikan Penuh masalah dan ketegangan emosional Periode isolasi sosial, periode komitmen, dan ketergantungan.
Generativitas Vs Stagnasi Membuka diri terhadap dunia masyarakat luas untuk memberikan sumbangan diri yang berarti Mengajar, mendidik, menolong, menurunkan dan memelihara generasi mudanya Penurunan kreativitas, penurunan kemampuan fisik, dan meluasnya tanggungjawab Kematangan emosi, penerimaan diri yang positif, dan memiliki konsep diri yang matang.
ALTRUISME DEWASA MADYA LEBIH TINGGI DIBANDINGKAN DEWASA AWAL
Gambar 1. Alur Hubungan antara Dewasa Awal dan Dewasa Madya dengan Altruisme
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
E. Hipotesis Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat kecenderungan perilaku altruisme antara individu dewasa awal dan dewasa madya. Perbedaan tersebut ditunjukkan dengan dewasa madya memiliki tingkat altruisme yang lebih tinggi dibandingkan dengan dewasa awal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian survey. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang didasari oleh falsafah positivism yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun secara empiris, teramati, terukur, menggunakan logika matematika dan membuat generalisasi atas rerata (Sedaryanti & Hidayat, 2011). Metode penelitian kuantitatif tepat dilakukan untuk menguji suatu tingkatan permasalahan (Widi, 2010) sehingga peneliti memilih metode ini untuk menguji tingkat kecenderungan perilaku altruisme. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah komparatif yaitu penelitian yang bersifat membandingkan hasil penelitian dari dua kelompok penelitian yang berbeda namun masih dengan variabel yang sama (Siregar, 2013). Penelitian yang akan dilakukan bersifat cross-sectional, yaitu variabel yang sama diukur hanya satu kali pada sejumlah kelompok partisipan (Supratiknya, 2015). Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan tingkat kecenderungan perilaku altruisme dewasa awal dan dewasa madya.
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
B. Identifikasi Variabel Penelitian Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan, maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah: o Variabel tergantung
: Altruisme
o Variabel bebas
: Usia Perkembangan Dewasa Awal dan Dewasa Madya
C. Definisi Operasional Variabel 1. Altruisme Altrusime adalah suatu kecenderungan bertindak menolong orang lain karena adanya rasa empati, yaitu dapat merasakan apa yang orang lain rasakan, memahami kondisi yang dialami orang lain dan memberikan pertolongan tanpa pamrih. Altruisme tersebut dimotivasi untuk meningkatkan kesejaheteraan orang lain tanpa memerhatikan diri sendiri. Altruisme juga merupakan suatu tindakan yang dilakukan tanpa menuntut imbalan, yaitu sukarela. Selain itu, altruisme dilakukan karena pelakunya merasa peduli serta memiliki keinginan untuk menolong orang lain. Variabel ini akan diungkap melalui skala penelitian yang dibuat berdasarkan dengan aspek-aspek kecenderungan altruisme, yaitu kecenderungan altruisme yang di dasari oleh aspek kognitif, afektif, dan tindakan. Pada penelitian ini, tingkat kecenderungan perilaku altruisme diukur melalui kualitas atau tinggi rendahnya skor (nilai) total yang diperoleh dari skala altruisme. Jadi, semakin tinggi skor total yang diperoleh pada skala kecenderungan altruisme, maka semakin tinggi pula kecenderungan perilaku altruisme yang dimiliki seseorang. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
diperoleh pada skala kecenderungan altruisme, maka semakin rendah kecenderungan perilaku altruisme yang dimiliki seseorang.
2. Usia Perkembangan Dewasa Awal dan Dewasa Madya Usia perkembangan dalam penelitian ini terbagi atas dua, yaitu usia perkembangan dewasa awal dan dewasa madya. Usia perkembangan dewasa awal berarti individu yang berusia antara 19-35 tahun. Sedangkan, individu usia perkembangan dewasa madya yang berarti berusia antara 36-60 tahun.
D. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah individu-individu yang berjenis kelamin perempuan dan laki-laki yang berusia 19-60 tahun, yaitu mereka yang tergolong dalam usia perkembangan dewasa awal dan dewasa madya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik Convenience Sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan anggota populasi yang ditemui peneliti dan bersedia menjadi subjek penelitian (Siregar, 2013). Populasi antara individu dewasa awal dan dewasa madya diperkirakan masing-masing lebih dari 100 orang. Oleh sebab itu, peneliti memilih menggunakan sampel yang dapat mewakili populasi dari subjek sasaran peneliti. Berpedoman dari Arikunto (2006), jika subjek melebihi 100 orang maka dapat menggunakan sampel. Menurutnya, sampel diambil antara 10% - 15% hingga 20% - 25%. Berdasarkan penentuan pengambilan sampel tersebut, sampel yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
diambil dalam penelitian ini, yaitu 100 orang untuk masing-masing kelompok dewasa awal dan dewasa madya.
E. Instrumen Pengumpul Data Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala altruisme yang disertai dengan identitas subjek yang diperlukan, terutama mengenai usia subjek. Skala atau bisa disebut sebagai angket merupakan teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik (Siregar, 2013). Skala yang digunakan adalah skala tertutup, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada subjek sudah dalam bentuk pilihan ganda (Siregar, 2013). Skala altruisme menggunakan metode likert yang terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable dengan empat alternatif jawaban yaitu Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S), Sangat Sesuai (SS). Pemilihan berdasarkan tingkat kesesuaian ini bertujuan agar subjek benar-benar mempertimbangkan sejauh mana isi pernyataan dalam skala kesejahteraan psikologis benar-benar menggambarkan keadaan dirinya atau mengenai perilakunya (Azwar, 2012; Supratiknya, 2014). Peneliti tidak menggunakan alternatif jawaban Netral (N) dengan tujuan agar menghindari kecenderungan subjek untuk memilih alternatif jawaban yang berada di tengah dengan alasan mencari aman (Supratiknya, 2014). Respon jawaban yang terdapat dalam skala terdiri atas empat respon, yaitu sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
1. Pada pernyataan favorable, jawaban “SS” memperoleh skor 4, jawaban “S” memperoleh skor 3, jawaban “TS” memperoleh 2, dan jawaban “STS” memperoleh skor 1. 2. Pada pernyataan unfavorable, jawaban “SS” memperoleh skor 1, jawaban “S” memperoleh skor 2, jawaban “TS” memperoleh 3, dan jawaban “STS” memperoleh skor 4. Kemudian, tinggi rendahnya tingkat altruisme dapat dilihat dari skor total jawaban yang subjek berikan pada skala. Pada penelitian ini, peneliti memutuskan untuk menyusun skala baru dengan teori yang dinyatakan oleh Leeds (dalam Staub, 1978) dan Myers dan Sampson (dalam Garliah & Wulandari, 2003) yang kemudian peneliti mengelompokkan menjadi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan tindakan. Peneliti menemukan skala altruisme, namun tidak dapat digunakan karena skala tersebut diperuntukan bagi subjek yang berusia sekolah, sehingga tidak sesuai digunakan untuk subjek sasaran peneliti yang berusia dewasa. Selain itu, peneliti juga menemukan skala altruisme yang dicetuskan oleh Organ, Podsakoff, MacKenzie (2006). Pada skala tersebut hanya terdiri atas lima pernyataan yang menurut peneliti hasilnya sulit untuk dapat menguji perbedaan tingkat altruisme dewasa awal dan madya. Pertimbangan lainnya peneliti tidak menggunakan skala Organ, Podsakoff, MacKenzie (2006) karena jika dilakukan uji coba pada skala yang memiliki item sedikit, ditakutkan akan banyak item gugur sehingga skala memiliki jumlah item yang kurang memadai, serta berdampak pada validitas dan reliabilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
skala. Skala kecenderungan perilaku altruisme disusun oleh peneliti berjumlah 52 item, yang terdiri dari 26 item favorable dan 26 item unfavorable. Tabel 1 Blue Print Skala Altruisme sebelum Uji Coba Aspek Nomor Item Altruisme Favorable Unfavorable 1, 7, 13, 4, 10, 16, 1. Kognitif 19, 25, 22, 28, 34, 31, 37, 40 5, 11, 17, 2, 8, 14, 20, 2. Afektif 23, 29, 26, 32, 38, 35, 41, 45, 48, 50, 43, 47, 52 49, 51 3, 9, 15, 6, 12, 18, 3.Tindakan 21, 27, 24, 30, 36, 33, 39, 42, 46, 44, Total
Jumlah Item 14
Bobot Item 26,9%
22
42,3%
16
30,7%
52
100%
F. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur Supratiknya (2014) mengatakan untuk memastikan bahwa bentuk final tes sungguh-sungguh menghasilkan pengukuran yang bisa mencerminkan atribut psikologis dalam taraf tertentu, maka perlu adanya pemeriksaan pada alat ukur yang digunakan. 1. Validitas Validitas adalah suatu kualitas esensial yang menunjukkan sejauhmana akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya (Azwar, 2012; Supratiknya, 2014). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (Content Validity), yang menurut Azwar (2012) merupakan suatu validitas alat ukur yang ditentukan oleh orang-orang yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
kompetensi keilmuan yang berkaitan dengan variabel yang akan diteliti (Expert Judgement). Penyusunan skala dalam penelitian ini akan di konsultasikan dengan seorang yang kompeten. Peneliti melakukan konsultasi berkaitan penyusunan skala dengan dosen pembimbing.
2. Seleksi Item Menurut Azwar (2012) hal yang perlu diperhatikan dalam melihat validitas pada sebuah skala, yaitu dengan mengkorelasikan skor item dengan skor item total, yang akan menghasilkan koefisien korelasi item total (rxx). Koefisien korelasi dikatakan baik apabila nilai korelasi item-total (rxx) >0,30.
3. Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu konsistensi, kestabilan, keajegan, dan keterandalan yang berarti sejauhmana hasil suatu proses pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2012). Lebih lanjut lagi, Supratiknya (2014) menambahkan bahwa hasil suatu pengukuran akan dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama. Reliabilitas di uji berdasarkan data jawaban yang subjek berikan pada saat uji coba item. Reliabilitas dapat dinyatakan dengan koefisien reliabilitas, yaitu (Rxx) yang berkisar antara angka 0,0 sampai dengan 1,0 (Azwar, 2012). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,0, maka akan semakin tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
reliabilitasnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal untuk memperkirakan tinggi rendahnya reliabilitas dengan menggunakan teknik estimasi Alpha (α) dari Cronbach.
G. Analisis Data 1. Uji Asumsi Pengujian asumsi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui model analisis yang tepat dalam suatu penelitian (Santoso, 2014). a. Uji Normalitas Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk memastikan data penelitian berasal dari populasi yang seharusnya (Santoso, 2014). Untuk menguji apakah data-data yang dikumpulkan terdistribusi normal
atau tidak dapat dilakukan dengan metode uji statistik sederhana yang sering digunakan untuk menguji asumsi normalitas, yaitu menggunakan uji normalitas dari Kolmogorov Smirnov.
b. Uji Homogenitas Uji homogenitas adalah pengujian yang dilakukan untuk menunjukkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki varians yang sama (Santoso, 2014). Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis Independent Sample t-test dan ANOVA. Sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
adalah sama. Sebaliknya, jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah tidak sama.
2. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik Independent Sample t-test dengan menggunakan program SPSS versi 20.0. pada prinsipnya tujuan pengujian Independent Sample t-test adalah mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata (Mean) dari kelompok yang di uji (Santoso, 2014). Independent Sample t-test untuk melihat perbedaan mean pada hasil analisis faktor di antara kelompok usia dewasa awal dan dewasa madya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian Sebelum melaksanakan penelitian, ada beberapa hal yang disiapkan oleh peneliti demi mendukung proses penelitian, yaitu menentukan topik penelitian, mengumpulkan literatur yang berkaitan dengan topik penelitian yang dibahas, menyusun rancangan penelitian, hingga menyusun sebuah skala penelitian. Penelitian
ini
menggunakan
penelitian
komparatif
yang
bersifat
membandingkan hasil penelitian dari dua kelompok penelitian yang berbeda namun masih dengan variabel yang sama (Siregar, 2013). Penelitian yang dilakukan bersifat cross-sectional, yaitu variabel yang sama diukur hanya satu kali pada sejumlah kelompok partisipan (Supratiknya, 2015). Penelitian dilaksanakan pada tanggal 28 oktober 2016 hingga 8 Desember 2016. Pada tanggal 28 Oktober 2016 hingga 16 November 2016 peneliti menyusun blue print skala altruisme yang berdasar pada tiga aspek dari altruisme, yaitu kognitif, afektif dan tindakan. Setelah itu, pada tanggal 17 November 2016 hingga 22 November 2016 dilaksanakan uji coba skala kecenderungan altruisme yang melibatkan 100 subjek penelitian yang berusia dewasa. Kemudian, pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 28 November 2016 hingga 8 Desember 2016.
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Subjek penelitian terdiri dari anggota Polri wilayah Polda Kalimantan Selatan dan jemaat GPIB Effatha Guntung Payung. Pada subjek anggota Polri, peneliti memperoleh perizinan melalui kantor SDM Polda Kalimantan Selatan dengan membawa surat izin penyebaran skala penelitian yang dikeluarkan oleh Fakultas. Peneliti di dampingi oleh ayah peneliti yang merupakan salah satu anggota kepolisian di tempat tersebut untuk dapat bertemu dan menyerahkan surat izin penelitian. Pihak SDM Polda Kalsel menentukan empat direktorat yang menjadi wadah peneliti untuk menyebarkan skala penelitian, yaitu Direktorat Kriminal Umum, Direktorat Kriminal Khusus, Direktorat Polisi Air, dan Direktorat Narkoba. Kemudian, pada tanggal 1 Desember 2016 peneliti memulai penelitian dengan menyebarkan skala di wilayah Polda Kalimantan Selatan dengan di damping oleh pihak Humas dan SDM, yaitu Ketua Bagian Psikologi dan anggota Humas. Pada subjek anggota jemaat GPIB Effatha Guntung Payung, peneliti membawa surat izin penyebaran skala penelitian yang kemudian diterima dan izinkan oleh ketua majelis jemaat GPIB Effatha Guntung Payung untuk menyebarkan skala bagi jemaat gereja. Penyebaran skala ditempuh peneliti dengan cara ikut serta dalam beberapa kegiatan gereja, seperti ibadah keluarga, ibadah pemuda, ibadah Persekutuan Kaum Perempuan (PKP) dan ibadah Persekutuan Kaum Bapak (PKB).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
B. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji coba Skala Uji coba skala dilaksanakan pada tanggal 17 November 2016 sampai 22 November 2016. Uji coba dilakukan di lingkungan kampus satu dan kampus tiga Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan melibatkan 100 subjek dewasa yang terdiri dari staff dan mahasiswa. Sebagian besar subjek uji coba skala merupakan subjek yang ditemui oleh peneliti secara tidak sengaja di lingkungan kampus. Peneliti melakukan perizinan langsung kepada subjek. Peneliti memberikan skala uji coba yang sebelumnya telah disetujui oleh subjek setelah mendengar tujuan penelitian dari peneliti. Kemudian, skala langsung di isi oleh subjek dan dikembalikan kepada peneliti. Beberapa subjek tidak ditemui secara langsung oleh peneliti, namun peneliti menitipkan beberapa skala kepada beberapa kepala bagian staff Universitas Sanata Dharma. a. Validitas Alat Ukur Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (Content Validity), yang menurut Azwar (2012) merupakan suatu validitas alat ukur yang ditentukan oleh orang-orang yang memiliki kompetensi keilmuan yang berkaitan dengan variabel yang akan diteliti (Expert Judgement). Penyusunan skala dalam penelitian ini di konsultasikan dengan seorang yang kompeten, yaitu dosen pembimbing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
b. Seleksi Item Skala kecenderungan perilaku altruisme disusun oleh peneliti berjumlah 52 item, yang terdiri dari 26 item favorable dan 26 item unfavorable. Peneliti mengugurkan 13 item karena kurang memenuhi standar yang dikhawatirkan akan menurunkan konsistensi internal dari skala yang dibuat. Tiga belas (13) item yang digugurkan adalah item-item dengan nilai korelasi item-total (rxx) < 0,30. Berikut penyajian 13 item yang telah digugurkan: Tabel 2 Blue Print Skala Altruisme setelah Uji Coba Aspek Altruisme Nomor Item Favorable Unfavorable 1, 7, 13, 19, 25, 31, 4, 10, 16, 22, 28, 34, 1. Kognitif 37, 40 5, 11, 17, 23, 29, 35, 2, 8, 14, 20, 26, 32, 2. Afektif 41, 43, 47, 49, 51 38, 45, 48, 50, 52 3, 9, 15, 21, 27, 33, 6, 12, 18, 24, 30, 36, 3.Tindakan 39, 44, 42, 46, Total Tabel 3 Blue Print Skala Altruisme setelah Uji Coba (Nomor Baru) Aspek Altruisme Nomor Item Favorable Unfavorable 3, 7, 13, 23, 29 10, 16, 26, 31 1. Kognitif 1, 5, 11, 17, 21, 27, 8, 14, 19, 24, 36, 37, 2. Afektif 32, 33, 35, 38 39 4, 9, 15, 20, 25, 30, 2, 6, 12, 18, 22, 28 3.Tindakan 34 Total
Jumlah Item 9 17 13 39
Jumlah Item 9 17 13 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
c. Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu konsistensi, kestabilan, keajegan, dan keterandalan yang berarti sejauhmana hasil suatu proses pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2012). Berdasarkan analisis dengan menggunakan SPSS 20 for Windows terhadap 39 item skala altruisme, diperoleh Cronbach Alpha sebesar 0,925. Tabel 4 Hasil Uji Reliabilitas Cronbach's Alpha 0,925
N of Items 39
2. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek yang terdapat dalam penelitian ini berjumlah 200 subjek dewasa yang terdiri dari 100 subjek dewasa awal dan 100 subjek dewasa madya. Penghitungan data demografik subjek dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui persebaran data subjek penelitian berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin, status pernikahan dan pekerjaan subjek pada kelompok dewasa awal dan dewasa madya. Berdasarkan data demografik subjek diperoleh hasil sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel 5 Deskripsi Usia Subjek Penelitian Usia Mean Median Modus SD N
35,46 35,50 25 10,572 200
Tabel 6 Deskripsi Jenis Kelamin, Status Pernikahan dan Pekerjaan Subjek
Jenis Kelamin Status Pernikahan Pekerjaan
Laki-laki Perempuan Belum Menikah Menikah Cpns Honorer Irt Pensiunan Bumn Pensiunan Polri Phl Polda Pns Polri Psikolog Security Swasta Tidak Bekerja Wiraswasta
Jumlah Subjek 125 75 58 142 1 1 8 1 1 1 16 121 1 1 41 4 3
Persentase 62,5% 37,5% 29% 71% 0,5% 0,5% 4% 0,5% 0,5% 0,5% 8% 60,5% 0,5% 0,5% 20,5 2% 1,5%
Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa rata-rata usia subjek pada penelitian ini adalah 35,46 tahun. Selain itu, subjek dengan usia 25 tahun merupakan subjek dengan jumlah terbanyak dalam penelitian ini. Dari 200
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
subjek yang terlibat dalam penelitian ini, terdapat 125 subjek atau 62,5% lakilaki dan 75 subjek atau 37,5% perempuan (tabel 6). Sebagian besar subjek dalam penelitian ini telah menikah, yaitu sebesar 71% atau sebanyak 142 subjek. Lebih lanjut lagi, dari 13 jenis pekerjaan subjek dalam penelitian ini, Polri merupakan jenis pekerjaan yang memiliki jumlah subjek terbanyak, yaitu sebesar 121 subjek atau 60,5%.
3. Tingkat Altruisme Subjek Pada penelitian ini, peneliti menyajikan data tingkat altruisme subjek, yaitu mean, median, modus dan Standart Deviasi kecenderungan perilaku altruisme yang ditinjau dari jenis kelamin laki-laki, perempuan, kelompok dewasa awal dan dewasa madya. Hasil tingkat altruisme subjek dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7 Tingkat Altruisme Subjek Laki-laki (n=125) Mean Median Modus SD
129,88 128,00 118 11,397
Perempuan (n=75) 130,39 126,00 125 11,166
Dewasa Awal (n=100) 124,76 122,00 118 8,374
Dewasa Madya (n=100) 135,38 134,00 122 11,354
Berdasarkan tabel 7, dapat dilihat bahwa subjek laki-laki memiliki ratarata kecenderungan altruisme sebesar 129,88 dan subjek perempuan 130,39.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Pada kelompok subjek dewasa awal, rata-rata kecenderungan altruisme sebesar 124,76 yang dapat terlihat dari nilai mean kelompok dewasa awal. Sedangkan pada kelompok subjek dewasa madya adalah sebesar 135,38. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memperoleh data hasil penelitian yang membandingkan antara rerata teoritis dan data empiris. Kedua data ini dibandingkan dengan tujuan untuk mengetahui apakah variabel kecenderungan perilaku altruisme tergolong dalam kategori rendah, sedang atau tinggi. Berikut ini adalah tabel 8 yang menyajikan perbandingan rerata teoritis dan empiris: Tabel 8 Perbandingan Rerata Teoritis dan Empiris Pengukuran Teoritis Min Max Mean Min Altruisme 39 156 82,5 114
Max 156
Empiris Mean 130,07
Kategori SD 11,285
Tinggi
Skala kecenderungan perilaku altruisme terdiri dari 39 item dengan rentangan skor 1 sampai 4. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa skor terendah skala adalah 1 x 39 = 39, sedangkan skor tertinggi adalah 4 x 39 = 156. Dengan demikian rentangan skor dimulai dari 39 sampai 156. Mean teoritis diperoleh dari 39 + 156 / 2 = 82,5 dan mean empiris sebesar 130,07. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rerata empiris lebih besar daripada teoritis 130,07 > 82,5. Lebih lanjut lagi, peneliti melakukan uji-t yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel 9 Hasil Uji-t Tingkat Altruisme
Altruisme
T
Df
59,614
199
Test Value = 82.5 Sig. Mean 95 Confidence Interval of Difference the Difference Lower Upper 0,000 47,570 46,00 49,14
Berdasarkan hasil uji t, yaitu t(199) = 59,614, (p=0,00), dapat disimpulkan bahwa rerata empiris memiliki perbedaan yang signifikan dengan rerata teoritis karena memiliki signifikansi <0,05 atau p = 0,00. Selain itu, tingkat kecenderungan altruisme juga dapat dikategorikan berdasarkan standar deviasi (σ) dan rerata teoritik (µ). Penggunaan kategori jenjang bertujuan untuk menempatkan subjek ke dalam kelompok terpisah secara berjenjang pada suatu data kontinum berdasarkan variabel yang diukur. Kontinum jenjang yang digunakan terdiri dari tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah (Azwar, 2012). Norma kategori tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 10 Kategorisasi Tingkat Altruisme Skor (µ + 1,0 σ) ≤ X (µ - 1,0 σ) < X < (µ + 1,0 σ) X < (µ - 1,0 σ)
102 ≤ X 63 < X < 102
Kategori Tinggi Sedang
N 200 -
Persentase 100% 0%
X < 82,5
Rendah
-
0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Skala tingkat kecenderungan perilaku altruisme mempunyai rentang minimum 1x39 = 39 dan rentang maksimum 4x39 = 156, sehingga jarak luas sebaran sebesar 156-39 = 117. Diperoleh standar deviasi skala tingkat kecenderungan perilaku altruisme sebesar 117:6 = 19,5, serta rerata teoritik sebesar 82,5. Berdasarkan kategorisasi pada tabel 10, maka dapat dilihat bahwa sebanyak 200 subjek atau 100% subjek berada dalam kategori tinggi. Sementara itu sebanyak 0 subjek atau 0% subjek berada pada kategori sedang dan rendah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa subjek dalam penelitian ini berada pada kategori tinggi.
4. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk memastikan data penelitian berasal dari populasi yang seharusnya (Santoso, 2014). Untuk menguji apakah data-data yang dikumpulkan terdistribusi normal atau tidak
dapat dilakukan dengan metode uji statistik sederhana yang sering digunakan untuk menguji asumsi normalitas, yaitu menggunakan uji normalitas dari Kolmogorov Smirnov. Jika nilai p < 0,05 atau α = 5% dapat disimpulkan bahwa data tersebut berbeda secara signifikan dan memiliki sebaran tidak normal, sedangkan jika nilai p>0,05 atau α = 5% maka data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
tersebut dapat dikatakan tidak berbeda secara signifikan dan memiliki sebaran data yang normal (Santoso, 2010). Berdasarkan hasil uji normalitas yang telah dilakukan, dapat ditunjukkan dari tabel sebagai berikut: Tabel 11 Hasil Uji Normalitas Dewasa Awal Dewasa MAdya
N 100 100
Mean 11,1635 2,1301
SD 0,37017 0,03586
Sig. (2-tailed) 0,032 0,291
Berdasarkan hasil uji normalitas yang terlihat pada tabel 11, diperoleh normalitas data >0,05, yaitu 0,291. Maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Uji homogenitas adalah pengujian yang dilakukan untuk menunjukkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki varian yang sama (Santoso, 2014). Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis Independent Sample t-test dan ANOVA. Sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah sama. Sebaliknya, jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat dikatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah tidak sama. Berikut ini adalah hasil uji homogenitas pada penelitian ini:
Tabel 12 Hasil Uji Homogenitas Levene Statistic 4,165
Df 198
Sig. 0,043
Berdasarkan hasil uji homogenitas pada tabel 12, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,043 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa asumsi homogenitas tidak terpenuhi, yaitu ada perbedaan varian antara kelompok dewasa awal dan dewasa madya. Namun demikian, peneliti tetap melanjutkan uji-t karena menurut Djudin (2013) asalkan sebaran data terdistribusi normal dan memenuhi asumsi normalitas, maka dapat dilakukan uji statistik inferensial, yaitu uji-t. Selain itu, jika dilihat dari nilai signifikansi uji homogenitas di atas, hasilnya tidak begitu jauh dari 0,05.
5. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik Independent Sample t-test dengan menggunakan program SPSS versi 20.0. pada prinsipnya tujuan pengujian Independent Sample t-test adalah mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata (Mean) dari kelompok yang diuji (Santoso,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
2014). Independent Sample t-test digunakan untuk melihat perbedaan mean pada hasil analisis faktor di antara kelompok dewasa awal dan dewasa madya. Berikut hasil uji hipotesis dengan menggunakan Independent Sample t-test : Tabel 13 Hasil Uji Independent Sample t-test Levene's Test for Equality of Variances F Sig.
Equal variances assumed Equal variances not assumed
4,165
,043
t-test for Equality of Means
T
Df
Sig. (2taile d)
Mean Differe nce
Std. Error Diffe rence
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
-7,657
198
,000
-11,450
1,495
-14,399
-8,501
-7,657
192,420
,000
-11,450
1,495
-14,400
-8,500
Berdasarkan hasil pengujian Independent Sample t-test di atas, diperoleh nilai t(198)= -7,657, (p = 0,000). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok dewasa awal dan dewasa madya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
C. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk megetahui apakah terdapat perbedaan tingkat kecenderungan perilaku altruisme pada kelompok dewasa awal dan dewasa madya. Penelitian ini menggunakan tehnik analisis data Independent Sample t-test yang memperoleh nilai sebesar t(198) = -7,657, (p = 0,000). Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecenderungan perilaku pada dewasa awal dan dewasa madya. Hipotesis dalam penelitian ini yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat kecenderungan perilaku altruisme antara dewasa awal dan dewasa madya terbukti. Berdasarkan tabel 8, diperoleh data hasil perbandingan data teoretis dan data empiris, yaitu mean empiris lebih besar dari mean teoritis. Lebih lanjut lagi, signifikansi uji-t, yaitu t(199) = 59,614, (p=0,00). Dengan demikian, kecenderungan perilaku altruisme yang dimiliki oleh subjek berada dalam kategori tinggi. Ryff dan Singer (1995) menyatakan bahwa masyarakat dalam budaya yang kolektif, memiliki orientasi kepada orang lain. Oleh sebab itu, tidak diragukan bahwa rakyat Indonesia memiliki kecenderungan untuk berlaku altruis. Selain itu, hasil dari penelitian ini memperkuat pernyataan Widaty (2014) dalam bukunya yang menyatakan bahwa negara Indonesia yang disebut sebagai negara kolektif memiliki masyarakat yang bekerja keras bersama kelompok, aktif dalam kegiatan kelompok, mudah membantu orang lain yang membutuhkan bantuan, melakukan apa yang baik bagi orang lain dan berbagi dengan orang lain tanpa mengaharapkan imbalan (McCarty & Shrum, 2001; Widaty, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Pada kelompok subjek dewasa awal, diperoleh mean kecenderungan perilaku altruisme sebesar 124,76 yang dapat terlihat dari nilai mean kelompok dewasa awal. Sedangkan pada kelompok subjek dewasa madya adalah sebesar 135,38. Mean kelompok subjek dewasa madya lebih tinggi daripada kelompok subjek dewasa awal yang berarti bahwa kecenderungan perilaku altruisme kelompok dewasa madya lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok dewasa awal. Hal ini diperkuat oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan Ellyazar (2013) bahwa dewasa madya lebih memiliki kemampuan untuk aktif dan berempati kepada orang lain dibandingkan dengan dewasa awal. Selain itu, McAdams dan kawan-kawan (dalam Baron & Byrne, 2005), mendefinisikan generativitas atau dewasa madya sebagai ketertarikan dan komitmen orang dewasa pada kesejahteraan generasi berikutnya sehingga mereka cenderung lebih altruis dibandingkan dengan tahap perkembangan yang lainnya, sedangkan masa dewasa awal cenderung berfokus pada diri sendiri dan kurang terlibat aktif dalam kewajiban sosial, melakukan tugas dan berkomitmen dengan orang lain (Santrock, 2012). Dengan demikian, hasil penelitian ini juga memperkuat hasil penelitian Retnaningsih (2005) yang menyatakan bahwa usia mempengaruhi perilaku menolong seseorang. Penelitian ini tidak lepas dari kmungkinan terjadinya bias karena self report yang merupakan metode pengambilan data memiliki kelemahan. Self report merupakan suatu jenis pengumpulan data yang dapat disebar hanya satu kali pada sejumlah kelompok sasaran peneliti (Cohen & Swerdlik, 2005). Namun jenis ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
memiliki kemungkinan subjek memberikan jawaban yang tidak sesungguhnya karena hal yang dianggap bersifat pribadi sehingga menimbulkan suatu kekhawatiran akan mendatangkan penilaian negatif dari orang lain (Cohen & Swerdlik, 2005). Sehingga bagi penelitian selanjutnya perlu memperhatikan dan mempertajam yang mungkin dapat ditempuh dengan menggunakan desain penelitian eksperimen dan metode proyektif. Berdasarkan tabel tingkat altruisme subjek, dibandingkan subjek laki-laki, subjek perempuan memiliki nilai rata-rata yang sedikit lebih tinggi. Rata-rata kecenderungan perilaku altruisme perempuan sebesar 130,39 dan subjek laki-laki sebesar 129,88. Perbedaan rata-rata antar keduanya memang tidak jauh, namun jika dilihat jumlah subjek berdasarkan jenis kelamin maka jumlah subjek perempuan adalah 75 subjek dan memperoleh rata-rata sedikit lebih tinggi daripada subjek lakilaki yang berjumlah 125 subjek. Asih dan Pratiwi (2010) serta Rohmah (2015) pernah melakukan penelitian tentang perilaku menolong yang ditinjau dari perbedaan jenis kelamin, hasil penelitiannya menunjukkan tidak ada perbedaan antara keduanya. Hal tersebut berbeda dari pernyataan Batson (dalam Arifin, 2015) dalam teorinya yang menyatakan bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap perilaku altruisme seseorang. Selain itu, dari 100 subjek dewasa madya terdapat 71 subjek dengan pekerjaan sebagai Polri dan Gereja sebanyak 29 subjek. Sedangkan, pada subjek dewasa awal, terdapat 50 subjek Polri dan 50 subjek anggota Gereja. Hal tersebut menunjukkan bahwa mungkin saja jenis pekerjaan dapat mempengaruhi kecenderungan perilaku seseorang seperti pekerjaan yang memang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
bertugas untuk melayani seperti Polri dan lainnya. Dengan demikian, penelitian ini memiliki kelemahan karena kurangnya variasi dari subjek penelitian. Data subjek pada penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata usia subjek adalah 35 tahun. Subjek dengan usia 25 tahun merupakan subjek terbanyak dalam penelitian ini, hal ini dapat terlihat pada tabel data subjek pada bagian modus dari usia. Subjek yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 125 subjek atau 62,5% dan subjek perempuan berjumlah 75. Dari 200 subjek, 142 subjek telah menikah atau sudah berkeluarga. Lebih lanjut lagi, Polri adalah salah satu jenis pekerjaan dengan jumlah subjek terbanyak, yaitu 121. Pada konteks perilaku menolong orang dewasa, bagi dewasa awal perilaku untuk menolong menjadi terhambat karena penyesuaian diri terhadap jenjang kehidupan baru yang sangat berbeda dari sebelumnya, yaitu terlepas dari orangtua dan menjadi mandiri (Erikson, 1989; Putri, 2012). Akan tetapi hal ini berbeda dengan dewasa madya, sekalipun individu pada masa dewasa madya memiliki banyak hambatan, mereka akan cenderung menunjukkan perilaku menolong. Staub (dalam Dayaksini & Hudaniah, 2009) menyebutkan bahwa dengan bertambahnya usia, individu akan semakin dapat memahami atau menerima norma-norma sosial, lebih empati dan lebih dapat memahami nilai ataupun makna dari tindakan menolong yang ditunjukkan. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat mendukung serta menjadi bukti dari teori yang di cetuskan oleh Erikson dan Staub.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat kecenderungan perilaku altruisme pada kelompok dewasa awal dan dewasa madya. Penelitian ini menggunakan pengujian Independent Sample ttest yang memperoleh nilai t(198)= -7,657, (p = 0,000). Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecenderungan perilaku pada dewasa awal dan dewasa madya. Hipotesis dalam penelitian ini yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat kecenderungan perilaku altruisme antara dewasa awal dan dewasa madya terbukti.
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
B. Saran 1. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya a. Penelitian
ini
mengungkap
tingkat
kecenderungan
altruisme
menggunakan jenis pengumpulan data self report. Hal tersebut berarti bahwa penelitian ini tidak dapat lebih jauh menyimpulkan tingkat kecenderungan perilaku altruisme pada dewasa awal dan dewasa madya yang juga menggunakan metode survey, mengingat bahwa penggunaan jenis ini memiliki kecenderungan subjek untuk menjawab pertanyaan dengan jawaban positif untuk menghindari penilaian negatif atas diri mereka. Untuk semakin mempertajam hasil penelitian berikutnya, peneliti berikutnya mungkin dapat menggunakan desain penelitian eksperimen dan metode proyektif. b. Penelitian ini dapat memberikan saran bagi pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berkaitan dengan peran dan fungsi kepada dewasa awal dan dewasa madya. Selain itu, dapat menjadi acuan bagi individu dewasa berkaitan dengan perilaku dan kecenderungan apa saja yang akan muncul pada tahap dewasa, sehingga dapat mempersiapkan serta belajar untuk menjadi lebih baik dan bermakna.
2. Saran Bagi Individu Dewasa Awal Bisa lebih mengembangkan diri serta terlibat aktif dalam kehidupan sosial. Dapat mengelola krisis identitas yang berada pada tahap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
perkembangan dewasa awal. Perilaku altruisme adalah baik jika sedari usia dewasa awal dapat berkembang baik dengan melibatkan diri lebih aktif dalam dunia sosial. Melibatkan diri pada situasi sosial dengan memberikan pertolongan berdampak pada meningkatnya empati dan membantu diri untuk lebih menghargai diri serta orang lain.
3. Saran Bagi Individu Dewasa Madya Lebih mengembangkan diri dan terlibat aktif dalam kegiatan sosial sehingga penghargaan diri semakin meningkat dan memiliki penerimaan diri yang semakin positif. Selain itu, individu dewasa madya diharapkan dapat membantu orang-orang yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal untuk dapat lebih banyak berbagi melalui pertolongan dan menumbuhkan rasa empati serta mengajarkan dan menjadi panutan yang baik bagi generasi muda berkaitan dengan kehidupan bersosial terutama pada peningkatan perilaku altruisme.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Dr. Bambang Syamsul. 2015. Psikologi sosial. Bandung: Pustaka Setia. Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Asih, Gusti Yuli dan Pratiwi, Margaretha Maria Shinta. 2010. Perilaku prososial ditinjau dari empati dan kematangan emosi. Semarang: Universitas Semarang. Azwar, Saifuddin. 2012. Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baron, Robert A. and Byrne, Donn. 2004. Psikologi sosial Ed. Kesepuluh, Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Cohen, Ronald and Swerdik, Mark. 2005. Psychological testing and assessment: an indtroduction to test and measurement. 6th edition. McGraw-Hill International. Dayaksini, Tri dan Hudaniah. 2009. Psikologi sosial. Malang: UMM Press. Darlington, P. J. 1978. Altruism: its characteristics and evolution. Journal. Vol. 75. No. 1, pp. 385-389. United Stated: National Academy Of Sciences. Djudin, Dr. Tomo. 2013. Statistika parametrik. Yogyakarta: Tiara Wacana. Ellyazar, Yoyok. 2013. Hubungan antara orientasi religius dan dukungan sosial dengan kedisiplinan beribadah pada warga gereja. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Mercu Buana. Erikson, Erik H. 1989. Identitas dan siklus hidup manusia. Terj. Jakarta: Gramedia. Feist, Jess dan Feist, Gregory J. 2008. Theories of personality, Ed. Keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Garliah, L. & Wulandari, B. (2003). Hubungan antara religiusitas dengan altruisme pada mahasiswa universitas sumatera utara yang beragama islam. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 1(2) 115-127. Goleman, Daniel. 2007. Social intelligence. Ilmu baru tentang hubungan antarmanusia. Terj. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi perkembangan. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group. Kail, Robert V. dan Cavanaugh, John C. 2010. Human development: a life-span view. USA: Wadsworth, Cengage Learning. Limanto, Yennie dan Setiawan, Jenny L. 2007. Orientasi religius dewasa madya kristen dalam pelayanan gereja. Skripsi. Surabaya: Universitas Surabaya. Mappiare, Drs. Andi. 1983. Psikologi orang dewasa. Surabaya: Usaha Nasional. McCarty, John A. and Shrum L.J. 2001. Journal of public policy & marketing, Vol. 20, No. 1, Competition Policy and Antitrust Law. pp. 93-10. United Stated: American Marketing Assosiation. Myers, David G. 1994. Exploring social psychlogy. United States: McGraw-Hill, Inc. Myers, David G. 2012. Psikologi sosial Ed. 10, Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika. Myers, David G. 2012. Psikologi sosial Ed. 10, Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika. Organ, Dennis W., Podsakoff, Philip M., dan MacKenzie. Scott B. 2006. Organizational citizenship behavior: its nature, antecedants, and consequences. London: SAGE Publications. 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Papalia, Diane E., Olds, Selley Wendkos dan Feldman, Ruth Duskin. 2009. Perkembangan manusia. Terj. Jakarta: Salemba. Perangin-angin, Eva Emenita Br. 2014. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku prososial pada polisi. SKRIPSI. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Putri, Siska Adinda Prabowo. 2012. Karir dan pekerjaan di masa dewasa awal dan dewasa madya. Skripsi. Semarang: Universitas AKI Semarang. Rahayuningsih, Retno. 2014. Konsep diri waria dewasa madya yang sukses mencapai tugas perkembangan. Skripsi. Jakarta: Universitas Gunadarma Rahman, Dr. Agus Abdul. 2013. Psikologi sosial: integrasi pengetahuan wahyu dan pengetahuan empirik. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Retnaningsih. 2005. Peranan kualitas aitachment, usia dan gender pada perilaku prososial. Skripsi. Jakarta: Universitas Gunadarma. Rohmah, Ainur. 2015. Perilaku menolong ditinjau dari latar belakang jenis kelamin dan bias kelompok agama pada siswa SMA A. Wahid Hasyim. Skripsi. Malang: Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim. Ryff, C. D. (1995). Psychological well-being in adult life. Current Directions in Psychological Science, Vol. 4, No. 4 (Aug., 1995), pp. 99-104. Santoso, Singgih. 2014. Panduan lengkap SPSS Versi 20, Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia. Santrock, John W. 2011. Life-span development, 13rd ed. Universitas of Texas, Dallas: McGraw-Hill. Santrock, Jhon W. 2012. Perkembangan masa hidup, Edisi Ketigabelas, Jilid 2. Terj. Jakarta: Erlangga. Sarwono, Sarlinto W. dan Meinarno, Eko A. 2009. Psikologi sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Sedarmayanti, Prof. DR. Hj. dan Hidayat, Drs. Syarifudin. 2011. Metodologi penelitian. Bandung: Mandar Maju. Seymour, Alan Shiell Janelle. 2002. Preferences for public health insurance: egotism or altruism?. International Journal of Social Economics, Vol. 29 Iss 5 pp. 356 – 369. United Kingdom: Emerald Insight. Shaw, Gary C. 1980. Studies in soviet thought. Vol. 21, No. 4, pp. 331-339. Journal. United Stated: Springer. Siregar, Ir. Syofian. 2013. Metode penelitian kuantitatif: dilengkapi perbandingan perhitungan manual & SPSS. Jakarta: Prenada Media. Staub, Ervin. 1978. Positive social behavior and morality. United Stated of America: Academic Press, Inc. Sumanto, M. A. 2014. Psikologi perkembangan, fungsi dan teori. Yogyakarta: CAPS. Supratiknya, Prof. DR. Agustinus. 2014. Pengukuran psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Supratiknya, Prof. DR. Agustinus. 2015. Metodologi penelitian kuantitatif & kualitatif. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Taufik M.Si., Dr. 2012. Empati: pendekatan psikologi sosial. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Upton, Penney. 2012. Psikologi perkembangan. Terj. Jakarta: Erlangga. Wakefield, Jerome C. 1993. Is altruism part of human nature? toward a theoretical foundation for the helping professions. Journal. Vol. 67, No. 3, pp. 406-458. Chicago: The University of Chicago Press. Wibowo, Agus ferry, Yuliadi, Istar., dan Karyanta, Nugraha Arif. 2014. Perbedaan derajat ereksi pria dewasa di tinjau dari tingkat stress di kelurahan jagalan surakarta. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Widaty, Cucu. 2014. Perubahan kehidupan gotong royong masyarakat pedesaan di kecamatan padaherang kabupaten pangandaran. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas metodologi penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Lampiran 1 Blue Print Skala Altruisme No. 1.
Aspek Kognitif: Dapat memahami orang lain, menyadari dan meyakini bahwa orang lain membutuhkan bantuannya serta memiliki keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain.
Indikator Dapat memahami orang lain.
1,
Item Favorable Unfavorable Saya akan 4 Ketika ada orang lain
berusaha
menangis,
memberikan
kesulitan
saya memahami
pertolongan kepada alasan
dibalik
orang yang sedang kesedihannya menangis,
karena
saya
dapat
memahami perasaan orang tersebut 7 Hati saya tergerak 10 Ketika ada orang untuk orang sedang
Menyadari orang lain membutuhkan bantuan
Memiliki keyakinan bahwa orang lain membutuhkan bantuan
menolong lain bercerita tentang lain
yang masalahnya,
mengalami kesulitan
saya
memahami
kesusahan
ceritanya
13 Ketika melihat orang lain terjatuh, saya akan segera menolongnya, karena saya sadar ia membutuhkan saya 19 Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, sehingga saya akan berusaha untuk terus memberikan pertolongan pada orang lain
16 Saya hanya akan memberikan pertolongan jika orang lain meminta kepada saya 22 Saya yakin setiap orang bisa berkembang sendiri, sehingga saya tidak perlu memberikan pertolongan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Memiliki keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain
25 Saya menolong 28
Yang
orang lain, karena penting
paling adalah
saya ingin orang lain kesejahteraan diri saya memiliki hidup yang lebih sejahtera 31
tergerak 34 Saya yakin setiap
Saya
untuk
menolong orang
bisa
orang yang sedang menyelesaikan mengalami kesulitan,
masalahnya
agar sehingga saya tidak
mereka terlepas dari perlu
Berusaha memberikan perhatian pada orang lain yang membutuhkan 14
2.
Afektif: Dapat merasakan apa yang orang lain rasakan. Berusaha memberikan kasih sayang, perhatian, dan kepedulian pada orang lain. Selain itu memiliki nilai-nilai dalam memberikan pertolongan kepada orang lain. Meningkatnya perasaan dan emosi positif di dalam
Dapat merasakan apa yang orang lain rasakan
sendiri,
mengurangi
penderitaan
bebannya
37 Saya akan berusaha untuk memberikan perhatian pada orang lain, terlebih saat mereka sedang mengalami kesulitan. 5 Saya dapat
40 Saya tidak perlu memperhatikan orang lain, karena setiap orang memiliki urusan masing-masing
merasakan
merasakan apa yang
kebutuhan
2Saya kesulitan untuk
orang orang lain rasakan
lain, sehingga saya tergerak
untuk
menolong Berusaha menunjukan perasaan kasih sayang dan perhatian pada orang lain
11 Saya akan berusaha memberikan pertolongan kepada orang lain dengan perhatian dan penuh kasih sayang
8 Menolong orang lain tidak perlu didasari dengan rasa kasih sayang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
diri, serta merasa dibutuhkan.
Memberikan pertolongan karena merasa peduli kepada orang lain
Memiliki keyakinan atas nilai dari pertolongan.
Memiliki perasaan dan emosi positif
17 Saya akan segera menolong orang lain ketika mengalami masalah, karena saya merasa peduli pada orang tersebut 23 Saya tergerak untuk menolong orang lain yang tidak dikenal, karena saya merasa peduli 29 Rasa kepedulian yang saya miliki akan saya tunjukkan melalui pertolongan yang akan saya berikan kepada orang yang membutuhkan 35 Menolong orang lain adalah tindakan yang bernilai sehingga saya tergerak untuk memberikan pertolongan 41 Menolong orang lain akan memberikan dampak positif bagi saya 43 Suasana hati saya akan berubah menjadi lebih baik dan bersemangat ketika saya menolong orang lain. 47 Saya akan merasa berharga ketika dapat menolong
14 Saya tidak mudah tergerak untuk menolong orang lain, karena setiap orang memiliki urusan masing-masing 20 Saya tidak mudah menolong orang yang tidak dikenal
26 Saya tidak akan menunjukkan kepedulian saya dengan memberikan pertolongan, apalagi kepada orang yang tidak saya kenal 32 Menolong orang lain adalah tindakan yang sia-sia
38 Menolong orang lain tidak akan berdampak apa-apa terhadap diri saya 45 Menolong orang lain tidak mengubah perasaan saya menjadi lebih positif
50 Menurut saya, memberi pertolongan tidak membuat saya merasa lebih berharga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Merasa dibutuhkan 51 Saya merasa pertolongan saya 22 akan sangat dibutuhkan oleh orang lain, sehingga saya akan berusaha membantu orang lain 49
48 Menurut saya, setiap orang dapat memecahkan masalahnya sendiri, sehingga saya tidak perlu memberikan pertolongan kepada orang yang memiliki masalah lain 52 Saya merasa orang
Orang
membutuhkan
lain
tidak
pertolongan saya
membutuhkan bantuan saya, sehingga saya tidak perlu menolong
3.
Tindakan: Memiliki keinginan untuk menolong maka mereka akan menindaklanjutinya dengan bertindak, yaitu memberikan pertolongan tanpa menuntut imbalan dalam bentuk apapun. mengekspresikan kepedulian dan mencoba sesuatu untuk meringkankan penderitaan orang lain. Bentuk pertolongan yang diberikan adalah pertolongan yang sukarela.
Memberikan pertolongan karena memiliki keinginan dari dalam diri
Menolong untuk meringankan penderitaan orang lain
3 Saya akan memberikan pertolongan kepada orang lain yang didasari oleh keinginan saya sendiri. 9 Saya ingin menolong orang lain tanpa paksaan dari pihak manapun 15 Saya akan menyempatkan diri untuk menolong orang lain yang mengalami kesulitan, meskipun saya sedang sibuk 21 Saya ingin
6 Saya perlu diingatkan orang lain untuk memberikan pertolongan
meringankan
meringankan
penderitaan
12 Saya menolong orang lain jika terpaksa 18 Saya tidak akan berusaha untuk menolong orang lain ketika saya sedang sibuk
24 Setiap orang dapat
orang penderitaannya
lain, sehingga saya sendiri, sehingga saya tidak perlu menolong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
tergerak
untuk
menolong Memberikan 27 Saya tidak akan pertolongan tanpa meminta imbalan menuntut imbalan apapun dan dengan dalam bentuk apapun sukarela 16 atas bantuan yang saya berikan.
30
Saya
mempertimbangkan keuntungan kerugian
dan dalam
memberikan pertolongan
33 Meskipun tidak 36 Jika menolong tidak ada keuntungan yang menguntungkan saya, saya dapat, saya akan saya tidak akan mau tetap menolong
39
memberi pertolongan
Saya
akan 42 Menurut saya, tidak
memberikan
ada pertolongan yang
pertolongan kepada diberikan orang lain, didasari
dengan
karena cuma-cuma oleh
keikhlasan dan tanpa pamrih 44 Dilihat atau tidak dilihat orang lain, saya akan tetap memberi pertolongan
46 Saya suka memberitahu orang lain bahwa saya adalah orang suka menolong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Lampiran 2 Skala Uji Coba SKALA PENELITIAN PSIKOLOGI
Disusun oleh : Felinsa Oktora Tanau 129114015
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Salam Sejahtera. Perkenalkan, saya Felinsa Oktora Tanau. Saya adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir, maka saya mengharapkan partisipasi anda untuk mengisi skala ini. Topik penelitian saya adalah tentang relasi antar individu. Informasi yang anda berikan akan menjadi informasi yang berguna apabila anda memberikan jawaban yang jujur, spontan, dan apa adanya. Tidak ada jawaban yang benar atau yang salah, maka silakan anda memberikan jawaban yang paling sesuai dengan diri anda. Saya memahami bahwa mungkin saja jawaban yang anda berikan bersifat rahasia. Oleh karena itu, saya akan menjaga kerahasiaan identitas dan jawaban yang telah anda berikan. Saya hanya akan menggunakan informasi dari anda untuk kepentingan penelitian ini saja. Saya mengucapkan terimakasih atas kerjasama dan kesediaan anda untuk mengisi skala ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN Setelah membaca dan memahami informasi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sdri. Felinsa Oktora Tanau, saya bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya berpartisipasi secara suka rela dan tanpa paksaan atau tekanan dari pihak tertentu. Semua jawaban yang saya berikan dalam skala penelitian merupakan jawaban yang jujur dan murni berasal dari diri saya yang sesungguhnya, dan bukan berdasarkan apa yang benar atau salah dan apa yang baik atau buruk dalam masyarakat. Saya juga mengijinkan peneliti untuk menggunakan jawaban-jawaban yang saya berikan untuk kepentingan penelitian ini. Menyetujui, …………, ……………. 2016
(Tanda Tangan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
IDENTITAS Inisial
:
Usia
:
Jenis Kelamin
: P / L (lingkari yang sesuai)
Status Pernikahan
: Belum / Menikah (lingkari yang sesuai)
Pekerjaan
:
Tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
PETUNJUK 1. Skala ini bertujuan untuk meneliti tentang relasi antar individu. 2. Skala ini terdiri atas pernyataan-pernyataan. Di samping setiap pernyataan, disediakan pilihan jawaban berkisar antara: SS = Sangat Setuju, S = Setuju, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju. Tugas Anda adalah menyatakan kesetujuan/ketidaksetujuan Anda terhadap masing-masing pernyataan dengan memilih salah satu pilihan jawaban dengan cara memberi tanda X pada kolom pilihan jawaban yang sesuai. Contoh pengisian Pernyataan
SS
S
TS
Saya adalah seorang yang pemalu
STS X
Contoh penggantian jawaban Pernyataan Saya adalah seorang yang pemalu
SS
S X
TS
STS X
3. Kerjakanlah secara langsung pada lembar skala yang disediakan. 4. Dalam mengerjakan skala ini, bekerjalah secara spontan. Tidak ada jawaban benar atau salah, yang penting kerjakanlah sesuai keadaan Anda yang sebenarnya. Skala ini tidak berpengaruh terhadap penilaian pribadi Anda. 5. Jangan ada pernyataan yang terlewati. =Selamat Mengerjakan=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
No
Pilihan Jawaban
Pernyataan SS
1.
Saya akan berusaha memberikan pertolongan kepada orang yang sedang menangis, karena saya dapat memahami perasaan orang tersebut.
2.
Saya kesulitan untuk merasakan apa yang orang lain rasakan.
3.
Saya akan memberikan pertolongan kepada orang lain yang didasari oleh keinginan saya sendiri.
4.
Ketika ada orang lain menangis, saya kesulitan memahami alasan dibalik kesedihannya.
5.
Saya dapat merasakan kebutuhan orang lain, sehingga saya tergerak untuk menolong.
6.
Saya perlu diingatkan orang lain untuk memberikan pertolongan.
7.
Hati saya tergerak untuk menolong orang lain yang sedang mengalami kesusahan.
8.
Menolong orang lain tidak perlu didasari dengan rasa kasih sayang.
9.
Saya ingin menolong orang lain tanpa paksaan dari pihak manapun.
10.
Ketika ada orang lain bercerita tentang masalahnya, ceritanya.
saya
kesulitan
memahami
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
No
Pilihan Jawaban
Pernyataan SS
11.
Saya akan berusaha memberikan pertolongan kepada orang lain dengan perhatian dan penuh kasih sayang.
12.
Saya menolong orang lain jika terpaksa.
13.
Ketika melihat orang lain terjatuh, saya akan segera menolongnya, karena saya sadar ia membutuhkan saya.
14.
Saya tidak mudah tergerak untuk menolong orang lain, karena setiap orang memiliki urusan masing-masing.
15.
Saya akan menyempatkan diri untuk menolong orang lain yang mengalami kesulitan, meskipun saya sedang sibuk.
16.
Saya hanya akan memberikan pertolongan jika orang lain meminta kepada saya.
17.
Saya akan segera menolong orang lain ketika mengalami masalah, karena saya merasa peduli pada orang tersebut.
18.
Saya tidak akan berusaha untuk menolong orang lain ketika saya sedang sibuk.
19.
Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, sehingga saya akan berusaha untuk terus memberikan pertolongan pada orang lain.
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
No
Pilihan Jawaban
Pernyataan SS
20.
Saya tidak mudah menolong orang yang tidak dikenal.
21.
Saya ingin meringankan penderitaan orang lain, sehingga saya tergerak untuk menolong.
22.
Saya yakin setiap orang bisa berkembang sendiri, sehingga saya tidak perlu memberikan pertolongan.
23.
Saya tergerak untuk menolong orang lain yang tidak dikenal, karena saya merasa peduli.
24.
Setiap orang dapat meringankan penderitaannya sendiri, sehingga saya tidak perlu menolong.
25.
Saya menolong orang lain, karena saya ingin orang lain memiliki hidup yang lebih sejahtera.
26.
Saya tidak akan menunjukkan kepedulian saya dengan
memberikan
pertolongan,
apalagi
kepada orang yang tidak saya kenal. 27.
Saya tidak akan meminta imbalan dalam bentuk apapun atas bantuan yang saya berikan.
28.
Kesejahteraan diri saya adalah yang terpenting.
29.
Rasa kepedulian yang saya miliki akan saya tunjukkan melalui pertolongan yang akan saya berikan kepada orang yang membutuhkan.
30.
Saya
mempertimbangkan
keuntungan
kerugian dalam memberikan pertolongan.
dan
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
No
Pilihan Jawaban
Pernyataan SS
31.
Saya tergerak untuk menolong orang yang sedang mengalami kesulitan, agar mereka terlepas dari penderitaan.
32.
Menolong orang lain adalah tindakan yang siasia.
33.
Meskipun
tidak ada keuntungan yang saya
dapat, saya akan tetap menolong. 34.
Saya yakin setiap orang bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, sehingga saya tidak perlu mengurangi bebannya.
35.
Menolong orang lain adalah tindakan yang bernilai
sehingga
saya
tergerak
untuk
memberikan pertolongan.
36.
Jika menolong tidak menguntungkan saya, saya tidak akan mau memberi pertolongan.
37.
Saya
akan
berusaha
untuk
memberikan
perhatian pada orang lain, terlebih saat mereka sedang mengalami kesulitan. 38.
Menolong orang lain tidak akan berdampak apaapa terhadap diri saya.
39.
Saya akan memberikan pertolongan kepada orang lain, karena didasari oleh keikhlasan dan tanpa pamrih.
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
No
Pilihan Jawaban
Pernyataan SS
40.
Saya tidak perlu memperhatikan orang lain, karena setiap orang memiliki urusan masingmasing.
41.
Menolong orang lain akan memberikan dampak positif bagi saya.
42.
Menurut saya, tidak ada pertolongan yang diberikan dengan cuma-cuma.
43.
Suasana hati saya akan berubah menjadi lebih baik dan bersemangat ketika saya menolong orang lain.
44.
Dilihat atau tidak dilihat orang lain, saya akan tetap memberi pertolongan.
45.
Menolong orang lain tidak mengubah perasaan saya menjadi lebih positif.
46.
Saya suka memberitahu orang lain bahwa saya adalah orang suka menolong.
47.
Saya akan merasa berharga ketika dapat menolong.
48.
Menurut saya, setiap orang dapat memecahkan masalahnya sendiri, sehingga saya tidak perlu memberikan pertolongan kepada orang yang memiliki masalah.
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
No
Pilihan Jawaban
Pernyataan SS
49.
Orang lain membutuhkan pertolongan saya.
50.
Menurut saya, memberi pertolongan tidak membuat saya merasa lebih berharga.
51.
Saya merasa pertolongan saya akan sangat dibutuhkan oleh orang lain, sehingga saya akan berusaha membantu orang lain.
52.
Saya merasa orang lain tidak membutuhkan bantuan saya, sehingga saya tidak perlu menolong.
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 3 Skala Altruisme SKALA PENELITIAN PSIKOLOGI
Disusun oleh : Felinsa Oktora Tanau 129114015
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Salam Sejahtera. Perkenalkan, saya Felinsa Oktora Tanau. Saya adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir, maka saya mengharapkan partisipasi anda untuk mengisi skala ini. Topik penelitian saya adalah tentang relasi antar individu. Informasi yang anda berikan akan menjadi informasi yang berguna apabila anda memberikan jawaban yang jujur, spontan, dan apa adanya. Tidak ada jawaban yang benar atau yang salah, maka silakan anda memberikan jawaban yang paling sesuai dengan diri anda. Saya memahami bahwa mungkin saja jawaban yang anda berikan bersifat rahasia. Oleh karena itu, saya akan menjaga kerahasiaan identitas dan jawaban yang telah anda berikan. Saya hanya akan menggunakan informasi dari anda untuk kepentingan penelitian ini saja. Saya mengucapkan terimakasih atas kerjasama dan kesediaan anda untuk mengisi skala ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN Setelah membaca dan memahami informasi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sdri. Felinsa Oktora Tanau, saya bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya berpartisipasi secara suka rela dan tanpa paksaan atau tekanan dari pihak tertentu. Semua jawaban yang saya berikan dalam skala penelitian merupakan jawaban yang jujur dan murni berasal dari diri saya yang sesungguhnya, dan bukan berdasarkan apa yang benar atau salah dan apa yang baik atau buruk dalam masyarakat. Saya juga mengijinkan peneliti untuk menggunakan jawaban-jawaban yang saya berikan untuk kepentingan penelitian ini. Menyetujui, …..…………, ……………. 2016
(Tanda Tangan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
IDENTITAS Inisial
:
Usia
:
Jenis Kelamin
: P / L (lingkari yang sesuai)
Status Pernikahan
: Belum Menikah / Menikah (lingkari yang sesuai)
Pekerjaan
:
Tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
PETUNJUK 1. Skala ini bertujuan untuk meneliti tentang relasi antar individu. 2. Skala ini terdiri atas pernyataan-pernyataan. Di samping setiap pernyataan, disediakan pilihan jawaban berkisar antara: SS = Sangat Setuju, S = Setuju, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju. Tugas Anda adalah menyatakan kesetujuan/ketidaksetujuan Anda terhadap masing-masing pernyataan dengan memilih salah satu pilihan jawaban dengan cara memberi tanda X pada kolom pilihan jawaban yang sesuai. Contoh pengisian Pernyataan
SS
S
TS
Saya adalah seorang yang pemalu
STS X
Contoh penggantian jawaban Pernyataan Saya adalah seorang yang pemalu
SS
S X
TS
STS X
3. Kerjakanlah secara langsung pada lembar skala yang disediakan. 4. Dalam mengerjakan skala ini, bekerjalah secara spontan. Tidak ada jawaban benar atau salah, yang penting kerjakanlah sesuai keadaan Anda yang sebenarnya. Skala ini tidak berpengaruh terhadap penilaian pribadi Anda. 5. Jangan ada pernyataan yang terlewati. =Selamat Mengerjakan=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
No
Pilihan Jawaban
Pernyataan SS
1.
Saya dapat merasakan kebutuhan orang lain, sehingga saya tergerak untuk menolong.
2.
Saya perlu diingatkan orang lain untuk memberikan pertolongan.
3.
Hati saya tergerak untuk menolong orang lain yang sedang mengalami kesusahan.
4.
Saya ingin menolong orang lain tanpa paksaan dari pihak manapun.
5.
Saya akan berusaha memberikan pertolongan kepada orang lain dengan perhatian dan penuh kasih sayang.
6.
Saya menolong orang lain jika terpaksa.
7.
Ketika melihat orang lain terjatuh, saya akan segera menolongnya, karena saya sadar ia membutuhkan saya.
8.
Saya tidak mudah tergerak untuk menolong orang lain, karena setiap orang memiliki urusan masingmasing.
9.
Saya akan menyempatkan diri untuk menolong orang lain yang mengalami kesulitan, meskipun saya sedang sibuk.
10.
Saya hanya akan memberikan pertolongan jika orang lain meminta kepada saya.
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
No
Pilihan Jawaban
Pernyataan SS
11.
Saya akan segera menolong orang lain ketika mengalami masalah, karena saya merasa peduli pada orang tersebut.
12.
Saya tidak akan berusaha untuk menolong orang lain ketika saya sedang sibuk.
13.
Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, sehingga saya akan berusaha untuk terus memberikan pertolongan pada orang lain.
14.
Saya tidak mudah menolong orang yang tidak dikenal.
15.
Saya ingin meringankan penderitaan orang lain, sehingga saya tergerak untuk menolong.
16.
Saya yakin setiap orang bisa berkembang sendiri, sehingga saya tidak perlu memberikan pertolongan.
17.
Saya tergerak untuk menolong orang lain yang tidak dikenal, karena saya merasa peduli.
18.
Setiap orang dapat meringankan penderitaannya sendiri, sehingga saya tidak perlu menolong.
19.
Saya tidak akan menunjukkan kepedulian saya dengan memberikan pertolongan, apalagi kepada orang yang tidak saya kenal.
20.
Saya tidak akan meminta imbalan dalam bentuk apapun atas bantuan yang saya berikan.
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
No
Pilihan Jawaban
Pernyataan SS
21.
Rasa kepedulian yang saya miliki akan saya tunjukkan melalui pertolongan yang akan saya berikan kepada orang yang membutuhkan.
22.
Saya mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dalam memberikan pertolongan.
23.
Saya tergerak untuk menolong orang yang sedang mengalami kesulitan, agar mereka terlepas dari penderitaan.
24.
Menolong orang lain adalah tindakan yang sia-sia.
25.
Meskipun tidak ada keuntungan yang saya dapat, saya akan tetap menolong.
26.
Saya yakin setiap orang bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, sehingga saya tidak perlu mengurangi bebannya.
27.
Menolong orang lain adalah tindakan yang bernilai sehingga
saya
tergerak
untuk
memberikan
pertolongan. 28.
Jika menolong tidak menguntungkan saya, saya tidak akan mau memberi pertolongan.
29.
Saya akan berusaha untuk memberikan perhatian pada orang lain, terlebih saat mereka sedang mengalami kesulitan.
30.
Saya akan memberikan pertolongan kepada orang lain, karena didasari oleh keikhlasan dan tanpa pamrih.
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
No
Pilihan Jawaban
Pernyataan SS
31.
Saya tidak perlu memperhatikan orang lain, karena setiap orang memiliki urusan masing-masing.
32.
Menolong orang lain akan memberikan dampak positif bagi saya.
33.
Suasana hati saya akan berubah menjadi lebih baik dan bersemangat ketika saya menolong orang lain.
34.
Dilihat atau tidak dilihat orang lain, saya akan tetap memberi pertolongan.
35.
Saya akan merasa berharga ketika dapat menolong.
36.
Menurut saya, setiap orang dapat memecahkan masalahnya sendiri, sehingga saya tidak perlu memberikan pertolongan kepada orang yang memiliki masalah.
37.
Menurut saya, memberi pertolongan tidak membuat saya merasa lebih berharga.
38.
Saya merasa pertolongan saya akan sangat dibutuhkan oleh orang lain, sehingga saya akan berusaha membantu orang lain.
39.
Saya merasa orang lain tidak membutuhkan bantuan saya, sehingga saya tidak perlu menolong.
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 4 Korelasi Item Total Skala Altruisme Item Total Statistic
X5 X6 X7 X9 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X26 X27 X29 X30 X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37
Scale Mean if Item Deleted 119.09 119.04 118.87 118.64 119.08 118.79 118.99 119.15 119.25 119.23 119.08 119.29 118.89 119.43 119.02 119.13 119.15 119.15 119.09 118.82 119.03 119.08 119.12 118.58 118.92 119.11 118.92 118.79 119.01
Scale Variance if Item Deleted 122.325 123.857 122.397 123.223 122.175 122.390 121.949 119.301 121.866 122.825 121.145 121.703 123.008 122.530 120.909 121.730 122.250 121.866 122.063 123.078 122.514 122.579 122.309 121.923 120.438 121.634 121.428 122.168 122.515
Corrected Item-Total Correlation .521 .303 .462 .380 .447 .421 .491 .539 .528 .390 .514 .581 .318 .411 .662 .472 .463 .478 .385 .309 .434 .400 .593 .514 .617 .481 .451 .472 .438
Cronbach's Alpha if Item Deleted .922 .924 .923 .924 .923 .923 .923 .922 .922 .924 .922 .922 .925 .923 .921 .923 .923 .923 .924 .925 .923 .923 .922 .922 .921 .923 .923 .923 .923
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
X39 X40 X41 X43 X44 X47 X48 X50 X51 X52
118.80 119.13 118.69 118.84 118.81 118.94 119.14 119.05 119.17 119.01
120.848 118.680 122.923 122.681 121.489 120.602 120.202 121.967 121.435 120.778
.568 .609 .407 .383 .559 .507 .568 .430 .466 .586
.922 .921 .923 .924 .922 .922 .922 .923 .923 .922
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 5 Uji Reliabilitas alpha cronbach Skala Altruisme Reliability Statistic Cronbach's Alpha 0,925
N of Items 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Lampiran 6 Data Deskriptif Subjek Penelitian Statistics Kelompok Valid
N
Jenis Kelamin
Status Pernikahan
Pekerjaan
TOTAL
200
200
200
200
200
200
0 1.50 .035 1.50 1a .501 .251 .000 .172 -2.020 .342 1 1 2 300 1.00
0 35.46 .748 35.50 25 10.572 111.767 .459 .172 -.765 .342 40 20 60 7091 26.00
0 1.38 .034 1.00 1 .485 .236 .520 .172 -1.747 .342 1 1 2 275 1.00
0 1.71 .032 2.00 2 .455 .207 -.933 .172 -1.142 .342 1 1 2 342 1.00
0
0 130.07 .798 127.00 118a 11.285 127.352 .750 .172 -.300 .342 42 114 156 26014 121.00
50
1.50
35.50
1.00
2.00
127.00
75
2.00
42.75
2.00
2.00
137.00
Missing
Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation Variance Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis Range Minimum Maximum Sum 25 Percentiles
Usia
Kelompok Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
AWAL
100
50.0
50.0
50.0
MADYA
100
50.0
50.0
100.0
Total
200
100.0
100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Usia Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
20
4
2.0
2.0
2.0
21
6
3.0
3.0
5.0
22
7
3.5
3.5
8.5
23
11
5.5
5.5
14.0
24
7
3.5
3.5
17.5
25
13
6.5
6.5
24.0
26
4
2.0
2.0
26.0
27
7
3.5
3.5
29.5
28
8
4.0
4.0
33.5
29
8
4.0
4.0
37.5
30
4
2.0
2.0
39.5
31
9
4.5
4.5
44.0
32
5
2.5
2.5
46.5
33
1
.5
.5
47.0
34
3
1.5
1.5
48.5
35
3
1.5
1.5
50.0
36
12
6.0
6.0
56.0
37
6
3.0
3.0
59.0
38
9
4.5
4.5
63.5
39
4
2.0
2.0
65.5
40
7
3.5
3.5
69.0
41
5
2.5
2.5
71.5
42
7
3.5
3.5
75.0
43
5
2.5
2.5
77.5
44
1
.5
.5
78.0
45
4
2.0
2.0
80.0
46
4
2.0
2.0
82.0
47
4
2.0
2.0
84.0
48
3
1.5
1.5
85.5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
49
7
3.5
3.5
89.0
50
2
1.0
1.0
90.0
51
3
1.5
1.5
91.5
53
3
1.5
1.5
93.0
54
1
.5
.5
93.5
55
3
1.5
1.5
95.0
56
3
1.5
1.5
96.5
57
2
1.0
1.0
97.5
58
2
1.0
1.0
98.5
59
1
.5
.5
99.0
60
2
1.0
1.0
100.0
200
100.0
100.0
Total
Jenis Kelamin Frequency Laki-laki Valid
Perempuan Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
125
62.5
62.5
62.5
75
37.5
37.5
100.0
200
100.0
100.0
Status Pernikahan Frequency Belum Menikah
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
58
29.0
29.0
29.0
Menikah
142
71.0
71.0
100.0
Total
200
100.0
100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Pekerjaan Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
CPNS
1
.5
.5
.5
HONORER
1
.5
.5
1.0
IRT
8
4.0
4.0
5.0
PENSIUNAN BUMN
1
.5
.5
5.5
PENSIUNAN POLRI
1
.5
.5
6.0
PHL POLDA
1
.5
.5
6.5
16
8.0
8.0
14.5
121
60.5
60.5
75.0
PSIKOLOG
1
.5
.5
75.5
SECURITY
1
.5
.5
76.0
41
20.5
20.5
96.5
TIDAK BEKERJA
4
2.0
2.0
98.5
WIRASWASTA
3
1.5
1.5
100.0
200
100.0
100.0
PNS POLRI
SWASTA
Total
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Lampiran 7 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
AWAL MADYA 100 100 11,1635 2,1301 ,37017
,03586
,144 ,144 -,097 1,439 ,032
,098 ,098 -,080 ,981 ,291
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Lampiran 8 Uji Homogenitas Levene Statistic 4,165
Df 198
Sig. 0,043
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Lampiran 9 Uji Hipotesis Group Statistic Kelompok
N
A B
Mean 100 100
123.85 135.30
Std. Deviation 9.632 11.439
Std. Error Mean .963 1.144
Independent Sample t-test Levene's Test for Equality of Variances F Sig.
Equal variances assumed Equal variances not assumed
4,165
,043
t-test for Equality of Means
T
Df
Sig. (2taile d)
Mean Differe nce
Std. Error Diffe rence
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
-7,657
198
,000
-11,450
1,495
-14,399
-8,501
-7,657
192,420
,000
-11,450
1,495
-14,400
-8,500