PROSIDING KONGGRES DAN SIMPOSIUM NASIONAL KEDUA MKICS 2007 ISSN : 0216 - 4183
PREPARASI DAN KARAKTERISASI ZEOLIT ALAM UNTUK KONVERSI SENYAWA ABE MENJADI HIDROKARBON Setiadi dan Astri Pertiwi Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus Baru UI Depok-16424, Email:
[email protected] Abstrak Proses aktifasi dan modifikasi merupakan cara untuk meningkatkan kualitas dari zeolit yaitu dengan meningkatkan keasaman pada inti aktif zeolit alam. Aktifasi zeolit alam dilakukan dengan pertukaran ion selama 20-120 jam menggunakan NH4Cl 1M pada temperatur ruang untuk menggantikan ion Ca2+ dengan NH4+ sehingga didapatkan NH4-NZ. Serta kalsinasi pada 600oC selama 2 jam agar struktur zeolit lebih stabil dan lebih tahan pada temperatur reaksi yang cukup tinggi. Peningkatan keasaman dilakukan dengan penambahan Boron oksida (B2O3) dengan cara impregnasi pada permukaan zeolit alam. Hasil dari karakterisasi katalis yang dilakukan meliputi komposisi kimiawi yaitu rasio Si/Al 5,17, %kristalinitas dari zeolit yang telah dipreparasi mengalami peningkatan menjadi 50% dan penambahan B2O3 tidak membentuk senyawa baru (terdispersi merata di permukaan zeolit), keasaman 5%B2O3/HNZ memiliki jumlah keasaman yang tinggi sebesar 3 μmol/oC dan acid strength pada rentang temperatur 375 dan 425oC.Kinerja katalis B2O3/HNZ diuji dengan melibatkannya dalam reaksi konversi senyawa ABE dalam reaktor pipa unggun tetap (packed bed) pada tekanan atmosferik dengan berbagai variasi rasio B2O3 (5,10 dan 15%) dalam zeolit, temperatur operasi (375~480oC). Yield hidrokarbon dari hasil konversi senyawa ABE umumnya menghasilkan %yield hidrokarbon kurang dari 20%. Pada reaksi menggunakan katalis dengan loading 5% B2O3 diperoleh % yield hidrokarbon yang relatif tinggi mencapai 41,9%. B
B
B
Kata kunci: Katalis Zeolit; Proses aktifasi dan karakterisasi; Konversi ABE. 1.
Pendahuluan Teknologi konversi untuk merubah senyawa ABE menjadi produk hidrokarbon aromatis maupun olefin sangat penting dan diperlukan dalam industri petrokimia, karena masih jarang dikembangkan, bahkan teknologi yang ada belum mapan secara industri. Selama ini teknologi konversi senyawa organik masih terfokus pada konversi katalitik melalui proses Methanol To Gasoline Process dengan katalis zeolit sintetik ber inti aktif asam HZSM-5. Kemampuan shape selectivity H-ZSM-5 telah terbukti efektif untuk menghasilkan berbagai senyawa hidrokarbon aromatik maupun olefin pada rentang rantai karbon C1-C10 (Costa et al., 1992). Namun penggunaan katalis jenis sintetik tersebut harganya masih mahal dan memerlukan teknik preparasi dengan ketelitian dan ketepatan yang cukup tinggi. Penambahan Boron oksida pada penelitian ini dilakukan dengan harapan agar bisa membuat ukuran pori lebih seragam sehingga dapat mengatur perubahan dimensi pori zeolit alam mendekati pori dari H-ZSM-5 serta dapat menambah keasaman zeolit. Karena telah diketahui bahwa H-ZSM-5 memiliki kemampuan selektivitas yang tinggi berdasarkan bentuk dan ukuran pori (shape selectivity catalyst) kearah terbentuknya berbagai jenis molekul berdiameter 0.6 nm yang sangat sesuai dengan hidrokarbon aromatik (Setiadi, 2005). Selain itu juga
pengaruh penambahan 25% B2O3 terlihat pada penelitian konversi n-butanol menjadi hidrokarbon C2C4 menghasilkan yield dan konversi yang besar pada semua variasi temperatur reaksi (Setiadi, 2005). Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah: 1. Menunjukkan tingkat keberhasilan preparasi zeolit alam Malang serta modifikasinya untuk proses konversi senyawa ABE menjadi senyawa hidrokarbon. 2. Melakukan karakterisasi terhadap B2O3/HNZ menggunakan XRD (X-Ray Diffraction ) dan metode adsorpsi-desorpsi Ammonia. 3. Menentukan rasio B2O3 /HNZ dan variabel kondisi operasi yang optimum untuk menghasilkan yield dan selektifitas produk yang optimal. 2.
Fundamental Zeolit adalah mineral dengan strukur kristal aluminasilikat yang berbentuk rangka (framework) tiga dimensi, mempunyai rongga dan saluran serta mengandung ion-ion logam seperti Na, K, Mg, Ca dan Fe serta molekul air. Rumus kimia zeolit sebagai berikut: Mc/n [ (AlO2)C (SiO2)d ] . bH2O Pemanfaatan Zeolit sangat luas seperti sebagai adsorben, penukar ion, katalis. Sifat sebagai katalis didasarkan pada adanya ruang kosong yang
C–8–1
PROSIDING KONGGRES DAN SIMPOSIUM NASIONAL KEDUA MKICS 2007 ISSN : 0216 - 4183
dapat digunakan sebagai katalis ataupun sebagai penyangga katalis untuk reaksi katalitik. Bila zeolit digunakan pada proses katalitik maka akan terjadi difusi molekul kedalam ruang kosong antar kristal dan reaksi kimia juga terjadi dipermukaan saluran tersebut. Zeolit merupakan katalis yang cukup efektif digunakan pada proses cracking, isomerization, dan hydrocarbon alkylation. Peran zeolit sebagai katalis berdasarkan pada tiga sifatnya, yaitu: 1) Penyaring molekul, sifat sebagai penyaring molekul yang dimiliki oleh zeolit dapat dimanfaatkan untuk menyeleksi reaktan, hasil antara dan produk akhir yang terlibat dalam proses katalitik oleh katalis zeolit. 2) Pusat asam, adanya pusat asam pada zeolit dapat memberikan medium yang kondusif (lebih reaktif) untuk proses katalitik. 3) Rasio Si/Al, semakin tinggi rasio Si/Al yang tinggi akan menyebabkan keasaman tinggi. Setiap jenis zeolit mempunyai batas rasio Si/Al yang berbeda-beda. Boron oksida (B2O3) merupakan padatan yang mempunyai ukuran partikel yang relatif kecil sehingga dapat terdispersikan secara merata pada permukaan zeolit. Distribusi B2O3 yang merata pada permukaan zeolit akan menjadikan zeolit sebagai katalis yang lebih efektif dan efisien dalam reaksi perengkahan katalitik. Keberadaan B2O3 akan meningkatkan keasaman dari zeolit dikarenakan adanya ikatan permukaan antara B2O3 akan membentuk spesi peroksida (O22-). Katalis dengan keasaman yang tinggi diharapkan akan memiliki aktifitas tinggi dan selektifitas terhadap produk dari hasil reaksi katalitik ABE yang baik. B
Konversi Katalitik Alkohol-Keton Reaksi-reaksi yang mungkin terjadi pada penelitian yang melibatkan senyawa alkohol dan senyawa keton yang akan direaksikan dengan menggunakan katalis Zeolit alam-B2O3adalah reaksi dehidrasi, polimerisasi, reaksi kondensasi aldol, perengkahan (cracking) dan aromatisasi serta terbentuknya kokas. Berikut skema prediksi reaksireaksi yang dapat terjadi pada reaksi konversi butanolaseton menjadi senyawa hidrokarbon dengan katalis H-ZSM-5 (Gambar 1). Produk reaksi yang diperoleh dari konversi katalitik (Gambar 1) adalah: 1. Parafin gas : C1-C4 2. Olefin gas : C2-C4 3. Non aromatik : C5-C10 (hidrokarbon cair) 4. Aromatik : C6-C10 5. C10+ (fraksi berat dengan jumlah atom karbon > 10) 6. Anorganik : CO2, CO dan H2O 7. Coke, endapan katalis 3.
Metodologi
Gambar 1 Skema Reaksi n-Butanol-Aseton Menjadi Parafin(g)
Butanol/ Aceton
Parafin(l)
Cyclisasi Aromatisasi Cycloparaffins Aromatik Olefin(g) Polimerisasi Olefin(l)
+
H2 CO+CO2 +H2O
HidrogenTransfer
Hidrokarbon dengan H-ZSM-5 Secara keseluruhan penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, yakni : A. Tahap Persiapan Katalis dan Sampel Umpan Meliputi pencucian, penyaringan, pengeringan, pertukaran ion, kalsinasi Zeolit Alam Malang (NZ) serta penambahan boron oksida (katalis B2O3/NZ) dengan cara impregnasi. Persiapan sampel umpan dilakukan pencampuran senyawa organik aseton, butanol dan etanol rasio berat 3:6:1. B. Tahap Karakterisasi Katalis Pada tahap ini dilakukan karakterisasi zeolit baik sebelum dan sesudah mengalami preparasi agar diketahui pengaruh perlakuan terhadap sifat dan struktur kristal asalnya. Karakterisasi diawali dengan analisa X-ray Fluorescence (XRF) untuk mengetahui kandungan kimia, karakterisasi spektrum X-ray Diffraction (XRD) untuk mengukur %kristalinitas dari zeolit dan uji keasaman zeolit dengan metode adsorpsi desorpsi amonia. C. Tahap Uji Reaksi Katalis Uji reaksi katalis merupakan tahap yang sangat penting pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana kinerja katalis (performance) dalam melangsungkan reaksi yang diukur dalam besaran konversi dan yield. Data-data konversi dan yield yang diperoleh digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan reaksi konversi. Katalis yang telah dipreparasi dan dikarakterisasi yaitu B2O3/HNZ dikontakkan dengan senyawa campuran ABE. Reaksi konversi katalitik ini dilakukan dalam sebuah reaktor pipa unggun tetap (packed bed) dengan laju alir umpan serta kondisi operasi (tekanan dan temperatur) yang tertentu. Tahap uji reaksi ini akan didapat berbagai produk sampel berbagai kondisi reaksi tersebut yang selanjutnya dilakukan analisa. B
D. Tahap Analisis Hasil Reaksi Merupakan tahapan akhir untuk identifikasi dan analisa terhadap hasil reaksi konversi katalitik yang telah dilakukan, dalam hal ini analisa terhadap komposisi produk dilakukan dengan menggunakan instrumen analisis Gas Chromatograph-Flame Ionized Detector (GC-FID). 4. Hasil dan Pembahasan
C–8–2
PROSIDING KONGGRES DAN SIMPOSIUM NASIONAL KEDUA MKICS 2007 ISSN : 0216 - 4183
Komposisi Kimiawi Zeolit Alam Spektrum hasil analisis dengan XRF dapat dilihat pada gambar 2 dan Komposisi kimiawi (lihat Tabel 1) kandungan Alumina (Al2O3) dan Silika (SiO2) yang merupakan komponen utama pembentuk rangka (framework) dari zeolit alam yaitu sebesar 10,2816 % (wt) untuk alumina dan 53,2322 %(wt) untuk silika. Sehingga perbandingan rasio Si/Al yang dimiliki oleh zeolit alam ini adalah sebesar 5,17, yang menunjukkan kerapatan atom Al pada struktur kerangka kristal zeolit cukup tinggi.
Gambar 3 Spektrum Difraksi Sinar-X Zeolit Mordenit (MOR) sebagai Standar
Gambar 4 Spektrum Difraksi Sinar-X Zeolit Alam Mordenit Asal Malang Gambar 2 Spektrum Hasil Analisis Menggunakan XRF
Chemical Formula Mg Al Si S K Ca Ti Mn Fe Sr
Tabel 1. Hasil Analisa XRF Wt(%) Chemical Formula 1.3434 MgO 7.9040 Al2O3 38.9490 SiO2 0.2282 S 2.3985 K2O 39.9281 CaO 0.5278 TiO2 0.3461 MnO 8.0806 Fe2O3 0.2944 SrO
Wt(%) 1.5965 10.2816 53.2322 0.1267 1.5275 27.6908 0.3802 0.1886 4.8386 0.1374
Kristalinitas Zeolit Alam Malang % kristalinitas zeolit hasil preparasi dikarakterisasi dengan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) serta kemungkinan adanya pembentukan fasa baru selama preparasi maupun modifikasi katalis dengan impregnasi penambahan Boron oksida (B2O3). Berdasarkan Gambar 3 dan 4. yang menunjukkan spektrum XRD zeolit alam Malang dan Mordenit sintetik. Secara jelas dapat diketahui berbagai posisi puncak-puncaknya berada pada rentang sudut difraksi (2θ) antara. 20-45°. Perhitungan % kristalinitas zeolit alam Malang dilakukan dengan membandingkan posisi puncak yang sama dengan puncak dari Mordenit sebagai standar, dan dilakukan
penjumlahan peak intensity (counts) untuk kedua spektrum tersebut dengan posisi puncak yang simetrik sama. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa % kristalinitas Mordenit zeolit alam Malang sebesar 44,1 % yang berarti kandungan MOR dalam zeolit alam Malang relatif tinggi. Namun terlihat adanya puncak-puncak (peak) dengan intensitas peak int (counts) yang cukup tinggi muncul pada spektrum XRD dari zeolit alam Malang yang tidak dimiliki oleh Mordenit, seperti pada sudut 29,305 (°2θ) dengan peak int sebesar 1706, menunjukkan bahwa kristalinitas yang terbentuk pada zeolit alam Malang ini tidak hanya berstruktur MOR tetapi ada kemungkinan tercampur dengan jenis Klinoptilolit serta beberapa senyawa pengotor (impurities). Spektrum XRD Hasil Pertukaran Ion Pencucian zeolit sebelum dilakukan pertukaran ion dimaksudkan untuk menghilangkan pengotorpengotor yang bisa larut dalam air dan ditambahkan sedikit asam berkonsentrasi rendah yaitu 0,148% dan dapat mempermudah proses pertukaran ion dan meningkatkan kemurnian zeolit alam per satuan massanya. Dari hasil XRD (Gambar 5) dapat dihitung kristalinitas zeolit setelah mengalami pertukaran ion dengan cara membandingkan nilai d dari zeolit alam asli dengan nilai d dari zeolit yang telah mengalami pertukaran ion, didapatkan % kristalinitas sebesar 50,8 %. Jika dibandingkan dengan % kristalinitas zeolit alam fresh (asli), maka terjadi kenaikan persentase kristalinitas dengan perbedaan yang relatif kecil,
C–8–3
PROSIDING KONGGRES DAN SIMPOSIUM NASIONAL KEDUA MKICS 2007 ISSN : 0216 - 4183
yakni kecil, yakni sebesar 6,7 %. Sehingga dapat dikatakan bahwa pencucian dan pertukaran ion dengan menggunakan larutan NH4Cl 1 M tidak merusak struktur tetapi malah dapat lebih memurnikan zeolit dari pengotor-pengotornya.
Lihat gambar 7 yang menunjukkan tidak munculnya puncak-puncak yang menunjukkan kristal boron oksida. Hal tersebut diperkirakan bahwa atom boron berinteraksi secara kuat dengan atom Al permukaan membentuk spesi peroksida (O2-) hasil interkasi melalui ikatan oksigen yang berasal dari boron oksida dengan oksigen dari ikatan tetrahedron silikat. Spesi ini akan terbentuk pada temperatur sekitar 600°C sesuai dengan suhu kalsinasi yang dilakukan dan pada temperatur ini kristal B2O3 tersebar dan berinteraksi dengan permukaan zeolit secara eksternal maupun internal dalam bentuk partikel kristal berukuran mikro. Hasil Uji Keasaman Katalis
Gambar 5 Spektrum Difraksi Sinar X dari Zeolit Alam Mordenit Setelah Pertukaran Ion dengan NH4Cl Pengaruh Kalsinasi Proses kalsinasi yang dilakukan pada temperatur 300 dan 600°C cukup efektif, tidak merusak struktur awal zeolit (yakni sebesar 50%). Hasil ini juga menandakan bahwa zeolit alam Malang mempunyai kestabilan struktur kerangka cukup tinggi walaupun terbentuknya secara alami (lihat gambar 6).
Gambar 6 Spektrum Difraksi Sinar X Zeolit Alam Mordenit setelah Kalsinasi
Pengukuran keasaman katalis dilakukan dengan metode adsorpsi desorpsi NH3 agar dapat diketahui tingkat keasaman (acid density) dan kekuatan asam (acid strength). Dimana keasaman yang tinggi dapat meningkatkan kinerja katalis sehingga konversi dan yield yang diperoleh seoptimal mungkin sesuai dengan suhu operasi yang tepat. Aktivitas Katalis Uji aktivitas katalis dilakukan untuk mengetahui kinerja katalis yang telah dipersiapkan. Hal ini meliputi pengaruh temperatur reaksi terhadap aktivitas katalis, produk yang dihasilkan serta pengaruh dari modifikasi yang dilakukan pada katalis. Penambahan Boron oksida dengan loading yang bervariasi merupakan modifikasi yang dilakukan untuk dapat menambah inti aktif asam dari zeolit alam. Penentuan besarnya konversi suatu senyawa dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan reaksi pada rentang suhu antara 375-480oC untuk setiap yield hidrokarbon (lihat gambar 8~12) dengan berbagai % loading. Senyawa hidrokarbon yang dihasilkan hasil uji aktivitas katalis dengan mereaksikan senyawa ABE ini dipengaruhi oleh umumnya dipengaruhi oleh temperatur reaksi serta adanya penambahan B2O3. B
40 30
450 400
20
350 300 counts
50 % Y ie ld H id ro k a rb o n
Pengaruh Penambahan Boron Oksida Boron oksida yang ditambahkan pada preparasi zeolit diperkirakan mengalami dispersi dan pencampuran yang merata diseluruh permukaan. Ter-
10
250 200
0
150
0%B2O3/HNZ (ULTRASONIK)
100 50
5%B2O3/HNZ
0
10%B2O3/HNZ
15%B2O3/HNZ
Jenis Katalis 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 o
2tetha
Gambar 8 Yield Hidrokarbon Pada T = 375°C dengan Berbagai %loading B2O3 B
Gambar 7 Spektrum Difraksi Sinar X 5%B2O3 /HNZ
C–8–4
PROSIDING KONGGRES DAN SIMPOSIUM NASIONAL KEDUA MKICS 2007 ISSN : 0216 - 4183
Secara umum didapatkan bahwa yield hidrokarbon tertinggi dicapai dengan menggu8nakan katalis dengan loading sekitar 5% boron oksida.
40 30 20 10
Pengaruh % loading B2O3 Terhadap Keasaman Katalis Hasil uji tingkat katalis diindikasikan dengan laju desorpsi amonia pada rentang temperatur tertentu. Keasaman yang dimiliki oleh katalis 0%B2O3/HNZ (Gambar 13) terlihat mempunyai jumlah asam yang relatif rendah dengan laju desorpsi amonia sekitar dibawah 0,5μmol/oC untuk rentang suhu dari 350530oC, yang menunjukkan bahwa pada suhu tersebut kekuatan asam yang dimilikinya tidak dapat mengakomodasi dengan baik reaksi konversi senyawa ABE dimana hal ini terbuktikan pada % yield hidrokarbon yang diperoleh cenderung dibawah 10%. B
0 0%B2O3/HNZ (ULTRASONIK)
5%B2O3/HNZ
10%B2O3/HNZ
15%B2O3/HNZ
Jenis Katalis
B
Gambar 9 Yield Hidrokarbon Pada T = 400°C dengan Berbagai %loading B2O3 B
50 % Y ie ld H id ro k a rb o n
40 30 20 10 0 0%B2O3/HNZ (ULTRASONIK)
10%B203/HNZ
15%B2O3/HNZ
Jenis Katalis
L a j u D e s o r p s i N H 3 (m i c r o m o l / o C )
% Y ie ld H id ro k a rb o n
50
pada temperatur 480oC terjadi penurunan kekuatan asam yang signifikan, yang kemudian berakibat pada penurunan aktivitas katalis. Namun setelah berbagai upaya yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mempertinggi yield hidrokarbon dari hasil konversi senyawa ABE yakni dengan melakukan variasi temperatur reaksi (375~480oC) serta pengaruh ultrasonik, umumnya masih menghasilkan %yield hidrokarbon dibawah 20%.
3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 250
300
350
400
450
500
Temperatur (oC)
B
% Y ie ld H id ro k arb o n
50 40 30 20 10 0 0%B2O3/HNZ (ULTRASONIK)
5%B2O3/HNZ
10%B2O3/HNZ
15%B2O3/HNZ
Jenis Katalis
Gambar 13 Keasaman Katalis 0%B2O3/HNZ L a j u D e s o r p s i N H 3 (m i c r o m o l / o C )
Gambar 11 Yield Hidrokarbon Pada T = 425°C dengan Berbagai %loading B2O3
3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 250
300
350
400
450
500
o
Temperatur ( C)
Gambar 12 Yield Hidrokarbon Pada T = 460°C dengan Berbagai %loading B2O3
Gambar 14 Keasaman Katalis 5%B2O3/HNZ
B
Saat temperatur reaksi mencapai 480oC terlihat pada Gambar 12, persentase yield hidrokarbon yang dihasilkan sangat sedikit (>10%) untuk semua jenis katalis. Hal ini berkaitan erat dengan kekuatan asam yang terkandung pada masing-masing katalis, dimana
C–8–5
PROSIDING KONGGRES DAN SIMPOSIUM NASIONAL KEDUA MKICS 2007 ISSN : 0216 - 4183
L a ju D e s o r p s i N H3 ( m ic r o m o l/ o C )
c. 3,5 3
2.
2,5 2 1,5 1 0,5
5.
0 250
300
350
400
450
500
Temperatur (oC)
Gambar 15 Keasaman Katalis 10%B2O3/ HNZ Namun seperti terlihat pada gambar 14 dan untuk masing-masing hasil uji keasaman dengan adsorpsi amonia Katalis 5%B2O3/HNZ dan 10%B2O3/HNZ, yang menunjukkan pola kurva keasaman yang jauh berbeda dibandingkan dengan katalis tanpa penambahan boron oksida (0%B2O3/HNZ). Penambahan boron oksida sekitar 5%B2O3/HNZ menaikkan keasaman katalis sekitar 6 kalinya, pada puncaknya pada suhu sekitar 425 oC. Sedang untuk katalis 10 %B2O3/HNZ keasaman meningkat menjadi 5 kalinya, terjadi pada suhu sekitar 460 oC. Namun kekuatan asam (acid strength) katalis 10%B2O3/HNZ sekitar 35 oC lebih tinggi dibandingkan dengan acid strength katalis 5%B2O3/HNZ. Berdasarkan hasil pengujian keasaman dan uji aktivitas katalis yang didapat, mengindikasikan bahwa keberlangsungan reaksi konversi ABE membutuhkan tingkat acid strength yang tidak terlalu tinggi agar senyawa ABE terkonversi produk hidrokarbon dengan yield tinggi. Jika reaksi dilangsungkan pada suhu yang lebih tinggi, acid strength juga meningkat (maksimum pada suhu 425 oC) maka diperkirakan reaksi tidak mengarah pada pembentukan senyawa hidrokarbon tetapi malah terdekomposisi menjadi produk CO dan CO2 (lihat Gambar 1). Hal ini sesuai hasil % yield yang didapat yakni sekitar 41,9% didapatkan pada katalis 5%B2O3 /HNZ pada suhu reaksi 375 oC. B
B
B
Katalis 5% B2O3/HNZ mempunyai jumlah keasaman yang tinggi sebesar 3 μmol/oC dan puncak acid strength pada temperatur 425oC. Temperatur untuk reaksi ABE menjadi hidrokarbon adalah 375oC menggunakan katalis dengan loading 5% B2O3 memberikan %yield hidrokarbon cair yang relatif cukup tinggi yaitu mencapai 41.9%. Daftar Pustaka
Costa, E., Jose A., Gabriel O., and Pablo C., (1992),” Convertion of n-Butanol-Aceton Mixture to C1 – C10 Hydrocarbon On HZSM-5 Type Zeolites”, Applied Catalysis, hal 1021-1026. Setiadi, (2005), “Konversi Katalitik Aseton menjadi Hidrokarbon C1-C10 Menggunakan Katalis ZSM-5”, Prosiding Simposium dan Kongres Masyarakat Katalis Indonesia, hal 285. Setiadi, (2005), “Konversi Katalitik Senyawa Butanol Menjadi Hidrokarbon C2-C4 Menggunakan Katalis B2O3/Zeolit Alam Malang”, Prosiding seminar nasional Teknologi proses Kimia, Jakarta. B
Las, T., Zamroni, H., (Nop. 2002),“Penggunaan Zeolit dalam Bidang Industri dan Lingkungan”, Jurnal Zeolit Indonesia, Vol , No.1, hal 23-26.
B
5. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan serta pembahasannya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil Preparasi dan karakterisasi katalis a. Zeolit alam Malang mengandung rasio Si/Al = 5,17 dan Ca2+ sebagai original cation yang cukup tinggi dan merupakan zeolit MOR dengan %kristalinitas 44,1%. b. Pencucian dan pertukaran ion menggunakan NH4Cl 1M cukup efektif dapat meningkatkan kemurnian %kristalinitas menjadi 50,8%. Perlakuan pada suhu setinggi 600oC tidak menyebabkan perubahan %kristalinitas, yang berarti tidak merontokkan kerangka struktur mordenit zeolit alam.
C–8–6