PREDIKSI CADANGAN AIRTANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI

Download menentukan posisi akuifer bebas dan akuifer tertekan. Jejaring aliran mengindasikan skema pergerakan aliran airtanah. Jejaring airtanah dit...

0 downloads 467 Views 17MB Size
PREDIKSI CADANGAN AIRTANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CISADANE

DIMAS ARDI PRASETYA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Prediksi Cadangan Airtanah di Daerah Aliran Sungai Cisadane adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2016 Dimas Ardi Prasetya NIM F451130161

RINGKASAN DIMAS ARDI PRASETYA. Prediksi Cadangan Airtanah di Daerah Aliran Sungai Cisadane. Dibimbing oleh ROH SANTOSO BUDI WASPODO dan SATYANTO KRIDO SAPTOMO. Air sangat penting untuk kebutuhan manusia. Sumber air bersih yang dapat digunakan hanya 2.5 % dari keseluruhan air yang tersedia di bumi, dan 12 % berasal dari airtanah. Potensi airtanah sulit untuk diketahui, sebagai dapaknya teknik ivestigasi terbentuknya dan pergerakan airtanah perlu dikembangkan. Salah satu teknik investigasi dengan menggunakan geolistrik. Geolistrik merupakan salah satu metode untuk investigasi airtanah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi litologi batuan dan ketebalan posisi akuifer di lokasi penelitian, menentukan nilai konduktivitas hidrolik dan memprediksi potensi cadangan airtanah di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane. Penelitian dibagi menjadi beberapa tahap, diantaranya pengumpulan dan analisis data. Data geolistrik yang diperoleh diproses dengan menggunakan metode Schlumberger. Dan digunakan untuk menganalisa tipe dan kedalaman lapisan batuan. Disamping itu, data hasil pengolahan digunakan untuk menentukan posisi akuifer bebas dan akuifer tertekan. Jejaring aliran mengindasikan skema pergerakan aliran airtanah. Jejaring airtanah ditentukan dengan menggunakan software Surfer. Analisa batuan digunakan nilai dari tahanan jenis dengan menggunakan bantuan software Progress Version 3.0. Formasi geologi DAS CIsadane terdiri dari Qa, Qav, Tmb, Tpg, Tpss, QTvb, Qv, Qvas yang merupakan formasi dominan di DAS Cisadane, formasi ini banyak didominasi oleh kerakal, kerikil, lempung berpasir serta lempung dari endapan sungai. Formasi geologi ini menunjukkan adanya pergerakan air yang berada di dalam tanah. Cekungan airtanah merupakan unit hidrogeologi yang berisi satu akuifer besar atau beberapa akuifer yang saling terhubung. Ketebalan akuifer memiliki beberapa variasi. Variasi ketebalan rata-rata akuifer bebas sebesar 30 m dengan kedalaman pada kisaran 2 - 9.2 m bawah muka tanah. Ketebalan rata-rata akuifer tertekan 38 m dengan kadalaman pada kisaran 30.2-68.83 bawah muka tanah. Hasil perhitungan cadangan airtanah ditentukan dengan menggunakan metode geolistrik dan Hukum Darcy. Ketebalan lapisan akuifer diperoleh dari rata-rata ketebalan lapisan akuifer di lokasi penelitian. Konduktivitas hidrolik suatu tanah atau batu tergantung dari beberapa faktor fisik, seperti porisitas, ukuran partikel dan distribusinya serta bentuk ukuran partikel. Rata-rata konduktivitas hidrolik sebesar 19.8 m/hari untuk akuifer bebas dan 51.1 m/hari untuk akuifer tertekan yang digunakan untuk proses perhitungan. Dari 3 perhitungan didapatkan hasil prediksi cadangan airtanah sebesar 2.55 m /hari untuk airtanah bebas dan 8.43 m3/hari untuk airtanah tertekan. Kata Kunci : airtanah, akuifer, DAS Cisadane, geolistrik, konduktivitas hidrolik

SUMMARY DIMAS ARDI PRASETYA. Prediction of Groundwater Storage In Cisadane Watershed. Supervised ROH SANTOSO BUDI WASPODO and SATYANTO KRIDO SAPTOMO. Water is very important for human beings. Sources of fresh water that can be used are only 2.5% of the total water availability on earth, and 12% from that quantity are soureces of groundwater. Groundwater potensial be difficult to detected, as a result technique for investigating the occurrence and movement of groundwater has been developed. One of the technique investigating groundwater movement using geo-electric. Geo-electric is one of methods for groundwater investigation. The purposes of this research were to identify lithology of soil layer and thickness of aquifer position on research location, to determine hydraulic soil conductivity value, and to predict the groundwater reserve potential in Cisadane Watershed. This research was conducted in several steps, such as collected and analysis data. Geo-electric data consisted of primary data and secondary data. These data was collected using schlumberger method. Geo-electric data were used to analyse the type and depth of rock layers. Beside, the data were also used to determined the position of confined and unconfined aquifer. The flownet of aquifer indicated the scheme of groundwater flow. To identify groundwater flownet used Surfer Software. To analyse geology used apparent resitivity value used Progress Version 3.0 Software. Geological formation in Cisadane watershed consist of Qa, Qav,Tmb, Tpg, Tpss, QTvb, Qv,and Qvas. This formation dominated by gravel coarse,coarse, sandy clay, and loam from river sediment. A geological formation showed that there was and the movement of water on the ground. A groundwater basin may be defined as hidrogeologic unit containing one large aquifer or several connected and interrelated aquifer. Aquifer thickness has a several Variation. The average of confined aquifer thickness was 30 m and depth was 2 – 9.2 m from the surface. The average of unconfined aquifer thickness was 80 m and depth was 30.2 – 68.83 m from the surface. Calculation of groundwater storage was performed using geo-electric and Darcy’s law approach. Aquifer thickness layer was obtained from the average content of aquifer layer on research location, so it might represent the thickness of the aquifer. The hydraulic conductivity of a soil or rock depends on a variety of physical factors, including porosity, particle size and distribution, shape of particles. The average of hydraulic conductivity was 19.8 m/day for confined aquifer and 51.1 m/day for unconfined aquifer. From the calculation result, the predicted groundwater storage of unconfined aquifer was abaut 2.55 m3/s and 8.43 m3/s confined aquifer. Key words: aquifer, Cisadane watershed, geo-electric, groundwater, hydraulic conductivity

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PREDIKSI CADANGAN AIRTANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CISADANE

DIMAS ARDI PRASETYA

Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Nora H Pandjaitan, DEA

Judul Tesis Nama NIM Departemen

: : : :

Prediksi Cadangan Airtanah Di Daerah Aliran Sungai Cisadane Dimas Ardi Prasetya F451130161 Teknik Sipil dan Lingkungan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Roh Santoso Budi Waspodo, MT Ketua

Dr Satyanto K Saptomo, STP, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Teknik Sipil dan Lingkungan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir M. Yanuar J Purwanto, MS, IPM

Dr Ir Dahrul Syah. MSc Agr

Tanggal Ujian: 13 Juni 2016

Tanggal Lulus :

i

PRAKATA Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian ini adalah Prediksi Cadangan Airtanah Di Daerah Aliran Sungai Cisadane. Dengan segala kerendahan hati, diucapkan terima kasih kepada : 1. Dr Ir Roh Santoso Budi Waspodo, MT selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, bimbingan, arahan dan motivasi yang sangat berharga. 2. Dr Satyanto K Saptomo, STP, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, bimbingan, arahan dan motivasi yang sangat berharga. 3. Dr Ir M. Yanuar J Purwanto, M.S, IPM, selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana IPB dan Dr Nora H Pandjaitan, DEA selaku penguji yang telah mengarahkan dan memotivasi untuk tetap disiplin selama tesis dan studi. 4. Bapak Priya, Ibu Hartini dan adik Riyan Ardi Nugroho serta keluarga tercinta yang selama ini selalu memberikan doa dan dukungan baik moril maupun materiil. 5. Segenap tim dosen Diploma IPB dan mahasiswa Program Keahlian Teknik dan Manajemen Lingkungan IPB yang telah memberikan dukungan dan bantuan moral. 6. Teman satu angkatan Sekolah Pascasarjana Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan 2013 atas bantuan dan semangat yang diberikan dalam penyusunan tesis . Disadari bahwa penyusunan tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu diharapkan saran dan kritikan sebagai bahan perbaikan tesis ini. Diharapkan tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Juni 2016 Dimas Ardi Prasetya

ii

ii

DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sugai DAS Akuifer Konfigurasi Tahanan Jenis Schlumberger METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Geologi dan Hidrogeologi Karakteristik Akuifer Prediksi Cadangan Airtanah SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

ii iii iii iii 1 1 1 2 2 2 3 3 3 8 9 9 10 10 10 15 16 20 20 25 25 25 25 28 37

iii

DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6

Perbedaan Airtanah Bebas dan Tertekan Nilai konduktivitas hidrolik Nilai Tahanan Jenis Batuan Nilai Parameter Persamaan Darcy Prediksi Potensi Cadangan Airtanah Hasil Perhitungan Zona Eksploitasi Kategori Aman

5 8 11 20 23 24

DAFTAR GAMBAR 1 Ilustrasi Proses perjalanan air 2 Kondisi Akuifer Ideal 3 Konfigurasi Schlumberger 4 Diagram Alir Pengukuran Geolistrik 5 Diagram Perhitungan Airtanah 6 Aplikasi Persamaan Darcy di Lapangan 7 Peta administrasi DAS Cisadane 8 Peta Geologi DAS Cisadane 9 Peta Hidrogeologi DAS Cisadane 10 Flownet 2D pada DAS Cisadane 11 Flownet 3D pada DAS Cisadane 12 Titik Lokasi Pengukuran Geolistrik 13 Notasi pada Borlog

4 6 9 13 14 15 16 17 18 19 19 21 22

DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5

Borlog Potongan Selatan-Utara Borlog Potongan B-B Borlog Potongan C-C Borlog Penampang Melintang S-U Penafsiran Litologi

29 30 31 32 33

ii

iii

1

PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan pokok manusia untuk melansungkan kehidupan dan meningkatkan kesejahteraan. Pembangunan di bidang sumber daya air pada dasarnya adalah upaya untuk memberikan akses secara adil kepada seluruh masyarakat untuk mendapatkan air agar dapat hidup sehat, bersih dan produktif. Sumber airtanah yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi keperluan domestik, pertanian maupun industri dibagi menjadi dua macam, yaitu: air permukaan dan airtanah . Dalam kegiatan pengambilan airtanah dan air permukaan semakin hari jumlahnya bukan semakin bertambah namun semakin berkurang. Disamping itu dengan dipacunya pertumbuhan ekonomi, permintaan akan sumberdaya air baik kuantitas maupun kualitasnya semakin meningkat. Hal ini menyebabkan sumberdaya air dapat menjadi barang langka. Air merupakan sumberdaya alam yang terbatas menurut waktu dan tempat. Kebutuhan air bersih merupakan kebutuhan pokok yang tidak dapat diganti dan ditinggalkan oleh sebab itu pengolahan dan pelestarian air merupakan hal yang mutlak diperlukan (Putranto dan Kusuma 2009). Pembangunan di bidang sumber daya air pada dasarnya ialah upaya untuk mengolah dan melestarikan air sehingga dapat memberikan akses dan mempermudah masyarakat untuk memperoleh hidup sehat, bersih dan produktif. Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi hajat hidup manusia. Jenis air yang paling aman dikonsumsi manusia adalah airtanah. Airtanah merupakan salah satu sumber daya air yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan manusia, baik untuk kebutuhan domestik maupun industri (Kirsch 2009 dalam Waspodo). Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan air minum juga semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan air tersebut tidak diiringi dengan ketersedian air baku yang memadai. Keterbatasan air baku baik air permukaan, air hujan maupun airtanah disebabkan oleh pembangunan dan perubahan tata guna lahan yang terkadang tidak mempertimbangkan kelestarian ekosistem dan tata guna lahan (Mutowal 2008). Hal tersebut diperburuk dengan adanya perubahan iklim global dan meningkatnya suhu bumi sehingga musim kemarau di Indonesia semakin panjang. Kondisi ini kemudian mengakibatkan semakin meluasnya daerah rawan banjir pada musim penghujan. Oleh karena itu prediksi potensi cadangan airtanah perlu dilakukan untuk mencari potensi air yang dapat dimanfaatkan. Latar Belakang Kajian Geohidrologi yang komprehensif untuk pengembangan wilayah terutama geohidrologi yaitu kondisi permukaan bumi, sumber daya air, sumber daya mineral dan energi, sumber daya bangunan, daya dukung tanah dan batuan untuk pondasi dan antisipasi berupa gempa. Informasi dan data tentang kondisi geologi akan dianalisis, sehingga dapat menghasilkan kajian holistik dengan menyesuaikan kembali penataan ruang dan wilayah yang termuat dalam dokumen RTRW. Dengan demikian penggunaan lahan untuk kawasan pemukiman, perdagangan, industri, pertanian dan pariwisata ditetapkan dengan memperhatikan kondisi lingkungan geologi sebagai faktor

2

pendukung dan mungkin merupakan faktor kendala. Oleh karena itu Kajian Geologi untuk pengembangan wilayah sangatlah penting dilakukan karena pembangunan yang dilaksanakan tanpa perencanaan yang matang dapat menimbulkan masalah di kemudian hari. Permasalahan akan berkurangnya atau rusaknya daerah resapan akan memberikan dampak yang buruk terhadap keseimbangan lingkungan. Dalam mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan berbagai kajian hidrologi dan hidrogeologi. Dengan melakukan pendekatan ilmiah dan investigasi daerah resapan diharapkan mampu digunakan sebagai salah satu acuan dalam melakukan konservasi daerah resapan alami Kota di kawasan Daerah Aliran Sungai Cisadane adalah kota yang saat ini menuju pada profile kota metropolitan, dikarenakan lokasi yang dekat dengan Ibukota Indonesia Jakarta, maka pertumbuhan jasa dan perdagangan di kawassan kota ini menunjukan trend positif maka pembangunan gedung-gedung perkantoran, perhotelan, apartemen, dan property semakin meningkat. Dengan memperhatikan dinamika pertumbuhan pembangunan dewasa ini, maka dipandang perlu untuk melakukan kajian hidrogeologi untuk mengetahui potensi cadangan air tanah di DAS Cisadane. Untuk menentukan potensi cadangan airtanah, salah satunya adalah dengan menggunakan geolistrik. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah : 1. Mengetahui kondisi hidrogeologi dan karakteristik akuifer di DAS Cisadane 2. Mengetahui kondisi Geologi DAS Cisadane secara umum 3. Menghitung potensi cadangan airtanah di DAS Cisadane Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi semua pihak dalam membuat program/kegiatan pembangunan fisik serta pengembangan sumber daya air yang terkait dengan potensi cadangan airtanah di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane.

Ruang Lingkup Penelitian Lingkup penelitian ini terbatas pada nilai resistivitas berdasarkan data geolistrik dengan metode Schlumberger, data pada topografi dan peta hidrogeologi. Penelitian ini tidak menghitung masukan air berdasarkan curah hujan. Lingkup penelitian adalah di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane dari hulu sampai hilir. Cakupan penelitian adalah : 1. Menentukan batas DAS Cisadane berdasar peta geologi, hidrogeologi, jenis tanah dan peta topografi. 2. Menaganalisis satuan geologi di DAS Cisadane. 3. Menentukan potensi cadangan airtanah di DAS Cisadane.

3

TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai (DAS) Semakin besar ukuran suatu DAS maka semakin besar air limpasan yang dihasilkannya. Tetapi, baik laju maupun volume air limpasan per satuan wilayah dalam DAS tersebut turun apabila luas daerah tangkapan air (catchment area) bertambah besar. Semakin besar luas DAS, ada kecenderungan semakin besar jumlah curah hujan yang diterima. Tetapi beda waktu (time lag) antara puncak curah hujan dan puncak hidrograf aliran menjadi lebih lama. Demikian pula waktu yang diperlukan untuk mencapai puncak hidrograf dan lama waktu untuk keseluruhan hidrograf aliran juga menjadi lebih panjang. Bentuk DAS yang memanjang dan sempit cenderung menurunkan laju air limpasan daripada DAS berbentuk melebar walaupun luas keseluruhan dari kedua DAS tersebut sama. Adapun kerapatan drainase, yaitu jumlah dari panjang seluruh aliran air/sungai (km) dibagi luas DAS (km2), sangat berpengaruh terhadap kecepatan air limpasan. Semakin tinggi kerapatan drainase maka semakin besar kecepatan air limpasan untuk curah hujan yang sama, sehingga debit puncak akan tercapai dalam waktu yang lebih cepat. Akuifer Airtanah (Groundwater) Air permukaan baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sistem Daerah Aliran Sungai (DAS) yang merupakan bagian dari daerah resapan air dan zona resapan air. Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya. Akan tetapi sangat banyak manusia tidak menyadari bahwa bumi ini memiliki air, kurang lebih 1.4 milyar Km3, tetapi 97.5% dari seluruh air di bumi adalah air asin, dan hanya 2.5% berupa air tawar. Air sangat penting bagi kebutuhan manusia. Sumber air yang dapat digunakan hanya 2.5% dari total tersediaanya air di bumi, dan 12 % diantaranya berasal dari sumber airtanah yang langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia karena berada di permukaan bumi seperti danau, telaga, waduk, dan sungai. Sehingga penurunan kualitas dan kuantitas air permukaan akan mengakibatkan permasalahan yang sangat serius karena menyangkut kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya (Kodoatie, 2012). Di Indonesia airtanah mengalir di daerah Cekungan Airtanah (CAT) sebagai soil water dan groundwater dan di daerah non-CAT hanya soil water karena tidak ada groundwater. Di daerah CAT air mengalir di dalam tanah baik di tanah bebas (soil water zone) maupun di tanah dibawahnya (groundwater zone). Di groundwater zone air mengalir pada akuifer baik akuifer bebas (unconfined aquifer) maupun akuifer tertekan (confined aquifer). Di daerah discharge area dari unconfined aquifer yaitu tempat airtanah keluar atau daerah lepasan airtanah dalam satu sistem pembentukan airtanah pada kondisi tertentu bisa menyatu dengan soil water zone.

4

Dengan kata lain pada kondisi topografi tertentu soil water (di tanah bebas) menyatu dengan groundwater. Groundwater zone ini disebut sebagai cekungan airtanah (CAT). Air juga mengalir di daerah Non-CAT baik di dalam tanah maupun di permukaan tanah. Di dalam tanah daerah Non-CAT air mengalir hanya di daerah soil water zone karena tidak ada groundwater zone. Di permukaan tanah daerah CAT maupun Non-CAT air mengalir sebagai aliran permukaan (run-off) di daerah aliran sungai dan di sistem sungainya. Seluruh proses perjalanan air ini secara terus menerus, kontinyu, seimbang dan secara global dikenal dengan istilah siklus hidrologi tertutup (closed system diagram of the global hydrological cycle ). Siklus hidrologi ini dilihat pada suatu lokasi dan situasi tertentu maka siklus hidrologi ini disebut dengan siklus hidrologi terbuka (Kodoatie & Sjarief, 2012). Gambar siklus hidrologi ini ditunjukkan Gambar 1.

Gambar 1. Ilustrasi Proses perjalanan air Kajian airtanah pada suatu wilayah mengenal adanya zona hidrologi dan zona hidrogeologi. Suatu wilayah kajian dapat dibatasi secara hidrologi dengan menelaah keseragaman karakteristik hidrologi yang dimilikinya. Zona hidrogeologi dapat digunakan dalam kajian airtanah adalah Daerah Aliran Sungai (DAS). Pendekatan hidrologi yang digunakan dalam kajian-kajian hidrogeologi, menjadikan proses pengembalian air ke dalam tanah (resapan) sebagai faktor penting dalam pembentukan zona hidrogeologi. Faktor resapan ini melahirkan suatu konsep daerah tangkapan (rechararge area) dan daerah buangan (discharge area) dalam kajian hidrogeologi suatu wilayah.

5

Airtanah Bebas dan Airtanah Tertekan Airtanah dalam akuifer yang tertutup dengan lapisan impermeabel mendapat tekanan dan disebut air tertekan. Airtanah dalam akuifer yang tidak tertutup dengan lapisan impermeabel disebut airtanah bebas atau air tak tertekan. Permukaan airtanah di sumur dari airtanah bebas adalah permukaan air bebas dan permukaan airtanah dari akuifer merupakan permukaan air tertekan. Jadi permukaaan air bebas adalah batas antara zona yang jenuh dengan airtanahdan zona aerasi (tak jenuh) dari atas zona yang jenuh. Air bebas mempunyai suatu keadaan di dalam tanah yang disebabkan oleh kapilaritas. Sebaliknya, permukaan airtanah tertekan itu ditentukan oleh gradien antara titik pemasukan dan titik pengeluaran dan oleh karakteristik dari akuifer. Karakteristik-karakteristik air bebas dan air tertekan disajikan dalam Tabel 1. (Todd dan Mays, 2005) Tabel 1. Perbedaan Airtanah Bebas dan Tertekan Zona Air Air Bebas Akuifer Mempunyai hubungan Dengan zona aerasi Permukaan airtanah Batas antara zona aerasi dan zona jenuh adalah permukaan airtanah bebas. Permukaan air di Permukaan air bebas sumur berubah-ubah perlahanlahan oleh pemompaan atau berhenti. Permukaan itu dipengaruhi dengan pekak oleh curah hujan dan kondisi aliran sungai, tetapi tidak dipengaruhi oleh tekanan udara dan pasang surut Jari-jari pengaruh 150-500 m, terbesar 1.000 m.

Air Tertekan Ditutup dengan lapisan impermeabel Permukaan air tertekan (dengan tekanan)

Variasi permukaan air tertekan menyebar secepat kecepatan suara. Permukaan itu berubah sedikit peka terhadap tekanan udara dan pasang surut. Akan tetapi, dipengaruhi banyak oleh curah hujan dan kondisi aliran sungai.

500-1000 m, untuk jari-jari beberapa km.

Lapisan Permeabel dan Impermeabel Hidrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan air bumi, yang meliputi proses terjadinya air bumi, peredaran, distribusi, sifat-sifat kimia maupun sifat fisiknya, serta reaksi antara air dengan lingkungan sekitarnya, termasuk hubungannya dengan makhluk hidup. Sosrodarsono dan Takeda (2006) menggambarkan hidrologi sebagai ilmu yang digunakan untuk mempelajari presipitasi, evaporasi, transpirasi, aliran permukaan dan airtanah. Hidrogeologi dapat diartikan sebagai geologi air (the geology of water), adalah suatu studi mengenai interaksi antara kerangka batuan dan airtanah. Studi ini menyangkut aspek-aspek fisika dan kimia yang terjadi di dekat atau di bawah permukaan tanah, termasuk transportasi massa, material, reaksi kimia, perubahan

6

temperatur dan lain sebagainya (Kodoatie 2010). Dalam pengelompokan hidrogeologi batuan, beberapa satuan batuan dapat dikelompokan menjadi batuan unit akuifer dan nonakuifer (Hidayat 2008). Pola aliran air bawah permukaan secara ideal, dimana air mengalir di atas lapisan yang bersifat impermeabel (kedap). Lapisan air tersebut adalah kondisi untuk akuifer ideal. Ilustrasi lapisan akuifer di dalam tanah ditunjukkan pada Gambar 2. (Todd dan Mays, 2005)

Gambar 2 Kondisi Akuifer Ideal Litologi adalah ilmu tentang batu-batuan yang berkenaan dengan sifat fisik, kima dan strukturnya. Litologi berfungsi untuk mengetahui batuan penyusun dan lapisan di bawah permukaan tanah. Lapisan yang dapat dilalui dengan mudah oleh airtanah seperti lapisan pasir atau lapisan kerikil disebut lapisan permeabel. Lapisan yang sulit dilalui airtanah seperti lapisan lempung atau lapisan silt disebut lapisan kedap air (aquiclude) dan lapisan yang menahan air seperti lapisan batuan (rock) disebut lapisan kebal air (aquifuge), kedua jenis lapisan tersebut disebut lapisan impermeabel. Hardiyatmo (2006) menyatakan istilah mudah meloloskan air (permeable) ditujukan untuk tanah yang memang benar-benar mempunyai sifat meloloskan air. Sebaliknya, tanah disebut kedap air (impermeable), bila tanah tersebut mempunyai kemampuan meloloskan air yang sangat kecil. Lapisan permeabel yang jenuh dengan airtanah disebut juga akuifer (lapisan pengandung air). Aquiclude (impermeable layer) adalah suatu lapisan-lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang impermeabel dengan nilai konduktivitas hidrolik yang sangat kecil sehingga tidak memungkinkan air melewatinya. Dapat dikatakan juga merupakan lapisan pembatas atas dan bawah suatu confined aquifer. Aquitard (semi impervious layer) adalah suatu lapisan-lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang permeabel dengan nilai konduktivitas hidrolik yang kecil namun masih memungkinkan air melewati lapisan ini walaupun dengan gerakan yang lambat. Dapat dikatakan juga merupakan lapisan pembatas atas dan bawah suatu semi confined aquifer. Akuifer dibedakan menjadi akuifer bebas (unconfined aquifer), akuifer tertekan (confined aquifer), akuifer semi bebas (semi unconfined aquifer), akuifer semi tertekan (semi unconfined aquifer), dan akuifer menggantung (perched aquifer).

7

Akuifer bebas merupakan akuifer airtanah bebas yang mempunyai lapisan dasar kedap air, tetapi bagian atas muka air tidak kedap air, sehingga kandungan airtanah bertekanan sama dengan tekanan udara bebas/atmosfir. Akuifer tertekan adalah akuifer yang memiliki tekanan airtanah yang lebih besar dari tekanan udara bebas/tekanan atmosfir, karena bagian bawah dan atas dari akuifer ini tersusun dari lapisan kedap air (biasanya tanah liat). Semi confined aquifer merupakan akuifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas berupa aquitard dan lapisan bawah berupa aquiclude. Pada lapisan pembatas dibagian atas, karena bersifat aquitard masih terdapat air yang mengalir ke akuifer tersebut (influx) walaupun konduktivitas hidroliknya jauh lebih kecil dibandingkan konduktivitas hidrolik pada akuifer. Tekanan air pada akuifer lebih besar dari tekanan atmosfer. Semi unconfined akuifer merupakan akuifer yang jenuh air. Lapisan pembatas yang merupakan aquitard hanya terdapat pada bagian bawah dan tidak ada pembatas aquitard di lapisan atas. Pembatas di lapisan atas berupa muka airtanah, dengan kata lain merupakan akuifer yang mempunyai muka airtanah. Akuifer menggantung (perched aquifer) merupakan akuifer yang terletak di atas suatu lapisan formasi geologi kedap air. Biasanya terletak bebas di suatu struktur tanah dan tidak berhubungan dengan sungai. Akuifer ini terpisah pada akuifer utama dan dilapisi oleh lapisan yang relatif kedap air dengan penyebaran terbatas. Kapasitasnya tergantung dari pengisian air dari sekitar dan juga luasnya lapisan geologi yang kedap air tersebut (Asra 2012). Eksploitasi airtanah dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya dengan eksploitasi secara suface dan sub surface. Metode eksploitasi surface dapat menggunakan berbagai konfigurasi. Konfigurasi yang sering digunakan diantaranya menggunakan konfigurasi Schlumberger: Konduktivitas Hidrolik Konduktivitas hidrolik atau kelulusan air menurut Todd dan Mays (2005) adalah kemampuan batuan untuk meluluskan air di dalam rongga-rongga batuan tanpa mengubah sifat-sifat airnya. Konduktivitas hidrolik diperlukan untuk mengetahui kecepatan air dalam memasuki suatu permukaan tanah. Susunan tanah yang berbeda-beda pada tiap lokasi mempengaruhi kecepatan air dalam mengisi airtanah. Konduktivitas hidrolik sering disebut sebagai permeabilitas atau koefisien permeabilitas. Konduktivitas hidrolik merupakan tingkat dimana airtanah mengalir melalui satuan luas akuifer di bawah gradien unit hidrolik. Konduktivitas hidrolik memiliki dimesi kecepatan (LT-1) dengan tipikal unit seperti ft/hari, gal/(hari.ft2), m/detik, cm/detik, atau m/hari. Parameter hidrogeologi dasar, seperti konduktivitas hidrolik dapat diukur dengan menggunakan beberapa contoh kecil yang dikumpulkan selama kegiatan pengeboran di daerah tertentu. Jika sampel tidak terganggu, hasil pengukuran dapat mewakili nilai konduktivitas hidrolik di titik tersebut (Kusnandar 2012). Nilai konduktivitas hidrolik pada masing-masing tanah penyusun disajikan pada Tabel 2. (Todd dan Mays, 2005)

8

Tabel 2 Nilai konduktivitas hidrolik Material Kerikil Kasar Kerikil sedang Kerikil halus Sand, coarse Pasir sedang Pasir halus Lumpur (endapan) Lempung Batu berpasir, fine-grained Pasir lempungan, medium-grained Limestone Dolomite Dune sand Loess Peat Schist Slate Till, predominantly sand Till, predominantly gravel Tufa Basal Gabro lapuk Granit lapuk

Koduktivitas Hidrolik m/day 150 270 450 45 12 2.5 0.08 0.0002 0.2 3.1 0.94 0.001 20 0.08 5.7 0.2 0.00008 0.49 30 0.2 0.01 0.2 1.4

Konfigurasi Tahanan Jenis Schlumberger Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya, sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar maka jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak AB. Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan tegangan pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama jika jarak AB yang relatif jauh, sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai karakteristik high impedence dengan akurasi tinggi yaitu yang dapat menampilkan tegangan minimal empat digit atau dua digit di belakang koma. Atau dengan cara lain diperlukan peralatan pengiriman arus yang mempunyai tegangan listrik DC yang sangat tinggi. Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah kemampuan untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2. Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN dapat dipercaya, maka ketika jarak AB relatif

9

besar hendaknya jarak elektroda MN juga diperbesar. Pertimbangan perubahan jarak elektroda MN terhadap jarak elektroda AB yaitu ketika pembacaan tegangan listrik pada multimeter sudah demikian kecil, misalnya 1.0 miliVolt. Umumnya perubahan jarak MN dapat dilakukan bila telah tercapai perbandingan antara jarak MN berbanding jarak AB = 1 : 20. Perbandingan yang lebih kecil misalnya 1:50 dapat dilakukan bila mempunyai alat utama pengirim arus yang mempunyai keluaran tegangan listrik DC sangat besar, katakanlah 1000 Volt atau lebih, sehingga beda tegangan yang terukur pada elektroda MN tidak lebih kecil dari 1.0 miliVolt. Konfigurasi Sclumberger dapat dilihat pada Gambar 3. (Todd dan Mays, 2005)

Gambar 3. Konfigurasi Schlumberger. Menurut Patra (1999), untuk menghitung nilai resistivitas semu, diperlukan suatu bilangan faktor geometri (K) yang tergantung pada jenis konfigurasi, jarak AB/2 dan MN/2. Perhitungan bilangan konstanta (K) dilakukan dengan rumus Schlumberger dan Wenner: …………………………………………...………………………(1) *(

)

(

)+

…………………………………(2)

Keterangan rumus : AM = Jarak antara elektroda arus (A) dan tegangan (M) (m) BM = Jarak antara elektroda arus (B) dan tegangan (M) (m) AN = Jarak antara elektroda arus (A) dan tegangan (N) (m) BN = Jarak antara elektroda arus (B) dan tegangan (M) (m) π = 3.141592654 ρa = Apparent Resistivity (Ω m) k = Faktor geometri (meter) V = Tegangan listrik pada elektroda MN (mV) I = Arus listrik yang diinjeksikan melalui elektroda AB (mA)

10

METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di DAS Cisadane mulai dari hulu sampai hilir. Lokasi penelitian meliputi wilayah Tangerang, Bogor dan Jakarta. Pengambilan data dilakukan dari September sampai November 2014. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian adalah berupa data primer, data sekunder dan alat hitung serta software pendukung. Data primer yang digunakan antara lain data pengukuran lapang berupa data geolistrik. Data sekunder yang digunakan berupa data peta yang tersedia. 1. Alat geolistrik yang digunakan:  Geolistrik Earth Resitivity meter type SAZ 3000 G100  Kabel sepanjang 500 m sebanyak empat unit untuk elektroda arus  Kabel sepanjang 300 m sebanyak empat unit untuk elektroda potensial  Elektoda arus sebanyak dua unit elektroda arus dan dua elektroda potensial  Palu sebanyak empat unit  AVO meter empat unit  Palu sebanyak delapan unit  Alat komunikasi sebanyak 3 unit  GPS 2. Seperangkat komputer beserta perlengkapannya dan software Progress Version 3.0 dan IP2WIN untuk pengolahan data geolistrik, software surfer 10 untuk menentukan kontur dan sebaran aliran, Autocad 2013 untuk menggambar borlog dan GIS 10.0 untuk menentukan batas DAS.

Prosedur Analisis Data Analisis Data Geolistrik Analisis data meliputi analisis penentuan faktor geometri untuk mendapatkan tahanan semu (apparent resitivity) yang nantinya akan diolah menggunakan software progress version 3.0 dan IP2WIN. Dari pengolahan dengan program, maka akan didapatkan ketebalan akuifer di lokasi penyelidikan serta tahanan jenisnya. Penentuan akuifer dapat dilihat dari besarnya tahanan jenis setelah dilakukan pengolahan. Setelah tahanan jenis dihitung, maka dapat diketahui jenis tanah penyusun lapisan tersebut dengan membandingkan hasil pengukuran dengan literatur serta peta geologi. Akuifer pada suatu lapisan terdapat pada lapisan berpasir atau porous. Dengan mengetahui ketebalan akuifer, maka dapat diketahui pola sebaran akuifer di DAS Cisadane. Analisis data meliputi analisis penentuan faktor geometri dengan menggunakan persamaan berikut : 𝜌

(

𝐴𝐵 2 ) 2

𝑀𝑁 2 ) 2

(

𝑀𝑁

×

∆𝑉 𝐼

……………………………………………………………….(3)

11

dimana : AB MN ∆V I

= Tahanan jenis semu dalam satuan Ω m. = Jarak antara dua elektrode arus dalam satuan meter. = Jarak antara dua elektrode potensial dalam satuan meter. = Perbedaan potensial dalam satuan volt atau milivolt. = Kuat arus yang dialirkan dalam satuan amper atau mA.

Tabel 3 Nilai Tahanan Jenis Batuan Tahanan Jenis (Ω m) Perkiraan Litologi 20 - 250 Tanah penutup 25 Breksi pasir < 15 Lempung 30 – 200 Breksi pasiran 60 – 400 >300

Sifat Hidrogeologi Permeabitas rendah Akuifer Nir akuifer Akuifer

Breksi/lava Breksi Volkanik Padu

Setelah nilai resistivitas dihitung, maka dapat diketahui lapisan batuan tersebut. Penentuan tersebut didasarkan pada Tabel 3(Anonim,2008). Akuisisi data geolistrik pada penelitian ini digunakan konfigurasi Schlumberger dengan electroda potensial dan elektroda arus berjalan untuk mendapatkan variasi ke arah kedalaman (sounding). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan matching curve/fitting curve model inversi dari software (Progress Version 3.0) untuk pendekatan harga resistivitas antara kurva lapangan dan kurva teori yang paling cocok. Airtanah terdapat pada lapisan akuifer yang memiliki ciri-ciri tersusun atas batuan pasir. Dengan mengetahui litologi lapisan tanah maka dapat diduga sebaran dan ketebalan lapisan akuifer di lokasi penelitian. Pendugaan lapisan akuifer didapatkan dengan metode tahanan jenis,maka untuk menganalisa kebenaran hasil pendugaan tersebut dibandingkan dengan data hasil pengeboran. Dengan membandingkan data-data tersebut akan diketahui sebaran akuifer bebas dan dalamnya. Secara umum, diagram alir penelitian menggunakan peralatan geolistrik pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4. Pengumpulan data sekunder umumnya berupa peta-peta yang dibutuhkan. Peta topografi, geologi, hidrogeologi, dan peta DAS Cisadane di overlay dengan peta sehingga dapat diketahui batas DAS Cisadane secara geologi, hidrogeologi. Input data hasil pengukuran geolistrik berupa karakteristik akuifer pada DAS Cisadane, maka didapatkan nilai konduktivitas hidrolik, gradient hidrolik, tebal dan sebaran akuifer. Perhitungan potensi airtanah menggunakan persamaan Darcy. Penentuan titik pengukuran berdasarkan kondisi geologi dan hidrogeologi DAS. Pengukuran geolistrik mengorientasikan kondisi topografi dilapangan. Pemilihan konfigurasi didasarkan kebutuhan data. Untuk mendapatkan tahanan jenis secara vertikal, biasanya dilakukan dengan menggunakan konfigurasi Schlumberger.

12

Analisis Airtanah Analisis airtanah dalam akuifer berasal dari air infiltrasi. Aliran airtanah dari akuifer bagian hulu ke hilir. Setiap batuan memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk meloloskan air sehingga pergerakan airtanah juga dipengaruhi oleh kondisi batuan yang ada di dalam tanah. Salah satu parameter yang digunakan dalam perhitungan debit air dengan persamaan Darcy adalah konduktivitas hidrolik. Konduktivitas hidrolik (K) sering disebut juga sebagai permeabilitas atau koefisien permeabilitas. Konduktivitas hidrolik merupakan tingkat dimana airtanah mengalir melalui satuan luas akuifer atau akuitar di bawah gradien unit hidrolik. Pola sebaran airtanah dianalisis menggunakan software Surfer 10 sehingga didapatkan kontur tanah dan flownet (aliran airtanah). Aliran airtanah berfungsi untuk menunjukkan arah air mengalir. Penentuan batasan DAS dianalisis dengan bantuan software GIS 10.0 dan dikombimasikan dengan peta hidrogeologi dan geologi untuk mendapatkan gambaran peta cakupan DAS dalam penentuan prediksi cadangan airtanah di DAS Cisadane. Persamaan Darcy digunakan dalam proses analisis data dalam pendugaan cadangan airtanah baik akuifer bebas maupun akuifer dalam. Persamaan didekati menggunakan rumus : …………………………………………………………….…..(4) dimana : ……………………………………………………………………….(5) ………………………………………….………………(6) ………………………………………………...(7) Keterangan : Q = Debit (m3/hari), K = Konduktivitas hidrolik (m/hari), i = Gradien hidrolik = Beda kedalaman muka airtanah (m), = Panjang lintasan airtanah (m), A = Luas penampang akuifer (m), W = Lebar penampang akuifer (m), bakuifer = Ketebalan Akuifer (m), Secara umum konsep penentuan airtanah dapat dilihat pada diagram alir Gambar 5 dan Aplikasi penerapan Darcy di lapangan dapat dilihat pada Gambar 6. (Kusnandar, 2012)

13

Peta Hidrogeologi

Mulai

Peta Geologi Input Data Peta topografi

Peta Tanah Digitasi

Batas DAS Data Geolistrik

Peta Geologi Digitasi Peta topografi

Lokasi Pengukuraan Data Akuifer (Tebal, Luas, Jenis, Kemiringan)

Metode Dinamis Pers. Darcy K, ∂h,∂l

Potensi Cadangan Airtanah

Evaluasi

Selesai Gambar 4 Diagram Alir Pengukuran Geolistrik

14

Mulai

-

Input Data Peta Hidrogeologi Peta Geologi Peta Topografi Peta Administrasi

Pengukuran Geolistrik

Karakteristik akuifer

Tinggi muka airtanah

Flownet (Jejaring Aliran)

( Persamaan Darcy ) Prediksi potensi cadangan airtanah

Selesai

Gambar 5 Diagram Perhitungan Airtanah

15

Gambar 6 Aplikasi Persamaan Darcy di Lapangan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane. Secara geografis terletak pada 106028„50” – 106056„0” BT dan 600‟59”- 6047„02” LS. Secara administratif DAS Cisadane terletak di Kabupaten Bogor, Kotamadya Bogor, Kabupaten Tangerang dan Kotamadya Tangerang dengan luasan areal DAS Cisadane sebesar 151 808 ha. DAS Cisadane berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, DAS Cimandiri bagian selatan, DAS Ciliwung dan DAS Kali Angke di sebelah timur dan DAS Cimanceri di sebelah baratnya. DAS Cisadane terbagi atas tujuh Sub-DAS yaitu Sub-DAS Cisadane Hulu, Ciapus, Ciampea Cihideung, Cianten, Cikaniki, Cisadane Tengah dan Cisadane Hilir. Sumber air DAS Cisadane berasal dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dan Taman Nasional Halimun Salak. Aliran sungai Cisadane mengalir sejauh 1047 km dari kawasan hulu hingga hilir. Berdasarkan topografinya, bagian hulu DAS Cisadane merupakan daerah berbukit dengan ketinggian mencapai 3000 mdpl. Bagian hilir sampai bagian tengah merupakan daerah datar hingga

16

bergelombang. DAS Cisadane bagian hulu meliputi Kabupaten Bogor. Gambaran cakupan DAS Cisadane ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7 Peta administrasi DAS Cisadane Geologi dan Hidrogeologi Geologi Berdasarkan tatanan geologi DAS Cisadane dan peta Geologi lembar Bogor dengan skala 1 : 100 000 termasuk kedalam dua zona fisiografi, diantaranya zona Bogor yang dicirikan dicirikan oleh adanya tinggian yang terdiri dari sedimen tua menyembul di antara endapan vulkanik. Batas kedua zona tesebut di lapangan tidak terlalu jelas karena tertutup oleh endapan gunung api Kuarter. Batuan tertua menempati secara berurutan ditutupi oleh batuan yang lebih muda yang tersingkap pada bagian utara dan selatan. Formasi geologi yang terdapat di DAS Cisadane terdiri dari Qa, Qav, Tmb, Tpg, Tpss, QTvb, Qv, Qvas. Gambaran peta geologi ditunjukkan pada Gambar 8.

17

Gambar 8 Peta Geologi DAS Cisadane Gambar 8 merupakan peta hasil digitasi peta geologi lembar Bogor, Tangerang dan Jakarta. . Formasi geologi disimbolkan Qa, Qav, Tmb, Tpg, Tpss, QTvb, Qv, Qvas yang merupakan formasi dominan di DAS Cisadane, formasi ini banyak didominasi oleh kerakal, kerikil, lempung berpasir serta lempung dari endapan sungai. Formasi geologi ini menunjukkan adanya pergerakan air yang berada di dalam tanah. Hidrogeologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane dengan daerah tangkapan seluas 151 808 ha, merupakan salah satu sungai utama di Propinsi Banten dan Jawa Barat. Fluktuasi aliran Sungai Cisadane sangat bergantung pada curah hujan di daerah tangkapannya (catchment area). Aliran yang tinggi terjadi saat musim hujan dan menurun saat musim kemarau. Secara umum DAS Cisadane didominasi dengan struktur batuan dengan kondisi akuifer produktif kecil di beberapa wilayah dan struktur batuan cukup besar didominasi oleh akuifer produktif untuk kawasan Tangerang dan Bogor. Berdasarkan peta hidrogeologi akuifer di DAS Cisadane terdiri dari komposisi pasir lempungan dan lempung pasiran dengan ketebalan 3 - 10 meter untuk lapisan yang mengandung airtanah dalam. Muka airtanah statis berada pada kisaran 0.5 - 14.2 meter bawah muka tanah (bmt) setempat. Peta hidrogeologi DAS Cisadane ditunjukkan pada Gambar 9.

18

Gambar 9 Peta Hidrogeologi DAS Cisadane Berdasarkan peta hodrogeologi lembar Bogor, Tangerang dan Jakarta menunjukkan produktivitas akuifer kecil lebih mendominasi daripada akuifer produktif. Akuifer produktivitas kecil dapat dilihat pada peta hidrogeologi dengan warna coklat muda. Akuifer produktif disimbolkan dengan warna hijau sedangkan akuifer langka ditunjukkan dengan warna coklat tua. Akuifer produktif terletak di sebagian daerah Timur Gunung Gede Pangrango dan sebelah Utara kaki Gunung Salak dengan luah sumur 5-25 liter/detik, dimana sumber air berasal dari Gunung Gede Pangrango dan kaki Gunung Salak dengan ketebalan akuifer 2-77 meter. Akuifer produktivitas kecil memiliki luah sumur kurang dari 5 liter/detik, akuifer jenis ini mendominasi dibagian tengah DAS Cisadane. Akuifer airtanah langka memiliki luasan yang cukup kecil sehingga tidak benyak dijumpai potensi airtanah. Arah Aliran Airtanah Kondisi tanah yang memiliki kemiringan memungkinkan terjadi pergerakan airtanah pada akuifer. Untuk mengetahui pergerakan airtanah, maka perlu mengetahui nilai dari gradien hidrolik, konduktivitas hidrolik dan pola garis aliran airtanah (flownet). Gradien hidrolik dapat diperoleh dengan melakukan pembagian antara beda kedalaman muka air tanah (meter) dengan panjang lintasan airtanah (meter). Garis aliran (flownet) ditujukan untuk mengetahui arah pergerakan airtanah. Dengan mengetahui pergerakan airtanah, maka dapat digunakan sebagai daerah resapan (recharge area) dan daerah tangkapan air (discharge area). Selain itu dengan mengetahui arah aliran dapat juga digunakan sebagai acuan perhitungan cadangan airtanah pada DAS Cisadane. Pengolahan data digunakan software Surfer 10 dengan data inputan koordinat dan elevasi daerah penelitian. Gambar aliran airtanah ditunjukkan pada Gambar 10 dan Gambar 11.

19

U mdpl

Gambar 10 Flownet 2D pada DAS Cisadane

Gambar 11 Flownet 3D pada DAS Cisadane

20

Gambar 10 dan Gambar 11 menunjukkan bahwa aliran air tanah diprediksi mengalir dari arah Selatan ke Utara. Bagian Selatan merupakan daerah resapan air (recharge area) yang berfungsi sebagai daerah tangkapan hujan, sedangkan daerah utara merupakan daerah tangkapan air (discharge area). Hal ini ditujukkan pada arah aliran air yang mengalir dari elevasi tinggi ke elevasi yang lebih rendah. Terdapat cekungan pada beberapa bagian, cekungan itu merupakan wadah atau tempat berkumpulnya air tanah yang dikenal dengan Cekungan Air tanah. Cekungan air tanah di lokasi penelitian merupakan kondisi akuifer setempat yang cukup tebal dan memungkinkan terjadinya berkumpulnya air tanah. Daerah Aliran Sungai lebih dikenal sebagai daerah yang memanfaatkan potensi air tanah karena daerahnya relatih banyak yang tidak bertopografi tinggi.

Karakteristik akuifer Interpretasi data geolistrik dilakukan untuk mengetahui penampang vertikal lapisan tanah. Penampang vertikal lapisan tanah sering disebut sebagai borlog atau diagram pagar. Borlog dapat mengukur ketebalan akuifer dan kedalaman akuifer di daerah pengukuran. Berdasarkan data kedalaman akuifer, ketebalan akuifer, dan data borlog, maka akuifer bebas dan akuifer tertekan dapat diketahui sebagai berikut: 1.

2.

Akuifer bebas (unconfined aquifer) Akuifer bebas didominasi oleh pasir, pasir kasar. Batas atas lapisan tersebut dapat ditemui pada kedalaman kisaran antara 2-9.2 meter bmt. Lapisan ketebalan akuifer berkisar 6–31 meter. Nilai konduktivitas hidrolik pada akuifer bebas bernilai 2.5–45 m/hari. Nilai konduktifitas hidrolik diperoleh dari hasil rata-rata litologi batuan yang mendominasi di lokasi penelitian. Litologi yang mendominasi diantaranya adalah endapan, pasir kasar dan pasir sedang. Dari hasil perhitungan didapatkan konduktifitas hidrolik di lokasi penelitian sebesar 19.8 meter/hari Akuifer tertekan (confined aquifer) Akuifer didominasi oleh pasir, lempung pasiran dan pasir kasar. Batas atas lapisan tersebut dapat ditemui pada kedalaman antara 30.2–68.83 meter bmt. Lapisan ketebalan akuifer berkisar 11–70 meter. Nilai konduktivitas hidrolik pada akuifer tertekan bernilai 2.5–150 meter/hari. Beberapa tempat tidak memiliki akuifer produktif sehingga tidak banyak dijumpai air tanah dalam. Nilai konduktifitas hidrolik diperoleh dari hasil rata-rata litologi batuan yang mendominasi di lokasi penelitian. Litologi yang mendominasi diantaranya adalah kerikil kasar, batu pasir pori-pori sedang dan tufa. Dari hasil perhitungan didapatkan konduktifitas hidrolik di lokasi penelitian sebesar 51.1 meter/hari

Prediksi Cadangan Airtanah Akuifer merupakan suatu lapisan yang dapat meloloskan air yang berada pada tanah (Kodoatie & Sjarief, 2012). Akuifer dibedakan menjadi akuifer bebas (unconfined aquifer), akuifer tertekan (confined aquifer). Akuifer bebas merupakan

21

akuifer air tanah bebas yang mempunyai lapisan dasar kedap air, tetapi bagian atas muka air tidak kedap air, sehingga kandungan air tanah bertekanan sama dengan tekanan udara bebas/atmosfir. Akuifer tertekan adalah akuifer yang memiliki tekanan air tanah yang lebih besar dari tekanan udara bebas/tekanan atmosfir, karena bagian bawah dan atas dari akuifer ini tersusun dari lapisan kedap air (biasanya tanah liat atau batuan keras). Lokasi pengukuran didasarkan pada peta geologi dan hidrogeologi kemudian di sesuaikan dengan dengan batas DAS Cisadane. Titik lokasi pengukuran ditunjukkan pada Gambar 12.

Gambar 12 Titik Lokasi Pengukuran Geolistrik Hasil dari data geolistrik yang diolah menggunakan software progress version 3.0 didapatkan gambar borlog sebagai berikut yang disajikan pada Lampiran 1, Lampiran 2 dan Lampiran 3. Sedangkan gambar perkiraan arah letak air tanah pada penampang melintang dari selatan ke utara, ditunjukkan pada Lampiran 4. Penarikan garis lintasan akuifer didasarkan pada jejaring aliran (flownet) dan berdasarkan batas DAS Cisadane. Penentuan titik-titik geolistrik ditentukan dengan memeperhatikan posisi akuifer pada peta hidrogeologi dan geologi dari hasil digitasi yang telah dilakukan.

22

Gambar 13 Notasi pada Borlog Gambar 13 menunjukkan bebas atas (Z1) merupakan lapisan teratas dari airtanah bebas yang berada pada akuifer bebas, sedangkan bebas bawah (Z2) merupakan lapisan paling bawah dari airtanah bebas yang berada pada akuifer bebas. Selisih dari Z1 dan Z2 akan menghasilkan ketebalan dari akuifer bebas tersebut. Tertekan atas (Z3) merupakan lapisan teratas dari airtanah dalam yang berada pada akuifer tertekan, sedangkan tertekan bawah (Z4) merupakan lapisan paling bawah dari airtanah dalam yang berada pada akuifer tertekan. Selisih dari Z3 dan Z4 merupakan ketebalan akuifer tertekan. Dengan mengetahui litologi lapisan tanah maka dapat diduga sebaran dan ketebalan lapisan akuifer di lokasi penelitian. Airtanah biasanya terdapat pada lapisan akuifer yang memiliki ciri-ciri tersusun atas batuan pasir. Analisis airtanah dalam akuifer berasal dari air infiltrasi. Aliran air tanah dari akuifer berasal dari bagian hulu ke hilir. Setiap batuan memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk meloloskan air sehingga pergerakan airtanah juga dipengaruhi oleh kondisi batuan yang ada di dalam tanah. Salah satu parameter yang digunakan dalam perhitungan debit air dengan persamaan Darcy adalah konduktivitas hidrolik. Konduktivitas hidrolik (K) sering disebut juga sebagai permeabilitas atau koefisien permeabilitas. Konduktivitas hidrolik merupakan tingkat dimana air tanah mengalir melalui satuan luas akuifer atau akuitar di bawah gradien unit hidrolik. Pola sebaran air tanah dianalisis menggunakan software Surfer 10 dengan menggunakan metode kriging sehingga didapatkan kontur tanah dan flownet (aliran air tanah). Aliran air tanah berfungsi untuk menunjukkan arah air mengalir. Penentuan batasan DAS dianalisis dengan bantuan software GIS 10.0 dan dikombimasikan dengan peta hidrogeologi dan geologi untuk mendapatkan gambaran peta cakupan DAS dalam penentuan prediksi cadangan air tanah di DAS Cisadane. Persamaan Darcy digunakan dalam proses analisis data untuk menduga cadangan air tanah baik pada akuifer bebas maupun akuifer tertekan. Parameter yang digunakan untuk mengisi persamaan tersebut adalah konduktivitas hidrolik, gradien

23

hidrolik serta luas penampang akuifer. Luas penampang akuifer dihitung dengan dengan mengalikan nilai lebar penampang akuifer (W) dengan ketebalan akuifer (b). 2 Luas penampang akuifer bebas didapatkan sebesar 914 100 m sedangkan akuifer dalam sebesar 1 664 400 m2 . Gradien hidrolik dapat diperoleh dengan membagi beda kedalaman muka air tanah dengan panjang lintasan air tanah. Berdasarkan Todd dan Mays (2005). Tabel 4 merupakan nilai parameter Darcy yang didapatkan dari perhitungan. Tabel 4 Nilai Parameter Persamaan Darcy Parameter Konduktivitas hidrolik (K) (m/hari) Ketebalan lapisan (b) (m) Lebar penampang akuifer (W) (m) Beda kedalaman muka air tanah (δh) (m) Panjang lintasan air tanah (δL) (m)

Akuifer Bebas 19.8 30 30 470 1252 102 800

Akuifer Dalam 51.1 38 43 800 880 102 800

. Panjang lintasan air tanah dan panjang penampang akuifer diperoleh dengan menggunakan Gambar 12. Ketebalan lapisan akuifer diperoleh dari hasil rata-rata kandungan lapisan akuifer di titik lokasi penelitian, sehingga dapat mewakili ketebalan akuifer yang ada. Untuk memperoleh nilai debit dengan menggunakan persamaan Darcy dibutuhkan nilai luas penampang akuifer, dimana luas akuifer diperoleh dengan mengalikan ketebalan lapisan akuifer dengan panjang penampang akuifer. Tabel 5. Prediksi Potensi Cadangan Airtanah Jenis Akuifer Akuifer Bebas Akuifer Dalam

Prediksi Potensi Cadangan Airtanah (m3/hari) 220 439.70 728 061.67

Prediksi Potensi Cadangan Airtanah (m3/detik) 2.55 8.43

Tabel 5 merupakan pengukuran potensi cadangan air tanah dengan menggunakan persamaan Darcy , diperoleh nilai cadangan air tanah pada DAS Cisadane untuk air tanah bebas sebesar 2.46 m3/detik dan air tanah dalam sebesar 8.64 m3/detik. Penggunaan air tanah secara berlebihan dapat menyebabkan berbagai dampak negatif. Penggunaan air tanah menurut pemantauan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Cisadane tergolong dalam zona kritis karena memanfaatkan potensi air tanah secara berlebihan. Dampak negatif yang dapat muncul akibat eksploitasi air tanah ialah penurunan muka air, tanah, intrusi air laut di wilayah pantai, dan menurunnya kualitas air tanah. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan terdapat ketidakseimbangan antara daerah imbuhan dengan daerah lepasan, bertambahnya zona air tanah kritis, dan banyaknya sumur tak berizin. Terdapatnya ketentuan besarnya batasan pengambilan airtanah yang tercamtum dalam Kepmen ESDM Nomor 1451.K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis

24

Pemerintah di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah , maka batasan eksploitasi airtanah yang tergolong kategori aman adalah sebesar kurang dari 40 % dari total ketersediaan airtanah yang tersedia. Dari ketentuan tersebut dapat dihitung besar eksploitasi airtanah yang dapat dilakukan untuk dapat masuk kategori aman. Hasil perhitungan disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Perhitungan Zona Eksploitasi Kategori Aman Jenis Airtanah Akuifer Bebas Akuifer Dalam

Prediksi Potensi Cadangan Airtanah (m3/hari) 220 439.70 728 061.67

Jumlah Eksploitasi Katagori Zona Aman(m3/detik) 88 171.88 291 224.67

Kedalaman sumur airtanah bebas berdasarkan hasil penelitian terletak diantara 2-12 meter bawah muka tanah setempat. Kedalaman sumur didaptkan dari hasil borlog pada survei geolistrik. Berdasarkan kondisi hidrogeologi pada peta didapatkan kedalaman sumur terletak 1.3 m bawah muka tanah setempat. Hal ini menunjukkan perbedaan yang tidak jauh antara hasil penelitian dengan literatur yang ada. Potensi airtanah dalam di Pulau Jawa berdasarkan literatur Kepres No 26 Tahun 2011 didapatkan sebesar 65 m3/hari dengan total luasan wilayah 81 147 km2 dan memiliki 80 Cekungan airtanah. DAS Cisadane memiliki luasan wilayah sebesar 151 808 ha dengan potensi airtanah dalam sebesar 8.43 m3/detik. Potensi airtanah dipengaruhi oleh kondisi hidrogeologis setempat dan Cekungan Air Tanah. Cekungan Air Tanah diberbagai tempat berbeda-beda luasannya. Ketidakseimbangan antara daerah imbuhan dengan daerah lepasan terjadi karena kebutuhan air tanah semakin besar dan air permukaan belum dapat memainkan peran sebagai sumber utama suplai air, terjadinya perubahan fungsi daerah imbuhan, dan maraknya pencurian air tanah menyebabkan volume air yang masuk dan keluar tidak seimbang di area cekungan Airtanah. Dengan demikian, pengelolaan cekungan airtanah harus dilaksanakan dengan mempertimbangkan kapasitas airtanah pada cekungan airtanah, keseimbangan antara imbuhan air di kawasan imbuhan (recharge area) dengan pengambilan airtanah di kawasan pengurasan (discharge area), dan target konservasi dengan pengendalian pengambilan airtanah. Salah satu perangkat dalam pengelolaan airtanah yang berbasis konservasi cekungan airtanah yang berkeadilan dan berkelanjutan.

25

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Formasi geologi yang terdapat di DAS Cisadane didominasi oleh Qa, Qav, Tmb, Tpg, Tpss, QTvb, Qv, Qvas yang pada umumnya mengandung kerakal, pasir dan endapan daerah sungai. 2. Kondisi hidrogeologi banyak didominasi akuifer produktif kecil. Lapisan ketebalan akuifer bebas berkisar 6–31 meter dan lapisan ketebalan akuifer Akuifer dinyatakan sebagai akuifer dalam berkisar 11–70 meter. produktifitas kecil karena memiliki luah sumur kurang dari 5 liter/detik. Akuifer ini mendominasi dari keseluruhan cakupan DAS Cisadane. 3. Prediksi cadangan air tanah bebas dan dalam didapatkan mengunakan persamaan Darcy sebesar 2.55 m3/detik dan 8.43 m3/detik. Saran Berdasarkan hasil penelitian “Prediksi Potensi Cadangan Air Pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane”, saran yang dapat diambil diantaranya : 1. pembuatan sumur resapan di berbagai kawasan yang dirasa memiliki potensi cadangan airtanah yang relatif sedikit, untuk menjaga kondisi tanah di daerah eksploitasi, harus ada batasan jumlah airtanah yang akan dieksploitasi agar tidak terjadi penurunan muka airtanah secara signifikan, 2. konservasi airtanah yang ditujukan untuk menjaga kelangsungan airtanah, daya dukung airtanah, dan fungsi airtanah, apabila akan diadakan eksplorasi airtanah di CAT DAS Cisadane 3. Perlu adanya kajian hidrogeologi yang lebih mendalam di daerah tersebut dan perlu adanya kajian penentuan daerah resapan (recharge area) di CAT DAS Cisadane untuk menjaga keberlangsungan airtanah.

DAFTAR PUSTAKA Al-Salamah IS., Ghazw, YM., Ghumam AR., 2011. Groundwater Modeling of Sag Aquifer Buraydah Al Qassim for Better Water Management Strategis. Environ Monit Assess. 173, 851-860. Anomohanran O. 2013. Geophysical Investigation of Groundwater Potensial in Ukelegbe Nigeria. Journal of Applied Sciences. 119-125. Anonim. 2008. Pengukuran Geolistrik Untuk Menunjang Sumur Resapan KLH. Coreewell. Jakarta. Asra A. 2012. Penentuan Sebaran Akuifer dengan Metode Tahanan Jenis (Resistivity Method) di Kota Tanggerang Selatan, Provinsi Banten. Skripsi. IPB. Balek J. 1989. Groundwater Resource Assessment. Elsevier Science Publishers B.V., Amsterdam, Netherland

26

Bowen R. 1986. Groundwater. Elsevier Applied Science Publishers. London and New York Chow, V.T., Maidment, D.R., Mays, L.W.1988. Applied Hydrology. Mc Graw-Hill, New York, 175 – 198. Dobrin M.B. 1998. Introduction to Geophysical Prospecting, 4rd edition. Mc Graw Hill Book. Co.Singapore. Djijono. 2002. Intrusi Air Laut pada Airbumi Bebas di Wilayah DKI Jakarta. Tesis. Program Pascasarjana, IPB, Bogor. [ESDM] Menteri Energi dan Sumber Daya Alam. 2000. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1451 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaran Tugas Pemerintahan di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah. Jakarta (ID): ESDM. [ESDM] Menteri Energi dan Sumber Daya Alam. 2009. Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rancangan Penetapan Cekungan Air Tanah. Jakarta (ID): ESDM. Fetter C. W., 1994. Applied Hydrogeology. 3rd ed. Prentice Hall, Englewood Cliffd, New Jersey. Hardiyatmo HC. 2006. Penaganan Tanah Longsor dan Erosi. Yogyakarta (ID): UGM Press. Irawan P. 2012. Potensi Cadangan Air tanah di DAS Ciliwung.Tesis. IPB Kashef A.A.I.1987. Ground water Engineering, Me Graw – Hill Book Co, Singapore. Kirsch R. 2009. Groundwater Geophysics a Tool for Hydrogeology. 3th Ed. Berlin (DE). Springer. Kodoatie R.J., Sjarief, R. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Edisi Revisi. Penerbit Andi, Yogyakarta. Kodoatie R.J. 2012.Tata Ruang Air tanah. Yogyakarta. Andi Offset Kusnandar H.2011. Prediksi Potensi Cadangan Air tanah Menggunakan Persamaan Darcy di Kota Tangerang Selatan, Propinsi Banten. Skripsi,IPB.,Bogor. Linsley R.K., J.B. Franzini. 1991. Teknik Sumber Daya Air. Erlangga, Jakarta. Leonard. I. N., Anthony S.E., Cyril N.N., 2013. Geoelectric Survey for Mapping Groundwater Flow Pattern in Okigwe District, Southeastern Nigeria. British Journal of Applied Science & Technology. 482-500. Mays, L.W., 2001. Storm Water Collection Systems Design Handbook. Editor in Chief. McGraw Hill. Mutowal W. 2008. Penentuan Sebaran Akuifer dan Pola Aliran Air tanah Dengan Metode Tahanan Jenis (Resitivity Method) Di Desa Cisalak, Kecamatan Sukmajaya Kota Depok, Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Patra Hari. 1999. Sclumberger Feoelectric Sounding in Ground Water. India. A.A Balkena Publisers. Prasetya D.A. 2013. Prediksi Potensi Cadanagan Air tanah Di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Skripsi. IPB. Putranto T.T., Kusuma, K.I. 2009. Permasalahan Air tanah pada Daerah Urban. Jurnal Teknik 30(1): 48-57.

27

Quener, E.P. 2001. The Effect of Human Interventions on Groundwater Recharge. Paper in Impact of Human Activity on Groundwater Dinamics. Proceeding of Sixth IAHS Scientific Assembly, July 2001, Maastrict, Netherland. IAHS Publ. 269 : 59-56. Saputra R. 2015. Prediksi Cadangan Air tanah Pada Cekungan Air tanah Bogor, Jawa Barat. Skripsi., IPB Schwab, G.O. Frevert R.K., Barnes T. 1968. Soil and Water Conservation Engineering. 3rdedition. Jihn Willey & Sons Inc. New York. Seyhan, E. 1977. Fundamentals of Hydrology. Geografisch Instituut der Rijksuniversiteit te Utrecht, Utrecht. Shimer A.J. 1968. An Introuction to Geology. Appleton Century Crofts,New York. Sosrodarsono S , Takeda K. 2006. Hidrologi untuk Pengairan. Edisi Ke-10. Jakarta (ID): Pradnya Paramita. Srijatno. 1980.Geofisika Terapan. Departemen Fisika ITB, Bandung. Todd, D.K., 1959. Groundwater Hydrology. 1st ed., New York, John Wiley. Todd D.K., 1980. Groundwater Hydrology. 2nd . John Wiley & Sons, New York. Todd D.K., 2005. Groundwater Hydrology. 3nd . John Wiley & Sons, New York. Todd D.K., Mays, L.W., 2005. Groundwater Hydrology. 3rd edition. John Wiley & Sons,Inc UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. UU No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. Vingoe P. 1972. Electrical Resistivity Surveying. Geophysical Memorandum. New York. Walton, W.C. 1970. Groundwater Resources Evaluation. John Wiley and Sons Inc., New York. Ward A. D., W. J. Elliot. 1995. Enviromental Hydrology. CRC Press Inch., Florida Waspodo R.S.B., 2002. Investigasi Air tanah Melalui Geolistrik di Darmaga, Bogor. Buletin Keteknikan Pertanian. 16(1) Waspodo R.S.B., 2002. Permodelan Aliran Air tanah pada Akuifer Tertekan dengan Menggunakan Metode Beda Hingga (Finite Differnce Method) di Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, Bogor. Buletin Keteknikan Pertanian. 16(2):61-68

28

LAMPIRAN

29

Lampiran 1 Borlog Potongan Selatan-Utara

30

Lampiran 2 Borlog Potongan B-B

31

Lampiran 3 Borlog Potongan C-C

32

Lampiran 4 Borlog Penampang Melintang S-U

33

Lampiran 5 Penafsiran Litologi Titik Pengukuran

GL 1

GL 2

GL 3

GL 4

GL 5

GL 6

GL 7

Pendugaan Kedalaman Litologi 0 6 Tanah Penutup 6 9.8 Pasir 9.8 33.3 Lempung Pasir, Kerikil, 33.4 114.3 kerakal 0 2 Tanah Penutup 2 7.8 Lempung 7.8 32 Pasir 32 68 Lempung 68 90 Pasir Pasir 90 119 Lempungan 0 9 Tanah Penutup 9 33.7 Lempung 33.7 48 Pasir kasar 48 53.5 Kerakal 53.5 75 Pasir Kasar 75 121 Pasir 0 2 Tanah Penutup 2 12 Lempung 12 43 Pasir 43 64 Kerakal 0 3 Tanah Penutup 3 12.4 Pasir 12.4 16 Lempung Pasir 16 56 Lempungan 56 112 Kerakal 0 5 Tanah Penutup 5 24.7 Lempung 24.7 65.5 Pasir 65.5 105.3 Kerakal 0 2.1 Tanah Penutup 2.1 8 Lempung 8 47.8 Pasir 47.8 70 Kerakal Pasir 70 112 Lempungan

Perkiraan Hidrogeologi Akuifer Bebas Akuiklud Akuifer Tertekan Akuiklud Akuifer Bebas Akuiklud Akuifer Tertekan Akuifer Tertekan Akuiklud Akuifer Bebas Akuiklud Akuifer Tertekan Akuifer Tertekan Akuiklud Akuifer Bebas Akuiklud Akuifer Bebas Akuiklud Akuifer Tertekan Akuiklud Akuiklud Akuifer Bebas

Akuiklud Akuifer Bebas

Akuifer Tertekan

Ketebalan 6 3.8 23.5 80.9 2 5.8 24.2 36 22 29 9 24.7 14.3 5.5 21.5 46 2 10 31 21 3 9.4 3.6 40 56 5 19.7 40.8 39.8 2.1 5.9 39.8 22.2 42

34

Titik Pengukuran

GL 8

GL 9

GL 10

GL 11

GL 12

GL 13

Kedalaman 0 2 18 32

-

43.3

-

55

-

0 3 8.5

-

37.8

-

0 14.5 34 46.7

-

0 3 24.5

-

39.7

-

0 0.5 24.4 37.4

-

44.5

-

0 3

-

34

-

2 18 32 43.3

Pendugaan Litologi Tanah Penutup Pasir Breksi Lempung

55 Pasir 109 Breksi Tanah 3 Penutup 8.5 Pasir 37.8 Lempung 109 Breksi Tanah 14.5 Penutup 34 Pasir 46.7 tufa 87.6 Pasir Tanah 3 Penutup 24.5 tufa pasiran 39.7 Lempung 78 Pasir Tanah 3 Penutup 24.4 Pasir 37.4 Lempung 44.5 kerakal

Perkiraan Hidrogeologi

Akuifer Bebas Akuifer Bebas Akuiklud Akuifer Tertekan Akuifer Tertekan

Akuifer Bebas Akuiklud Akuifer Tertekan

Akuifer Bebas lapisan kedap Akuifer Bebas

Akuifer Bebas Akuiklud Akuifer Tertekan

Akuifer Bebas Akuiklud

Akuifer 92.4 Pasir Tertekan Tanah 3 Penutup 34 Pasir Akuifer Bebas Pasir 36.8 Lempungan Akuifer Bebas

Ketebalan 2 16 14 11.3 11.7 54 3 5.5 29.3 71.2 14.5 19.5 12.7 40.9 3 21.5 15.2 38.3 3 23.9 13 7.1 47.9 3 31 2.8

35

Titik Pengukuran

GL 14

GL 15

GL 16

GL 17

GL 18

GL 19

Pendugaan Kedalaman Litologi 0 16 Tanah Penutup 16 32.3 Pasir Kerakal 32.3 58 Pasir 58 68 Lempung lempung 68 110.5 pasiran 0 7.4 Tanah Penutup 7.4 27 kerakal kerikil 27 34 Pasir Kerakal 34 48.9 Pasir 48.9 56.7 Lempung 56.7 80 Pasir Kerakal 0 7 Tanah Penutup 7 32 Lempung 32 55 kerakal kerikil 55 80 Pasir Kerakal 0 3 Tanah Penutup 3 7 Pasir Kerakal 7 16 kerakal kerikil 16 25.7 Lempung 25.7 56.7 Pasir Kerakal 0 14 Tanah Penutup 14 18.9 Lempung 18.9 48 Pasir 48 72.5 Pasir Kerakal 72.5 118 Pasir 0 6.7 Tanah Penutup 6.7 27.8 Lempung 27.8 68.6 Pasir Pasir 68.8 112.8 Lempungan

Perkiraan Hidrogeologi Akuifer Bebas Akuifer Bebas Akuiklud Akuifer Tertekan

Ketebalan 16 16.3 25.7 10

Akuiklud Akuifer Tertekan

42.5 7.4 19.6 7 14.9 7.8 23.3 7 25 23 25 3 4 9 9.7 31 14 4.9 29.1 24.5 45.5 6.7 21.1 40.8

Akuifer Tertekan

44

Akuifer Bebas Akuifer Bebas Akuifer Bebas Akuiklud Akuifer Tertekan Akuiklud Akuifer Tertekan Akuifer Tertekan Akuifer Bebas Akuifer Bebas Akuiklud Akuifer Tertekan

Akuifer Tertekan Akuifer Tertekan Akuifer Tertekan

36

Titik Pengukuran

GL 20

GL 21

GL 22

GL 23

GL 24

GL 25

GL 26

Pendugaan Kedalaman Litologi 0 7 Tanah Penutup 7 20 Pasir Kerakal 20 34 Kerakal 34 54 Pasir Kerakal 54 67 Lempung 67 115.6 Pasir 0 2 Tanah Penutup 2 5.7 Pasir 5.7 7.3 Lempung 7.3 20 Pasir 20 48.5 Breksi 48.5 110.5 Lempung 0 10 Tanah Penutup 10 26 Pasir 26 43 Lempung Lempung 43 114 Pasiran 0 13 Tanah Penutup 13 28 Pasir 28 51 Lempung Lempung 51 110 Pasiran 0 16 Tanah Penutup 16 29.5 Pasir 29.5 62.3 Kerakal 62.3 88 Pasir 0 7 Tanah Penutup 7 36.6 Pasir 36.6 70 Kerakal 70 112 Pasir 0 2 Tanah Penutup 2 17 Tufa 17 60 Lempung

Perkiraan Hidrogeologi Akuifer Bebas Lapisan Kedap Akuifer Tertekan Akuiklud Akuifer Tertekan Akuifer Bebas Akuiklud Akuifer Tertekan Akuifer Tertekan Akuiklud Akuifer Bebas Akuiklud Akuifer Tertekan Akuifer Bebas Akuiklud Akuifer Tertekan Akuifer Bebas lapisan Kedap Akuifer Tertekan Akuifer Bebas Lapisan kedap Akuifer Tertekan Akuifer Bebas Akuiklud

Ketebalan 7 13 14 20 13 48.6 2 3.7 1.6 12.7 28.5 62 10 16 17 71 13 15 23 59 16 13.5 32.8 25.7 7 29.6 33.4 42 2 15 43

37

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pati pada tanggal 22 Desember 1990 merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Priya dan Ibu Hartini. Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan SD Sidoharjo, Pati. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pati lulus pada tahun 2006. Tahun 2006 penulis melanjutkan ke pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Pati dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor program S-1 melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI) di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan yang menyelesaikan program sarjana pada tahun 2013. Di tahun 2013 penulis melanjutkan Sekolah Pascasarjana di IPB pada prodi Teknik Sipil dan Lingkungan. Penulis merupakan staf pengajar di Kampus IPB Cilibende pada Program Keahlian Teknik dan Manajemen Lingkungan sejak Bulan September 2014 hingga sekarang. Penulis menjadi tim pengajar pada mata kuliah Matematika, Hidrologi, Gambar Teknik Desain Instalasi Lingkungan, Kualitas Udara, Aplikasi Komputer, SMK3 dan Audit Lingkungan dan Ekolabeling. Penulis melakukan penelitian dengan judul Prediksi Cadangan Airtanah di Daerah Aliran Sungai Cisadane dibawah bimbingan Dr Ir Roh Santoso Budi Waspodo, MT dan Dr Satyanto Krido Saptomo, STP, MSi.