PERMAINAN TRADISIONAL SEBAGAI WADAH PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

Download Abstrak. Indonesia merupakan negara multikultural yang memiliki berbagai macam permainan tradisional yang tersebar di berbagai daerah. Perm...

0 downloads 737 Views 292KB Size
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 421-424

PERMAINAN TRADISIONAL SEBAGAI WADAH PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR Rizki Aulia Elissa SD Negeri No. 106824 Besamat Corresponding author: [email protected] Abstrak Indonesia merupakan negara multikultural yang memiliki berbagai macam permainan tradisional yang tersebar di berbagai daerah. Permainan tradisional tersebut diantaranya galasin, petak umpet, congkak, gasing, dan sebagainya. Masing-masing permainan tradisional tersebut memiliki nilai-nilai karakter yang dapat membentuk karakter generasi muda khususnya siswa sekolah dasar atau dengan kata lain dapat membentuk karakter pemain atau pemeran dari permainan tradisional tersebut. Nilainilai karakter yang terdapat di dalam permainan tradisional merupakan nilai-nilai yang mengandung pesan moral yang bermuatan kearifan lokal. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat cepat telah membuat permainan tradisional perlahan ditinggalkan oleh generasi muda. Oleh karena itu, perlu digali kembali dan diimplementasikan nilai-nilai karakter yang terkandung didalam permainan tradisional tersebut. Kata kunci: Permainan Tradisional, Pesan Moral, Karakter, Kearidan Lokal PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kebudayaan yang sangat beraneka ragam baik jumlahnya maupun keanekaragamannya. Budaya juga merupakan identitas bangsa yang harus dihormati dan dijaga serta perlu dilestarikan agar kebudayaan kita tidak hilang dimakan jaman. Hal ini tentu menjadi tanggung jawab para generasi muda dan juga perlu dukungan dari berbagai pihak, karena ketahanan budaya merupakan salah satu identitas suatu negara. Kebanggaan bangsa Indonesia akan budaya yang beraneka ragam sekaligus mengundang tantangan bagi seluruh rakyat untuk mempertahankan budaya lokal yang di dalamnya terdapat permainan tradisional agar tidak hilang. Kebudayaan Bangsa Indonesia adalah harta yang mempunyai nilai yang cukup tinggi di mata masyarakat dunia. Melihat kenyataan bahwa para generasi muda khusunya siswa sekolah dasar saat ini yang lebih suka hal-hal yang bersifat praktis. Permainan tradisional yang pada jaman dahulu menjadi permainan sehari-hari, saat ini sangat jarang sekali kita lihat siswa sekolah dasar bermain permainan tradisional. Saat ini justru siswa sekolah dasar lebih cenderung suka game online daripada permainan tradisional. Padahal, dalam permainan tradisional sangat banyak nilai-nilai yang terkandung untuk menumbuhkan karakter setiap individu siswa sekolah dasar. Oleh sebab itu perlu sekali penggalian dan akualisasi nilai-nilai dasar yang terkandung dalam permainan tradisional untuk membentuk karakter siswa sekolah dasar. PERMAINAN TRADISIONAL Permainan tradisonal tidak terlepas dari kebudayaan Indonesia. Setiap daerah memiliki permainan tradisional yang berbeda-beda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya yang disebabkan oleh perbedaan kultur dan kondisi wilayah serta lingkungan di masing-masing daerah. Permainan tradisional anak merupakan unsur-unsur kebudayaan yang tidak dapat dianggap remeh, karena permainan ini memberikan pengaruh yang tidak kecil terhadap perkembangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak di kemudian hari. Selain itu, permainan anak-anak ini juga dianggap sebagai salah satu unsur kebudayaan yang memberi ciri atau warna khas tertentu pada suatu kebudayaan. Oleh karena itu, permainan tradisional anak-anak juga dapat dianggap sebagai aset budaya, sebagai modal bagi suatu masyarakat untuk mempertahankan keberadaannya dan identitasnya di tengah kumpulan masyarakat yang lain (Sukirman, 2004). Permainan tradisional menurut Yunus (1981) umumnya bersifat rekreatif, karena banyak memerlukan kreasi anak. Permainan ini biasanya merekonstruksi berbagai kegiatan sosial dalam masyarakat. Seperti: pasaran yang menirukan kegiatan jual beli, jaranan yang menirukan orang yang sedang melakukan perjalanan dengan naik kuda, permainan menthok-menthok yang melambangkan kemalasan. Permainan tradisional disini adalah permainan anak-anak dari bahan sederhana sesuai aspek budaya dalam kehidupan masyarakat. Permainan tradisional juga dikenal sebagai permainan rakyat merupakan sebuah kegiatan rekreatif yang tidak http://semnastafis.unimed.ac.id

ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online)

421

Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 421-424

hanya bertujuan untuk menghibur diri, tetapi juga sebagai alat untuk memelihara hubungan dan kenyamanan sosial. Setiap daerah memiliki permainan tradisional yang berbeda namanya namun memiliki kesamaan dalam aturan permainannya misalnya di Sumatera Utara disebut Galasin sementara di Jawa Tengah disebut Sodor. Cahyono (2011:2) mengemukakan sejumlah karakter yang dimiliki oleh permainan radisionalyang dapat membentuk karakter positif pada anak sebagai berikut: Pertama, permainan tradisional cenderung menggunakan atau memanfaatkan alat atau fasilitas di lingkungan kita tanpa harus membelinya sehingga perlu daya imajinasi dan kreativitas yang tinggi. Banyak alat-alat permainan yang dibuat atau digunakan dari tumbuhan, tanah, genting, batu, atau pasir. Misalkan mobilmobilan yang terbuat dari kulit jeruk bali, engrang yang dibuat dari bambu, permainan ecrak yang menggunakan batu, telepon-teleponan menggunakan kaleng bekas dan benang nilon dan lain sebagainya. Kedua, permainan anak tradisional melibatkan pemain yang relatif banyak. Tidak mengherankan, kalau kita lihat, hampir setiap permainan rakyat begitu banyak anggotanya. Sebab, selain mendahulukan faktor kesenangan bersama, permainan ini juga mempunyai maksud lebih pada pendalaman kemampuan interaksi antarpemain (potensi interpersonal). Seperti petak umpet, congklak, dan gobak sodor. Ketiga, permainan tradisional menilik nilai-nilai luhur dan pesanpesan moral tertentu seperti nilai-nilai kebersamaan, kejujuran, tanggung jawab, sikap lapang dada (kalau kalah), dorongan berprestasi, dan taat pada aturan. Semua itu didapatkan kalau si pemain benar-benar menghayati, menikmati, dan mengerti sari dari permainan tersebut. Permainan tradisonal merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun temurun dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan di baliknya, di mana pada prinsipnya permainan anak tetap merupakan permainan anak. Dengan demikian bentuk atau wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan anak karena tujuannya sebagai media permainan. Aktivitas permainan yang dapat mengembangkan aspek-aspek psikologis anak dapat dijadikan sarana belajar sebagai persiapan menuju dunia orang dewasa. Permaianan digunakan sebagai istilah luas yang mencakup jangkauan kegiatan dan prilaku yang luas serta mungkin bertindak sebagai ragam tujuan yang sesuai dengan usia anak. JENIS-JENIS PERMAINAN TRADISIONAL DAN KARAKTER YANG DIKEMBANGKAN 1. Galasin Galasin yang juga sibeut sodor adalah sejenis permainan daerah asli dari Indonesia. Permainan ini adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup, di mana masing-masing tim terdiri dari 3 - 5 orang. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan. Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan bulu tangkis dengan acuan garis-garis yang ada atau bisa juga dengan menggunakan lapangan segi empat dengan ukuran 9 x 4 m yang dibagi menjadi 6 bagian. Garis batas dari setiap bagian biasanya diberi tanda dengan kapur. Anggota grup yang mendapat giliran untuk menjaga lapangan ini terbagi dua, yaitu anggota grup yang menjaga garis batas horisontal dan garis batas vertikal. Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas horisontal, maka mereka akan berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk melewati garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batas bebas. Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas vertikal (umumnya hanya satu orang), maka orang ini mempunyai akses untuk keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan. Permainan ini sangat mengasyikkan sekaligus sangat sulit karena setiap orang harus selalu berjaga dan berlari secepat mungkin jika diperlukan untuk meraih kemenangan. Karakter yang dikembangkan dari permainan ini adalah Ketangkasan, mengerti aturan main, kerjasama dengan tim, mengetahui hak dan kewajiban. 2. Petak Umpet Permainan ini bisa dimainkan oleh minimal 2 orang, namun jika semakin banyak yang bermain maka akan menjadi semakin seru. Cara bermain cukup mudah, dimulai dengan hompimpa untuk menentukan siapa yang menjadi "kucing" (berperan sebagai pencari teman-temannya yang bersembunyi). Si kucing ini nantinya akan memejamkan mata atau berbalik sambil berhitung sampai 10, biasanya dia menghadap tembok, pohon atau apa saja supaya dia tidak melihat teman-temannya bergerak untuk bersembunyi (tempat jaga ini memiliki sebutan yang berbeda di setiap daerah, contohnya di beberapa daerah di jakarta ada yang menyebutnya inglo, di daerah lain menyebutnya bon dan ada juga yang menamai tempat itu hong). Setelah hitungan sepuluh (atau hitungan yang telah disepakati bersama, misalnya jika wilayahnya terbuka, hitungan biasanya ditambah menjadi 15 atau 20) dan setelah teman-temannya bersembunyi, mulailah si "kucing" beraksi mencari teman-temannya tersebut. Karakter yang dikembangkan dari permainan ini adalah mengasah emosi sehingga timbul toleransi dan empati terhadap orang lain nyaman. 3. Congkak

http://semnastafis.unimed.ac.id

ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online)

422

Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 421-424

Congkak adalah suatu jenis permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam nama di seluruh indonesia. Biasanya dalam permainan, sejenis cangkang kerang digunakan sebagai biji congkak dan jika tidak ada, kadangkala digunakan juga biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan. Di Sumatera congkak erat dengan kebudayaan melayu. Di jawa, permainan ini lebih dikenal dengan nama dakon. Selain itu di lampung permainan ini lebih dikenal dengan nama dentuman lamban sedangkan di Sulawesi permainan ini lebih dikenal dengan nama mokaotan, maggaleceng, aggalacang dan nogarata. Dalam bahasa Inggris, permainan ini disebut mancala. Karakter yang dapat dikembangkan dalam permainan congkak yaitu mengajarkan mecermatan dalam menghitung, ketelitian dan juga kejujuran. Setiap pemain dituntut untuk bisa memperkirakan kemenangnnya dengan mengumpulkan biji dakon paling banyak. Nilai-nilai ini yang belakangan diabaikan oleh permainan modern. 4. Gasing Gasing adalah mainan yang bisa berputar pada poros dan berkeseimbangan pada suatu titik. Gasing merupakan mainan tertua yang ditemukan di berbagai situs arkeologi dan masih bisa dikenali. Selain merupakan mainan anak-anak dan orang dewasa, gasing juga digunakan untuk berjudi dan ramalan nasib. Sebagian besar gasing dibuat dari kayu, walaupun sering dibuat dari plastik, atau bahan-bahan lain. Kayu diukir dan dibentuk hingga menjadi bagian badan gasing. Tali gasing umumnya dibuat dari nilon, sedangkan tali gasing tradisional dibuat dari kulit pohon. Panjang tali gasing berbeda-beda bergantung pada panjang lengan orang yang memainkan. Gerakan gasing berdasarkan efek giroskopik. Gasing biasanya berputar terhuyung-huyung untuk beberapa saat hingga interaksi bagian kaki (paksi) dengan permukaan tanah membuatnya tegak. Setelah gasing berputar tegak untuk sementara waktu, momentum sudut dan efek giroskopik berkurang sedikit demi sedikit hingga akhirnya bagian badan terjatuh secara kasar ke permukaan tanah. Karakter yang dikembangkan dari permainan ini adalah Ketangkasan, mengerti aturan main, kerjasama dengan tim, mengetahui hak dan kewajiban. KARAKTER Istilah karakter dipakai secara khusus dalam konteks pendidikan baru muncul pada akhir abad-18, dan untuk pertama kalinya dicetuskan oleh pedagogik Jerman F.W.Forester Secara etimologi, akar kata karakter dapat dilacak dari bahasa Inggris: character; Yunani: character, dari charassein yang berarti membuat tajam, membuat dalam. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dimana karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter juga bisa diartikan tabiat, yaitu perangai atau perbuatan yang selalu dilakukan atau kebiasaan.Karakter juga diartikan watak, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku atau kepribadian. Menurut Zubaidi (2012), pendidikan karakter pada dasarnya adalah pengembangan dari nilai-nilai yangmenjadi padangan hidup. Nilai karakter yang dikembangkan di Indonesia berasal dari empat sumber. Pertama, agama. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragama. Oleh karena itu segala pikiran, sikap dan perilakunya tidak lepas dari norma agama. Kedua, Pancasila. Artinya nilai yang terkandung dalam pancasila mewarnai kehidupan politik, ekonomi, hukum, sosial dan budaya. Ketiga, budaya. Masyarakat Indonesia kaya akan budaya. Posisi ini menjadikan budaya sebagai sumber nilai dalam kehidupan. Keempat, tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Tujuan ini sebagai rumusan kualitas yang harus tertanam dalam diri individu dan dikembangkan oleh satuan pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi. M. Furqon Hidayatullah mengutip dari Rutland yang mengemukakan bahwa karakter berasal dari akar kata bahasa Latin yang berarti "dipahat". Sebuah kehidupan, seperti sebuah blok-granit dengan hati-hati dipahat atau pun dipukul secara sembarangan yang pada akhirnya akan menjadi sebuah mahakarya atau puing-puing yang rusak. Karakter, gabungan dari kebajikan dan nilai-nilai yang dipahat di dalam batu hidup tersebut, akan menyatakan nilai yang sebenarnya. Karakter adalah kualitas moral yang akan mengarahkan cara seseorang yang mengambil keputusan danbertingkah laku. Dalam hal ini, karakter mengacu pada perbuatan yang relevan dengan nilai-nilai moral (Wynne & Walberg, 1984). Sedangkan menurut Kemendiknas (2010), pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Begitu pentingnya permainan tradisional dalam memberi pendidikan karakter dan memberikan nilai moral yang positif bagi pertumbuhan anak. Melalui permainan tradisional juga dapat menjadi sarana belajar untuk mengembangkan nilai EQ pada anak. Tetapi, tentu saja harus dalam pengawasan dan memberi batasan waktu yang jelas agar tidak semua waktu digunakan untuk bermain. Implementasi dari permaninan tradisional sebagai wahana pendidikan karakter yang menyenangkan dapat diaplikasikan baik di lingkungan keluarga (informal), sekolah (formal) maupun di masyarakat (nonformal). Pendidikan karakter http://semnastafis.unimed.ac.id

ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online)

423

Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 421-424

dapat dimulai dari lingkungan yang terkecil yakni, Keluarga. Keluarga merupakan bagian dari sebuah masyarakat. Unsur-unsur yang ada dalam sebuah keluarga baik budaya, agama, ekonomi bahkan jumlah anggota keluarga sangat mempengaruhi perlakuan dan pemikiran anak khususnya ayah dan ibu. Pengaruh keluarga dalam pendidikan anak sangat besar dalam berbagai macam sisi. Keluargalah yang menyiapkan potensi pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak. Lebih jelasnya, kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan tingkah laku kedua orang tua serta lingkungannya. Dalam hubungannya dengan pendidikan karakter, keluarga memiliki andil yang cukup besar, karena mulai dari sinilah penanaman nilai-nilai moral dapat dikembangkan sehingga permasalahan kenakalan remaja dapat dihindari. Secara garis besar, pendidikan karakter bertujuan untuk membimbing anak ke arah kedewasaan supaya anak dapat memperoleh keseimbangan antara perasaan dan akal budaya serta dapat mewujudkan keseimbangan dalam perbuatannya kelak. Oleh karena itu, langkah pasti yang dapat dtempuh oleh orang tua yakni, mampu memberikan stimulus yang positif serta menyenangkan kepada anaknya, salah satunya melalui permainan tradisional. Pengembangan permainan tradisional sebagai wahana pendidikan karakter yang menyenangkan tidak begitu sulit. Perlu kesabaran serta keseriusan dari pihak orang tua. Orang tua juga dapat menyusun rancangan kegiatan yang menarik kepada anaknya. Seperti setiap akhir pekan atau pertemuan keluarga, orang tua bisa mengajak si anak untuk berekreasi serta mengajak buah hatinya untuk memainkan permainan tradisional. Disinilah peran orang tua yang paling penting yakni, dapat menjelaskan makna yang terkandung dalam permainan tersebut. Penanaman pendidikan karakter semacam ini sangat efektif, tetapi tetap diimbangi oleh kemauan anak tersebut, sehingga tidak terjadi kesalah pahaman atau benturan. SIMPULAN Permainan tradisional tidak hanya sekedar permainan yang mengandung kesenangan semata. Namun permainan tradisional dapat melatih kemampuan motorik anak, sikap anak, dan juga ketrampilan anak. Serta dapat membentuk karakter anak yang luhur. Dalam menerima sikap perubahan sosial di dalam masyrakat kita memang harus bersifat terbuka dan dinamis terhadap perkembangan zaman, perkembangan tekhnologi informasi dan komunikasi. Ada sebuah garis-garis yang harus memisahkan kebudayaan asli dengan masuknya kebudayaan luar dalam era global saat ini. Perubahan sosial akan terjadi apabila masyarakat menerima masuknya perubahan itu sendiri, maka dari itu kita perlu yang namanya kesadaran sejak dini untuk menjaga dan melstarikan kebudayaan lokal masyarakat kita sendiri, kalau bukan kita yang menjaga kebudayaan tersebut, siapa lagi dan tidak akan menutup kemungkinan memudarnya permainan tradisional, sebagai salah satu contoh penulisan diatas, dapat terjadi bila kita sendiri tidak memelihara kebudayaan kita sendiri. Pembentukan karakter generasi muda yang baik akan berdampak baik bagi bangsa dan negara. Perlu dilakukan inventarisasi permainan tradisional yang terdapat disetiap daerah yang disertai dengan nilai-nilai yang terkandung didalamnya sehingga generasi muda dapat mengetahui tentang permainan tradisional yang ada di daerahnya dan dapat bermain permainan tradisional. Permainan tradisional harus kita lestarikan mengingat nilai-nilai yang terkandung didalamnya sangatah penting bagi pembentukan karakter generasi muda. Bangsa Indonesia akan menjaddi bangsa yang besar dan disegani oleh bangsa lainnya manakala generasi muda berkarakter sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. REFERENSI Dharmamulya, Sukirman. 2008. Permainan Tradisional Jawa.Yogyakarta: Kepel Press. Hidayatullah, M. Furqon.2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa.Surakarta: Yuma Pustaka Kemendiknas.2010.Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama.Jakarta: Kemendiknas. Masnur, Muslich.2011.Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multi-dimensial. Jakarta: Bumi Aksara. Yunus, Ahmad.1981. Permainan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta.Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaaan Daerah. Zubaidi. 2012. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

http://semnastafis.unimed.ac.id

ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online)

424