PRAKTIKUM FOTOSINTESIS DENGAN MEMANFAATKAN ALAT SEDERHANA

dilakukan adalah percobaan sach dan ingenhous pada siswa kelas VIII3 yang ... Kemudian menurut Sachs pada tahun1860 menunjukkan bahwa fotosintesis...

159 downloads 854 Views 638KB Size
PRAKTIKUM FOTOSINTESIS DENGAN MEMANFAATKAN ALAT SEDERHANA DAN BARANG BEKAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PSIKOMOTORIK SISWA SMP NEGERI 3 OBI Oleh : Suparman1, Nurhasnah Abbas2, Rusna Ladena2 1

Prodi Pendidikan Biologi Universitas Khairun. [email protected] 2 Prodi Pendidikan Biologi IAIN Ternate

Abstrak :Salah satu sarana yang penting dalam proses pembelajaran Biologi ialah laboratorium sebagai tempat melakukan kegiatan praktikum. Kenyataanya banyak sekolah yang tidak memilki laboratoirum dan menyebabkan praktikum Biologi tidak terlaksana, tetapi guru yang kreatif dapat memanfaatkan alat sederhana dan barang bekas yang tersedia di sekitar sekolah untuk melakukan praktikum. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan keterampilan psikomotorik dan hasil belajar siswa SMP Negeri 3 Obi pada praktikum fotosintesis yang memanfaatkan alat sederhana dan barang bekas sekitar sekolah. Praktikum fotosintesis yang dilakukan adalah percobaan sach dan ingenhous pada siswa kelas VIII3 yang berjumlah 25 siswa. Penelitian ini merupakan PTK dua siklus dengan teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi keterampilan psikomotorik dan tes hasil belajar. Hasil penelitian menunjukan bahwa metode praktikum pada materi fotosintesis dengan alat sederhana dan barang bekas dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan psikomotorik siswa. Hal ini terlihat pada peningkatan nilai hasil belajar siswa, dengan peningkatan ketuntasan sebesar 32% yakni dari 52% siswa yang tuntas pada siklus I percobaan sach meningkat menjadi menjadi 84% siswa pada siklus II percobaan Ingenhousz. Peningkatan juga terjadi pada nilai rata-rata keterampilan psikomotorik dari 70,608 pada silkus satu menjadi 86,9 pada siklus dua.

Jurnal Ilmiah : Widya Pendidikan Vol 3, Cet. 8

Kata kunci : Barang bekas, Percobaan sach, Ingenhous, Psikomotorik, SMP Negeri 3 Obi. PENDAHULUAN 1. Latar belakang Setiap pendidikan di sekolah tidak terlepas dari kegiatan proses belajar mengajar dengan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didiknya. Selain dari kegiatan proses belajar mengajar, sekolah juga harus memiliki fasilitas atau saran dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana pembelajaran merupakan faktor yang turut memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keadaan gedung sekolah dan ruang kelas yang tertata dengan baik, ruang perpustakaan sekolah yang teratur, tersediannya fasilitas kelas dan laboratorium, tersedianya bukubuku pemebelajaran, media atau alat praktikum (Aunurrahman, 2009). Penggunaan fasilitas atau sarana pembelajaran yang ada di dalam sekolah maupun strategi belajar mengajar dengan menggunakan metode atau media pembelajaran akan membuat siswa lebih aktif dan bersemangat dalam menerima materi. Hal ini akan memberikan dapak posisit bagi hasil belajar dan keterampilan siswa. Pada hakekatnya tujuan mengajar adalah mengarahkan dan membuat perubahan tingkah laku pada diri siswa baik aspek pengetahuan (kognitif), sikap dan nilai-nilai (afektif) serta kemampuan berbuat, bertindak dan melakukan suatu gerakan atau perbuatan (psikomotor). Salah satu metode yang telah digunakan dalam pembelajaran ialah praktikum. Praktikum merupakan cara

24

mengajar dengan cara siswa diajak untuk melakukan serangkaian percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari secara teori. Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami, melakukan sendiri, mengamati suatu objek, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri dan mencari kebenaran (Darwansyah dkk, 2009). Dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya (Bahri dan Zain, 2010). Praktikum merupakan salah satu bentuk pengajaran yang cocok untuk memenuhi fungsi pendidikan umum “latihan, umpan balik dan fungsi khusus, serta memperbaiki motivasi siswa.” Penggunaan kegiatan belajar mengajar mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri jawaban atas persoalan yang dihadapinya juga membuktikan kebenaran dari kosep atau teori yang dipelajari. Praktikum memberikan siswa suatu ide dalam menerapkan teori dalam kehidupannya. Dengan demikian, kegiatan praktikum dapat membantu dan menolong siswa untuk mendemostrasikan hal-hal dengan mata pelajaran secara menyeluruh. Banyak memberikan kesempatan bagi keterlibatan siswa dalam situasi belajar. Kegiatan praktikum juga banyak membangkitkan motivasi siswa (Suparman dan Ahmad, 2007). Praktikum sangat erat dengan keterampilan psikomotorik siswa, hal ini karena banyaknya gerakan yang dialakukan siswa. Keterampilan psikomotorik adalah keterampilan atau keahlian yang merujuk kepada kemampuan individu dalam melakukan sesuatu kegiatan pembelajaran atau praktikum. (Amir, 2012). Mata pelajaran yang menuntut kemampuan praktik seperti biologi sangat menitik beratkan pada ranah psikomotor, sehingga

Jurnal Ilmiah : Widya Pendidikan Vol 3, Cet. 8

dalam penilaian juga tidak boleh mengabaikan penilaian psikomotorik. Penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik (Akhmad Sudrajat, 2008). Hasil observasi peneliti SMP Negeri 3 Obi desa Madapolo pada Februari 2014 terungkap bahwa sekolah tersebut belum mempunyai gedung laboratorium dengan kurangnya sarana praktikum khususnya untuk perangkat poraktikum fotosintesis. Hal ini mengakibatkan sekolah jarang jarang melakukan kegiatan praktikum dalam proses pembelajaran, siswa hanya bisa mendengarkan teori dari guru tanpa melakukan kegiatan praktikum yang menyangkut dengan materi yang harus melakukan praktik. Dalam proses pembelajaranya guru atau pengajar jarang sekali menggunakan media atau metode pembelajaran, yang sering digunakan hanyalah metode ceramah. Keterbatasan sarana sekolah berupa alat praktikum dan laboratorium dapat disiasti dengan alat-alat pengganti yang memiliki sifat mirip atau alternatif. Dalam hal ini pada praktikum fotosintesis dapat menggunakan alat sederhana dan barang bekas yang terdapat disekitar lingkungan sekolah. Berdasar hal tersebut, penelitian PTK INI dilakukan untuk mengatahui metode praktikum dengan menggunakan alat sederhana dan barang bekas pada materi fotosintesis dalam meningkatkan hasil belajar dan keterampilan psikomotorik siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Obi. KAJIAN TEORI Praktikum berasal dari kata praktik yang artinya pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori. Sedangkan praktikum adalah bagian dari pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan melaksanakan dikeadaan nyata,

25

apa yang diperoleh dari teori dan pelajaran praktek (pascaldedy,2008). Pada dasarnya kegiatan praktikum membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan belajar secara teori. Akan tetapi, masalah tersebut dapat diatasi dengan mengatur waktu dan mengalokasikan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan sehingga kegiatan praktikum dapat berjalan dengan lancar tanpa ada masalah pada pengaturan waktunya. Praktikum merupakan salah satu bentuk pengajaran yang terutama cocok untuk memenuhi fungsi pendidikan umum “latihan dan umpan balik dan fungsi khusus, memperbaiki motivasi siswa.

Joseph Priestley (1772) menunjukkan bahwa tumbuhan mengeluarkan suatu gas yang membuat api lilin dapat menyala walaupun dalam tabung gelas yang tertutup. Coba simak prinsip percobaan yang dilakukannya pada gambar 1. Dalam sungkup tabung gelas tanpa tanaman, api lilin yang dinyalakan cepat padam. Namun setelah ke dalamnya disusupkan tanaman, pada beberapa hari kemudian ternyata lilin dapat dinyalakan lagi. Lilin tetap menyala selama “gas” dari tanaman itu masih ada. Pada waktu itu, Dia belum tahu bahwa gas itu adalah oksigen. Prinsip dasar percobaannya dapat digambarkan pada gambar 1:

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Perubahan perilaku individu akibat proses belajar tidaklah tunggal. Setiap proses belajar mempengaruhi perubahan perilaku ada domain tertentu pada diri siswa, tergantung perubahan yang diinginkan terjadi sesuai dengan tujuan pendidikan (purwanto, 2009). Metode praktikum dapat mempermudah pencaiapian tujuan pembelajaran pada semua aspek termasuk psikomotorik siswa. Salah satu pokok bahasan yang memungkinkan untuk dilakukan praktikum ialah materi fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses penyusunan zat dengan menggunakan energi matahari. Berbeda dengan manusia dan hewan, tumbuhan hijau merupakan organisme yang mampu menyusun zat organik komplek sendiri dengan mengambil zat-zat anorganik dari lingkungannya melalui proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses pembentukan bahan organik (gula atau karbohidrat) dari zat-zat anorganik (air dan karbondiokasida) dengan bantuan cahaya matahari. Percobaan fotosintesis sejak lama telah dilakukan oleh para ahli, berikut beberapa percobaan fotosintesis oleh para ahli.

Gambar 1. Prinsip dasar percobaan J. Priestley dalam Suyitno (2004) b. Jan Ingenhousz Dua ratus tahun kemudian, banyak peneliti tertarik untuk ikut menggali lebih lanjut dari temuan Priestley tersebut. pada tahun 1779 Jan Ingenhousz, ahli fisiologi dari German melakukan eksperimen dengan menggunakan tumbuhan air (Hydrila verticilata).

a. Joseph Priestley (1772) Usaha untuk memahami fotosintesis telah dilakukan sejak lama oleh para ilmuwan. Awalnya, seorang ahli kimia Inggris bernama

Jurnal Ilmiah : Widya Pendidikan Vol 3, Cet. 8

26

Darimanakah gas O2 yang dilepaskan itu ? Semula orang mengira bahwa O2 yang dikeluarkan adalah berasal dari pemecahan gas CO2. d. Van Niel Van Niel adalah orang pertama yang menyatakan bahwa O2 itu berasal dari pemecahan air. Hal itu didasarkan dari hasil temuannya tentang fotosintesis bakteri Sulfur (gambar 3).

Gambar 2. Percobaan Ingenhousz dalam suyitno (2004) Dari percobaannya ditunjukkan tiga hal penting, meliputi : Gas yang dikeluarkan oleh tumbuhan itu ternyata adalah O2, cahaya matahari dibutuhkan untuk proses tersebut, bagian yang berhijau daun saja yang mengeluarkan O2. c. Jean Senebier, Nicholas de Saussure (1804) dan Sachs (1860) Seorang ahli botani dari Swiss, Jean Senebier menemukan bahwa CO2 juga dibutuhkan untuk fotosintesis. Peneliti lain, seorang ahli kimia dan ahli fisiologi Swiss yaitu Nicholas de Saussure pada tahun 1804 menunjukkan bahwa tanaman tumbuh dari air dan CO2 yang diserapnya. Kemudian menurut Sachs pada tahun1860 menunjukkan bahwa fotosintesis menghasilkan zat gula atau karbohidrat yang disebut amilum. Berdasar temuan-temuan itu maka pemahaman tentang fotosintesis menjadi semakin lengkap. Fotosintesis kemudian dirumuskan dalam persamaan reaksi kimia sebagai berikut: n CO2 + n H2O + Energi Matahari [ CH2O ]n + nO2 ( klorofil)

Gambar 3. Bakteri Sulfur1 Dengan energi matahari, bakteri Sulfur ternyata juga mampu menyusun zat gula dari CO2 dan gas belerang (H2S), bukan dengan air (H2O) seperti pada tumbuhan. Bakteri ini melepaskan S, yang tentu berasal dari pemecahan H2S. Persamaan reaksinya dinyatakan sebagai berikut: Energi Matahari CO2 + H2S [ CH2O ] + 2S + H2O

(zat gula)

Senada denan hal itu, maka Van Niel menduga bahwa O2 yang dilepaskan pada fotosintesis tumbuhan adalah berasal dari pemecahan air (H2O). e. Ruben dan Kamen

(zat gula)

Jurnal Ilmiah : Widya Pendidikan Vol 3, Cet. 8

27

Tahun 1941, Ruben dan Kamen melakukan percobaan fotosintesis dengan menggunakan air bertanda. Pada air tersebut, komponen Onya diberi tanda yang mudah dikenali dengan alat tertentu. Dengan cara ini, Dia berhasil membuktikan bahwa “gas” yang dilepaskan itu adalah O2 yang bertanda. Oksigen itu tentu berasal dari pemecahan air bertanda. Pemecahan air dengan energi cahaya yang diserap oleh sel-sel daun yang berfotosintesis ini disebut fotolisis. Dengan demikian, persamaan fotosintesis yang lengkap adalah sebagai berikut : n CO2 + 2n 2O + Energi Matahari [ CH2O ]n + n O2 + n H2O klorofil

( zat gula )

Berdasar uraian di atas dapat kita tarik beberapa pengertian diantaranya; Fotosintesis menggunakan energi matahari untuk menyusun zat gula sederhana, zat gula disusun dari bahan dasar yaitu berupa H2O dan CO2, fotosintesis menghasilkan bahan sisa berupa O2 dan H2O, fotosintesis hanya dapat dilakukan oleh tumbuhan dan beberapa jenis bakteri, fotosintesis menyusun zat gula dari air dan karbon dioksida (CO2), sehingga sering disebut pula asimilasi karbon

Jurnal Ilmiah : Widya Pendidikan Vol 3, Cet. 8

METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan pada bulan Februari sampai November 2014 meliputi observasi awal sampai pengambilan data. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Sekolah SMP Negeri 3 Obi, Desa Madapolo Kecematan Obi Utara. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII3 yang berjumlah 25 siswa (15 lakilaki dan 10 perempuan). B. Instrumen penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dengan Tes Hasil belajar dan lembar observasi Psikomotorik saat praktikum dan. Materi ajar yang dilakukan yakni materi fotosintesis. Praktikum yang dilakukan yakni dua rangkaian praktikum fotosintesis dari percobaan Ingenhous dan uji sach. Rubrik untuk observasi sebagai berikut :

28

Tabel 1. Aspek psikomotorik yang diamati pada praktikum I (Uji ingenhous) Dikerjakan ya tidak

No

Aspek Psikomotorik

1 2 3 4 5 6

Membaca panduan Mempersiapakan alat dan bahan Mengecek kesesuaian alat dan bahan dengan buku panduan Memasukan tumbuhan kangkung ke dalam botol aqua ukuran 600ml Memasukan air ke dalam botol aqua tersebut yang telah berisi tumbuhan kangkung Botol aqua tersebut di masukan ke dalam botol aqua dengan ukuran 1500ml yang telah berisi air Diletakan di temapat yang terkena sinar matahari Mengamati adanya gelembung udara pada tabung reaksi Mencatat hasil percobaan

7 8 9

Tabel 2. Aspek psikomotorik yang diamati pada praktikum II (uji sach) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Aspek pengamatan

ya

Dikerjakan tidak

Membaca panduan Mempersiapakan alat dan bahan Mengecek kesesuaian alat dan bahan dengan buku panduan Membuka kertas timah yang menutupi daun Merebus daun sampai layu Memasukan daun tersebut kedalam larutan alkohol Menetesi daun dengan larutan lugol Mengamati apa yang terjadi Menggambar hasil percobaan

Alat dan bahan penelitian untuk praktikum Tabel 3. Alat dan bahan praktikum I No 1 2 3 4 5

Alat Dan Bahan Botol aqua bekas (1500ml) Botol Aqua bekas (600ml atau 400ml) Tumbuhan kangkung Air Jam tangan

Kegunaan Sebagai gelas beker Sebagai tabung reaksi Sebagai bahan percobaan Sebagai bahan Sebagai alat pengukur waktu

Tabel 4. Alat dan bahan praktikum II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Alat Dan Bahan Alkohol 75% Kompor Daun pacar air Air Panci kecil Piring kecil Betadin/Obat merah Penjepit Kertas karbon/aluminium foil bekas pembungkus coklat

Kegunaan Sebagai pencuci daun Untuk merebus air Sebagai bahan percobaan Sebagai bahan Sebagai alat untuk merebus air Tempat meletakan daun Sebagai pengganti larutan lugol pengganti pinset / untuk menjepit daun Untuk menutup daun

D. Teknik Analisis Data

Jurnal Ilmiah : Widya Pendidikan Vol 3, Cet. 8

29

1. Hasil belajar siswa dilihat dengan ketuntasan belajar persiswa Ketuntasan belajar siswa (individual) dihitung dengan menggunakan rumus berikut: KB = x 100 Di mana: KB = ketuntasan belajar T = jumlah skor yang diperoleh siswa T1 = jumlah skor ideal maksimal Ketuntasan individu jika proporsi jawaban benar siswa ≥ 65, dan ketuntasan kelas (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa tuntas. Hal ini berdasarkan pada Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran biologi di sekolah tempat peneliti melakukan penelitian, ketuntasan individual adalah 65 dan ketuntasan secara klasikal adalah 85%. Hasli belajar siswa juga dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan cara menginterprestasikan kemampuan siswa kedalam empat kategori seperti pada tabel berikut ini : Tabel 5. Kemampuan hasil belajar siswa No 1 2 3 4 5

Skor 85-100 75-84 65-74 55-64 <54

Interpretasi Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah.

Ketuntasan kelas Untuk menghitung ketuntasan kelas dengan menggunakan rumus sebagai berikut: KK= x100 KK = Ketuntasan Kelas N = Jumlah Siswa Yang Mendapat Nilai >65 N1 = Jumlah Siswa 2. Keterampilan psikomotorik siswa Keterampilan psikomotorik siswa dalam praktikum dilihat mealalui Tingkat penguasaan (TP) menyelesaikan praktikum dengan baik dan benar sesuai dengan petunjuk LKS, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Jurnal Ilmiah : Widya Pendidikan Vol 3, Cet. 8

Tabel 6. Nilai ketermpilan psikomotorik dan kualifikasi Penguasaan Siswa Taraf penguasaan Kualifikasi 91-100% Memuaskan 81-90% Baik 71-80% Cukup 61-70% Kurang <60% Gagal Dari tabel diatas, maka siswa yang kategori memuaskan, baik dan cukup di asumsikan sebagai siswa yang mampu menyelesaikan praktikum. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Belajar Pada kegiatan siklus I percobaan Scah, hasil belajar siswa dan ketuntasan klasikal dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 7. Ketuntasan Belajar Siswa Secara Klasikal Pada Hasil tes Siklus I Nilai 85-100

Interprestasi Sangat tinggi

F 0

P (%) 0

75-84 65-74 55-64 <54 Jumlah

Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

0 13 9 3 25

0 52 36 12 100

Tabel 8. Ketuntasan Belajar Siswa Secara Klasikal Pada Hasil Siklus II Nilai

Interprestasi

F

P (%)

85-100

Sangat Tinggi

2

8

75-84 65-74 55-64

Tinggi Sedang Rendah

`6 13 2

24 52 8

2 25

8 100

<54 Sangat rendah Jumlah

Berikut perbandingan desain praktikum ingenhous versi lab yang umum dengan versi penggunaan barang bekas :

30

Ingenhousz dimana tarap keterampilan siswa menjadi 86,9 yang dikategorikan memuaskan atau sangat baik. 3. Pembahasan

A.

Gambar 1. A: desain alat praktikum ingenhous yang umum digunakan B: desain praktikum ingenhous dengan botol-botol bekas

B.

Berdasarkan tabel 7, ketuntasan belajar pada siklus I, dapat dilihat bahwa penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran tergolong sedang, dilihat dari ketuntasan nilai yang dicapai siklus I dari 25 siswa, yang tuntas sebanyak 13 siswa atau sebanyak 52% dengan skor pencapaian 65-70. Kemudian sebanyak 9 atau 36% siswa yang interprestasinya termasuk rendah dengan skor pencapaian di atas 55. Sedangkan 3 atau 12% siswa lain yang interprestasinya sangat rendah dengan skor pencapaiannya di bawah 54. Dari 25 orang siswa 25, yang mendapatkan nilai >=65 terdiri dari 13 siswa (52%). Ketuntasan klasikal belum tercapai karena masih dibawah 85%. Berdasarkan tabel 8 mengenai dengan hasil postes kegiatan pada siklus II dari 25 siswa dengan 20 soal menunjukan bahwa terdapat 2 atau 8% siswa yang memiliki interprestasi yang sangat tinggi dengan taraf pencapaian nilai di atas 85-90 yang di kategorikan sangat tinggi dan 6 atau 24% siswa dengan taraf pencapaian nilai di atas 75-80 dikategorikan siswa yang memiliki interprestasi tinggi. Kemudian siswa yang interprestasinya sedang dengan pencapaian nilai 65-70 terdiri dari 13 atau 52% siswa. Sedangkan 2 atau 8% siswa yang mendapat nilai dibawah 55-60 dikategorikan interprestasinya rendah dan 2 atau 8% siswa yang lainnya yang hanya mencapai nilai 50 dengan interprestasi yang sangat rendah. Dari hasil tes ini menunjukan bahwa terdiri dari 21 siswa yang tuntas dalam kelas yaitu 84,00% dengan taraf penguasaan yang dikategorikan sangat baik.

2. Keterampilan psikomotorik Hasil penilaian keterampilan psikomotorik pada praktikum siklus I percobaan Sach, didapatkan bahwa keterampilan psikomotorik siswa masih kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata tarap keterampilan psikomotorik ialah 70,6. Peningkatan terjadi pada pada siklus kedua yakni pada percobaan

Jurnal Ilmiah : Widya Pendidikan Vol 3, Cet. 8

Berdasarkan hasil test pada kegiatan Siklus I, bahwa ketuntasan kelas belum tercapai yakni hanya 52% siswa tuntas, dengan nilai rata-rata seluruh siswa 62,4. Sedangkan dilihat dari hasil test siklus II telah mengalami peningkatan 32% dari 52% siswa yang tuntas menjadi 84% siswa dare seluruh siswa dengan peningkatan rata-rata nilai siswa yakni

31

menjadi 69,2. Sedangkan untuk keterampilan psikomotorik siswa dalam melakukan praktikum pada siklus I percobaan Sach taraf penguasaan siswa sangat kurang dengan nilai rata-rata 70,608. Kemudian keterampilan psikomotorik siswa mengalami peningkatan setelah melakukan praktikum yang kedua pada siklus II percobaan Ingenhousz yang mencapai taraf nilai rata-rata 86,9 dengan taraf penguasaan yang sangat baik dalam menggunakan alat-alat.

meningkatkan keterampilan psikomotorik siswa dari nilai rata-rata 70,608 pada siklus I percobaan sach mengalami peningkatan sebanyak 16% poin pada praktikum siklus II percobaan Ingenhousz dengan nilai rata-rata 86,9.

Bardasarkan obsrvasi dan hasil refleksi antara peneliti dan obsrver dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat sederhana dan barang bekas yang berada disekitar sekolah atau lingkungan rumah dapat emicu peningkatan ketermpilan psikomotirk siswa yang berimbas pada peningaktan hasil belajar. Penggunaan barang bekas yang sangat emncolok dapat dilihat pada praktikum pertama percobaan ingenhous yakni dengan menggunakan botol-botol plastik untuk wadah air dan pengganti tabung reaksi. Hal ini membuataantusiasme sisa karena semua siswa dapat dengan mudah mandapatkan barang tersebut dan menunjukan usaha masing-masing siswa. Pada dasarnya penggunaan alat sederhana dan barang bekas berupa botol pasltik bekas dan aluminium foil bekas pembungkus makanan tidak menguarangi tujuan pembelajaran, bahkan sebaliknya dapat menanamkan sifat kritis siswa dalam pemanfaatan barang bekas dan memicu kreativitas siswa untuk mencari pengganti alat praktikum yang tidak tersedia. KESIMPULAN A. Kesimpulan 1. Praktikum pada materi fotosintesis yang memanfaatkan alat sederhana dan barang bekas dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 32% yakni dari 52% siswa yang tuntas pada siklus I menjadi 84% siswa yang tuntas pada siklus II. Sedangkan untuk nilai rata-ratanya mengalami peningkatan 6 poin dari 62,4 pada siklus I, meningkat menjadi 69,2 pada siklus II. 2. Prakikum fotosintesis yang memanfaatkan alat sederhana dan barang bekas dapat Jurnal Ilmiah : Widya Pendidikan Vol 3, Cet. 8

32

Akhmadsudrajat,2008,”Pengembangan Prangkat Penilaian Psikomotorik” from, https://akhmadsudrajat.files.wordpre ss.com/2008/08/penilaianpsikomotor .pdf/akses/20/06/2014.h

siswa-dalam-pokok-bahasan-asamdan-basa-di-smp. http://pascaldaddy52. wordpress.com. /2008/12/07/ penelitian-penerapan metodepraktikum dalam-meningkatkanhasil- belajar kimia-siswa- dalampokok-bahasan-asam-dan-basa-dismp. di akses tanggal 20/06/2014.

Aunurrahman. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Alfabeta, Bandung.

Purwanto, 2009, “ Evaluasi Hasi Belajar”.

DAFTAR PUSTAKA

Bahri, Syaiful dan A. Zain, 2010, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Darwan Syah, Supardi, dan Eneng Musliha. 2009, “ Strategi Belajar Mengajar”. Jakarta:Diadit Media Fathurrohman, Pupuh, dan M. Sobry Sutikno, 2009, Strategi Balajar Mngajar, Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam”. Bandung: PT. Refika Kurniawan http://smpnegeri6metro.blogspot.com/2013/1 0/praktikum-uji-fotosintesistumbuhan.html diakses pada tanggal 23/07/2014 http://www.praktikumbiologi.com/2011/09/te st-sach-untuk-membuktikan .html diakses pada tanggal 23/07/2014 Muhammad, Saufi Ginting, Kriteria Ketuntasan Individu dan Klasikal Siswa, from: http://blognyaalul.blogspot.com/201 1/03/kriteria-ketuntasan-individudan.html. akses 09/07/2014 Nurani Amir, (2012). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan Ctl Pada Pokok Bahasan Bentuk Pangkat Dan Akar Di MTs Negeri Gotalamo”, STAIN Ternate. Skripsi-tidak dipublikasikan. Pascal

Yogyakarta: Pustaka Belajar Sabri, H. Ahmad, 2005, “ Strateg Belajar Mengajar dan Micro Teaching”. Ciputat: Quantum Teachng Suparman, Ahmad Z., (2007). Kemapuan berfikir kratif siswa SMA 8 Kota Ternate pada pembelajaran ekosistem. Edukasi Vol.3 Nomor 2 2007. Prodi Biologi FKIP-Unkhair. Suryosubroto, B. 1997 “Prses Belajar Mengajar Di Sekolah” Jakarta: Rineka Cipta Suyitno.

2004. Materi Fotosntesis”fotosintesis-dan-pembelajarannya-disd.pdf. di akses 04/11/2015.

Tusiyan, S. Nurhidayah, 211 “Pemanfaatan Laboratorium Biologi untuk Mencapai StandarKompetensi Pembelajarana Biologi Kelas XI IPA Semester I di Madal Kendal”, Skripsi, Semarang: IAIN Walisongo Yais,

Firma. 2011. “Penerapan Metode Ceramah Dalam Efektifitas PembelajaranDi MIN WALE Kec. Weda Utara” STAIN Ternate. Skripsi.

daddy. 2008. penelitianpenerapanmetode-praktikum-dalammeningkatkan-hasil-belajarkimia-

Jurnal Ilmiah : Widya Pendidikan Vol 3, Cet. 8

33