PERKEMBANGAN VAKSIN UNTUK SCHISTOSOMA

Download R e v i e w i n i b e r t u j u a n u n t u k menggambarkan beberapa kandidat vaksin terhadap S. japonicum. BAHAN DAN METODE. Metode ...

1 downloads 569 Views 523KB Size
Review Artikel : Perkembangan Vaksin.................... (Anis Nurwidayati)

Review Artikel : Perkembangan Vaksin untuk Schistosoma japonicum Vaccines Development for Schistosoma japonicum : A Literature Review Anis Nurwidayati*

Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI Jl. Masitudju No.58 Labuan Panimba, Labuan, Donggala, Sulawesi Tengah, Indonesia

INFO ARTIKEL

A B S T R A C T / A B S T R A K

Article History: Received: 7 Oct. 2016 Revised: 14 -20 Des. 2016 Accepted: 22 Des. 2016

Schistosomiasis infects 261 million people in 78 countries with 600 million people at risk of infection. Schistosomiasis in Indonesia is due to blood trematode Schistosoma japonicum and Oncomelania hupensis lindoensis snail as intermediate host. Schistosomiasis control is conducted by the management of environment as well as treatment with praziquantel. The long periode and continously drug use may result in drug resistance. Based on these, vaccines against schistosomiasis, as schistosomiasis control strategies in the future, is needed. This review was aimed to describe some of the vaccine candidates against S. japonicum with their level of efficacy, which composed by many schistosomiasis vaccine-related scientific literature. Schistosomiasis vaccine candidate proteins showed varying levels of efficacy and no one has the most potential. Although the development of vaccines against schistosomiasis is quite difficult, the research must still be continued.

Keywords: schistosomiasis, Schistosoma japonicum, vaccine

Kata Kunci: schistosomiasis, Schistosoma japonicum, vaksin

Schistosomiasis menginfeksi 261 juta orang di 78 negara dengan 600 juta orang berisiko terinfeksi. Schistosomiasis di Indonesia disebabkan cacing trematoda darah Schistosoma japonicum dengan hospes perantara keong Oncomelania hupensis lindoensis. Pengendalian schistosomiasis dilakukan dengan pengelolaan lingkungan maupun pengobatan dengan praziquantel. Penggunaan obat yang berlangsung terus menerus berpotensi untuk terjadinya resistensi. Berdasarkan hal tersebut diperlukan adanya vaksin anti schistosomiasis sebagai strategi pengendalian schistosomiasis di masa depan. Review ini bertujuan untuk menggambarkan beberapa kandidat vaksin terhadap S. japonicum dengan tingkat efikasinya. Metode penulisan ini menggunakan penelusuran literatur ilmiah terkait vaksin schistosomiasis. Berbagai protein kandidat vaksin schistosomiasis yang sudah diteliti menunjukkan tingkat efikasi yang bervariasi dan belum ada yang paling potensial. Meskipun pengembangan vaksin anti schistosomiasis cukup sulit, namun upaya tersebut harus tetap dilakukan. © 2016 Jurnal Vektor Penyakit. All rights reserved

*Alamat Korespondensi : email : [email protected]

PENDAHULUAN Schistosomiasis merupakan penyakit parasit paling mematikan kedua setelah malaria.1 Penyakit ini menimbulkan dampak kerugian ekonomi dan masalah kesehatan masyarakat di banyak negara berkembang. Schistosomiasis menginfeksi 261 juta orang di 78 negara dengan 600 juta orang berisiko terinfeksi. Penyakit ini tersebar di negaranegara berkembang baik tropik maupun subtropik yaitu China, Jepang, Philipina, 1 Indonesia, Vietnam, Laos, Thailand, Kamboja. Beberapa spesies cacing schistosoma yang menginfeksi manusia telah diketahui,

yang mana tergantung pada jenis keong perantara yang berbeda – beda. Schistosoma haematobium menyebabkan schistosomiasis urinaria di Afrika, Timur Tengah dan Mediterania bagian timur. Empat spesies cacing yang lain menyebabkan s c h i s t o s o m i a s i s i n t e s t i n a l , ya i t u S . intercalatum terjadi di sepuluh negara di kawasan hutan hujan di Afrika, S. mansoni ditemukan di lebih dari 52 negara di Afrika, Karibia, Mediterania bagian timur, Amerika Latin; S. japonicum dan S. mekongi ditemukan di asia dan kawasan pasifik.1

59

Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 10 No. 2, 2016 : 59–64

Schistosomiasis di Indonesia merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan cacing trematoda darah S. japonicum dengan hospes perantara keong Oncomelania hupensis lindoensis. Schistosomiasis sering disebut juga sebagai demam keong di daerah endemis di Indonesia. Schistosomiasis di Indonesia hanya ditemukan di Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di dataran tinggi Lindu, Kabupaten Sigi dan dataran tinggi Napu dan dataran tinggi Bada, 2 Kabupaten Poso. Pengendalian schistosomiasis sudah lama dilakukan, baik dengan pengelolaan linkungan maupun pengobatan dengan praziquantel (PZQ). 3 Penggunaan PZQ memiliki beberapa keterbatasan, di antaranya adalah penggunaannya yang berlangsung terus menerus selama lebih dari dua puluh tahun berpotensi untuk terjadinya resistensi.4 Keterbatasan lain adalah PZQ tidak dapat mencegah terjadinya infeksi schistosomiasis. Schistosomiasis juga masih ditemukan semakin luas di beberapa wilayah, misalnya di Cina. Prevalensi kasus schistosomiasis di Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia tahun 2010 – 2015 berfluktuasi yaitu 2,12%, 0,26%, 5 1,13%, 0,79%, 1,01%, 1,24%. Schistosomiasis di China masih ditemukan di 10 provinsi, dengan prevalensi bervariasi dari di bawah satu persen sampai di atas 20% pada tahun 2008. Upaya pengendalian sudah dilakukan sejak tahun 1950an di China baik dengan pengobatan dengan Praziquantel 6 maupun pengelolaan lingkungan. Schistosomiasis di Filipina ditemukan di 28 provinsi dengan prevalensi rata-rata 2,5% pada tahun 2004. Pengendalian terutama dilakukan pada manusia dengan pengobatan menggunakan Praziquantel yang telah 7 berlangsung lebih dari 20 tahun. Berdasarkan hal tersebut diperlukan adanya vaksin anti schistosomiasis sebagai strategi pengendalian schistosomiasis di masa 8-10 depan. Review ini bertujuan untuk menggambarkan beberapa kandidat vaksin terhadap S. japonicum. BAHAN DAN METODE Metode penulisan ini menggunakan penelusuran literatur dengan menelaah

60

artikel dan jurnal ilmiah terkait perkembangan penelitian vaksin schistosomiasis, terutama untuk S. japonicum. Penelitian pengembangan vaksin untuk schistosomiasis sudah dimulai sejak lebih dari 20 tahun lalu. Pada tahun 1990-an WHO menyediakan pendanaan untuk pengembangan kandidat vaksin anti schistosomiasis. Sampai dengan saat ini sudah diteliti lebih dari 100 jenis antigen dari cacing 11 schistosoma. Akan tetapi pada literatur ini hanya beberapa antigen yang dibahas dengan kelebihan dan kekurangan dari antigen tersebut. HASIL Respon imun schistosomiasis Pengembangan vaksin anti schistosomiasis tidak dapat terpisah dari pemahaman mengenai respon imun terhadap schistosomiasis. Gejala kronis schistosomiasis lebih banyak bukan disebabkan oleh cacing dewasa, melainkan oleh respon imun sel T penderita dalam melawan telur cacing S. japonicum yang terperangkap dalam jaringan, terutama di hati dan usus. Telur S. japonicum yang terperangkap mengeluarkan molekul + yang memicu sel T CD4 untuk membentuk granuloma, peradangan dengan melibatkan eosinofil, monosit, dan limfosit, yang dikenal dengan hipersensitivitas tipe Delayed Type Hypersensitivity (DTH). Granuloma juga ditandai dengan adanya penumpukan kolagen dalam jaringan hati yag diikuti dengan 12 fibrosis. Penelitian juga menunjukkan bahwa Inter Leukin (IL-13) dan IL-13 receptor complex berperan penting sebagai pengatur utama dalam perkembangan tingkat 12-14 keparahan schistosomiasis. Beberapa penelitian tentang reinfeksi s e te l a h p e n g o b a t a n s c h i s to s o m i a s i s menunjukkan bahwa penduduk yang tinggal d i d a e ra h e n d e m i s s c h i s t o s o m i a s i s mendapatkan imunitas dapatan/acquired immunity setelah beberapa tahun terpapar infeksi S. mansoni, S. haematobium atau S. 15-20 japonicum. Imunitas dapatan terhadap schistosomiasis diperantarai oleh sel T helper 2 (Th2) dengan bantuan immunoglobulin E (IgE).

Review Artikel : Perkembangan Vaksin.................... (Anis Nurwidayati)

K andidat vaksin anti Schistosoma japonicum Penelitian untuk mengidentifikasi antigen yang relevan sebagai kandidat vaksin telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kandidat vaksin schistosomiasis dapat menargetkan pencegahan infeksi schistosomiasis maupun mengurangi fekunditas parasit. Target antigen yang menjadi gold standard kandidat vaksin

adalah yang dapat mengurangi jumlah cacing schistosoma dalam tubuh, mengingat bahwa telur cacing bertanggung jawab baik dalam patologi maupun penularan schistosomiasis. Antigen kandidat vaksin yang memiliki kemampuan menurunkan fekunditas cacing dan viabilitas telur juga dapat dipertimbangkan. Beberapa penelitian antigen kandidat vaksin menunjukkan efikasi yang bervariasi (Tabel 1.)

Tabel 1. Protein kandidat vaksin S. japonicum dan efikasinya dalam hewan coba tikus dan hospes reservoir S. japonicum Antigen (nataive dan protein rekombinan) Paramyosin (native)

Sj³ ¹

Ukuran (kDa) ³¹

Paramyosin (rekombinan)

Sj³ ¹

³¹

Integral membran protein (rekombinan) Calpain sub unit (recombinan) 6⁰ -kDa Gluthatione S Transferase (rekombinan)

Sj67

67

Calpain

² 4

Sj6⁰ GST

6⁰

Serpin

89

Cacing dewasa

Sj58

58

Semua Tahap

Serin Protease Inhibitor(rekombinan) Fatty Acid Binding Protein (FABP rekombinan)

Singkatan

Target / Sasaran Vaksin Schistosomula, cacing dewasa Schistosomula, cacing dewasa Semua tahap cacing Semua tahap cacing Semua tahap cacing

Fungsi Biologis Protein kontraktil Protein kontraktil Protein membran Protease

± Penurunan Jumlah Cacing Mencit Hospes lain 6¹ -86 75-48 (domba, sapi) 64-60 5¹ -60 (kerbau, babi, domba) 6¹ -35 76-59 (kerbau, sapi, domba) 84-41

Enzim

68-30

Inhibitor Protease Serin Mengikat asam lemak

7⁰ 78-49

69-62 (kerbau. sapi, babi, domba) 76-59 (tikus, domba)

Sumber : Data sekunder 9,10,14.21

pada mencit, kerbau, dan hospes mamalia lain.22 Penelitian juga menunjukkan bahwa antibodi isotipe pada manusia dan sitokin Th2 menunjukkan respon yang baik terhadap Sj97. Kekurangan protein ini adalah ketersediaan protein tersebut dalam bentuk larutan, mungkin disebabkan karena bentuk protein coil/terpilin dan ukurannya yang besar. Kesulitan tersebut menyebabkan protein sulit untuk diperoleh dalam jumlah yang cukup.23 Paramyosin (Sj97) Kekurangan tersebut memicu penelitian Paramyosin adalah protein myofibril lebih lanjut dengan pembuatan vaksin berukuran 97-kDa denngan struktur rekombinan protein paramyosin. Fragmen berbentuk coil/kumparan/spiral. Protein ini gen penyandi protein tersebut diambil dan ditemukan terutama pada invertebrata. diekspresikan dalam bakteri Pichia pastoris Pa ra myo s i n d i te m u ka n p a d a b a g i a n atau Escherichia coli. Protein rekombinan permukaan/tegumen schistosomula saat tersebut berhasil diproduksi dalam jumlah berada di organ paru hospes yang memiliki banyak dan dipurifikasi untuk disuntikkan b e r b a g a i f u n g s i . Ke l e b i h a n p ro t e i n pada mencit BALB/c. Protein rekombinan paramyosin baik native maupun rekombinan tersebut memiliki kelebihan berupa (Sj97) adalah dapat memberikan imunogenitas yang tinggi dan menginduksi perlindungan terhadap cacing S. japonicum PEMBAHASAN Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat bahwa beberapa kandidat vaksin anti schistosomiasis belum menunjukkan protein antigen yang paling efektif. Setiap protein kandidat vaksin memiliki kelebihan maupun kekurangan masing–masing. Berikut adalah sedikit ulasan dari beberapa protein kandidat vaksin anti schistosomiasis japonica.

61

Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 10 No. 1, 2016 : 59–64

antibodi dengan baik, yang terdeteksi dengan titer yang tinggi pada uji ELISA. 14 Integral Membran Protein (Sj23) Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa protein integral membran yang berbentuk tetraspanin ini adalah kandidat utama vaksin anti schistosomiasis japonica. Vaksin awal yang diteliti adalah dari cacing S. japonicum dari China berupa vaksin peptida sinteis, kemudian dikembangkan dalam bentuk vaksin DNA plasmid. Keduanya menunjukkan hasil yaitu dapat menginduksi perlindungan terhadap schistosomiasis pada m e n c i t . E fe k p e rl i n d u ga n te rh a d a p schistosomiasis vaksin protein Sj23 pada babi dan mencit diperkuat oleh Inter Leukin (IL)12 dan suatu imunostimulator CgG. Kelebihan dari kandidat vaksin Sj23 adalah dapat mereduksi jumlah cacing dan telur, serta menurunkan granuloma akibat telur yang terperangkap di jaringan hati, karena protein Sj23 dapat memproduksi zat antipatologi 24,25 dengan baik. Calpain Calpain diketahui memiliki efikasi tinggi terhadap S. mansoni. Pada saat diujikan terhadap S. japonicum, hasilnya juga cukup baik. Mencit yang diberikan vaksin calpain menunjukkan adanya reduksi jumlah cacing dan penurunan produksi telur pada cacing betina. Respon imun yang bekerja terhadap vaksin calpain S.japonicum adalah respon imun seluler dan humoral. Pada mencit yang divaksin, menunjukkan adanya peningkatan kadar Nitrit Oxide Synthase. Selain itu pada limpa mencit yang divaksin menunjukkan adanya peningkatan produksi IFN-g yang diaktifasi oleh sel T CD4+. Kelebihan protein ini adalah protein calpain dapat ditemukan pada kelenjar penetrasi dan cairan sekresi serkaria, sehingga dapat memberikan perlindungan di awal infeksi.17 26-kDa Gluthatione S Transferase (Sj26) Protein SJ26GST termasuk dalam kelompok ezim isoform yang mengkatalisasi proses detoksifikasi molekul lipofilik. Kelebihan protein ini sehingga dipilih sebagai kandidat vaksin adalah fungsi fisiologis protein yang sangat penting bagi cacing 62

Schistosoma, yaitu dapat mengkatalisis obat anti schistosomiasis. Vaksin dari protein rekombinan Sj26GST menunjukkan efek antifekunditas yang cukup, dan lebih signifikan dalam mereduksi jumlah cacing. Antibodi anti Sj26GST ditemukan pada kerbau yang divaksin. Hasil vaksinasi pada kerbau menunjukkan penurunan jumlah telur yang dikeluarkan bersama tinja, telur yang tertimbun di jaringan hepar dan usus. Sebagai tambahan, vaksin Sj26GST juga memiliki kemampuan menurunkan daya tetas telur cacing S. japonicum sampai dengan 40%. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa daya tahan vaksin ini dalam tubuh sapi dan kerbau dapat mencapai waktu paling sedikit satu tahun.13,18,25 Serin Proteinase Inhibitor (Serpin) Serin proteinase inhibitor mewakili kelompok besar inhibitor endogen yang mengatur proses proteolitik dalam berbagai fungsi fisiologis. Kelebihan protein ini adalah memiliki fungsi fisiologis yang sangat penting dalam kelangsungan hidup cacing Schistosoma, salah satunya mengatur proses lisis protein dalam metabolisme cacing. Protein serpin banyak ditemukan di bagian kulit / tegumen cacing dewasa S. japonicum. Penelitian vaksin protein rekombinan protein serpin yang diekspresikan pada bakteri E. coli kemudian diimunisasikan pada kelinci, menunjukkan adanya produksi antibodi IgE dan IgG1 spesifik. Respon terhadap vaksin protein serpin didominasi oleh tipe respon imun Th-2, ditunjukkan dengan tinginya proliferasi / perbanyakan sel limfosit B yang mengekspresikan sitokin CD19. Vaksinasi pada mencit menunjukkan adanya kemampuan perlindungan terhadap infeksi S. japonicum. Kemampuan tersebut terlihat dari adanya penurunan jumlah cacing dan produksi telur sebesar kurang lebih 36% dan 39%. 26 Fatty Acid Binding Protein/FABP (Sj14) S. japonicum sama seperti dengan cacing parasit lain, tidak dapat mensintesis asam lemak rantai panjang atau sterol, sehingga bergantung sepenuhnya pada hospes untuk hal tersebut. Protein ini dipilih sebagai

Review Artikel : Perkembangan Vaksin.................... (Anis Nurwidayati)

kandidat vaksin anti schistosomiasis karena UCAPAN TERIMA KASIH komponen protein pengikat asam lemak Penulis mengucapkan terimakasih (FABP) sangat penting dibutuhkan oleh kepada dewan redaksi atas saran dan cacing untuk mengambil asam lemak dari masukannya dalam perbaikan tulisan. darah hospes. Protein FABP juga berperan Terimakasih juga pada Balai Litbang P2B2 vital dalam fisiologi dan kelangsungan hidup Donggala atas jaringan internet yang baik cacing parasit. Dengan demikian, protein ini s e h i n g g a p e n u l i s b i s a m e l a k u k a n tepat untuk dijadikan target vaksin maupun penelusuran literatur. pengembangan obat. Induksi vaksin FABP pada mencit dan hewan mamalia uji lain DAFTAR PUSTAKA menunjukkan kemampuan mereduksi jumlah 1 . W H O . S c h i s t o s o m i a s i s F a c t S h e e t . cacing. Respon imun yang ditemukan pada http://www.who.int. Published 2013. mencit yang diimunisasi adalah peningkatan 2. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. sitokin IL-2. Seperti diketahui, sitokin IL-2 Laporan Schistosomiasis Sulawesi Tengah dapat memicu respon imun ke arah tipe Th-1 2015.; 2015. yang dapat meningkatkan efikasi vaksin. 27 3. Sudomo M. Penyakit Parasitik Yang Kurang Berbagai protein kandidat vaksin Diperhatikan di Indonesia. Orasi Pengukuhan Profr Ris Bid Entomol dan Moluska. 2008. schistosomiasis yang sudah diteliti menunjukkan tingkat efikasi yang bervariasi 4. Seto EYW, Wong BK, Lu D, Zhong B. Human 9,26 schistosomiasis resistance to praziquantel in dan belum ada yang paling potensial. China: should we be worried? Am J Trop Med Cacing parasit adalah organisme eukariotik H y g . 2 0 1 1 ; 8 5 ( 1 ) : 7 4 - 8 2 . dengan ukuran cukup besar dan tersusun atas doi:10.4269/ajtmh.2011.10-0542. banyak protein sehingga memiliki epitop yang sangat bervariasi. Hal itu dapat 5. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Laporan Schistosomiasis Sulawesi Tengah.; menyulitkan pemilihan protein yang enjadi 2015. target vaksin. Berdasarkan hal tersebut penting untuk dilakukan penelitian untuk 6. Hong Q, Yang K, Huang Y, et al. Effectiveness of a comprehensive schistosomiasis japonica mengidentifikasi antigen target baru untuk control program in Jiangsu province, China, kandidat vaksin. Selain antigen target baru, from 2005 to 2008. Acta Trop. 2011;120 tantangan lain adalah penelitian formulasi S u p p l : S 1 5 1 - S 1 5 7 . antigen dan teknologi rekombinan vaksin doi:10.1016/j.actatropica.2010.11.006 sehingga dapat diperoleh efikasi yang tinggi. 7. Carabin H, Balolong E, Joseph L, et al.

24,28

KESIMPULAN Berbagai protein kandidat vaksin schistosomiasis yang sudah diteliti menunjukkan tingkat efikasi yang bervariasi dan belum ada yang paling potensial. SARAN Meskipun pengembangan vaksin anti schistosomiasis cukup sulit dilakukan, namun upaya tersebut harus tetap dilakukan. Mengingat penggunaan obat praziquantel sudah cukup lama, dan dikhawatirkan akan resisten maka sangat dibutuhkan vaksin schistosomiasis untuk pencegahan. Dengan demikian diharapkan akan ada penelitian mengenai vaksin schistosomiasis di Indonesia.

Estimating sensitivity and specificity of a faecal examination method for Schistosoma japonicum infection in cats, dogs, water buffaloes, pigs, and rats in Western Samar and Sorsogon Provinces, The Philippines. Int J Parasitol. 2005;35(14):1517-1524. doi:10.1016/j.ijpara.2005.06.010. 8. Bergquist R, Mcmanus D. Strategy for the D e ve l o p m e n t o f a Va c c i n e a g a i n s t Schistosomiasis. 9. McManus DP, Loukas A. Current status of vaccines for schistosomiasis. Clin Microbiol Rev. 2008;21(1):225-242. doi:21/1/225 [pii]\r10.1128/CMR.00046-07. 10. Ismail O. Schistosomiasis Vaccines : Literature Review and Current Status. PujEgNet. 2 0 1 1 ; 4 ( 2 ) : 1 3 7 - 1 5 4 . http://www.puj.eg.net/pdf/Vol_4_2_2011/P UJ 4203.pdf. 11. Siddiqui AA, Siddiqui BA, Ganley-Leal L.

63

Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 10 No. 1, 2016 : 59–64 Schistosomiasis vaccines. Hum Vaccin. 2 0 1 1 ; 7 ( 1 1 ) : 1 1 9 2 - 1 1 9 7 . doi:10.4161/hv.7.11.17017. 12. Pearce EJ, MacDonald AS. The immunobiology of schistosomiasis. Nat Rev Immunol. 2002;2(7):499-511. doi:10.1038/nri843. 13. Mentink-Kane MM, Wynn TA. Opposing roles for IL-13 and IL-13 receptor alpha 2 in health and disease. Immunol Rev. 2004;202:191202. doi:10.1111/j.01052896.2004.00210.x. 14. Pearson MS, Pickering DA, McSorley HJ, et al. Enhanced Protective Efficacy of a Chimeric Form of the Schistosomiasis Vaccine Antigen Sm-TSP-2. PLoS Negl Trop Dis. 2 0 1 2 ; 6 ( 3 ) : e 1 5 6 4 . doi:10.1371/journal.pntd.0001564. 15. Qiu C, Liu S, Hong Y, et al. Molecular characterization of thyroid hormone receptor beta from Schistosoma japonicum and assessment of its potential as a vaccine candidate antigen against schistosomiasis in BALB/c mice. Parasit Vectors. 2012;5(1):172. doi:10.1186/1756-3305-5-172. 16. Rujeni N, Taylor DW, Mutapi F. Human s c h i s to s o m e i n fe c t i o n a n d a l l e rg i c sensitisation. J Parasitol Res. 2 0 1 2 ; 2 0 1 2 : 1 5 4 7 4 3 . doi:10.1155/2012/154743. 17. Tang G-X, Zhou H-J, Xu J-W, et al. Schistosoma japonicum Soluble Egg Antigens Attenuate IFN-γ-Induced MHC Class II Expression in RAW 264.7 Macrophages. PLoS One. 2 0 1 2 ; 7 ( 1 1 ) : e 4 9 2 3 4 . doi:10.1371/journal.pone.0049234. 18. Wang X, Liu F, Zhou S, et al. Partial regulatory T cell depletion prior to schistosomiasis vaccination does not enhance the protection. PLoS One. 2012;7(7):e40359. doi:10.1371/journal.pone.0040359. 19. Wei F, Liu Q, Zhai Y, et al. IL-18 enhances protective effect in mice immunized with a Schistosoma japonicum FABP DNA vaccine. Acta Trop. 2009;111(3):284-288. doi:10.1016/j.actatropica.2009.03.010. 20. Wen X, He L, Chi Y, et al. Dynamics of Th17 cells and their role in Schistosoma japonicum infection in C57BL/6 mice. PLoS Negl Trop D i s . 2 0 1 1 ; 5 ( 1 1 ) : e 1 3 9 9 .

64

doi:10.1371/journal.pntd.0001399. 21. Li C, Yu L, Liu Z, et al. Schistosoma japonicum: the design and experimental evaluation of a multivalent DNA vaccine. Cell Mol Biol Lett. 2006;11(4):449-460. doi:10.2478/s11658006-0036-0. 22. Wu Z-D, Lü Z-Y, Yu X-B. Development of a vaccine against Schistosoma japonicum in China: a review. Acta Trop. 2005;96(2-3:106116. doi:10.1016/j.actatropica.2005.08.005. 23. Zhang Z, Xu H, Gan W, Zeng S, Hu X. Schistosoma japonicum calcium-binding tegumental protein SjTP22.4 immunization confers praziquantel schistosomulumicide and antifecundity effect in mice. Vaccine. 2012;30(34):5141-5150. doi:10.1016/j.vaccine.2012.05.056. 24. McWilliam HEG, Driguez P, Piedrafita D, M c M a n u s D P, M e e u s e n E N T. N ove l immunomic technologies for schistosome vaccine development. Parasite Immunol. 2012;34(5):276-284. doi:10.1111/j.13653024.2011.01330.x. 25. Li M, Lei J, Wang T, et al. Cimetidine enhances the protective effect of GST DNA vaccine against Schistosoma japonicum. Exp Parasitol. 2011;128(4):427-432. doi:10.1016/j.exppara.2011.05.012. 26. Hu C, Zhu L, Luo R, et al. Evaluation of protective immune response in mice by vaccination the recombinant adenovirus for expressing Schistosoma japonicum inhibitor apoptosis protein. Parasitol Res. 2014;113(11):4261-4269. doi:10.1007/s00436-014-4104-5. 27. Dougall AM, Skwarczynski M, Khoshnejad M, et al. Lipid core peptide targeting the cathepsin D hemoglobinase of Schistosoma mansoni as a component of a schistosomiasis v a c c i n e . H u m Va c c i n I m m u n o t h e r . 2 0 1 4 ; 1 0 ( 2 ) : 3 9 9 - 4 0 9 . doi:10.4161/hv.27057. 28. Mo AX, Agosti JM, Walson JL, Hall BF, Gordon L. Schistosomiasis elimination strategies and potential role of a vaccine in achieving global h e a l t h g o a l s . Am J Tro p M e d H yg . 2014;90(1):54-60. doi:10.4269/ajtmh.130467.