PERSEPSI MASYARAKAT NON-MUSLIM TERHADAP BPRS DAN

Download Bank Umum Syariah (BUS) ataupun institusi setingkat Bank Pembiayaan Rakyat ... menggunakan riset dan menekankan subjektifitas serta arti pe...

0 downloads 507 Views 8MB Size
PERSEPSI MASYARAKAT NON-MUSLIM TERHADAP BPRS DAN BMT (Studi pada Masyarakat Non Muslim di Kecamatan Cipanas) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi ( S.E.)

Oleh: Handityo Raufan NIM. 109046100164

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M / 1438 H

ABSTRAK

Persepsi Masyarakat Non-Muslim terhadap BPRS dan BMT (Studi pada Masyarakat Non-Muslim di Kecamatan Cipanas) adalah karya ilmiah Handityo Raufan, NIM 109046100164 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. Dunia perbankan di tanah air kian marak sejak hadirnya Perbankan Syariah. Keberadaan institusi syariah dapat disaksikan diberbagai kota, mulai dari Bank Umum Syariah (BUS) ataupun institusi setingkat Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Rumusan dalam masalah ini adalah bagaimana persepsi masyarakat NonMuslim terhadap BPRRS dan BMT di Kecamatan Cipanas dan bagaimana pelayanan BPRS dan BMT terhadap masyarakat Non-Muslim di Kecamatan Cipanas. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif juga merupakan suatu pendekatan induktif untuk penyusunan pengetahuan yang menggunakan riset dan menekankan subjektifitas serta arti pengalaman bagi individu. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat non muslim di Kecamatan Cipanas terhadap hadirnya BPRS dan BMT positif dikarenakan prinsip bagi hasil dan menanggung resiko bersama yang diterapkan BPRS dan BMT. Pelayanan yang mempengaruhi masyarakat non muslim di Kecamatan Cipanas memilih BPRS dan BMT untuk menjadi nasabah : profitabilitas dan kredibilitas, pelayanan cepat, aksesibility, fasilitas lengkap, tanpa bunga dan transparan, prosedur mudah serta tanggap terhadap keluhan, popularitas dan status bank.

Kata Kunci: Persepsi, Masyarakat Non Muslim, Pelayanan.

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat

Non-Muslim

Terhadap

BPRS

dan

BMT

(Studi

pada

Masyarakat Non Muslim di Kecamatan Cipanas)”. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan studi jenjang Strata 1 (S1) Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka penyelesaian penyusunan skripsi ini, terutama kepada yang terhormat: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. Asep Saepuddin Jahar, MA, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum. 3. Bapak AM. Hasan Ali, MA, selaku Ketua Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum. 4. Dosen pembimbing Dr. Abdul Malik, MM, terimakasih atas bimbingan dan arahan selama ini.

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................ii LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...............................................iii LEMBAR PERNYATAAN ..............................................................................iv ABSTRAK .........................................................................................................v KATA PENGANTAR.......................................................................................vi DAFTAR ISI......................................................................................................viii DAFTAR TABEL .............................................................................................x

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................1 B. Identifikasi Masalah...................................................................10 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................11 D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .................................11 E. Metode penelitian ......................................................................12 F. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu)……………………..17 G. Kerangka Teori ..........................................................................20 H. Sistematika Penulisan ................................................................23

viii

BAB II

TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Persepsi .....................................................................25 B. Teori Persepsi .............................................................................30 1. Bentuk-bentuk Persepsi ........................................................31 2. Macam-macam Persepsi .......................................................32 3. Sifat-sifat Persepsi ................................................................32 4. Ciri-ciri Umum Dunia Persepsi ............................................34 5. Aspek-aspek Persepsi ...........................................................37 6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi.........................39 C. Masyarakat non-Muslim .............................................................41 D. Lembaga Keuangan Syariah .......................................................44 1. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) .........51 2. Produk-produk BPRS ...........................................................52 3. Pengertian Baitul Mal Wa Tamwil (BMT)...........................53 4. Produk-produk BMT.............................................................54

BAB III

GAMBARAN UMUM KECAMATAN CIPANAS A. Lokasi Penelitian.........................................................................65 B. Data Responden Masyarakat Non Muslim .................................69

ix

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Persepsi Masyarakat Non-Muslim pada BPRS dan BMT di Kecamatan Cipanas....................................................................72 1. Respon

Kognitif

Masyarakat

Non

Muslim

Terhadap

Keberadaan BPRS dan BMT...................................................72 2. Respon Afektif Masyarakat Non Muslim Terhadap Keberadaan BPRS dan BMT.......................................................................75 3. Respon Konatif Masyarakat Non Muslim Terhadap Keberadaan BPRS dan BMT.......................................................................78 B. Pelayanan BPRS dan BMT pada Masyarakat Non Muslim di Kecamatan Cipanas....................................................................80 BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................83 B. Saran ..........................................................................................84

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................86 LAMPIRAN

x

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dunia perbankan di tanah air kian marak sejak hadirnya perbankan syariah. Keberadaan institusi syariah dapat disaksikan diberbagai kota, mulai dari Bank Umum Syariah (BUS) ataupun institusi setingkat Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Jaringan kantor Perbankan Syariah dapat dihadirkan dalam bentuk Unit Usaha Syariah (UUS) sehingga hampir setiap bank memiliki cabang atau unit usaha syariah. Tidak hanya pada Bank Umum Syariah, peningkatan juga terjadi pada jumlah kantor Unit Usaha Syariah dan juga Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Secara umum hal ini menandakan bahwa Industri Perbankan Syariah sedang dalam masa pertumbuhan dan mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Perbankan Syariah berdiri pada tahun 1991/1992 pada masa kepemimpinan Bapak Presiden Soeharto.Ketika krisis moneter pada tahun 1997/1998 yang melanda Indonesia dan negara-negara Asia pada umumnya, Perbankan Syariah mampu membuktikan tetap eksis dan bertahan dari kebangkrutan. Tidak hanya itu, ditengah krisis keuangan global yang melanda dunia pada penghujung akhir tahun 2008, keuangan syariah kembali membuktikan daya tahannya dari terpaan krisis. 1

1

Adrian Sutedi, Perbankan Syariah, Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum(Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), h.51.

2

Seiring dengan perkembangan industri perbankan syariah yang semakin baik dan relatif tahan krisis, pemerintah dan Bank Indonesia sangat antusias dan mendukung perkembangannya. Hal ini antara lain dibuktikan dengan dikeluarkannya satu payung hukum dalam pelaksanaan sistem perbankan syariah yaitu UndangUndang No.7 tahun 1992 tentang perbankan yang kemudian menjadi Undang-undang No. 10 tahun 1998 dan PP No.72 tahun 1992 dan telah dikeluarkan payung hukum yang terbaru yaitu Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Bank Syariah. Dalam operasinya, lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan memberikan keuntungan bagi perekonomian Indonesia, dimana total aset industri Perbankan Syariah hingga akhir Desember 2011 mencapai Rp. 148,8 triliun, naik dibanding akhir 2010 sebesar Rp. 100,3 triliun dan pembiayaan bank syariah secara nasional naik mencapai Rp 105,2 triliun, atau tumbuh 50,6% dibanding periode yang sama 2010 sebesar Rp. 70,3 triliun. Bank

Syariah

berbeda

dari

bank

konvensional

adalah

secara

konsepsional.Konsep dasarnya adalah adanya keseimbangan antara kehidupan dunia dan persiapan menuju kehidupan akhirat.Berbisnis atau melakukan tindak ekonomi juga harus mengikuti konsep tersebut, yaitu menjaga keseimbangan. Bukan sekedar memaksimalkan kekayaan, tetapi harus seimbang dengan memperhatikan apakah cara bisnisnya sudah sesuai dengan syariah atau belum. Dengan demikian menjadi nasabah bank syariah niat dan tujuannya adalah berekonomi dengan cara yang diridhoi Allah SWT, sehingga bukan hanya mencari tingginya tingkat pengembalian ekonomi. Namun memang menjadi keharusan bagi

3

bank syariah agar secara ekonomis dapat bersaing dengan bank konvensional sehingga diharapkan juga mampu menciptakan pengembalian investasi atau bagi hasil yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan bank konvensional. Nasabah (masyarakat) yang kelebihan dana akan menyimpan uangnya di bank dalam berbagai bentuk. Nasabah penyimpan akan memperoleh balas jasa dari bank berupa bunga bagi bank Konvensional. Berbeda bila masyarakat menyimpan uangnya di bank syariah, maka bukan bunga yang akan diperoleh melainkan sistem bagi hasil yang berdasarkan Prinsip Syariah. Besarnya jasa bunga dan bagi hasil tergantung dari besar kecilnya dana yang disimpan dan faktor lainnya. Bagi masyarakat yang memperoleh pinjaman atau kredit dari bank Konvensional diwajibkan untuk mengembalikan pinjaman tersebut beserta bunga yang telah ditetapkan sesuai perjanjian antara bank dengan nasabah. Sedangkan di bank Syariah pengembalian pinjaman disertai dengan sistem bagi hasil yang sesuai hukum Islam. Sebagai perantara keuangan, bank akan memperoleh keuntungan dari selisih bunga yang diberikan kepada penyimpan (bunga simpanan) dengan bunga yang diterima dari peminjam (bunga kredit). Keuntungan ini dikenal dengan istilah Spread Based. Jenis keuntungan ini diperoleh dari bank Konvensional sedangkan bagi Bank Syariah tidak dikenal istilah bunga, karena bank syariah mengharamkan bunga. Pada Bank Syariah keuntungan yang diperoleh dikenal dengan istilah bagi hasil. Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usahanya, atau

4

kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Sehingga Bank Syariah ialah badan usaha yang bergerak dalam bidang perbankan yang sistem operasionalnya didasarkan pada prinsip-prinsip syariat Islam. Sedangkan tujuan didirikannya Bank Syariah adalah meningkatkan usaha menuju kesejahteraan umat dengan mengaitkan pembangunan ekonomi dan sosial serta menyelamatkan umat Islam dari membayar dan menerima bunga yang termasuk perbuatan riba serta dampak sampingnya yang tidak dikehendaki oleh Islam. Adapun karakteristik Bank Syariah adalah: bersifat produktif, dimana ekonomi Islam memandang bahwa semua aktivitas ekonomi harus produktif sehingga kegiatannya lebih ditekankan pada ekonomi rill sedangkan bunga merupakan pendapatan yang tidak produktif. Bersifat tidak eksploitatif, dimana kegiatan ekonomi tidak boleh ditujukan demi keuntungan satu pihak dengan mengorbankan pihak lain (sama-sama untung). Berkeadilan artinya tidak boleh ada transaksi ekonomi yang merugikan pihak-pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung.Tidak bersifat spekulatif, hal ini dianggap sebagai perjudian dan dapat mengakibatkan orang yang melakukannya terancam kemiskinan serta menyebabkan uang atau barang yang dispekulasikan menjadi tidak bermanfaat.Anti riba, dimana riba sebenarnya adalah tambahan yang ditetapkan dalam perjanjian atas suatu barang yang dipinjam, ketika barang dikembalikan. Sehingga pemilik barang berharap bahwa ia bisa meraih keuntungan dari transaksi pinjam meminjam tersebut. Merealisasikan tujuan bank syariah dan untuk menjaga kelangsungan hidupnya, bank syariah harus memperhatikan adanya usaha untuk meningkatkan

5

produktivitas kerja karyawan.Tercapainya usaha ini hanya dimungkinkan apabila dalam pengelolaan kegiatan orang-orang yang terlibat langsung dengan bank syariah berperan aktif secara efektif dan efisien. Berkembang atau tidaknya sebuah bank syariah dipengaruhi oleh kerja sama yang baik antara pimpinan dan karyawan, maupun antar karyawan dengan karyawan. Suasana kerja yang menyenangkan dan kondusif, pimpinan yang adil dan bijaksana akan meningkatkan motivasi dalam bekerja. Perhatian yang tinggi pimpinan terhadap bawahannya, dengan diimbangi oleh kemampuan kerja yang tinggi dan nilai kompensasi yang sesuai dengan kebutuhan individu serta adanya penghargaan terhadap prestasi yang dicapai serta maka semakin besar peluang bank syariah tersebut berkembang dan maju sehingga dapat bersaing dengan bank konvensional lainnya. Untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik karyawan bank syariah harus benar-benar ditunjuk dari orang-orang yang tercakap, terampil, kreatif, jujur dan profesional serta benar-benar mengetahui tentang seluk beluk kegiatan perbankan serta tahan terhadap tantangan-tantangan dan rintangan-rintangan yang mungkin muncul dihadapannya. Pelayanan mengandung pengertian setiap kegiatan atau manfaat yang diberikan oleh suatu pihak yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak pula berakibat kepemilikan sesuatu. Pengertian yang lebih luas juga disampaikan oleh Daviddow bahwa pelayanan merupakan usaha apa saja yang mempertinggi kepuasan nasabah.

6

Ada dua faktor yang dijadikan pedoman bagi nasabah bank yaitu layanan yang diterima dan harapannya tentang layanan yang akan diberikan. Ketika nasabah memutuskan untuk bertransaksi dalam bentuk apapun pada bank sebenarnya mereka sudah mempunyai harapan tentang layanan seperti apa yang akan diperoleh berdasarkan pengalamannya, komunikasi dari mulut. Selain dipengaruhi oleh pengalaman, harapan yang ada pada nasabah bank juga dipengaruhi oleh komunikasi eksternal yang dilakukan oleh pengelola bank mengenai bank syariah pada masyarakat. Dalam hal ini diperlukan pentingnya promosi yang sesuai dengan kenyataan karena jika tidak memuaskan layanan akan mengecewakan, oleh karena itu diperlukan komunikasi pemasaran yang dilakukan secara tepat agar dapat memenuhi kebutuhan serta keinginan dari masyarakat. Harus diakui bahwa di Indonesia perkembangan bank syariah berjalan agak lambat, sehingga perlu adanya perbaikan baik internal seperti sumber daya manusia yang lebih khusus menguasai aspek syariah, serta perbaikan eksternal seperti regulasi pemerintah yang sangat diperlukan bagi kemajuan perbankan syariah di Indonesia serta dukungan masyarakat Indonesia yang sebagian besar adalah kaum muslim. Bank sebagai lembaga intermediasi dalam melaksanakan kegiatan usahanya senantiasa bertumpu pada unsur kepercayaan masyarakat, terutama kepercayaan Nasabah Penyimpan yang menempatkan simpanannya di Bank.Sebagai lembaga kepercayaan, Bank wajib merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai Nasabah Penyimpan dan Simpanan Nasabah yang berada pada Bank.Sebagai landasan pelaksanaannya, Pemerintah telah mengatur ketentuan

7

mengenai Rahasia Bank dalam UU nomor 21 Tahun 2008, tentang Perbankan Syariah dan peraturan pelaksanaannya dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, maka ketentuan rahasia Bank yang semula mencakup nasabah kreditur (penyimpan dana) dan nasabah debitur (peminjam dana), telah dibatasi hanya menyangkut Nasabah Penyimpan. Selain dari hal di atas, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, setiap pegawai Bank dituntut pula berkewajiban untuk merahasiakan segala sesuatu yang menyangkut tugas pekerjaan / jabatannyayang merupakan rahasia jabatan. Namun, masih banyak kendala yang dihadapi oleh bank dengan label Islam / syariah yaitu masih minimnya pengetahuan tentang aturan-aturan keuangan yang berlandaskan syariah oleh para pengelola bank-bank Islam, sehinga terkesan terlihat bahwa bank syariah sama saja dengan bank konvensional. Oleh karena itu penting untuk dicermati bahwa sumber daya manusia yang dimiliki oleh bank syariah harus terus diberi pengetahuan dan keterampilan tentang perbankan syariah agar lebih dapat bekerja optimal. Mengenai larang riba, yang merupakan ciri dari sistem perbankan Syariah, ternyata memiliki akar yang kuat pada ajaran-ajaran Non-Muslim.Menurut kalangan Kristen riba merupakan tindakan kriminal demikian juga pada ajaran Hindu dan Budha. Penetrasi terhadap segmen pasar ini diperkirakan akan lebih mudah bila

8

mengingat bahwa ajaran Hindu, Budha, dan Kristen pun terdapat ajaran akan larangan pemungutan riba.2 Tetapi walaupun demikian munculnya Bank Syariah secara prinsip tidak didirikan eksklusif untuk umat Muslim semata, tetapi bank syariah muncul menawarkan konsep baru yang lebih memenuhi rasa keadilan yang dipersiapkan bagi siapa saja termasuk Non-Muslim.Hal ini sesuai dengan karakteristik ajaran Islam yang Rahmatan lil alamiin. Pada kenyataannya, brand image syariah tetap memberi kesan eksklusif pada perbankan dengan sistem bagi hasil ini, terlebih di nusantara yang mayoritas berpenduduk Muslim.Perkembangan secara makro menunjukkan angka yang masih kecil dibanding dengan perbankan konvensional.Padahal tak dapat dipungkiri masyarakat Non-Muslimmerupakan pasar potensial untuk market perbankan syariah. Untuk dapat mengembangkan jaringan kantor perbankan syariah dengan maksud menjaring pasar Non-Muslimdiperlukan adanya peningkatan sosialisasi dan pendekatan kultural agar pemahaman masyarakat Non-Muslimtentang Lembaga Keuangan Syariah sesuai dengan apa adanya, yaitu menawarkan konsep keadilan bagi siapa saja termasuk Non-Muslim(Rahmatan lil alamiin). BMT sangatlah berbeda dengan BPRS karena legalitas BMT ada di bawah tanggung jawab Departemen Koperasi dengan asas kekeluargaan dikelola secara bersamasedangkan BPRS di bawah tanggung jawab PT yang diakui atau

2

Ahmad Azhar Basyir, Hukum Islam Tentang Riba Utang Piutang Gadai, (Bandung: PT. Alma’atif, 2008), h. 26.

9

direkomendasikan BI.BMT tidak diaudit oleh BI, sedangkan BPRS diaudit oleh BI dan Menkeu. Dalam proses operasional, BMT tidak terlalu bankable sedangkan BPRS, karena mengacu kepada BI, terlihat bankable. Kondisi pendukung kerja BMT cukup sederhana walaupun banyak yang sudah layak seperti BPRS, sedangkan BPRS, rata-rata pendukung kerja sudah layak dan memenuhi standar.Permodalan BMT berasal dari masyarakat umum, sedangkan modal BPRS berasal dari pemegang saham tertentu (komisaris). Modal BMT rata-rata di bawah Rp100 juta (ketetapan Menkop Rp15-20 juta untuk tingkat DKI, Rp50-100 juta untuk tingkat nasional), sedangkan modal BPRS Rp 2 miliar. Pendekatan BMT kepada nasabah lebih kekeluargaan karena lebih kepada pola binaan dan keterbukaan, sedangkan BPRS masih bersifat prosedural. Karena perbedaan tersebut, BMT belum mau dan belum bisa untuk menjadi BPRS karena khawatir akan menjadi pola prosedur yang akan mengikat dalam aturan dan ketetapan sehingga ruang gerak pemberdayaan usaha kecil semakin kecil. Walaupun begitu, BMT bisa bekerja sama dengan BPRS, kenapa? Karena, pertama, ternyata market share usaha BPRS sama dengan BMT, kedua, proses linkage program BPRS lebih mudah dan tidak begitu bankable, seperti tidak perlu agunan (jaminan) dan prosesnya lebih cepat meskipun share nisbah masih cukup besar dibandingkan bank syariah. Perbedaan BMT dengan bank umum syari’ah (BUS) atau juga bank perkreditan rakyat syari’ah (BPRS) adalah dalam bidang pendampingan dan dukungan. Berkaitan dengan dukungan, BUS dan BPRS terikat dengan peraturan

10

pemerintah di bawah Departemen Keuangan atau juga peraturan Bank Indonesia (BI).Sedangkan BMT dengan badan hukum koperasi, secara otomatis di bawah pembinaan Departemen Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Selanjutnya penelitian yang akan penulis lakukan berdasarkan latar belakang diatas adalah dengan judul penelitian ini adalah “Persepsi Masyarakat Non-Muslim terhadap BPRS dan BMT di Kecamatan Cipanas (Studi pada Masyarakat NonMuslim di Kecamatan Cipanas)”

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disusun diatas dapat ditemukan beberapaidentifikasi permasalahan yang timbul dari persepsi masyarakat Non-Muslim pada BPRS dan BMT di Kecamatan Cipanas, antara lain: 1.

Sebagai warga masyarakat Cipanas, masih banyak masyarakat Non-Muslim yang merupakan pasar potensial untuk market perbankan syariah belum tersentuh.

2.

Pemahaman yang negatif di kalangan non-muslim terhadap riba menjadikan mereka mencari alternatif untuk peminjaman uang non-riba.

3.

Masyarakat masih merasakan ketidak adilan dan selalu diberatkan oleh bunga pinjaman.

4.

Sifat amanah, jujur dan santun sudah menjadi barang langka pada saat ini.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

11

Mengingat judul skripsi diatas masih sangat luas, untuk memudahkan dan mengarahkan pembahasan, penulis membatasi masalah pada penulisan skripsi ini hanya dikhususkan pada daerah sekitar Kecamatan Cipanas. Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1.

Bagaimana persepsi masyarakat Non-Muslim terhadap BPRS dan BMT di Kecamatan Cipanas?

2.

Bagaimana pelayanan BPRS dan BMT terhadap masyarakat Non-Muslim di Kecamatan Cipanas?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dan manfaat penelitian yang hendak dicapai penulis dengan melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat Non-Muslimterhadap BPRS dan BMTdi Kecamatan Cipanas. b. Untuk mengetahuifaktor apakah yang membuat masyarakat non muslim Cipanas ingin menabung di BPRS dan BMT.

2. Manfaat Penelitian a. Bagi Akademisi

12

1)

Menambah

wawasan

pengetahuan

mengenai

persepsi

Non-

mengenai

persepsi

Non-

Muslimpada BPRS dan BMT. 2)

Menambah

wawasan

pengetahuan

Muslimpada Baitul Mat Tamwil. b. Bagi Praktisi 1) Sebagai pertimbangan bagi praktisi untuk mengetahui persepsi masyarakatNon-Muslimpada BPRS dan BMT. c. Bagi Masyarakat 1) Memberikan informasi untuk mayarakat mengenai persepsi NonMuslimpada BPRS dan BMT.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagai penelitian lapangan yang bersifat deskriptif kualitatif yaitu menganalisa dan menyajikan fakta secara sistematik tentang objek yang sebenarnya, yaitu dengan metode deskriptif kualitatif ini peneliti akan mendeskripsikan secara komprehensif dan mendalam tentang suatu gejala, peristiwa atau kejadian yang berlangsung pada saat sekarang yang berhubungan dengan onjek penelitian. Melalui metode ini, diharapkan akan memperoleh pemahaman dan penafsiran yang

13

mendalam mengenai makna dan data di lapangan untuk kemudian di analisis dan ditemukan solusi dari masalah yang terjadi. Metodologi kualitatif menurut pengertiannya adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan sebagainya, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian ini juga merupakan penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk menggali data dan informasi baik tentang proses dan mekanisme.

Selain itu penelitian ini merupakan paduan dari penelitian

kepustakaan dan penelitian lapangan, karena diawali dengan telaah bahan pustaka dan literatur.

2. Sumber Data a. Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber data atau dari hasil penelitian lapangan. Untuk mendapatkan data primer ini, penulis mengadakan observasi (pengamatan) serta wawancara kepada masyarakat non-muslim di daerah Cipanas. b. Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini. Studi dokumentasi yang dilakukan yaitu studi kepustakaan (library research) yaitu dengan

14

mempelajari buku kepustakaan, literatur, bulletin yang berkaitan erat dengan pembahasan masalah ini.

3. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah yang mendasari penelitian ini dilakukan.Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah tentang persepsi terhadap BPRS dan BMT. b. Objek penelitian Objek penelitian adalah hal yang menjadi sasaran penelitian.Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi. Definisi objek penelitian menurut Umar3sebagai berikut: “Objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek penelitian dilakukan.Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu”. Berdasarkan definisi objek penelitian diatas, maka yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah masyarakat non-muslim di Kecamatan Cipanas. 3

Husein Umar,Metode Penelitian Ilmiah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005), h. 37.

15

4. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data sesuai dengan penelitian, maka penulis menggunakan

metode

triangulasi

yaitu

observasi,

wawancara,

dan

dokumentasi. a. Observasi. Observasi yaitu mengumpulkan data dengan cara pengamatan dan mencatat dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang persepsi masyarakat nonmuslim terhadap BPRS dan BMT. Observasi, istilah observasi berasal dan Bahasa Latin yang berarti “melihat” dan “memperhatikan”.Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai displin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial.Observasi dapat berlangsung dalam

konteks

laboratorium

(experimental)

maupun

konteks

alamiah.Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checking in atau pembuktian terhadap informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya.

16

Sebagai

metode

ilmiah

observasi

biasa

diartikan

sebagai

pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik.Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung.Pengamatan tidak langsung misalnya melalui questionnaire dan tes. Di sini penulis mengadakan suatu pengamatan ke Kecamatan Cipanas dan mengamati secara langsung masyarakat non-muslim di sana. b. Wawancara Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan tanya-jawab sepihak, yang dikerjakan dengan sistematik dan berdasarkan pada tujuan penyelidikan.Wawancara ini dilakukan kepada masyarakat non-muslim di Kecamatan Cipanas yang menjadi objek penelitian. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah pengumpulan data melalui benda-benda tertulis, seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan, catatan harian dan sebagainya.Metode ini digunakan untuk mendapatkan bahan-bahan informasi tentang keadaan masyarakat non-muslim di Kecamatan Cipanas tentang persepsinya terhadap BPRS dan BMT.

5. Teknik Analisis Data

17

Teknik analisis data adalah proses penyusunan data agar data tersebut bisa ditafsirkan, serta menjelaskan katagori dan mencari hubungan antar berbagai konsep.4Dalam menganalisis data, penulis mengunakan metode data dekriptis analisis, yaitu suatu teknik analisis data dimana penulis terlebih dahulu menerapkan semua data yang diperoleh dari pengamatan di lapangan kemudian menganalisisnya. 6. Lokasi dan Jadwal Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur.Pemilihan lokasi penelitian ini dikarenakan Cipanas sebagai daerah wisata serta untuk efisiensi waktu dan biaya.Sedangkan jadwal penelitiannya dilaksanakan pada bulan April hingga Juni 2016.

F. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu) Dalam penulisan karya ilmiah ini, sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut dan menyusun menjadi sebuah karya ilmiah berupa skripsi, maka sebelumnya penulis akan mengkaji skripsi-skripsi terdahulu yang mempunyai judul hampir sama dengan penulis. Maksudnya dari pengkajian ini adalah agar dapat kita ketahui bersama bahwa apa yang penulis teliti berbeda dengan peneliti skripsi sebelumnya.

4

Dadang Ahmad, Metlid Agama:Perspektif Perbandingan Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2000),cet.I, h.158.

18

Berikut ini judul-judul skripsi yang hampir sama dengan penulis teliti diantaranya: 1.

Pada tahun 2006 Rini Hernawati mahasiswi Universitas Islam Negeri Jakarta jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum menulis skripsi dengan judul “Respon Masyarakat Non-Muslim Desa Ciputat terhadap Perbankan Syariah di Indonesia”. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa masyarakat bersikap biasa saja atau bersikap netral, mereka berpikir bahwa bank syariah adalah sebuah perusahaan yang dimana setiap perusahaan mempunyai aturan tersendiri bagaimana perusahaan bisa bersaing dengan perusahaan lain.

2.

Pada tahun 2006 Dede Miftahuddin mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum

menulis

skripsi dengan judul “Respon Pondok Pesantren Terhadap Bank Syariah di Sukabumi”. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tersebut bahwa respon kaum pondok pesantren terhadap Bank Syariah di Sukabumi bervariasi ada yang setuju dan ada juga yang tidak setuju hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan tentang Bank Syariah kaum pondok pesantren kurang mengetahui tentang sistem Bank Syariah. 3.

Pada tahun 2012 Nahla Andika Fatoni mahasiswa Universitas Islam Negerti Jakarta,

menulis

skripsi

dengan

judul

“Respon

Masyarakat

Non-

MuslimKecamatan Ciledug Terhadap Bank Syariah”. Dalam skripsi ini Nahla Andika Fatoni menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu metode yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan

19

apaadanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon masyarakat Non-Muslim Ciledug terhadap Bank Syariah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah masyarakat Non-Muslim yang mengetahui bank syariah sebesar 26% dan yang tidak mengetahui sebesar 73% dari jumlah responden sedangkan masyarakat Non-Muslim yang tertarik dengan hadirnya Bank Syariah sebesar 12% dan yang tidak tertarik sebesar 88% dari jumlah responden. Review Perbedaan dari masing-masing penelitian dapat di lihat pada Tabel 2 di bawah ini: Tabel 2 Review Perbedaan Penelitian Sejenis Terdahulu Identitas

Rini Hernawati

Judul Skripsi

Respon

Masyarakat

Non-Muslim

Desa

Ciputat

terhadap Perbankan Syariah di Indonesia Objek

Masyarakat Non-Muslim Desa Ciputat

Hasil Kesimpulan

Masyarakat bersikap netral dan menganggap bahwa bank syariah sama saja dengan perusahaan keuangan lain untuk membantu masyarakat dalam mendapatkan modal

Pembeda

Objek yang diteliti oleh penulis mengarah pada respon pada masyarakat non muslim di wilayah Ciputat

Identitas

Dede Miftahuddin

Judul Skripsi

Respon Pondok Pesantren Terhadap Bank Syariah di Sukabumi

Objek

Santri pondok pesantren di daerah Sukabumi

Hasil Kesimpulan

Respon para santri berbeda-beda, ada yang pro dan

20

kontra pandangannya terhadap bank syariah. Hal ini disebabklan keterbatasan pengetahuan dan informasi Pembeda

Penulis lebih mengarah kepada kondisi umat Islam sendiri khususnya dikalangan santri.

Identitas

Nahla Andika Fatoni

Judul Skripsi

Respon Masyarakat Non-Muslim Kecamatan Ciledug Terhadap Bank Syariah

Objek

Masyarakat Non-Muslim Kecamatan Ciledug

Hasil Kesimpulan

Penelitian tersebut menghasilkan fokus pembahasan mengenai persentase masyarakat non muslim terhadap pengetahuan tentang bank syariah dan ketertarikan terhadap bank syariah

Pembeda

Objek yang diteliti oleh penulis mengarah pada respon pada masyarakat non muslim di lokasi berbeda yaitu Kecamatan Ciledug

G. Kerangka Teori Kerangka teori atau landasan teori dari penulisan ini adalah mengenai persepsi masyarakat Non-Muslimyang berpedoman pada beberapa referensi yang berasal dari buku-buku, surat kabar dan internet. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPR-Syariah) adalah salah satu lembaga keuangan perbankan syariahyang pola operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip syariah ataupun muamalah Islam.

21

BPRS berdiri berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Pada pasal 1 (butir 4) UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan bahwa BPRS adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.5 BPR yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah selanjutnya diatur menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No. 32/36/KEP/DIR/1999 tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam hal ini, secara teknis BPR Syariah bisa diartikan sebagai lembaga keuangan sebagaimana BPR konvensional, yang operasinya menggunakan prinsip-prinsip syariah terutama bagi hasil. Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul mal dan baitut tamwil. Baitul maallebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran danayang non profit, seperti zakat, infak dan shodaqoh. Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. 6 Di Indonesia sendiri setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang untuk mendirikan bank-bank yang berprinsip syariah.Operasionalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyakat kecil dan menengah, maka muncul usaha

5

Umar Abdullah Zaid, Akuntansi Syariah: Kerangka Dasar dan Sejarah Keuangan Dalam Masyarakat Islam, (Jakarta: LPFE-Universitas Trisakti, t.th.), h.47. 6 Ir. AdiwarmanA. Karim,Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2010), h.33.

22

untuk mendirikan bank dan lembaga keuangan mikro, seperti BPR syariah dan BMT yang bertujuan untuk mengatasi hambatan operasioanal daerah. Disamping itu di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang hidup serba berkekurangan muncul kekhawatiran akan timbulnya pengikisan akidah. Pengikisan akidah ini bukan hanya dipengaruhi oleh aspek syiar Islam tetapi juga dipengaruhi oleh lemahnya ekonomi masyarakat.Oleh sebab itu peran BMT agar mampu lebih aktif dalam memperbaiki kondisi tersebut.7 Sedangkan persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya8. Menurut Rakhmat persepsi ialah proses pemberian makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi mengubah

sensasi

menjadi

informasi,

sedangkan

sensasi

merupakan

prosesmenangkap stimuli yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu.9 Sedangkan menurut Yusuf proses pengindraan tersebut dinamakan persepsi dan ini dilakukan secara simultan pada suatu saat, serta dengan segala aspek yang menyertainya. Aspek-aspek tersebut dicoba di lingkungan dengan dirinya sendiri, untuk kemudian merealisasikannya ke dalam seluruh aspek yang ada. Dengan kata

7

Ahmad Azhar Basyir, Hukum Islam Tentang Riba Utang Piutang Gadai, (Bandung: PT Alma’atif, 2008), h. 26. 8 Pengertian Persepsi diakses pada 5 Mei 2015 dari http://kbbi.web.id/persepsi 9 Jalaluddin Rakhmat,Metode Penelitian Komunikas, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),h. 41.

23

lain persepsi adalah proses penerimaan rangsangan atau pengindraan (sensasi) yang dimengerti dan dipahami secara sadar.10

H. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pemahaman dan memperjelas arah pembahasan maka penulisan skripsi ini disistematisasikan menjadi lima bab dengan uraian sebagai berikut: BAB I:

Pendahuluan, didalamnyaakan diuraikan alasan penulis memilih topik ini, akan dilengkapi dengan batasan dan rumusan masalah yang akan dibahas, manfaat dan tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II:

Berisikan teori yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, didalamnya akan diuraikan: Pengertian persepsi secara umum dan macam-macam persepsi, pengertian masyarakat Non-Muslim, dan Lembaga Keuangan Syariah.

BAB III:

Adalah gambaran umum tentang lokasi penelitian dan informan. Bab ini membahas tentang penjelasan mengenai geografi wilayah termasuk iklim, penjelasan tentang keadaan penduduk dan data yang menjelaskan identitas dari informan.

10

Pawid M. Yusuf, Pengantar Aplikasi Teori Ilmu Sosial Komunikasi untuk Perpustakaan dan Informasi, (Bandung: Dafind, 2001),h.27.

24

BAB IV:

Merupakan hasil penelitian dan analisis data di lapangan. Bab ini membahas secara lengkap tentang data hasil dilapangan kemudian dilakukan analisis untuk mendapatkan hasil yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan dan untuk mendapat jawaban atas pernyataan dalam perumusan masalah.

BAB V:

Merupakan bagian penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-saran.

25

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Persepsi Persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya.11Menurut Rakhmat persepsi ialah proses pemberian makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi mengubah sensasi menjadi informasi, sedangkan sensasi merupakan proses menangkap stimuli yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu.12 Sedangkan menurut Yusuf proses pengindraan tersebut dinamakan persepsi dan ini dilakukan secara simultan pada suatu saat, serta dengan segala aspek yang menyertainya. Aspek-aspek tersebut dicoba di lingkungan dengan dirinya sendiri, untuk kemudian merealisasikannya ke dalam seluruh aspek yang ada. Dengan kata lain persepsi adalah proses penerimaan rangsangan atau pengindraan (sensasi) yang dimengerti dan dipahami secara sadar.13

11

Pengertian Persepsi diakses pada 5 Mei 2015 dari http://kbbi.web.id/persepsi Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 66. 13 Pawid M. Yusuf, Pengantar Aplikasi Teori Ilmu Sosial Komunikasi untuk Perpustakaan dan Informasi, (Bandung: Dafind, 2001), h. 56. 12

26

Hal senada juga yang disampaikan Chaphin yang dikutip oleh Disminta mengartikan persepsi sebagai proses pengetahuan obyek dan kejadian obyek dengan beberapa indera.14 Berdasarkan dari landasan teori diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud persepsi adalah sesuatu yang menyangkut hubungan manusia dengan lingkungannya

bagaimana

orang

yang

bersangkutan

mengerti

dan

dapat

menginterprestasikan stimulus yang ada di lingkungan kemudian orang tersebut memproses hasil penginderaannya itu sehingga timbulah makna tentang obyek pada dirinya. Dari pengertian diatas dapat diuraikan bahwa proses pembentukan persepsi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Penerimaan Rangsangan Pada proses ini seseorang menerima rangsangan dari luar (objek, situasi maupun peristiwa) yang diterima oleh inderanya baik itu penglihatan, pendengaran, perasaan maupun penciuman. 2. Proses Menyeleksi Rangsangan Rangsangan yang diterima oleh seseorang terkadang begitu banyak dan bervariasi. Pada proses ini rangsangan yang diterima diseleksi

14

Disminta, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakaya, 2005), h. 15.

27

berdasarkan seberapa menariknya rangsangan tersebut untuk diberikan perhatian yanglebih.15 3. Proses Pengorganisasian Rangsangan yang sudah diseleksi kemudian diorganisasikan dalam bentuk yang mudah dipahami untuk kemudian dilakukan proses selanjutnya. 4. Proses Penafsiran Pada proses ini dilakukan penafsiran terhadap rangsangan yang sudah diseleksi untuk mendapatkan arti dan informasi. 5. Proses Pengecekan Setelah diperoleh arti atau makna dari informasi yang ditafsirkan, kemudian

dilakukan

pengecekan

yang

intinya

adalah

melakukan

reviewterhadap kebenaran informasi tersebut. 6. Proses Reaksi Proses ini sudah mengarah pada bagaimana seseorang akan bereaksi terhadap informasi yang diperolehnya. Sesuai dengan teori dan tahapan persepsi dapat disimpulkan bahwa pembentukan persepsi sangat dipengaruhi oleh pengamatan dan penginderaan terhadap proses berpikir yang dapat mewujudkan suatu kenyataan yang diinginkan oleh seseorang terhadap suatu obyek yang diamati. Dengan

15

Ahmad Azhar Basyir, Hukum Islam Tentang Riba Utang Piutang Gadai, (Bandung: PT Alma’atif, 2008), h. 26.

28

demikian persepsi merupakan proses transaksi penilaian terhadap suatu obyek, situasi atau peristiwa. Walgito mengemukakan bahwa terdapat 3 (tiga) aspek utama dari persepsi, yaitu: 1. Kognisi Aspek kognisi menyangkut komponen pengetahuan, pandangan, pengharapan cara berpikir/mendapatkan pengetahuan, dan pengalaman masa lalu serta segala sesuatu yang diperoleh dari hasil pikiran individu pelaku persepsi. 2. Afeksi Aspek afeksi menyangkut komponen perasaan dan keadaan emosi individu terhadap objek tertentu serta segala sesuatu yang menyangkut evaluasi baik buruk berdasarkan faktor emosional seseorang. 3. Konasi atau Psikomotor Aspek konasi/psikomotor menyangkut motivasi, sikap, perilaku atau aktivitas individu sesuai dengan persepsinya terhadap suatu objek atau keadaan tertentu. Persepsi bersifat tidak statis melainkan berubah-ubah atau dengan perkataan lain sifatnya relatif atau tidak absolut, tergantung pada pengalaman sebelumnya, sehingga akan menghasilkan suatu gambaran unik tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda dari kenyataannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Luthans yang menyatakan persepsi merupakan proses

29

kognitif kompleks yang menghasilkan gambaran dunia yang unik, yang mungkin agak berbeda dengan realita. Proses pembentukan persepsi pada individu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Robbins mengatakan bahwa faktor-faktor yang berperan dalam membentuk persepsi seseorang dapat berada pada pihak pelaku persepsi (perceiver), dalam obyeknya atau target yang dipersepsikan, atau dalam konteks situasi dimana persepsi itu dilakukan. Persepsi pada masing-masing individu memiliki kecenderungan berbeda satu dengan yang lainnya. Pareek mengemukakan bahwa ada 4 (empat) faktor utama yang menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi, yaitu:16 1. Perhatian Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian.Tidak semua stimulus yang ada di sekitar dapat ditangkap semuanya secara bersamaan.Perhatian biasanya hanya tertuju pada satu atau dua objek yang menarik bagi kita. 2. Kebutuhan Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu kebutuhan yang sifatnya menetap maupun kebutuhan yang sifatnya hanya sesaat, dimana masing-masing orang memiliki kebutuhan yang tidak sama antara satu dengan yang lainnya.

16

Udai Pareek, Perilaku organisasi (Organisational Behaviour), (Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1984), h. 282.

30

3. Kesediaan Kesediaan adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul, agar memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih efisien sehingga akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap terlebih dahulu. 4. Sistem Nilai Sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat akan berpengaruh terhadap persepsi seseorang. Dari

pendapat

tersebut

dapat

disimpulkan bahwa

pengertian

persepsimerupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses belajar individu.

B. Teori Persepsi 1. Bentuk-bentuk Persepsi a. Persepsi Visual Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan.Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. b. Persepsi Auditori Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.

31

c. Persepsi Perabaan Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit. d. Persepsi Penciuman Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung. e. Persepsi Pengecapan Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah. 2. Macam-macam Persepsi Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua, yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia.Persepsi terhadap manusia sering juga disebut persepsi sosial. a. Persepsi terhadap lingkungan fisik Persepsi orang terhadap lingkungan fisik tidaklah sama, dalam arti berbeda-beda karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:17 1) Latar belakang pengalaman 2) Latar belakang budaya 3) Latar belakang psikologis 4) Latar belakang nilai, keyakinan dan harapan

17

S. Arindita,Hubungan antara Persepsi Kualitas Pelayanan dan Citra Bank dengan Loyalitas Nasabah, (Skripsi S1 Fakultas Psikologi, UMS, 2003), h. 25.

32

5) Kondisi faktual alat-alat panca indera di mana informasi yang sampai kepada orang itu adalah lewat pintu itu b. Persepsi terhadap manusia Persepsi terhadap manusia atau persepai sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. Dengan kata lain, setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda terhadap lingkungan sosialnya. 3. Sifat-sifat Persepsi a. Persepsi Bersifat Dugaan Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang manapun. Oleh karena informasi yang lengkap tidak pernah tersedia, dugaan diperlukan untuk membuat suatu kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap lewat penginderaan itu. b. Persepsi Bersifat Evaluatif Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis dalam diri kita yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang kita gunakan untuk memaknai objek persepsi. Dengan demikian, persepsi bersifat pribadi dan subjektif.Menggunakan kata-kata Andrea L. Rich, “persepsi pada dasarnya memiliki keadaan fisik dan psikologis individu, alih-alih menunjukkan karakteristik dan kualitas mutlak objek yang

33

dipersepsi”.18Dengan ungkapan Carl Rogers, “individu bereaksi terhadap dunianya yang ia alami dan menafsirkannya dan dengan demikian dunia perseptual ini, bagi individu tersebut adalah realitas”.19 c. Persepsi Bersifat Konstektual 1) Dalam mengorganisasikan suatu objek, yakni meletakkannya dalam suatu konteks tertentu kita menggunakan prinsip-prinsip berikut: Prinsip pertama. Stuktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan kelengkapannya 2) Prinsip kedua. Kita cenderung mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian yang terdiri dari objek dan latar belakangnya. Menurut Newcomb dalam Arindita, ada beberapa sifat yang menyertai proses persepsi, yaitu: a) Konstansi (menetap): Dimana individu mempersepsikan seseorang sebagai orang itu sendiri walaupun perilaku yang ditampilkan berbeda-beda. b) Selektif: persepsi dipengaruhi oleh keadaan psikologis si perseptor. Dalam arti bahwa banyaknya informasi dalam waktu yang bersamaan

18

dan

keterbatasan

kemampuan

perseptor

dalam

L. Rich, Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pengawasan Kerja dengan Motivasi Berprestas, (Skripsi S1Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, t.th), h. 35. 19 Carl Rogers, Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2007), h. 57.

34

mengelola dan menyerap informasi tersebut, sehingga hanya informasi tertentu saja yang diterima dan diserap. Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan informasi yang sama dapat disusun ke dalam pola-pola menurut cara yang berbeda-beda. 4. Ciri-ciri Umum Dunia Persepsi Penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konsep ini biasa disebut dunia persepsi. Agar dapat dihasilkan suatu penginderan yang bermakna, ada ciri-ciri umum tertentu dalam dunia persepsi:20 a. Modalitas: rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiaptiap indera, yaitu sifat sensori dasar masing-masing. b. Dimensi ruang: dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang). c. Dimensi waktu: dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat lambat, tua muda, dan lain-lain. d. Struktur konteks, keseluruhan yang menyatu: objek-objek atau gejalagejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu.

20

MuhammadHamka,Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pengawasan Kerja dengan Motivasi Berprestasi, (Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, t.th.), h. 45.

35

e. Dunia penuh arti; dunia persepsi adalah dunia penuh arti. kita cenderung pengamatan pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang ada hubungannya dengan tujuan yang ada dalam diri kita. f. Cara Persepsi Berdasarkan Totalitas Gestalt21 1) Hukum kedekatan (proximity): objek-objek persepsi yang berdekatan cenderung diamati sebagai suatu kesatuan. 2) Hukum kesamaan (similarity): Objek cenderung diamati sebagai totalitas karena mempunyai sebagian besar ciri-ciri yang sama. 3) Hukum bentuk-bentuk tertutup (closure): bentuk-bentuk yang sudah kita kenal, walau hanya nampak sebagian atau tidak sempurna, kita lihat sebagai sempurna. 4) Hukum kesinambungan (continuity): pola-pola yang sama dan berkesinambungan, walau ditutup oleh pola-pola lain, tetap diamati sebagai kesatuan. 5) Hukum gerak bersama (common fate): unsur-unsur yang bergerak dengan cara dan arah yang sama dilihat sebagai suatu kesatuan. 6) Persepsi

Kedalaman

(depth

perception):

kemampuan

indera

penglihatan untuk mengindera ruang. Ada beberapa patokan yang digunakan manusia dalam persepsi kedalaman yaitu:22

21 22

Gestalt, dkk, Perilaku dan Manajemen Organisasi, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 98. Makmuri Muchlas, Perilaku Organisasi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2008), h. 77.

36

a) Perspektif atmosferik: semakin jauh objek, semakin kabur. b) Perspektif linier: semakin jauh, garis-garis akan makin menyatu menjadi satu titik (konvergensi). c) Kualitas permukaan (texture gradient), berkurangnya ketajaman kualitas texture karena jarak makin jauh. d) Posisi relatif: objek yang jauh akan ditutupi atau kualitasnya menurun karena bayangan objek-objekyang lebih dekat. e) Sinar dan bayangan: bagian permukaan yang lebih jauh dari sumber cahaya akan lebih gelap dibanding yang lebih dekat. f) Patokan yang sudah dikenal: benda-benda yang sudah kita kenal ukurannya akan lebih kecil di kejauhan. g) Persepsi Gerak: pengamatan terhadap sesuatu yang berpindah posisinya dari patokan. Kalau patokan tidak jelas, maka kita akan memperoleh informasi gerakan semu. Ada dua macam gerakan semu: 1) Efek otokinetik, bila kita memandang setitik cahaya dalam keadaan gelap gulita, cahaya itu akan nampak bergerak. 2) Gerakan stroboskopik: terjadi karena ada dua rangsang yang berbeda yang muncul hampir bersamaan. 3) Ilusi: kesalahan dalam persepsi, yaitu memperoleh kesan yang salah mengenai fakta-fakta objektif yang disajikan oleh alat-alat indera kita. 4) Ilusi disebabkan oleh faktor-faktor eksternal: (gambar atau bayangan di cermin kelihatannya terletak di belakang cermin)

37

5) Ilusi disebabkan kebiasaan: rangsang-rangsang yang disajikan sesuai dengan kebiasaan kita dalam mengenali rangsang akan dengan mudah menimbulkan ilusi. 6) Ilusi karena kesiapan mental atau harap tertentu: kita akan sering melihat sesuatu yang mirip dengan barang yang hilang yang sangat kita harapkan untuk kembali. 7) Ilusi karena kondisi rangsang terlalu kompleks: bila rangsang yang diamati terlalu kompleks, maka rangsang tersebut dapat menutupnutupi atau menyamarkan fakta-fakta objektif.23

5. Aspek-aspek Persepsi Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport bahwa ada tiga yaitu: a. Komponen Kognitif Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut. b. Komponen Afektif

23

Stephen P. Robbinsdan Timothy A. Judge, Perilaku Organisasi, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), cet.XII, h. 95.

38

Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang.Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya. c. Komponen Konatif Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya. Baron dan Byrne, juga Myers menyatakan bahwa sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu: 24 1) Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap. 2) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. 3) Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap. 24

Baron dan Byrne, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset, 2002), h. 67.

39

Rokeach memberikan pengertian bahwa dalam persepsi terkandung komponen kognitif dan juga komponen konatif, yaitu sikap merupakan predisposing untuk merespons, untuk berperilaku.Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan predis posisi untuk berbuat atau berperilaku. 6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Thoha berpendapat bahwa persepsi pada umumnya terjadi karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal berasal dari dlam diri individu, misalnya sikap, kebiasaan, dan kemauan.Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi stimulus itu sendiri, baik sosial maupun fisik. Dijelaskan

oleh

Robbins

bahwa

meskipun

individu-individu

memandang pada satu benda yang sama, mereka dapat mempersepsikannya berbeda-beda. Ada sejumlah faktor yang bekerja untuk membentuk dan terkadang memutar-balikkan persepsi. Faktor-faktor ini dari: a. Pelaku persepsi (perceiver) b. Objek atau yang dipersepsikan. c. Konteks dari situasi dimana persepsi itu dilakukan. Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja, mesin atau gedung, persepsi terhadap individu adalah kesimpulan yang berdasarkan tindakan orang tersebut.Objek yang tidak hidup dikenai hukum-hukum alam

40

tetapi tidak mempunyai keyakinan, motif atau maksud seperti yang ada pada manusia. Akibatnya individu akan berusaha mengembangkan penjelasanpenjelasan mengapa berperilaku dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu, persepsi dan penilaian individu terhadap seseorang akan cukup banyak dipengaruhi oleh pengandaian-pengadaian yang diambil mengenai keadaan internal orang itu. Gilmer dalam Hapsari menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan pemerhati perseptor atau pemersepsi ketika proses persepsi terjadi dan karena ada beberapa faktor yang bersifat yang bersifat subyektif yang mempengaruhi, maka kesan yang diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu sama lain. Oskamp dalam Hamka membagi empat karakteristik penting dari faktor-faktor pribadi dan sosial yang terdapat dalam persepsi, yaitu: a. Faktor-faktor ciri dari objek stimulus. b. Faktor-faktor pribadi seperti intelegensi, minat. c. Faktor-faktor pengaruh kelompok. d. Faktor-faktor perbedaan latar belakang kultural. Persepsi struktural.Faktor

individu

dipengaruhi

fungsional

ialah

oleh

faktor

faktor-faktor

fungsional yang

dan

bersifat

personal.Misalnya kebutuhan individu, usia, pengalaman masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan hal-hal lain yang bersifat subjektif. Faktor

41

struktural adalah faktor di luar individu, misalnya lingkungan, budaya, dan norma sosial sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam mempresepsikan sesuatu. Ada dua macam persepsi menurut Sunaryo yaitu:25 1. External perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar individu. 2. Self-perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi obyek adalah dirinya sendiri.

C. Masyarakat Non-Muslim Pengertian Non-Muslim sangat sederhana, yaitu orang yang tidak menganut agama Islam. Tentu saja maksudnya tidak mengarah pada suatu kelompok agama saja, tapi akan mencakup sejumlah agama dengan segala bentuk kepercayaan dan variasi ritualnya. Al Qur’an menyebutkan kelompok Non-Muslim ini secara umum seperti terdapat dalam suratal-Hajj, ayat 17 dan surat al-Jasiyah, ayat 24, sebagai berikut:26

25

Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan,(Jakarta:EGC, 2004), h. 24. DenySuito, Masyarakat Non-Muslim, (Jakarta: Centre For Moderate Muslim Indonesia,2006), h. 111. 26

42

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orangorang Shaabi-iin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi Keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu”.

Dan mereka berkata: "Kehidupan Ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja. Dalam ayat Al Qur’an tadi terdapat lima kelompok yang dikategorikan sebagai non muslim, yaitu ash-Shabi’ah atau ash-Shabiin, al-Majus, al Musyrikun, alDahriyah atau al-Dahriyun dan Ahli Kitab. Masing-masing kelompok secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut27: Pertama Ash-Shabi’ah, yaitu kelompok yang mempercayai pengaruh planet terhadap alam semesta. Kedua Al-Majus, adalah para penyembah api yang mempercayai bahwa jagat raya dikontrol oleh dua sosok Tuhan, yaitu Tuhan Cahaya dan Tuhan Gelap yang masing-masingnya bergerak kepada yang baik dan yang jahat, yang bahagia dan yang celaka dan seterusnya.

27

Lihat lebih lanjut buku-buku tafsir spt Al-Qurtubi, Al-Tabari, Ibnu Katsir yang menjelaskan lebih luas tentang pengertian kelompok Non-Muslim yang disebut dalam ayat tersebut. Selain itu, lihat pula buku ‘al-Mausu’ah al-Muyassarah fi al-adyan wa al-mazahib al-mu’ashirah’ yang diterbitkan WAMY tahun 1988 dan ‘huriyah al-mu’taqad al-diiny li ghair al-muslimin fi zhilal samahat al-Islam’ oleh Ali Abdul ‘al al-Syinawi.

43

Ketiga Al-Musyrikun, kelompok yang mengakui ketuhanan Allah SWT, tapi dalam ritual mempersekutukannya dengan yang lain seperti penyembahan berhala, matahari dan malaikat. Keempat yang disebut Al-Dahriyah, kelompok ini selain tidak mengakui bahwa dalam Alam semesta ini ada yang mengaturnya, juga menolak adanya Tuhan Pencipta. Menurut mereka alam ini eksis dengan sendirinya. Kelompok ini agaknya identik dengan kaum atheis masa kini. Kelima Ahli Kitab, dalam hal ini terdapat dua pendapat ulama. Pertama, mazhabi Hanafi berpendapat bahwa yang termasuk Ahli Kitab adalah orang yang menganut salah satu agama Samawi yang mempunyai kitab suci seperti Taurat, Injil, Suhuf, Zabur dan lainnya tapi menurut Imam Syafii dan Hanbali, pengertian Ahli Kitab terbatas pada kaum Yahudi dan Nasrani. Kelompok Non-Muslim ini disebut juga dengan Ahli Zimmah, yaitu komunitas Yahudi atau Nasrani yang berdomisili di wilayah umat Islam dan mendapat perlindungan pemerintah Muslim.

44

D. Lembaga Keuangan Syariah Lembaga bisnis Islami (syariah) merupakan salah satu instrument yang digunakan untuk mengatur aturan-aturan ekonomi Islam. Sebagai bagian dari sistem ekonomi, lembaga tersebut merupakan bagian dari keseluruhan sistem sosial.Oleh karenanya, keberadaannya harus dipandang dalam konteks keseluruhan keberadaan masyarakat (manusia), serta nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Sebenarnya, bisnis secara syariah tidak hanya berkaitan dengan larangan bisnis yang berhubungan dengan, seperti masalah alkohol, pornografi, perjudian, dan aktivitas lain yang menurut pandangan Islam seperti tidak bermoral dan antisosial. Akan tetapi bisnis secara syariah ditunjukan untuk memberikan sumbangan positif terhadap pencapaian tujuan sosial-ekonomi masyarakat yang lebih baik.Bisnis secara syariah dijalankan untuk menciptakan iklim bisnis yang baik dan lepas dari praktik kecurangan.28 Dalam segenap aspek kehidupan bisnis dan transaksi, dunia Islam mempunyai sistem perekonomian yang berbasiskan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Syariah yang bersumber dari Al Quran dan Al Hadits serta dilengkapi dengan Al Ijma dan Al Qiyas.Sistem perekonomian Islam, saat ini lebih dikenal dengan istilah Sistem Ekonomi Syariah. Al Quran mengatur kegiatan bisnis bagi orang-perorang dan kegiatan ekonomi secara makro bagi seluruh umat di dunia secara eksplisit dengan banyaknya instruksi 28

Syafii Arbi, Mengenal Bank dan Lembaga Keuangan Non bank, (Jakarta: Djambatan, 2004), h.74.

45

yang sangat detail tentang hal yang dibolehkan dan tidak dibolehkan dalam menjalankan praktek-praktek sosial-ekonomi. Para ahli yang meneliti tentang hal-hal yang ada dalam Al Quran mengakui bahwa praktek perundang-undangan Al Quran selalu berhubungan dengan transaksi.Hal ini, menandakan bahwa betapa aktivitas ekonomi itu sangat penting menurut Al Quran. Ekonomi Syariah menganut faham Ekonomi Keseimbangan, sesuai dengan pandangan Islam, yakni bahwa hak individu dan masyarakat diletakkan dalam neraca keseimbangan yang adil tentang dunia dan akhirat, jiwa dan raga, akal dan hati, perumpamaan dan kenyataan, iman dan kekuasaan. Ekonomi Keseimbangan merupakan faham ekonomi yang moderat tidak menzalimi masyarakat, khususnya kaum lemah sebagaimana yang terjadi pada masyarakat kapitalis.Di samping itu, Islam juga tidak menzalimi hak individu sebagaimana yang dilakukan oleh kaum sosialis, tetapi Islam mengakui hak individul dan masyarakat.29 Dari kajian-kajian yang telah dilakukan, ternyata Sistem Ekonomi Syariah mempunyai konsep yang lengkap dan seimbang dalam segala hal kehidupan, namun sebagian umat Islam, tidak menyadari hal itu karena masih berpikir dengan kerangka ekonomi kapitalis-sekuler, sebab telah berabad-abad dijajah oleh bangsa Barat, dan juga bahwa pandangan dari Barat selalu lebih hebat. Padahal tanpa disadari ternyata di dunia Barat sendiri telah banyak negara mulai mendalami sistem perekonomian yang berbasiskan Syariah.

29

M.Syafi’iAntonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,2005), h.33.

46

Lembaga Keuangan Syariah sebagai bagian dari Sistem Ekonomi Syariah, dalam menjalankan bisnis dan usahanya juga tidak terlepas dari saringan Syariah.Oleh karena itu, Lembaga Keuangan Syariah tidak akan mungkin membiayai usaha-usaha yang di dalamnya terkandung hal-hal yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi masyarakat luas, berkaitan dengan perbuatan mesum/asusila, perjudian, peredaran narkoba, senjata illegal, serta proyek-proyek yang dapat merugikan syiar Islam. Untuk itu dalam struktur organisasi Lembaga Keuangan Syariah harus terdapat Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi produk dan operasional lembaga tersebut. Dalam operasionalnya, Lembaga Keuangan Syariah berada dalam koridor dan prinsip:30 1. Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai kontribusi dan resiko masing-masing pihak 2. Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana), dan pengguna dana, serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra usaha yang saling bersinergi untuk memperoleh keuntungan 3. Transparansi, lembaga keuangan Syariah akan memberikan laporan keuangan secara terbuka dan berkesinambungan agar nasabah investor dapat mengetahui kondisi dananya 4. Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan golongan dalam masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin. 30

Muhammad,Lembaga Ekonomi Syariah,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 90.

47

Lembaga Keuangan Syariah, dalam setiap transaksi tidak mengenal bunga, baik dalam menghimpun tabungan investasi masyarakat ataupun dalam pembiayaan bagi dunia usaha yang membutuhkannya. Menurut Dr. M. Umer Chapra, penghapusan bunga akan menghilangkan sumber ketidakadilan antara penyedia dana dan pengusaha. Keuntungan total pada modal akan dibagi di antara kedua pihak menurut keadilan. Pihak penyedia dana tidak akan dijamin dengan laju keuntungan di depan meskipun bisnis itu ternyata tidak menguntungkan. Sistem bunga akan merugikan penghimpunan modal, baik suku bunga tersebut tinggi maupun rendah. Suku bunga yang tinggi akan menghukum pengusaha sehingga akan menghambat investasi dan formasi modal yang pada akhirnya akan menimbulkan penurunan dalam produktivitas dan kesempatan kerja serta laju pertumbuhan yang rendah. Suku bunga yang rendah akan menghukum para penabung dan menimbulkan ketidakmerataan pendapatan dan kekayaan, karena suku bunga yang rendah akan mengurangi rasio tabungan kotor, merangsang pengeluaran konsumtif sehingga akan menimbulkan tekanan inflasioner, serta mendorong investasi yang tidak produktif dan spekulatif yang pada akhirnya akan menciptakan kelangkaan modal dan menurunnya kualitas investasi. Ciri-ciri sebuah Lembaga Keuangan Syariah dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut:31

31

Heri Sudarsono,Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,(Yogyakarta: Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2003), h. 65.

48

a. Dalam menerima titipan dan investasi, Lembaga Keuangan Syariah harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah b. Hubungan antara investor (penyimpan dana), pengguna dana, dan Lembaga Keuangan Syariah sebagai intermediary institution, berdasarkan kemitraan, bukan hubungan debitur-kreditur c. Bisnis Lembaga Keuangan Syariah bukan hanya berdasarkan profit orianted, tetapi juga falah orianted, yakni kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat d. Konsep yang digunakan dalam transaksi Lembaga Syariah berdasarkan prinsip kemitraan bagi hasil, jual beli atau sewa menyewa guna transaksi komersial, dan pinjam-meminjam (qardh/kredit) guna transaksi sosial e. Lembaga Keuangan Syariah hanya melakukan investasi yang halal dan tidak menimbulkan kemudharatan serta tidak merugikan syiar Islam Dalam membangun sebuah usaha, salah satu yang dibutuhkan adalah modal. Modal dalam pengertian ekonomi syariah bukan hanya uang, tetapi meliputi materi baik berupa uang ataupun materi lainnya, serta kemampuan dan kesempatan.Salah satu modal yang penting adalah sumber daya insani yang mempunyai kemampuan di bidangnya.32 Sumber Daya Insani (SDI) yang dibutuhkan oleh sebuah lembaga keuangan syariah adalah seorang yang mempunyai kemampuan profesionalitas yang tinggi,

32

Djaslim Saladin dan Abdus Salam DZ, Konsep Dasar Ekonomi Dan LembagaKeuangan, (Bandung: Linda Karya, 2000), h. 109.

49

karena kegiatan usaha lembaga keuangan secara umum merupakan usaha yang berlandaskan kepada kepercayaan masyarakat. Untuk SDI lembaga keuangan syariah, selain dituntut memiliki kemampuan teknis perbankan juga dituntut untuk memahami ketentuan dan prinsip syariah yang baik serta memiliki akhlak dan moral yang Islami, yang dapat dijabarkan dan diselaraskan dengan sifat-sifat yang harus dipenuhi, yakni:33 1) Siddiq, yakni bersikap jujur terhadap diri sendiri, terhadap orang, dan Allah SWT 2) Istiqomah, yakni bersikap teguh, sabar dan bijaksana 3) Fathonah, yakni professional, disiplin, mentaati peraturan, bekerja keras, dan inovatif 4) Amanah, yakni penuh tanggung jawab dan saling menghormati dalam menjalankan tugas dan melayani mitra usaha 5) Tabligh, yakni bersikap mendidik, membina, dan memotivasi pihak lain untuk meningkatkan fungsinya sebagai kalifah di muka bumi Selain peningkatan kompetensi dan profesionalisme melalui pendidikan dan pelatihan, perlu juga diciptakan suasana yang mendukung di setiap lembaga keuangan syariah, tidak terbatas hanya pada layout serta physical performance, melainkan juga nuansa non fisik yang melibatkan gairah Islamiyah.

33

Muhamad, Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, (Yogyakarta: UII Press, 2000), h.25.

50

Hal ini perlu dilakukan mengingat sumber daya yang telah belajar dan mendapatkan pendidikan serta pelatihan yang baik, ketika masuk ke dalam pekerjaannya menjadi sia-sia karena lingkungannya tidak mendukung. Bisnis berdasarakan syariah di negeri ini tampak mulai tumbuh.Pertumbuhan itu tampak jelas pada sektor keuangan. Dimana telah mencatat tiga bank umum syariah, 78 BPR Syariah, dan lebih dari 2000 unit Baitul Mal wa Tamwil. Lembaga ini telah mengelola berjuta bahkan bermiliar rupiah dana masyarakat sesuai dengan prinsip syariah. Lembaga keuangan tersebut harus beroperasi secara ketat berdasarkan prinsip-prinsip syariah.Prinsip ini sangat berbeda dengan prinsip yang dianut oleh lembaga keuangan non-syariah. Adapun prinsip-prinsip yang dirujuk adalah:34 a) Larangan menerapkan bunga pada semua bentuk dan jenis transaksi b) Menjalankan aktivitas bisnis dan perdagangan berdasarkan pada kewajaran dan keuntungan yang halal c) Mengeluarkan zakat dari hasil kegiatannya d) Larangan menjalankan monopoli e) Bekerja sama dalam membangun masyarakat, melalui aktivitas bisnis dan perdagangan yang tidak dilarang oleh Islam

34

Muhamad, Lembaga Ekonomi Syariah, (Jakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 92.

51

1. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPR-Syariah) adalah salah satu lembaga keuangan perbankan syariah, yang pola operasionalnya mengikuti prinsip–prinsip syariah ataupun muamalah Islam. BPRS berdiri berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Pada pasal 1 (butir 4) UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan bahwa BPRS adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.35 BPR yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah selanjutnya diatur menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No. 32/36/KEP/DIR/1999 tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam hal ini, secara teknis BPR Syariah bisa diartikan sebagai lembaga keuangan sebagaimana BPR konvensional, yang operasinya menggunakan prinsip-prinsip syariah terutama bagi hasil.36

35

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: Ekonisia, 2005), h. 33. 36 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Islam, (Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti,2005), h. 88.

52

2. Produk-Produk BPRS Produk-produk yang ditawarkan BPR Syariah secara garis besar adalah:37 a. Mobilisasi Dana Masyarakat Bank akan mengerahkan dana masyarakat dalam berbagai bentuk seperti menerima simpanan wadi’ah, adanya fasilitas tabungan dan deposito berjangka. Fasilitas ini dapat digunakan untuk menitip shadaqah, infaq, zakat, persiapan ongkos naik haji (ONH), dan lain-lain. b. Simpanan Amanah Bank menerima titipan amanah berupa dana infaq, shadaqah dan zakat. Akan penerimaan titipan ini adalah wadi’ah yakni titipan yang tidak menanggung resiko. Bank akan memberikan kadar profit dari bagi hasil yang didapat melalui pembiayaan kepada nasabah. c. Tabungan Wadi’ah Bank menerima tabungan pribadi maupun badan usaha dalam bentuk tabungan bebas. Akad penerimaan yang digunakan sama yakni wadi’ah. Bank akan memberikan kadar profit kepada nasabah yang dihitung harian dan dibayar setiap bulan. d. Deposito Wadi’ah/ Deposito Mudharabah Bank menerima deposito berjangka pribadi maupun badan usaha. Akad penerimaannya wadi’ah atau mudharabah, dimana bank menerima 37

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h. 71.

53

dana yang digunakan sebagai penyertaan sementara dalam jangka 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dst. Deposan yang menggunakan akad wadi’ah mendapat nisbah bagi hasil keuntungan lebih kecil dari mudharabah bagi hasil yang diterima dalam pembiayaan nasabah setiap bulan.

3. Pengertian Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul mal dan baitut

tamwil. Baitul

maal lebih

mengarah

pada

usaha-usaha

pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti zakat, infak dan shodaqoh. Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan dan penyaluran dana komersial38. Di Indonesia sendiri setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang untuk mendirikan bank-bank yang berprinsip syariah.Operasinalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyakat kecil dan menengah, maka muncul usaha untuk mendirikan bank dan lembaga keuangan mikro, seperti BPR syariah dan BMT yang bertujuan untuk mengatasi hambatan operasioanal daerah. Disamping itu di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang hidup serba kekurngan muncul kekhawatiran akan timbulnya pengikisan akidah. Pengikisan akidah ini bukan hanya dipengaruhi oleh aspek syiar Islam tetapi

38

Ir.Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam,(Jakarta: Raja Grafindo Persada,2010), h. 41.

54

juga dipengaruhi oleh lemahnya ekonomi masyarakat.Oleh sebab itu peran BMT agar mampu lebih aktif dalam memperbaiki kondisi tersebut. 4. Produk-produk BMT Pada sistem operasional BMT, pemilik dana menanamkan uangnya di BMT tidak dengan motif mendapatkan bunga, tetapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Produk penghimpunan dana lembaga keuangan syariah adalah:39 a. Giro Wadiah Giro Wadiah adalah produk simpanan yang bisa ditarik kapan saja.Dana nasabah dititipkan di BMT dan boleh dikelola. Setiap saat nasabah berhak mengambilnya dan berhak mendapatkan bonus dari keuntungan pemanfaatan dana giro oleh BMT. Besarnya bonus tidak ditetapkan di muka tetapi benar-benar merupakan kebijaksanaan BMT.Sungguhpun demikian nominalnya diupayakan sedemikian rupa untuk senantiasa kompetitif.40 b. Tabungan Mudharabah Dana yang disimpan nasabah akan dikelola BMT, untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan akan diberikan kepada nasabah

39 40

Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003. Fatwa DSN-MUI No. 01/DSN-MUI/IV/2000.

55

berdasarkan kesepakatan nasabah. Nasabah bertindak sebagai shahibul mal dan lembaga keuangan syariah bertindak sebagai mudharib.41 c. Deposito Mudharabah BMT bebas melakukan berbagai usaha yang tidak bertentangan dengan syariah dan mengembangkannya. BMT bebas mengeola dana(Mudharabah Mutaqah). BMT berfungsi sebagai mudharib sedangkan nasabah juga shahibul maal. Ada juga dana nasabah yang dititipkan untuk usaha tertentu. Nasabah memberi batasan penggunadana untuk jenis dan tempat tertentu.Jenis ini disebut Mudharabah Muqayyadah. Dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan, BMT menempuh mekanisme bagi hasil sebagai pemenuhan kebutuhan permodalan (equity financing) dan investasi berdasarkan imbalan melalui mekanisme jual-beli (bai’) sebagai pemenuhan kebutuhan pembiayaan (debt financing).42

1) Pemenuhan Permodalan Ada dua macam dalam kategori ini, yaitu: a) Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa 41

Fatwa DSN-MUI No. 02/DSN-MUI/IV/2000. Zaenul Arifin, ProdukBank Syariah: Pelatihan Dasar Perbankan Syariah Bank Indonesia, (Jakarta: t.p., 2007), h. 98. 42

56

keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.43 Dari

pengertian

diatas,

dapat

dilihat

ciri-ciri

dari

perjanjian/akad musyarakah, yaitu kontribusi dana berasal dari dua pihak (BMT dan nasabah) dan bagi hasil berdasarkan kontribusi modal. Dalam musyarakah, kepemilikan dua orang atau lebih terbagi dalam sebuah aset nyata. Dalam hal pengelolaan usaha, pihak BMT diikutsertakan atau dilibatkan dalam proses manajemen. Aplikasi BMT untuk akad musyarakah adalah: 44 (1) Pembiayaan Proyek. Nasabah dan BMT sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek. Setelah proyek selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati bersama. (2) Modal Ventura. Pada BMT-BMT yang dibolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan, musyarakah diterapkan dalam skema modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu, dan setelah itu BMT melakukan divestasi, baik secara singkat maupun bertahap.

43

Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003, h. 50. Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Bagi Bankir dan Praktisi Keuangan, (Jakarta: Tazkia Institut dan Bank Indonesia,1999), h. 197. 44

57

b) Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola dan keuntungan usaha dibagi sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.45Di dalam mudharabah hubungan kontrak bukan antara pemberi modal, melainkan antara penyedia dana (shahibul maal) dengan enterpreneur (mudharib).46 Dari kedua pengertian diatas dapat dilihat bahwa BMT menanggung seluruh modal sedangkan nasabah hanya memiliki modal keahlian (tetapi tidak mempunyai dana). Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan sedangkan kerugian seluruhnya ditanggung oleh pemilik modal (BMT) selam bukan akibat kelalaian si pengelola. Aplikasi dalam BMT untuk mudharabah dari sisi pembiayaan adalah: (1) Pembiayaan Modal Kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa. (2) Investasi khusus (mudharabah muqayyadah), dimana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang tetapkan oleh shahibul mal. 45 46

Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003, h. 40. Zaenul Arifin, Produk Bank Syariah: Pelatihan Dasar Perbankan Syariah Bank Indonesia, (Jakarta: t.p., 2007), h. 101.

58

2) Pemenuhan Pembiayaan Jual Beli Pemenuhan pembiayaan jual beli (Debt Financing) dilakukan dengan teknik jual-beli.Pengertian bai’ meliputi berbagai kontrak pertukaran barang dan jasa dalam jumlah tetentu atas barang dan jasa bersangkutan.47 Penyerahan jumlah barang atau jasa dapat dilakukan dengan segera (cash) atau dengan tangguh (deferred).Bentuk dari Debt Financing adalah sebagi berikut: a) Murabahah BMT membeli barang kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya.BMT harus member tahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal ini BMT bertindak sebagai penjual, sementara nasabahsebagai

pembeli.

Dalam

murabahah

penjual

harus

memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Sistem ini diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian barang-barang investasi, baik domestik maupun luar negeri,

47

Zaenul Arifin,Produk Bank Syariah: Pelatihan Dasar Perbankan Syariah Bank Indonesia,(Jakarta: t.p., 2007), h. 113

59

seperti melalui letter of credit (L/C).Skema ini paling banyak digunakan karena sederhana dan tidak terlalu asing bagi yang sudah biasa bertransaksi dengan dunia BMT pada umumnya. b) Bai’ as-salam Bai’ as-salam jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga lebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu. Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati.Waktu penyerahan barang ditetapkan berdasarkan kesepakatan dengan kualitas dan jumlah yang telah disepakati pula. Dalam aplikasi BMT, transaksi ini biasanya dipergunakan untuk pembiayaan pertanian jangka pendek seperti padi, jagung, dan cabai serta untuk pembiayaan barang industri seperti produk garmen (pakaian jadi). c) Bai’ al-istishna’ Bai’ al-istishna merupakan akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat, shani). Transaksi Bai’ al-istishna biasanya dipakai untuk pembiayaan konstruksi dan barang-barang manufaktur jangka pendek.Kontrak Bai’ al-istishna walaupun kelihatan sama dengan bai’ as-salam tetapi berbeda.

60

d) Al Ijarah Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran upah atau sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Dalam transaksi ijarah, BMT menyewakan suatu aset yang sebelumnya telah dibeli oleh BMT kepada nasabahnya untuk jangka waktu tertentu dengan jumlah sewa yang telah disetujui di muka. Aplikasi dalam BMT untuk sistem ini adalah Leasing, baik dalam bentuk operating lease maupun financial finance. Pemberian suatu fasilitas Pembiayaan mempunyai tujuan tertentu.Tujuan pemberian Pembiayaan tersebut tidak akan terlepas dari misi BMT tersebut didirikan. Adapun tujuan utama pemberian suatu Pembiayaan antara lain:48 (1) Mencari keuntungan Yaitu bertujuan untuk meperoleh hasil dari pemberian Pembiayaan tersebut.Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh BMT sebagai balas jasa dan biaya administrasi Pembiayaan yang di BMT kepada nasabah. (2) Membantu usaha nasabah

48

Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 79.

61

Yaitu untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya. (3) Membantu pemerintah Bagi pemerintah semakin banyak pembiayaan yang disalurkan oleh pihak BMT, maka semakin baik, mengingat semakin

banyak

Pembiayaan

berarti

adanya

peningkatan

pembangunan di berbagai sektor. Disamping produk pembiayaan, BMT juga mempunyai produk-produk jasa atau pelayanan.Produk ini juga merupakan penerapan dari akad-akad syariah. Produk jasa yang lazim diterapkan BMT diantaranya adalah: 49 (a) Wakalah Wakalah berarti pelimpahan kekuasan dari satu pihak ke pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.50Prinsip perwakilan diterapkan dalam BMT syariah dimana BMT bertindak sebagai wakil dan nasabah sebagai pemberi wakil (muwakil).51

49

Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003, h. 64. Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003, h. 66. 51 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Bagi Bankir dan Praktisi Keuangan, (Jakarta: Tazkia Institut dan Bank Indonesia,1999), h. 252. 50

62

Prinsip ini diterapkan untuk pengiriman uang atau transfer, penagihan (collection/inkasso), dan letter of credit (L/C).Sebagai imbalan, BMT mengenakan fee atau biaya atas jasanya terhadap nasabah.

(b) Kafalah Kafalah berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.52 Dalam pengertian lain, kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Prinsip penjaminan yang diterapkan oleh BMT dimana BMT bertindak sebagai penjamin sedangkan nasabah sebagai pihak yang dijamin.Seperti halnya dalam wakalah, untuk jasa al kafalah BMT pun mendapat bayaran dari nasabahnya. (c) Hawalah Hawalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya).53

52

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Bagi Bankir dan Praktisi Keuangan, (Jakarta: Tazkia Institut dan Bank Indonesia,1999), h. 231. 53 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Bagi Bankir dan Praktisi Keuangan, (Jakarta: Tazkia Institut dan Bank Indonesia,1999), h. 201.

63

Prinsip ini diterapkan oleh BMT dimana BMT bertindak sebagai penerima pengalihan piutang dan nasabah bertindak sebagai pengalih piutang.Untuk jasa ini BMT mendapatkan upah pengalihan dari nasabah. Aplikasi dalam BMT untuk jasa ini adalah factoring atau anjak piutang, post-date check, bill discounting. (d) Rahn Rahn adalah menahan harta milik si peminjam sebagi jaminan atas pinjama yang diterimanya.Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis.54 Dalam jasa ini pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan hutang atau gadai. (e) Qardh Qardh adalah pinjamam yang diberikan kepada nasabah yang memerlukan.Nasabah wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama.55 Penerapannya produk ini adalah: (1) Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan bonafiditasnya yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relatif pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikan 54

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Bagi Bankir dan Praktisi Keuangan, (Jakarta: Tazkia Institut dan Bank Indonesia, 1999), h. 213. 55 Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003, h. 111.

64

secepatnya sejumlah uang yang dipinjamkannya itu. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat sedangkan ia tidak bisa menarik dananya karena, misalnya tersimpan dalam bentuk deposito. (2) Sebagai produk untuk menyumbang usaha sangat kecil atau membantu sektor sosial. Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal suatu produk khusus yaitu Qardhul Hasan.

(f) Sharf Sharf adalah transaksi pertukaran antara emas dan perak atau pertukaran valuta asing, dimana mata uang asing dipertukarkan dengan mata uang domestik atau dengan mata uang asing lainnya.

65

BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN CIPANAS

A. Lokasi Penelitian Kabupaten Cianjur adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, ibukotanya terletak di Kecamatan Cianjur. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta di utara, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Garut di Timur, Samudera Hindia di Selatan, serta Kabupaten Sukabumi di Barat. Sebagian besar wilayah Cianjur adalah pegunungan, kecuali disebagian Pantai Selatan berupa dataran rendah yang sempit. Lahan-lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat. Keadaan itu ditunjang dengan banyaknya sungai besar dan kecil yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya pengairan tanaman pertanian.1 Luas wilayah Kabupaten Cianjur 350.148 hektar, pemanfaatannya meliputi 83.034 Ha (23,71 %) berupa hutan produktif dan konservasi, 58,101 Ha (16,59 %) berupa tanah pertanian lahan basah, 97.227 Ha (27,76 %) berupa lahan pertanian kering dan tegalan, 57.735 Ha (16,49 %) berupa tanah perkebunan, 3.500 Ha (0,10 %) berupa tanah dan penggembalaan/pekarangan, 1.239 Ha (0,035 %) berupa

1

Diakses di https://id.wikipedia.cianjur pada tanggal 16-02-2015.

66

tambak/kolam, 25.261 Ha (7,20 %) berupa pemukiman/pekarangan dan 22.483 Ha (6.42 %) berupa penggunaan lain-lain.2 Lapangan pekerjaan penduduk Kabupaten Cianjur disektor pertanian yaitu sekitar 62.99 %. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu sekitar 42,80 %. Sektor lainnya yang cukup banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan dan jasa yaitu sekitar 14,60% dan pengiriman pembantu 30%. Dengan kepadatan penduduk tidak merata, yaitu 63,90% di wilayah utara dengan luas wilayah 30,78%, 19,19% di wilayah tengah dengan luas wilayah 28,25%, 17,12% di wilayah selatan dengan luas wilayah 40,70%.3 Penduduk Kabupaten Cianjur dikenal sebagai masyarakat yang religius dikenal juga dengan Kota Santri dengan mayoritas penduduknya memeluk agama Islam yang mencapai 98 %, sedangkan penduduk Non-Muslimsekitar 2 %, dengan rincian sebagai berikut: 1. Penduduk beragama Islam = 1.893.203 orang (98 %) 2. Penduduk beragama Kristen = 32.841 orang (1,7 %) 3. Penduduk beragama Budha dan Hindu = 5.796 orang (0,3 %)

2 3

Diakses di https://id.wikipedia.cianjur pada tanggal 16-02-2015 Diakses di https://id.wikipedia.cianjur pada tanggal 16-02-2015

67

Kota Cipanas merupakan salah satu kecamatan dari Kabupaten Cianjur. Rencananya kota Cipanas ini akan dimekarkan dari kabupaten Cianjur. Penduduk kota Cipanas menuntut pemekaran karena alasan bahwa Cipanas merupakan daerah yang maju perekonomiannya karena merupakan daerah wisata dan agrobisnis dan penyumbang PAD yang cukup besar bagi Kabupaten Cianjur terutama dari segi pembangunan.Kota Cipanas ini memiliki luas 297,87 km 2 dan berpenduduk sekitar 379.730 jiwa.4

Gambar 1.1. Peta Kota Cipanas

Kecamatan Cipanas memiliki beberapa desa diantaranya : Kelurahan/Desa Batulawang (Kodepos : 43253), Kelurahan/Desa Ciloto (Kodepos : 43253), Kelurahan/Desa Cimacan (Kodepos : 43253), Kelurahan/Desa Cipanas (Kodepos :

4

Diakses di https://id.wikipedia.cianjur pada tanggal 16-02-2015

68

43253), Kelurahan/Desa Palasari (Kodepos : 43253), Kelurahan/Desa Sindangjaya (Kodepos : 43253), Kelurahan/Desa Sindanglaya (Kodepos : 43253). Kecamatan Cipanas mayoritas penduduknya memeluk agama Islam yang mencapai 99%, sedangkan penduduk Non-Muslim sekitar 1%, dengan rincian sebagai berikut: 1.

Penduduk beragama Islam = 374.203 orang (99 %)

2.

Penduduk beragama Kristen = 2.841 orang (0,7 %)

3.

Penduduk beragama Budha dan Hindu = 1.796 orang (0,3 %)

Pada tanggal 2 mei 2016, penulis mendatangi langsung kantor kecamatan Kota Cipanas, yang pada saat itu jabatan Camat di pegang oleh bapak Suhendra. Akan tetapi karena kesibukan beliau, maka saya direkomendasikan pada kepala bagian kependudukan yaitu ibu Rokhayah dari ibu Rokhayah saya mendapat data beberapa nama warga non muslim yang ada di kota Cipanas dari data yang ada saya mengambil beberapa nama secara acak berjumlah sepuluh orang. 5

5

Wawancara langsung dengan Ibu Rokhayah tanggal 2 Mei 2016

69

B. Data Responden Masyarakat Non Muslim di Kecamatan Cipanas

1. Ibu Sofie6 Ibu Sofie berusia 35 tahun, pendatang yang berasal dari kota Semarang. Ibu Sofie sudah enam tahun tinggal di Cipanas. Pekerjaan ibu Sofie adalah membuat kerajinan tangan sebagai cendera mata untuk wisatawan yang datang ke daerah Cipanas. 2. Bapak Simbolon7 Bapak Simbolon berusia 47 tahun, pendatang yang berasal dari kota Medan. Bapak Simbolon sudah lima tahun tinggal di Cipanas. Pekerjaan bapak Simbolon adalah pemilik bengkel motor. 3. Ibu Leni8 Ibu Leni berusia 50 tahun, beliau adalah penduduk asli Cipanas.Orang tua Bu Leni memiliki usaha toko serba ada, saat ini bu leni yang meneruskan usaha orang tuanya. 4. Ibu Merry9 Ibu

Sofie

berusia

32

tahun,

pendatang

yang

berasal

dari

kotaJakarta.Ibu Sofie sudah empat tahun tinggal di Cipanas.Ibu Merry pindah

6

Wawancara langsung tanggal 2 Mei 2016 Wawancara langsung tanggal 2 Mei 2016 8 Wawancara langsung tanggal 2 Mei 2016 9 Wawancara langsung tanggal 2 Mei 2016 7

70

ke Cipanas karena mengikuti suami yang dipindah tugaskan sebagai pegawai pemerintah di Cipanas. Pekerjaan ibu Sofie adalah memiliki salon kecantikan. 5. Bapak Renald10 Bapak Renald berusia 51 tahun, pendatang yang berasal dari kota Manado. Bapak Renald sudah tiga tahun tinggal di Cipanas.Pekerjaan bapak Martin adalah pemilik Show Room motor. 6. Bapak Carlos11 Bapak Carlos berusia 50 tahun, pendatang yang berasal dari Kota Palembang.Bapak Carlos sudah tujuh tahun tinggal di Cipanas.Pekerjaan bapak Carlos adalah pedagang buah-buahan. 7. Bapak Martin12 Bapak Martin berusia 49 tahun, pendatang yang berasal dari Nusa Tenggara Timur.Beliau bersama istri adalah petani sayuran di Cipanas. Bapak Martin sudah lima tahun menetap di Cipanas. 8. Bapak Mono13 Bapak Mono berusia 47 tahun, pendatang asal Solo.Bapak Mono sudah enam tahun tinggal di Cipanas. Pekerjaan bapak mono adalah sopir antar

10

Wawancara langsung tanggal 2 Mei 2016 Wawancara langsung tanggal 15 Juni 2016 12 Wawancara langsung tanggal 15 Juni 2016 13 Wawancara langsung tanggal 15 Juni 2016 11

71

kota. Selain itu bapak mono sekeluarga menempati salah satu villa di Cipanas sebagai perawat villa tersebut, karena pemiliknya tinggal di Jakarta. 9. Ibu Silla14 Ibu Silla berusia 45 tahun, penduduk asli Cipanas.Orang tua bu Silla adalah pensiunan pegawai negeri di daerah Cipanas.Saat ini bu Silla beserta suaminya mengelola usaha restaurant di daerah Cipanas. 10. Ibu Ngatiyem15 Ibu Ngatiyem berusia 52 tahun, pendatang yang berasal dari kota Jogyakarta. Ibu Ngatiyem sudah empat tahun tinggal di Cipanas.Sehari-hari ibu Ngatiyem berjualan sayur mayur di pasar tradisional.

14 15

Wawancara langsung tanggal 15 Juni 2016 Wawancara langsung tanggal 15 Juni 2016

72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. Persepsi Masyarakat Non-Muslim pada BPRS dan BMT di Kecamatan Cipanas Persepsi mempunyai sifat subjektif, karena bergantung pada kemampuan dan keadaan dari masing-masing individu, sehingga akan ditafsirkan berbeda oleh individu yang satu dengan yang lain. Dengan demikian persepsi merupakan proses perlakuan

individu

yaitu

pemberian

tanggapan,

arti,

gambaran,

atau

penginterpretasian terhadap apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan oleh indranya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah laku atau disebut sebagai perilaku individu.

1. Respon Kognitif (pengetahuan) Masyarakat Non Muslim Terhadap Keberadaan BPRS dan BMT Aspek

kognisi

menyangkut

komponen

pengetahuan,

pandangan,

pengharapan, cara berpikir, mendapatkan pengetahuan dan pengalaman masa lalu serta segala sesuatu yang diperoleh dari hasil pikiran individu pelaku persepsi. Pengetahuan menuntut sesorang mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya.

73

Respon kognitif merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada. Kognitif berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapinya. Peneliti telah melakukan observasi ke daerah kecamatan Cipanas dan melakukan wawancara dengan orang-orang di daerah tersebut yang telah penulis identifikasikan sebagai masyarakat non muslim. Kepada para informan, peneliti menanyakan apa yang diketahui tentang BPRS dan BMT. Seorang ibu bernama Sofie menjelaskan sebagai berikut : “Saya teh tau itu tentang Bank Perkreditan Rakyat Syariah dan BMT….., itu kan bank yang aturannya pakai hukum-hukum Islam. Saya juga pernah ditawarkan dapat pinjaman dari Bank Perkreditan Rakyat Syariah tapi pikirpikir dulu.”16 Selain ibu Sofie, informan lainnya yaitu bapak Simbolon juga memberikan informasinya. Bapak Simbolon adalah seorang non muslim suku Batak. Usaha sehariharinya adalah membuka bengkel motor dan tambal ban. Beliau menjelaskan sebagai berikut: “Saya tau itu Bank Perkreditan Rakyat Syariah, saudara saya malah jadi nasabahnya. Mungkin saya nanti akan datang ke Bank Perkreditan Rakyat Syariah, karena sekarang lagi butuh tambahan modal usaha.”17

16 17

Wawancara langsung dengan ibu Sofie tanggal 2 Mei 2016 Wawancara langsung dengan bapak Simbolon tanggal 2 Mei 2016

74

Kepada peneliti ibu Silla juga menjelaskan tentang BPRS dan BMT: “Bank Perkreditan Rakyat Syariah itu adalah untuk orang Islam, tapi kalau agama lain mau jadi nasabah juga boleh”. Selanjutnya bapak Mono juga memberi penjelasan: “Saya pernah mendapat informasi tentang Bank Perkreditan Rakyat Syariah, mungkin itu sedang promosi karyawannya, kalo sistemnya saya kira bagus”. Bapak Carlos menjelaskan sebagai berikut: “Tentang Bank Perkreditan Rakyat Syariah pada umumnya masyarakat baik muslim maupun non muslim sudah pada tau. Mungkin bagaimana sistemnya aja yang belum mengetahui secara jelas”. Lebih lanjut ibu Merry menjelaskan sebagai berikut: “pada intinya saya tau itu tuh tentang Bank Perkreditan Rakyat Syariah, alamatnya saya teh juga tau, saya juga pernah di kasih penjelasan tentang itu”. Ibu ngatiyem yang berjualan di pasar juga menjelaskan kepada peneliti sebagai berikut: “kalo saya pernah ditawari oleh itu, apa ya namanya oh ya BMT ya….” Orangnya ramah dan baik, juga sabar menerangkan ke saya. Katanya BMT bagi hasil nggak pake bunga”. Penjelasan lain dari ibu Sofie dan ibu Leni hampir senada, bahwa mereka juga mengetahui tentang bank syariah. Bu Sofie menjelaskan pada peneliti sebagai berikut: “Saya sudah lama tau tentang bank syariah atau juga disebut bank Islam ya ….”. Sedangkan Ibu Leni memberikan penjelasan kepada peneliti, antara lain: “Saya pernah diajak suami saya ke Bank Perkreditan Rakyat Syariah, tanya-tanya banyak biar tau informasi, membandingkan juga dengan bank

75

lain. Pada prinsipnya kami mencari yang baik dan mudah prosesnya menurut kami dan saling menguntungkan”.

Dari jawaban yang disampaikan responden kepada peneliti melihat pada umumnya masyarakat non muslim sudah banyak mengetahui tentang bank syariah dan BMT. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara terhadap responden, 8/10 atau 80% dari responden menjawab tahu atau menjelaskan pengertian tentang BPRS dan BMT.

2. Respon Afektif (sikap) Masyarakat Non Muslim Terhadap Keberadaan BPRS dan BMT Aspek afeksi menyangkut komponen perasaan dan keadaan emosi individu terhadap objek tertentu serta segala sesuatu yang menyangkut evaluasi baik buruk berdasarkan faktor emosional seseorang. Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut. Respon afektif adalah respon yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Respon afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Untuk mengukur respon afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Pada umumnya respon afektif (sikap) yang ditunjukkan oleh masyarakat non muslim terhadap keberadaan BPRS dan BMT adalah cukup setuju atau

76

tertarik dan mereka pada umumnya tidak mempermasalahkan bank syariah atau bank konvensional. Ibu Leni seorang pengusaha toko serba ada mengatakan sebagai berikut: “Di sini sudah ada berbagai macam bank, BRI, BNI, bank swasta juga termasuk bank syariah. Bagi kami mah sama aja, yang mau ke bank umum silahkan mau bank syariah hayu……”.18 Pendapat senada juga diberikan oleh ibu Merry, pemilik salon kecantikan ini berpendapat sebagai berikut: “Semua bank itu sama saja, yang penting servis pelayanan yang cepat, mudah dan ramah. Kalo kami minjam uang itu karena perlu modal, yang penting eggak berbelit-belit dan kami pasti dapat pinjamannya gitu….”. 19 Wawancara terus dilanjutkan, peneliti terus mencari beberapa orang untuk mendapat keterangan dari masyarakat. Peneliti bertemu dengan seorang non muslim yang ternyata sudah menjadi nasabah BPR namanya bapak Renald. Bapak Renald sudah tiga tahun menjadi nasabah salah satu BPR yang ada di Cipanas. Kepada peneliti, bapak Renald menjelaskan sebagai berikut: “Pertama kali menjadi nasabah BPR itu tahun 2005 ….. Hubungan saya dengan bank baik, saya bahkan sudah dua kali meminjam uang untuk modal usaha.Sebagai non muslim bagi saya tidak masalah pinjam di BPR, toh mereka juga senang saya jadi nasabahnya!”. 20 Selanjutnya peneliti mewawancarai bapak Martin seorang petani sayuran, kepada peneliti bapak Martin menceritakan bahwa sebagai petani ia membaur dengan 18

Wawancara langsung dengan Ibu Leni tanggal 2 Mei 2016 Wawancara langsung dengan Ibu Merry tanggal 2 Mei 2016 20 Wawancara langsung dengan bapak Renald tanggal 2 Mei 2016 19

77

masyarakat setempat yang se profesi yaitu sebagai petani sayuran. Bapak Martin mengetahui tentang informasi mengenai BPRS dan BMT dari para petani yang telah mendapat bantuan pinjaman. Kepada peneliti bapak Martin menjelaskan sebagai berikut: “Pada umumnya petani disini dibantu modal oleh BPRS atau BMT.Karena petani tidak punya agunan barang hasil panennya itulah yang dijadikan jaminan. Antara petani dan bank pakai cara bagi hasil”. 21

Seperti hasil wawancara antara bapak Carlos dengan peneliti, sebagai berikut: “Sikap saya dengan adanya bank syariah setuju-setuju saja, sebuah bank tentu ingin usahanya maju siapa saja boleh menjadi nasabahnya.Yang penting pelayanannya serta kemudahan untuk mendapat pinjaman”. Hal senada juga diungkapkan oleh bapak mono berikut ini: “Terserah masyarakat mau pilih yang mana bank syariah atau konvensional, sama saja. Saya rasa label syariah bukan halangan bagi golongan apa saja dan agama apa saja untuk terlibat di dalamnya yang penting sama-sama saling menguntungkan”. Bagi bapak Renald yang telah menjadi bank syariah mempunyai pendapat sendiri. Hasil wawancara antara bapak Renald dengan peneliti sebagai berikut: “Kalo saya sangat mendukung dengan hadirnya bank syariah. Sebagai nasabah, saya sudah merasakan manfaat dari bank syariah, dan saya tidak merasa dibedakan dengan nasabah muslim lainnya semua diperlakukan sama”. Lebih lanjut bapak renald menjelaskan:

21

Wawancara langsung dengan bapak Martin tanggal 15 Juni 2016

78

“Saya tertarik terhadap hadirnya BPRS dan BMT dengan prinsip bagi hasil dan menanggung resiko bersama yang diterapkan oleh BPRS dan BMT, saya merasa nyaman berinvestasi dan bertransaksi di BPRS dan BMT” Pendapat berbeda diutarakan oleh ibu Silla dibawah ini: “Sebelumnya saya minta maaf ya …, saya kurang tertarik terhadap hadirnya BPRS dan BMT karena saya menganggap Islam itu radikal, garis keras, menakutkan, dan saya anggap BPRS dan BMT itu kuno, belum modern”.

Dari hasil penelitian menunjukkan pada umumnya masyarakat non muslim Kecamatan Cipanas setuju atau tertarik dengan kehadiran BPRS dan BMT. Hal ini dapat dilihat dari jawaban yang diberikan responden 6/10 atau 60% mengatakan setuju atau tertarik, sehingga penulis mengambil kesimpulan masyarakat non muslim di Kecamatan Cipanas cukup berminat.

3. Respon Konatif (kecenderungan bertindak) Masyarakat Non Muslim Terhadap Keberadaan BPRS dan BMT

Aspek konasi/psikomotor menyangkut motivasi, sikap, perilaku atau aktivitas individu sesuai dengan persepsinya terhadap suatu objek atau keadaan tertentu. Respon konatif berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Untuk mengetahui respon konatif ini, peneliti mewawancarai ibu ngatiyem. Kepada peneliti ibu ngatiyem menjelaskan sebagai berikut:

79

“Ya mas …., saya ini sebenarnya tertarik dengan pinjaman modal yang nggak pakai bunga, bagi hasil itu lho maksud saya. Mungkin kalo ada bank yang nawarin saya mau tuh…”. Selain ibu Ngatiyem ibu Sofie juga menyampaikan pendapat kepada peneliti berikut ini: “Kalo saya sebenarnya …. Kalo ada BPRS atau BMT ada disekitar sini, saya juga mau jadi nasabahnya. Menurut saya pinjaman tanpa bunga itu menenangkan hati terus kalau ada kerugian sama-sama ditanggung oleh nasabah dan juga bank nya”. Sebagai nasabah dari BPRS, bapak Renald menyampaikan bahwa promosi yang dilakukan oleh BPRS atau BMT sangat penting agar diketahui masyarakat. Kepada peneliti bapak Renald menjelaskan sebagai berikut: “Saya pikir kalo unsur promosi dari pihak BPRS dan BMT dilakukan dengan lebih giat, pasti semakin banyak orang yang akan menjadi nasabahnya”. Lebih lanjut bapak Renald menjelaskan: “Servis pelayanan juga menentukan pilihan orang terhadap BPRS dan BMT. Selain itu Profitabilitas dan Kredibilitas, Pelayanan cepat, Aksesibility, dan Fasilitas lengkap, Tanpa bunga dan Transparan, Prosedur mudah serta tanggap terhadap keluhan, Popularitas dan Status bank”. Pernyataan yang berbeda diberikan oleh bapak Simbolon kepada peneliti, penjelasannya seperti berikut:

80

“Memang ada orang selain orang Islam yang mau menjadi nasabah BPRS dan BMT, tapi kalo saya …., saya pilih bank biasa saja yang umum aja…” Hal senada juga disampaikan oleh ibu Silla kepada peneliti, seperti berikut ini: “Saya tetap mau menggunakan jasa bank konvensional aja … BPRS dan BMT itu bagus juga nggak pake bunga pinjaman karena menurut saya bunga bank itu memberatkan juga, tapi saya tetap nggak tertarik, mas ….saya pilih bank konvensional aja”. Dari hasil wawancara terhadap responden 1/10 atau 10% mengatakan sudah menjadi nasabah BPRS dengan alasan pelayanannya baik dan cepat, tanpa bunga, perlakuan terhadap saya sangat adil dan tidak dibedakan. B. Pelayanan BPRS dan BMT pada Masyarakat Non Muslim di Kecamatan Cipanas Ada beberapa hal yang dilakukan oleh BPRS dan BMT pada masyarakat kecamatan Cipanas dalam hal pelayanan diantaranya sebagai berikut:22 1. Profitabilitas dan Kredibilitas Keuntungan (Profitabilitas) dan kredibilitas pengelolaan bank menjadi faktor utama yang mempengaruhi masyarakat non-Muslim untuk memilih BPRS dan BMT.Hal ini terpengaruh oleh nilai ekonomis sebagai standar ukuran pola tingkah laku dan keputusan.

22

Wawancara dengan manajer salah satu BPR maupun BMT di Cipanas tanggal 2 Mei 2016

81

Sesuai dengan hal kredibilitas sebuah bank ini berhubungan dengan kualitas sumber daya manusia-nya. Berkaitan dengan hal ini, faktor jasa haruslah terlebih dulu mengedepankan pemasaran internal yaitu membina dan melatih sumber daya manusia (karyawan). 2. Pelayanan Cepat, Aksesibility, dan Fasilitas Lengkap Kecepatan pelayanan (service excelent) mempunyai pengaruh cukup besar pada kepercayaan terhadap BPRS dan BMT.Kecepatan pelayanan harus juga ditunjang dengan lengkapnya berbagai fasilitas. Kehidupan kota metropolitan menuntut semua serba instant termasuk transaksi dan mobilisasi informasi maupun massa. Nasabah tentu menginginkan lokasi bank yang sangat srategis dan dekat dengan tempatnya tinggal dan beraktifitas. 3. Tanpa Bunga dan Transparan Bank Syariah adalah bank tanpa bunga tetapi melakukan profit-lose sharing sistem, merekapun setuju hal ini merupakan faktor yang mempengaruhi masyarakat Non-Muslim, karena dengan hal ini mempengaruhi eksistensi bank syariah. Karena BPRS dan BMT dengan sistem bagi basil akan menjadi transparansi keuangan antara kedua belah pihak yaitu BPRS dan BMT dengan nasabah.

82

4. Prosedur Mudah serta Tanggap terhadap Keluhan Hal ini sesuai dengan kriteria kualitas pelayanan yakni accessibility dan fleksibility, yang berarti nasabah merasa bahwa sistem bank yang akandipilihnya harus dirancang dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga nasabah dapat melakukan akses dengan mudah dan fleksibel sesuai dengan permintaan dan keinginan nasabah. Pelayanan yang prima (service excelent) adalah kekuatan dari pemasaran jasa termasuk jasa perbankan.Pelayanan yang memuaskan harus memenuhi

unsur

keandalan

(reliability)

yakni

segera,

akurat

dan

memuaskan.Tentunya dengan tujuan untuk menumbuhkan loyalitas nasabah pasca mengadopsi bank syariah. 5. Popularitas dan Status Bank Tingkat

popularitas

bank

menjadi

faktor

berikutnya

yang

mempengaruhi, bank syariah harus ditunjang aksebilitas menuju lokasi kantor BPRS dan BMT harus lebih mudah dibanding dengan bank konvensional atau minimal tidak lebih sulit dijangkau. Begitu juga dengan status bank syariah bagi non-Muslim, bank swasta atau pun bank pemerintah tidak ada bedanya dalam hal menjadi pertimbangan untuk mengadopsi suatu bank tertentu.

83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN Setelah melakukan penelitian dengan observasi dan wawancara, selanjutnya data yang ada di analisa tentang persepsi masyarakat Non-Muslim di Cipanas terhadap BPRS dan BMT, penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.

Respon Kognitif (pengetahuan): dari hasil penelitian melalui observasi dan wawancara terhadap masyarakat Non-Muslim yang mengetahui BPRS dan BMT, pada umumnya telah mengetahui keberadaan BPRS dan BMT. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara terhadap responden, 80% dari responden menjawab tahu atau menjelaskan pengertian tentang BPRS dan BMT Respon Afektif (sikap): dari hasil penelitian melalui observasi dan wawancara terhadap masyarakat Non-Muslim tentang sikap mereka tentang kehadirannya BPRS dan BMT yaitu cukup setuju atau tertarik. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara terhadap responden 60% mengatakan setuju atau tertarik. Respon Konatif (kecenderungan bertindak): dari hasil penelitian melalui penyebaran kuesioner dan wawancara terhadap masyarakat Non-Muslim jika dikotanya ada BPRS dan BMT dan Bank Perkreditan Rakyat Konvensional dimanakah mereka akan memilih menggunakan jasa, dari hasil wawancara terhadap responden 10% dari responden mengaku sudah menjadi nasabah BPRS dengan alasan pelayanannya baik dan cepat, tanpa bunga, perlakuannya adil dan

84

tidak membedakan. Masyarakat Non-Muslim di Cipanas tertarik terhadap hadirnya BPRS dan BMT dikarenakan BPRS dan BMT dengan prinsip bagi hasil dan menanggung resiko bersama yang diterapkan oleh BPRS dan BMT. 2.

Masyarakat Non-Muslim di Cipanas ada juga yang kurang tertarik terhadap hadirnya BPRS dan BMT. Hal ini dapat dilihat 40% dari responden mengatakan tidak tertarik dengan BPRS dan BMT: menganggap Islam itu radikal, garis keras, menakutkan, dan menganggap BPRS dan BMT itu kuno, belum modern.

3.

Pelayanan yang mempengaruhi masyarakat Non-Muslim memilih BPRS dan BMT untuk menjadi nasabah: Profitabilitas dan Kredibilitas, Pelayanan cepat, Aksesibility, dan Fasilitas lengkap, Tanpa bunga dan Transparan, Prosedur mudah serta tanggap terhadap keluhan, Popularitas dan Status bank.

B. SARAN Dari hasil analisis yang sudah ada maka penulis memberikan saran baik bagi pihak bank maupun pihak-pihak terkait sebagai berikut: 1.

Sumber daya insani yang telah dimiliki oleh BPRS dan BMT agar benar-benar menguasai dan memahami prinsip-prinsip syariah yang diterapkan dalam setiap proses transaksi syariah.

2.

Tingkatkan kembali sosialisasi BPRS dan BMTkepada masyarakat, agar masyarakat Muslim maupun Non-Muslim tertarik untuk memilih menggunakan jasa BPRS dan BMTdibandingkan menggunakan jasa Bank Perkreditan Rakyat Konvensional, mungkin dengan cara media cetak, media iklan, dll.

85

3.

Tingkatkan terus fasilitas dan pelayanan Profitabilitas dan Kredibilitas, pelayanan cepat, Aksesibility, dan Fasilitas lengkap, Tanpa bunga dan Transparan, Prosedur mudah terbaik agar nasabah tidak menganggap BPRS dan BMT sama dengan Bank Perkreditan Rakyat Konvensional, dan cepat tanggap terhadap keluhan nasabah.

86

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainuddin, 2008. Hukum Perbankan Syariah. Sinar Grafika, Jakarta. Antonio, M.Syafi’i. 2005.Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Gema Insani Press, Jakarta. Arifin, Zaenul, 2007. Produk Bank Syariah: Pelatihan Dasar Perbankan Syariah Bank Indonesia. Jakarta. Basyir, Ahmad Azhar, 2008. Hukum Islam Tentang Riba Utang Piutang Gadai, PT Alma’atif, Bandung. Disminta.2005. Psikologi Perkembangan. Remaja Rosdakaya, Bandung. Karim, Adiwarman, 2010. Ekonomi Mikro Islam, cetakan ke-3, Maret, RajaGrafindo Persada, Jakarta. Kholter, Philip dan Greg Nasution. 1997. Dasar-dasar Pemasaran. Pren Hallindo, Jakarta. Luthans, Fred, 2005. Perilaku Organisasi, Edisi Sepuluh, Diterjemahkan oleh: Vivin Andhika Yuwono; Shekar Purwanti; Th.Arie Prabawati; dan Winong Rosari. Penerbit Andi, Yogyakarta. Rahmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1996. Pareek, Udai,1984. Perilaku organisasi (Organisational behaviour). Pustaka Binaman Pressindo,Jakarta. Karim, Adiwarman A. 2004. Bank Islam: Analisis fiqh dan Keuangan. PT.RajaGrafindo Persada,Jakarta. Kotler, Philip dan Gary Amstrong, 2012.Principles of Marketing, Person Education, New Jersey. Rakhmat, Jalaluddin, 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Remaja Rosdakarya, Bandung. Robbins, Stephen P. dan Timothi A. Judge, 2008.Perilaku Organisasi. Ed.12. Salemba Empat, Jakarta.

87

Rochaety, Ety, dkk. 2009. Metode Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS, Mitra Wacana Media, Jakarta. Sunaryo, 2004.Psikologi Untuk Keperawatan. EGC, Jakarta. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1998.Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Umar,Husein, 2005.Metode Penelitian Ilmiah, RajaGrafindo Persada, Jakarta. Yusuf, Pawid M., 2001. Pengantar Aplikasi Teori Ilmu Sosial Komunikasi untuk Perpustakaan dan Informasi. Dafind, Bandung.

Website : http://kbbi.web.id/persepsi http://jabar.bps.go.id/Tabel/penduduk/JumlahPenduduk.html Jumlah penduduk Kabupaten Cianjur tahun 2007 versi BPS Provinsi Jawa Barat Pasar Bank Syariah tidakAkan Jenuh, artikel diakses pada tanggal 12 Februari 2005 dari Marian Umum Pikiran Rakyat Produk Bank Syariah, artikel di atas diakses pada tanggal 08 April 2015 dari peni.staif.gimadamia.ac.id/Do\vnloads/files/.../Transparan+Syariah.dan produk+perbankan+syariah Produk dan Jasa Bank Syariah Bukopin, artikel di atas diakses pada tanggal 24 Maret 2015 dari http://www.syariahbukopin.co.id/index.php?lang=id

88

LAMPIRAN

TRANSKIP WAWANCARA

Nama ,&n*olL *t Umur' '...?.1. -)

::.,." 'ff; Q* Asama ,..ft10a.L't"n' reKell aan:

B*y, ffiah - d+"'fz't^ \k
1. Apa yang anda ketahui tentang bank^syariah dan BMT?

A\r^rA,'*

2.

Bagaimana sikap anda terhadap kehadiran bank syariah dan BMT?.

3. Bagaimana pandangan

-

yang

, w&itdt

oleh

BPRS

06lt4rf

produk-produk

6.

..w1/Jx....w

W^

b6sa{.rm:

M

q*t+ /;/

yang

dan BMT

terhadap

ada pada

bank

bagi hasil yang diterapkan oleh bank

7.

8.

dilakukan

(/

V\LA)-M-{7-t(r4/.

anda tentang riba?'.1!&[...-'d''i

fl;5*#f",ffi1-,T#iwleffiffi*'ffi

5.

/ 6ut ,luruy,@

Apakah anda sudah menjadi nasabah bank syariah? Jika ya bagaimana menurut ternacap tJlvl I ferhadap dan'BMT perlakuan BPRS Bagaimanaperlakuan anda pelayanan BPRS dan BMT? Bagaimana - BHKS dan

u"au[iqfiJla

u'

r f,lwtra,.any.* \ 0 o a,tlL

*ff

,T11,a-

ouT

' ' 6E"' {"&-k"t^ (urlaxa, turc,+,"{ \" s0^X*.#:..6\.. ... n-,

*rtuh-

TRANSKIP WAWANCARA

(-

Narna , ..)ef.i.g.

f]nrur

a-

: .....15.

Agama, ...{.g.9.*lr.r. Pekerjaan: ...WlW.E'rtl1* L

Apa yang anda ketairui terltallq bank syariah clan BMTf

AFnu Clautab [stau"

/qS'u" t-'-'

.S*5rr.U,f. u...t;ra.Lt*tc

2. Bagaimana sikap anda terliadap kehadiran bank syariah dan BMT?....bi.*g+....f o [a 3. Bagaimana pandangan anda tentang ,raut...f,.?.*

fz,rruur,ttm* V4\rL

it-' .% !....!.fdt

MUI mengharamkan bunga bank? ...$.nya..t".&r&. bl^z .

4. Apakah anda mengetahui bahwa Fatwa Bagaimana menurut anda?

yang dilakukan oleh BPRS dan BMT terhadap masyarakat?.....b\ug C-Ulary gOna-g- rz-rt' (_-----

5. Bagaimana sosialisasi

6. Apakah , .anda mengetahui produk-produk

yang ada pada

bank

syariah?..r1..r.:h&... .............

7. Apakah anda mengerli tentang konsep bagi hasil yang diterapkan oleh bank syariah dan

BMT?. h J"-l(

8. Apakah anda sudah menjadi nasabah bank syariah? Jika ya bagaimana menurut anda pelayanan BPRS dan BMT? Bagaimana perlakuan BPRS dan BMT terhadap b-o* *b av'', and a?. ... . fi. JirtL....,. ....Ahy.e.....1e. tt.!(tt ba,qt.

Tandatangan:.....

n*"^ ilAa. I

; TRANSKIP WAWANCARA

Nama

:

Umur

:

Agama

:

Pekerjaan:

4un* ...h.0.

.3r*ttx lP..t*Z ..r4x.6-*

*L+

1. Apa yang anda ketahui tentang bank syariah dan BMT?

2. Bagaimana

....f.n:... w...c4,t1,.;v

sikap anda terhadap kehadiran bank syariah dan BMT?.

3. Bagaimanapandangan andatentan

.{.ry*

uo

.. y.ac

ertba?.ldlM*..,W*.-...i*,,.y*o (qta_

6.

7.

Basaimana sosialisasi vanq dilakukan oleh BPRS dan malyarakat?.....HWN ( oiia\t r-aq

Apakah anda mengetahui produk-produk syariah?.......1f. Id,L....t*h u

BMT

terhadap

yang ada pada

bank

Apakah anda mengerfi- tpntang konsep bagi hasil yang diterapkan oleh bank syariah dan BMT?.......S..**,(....

8. Apakah anda sudah menjadi nasabah bank syariah? Jika ya bagaimana menurut anda pelayanan BPRS dan BMT? Bagaimana perlakuan BPRS dan'BMT terhadap n\

anda?......f.4aL..........

a sa$ u

64+a-s c%"

4. Apakah anda mengetahui bqhy. Fatvla .MUI mengharamkan bunga bank? Bagaimana menurut anda? .....t1d^'\tc ...t&lgi.

5.

tolas

TRANSKIP WAWANCARA Nama

, ...9i.*.6.0.tan..

Urnur

, E*i*ih; Alihn 8e,^ruS

Agama Pekerjaan:

1. Apa yang anda ketahui tentang bank syariah dan BMT, .f

2.

. LCV.rmv1

Bagaimana sikap anda terhadap kehadiran bank syariah dan BMT?.

3. Bagaimana pandangan anda tentang riba?....fiy-

5. Bagaimana sosialisasi yang dilakukan Lctrltu\ masyarakat? .9.rt{.4.

W6

6.

%*.

Apakah anda mengetahui

(cvn'n

"""""'(,"'n

YL^

.l/4*N9. 1?*-

Q1A, r!*

oleh BPRS -dan BMT

:*ia\i*o5

ada

produk-produk

terhadap

pada

bank

syariah?....{. AoS<....fuU.

7. Apakah anda syariah dan BMT?

diterapkan oleh bank

8. Apakah anda sudah menjadi nasabah bank syariah? Jika ya bagaimana menurut andapelayanan BPRS dan BMT? Bagaimana perlalcran BPRS dan'BMT terhadap '.0.1

Tandatanga

A'YL

u/ert

/ /-

olr'ukarn

TRANSKIP WAWANCARA Nama

.twar.l:.n.

fo

Umur Agama

...Prttee.fu..fY.

Pekerjaan:

t. 2.

Eptsn\ {% vr

Apa yang anda ketahui tentang bank syariah aan

eNarz().4rtK .l.i*.?'b*s //

Bagaimana sikap anda terhadap kehadiran bank syariah dan BMT?.

b

B' or-t K et r\

4. Apakah anda mengetahui bahwa Fptwa MUI mengharamkan bunga bank?

?u.t

5. Bagaimana sosialis3si yang .dilakukan oleh BPRS masyarakatt....S.OS.Wtj f ag C,urcv-p

r

6.

Apakah anda

mengetahui

syariah?....

*.r......

[a61.

*r.

.

dan BMT

LASrg

produk-produk

tah'.:

terhadap

/

yang ada pada

bank

7. Apakah anda menserti tentanu konsentblFUn^, yang diterapkan oleh bank syariah dan BMT?..L...9..e. {.i.tft,.+.........

8. Apakah anda sudah menjadi nasabah bank syariah? Jika ya bagaimana menurut anda pelayanan BPRS dan BMT? Bagaimana perlakuan BPRS darl BMT terhadap

Tandat

lnn

..f.%--4.. t)0{" ry'c?LAe (./

3. Bagaimana pandangan anda tentang rlbaz...(i ..b..1.......'t'*-........f1*t-'

Bagaimana menurut anda? .. i.h/.... .. b.A.

I's

1=t"J"f^k

TRANSKIP WAWANCARA

Nama

:

Umur

:

$lt* \{E

Agama ...?rrle;.tsw. Pekerjaan: ... P.g-r.!ils. Ro'stat'ra-utt :

t. 2.

Apa yang anda ketahui tentang bank syariah dan BMT?

lS'-g tqhLJ

W

Bagaimarra sikap anda terhadap kehadiran bank syariah dan

,K\^t'

3. Bagaimana pandangan anda tentangrba? 4. Apakah anda mengetahui brhwa Bagaimana menurut anda?

Fatw.a-

...5:il:J.0..

t
[*.Vy

BMT?.

^MUI

mgqghararqkan UeO

.k.m.... HV

oleh BPRS 5. Bagaimana sosialisasi yang - dilakukan eacmafyarakat, .LQ e Ti aLi

fAq

mengetahui produk-produk ta,h t-t

9a1a 6"taa

dan BMT

yang ada

terhadap

pada

bank

-Urh\

8. Apakah anda sudah menjadi nasabah bank syariah? Jika ya bagaimana menurut anda pelayanan BPRS dan BMT? Bagaimana perlakuan BPRS dan'BMT terhadap

u"aui......ffi.vb1/r.........

I

4{^-

#ruw'$;uk

7. Apakah anda mengerti tentang kg.ns.ep bagi hasil yagg diterapkan oleh bank

syariahdanBMr?.:

4P o-

TRANSKIP WAWANCARA Nama

Umur Agama Pekerjaan:

1. Apa yang anda ketahui tentang bank syariah dan BMT '?

gffu. U/-t/-

2. Bagaimana sikap anda terhadap kehadiran bank syariah dan BMT?..r 3. Bagaimana pandangan anda tentang riba?...*IfA

4. Apakah anda mengetahui ,bahwa Fatwa Bagaimana menurut anda? WrllLW

-

W

MUI

mengharamkan bunga bank?

5. Bagaimana sosialisasi yang dilakukan oJelr BPRS dan

,nallarakatr,h^d^ 6.

ffl(.

BMT

terhadap

F.r.*l, lO"

Apakah 3nda. mqngptahui produk-produk yang syariah?...

7.

l,.Ui(

r W

ada

pada

bank

{aJlA^J konsep bagi hasil yang diterapkan oleh bank

Apakah anda sudah menjadi nasabah bank syariah? Jika ya bagaimana menurut perlakuan BPRS dan'BMT terhadap pelqyanan BrKS t lvl t'i Bagaimana IJ anda Delavanan BPRS dan BMT? anaaz....Vddfnt

h*

TRANSKIP WAWANCARA

Umur

, ...)- 3......

1. Apa yang anda ketahui tentang bank syariah dan BMT ?

2. Bagaimana sikap

...t.r*y.

anda terhadap kehadiran bank syariah dan

S

z{}'

U

BMT?...I3..Y.L....

3

ut(I t"

I l"t'

3. Bagaimana pandangan anda tentang riuaz...L*.....!.:g.?. ... .V.:.:.'"

4. Apakah anda mengetahui bahwa Fatwa MUI mengharamkan bunga bank? B agaimana

.o:

menurut anda? . b

"3. 5. Bagaimana sosialisasi yang. _dilakukan masyarakat?...Cuwst? v* tl<

Aoakah

mensetahui

anda

oleh BPRS dan BMT

produk-produk

terhadap

Z--"-yang ada

pada

bank

syariah?......h.**f .......Is,!n,

7.

Apakah anda mengerti tentang konsep bagi hasil yang diterapkan oleh bank syariah dan BMT?.

8.

......|:MK.

Apakah anda sudah menjadi nasabah bank syariah? Jika ya bagaimana menurut anda pelayanan BPRS dan BIv{T? pagaimana perlakuan BPRS dan'BMT terhadap

unaai..9.a4.*

.

*k*f...

..y..!.Y.!.ff^

n

C-L ar

L<

f-r+*<

\

TRANSKIP WAWANCARA

1. Apa yang anda ketahui tentang bank syariah dan BMT? l0nf .If[.tW.

{-2. Bagaimana sikap anda terhadap kehadiran bank syariah dan BMT?...S*.t..LSt. 3. Bagaimana pandangan

F*\

anda tentang riba?..Iilerlrnr...lyg*..1$5.,..tcg.+

p[*]v

4. Apakah anda mengetahui,bahwa Fatwa MUI mengharamkan bunga bank? Bagaimana menurut anda?

.['I*tc...

5. Bagaimana sosialisasi yang dilakukan oleh BPRS dan masyarakatZ.,S$.r..HFtaf

6. Apakah rvuriut

z..

Fak,

BMT

terhadap

//

.-$d.9 mengetahui produk-produk yang ada pada

bank

$.k1(....................

7. Apakah anda mengErti tentang konsep bagi hasil yang diterapkan oleh bank syariah dan BMT?....ffdat<......

8. Apakah anda sudah menjadi nasabah bank syariah? Jika ya bagaimana menurut anda pelayAnan BPRS dan BMT? Bagaimana perlakuan BPRS dan'BMT terhadap

u"ouz...df&k

n

TRANSKIP WAWANCARA

Nama

, . L'te t r.r...

Umur '..3a

Agama , ...KaP:P.trK pekerjaan:

..

l.n

[p.1.

.lek*lihLn

1. Apa yang anda ketahui tentang bank syariah dan BMT? .hr.u.

2.

Bagaimana sikap anda terhadap kehadiran bank syariah dan

3.

B agaimana pandangan anda

tentang riaat.

nl.?.-!.

..4m.tr. dda'^ illi['wrtl

Z_-1

BMT?.foge...t*J Y

9.ffi ; *ffi, #|

y

*?.

bahwa Fatwa. MUI mengharamkan bunga bank? 4. Apakah anda mengetahui -anda? .Jr[[ t. h]. e(. . .h.l.hrl. B agaimana menurut

oleh BPRS dan BMT terhadap c.Alt? r;'tryorr'a(lJrc. ./ /--'---

5. Bagaimana sosiplisasi yang dilakukan

-;;t;rrtatt...b1i.l9 y,ai^ tvit

6.

{oU.

Apakah a-qda mengetahui produk-produk yang ada pada

bank

syariah'I....H*fK...atnu....

z

;'"?i#,.;lg#;i:'r-Et:iH,tfe"ii1 :::: ':::1 '**

diterapkan oreh bank

8. Apakah anda sudah menjadi nasabah bank syariah? Jika ya bagaimana menurut anda pelayanan BPRS dan BMT? Bagaimana perlakuan BPRS dan'BMT terhadap

u"ouz...$..(.(!{i!.............

f

\

--, Tandatangar/

\.-' t\--

rq

ffU O*