PROFIL PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN TERAPI

Download dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Pengobatan yang ideal untuk p...

0 downloads 406 Views 2MB Size
NASKAH PUBLIKASI

Profil Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Terapi Insulin di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. Soedarso Pontianak

ASTRID FELIASARI NIM I11107063

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER PONTIANAK 2014

NASKAH PUBLIKASI

Profil Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Terapi Insulin di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. Soedarso Pontianak

ASTRID FELIASARI NIM I11107063

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER PONTIANAK 2014

1  

PROFIL PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN TERAPI INSUIN DI POLI RAWAT JALAN RSUD DR.SOEDARSO PONTIANAK Astrid Feliasari1; Ivan Lumban Toruan2; Agus Fitriangga3 ABSTRAK Latar belakang. Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Pengobatan yang ideal untuk penderita DM tipe 2 adalah dengan terapi yang lebih awal dan penggunaan insulin secara berkelanjutan. Belum pernah dilakukan penelitian tentang profil penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Dr. Soedarso Pontianak. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin di poli rawat jalan RSUD Dr. Soedarso Pontianak. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross-sectional. Sebanyak 83 sampel penelitian dipilih dengan teknik consecutive sampling Hasil. Karakteristik penderita terbanyak usia 45-64 tahun 66 orang (79,5%), jenis kelamin terbesar perempuan sebanyak 46 orang (55,4%), lama menderita >5-10 tahun 34 orang (40,9%), lama pengobatan >5-10 tahun 32 orang (38,6%), lama pemberian OHO >5-10 tahun 36 orang (46,7%), lama pemberian insulin 1-5 tahun 76 orang (91,6%), kolesterol total <200 mg/dl 50 orang (60,2%), LDL 100-129 mg/dl 36 orang (43,4%), HDL >45 mg/dl 62 orang (74,1%), trigliserida <150 mg/dl 37 orang (44,6%), GDP 80-109 mg/dl 37 orang (44,6%), GDPP 110-144 mg/dl 33 orang (39,8%), IMT >25 kg/m2 30 orang (36,2%), tekanan darah <130/80 mm/Hg 43 orang (51,8%). Kesimpulan. Berdasarkan profil penderita DM tipe 2 yang mendapatkan terapi insulin dipoli rawat jalan RSUD Dr. Soedarso Pontianak, capaian target pengobatan berada pada kriteria baik. Kata kunci: diabetes melitus tipe 2, profil penderita, insulin. 1) Fakultas Kedokteran,Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat. 2) Departemen Penyakit Dalam, Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso, Pontianak, Kalimantan Barat. 3) Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat.

 

2    

THE TYPE 2 DIABETES MELLITUS PATIENTS PROFILE WITH INSULIN THERAPY IN OUTPATIENT CLINIC DR.SOEDARSO GENERAL HOSPITAL PONTIANAK Astrid Feliasari1; Ivan Lumban Toruan2; Agus Fitriangga3 Abstract          Background. Diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic disease

characterized by hyperglycemia resulting from defects in insulin secretion, insulin action, or both. The ideal treatment for patients with type 2 diabetes mellitus is the therapeutic use of insulin both in early and maintenance dosage. Study about type 2 Diabetes Melitus patients profile with insulin therapy has never been conducted in Dr. Sudarso General Hospital Pontianak. Objective. This study aims to determine the profile and achievement criteria of T2DM with insulin therapy in outpatient clinic Dr. Soedarso Pontianak. Method. This research was an observational study with cross-sectional design. A total of 83 samples were selected by consecutive sampling technique. Results. The characteristics of T2DM patients with insulin therapy including; age 45-64 years, female 46 patients (55.4%), duration of onset >5-10 years 34 patients (40.9%), duration of treatment >5-10 years 32 patients (38.6%), duration of OHA most >5-10 years 36 patients (46,7%), duration of insulin 1 -5 years 76 patients (91.6%), highest total cholesterol <200 mg/dl 50 patients (60.2%), highest LDL 100-129 mg/dl 36 patients (43.4%), highest HDL >45 mg/dl 62 patients (74.1%), highest triglycerides <150 mg/dl 37 patients (44.6%), Fasting Plasma Glucose 80-109 mg/dl 37 patients (44.6%), Post Prandial Plasma Glucose 110-144 mg/dl 33 patients (39.8%), highest BMI >25 kg/m2 30 patients (36.2%), the highest blood pressure <130/80 mm/hg 43 patients (51.8%). Conclusion. According to the type 2 diabetes profile who received insulin therapy in outpatient clinic Dr. Soedarso General Hospital Pontianak the achievement criteria of treatment generally well. Keywords: type 2 diabetes mellitus, patient profile, insulin. 1) Faculty of Medicine, Universitas Tanjungpura, Pontianak, West Kalimantan. 2) Department of Internal Medicine, Dr Soedarso General Hospital, Pontianak, West Kalimantan. 3) Department of Public Health, Faculty of Medicine, Tanjungpura University, Pontianak, West Kalimantan

3    

Pendahuluan Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.1 DM tipe 2 diawali dengan terjadinya resistesi insulin. Pada tahap awal resistensi insulin masih belum menyebabkan diabetes secara klinis. Pada saat tersebut sel beta pankreas masih dapat mengkompensasi keadaan ini, terjadi hiperinsulinemia dan glukosa darah masih normal atau baru sedikit meningkat. Kemudian setelah terjadi kegagalan sel beta pankreas, baru akan terjadi diabetes melitus secara klinis, yang ditandai dengan terjadinya peningkatan kadar glukosa darah.2 Dalam patogenesis DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu resistensi insulin dan disfungsi sel β-pankreas. Resistensi insulin adalah keadaan dimana insulin tidak dapat bekerja optimal pada sel-sel targetnya seperti sel otot, sel lemak dan sel hepar. Keadaan resistensi terhadap efek insulin menyebabkan sel β-pankreas mensekresi insulin dalam kuantitas yang lebih besar untuk mempertahankan homeostasis glukosa darah, sehingga terjadi hiperinsulinemia kompensatorik untuk mempertahankan keadaan euglikemia. Pada fase tertentu dari perjalanan penyakit DM tipe 2, kadar glukosa darah mulai meningkat walaupun dikompensasi dengan hiperinsulinemia, disamping itu juga terjadi peningkatan asam lemak bebas dalam darah. Pada keadaan glukotoksisitas dan lipotoksisitas akibat kekurangan insulin relatif (walaupun telah dikompensasi dengan hiperinsulinemia) mengakibatkan sel β-pankreas mengalami disfungsi dan terjadilah gangguan metabolisme glukosa berupa glukosa puasa terganggu, gangguan toleransi glukosa dan akhirnya menjadi DM tipe 2.3 Pada DM Tipe 2 terjadi pelepasan insulin yang normal ataupun meningkat, tetapi organ target memiliki sensitivitas yang berkurang terhadap insulin. Ketidak seimbangan konsentrasi antara suplai dan pengeluaran energi meningkatkan konsentrasi asam lemak didalam darah. Hal ini selanjutnya akan menurunkan penggunaan glukosa diotot dan jaringan lemak. Akibatnya terjadi resistensi insulin yang memaksa untuk meningkatkan pelepasan insulin. Akibat regulasi menurun pada reseptor, resistensi insulin semakin meningkat. Penyebab yang lebih penting adalah adanya disposisi genetik yang menurunkan sensitifitas insulin. Penurunan sensitifitas insulin terutama mempengaruhi efek insulin pada metabolisme glukosa, sedangkan pengaruhnya pada metabolisme lemak dan protein tetap dipertahankan dengan baik. Jadi DM tipe 2 cenderung menyebabkan hiperglikemi berat tanpa disertai gangguan metabolisme lemak

4    

(ketoasidosis). Defisiensi insulin relatif dapat juga disebabkan oleh autoantibodi terhadap reseptor atau insulin, serta oleh kelainan yang sangat jarang pada biosintesis insulin, reseptor insulin, atau transmisi intrasel.4 Faktor resiko terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2 dibagi menjadi dua yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan faktor resiko yang dapat diubah. Faktor resiko yang tidak dapat diubah antara lain riwayat keluarga, ras atau latar belakang etnis, riwayat DM pada kehamilan dan usia. Sedangkan faktor resiko yang dapat diubah yaitu pola makan, gaya hidup, obesitas, hipertensi dan dislipidemia.5 Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara. Pertama, jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Kedua, dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa yang lebih mudah dilakukan, mudah diterima oleh pasien serta murah, sehingga pemeriksaan ini dianjurkan untuk diagnosis DM. Ketiga dengan TTGO. Meskipun TTGO dengan beban 75 gr glukosa lebih sensitif dan spesifik dibandingkan dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun memiliki hambatan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sehari-hari jarang dilakukan.6 Manifestasi klinis yang sering dijumpai pada pasien DM antara lain poliuria (peningkatan pengeluaran urin), polidipsia (peningkatan rasa haus), polifagia (Peningkatan rasa lapar), rasa lelah dan kelemahan otot, peningkatan angka infeksi, kelainan kulit berupa gatal-gatal, kelainan ginekologis, kesemutan atau rasa baal,luka atau bisul yang sulit sembuh. 5 Terapi insulin diberikan berdasarkan pemikiran bahwa sekresi insulin fisiologis terdiri dari sekresi basal dan sekresi prandial. Terapi insulin diupayakan mampu meniru pola sekresi insulin yang fisiologis. Defisiensi insulin mungkin berupa defisiensi insulin basal, insulin prandial atau keduanya. Defisiensi insulin basal menyebabkan timbulnya hiperglikemia setelah makan. Tetapi insulin untuk substitusi ditujukan untuk melakukan koreksi terhadap defisiensi yang terjadi. Terapi insulin dapat diberikan secara tunggal (satu macam) berupa insulin kerja cepat (rapid insulin), kerja pendek (short acting), kerja menengah (intermediate acting), kerja panjang (long acting), atau insulin campuran tetap (premixed insulin). Pemberian dapat pula secara kombinasi antara jenis insulin kerja cepat (rapid insulin) dengan insulin kerja pendek (short acting), kerja menengah (intermediate acting), kerja panjang (long acting), atau insulin campuran tetap (premixed insulin). Pemberian dapat pula secara kombinasi antara jenis insulin kerja cepat atau insulin kerja pendek untuk koreksi defisiensi

5    

insulin prandial, dengan kerja menengah atau kerja panjang untuk koreksi defisiensi insulin basal. Juga dapat dilakukan kombinasi dengan OHO. Terapi insulin tunggal atau kombinasi disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan respon individu terhadap insulin, yang dinilai dari hasil pemeriksaan kadar glukosa darah harian. Penyesuaian dosis insulin dapat dilakukan dengan menambah 2-4 unit setiap 3-4 hari bila sasaran terapi belum tercapai.7 Insulin diperlukan pada keadaan penurunan berat badan yang cepat, hiperglikemia berat yang disertai ketosis, ketoasidosis diabetik, hiperglikemia hiperosmolar non ketotik, hiperglikemia dengan asidosis laktat, gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal, gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat, kontraindikasi atau alergi terhadap OHO.6 Untuk menilai keberhasilan pengendalian DM tipe 2 dapat dinilai berdasarkan kadar glukosa plasma, profil lipid, IMT dan tekanan darah. Keberhasilan pengendalian DM tipe 2 dinilai dengan menggunakan karakteristik capaian taget DM tipe 2 yang dibagi menjadi 3 kriteria yaitu baik, sedang dan buruk. Belum ada penelitian mengenai profil penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin di Kalimantan Barat Khususnya Pontianak. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu dilakukan penelitian mengenai profil penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin. Bahan dan Metode Penelitian ini merupakan studi observasional dengan pendekatan cross-sectional terhadap variabel terikat dan variabel bebas. Subjek yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 dengan terapi insulin yang berobat ke Poli Rawat Jalan Penyakit Dalam RSUD Dr. Soedarso. Pengambilan sampel dilakukan dari bulan Mei hingga Juni 2014. Sampel diambil dengan non-probability sampling, yaitu dengan cara consecutive sampling. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien yang telah terdiagnosis DM tipe 2 dengan terapi insulin oleh dokter di poli rawat jalan RSUD Dr. Soedarso Pontianak. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 yang tidak memiliki keterangan variabel yang lengkap, dan pasien DM tipe 2 yang tidak sedang menjalani perawatan inap. Sebanyak 83 orang subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kemudian dilakukan informed-consent sebelum mengisi kuesioner dengan wawancara yang berisi nama, usia, jenis kelamin, lama menderita, lama pengobatan, lama mendapatkan OHO, lama pemberian

6    

insulin, kemudian melihat rekam medik pasien untuk mengetahui nilai GDP, GDPP, Kolesterol total, LDL, HDL, dan Trigliserida. Setelah responden mengisi kuesioner kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah, tinggi badan dan berat badan. Instrumen penelitian yang digunakan untuk pemeriksaan tekanan darah adalah Sfigmomanometer merkuri merek Riester tipe sp-403, insutrumen penelitian yang digunakan untuk pengukuran tinggi badan adalah microtoise dan instrument penelitian yang digunakan untuk pengukuran berat badan adalah timbangan kilogram. Pengolahan data dilakukan dengan program komputer SPSS 20.0 Hasil Sebanyak 83 orang diambil sebagai sampel penelitian. Subjek penelitian tersebut terdiri atas 83 pasien rawat jalan. Tabel 1. Karakteristik Usia Penderita DM tipe 2 DenganTerapi Insulin Di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. Soedarso Usia Jumlah (n) Persen (%) 20-44 tahun 4 4,8 45-64 tahun 66 79,5 > 65 tahun 13 15,7 Total 83 100 Rerata 58,81 tahun Tabel 1 menunjukkan bahwa presentase usia penderita DM tipe 2 terbanyak pada usia 45-64 tahun sebanyak 66 orang (79,5%) dari total sampel penelitian 83 orang, dengan rerata usia 58,81 tahun. Tabel 2. Karakteristik Jenis Kelamin Penderita DM Tipe 2 Dengan Terapi Insulin Di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. Soedarso Jenis Kelamin Jumlah (n) Persen (%) Laki-Laki 37 44,6 Perempuan 46 55,4 Total 83 100 Tabel 2 menunjukkan bahwa presentase jenis kelamin terbanyak penderita DM tipe 2 adalah perempuan sebanyak 46 orang (55,4%) dari total sampel penelitian 83 orang

7    

Tabel 3. Distribusi Lama Menderita DM Tipe 2 Dengan Terapi Insulin Di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. Soedarso Lama Menderita Jumlah (n) Persen (%) <1 tahun 4 4,8 1-5 tahun 25 30,1 >5-10 tahun 34 40,9 >10 tahun 20 24,1 Total 83 100 Rerata 7,91 tahun Tabel 3 menunjukkan bahwa presentase lama menderita penderita DM tipe 2 terbanyak antara >5-10 tahun sebanyak 34 orang (40,9%) dari total sampel penelitian 83 orang, dengan rerata lama menderita 7,91 tahun. Tabel 4. Distribusi Lama Pengobatan DM Tipe 2 Dengan Terapi Insulin Di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. Soedarso Lama Pengobatan Jumlah (n) Persen (%) <1 tahun 4 4,8 1-5 tahun 27 32,5 >5-10 tahun 32 38,6 >10 tahun 20 24,1 Total 83 100 Rerata 8,14 tahun Tabel 4 menunjukkan bahwa presentase lama pengobatan penderita DM tipe 2 terbanyak antara >5-10 tahun sebanyak 32 orang (38,6%) dari total sampel penelitian 83 orang, dengan rerata 8,14 tahun. Tabel 5. Distribusi Lama Pemberian OHO Penderita DM Tipe 2 Dengan Terapi Insulin Di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. Soedarso Lama Pemberian OHO Jumlah (n) Persen (%) <1 tahun 3 3,89 1-5 tahun 18 23,37 >5-10 tahun 36 46,75 >10 tahun 20 25,97 Total 77 100 Rerata 7,87 tahun Tabel 5 menunjukkan bahwa presentase lama pemberian OHO penderita DM tipe 2 terbanyak antara >5-10 tahun sebanyak 36 orang (43,4%) dari total sampel penelitian 77 orang, dengan rerata 7,87 tahun. Terdapat 6 orang penderita yang tidak mendapatkan OHO dan langsung menerima terapi insulin.

8    

Tabel 6. Distribusi Lama Pemberian Insulin Penderita DM Tipe 2 Dengan Terapi Insulin Di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. Soedarso Lama Pemberian Insulin Jumlah (n) Persen (%) <1 tahun 5 6,0 1-5 tahun 76 91,6 >5-10 tahun 2 2,4 >10 tahun 0 0 Total 83 100 Rerata 2,4 tahun Tabel 6 menunjukkan bahwa presentase lama pemberian insulin terbanyak antara 1-5 tahun sebanyak 76 orang (91,6%) dari total sampel penelitian 83 orang, dengan rerata 2,4 tahun. Tabel 7. Distribusi Kolesterol Total Penderita DM Tipe 2 Dengan Terapi Insulin Di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. Soedarso Kolesterol Total Jumlah (n) Persen (%) < 200 mg/dl 50 60,2 200-239 mg/dl 24 28,9 > 240 mg/dl 9 10,8 Total 83 100 Rerata 193,80 mg/dl Tabel 7. menunjukkan bahwa presentase kolesterol total terbanyak <200 mg/dl sebanyak 50 orang (60,2%) dari total sampel penelitian 83 orang, dengan rerata 193,80 mg/dl. Tabel 8. Distribusi LDL Penderita DM Tipe 2 Dengan Terapi Insulin Di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. Soedarso Low Density Lipoprotein Jumlah (n) Persen (%) (LDL) <100 mg/dl 27 32,5 100-129 mg/dl 36 43,4 >130 mg/dl 20 24,1 Total 83 100 Rerata 118,57 mg/dl Tabel 8 menunjukan bahwa presentase LDL terbanyak antara 100-129 mg/dl sebanyak 36 orang (43,4%) dari total sampel penelitian 83 orang, dengan rerata 118,57 mg/dl.

9    

Tabel 9. Distribusi HDL Penderita DM Tipe 2 Dengan Terapi Insulin Di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. Soedarso High Density Lipoprotein Jumlah (n) Persen (%) (HDL) >45 mg/dl 62 74,1 <45 mg/dl 21 25,3 Total 83 100 Rerata 50,23 mg/dl Tabel 9. menunjukkan bahwa presentase HDL terbanyak >45 mg/dl sebanyak 62 orang (74,1%) dari total sampel penelitian 83 orang, dengan rerata 50,23 mg/dl. Tabel 10. Distribusi Trigliserida Penderita DM Tipe 2 Dengan Terapi Insulin Di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. Soedarso Trigliserida Jumlah (n) Persen (%) <150 mg/dl 37 44,6 150-199 mg/dl 33 39,8 >200 mg/dl 13 15,7 Total 83 100 Rerata 158,27 mg/dl Tabel 10. menunjukkan bahwa presentase Trigliserida terbanyak <150 mg/dl sebanyak 37 orang (44,6%) dari total sampel penelitian 83 orang, dengan rerata 158,27 mg/dl. Tabel 11. Distribusi GDP Penderita DM Tipe 2 Dengan Terapi Insulin Di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. Soedarso GDP Jumlah (n) Persen (%) 80-109 mg/dl 37 44,6 110-125 mg/dl 20 24,1 >126 mg/dl 26 31,3 Total 83 100 Rerata 123,62 mg/dl Tabel 11 menunjukkan bahwa presentase GDP terbanyak antara 80109 mg/dl sebanyak 37 orang (44,6%) dari total sampel penelitian 83 orang, dengan rerata 123,62 mg/dl Tabel 12. Distribusi GDPP Penderita DM Tipe 2 Dengan Terapi Insulin Di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. Soedarso GDPP Jumlah (n) Persen (%) 110-144 mg/dl 33 39,8 145-179 mg/dl 18 21,7 >180 mg/dl 32 38,5 Total 83 100 Rerata 173,27 mg/dl

10    

Tabel 12 menunjukkan bahwa presentase GDPP terbanyak antara 110-144 mg/dl sebanyak 33 orang (39,8%) dari total sampel penelitian 83 orang, dengan rerata 173,27 mg/dl Tabel 13. Distribusi IMT Penderita DM Tipe 2 Dengan Terapi Insulin Di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. Soedarso IMT Jumlah (n) Persen (%) 18,5-22,9 kg/m2 24 28,9 2 23-25 kg/m 29 34,9 >25 kg/m2 30 36,2 Total 83 100 Rerata 25,73 kg/m2 Tabel 13 menunjukkan bahwa presentase IMT terbanyak >25 kg/m2 sebanyak 30 orang (36,2%) dari total sampel penelitian 83 orang, dengan rerata 25,73 kg/m2 Tabel 14. Distribusi Tekanan Darah Penderita DM Tipe 2 Dengan Terapi Insulin Di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. Soedarso Tekanan Darah Jumlah (n) Persen (%) <130/80 mm/Hg 43 51,8 130-140/80-90 mm/Hg 27 32,5 >140/90 mm/Hg 13 15,7 Total 83 100 Rerata sistole diastole

128,67 mmHg 81,33 mmHg

Tabel 14 menunjukkan bahwa presentase Tekanan Darah terbanyak <130/80 mm/hg sebanyak 43 orang (51,8%) dari total sampel penelitian 83 orang dengan rerata systole 139 mmHg dan diastole 77mmHg. Tabel 15. Capaian target pengobatan Diabetes Melitus tipe 2 Capaian Target Pengobatan

baik

sedang

buruk

N

%

n

%

n

%

1. GDP

37

44,6

20

24,1

26

31,3

2. GDPP

33

39,8

18

21,7

32

38,5

3. Kolesterol total

50

60,2

24

28,9

9

10,8

4. LDL

27

32,5

36

43,4

20

24,1

5. HDL

62

74,7

21

25,3

6. Trigliserida

37

44,6

33

39,8

13

15,7

7. IMT

24

28,9

29

34,9

30

36,2

8. Tekanan Darah

43

51,8

27

32,5

13

15,7

11    

Tabel 15 menunjukkan bahwa indikator capaian target pengobatan yang memiliki presentase baik terbesar meliputi : GDP, GDPP, kolesterol total, HDL, trigliserida, dan tekanan darah. Sedangkan Indikator capaian target pengobatan yang memiliki presentase sedang terbesar meliputi LDL, dan indikator yang memiliki capaian target buruk terbesar meliputi IMT. Pembahasan Usia merupakan salah satu karakteristik manusia yang utama dalam studi epidemiologi karena mempunya hubungan erat dengan derajat paparan. Perbedaan pengalaman terhadap penyakit menurut usia memiliki kemaknaan yang berhubungan dengan adanya perbedaan tingkat paparan dan kerentanan menurut usia, adanya perbedaan dalam proses patogenesis maupun adanya perbedaan pengalaman terhadap penyakit tertentu.8 Hasil penelitian yang terdapat pada tabel 1 menunjukkan bahwa penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin di poli rawat jalan RSUD Dr. Soedarso terbanyak berusia diantara 45-64 tahun sejumlah 66 orang (79,5%), dengan rerata 58,81 tahun dari jumlah subjek penelitian sebanyak 83 orang. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Rury bahwa rerata usia penderita DM tipe 2 dengan intensif terapi adalah 63 tahun dari total sampel 2118 orang.9 Penelitian dari Pradana di Indonesia tahun 2010 yang menyatakan bahwa rata-rata penderita DM tipe 2 terbanyak berusia diantara 58,9-59,6 tahun.10 Sebanyak 24,1 % penderita DM tipe 2 berusia diantara 48-57 tahun.11 Sebanyak 20,9% penderita DM tipe 2 berusia >60 tahun.12 Usia diatas 45 tahun merupakan salah satu faktor resiko terjadinya DM tipe 2.13 Penelitian yang dilakukan Peyrot tahun 2012 pada penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin memiliki rerata usia 60,1 tahun.40 Perbedaan insiden penyakit menurut jenis kelamin dapat timbul karena bentuk anatomis, fisiologis dan sistem hormonal yang berbeda. Selain itu dapat disebabkan oleh perbedaan jenis pekerjaan, kebiasaan dan pola makan.8 Perbedaan jenis kelamin dalam distribusi lemak tubuh berkaitan erat dengan perbedaan jenis kelamin dalam resistensi insulin. Pria pada umumnya lebih resisten terhadap insulin daripada wanita, yang dapat dijelaskan dengan proporsi yang lebih tinggi dari kompartemen lemak viseral dan hati terkait dengan resistensi insulin, dimana pria memiliki lebih banyak lemak visceral dan hati daripada wanita, sedangkan wanita memiliki lebih banyak lemak subkutaneus yang berhubungan dengan peningkatan sensitifitas terhadap insulin.14 Hasil penelitian pada tabel 2 menunjukkan bahwa penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin di

12    

poli rawat jalan RSUD Dr. Soedarso terbanyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 46 orang (55,4%) dari jumlah subjek penelitian sebanyak 83 orang. Hal ini sejalan dengan penelitian Wild et al 2004 yang menyatakan DM di Indonesia lebih banyak diderita oleh perempuan sebesar 61,6%.15 Penelitian dari Rury tahun 2008, dari 2118 penderita DM tipe 2 yang menjalani intensif terapi terdapat 870 orang (41,1%) berjenis kelamin perempuan.9 Penelitian yang dilakukan di Ghana tahun 2008 sebesar 75% penderita DM tipe 2 adalah perempuan16. Sebagian besar, proporsi penderita DM lebih tinggi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki. 11 Penelitian yang dilakukan oleh Peyrot tahun 2012 pada penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin, sebesar 50,4% penderita adalah perempuan. 40 Usia dari onset pada penderita DM telah menjadi semakin umum pada usia dibawah 30 tahun termasuk anak-anak dan dewasa.17 Penurunan usia onset DM tipe 2 didorong oleh peningkatan obesitas pada kelompok usia yang lebih muda.21 Hasil penelitian pada tabel 3 menunjukkan bahwa penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin di poli rawat jalan RSUD Dr. Soedarso dengan lama menderita terbanyak berkisar diantara >5-10 tahun dengan jumlah 34 orang (40,9%) dari total sampel sebanyak 83 orang dengan rerata lama menderita selama 7,91 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pradana di Indonesia bahwa lama menderita DM tipe 2 selama 7-8,5 tahun.10 Berdasarkan penelitian dari William tahun 2009 pada penderita DM tipe 2 dengan intensif terapi, rerata lama menderita selama 11,5 tahun dari total 892 sampel.41 Studi dari Gregory tahun 2014 pada penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin memiliki rerata lama mederita selama 13 tahun.42 Studi dari Leo pada tahun 2012 pada penderita DM tipe 2 yang mendapatkan terapi insulin memlikiri rerata lama menderita selama 9 tahun.43 Penelitian yang dilakukan oleh Peyrot tahun 2012 pada penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin memiliki rerata lama menderita 14,7 tahun.40 Penelitian dari Geltrude tahun 2012 pada penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin memiliki rerata lama menderita 6,08 tahun.44 Dari total keseluruhan pasien yang terdiagnosis hanya dua pertiga dari pasien DM tipe 2 yang menjalani pengobatan.6 Hasil penelitian pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin di poli rawat jalan RSUD Dr. Soedarso dengan lama pengobatan terbanyak berkisar diantara >5-10 tahun sebanyak 32 orang (38,6%) dengan rerata lama pengobatan selama 8,14 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pradana di Indonesia bahwa lama pengobatan penderita DM tipe 2 selama 7-8,5 tahun.10

13    

Berdasarkan data National Health Interview Survey di Amerika pada tahun 2007-2009 pada pasien DM tipe 2 presentase penggunaan kombinasi OHO dan insulin adalah 14%, sedangkan insulin intensif adalah 12%.6 Berdasarkan penelitian dari Pradana sekitar 81.3% pasien menerima terapi obat hipoglikemik oral (OHO) dengan atau tanpa menggunakan insulin.10 Hasil penelitian pada tabel 5 menunjukkan bahwa penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin dipoli rawat jalan RSUD Dr. Soedarso dengan lama mendapatkan terapi OHO selama >5-10 tahun sebanyak 36 orang (46,75%) dari total sampel penelitian sebanyak 77 orang dengan rerata lama mendapatkan OHO selama 7,87 tahun, terdapat 6 orang penderita yang tidak mendapatkan OHO dan hanya menerima terapi insulin saja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pradana tahun 2008 di Indonesia bahwa rerata lama mendapatkan terapi OHO adalah 8,4 tahun, dari total sampel 1727 penderita.10 Penelitian dari Cy Pan et all tahun 2007 pada penderita asia DM tipe 2 yang mendapatkan terapi insulin dengan rerata lama pengobatan 9 tahun.45 Penelitian dari Craig tahun 2013 pada penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin memiliki rerata lama mendapatkan OHO 5,6 tahun.46 Terapi insulin yang diberikan secara tunggal atau kombinasi disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan respon individu tersebut terhadap insulin.6 Insulin merupakan terapi yang paling efektif dalam pengelolaan DM tipe 2.18 Berdasarkan penelitian dari Pradana sebanyak 37,7% pasien menerima terapi insulin dengan atau tanpa OHO.10 Berdasarkan studi dari Robert sekitar 50% penderita DM tipe 2 dengan terapi OHO yang sebelumnya gagal mencapai kontol glikemik, diharuskan menggunakan terapi insulin untuk menjaga kontrol glikemik sekitar 6 tahun setelah terdiagnosis.20 Hasil penelitian pada tabel 6 menunjukkan bahwa penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin di poli rawat jalan RSUD Dr. Soedarso dengan lama mendapatkan insulin terbanyak selama 1-5 tahun sebesar 76 orang (91,6%) dari total penderita sebanyak 83 orang dengan rerata lama pemberian insulin 2,4 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitan yang dilakukan oleh Pradana di Indonesia pada penderita DM tipe 2 dari 1176 penderita memiliki rerata lama pemberian insulin 2,8 tahun.10 Penelitian dari UK Hypoglicaemia Study Group tahun 2007 di Inggris, dari 166 Penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin, terdapat 89 orang (53,61%) yang mendapatkan terapi insulin < 2 tahun, dan terdapat 77 orang (46,38%) yang mendapatkan terapi insulin > 5 tahun.47 Penelitian dari Peyrot tahun 2012 pada penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin memiliki rerata lama pemberian insulin 8,6 tahun.40 Studi

14    

observasional yang dilakukan oleh Davis, bahwa rata–rata penderita DM tipe 2 akan membutuhkan terapi insulin dalam jangka waktu 5 tahun.22 Data dari IDF penggunaan insulin pada DM tipe 2 di indonesia tergolong rendah dengan persentase penggunaan kombinasi OHO dan insulin adalah 2,1% dan persentase insulin intensif adalah 4,6%.23 Rendahnya penggunaan insulin pada pasien DM tipe 2 disebabkan oleh beberapa faktor yaitu terdapatnya hambatan dalam memulai terapi insulin seperti resistensi psikologis, perubahan gaya hidup, perubahan fisik / mental dan masalah finansial. 24 Pada pasien DM yang terkontrol dengan baik, konsentrasi plasma lipoprotein mengikat kolesterol umumnya ditemukan dalam kisaran normal.26 Hasil penelitian pada tabel 7 menunjukkan bahwa penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin di poli rawat jalan RSUD Dr. Soedarso terbanyak memiliki kadar kolesterol total <200 mg/dl sebanyak 50 orang (60,2%), sebanyak 33 orang (39,8%) yang memiliki kadar kolesterol total >200 mg/dl dan rerata kolesterol total sebesar 193,80 mg/dl. Nilai kolesterol total yang diperoleh dari penderita saat pemeriksan ini telah disertai dengan pemberian terapi obat kolesterol. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Rury tahun 2008 bahwa rerata kolesterol total pada penderita DM tipe 2 dengan intensif terapi sebesar 197 mg/dl 9. penelitian yang dilakukan di Nepal tahun 2011 pada penderita DM tipe 2 dari 294 penderita terdapat 82 penderita (27,89%) yang mengalami peningkatan kolesterol total.25 Penelitian yang dilakukan oleh William tahun 2009 pada penderita DM tipe 2 dengan intensif terapi,memiliki rerata kolesterol total sebesar 182 mg/dl dari total 892 penderita.41 Penelitian dari Geltrude tahun 2012 pada penderita DM tipe 2 yang mendapat terapi insulin memiliki rerata kolesterol total sebesar 236,65 mg/dl.44 Namun, hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Ghana tahun 2008, pada penderita DM tipe 2 memliki peningkatan kadar kolesterol >200 mg/dl sebanyak 65%.16 Hiperinsulinemia berhubungan dengan kadar HDL yang rendah28. Hasil penelitian pada tabel 8 menunjukkan bahwa penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin dipoli rawat jalan RSUD Dr. Soedarso terbanyak memiliki kadar HDL >45 mg/dl sebanyak 62 orang (74,1%) dengan rerata 50,23 mg/dl. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ram tahun 2011 di Nepal dari 294 orang penderita DM tipe 2 terdapat 46 orang (15,6%) penderita yang mengalami penurunan HDL.25 Penelitian dari Rury tahun 2008 di Inggris pada penderita DM tipe 2 dengan intensif terapi dari 2118 penderita memiliki rerata HDL sebesar 43 mg/dl.9 Penelitian dari William tahun 2009 pada penderita DM tipe 2 dengan intensif terapi

15    

memiliki rerata HDL sebesar 36 mg/dl dari 892 penderita.41 Penelitian dari William tahun 2010 pada penderita DM tipe 2 dengan intensif terapi dari 2362 penderita memiliki kadar HDL dengan rerata sebesar 46,7 mg/dl.48 Penelitian dari Scott tahun 2002 di Amerika pada penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin memiliki rerata HDL sebesar 42 mg/dl.49 Penelitian dari Geltrude tahun 2012 pada penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin memiliki rerata HDL sebesar 38,28 mg/dl.44 Dislipidemia pada DM ditandai dengan peningkatan trigliserida, penurunan HDL dan peningkatan LDL.29 Hasil penelitian pada tabel 9 menunjukkan bahwa penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin di poli rawat jalan RSUD Dr. Soedarso terbanyak memiliki kadar LDL 100-129 mg/dl sebanyak 36 orang (43,3%) dengan rerata 118,57 mg/dl. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Rury tahun 2008 di Inggris, dari 2118 penderita DM tipe 2 memiliki rerata LDL sebesar 126 mg/dl.9 Penelitian yang dilakukan di Nepal pada tahun 2011, dari 294 penderita DM tipe 2 teradapat 140 orang (47,6%) mengalami peningkatan LDL.25 Penelitian dari William tahun 2009 pada penderita DM tipe 2 dengan intensif terapi memiliki rerata LDL sebesar 107 mg/dl dari total 892 penderita.41 Penelitian dari William tahun 2010 pada penderita DM tipe 2 dengan intensif terapi dari 2362 penderita memiliki rerata LDL sebesar 98,7 mg/d.48 Penelitian dari Scott tahun 2002 di Amerika pada penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin memiliki rerata LDL sebesar 97 mg/dl.49 Penelitian dari Geltrude tahun 2012 pada penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin memiliki rerata LDL sebesar 154,29 mg/dl.44 Hipertrigliseredemia dan hiperkolesterolemia sering teradi pada penderita DM yang tidak diobati. Pada resistensi insulin, hormon sensitif lipase dijaringan adiposa akan menjadi aktif sehingga lipolisis trigliserida di adiposa juga semakin meningkat, keadaan ini akan menghasilkan asam lemak bebas dalam darah yang berlebihan. Asam lemak bebas akan memasuki aliran darah, sebagian akan digunakan sebagai sumber energi dan sebagian akan dibawa ke hati sebagai bahan baku pembentuk trigliserida.31 Peningkatan kadar trigliserida sering terjadi pada gambaran dislipidemia pada DM tipe 2.27 Penelitian yang dilakukan di Nepal pada tahun 2011 dari 284 penderita DM tipe 2 terjadi peningkatan trigliserida pada 186 penderita (63,26%).25 Penelitian yang dilakukan di Ghana pada tahun 2008 terjadi peningkatan trigliserida >150 mg/dl pada penderita DM tipe 2 sebanyak 31%.16 Hasil penelitian pada tabel 10 menunjukkan bahwa penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin di poli rawat jalan RSUD Dr. Soedarso terbanyak memiliki kadar trigliserida <150 mg/dl sebanyak 37 orang (44,6%) dengan rerata 158,27 mg/dl. Penelitian dari William tahun

16    

2009 pada penderita DM tipe 2 dengan intensif terapi dari 892 penderita memiliki rerata trigliserida sebesar 201 mg/dl.41 Penelitian dari Scott tahun 2002 di Amerika pada penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin memiliki rerata trigliserida sebesar 268 mg/dl.49 Penelitian dari Geltrude tahun 2012 pada penderita DM tipe 2 yang mendapat terapi insulin memiliki rerata trigliserida 220,54 mg/dl.44 DM merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan hiperglikemi, diagnosis ditegakkan ketika GDP melebihi 125 mg/dl.32 Terdapat hubungan yang kuat antara tingkat GDP dan kejadian DM setelah dilakukan kontrol dari faktor resiko yang menyebabkan peningkatan resiko terjadinya DM yang berupa peningkatan GDP.34 Hasil penelitian pada tabel 11 menunjukkan bahwa penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin di poli rawat jalan RSUD Dr. Soedarso terbanyak memiliki kadar GDP 80109 mg/dl sebanyak 37 orang (44,6%) dengan rerata 123,62 mg/dl. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Pradana di Indonesia sebanyak 47,2 % pasien memiliki kadar glukosa plasma puasa >130 mg/dl.10 Penelitian dari Rury tahun 2008 di Inggris pada penderita DM tipe 2 dengan intensif terapi memiliki rerata GDP sebesar 161 mg/dl.9 Penelitian dari William tahun 2010 pada penderita DM tipe 2 dengan intensif terapi dari 2363 penderita memiliki rerata GDP sebesar 147,1 mg/dl.48 Peningkatan dan penurunan gula darah post prandial dimediasi oleh respon insulin fase pertama, dimana sejumlah besar insulin endogen yang dilepaskan dalam waktu 10 menit sebagai respon terhadap asupan nutrisi. Pada Individu dengan DM tipe 2, respon insulin fase pertama sangat berkurang atau tidak ada sehingga terus menerus meningkatkan gula darah post prandial hampir sepanjang hari.1 Hasil penelitian pada tabel 12 menunjukkan bahwa penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin di poli rawat jalan RSUD Dr. Soedarso terbanyak memiliki kadar GDPP 110-144 mg/dl sebanyak 33 orang (39,8%) dengan rerata 173,27 mg/dl dari total 83 penderita. Penelitian dari Pradana tahun 2009 di Indonesia pada penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin dari 152 pasien memiliki rerata GDPP sebesar 242 mg/dl.50 Penelitian dari ADA tahun 1997 pada penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin memiliki rerata GDPP sebesar 201,80 mg/dl.51 Studi dari Franco tahun 2011 pada penderita DM tipe 2 memiliki rerata GDPP sebesar 158,7 mg/dl.52 IMT adalah metode yang tidak mahal dan gampang dilakukan untuk memberikan indikator atas lemak tubuh dan digunakan untuk screening berat badan yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan.30 IMT memiliki kaitan dengan kadar gula darah penderita DM.37 Kegemukan merupakan faktor utama penyebab timbulnya DM tipe 2. Pada keadaan

17    

kegemukan respon sel beta pankreas terhadap peningkatan gula darah sering berkurang. Selain itu reseptor insulin pada target sel diseluruh tubuh termasuk otot berkurang jumlah dan aktivitasnya (kurang sensitif) sehingga keberadaan insulin didalam darah kurang atau tidak dapat dimanfaatkan.5 Hasil penelitian pada tabel 13 menunjukkan bahwa penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin dipoli rawat jalan RSUD Dr. Soedarso terbanyak memiliki IMT >25 kg/m2 sebanyak 30 orang (36,2%) dengan rerata IMT sebesar 25,73 kg/m2. Menurut klasifikasi IMT Asia Pasifik >25 kg/m2 masuk kedalam kriteria overweight. Sehinggga dapat dikatakan sebanyak 30 (36,2%) orang mengalami overweight. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rury tahun 2008 di Inggris pada penderita DM tipe 2 dengan intensif terapi bahwa rerata IMT penderita sebesar 29,3 kg/m2.9 Menurut Kriteria WHO, IMT 29,3 kg/m2 masuk kedalam kategori overweight, sehingga dapat dikatakan rata-rata penderita DM tipe 2 dengan intensif terapi mengalami overweight. Berdasarkan penelitian Pradana 2011 di Indonesia, sebanyak 23,2% penderita DM mengalami obesitas.11 Penelitian dari William tahun 2009 pada penderita DM tipe 2 dengan intensif terapi memiliki rerata IMT sebesar 31,3 kg/m2.41 Studi dari Gregory tahun 2014 pada penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin memiliki rerata IMT sebesar 29,3 kg/m2 .42 Rekomendasi yang paling tepat untuk pasien obesitas dengan DM tipe 2 adalah gizi seimbang, diet cukup hipokalori dengan asupan mengurangi lemak jenuh dan peningkatan aktifitas fisik.26 Sebanyak 67% penderita DM di Amerika Serikat dilaporkan memiliki peningkatan tekanan darah.30 Pada penelitian di Ghana tahun 2008 ditemukan sebanyak 63% penderita DM tipe 2 dengan hipertensi.16 Hasil penelitian pada tabel 14 menunjukkan bahwa penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin di poli rawat jalan RSUD Dr. Soedarso terbanyak memiliki tekanan darah <130/80 mm/hg sebanyak 43 orang (51,8%) dengan rerata sistole 128.67 mmHg dan rerata diastole 81.33 mmHg. Sebanyak 13 orang (15,7%) penderita memiliki tekanan darah >140/90 mm/hg. Berdasarkan klasifikasi tekanan darah menurut JNC 8, tekanan darah >140/90 mmHg masuk kedalam klasifikasi hipertensi, sehingga dapat dikatakan sebanyak 13 orang (15,7%) penderita DM tipe 2 di poli rawat jalan penyakit dalam RSUD Dr. Soedarso mengalami hipertensi. Penelitian dari Rury tahun 2008 di Inggris pada penderita DM tipe 2 dengan intensif terapi memiliki rerata tekanan darah sistole 139 mmHg dan diastole 77 mmHg.9 Berdasarkan penelititan Pradana 2011 di Indonesia, sebanyak 24,1% penderita DM mengalami hipertensi.11 Penelitian dari William tahun 2009 pada penderita DM tipe 2 dengan

18    

intensif terapi dari 892 penderita, yang memiliki tekanan darah <140/90 mmHg sebanyak 642 orang.41 Penelitian dari Geltrude tahun 2012 pada penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin memiliki rerata tekana darah sistole 155,20 mmHg dan tekanan darah diastole 96 mmHg.44 Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 15 capaian target pengobatan penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin untuk kadar GDP dan GDPP tertinggi berada dalam status baik yaitu masing-masing 44,6 % dan 39,8%. Hasil pemeriksaan profil lipid kolesterol total, kolesterol HDL, dan trigliserida tertinggi berada pada kriteria baik yaitu masing-masing sebesar 60,2%, 74,7%, dan 44,6 %. Hasil pemeriksaan LDL tertinggi berada pada kriteria sedang sebesar 43,4%. Dislipidemia pada DM ditandai dengan peningkatan trigliserida, penurunan HDL dan perubahan komposisi LDL.29 Meningkatnya profil lipid merupakan gangguan dislipidemia yang dapat meningkatkan risiko kardiovaskular sehingga pada saat diagnosis DM ditegakkan perlu dilakukan pemeriksaan profil lipid minimal satu kali setahun.6 Non-HDL kolesterol akan meningkat pada pasien DM tipe 2 yang menderita hipertensi.35 Pengelolaan dislipidemia pada penderita DM dimulai dengan evaluasi menyeluruh yang bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab sekunder yang berhubungan dengan profil lipid yang tidak normal.36 Perubahan gaya hidup, termasuk peningkatan aktifitas fisik dan modifikasi diet adalah landasan dari manajemen pengobatan.38 Hasil pemeriksaan IMT tertinggi berada pada kriteria buruk sebesar 36,2%. Menurut klasifikasi IMT Asia Pasifik >25 kg/m2 masuk kedalam obesitas. Sehinggga dapat dikatakan sebanyak 30 orang (36,2%) mengalami obesitas. Komplikasi utama dari terapi insulin penderita DM tipe 2 adalah kenaikan berat badan, dengan peningkatan rata-rata 2-4 kg. 39 Hasil pemeriksaan tekanan darah tertinggi berada pada kriteria baik sebesar 51,8%. Hal ini disebabkan karena gula darah yang terkontrol akan menurunkan viskositas dari pembuluh darah sehingga terjadi penurunan resistensi perifer yang berdampak pada penurunan tekanan darah secara signifikan. Hasil capaian pengendalian DM tipe 2 secara umum berada dalam kriteria baik. Adapun tujuan dari capaian target pengobatan DM antara lain tujuan jangka pendek menghilangkan keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman, dan mencapai target pengendalian glukosa darah. Tujuan jangka panjang untuk mencegah dan mengambat progesivitas penyulit mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunya morbiditas dan mortalitas DM.6

19    

Kesimpulan 1. Karakteristik penderita DM tipe 2 dengan terapi Insulin di poli rawat jalan penyakit dalam RSUD Dr. Soedarso Pontianak terbanyak pada usia 45-64 tahun 66 orang (79,5%), jenis kelamin terbesar adalah perempuan sebanyak 46 orang (55,4%), lama menderita terbanyak antara >5-10 tahun sebanyak 34 orang (40,9%), lama pengobatan terbanyak antara >5-10 tahun sebanyak 32 orang (38,6%), lama pemberian OHO terbanyak antara >5-10 tahun sebanyak 36 orang (46,75%), lama pemberian insulin terbanyak antara 1-5 tahun sebanyak 76 orang (91,6%), kolesterol total terbanyak < 200 sebanyak 50 orang (60,2%), LDL terbanyak antara 100-129 mg/dl sebanyak 36 orang (43,4%), HDL terbanyak >45 mg/dl sebanyak 62 orang (74,1%), trigliserida terbanyak <150 mg/dl sebanyak 37 orang (44,6%), GDP terbanyak 80-109 mg/dl sebanyak 37 orang (44,6%), GDPP terbanyak 110-144 mg/dl sebanyak 33 orang (39,8%), IMT terbanyak >25 sebanyak 30 orang (36,2%), tekanan darah terbanyak antara <130/80 mm/hg sebanyak 43 orang (51,8%). 2. Capaian target pengobatan penderita DM tipe 2 yang mendapatkan terapi insulin dipoli rawat jalan RSUD Dr. Soedarso Pontianak berada pada kriteria baik, dengan presentase baik terbesar meliputi ; GDP 44,6%, GDPP 39,8%, kolesterol total 60,2%, HDL 74,7%, trigliserida 44,6%, dan tekanan darah 51,8%. Presentase sedang terbesar meliputi LDL 43,4%, dan indikator yang memiliki capaian target buruk terbesar meliputi IMT 36,2%. Daftar Pustaka 1. Christopher GP, Neil Brooks., American Diabetes Association (ADA)., Is Postprandial Glucose Control Important In Primary Care Setting., Clinical Diabetes Volume 20., Original Article., 2010 2. Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-4, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta 3. Newman, WA., 2011. Kamus Kedokteran Dorland. 29th. Editor : Huriawati, Hartanto., et all. Jakarta: EGC. 4. Silbernagl, Stefan., 2007. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Editor: Iwan Setiawan, et all. Jakarta: EGC. 5. Sidartawan, S., Pradana, S., Imam, S., 2009, Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. 2nd edition. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

20    

6. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), 2011, Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia, PB PERKENI, Jakarta. 7. Katzung, GB., 2010, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi X. Editor, H.Azwar Agoes, Jakarta : EGC. 8. Noor, N.N., Epidemiologi. Epidemiologi Konsep Penyebab Penyakit dan Hubungan Asosiasi.2008, Jakarta :Rineka Cipta. P. 26-54. 9. Rury R Holman, Sanjoy K Paul, Angelyn Rethel. New England Journal of Medicine (NEJM)., 2008. 10-Year Follow-up of Intensive Glucose Control in Type 2 Diabetes., Original Article., October 2008 10. Pradana, S., Sidartawan, S., Ketut, S., 2010, The DiabCare Asia 2008 study : Outcomes On Control And Complications of Type 2 Diabetic Patients in Indonesia, Journal Of the Diab Care Asia Study Vol. 19:4. 11. Pradana,S., Laurentius, A., 2011, Med J Indones : Prevalence, Characteristic, and Predictors of Pre-Diabetes in Indonesia, Med J Indones 2011;20:283-94 12. Powers AC. Diabetes mellitus, In: Harrison's principles of internal medicine. Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J. Eds. 17th edition. McGraw-Hill, New York. 2008: 2275-2279 13. American Diabetes Association (ADA)., Gender Difference in the Impact of Type 2 Diabetes on Coronary Heart Disease Risk., Diabetes Care Volume 27., Original Article., December 2004. 14. Eliza B Geer, Wei Shen., National Institute Of Health (NIH)., Gender Differences in Insulin Resistance, Body Composition, and Energy, Supplemen 1., Gend Med ., July 2010. 15. Wild S, Rolgic R, Green A, Sicree R, King H. Global Prevalence of Diabetes. Diab Care. 2004;24:2065-2070 16. Ina Danquah, George Addo, Karl Johan Terpe, Frank Micah, Yaw A Amoako., BioMed Central (BMC), 2012, Diabees Mellitus type 2 in Urban Ghana:Characteristic and associated factors 17. Song, H, Soon., 2008., Early-onset type 2 Diabetes Mellitus., The British Journal Of Diabetes And Vascular Disease., Volume 8 issue 2 18. Peyrot M, Rubin RR, Lauritzen T, Skovlund SE, Snoek FJ, Matthews DR, Landgraf R, Kleine- breil L, American Diabetes Association (ADA)., the International DAWN Advisory Panel: Resistance to insulin therapy among patients and provides: results of the cross-national Diabetes Attitudes, Wishes and Needs study. Diabetes Care 28:2673– 2679, November 2005 19. National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE)., Type 2 diabetes.The management of type 2 diabetes. NICE clinical guideline. London, NICE, 2008 20. Robert Turner., United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) Group., Intensive blood-glucose control with sulphonylureas or insulin compared with conventional treatment and risk of complications in patients with type 2 diabetes (UKPDS 33)., Lancet 1998; 352:837-53

21    

21. Hillier TA, Pedula KL. Characteristics of an adult population with newly diagnosed type 2 diabetes: The relation of obesity and age of onset. Diabetes Care 2008;24:1522-7. 22. Davis, TM, Davis Cylenne Uwa Edu AU WA, Bruce DG 2006 Glycaemic Levels Triggering Intensification of Therapy in Type 2 Diabetes in Community : The Fremantle Diabetes Study.Med J Aust 184:325-328 23. International Diabetes Federation (IDF)., 2012., Global Guidline For type 2 Diabetes., clinical guidlines task force, Belgium 24. Harold E. Lebovitz., American Diabetes Association (ADA)., Insulin Potential Negative Consequences of Early Routine Use In Patients With Type 2 Diabetes., Diabetes Care Volume 34, Supplement 2, May 2011. 25. Ram VinotMahato, Prajwal Gyawali, Pramod Raud., Bomedical Research. 2011.. Association Between glycaemic control and serum lipid profile in type 2 diabetic patiens:Glycated Hemoglobin as a dual biomarker.Institute Medicine of Katmandu. Nepal. Vol 22 isssue 3 26. National Centre Biotechnology Information (NCBI)., Insulin, Diabetes and Cholesterol Metabolism, Original Article., 2010 27. Ginsberg HN, Zhang YL, Hernandez-Ono A: Regulation of plasma triglycerides in insulin resistance and diabetes. Arch Med Res 36:232– 240, 2005 28. Mooradian AD et al., 2007., Low serum high-density lipoprotein cholesterol in obese subjects with normal serum triglycerides: the role of insulin resistance and inflammatory cytokines. Diabetes Obese Metab 9:1152-1160 29. Steven M Haffner., American Diabetes Association (ADA). Management Of Dyslipidemia In Adults With Diabetes., Diabetes Care Volume 26., 2003 30. Centers for Disease Control and Prevention (CDC)., National Diabetes Fact Sheet, 2011. Atlanta, GA: Centers for Disease Control and Prevention, US Department of Health and Human Services; 2011. 31. Brunton, LL, Lazo SJ, Parker LK. Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics, 11 th Edition, The McGrawHill Companies. 2007. 32. American Diabetes Association (ADA)., Standart Of Medical Care in Diabetes., Diabetes Care., 2007;30:s4-s41 33. National Center Biotechnology Information (NCBI)., 2004. Managing type 2 diabetes melitus in patients with obesity. 34. Gregory A. Nichols, Teresa A. Hillier, Jonathan B.Brown., American Journal Of Medicine (AMJM)., Normal Fasting Plasma Glucose and Risk Of Type 2 Diabetes Diagnosis., Vol 121,No 6, 515-524, June 2008. 35. Abbasi, Aslam Muhammad., Hafeezullah., Nazir Ahmad Shah., Non High Density Lipoprotein Cholesterolin Type 2 Diabetes Mellitus.,

22    

Departement Of Physiology and Pharmacology., Civil Hospital Of Khairpur., Pakistan., 2007 36. Hachem SB and Mooradian AD., 2006., familial dyslipidaemias: an overview of genetics, pathophysiology and management. Drugs 66:1949-1969 37. Hartono,Andry.2012. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit., Edisi 2. Jakarta ;EGC 38. Bantle JP et al. 2008., Nutriition recomendations and interventions for diabetes: a position statement of the American Diabetes Association. Diabetes care 31., supplement 11., S61-S78 39. David, A, D’Alessio., Irl, B,Hirsch., 2011 Glycemic Management Of Type 2 Diabetes., The Endocrine Society., Translational Endocrinology & Metabolism., Vol 2., Numb 1., 40. Peyrot,M., Barnett,A., Meneghini,L,F et all., 2012., Insulin adherence behaviours and barriers in the multinational Global Attitudes of Patients and Physicians in Insulin Therapy Study., Diabetic Medicine., 31 Januari 2012. 41. William Duckworth, Carlos Abraira, Thomas Morris, Domenic Reda, Nicholas Emanuele, Peter D Reaven., New Englang Journal of Medicine (NEJM)., 2009 Glucose Control and Vascular Complications in Veterans with Type 2 Diabetes., Original Article., January 8., 2009 42. Gregory L Fucher, Jens Sandalhn Christiansel, Ganophati Bantwal Miroslawa Polaszewska., Diabetes Care (Diab Care)., 2014., Comparison of Insulin Degludec/Insulin Aspart and Biphasic Insulin Aspart 30 in Uncontrolled, Insulin-Treated Type 2 Diabetes:A Phase 3a, Randomized, Treat-to-Target Trial., Volume 37, August 2014., 37:2048-2090 43. Leo Niksanen, Lawrence A Letter, Edward Franek, Jianping Weng, Taner Damci., European Journal of Endocrinology (EJE)., 2012 ., Comparison od a soluble co-formulation of insulin degludec/insulin aspart vs biphasic insulin aspart 30 I type 2 diabetes:a randomized tiral., 2012., European Society of Endocrinology., 287-294 44. Geltrude Mingrone, Simona Panunzi, Andrea G Gaetano, Caterina Guidone., New England Journal of Medicine (NEJM)., 2012., Bariatric Surgery versus Conventional Medical Therapy for Type 2 Diabetes., Original Article., April 26, 2012 45. Cy Pan, P Sinassammy et all., 2007., Insulin Glarigine versus NPH insulin therapy in Asian type 2 Diabetes Patients., Vol 76 issue 1., Elsevier., April 2007., 111-118. 46. Craig J Currie, Chris D Poole, Marc Evans, John R Peters., Journal Of Clinical Endocrinology and Metabolism (JCEM)., 2013., Mortality and Other Important Diabetes-Related Outcomes With Insulin vs Other Antihyperglycemic Therapies in Type 2 Diabetes., Original Article., J Clin Endocrinol Metab, February 2013,98(2):668-677.

23    

47. Springer, 2007., Risk of hypoglicaemia in types 1 and 2 diabetes : Effects of treatment modalities and their duration., UK Hypoglicaemia Study Group., 6 April 2007., 50:1140-1147 48. William C Cushman, Gregory W Evans, Robert P Bryington, David C Goff, Richard H Grim. New England Journal of Medicine (NEJM)., 2010., Effect Intensive Blood Pressure Control in Type 2 Diabetes Melitus., Original Article., April 29., 362;17 49. Scott M.Grundy, Gloria Lena Vega et all., 2002 ., Efficacy, Safety and Tolerability of Once-Daily Niacin for the Treatment of Dyslipidemia Associated with Type 2 DM., American Medical Association., Arch Intern Med Vol 162, july 22, 1568-1576. 50. Pradana, S.,John, MF., Harsinen S., 2009., A Multicenter Prspective Non-Interventional Evaluation of Efficacy and Safety of Using Biphasic Insulin Aspart as Monotherapy, or in Combination with Oral Hypoglycemic Agent in Treatment of Type 2 Diabetic Patients Before During and After Ramadhan Fasting in Routine Clinical Practice., Maj Kedoteran Indon, Volume 59 No 12., Desember 2009 51. James H Anderson, Rocco L Brunelle, Veiko A Koivisto, Andreas Pfutzener., American Diabetes Association (ADA).,1997., Reduction of Postprandial Hyperglicaemia and Frequency of Hypoglycaemia in IDDM Patients on Insulin-Analog Treatment., Diabetes,vol 46., February 1997 52 Franco Cavalot, Andrea Pagliarino, Manuela Valle, Leonardo Di Martino., Diabetes Care (Diab Care)., 2011., Postpradial Blood Glucose Predicts Cardiovascular Events and All-Cause Mortality in Type 2 Diabetes in a 14-year follow-up., Volume 34, October 2011., 34:2237-2243.