Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran
PENCEGAHAN DAN TATALAKSANA MUKOSITIS ORAL AKIBAT EFEK SAMPING RADIOTERAPI Rita Wardhani, Agam Ferry, Tenny Setiani Dewi TATALAKSANA LESI ORAL PADA ANAK LAKI-LAKI USIA 9 TAHUN Fatima Siti Maulidya Bachrudin, Aisyah Putri Rezeki, Wahyu Hidayat, Prima Andisetyanto, Yuliawati Zenab, Indah Suasani Wahyuni PERAWATAN ORAL LICHEN PLANUS PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI Wahyu Hidayat, Nanan Nur’aeny, Indah Suasani Wahyuni TATALAKSANA INFEKSI HERPES ZOSTER OROFASIAL DISERTAI BELL’S PALSY DAN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS Ummi Pratiwi, Riani Setiadhi MANIFESTASI DAN TATA LAKSANA LESI MULUT TERKAIT DIABETES MELLITUS Nanan Nur’aeny, Wahyu Hidayat, Indah Suasani Wahyuni PERLEKATAN KEMBALI FRAGMEN FRAKTUR GIGI ANTERIOR SECARA ADHESIF (ADHESIVE REATTACHMENT) Zuleika, Irmaleny Satifil RESTORASI KOMPOSIT DIREK GIGI MOLAR PERTAMA BAWAH KANAN MENGGUNAKAN STAMP TECHNIQUE DENGAN CLEAR MATRIX Erawita Agradaria Sapuherni, Rahmi Alma Farah Adang PENATALAKSANAAN KASUS LESI ABFRAKSI PADA GIGI ANTERIOR Nana Nurjanah, Milly Armilia REPOSISI GIGI INSISIVUS ATAS KANAN AKIBAT TRAUMA PADA PASIEN USIA 14 TAHUN Wening Prabandari, Irmaleny Satifil RESTORASI ONLAY RESIN KOMPOSIT PASCA PERAWATAN SALURAN AKAR PADA GIGI MOLAR KEDUA RAHANG BAWAH Yully Dhamayanti, Hendra Dian Adhita Dharsono RESTORASI KLAS I KOMPOSIT DIREK PADA GIGI MOLAR KEDUA BAWAH DENGAN MENGGUNAKAN MICROBRUSH STAMP TECHNIQUE Sally Yumanta, Hendra Dian Adhita Dharsono PENYEMBUHAN LESI PERIAPIKAL YANG MELUAS PADA GIGI GERAHAM BAWAH KANAN DENGAN PERAWATAN SALURAN AKAR KONVENSIONAL Mirza Aryanto
iii
220-229
230-239
240-244
245-254
255-264
265-275
276-283
284-288
289-296
297-303
304-308
309-314
TATALAKSANA LESI ORAL PADA ANAK LAKI-LAKI USIA 9 TAHUN Fatima Siti Maulidya Bachrudin*, Aisyah Putri Rezeki*, Wahyu Hidayat**, Prima Andisetyanto***, Yuliawati Zenab****, dan Indah Suasani Wahyuni** * Mahasiswa PPDG Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, ** Staf Pengajar Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, *** Staf Pengajar Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Padjadjaran, **** Staf Pengajar Departemen Orthodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. ABSTRAK Anak-anak sering menderita gangguan atau kelainan pada rongga mulut karena masalah gizi ataupun trauma. Lesi oral yang biasa ditemukan adalah ulserasi. Makalah ini disusun untuk memaparkan kasus lesi ulserasi pada anak laki-laki usia 9 tahun yang datang ke RSGM Unpad dengan keluhan terdapat sariawan pada lidah karena tergigit dan luka pada sudut mulut. Pemeriksaan klinis ekstraoral, ditemukan ulkus pada kedua sudut bibir yang dikelilingi eritem dan daerah deskuamasi serta bibir pasien tampak kering. Pada pemeriksaan intraoral, ditemukan ulkus tunggal dengan diameter 2 mm, berwarna putih, dangkal, dengan bentuk bulat iregular, dan tepi kemerahan. Diagnosa untuk pasien ini adalah Angular Cheilitis dan Reccurent Apthous Stomatitis (RAS). Terapi untuk pasien ini adalah pemberian antiseptik untuk kompres sariawan, Vaseline album untuk oles bibir dan sirkum oral, serta vitamin B12 dan Asam Folat. Dalam waktu 1 bulan, kondisi klinis pasien menunjukkan ulserasi mengalami perbaikan dan penyembuhan. Lesi ulserasi pada anak-anak memerlukan terapi komprehensif, baik secara lokal maupun sistemik, sehingga tidak terjadi kekambuhan pada pasien. Kata kunci: Angular cheilitis, RAS, ulserasi pada anak, obat penyakit mulut topikal, terapi komprehensif. ABSTRACT Children often suffer from disorders or abnormalities in the oral cavity due to nutritional problems or trauma. Oral lesions commonly found is ulceration. This paper was prepared to present the case reports of ulcerated lesions in a 9 years old boy, who came to the Dental Hospital of Unpad. The chief complaints were sores on the tongue due to biting and on the corners of the mouth. Extra oral examination found ulcers on the both corner of the lips surrounded by erithematous and desquamation area as well as the patient’s lips looks dry. Intraoral examination found a single white ulcer with a diameter of 2 mm, shallow, with irregular round shape and erithematous edges. Diagnosis for these abnormalities were Angular Cheilitis and Recurrent Apthous Stomatitis (RAS).Treatment for this patient was the provision of topical antiseptic for the ulcers, topical application of Vaseline album for lip and circum oral, as well as vitamin B12 and Folic Acid. Within one month, the clinical condition of patients showed an improvement and healing ulceration.
Prosiding DIES 57 FKG UNPAD
230
The ulcerated lesion in children requires a comprehensive therapy, either locally or systemically, so there will be no recurrence in patients. Keywords: Angular cheilitis, RAS, pediatric ulceration, topical oral medicine, comprehensive therapy. PENDAHULUAN Anak-anak sering menderita gangguan atau kelainan pada rongga mulut karena masalah gizi ataupun trauma. Aktifitas anak - anak sehari- hari memungkinkan terjadi trauma pada mukosa rongga mulut yang tidak disengaja seperti karena terjatuh, terbentur gigi atau tergigit. Kebiasaan makan yang tidak sehat seimbang atau kudapan mengandung zat pengawet dan kurangnya konsumsi air minum juga sering ditemukan sehingga dapat menimbulkan gangguan pada mukosa rongga mulut. Lesi oral yang biasa ditemukan adalah ulserasi, seperti Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) dan Angular cheilitis. SAR merupakan suatu kondisi peradangan mukosa rongga mulut dengan karakteristik ulserasi ulang kambuh dan terdapat masa bebas ulkus selama beberapa hari hingga minggu. SAR merupakan suatu kondisi yang sangat umum dengan prevalensi sebesar 20% dari populasi dan prevalensi pada kelompok anak-anak sebesar 5-10%. Etiologi SAR hingga saat ini masih tidak diketahui dengan pasti.1 Angular cheilitis adalah merupakan suatu keadaan inflamasi pada sudut mulut yang ditandai dengan adanya fisur kemerahan, berkrusta, erosi dan dapat disertai ulserasi. Angular cheilitis memiliki etiologi yang bervariasi, yaitu disebabkan infeksi jamur Candida albicans, bakteri Staphylococcus dan Streptococcus beta-hemolitik, berkurangnya dimensi vertikal karena kehilangan gigi, trauma mekanis akibat dari cups yang tajam, kebiasaan menggigit bibir atau pipi, gesekan dari peralatan ortodonti, serta karena kurangnya nutrisi seperti zat besi, vitamin B12, dan asam folat. Angular Cheilitis terjadi 0,7-3,8% pada dewasa dan 0,2-15,1% pada anak-anak, namun secara keseluruhan paling sering terjadi pada dewasa berusia 30 – 60 tahun. 1-3 Tata laksana SAR dan Angular cheilitis memerlukan proses identifikasi dan koreksi faktor-faktor predisposisi, sehingga dengan menanggulanginya diharapkan dapat dicapai kesembuhan dan mencegah kekambuhan. Perawatan baik secara lokal pada lesi mukosa oral maupun secara sistemik untuk meningkatkan imunitas tubuh diperlukan sebagai upaya terapi komprehensif. Pada makalah ini akan dipaparkan dan dibahas mengenai tatalaksana kasus lesi ulserasi pada anak laki-laki usia 9 tahun yang datang ke RSGM Unpad dengan keluhan terdapat sariawan pada lidah karena tergigit dan luka pada sudut mulut. Lesi ulserasi rongga mulut tersebut didiagnosis sebagai SAR dan Angular cheilitis. LAPORAN KASUS Seorang anak laki – laki usia 9 tahun datang ke klinik RSGM Unpad dengan keluhan terdapat sariawan pada ujung lidah karena tergigit dan sudut bibir kiri dan kanan, keluhan dirasa mengganggu dan menimbulkan rasa sakit sejak 1 minggu terakhir. Pasien sering mengalami keadaan ini, kadang tanpa sebab muncul lesi dan sembuh dengan sendirinya. Hasil pemeriksaan ekstra oral ditemukan bibir tampak
Prosiding DIES 57 FKG UNPAD
231
kering, terdapat ulkus minor dikelilingi daerah deskuamasi dan kemerahan pada sudut bibir kiri dan kanan (Gambar 1). Hasil pemeriksaan intra oral ditemukan kebersihan mulut sedang karena tampak plak pada beberapa regio tanpa kalkulus serta gusi oedema pada regio anterior rahang atas. Pada ujung lidah ditemukan sebuah ulcer, ukuran 2 mm, bentuk bulat, tepi kemerahan dan tidak rata, kedalaman dangkal, dasar putih (Gambar 2). Gigi 61 ditemukan dalam keadaan non vital dan terdapat karies pada gigi 74. Diagnosa kerja adalah Reccurent Apthosa Stomatitis dengan diagnosis banding Traumatic ulcer pada ujung lidah serta Angular cheilitis dengan diagnosis banding Herpes labialis. Pada kunjungan pertama ini pasien diberikan perawatan non farmakologi berupa manajemen diet sehari – hari disarankan untuk mengkonsumsi buah serta sayur secara teratur dan cukup minum air putih, instruksi membersihkan gigi dan lidah sehari 2 kali, serta membersihkan mulut (bekas air liur) segera setiap bangun tidur. Pengobatan farmakologi yang diberikan yaitu aplikasi topikal Chlorhexidine Gluconate 0,2% sebagai antiseptik kompres pada luka sudut bibir dan topikal oles Vaseline Album untuk melembabkan kondisi bibir dan sirkum oral. Sedangkan Vitamin B12 1x50 mcg/ hari dan Asam Folat 1x400 mcg / hari selama 1 minggu diberikan untuk mempercepat penyembuhan lesi ulserasi secara sistemik. Pasien diminta kontrol setelah 1 minggu.
Gambar 1. Kelainan pada sudut bibir bilateral
Gambar 2. Ulcer pada ujung lidah
Pada kunjungan ke-dua pasien datang dengan keadaan sariawan di lidah dan di sudut bibir masih ada dan masih terasa perih serta juga mengeluhkan muncul sariawan baru di bibir bawah sejak 1 hari sebelumnya karena tertusuk sikat gigi, lesi berupa ulser tunggal, ukuran diameter 1 mm, bentuk oval, tepi kemerahan dan tidak
Prosiding DIES 57 FKG UNPAD
232
rata, kedalaman dangkal, dasar putih ditemukan pada mukosa labial bawah (gambar 3). Hasil pemeriksaan intra oral juga mendapatkan lapisan pseudomembran berwarna coklat pada permukaan dorsum lidah (gambar 4). Diagnosis kerja tetap SAR dan Angular cheilitis serta terdapat kondisi Coated Tongue. Diduga pasien kurang kooperatif dalam menjalani perawatan yang diberikan oleh operator, sehingga pada kunjungan ini pasien dimotivasi ulang agar patuh menjalankan instruksi sebelumnya dengan teratur. Aplikasi obat topikal dan vitamin sistemik diberikan lagi, serta pasien diminta untuk kontrol 1 minggu.
Gambar 3. Ulcer pada mukosa labial inferior
Gambar 4. Coated tongue pada dorsum lidah
Pada kunjungan selanjutnya pasien datang tidak lagi mengeluhkan rasa sakit pada sariawan ujung lidah dan bibir bawah serta pada sudut bibirnya. Pada pemeriksaan ekstra oral sudut bibir tidak ditemukan ulkus minor, namun masih terdapat daerah deskuamasi ringan (gambar 5), sedangkan pada pemeriksaan intra oral terlihat daerah makula berwarna kemerahan pada bekas lesi ulserasi di ujung lidah (gambar 6) dan mukosa labial bawah (gambar 7). Kondisi coated tongue sudah tidak ditemukan pada kunjungan ini. Pasien mengaku sudah mengikuti instruksi operator untuk pengobatannya, tapi masih belum suka mengkonsumsi sayur dan buah. Perawatan selanjutnya adalah melanjutkan manajemen diet makanan sehat seimbang dan cukup minum air putih, tetap membersihkan gigi dan lidah sehari dua kali serta membersihkan mulut (bekas liur) segera setiap bangun tidur. Pengobatan topikal kompres antiseptik dan oles vaselin album dilanjutkan sampai sembuh untuk melembabkan daerah sudut bibir.
Prosiding DIES 57 FKG UNPAD
233
Gambar 6. Ulser pada ujung lidah (-), coated tongue (-)
Gambar 7. Ulser pada mukosa labial (-), makula eritema post SAR (+)
Gambar 5. Deskuamasi ringan tanpa ulserasi
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan klinis, didapatkan diagnosis untuk pasien tersebut adalah Stomatitis Apthosa Rekuren (SAR), karena pasien datang dengan keluhan terdapat sariawan pada ujung lidah akibat tergigit, serta pada kunjungan kontrol pertama sariawan pada lidah belum sembuh dan muncul sariawan baru pada bibir bawah depannya. Pasien mengatakan beberapa kali mengalami keadaan seperti ini. Selain itu keluhan pasien pada keadaan sudut bibirnya yang terasa perih dan nyeri bila membuka mulut didiagnosis sebagai Angular cheilitis. Pasien tidak menyadari penyebab keadaan ini, namun dari hasil anamnesis dikatakan bahwa pasien saat tidur mengeluarkan air ludah karena mulut terbuka (mengiler), pasien juga jarang mengkonsumsi buah dan sayur. SAR adalah suatu kelainan yang dikarakteristikkan dengan ulserasi berulang pada mukosa oral pasien tanpa disertai gejala penyakit lainnya. Umumnya pasien
Prosiding DIES 57 FKG UNPAD
234
dengan riwayat SAR mengalami 2 hingga 6 lesi tiap episode dan mengalami beberapa kali episode setiap tahun, atau dapat timbul setiap 3 hingga 4 minggu. 3,4 Sedangkan Angular cheilitis adalah inflamasi yang ditandai dengan terbentuknya fissure atau ulser disertai penebalan keratin di sekelilingnya berwarna putih keabuan dan daerah eritem pada sudut bibir.3 Terdapat dua buah ulser pada pasien ini yang didiagnosis sebagai SAR, yaitu pada ujung lidah berukuran 1 x 1 mm dan mukosa labial inferior berukuran 5 x 6 mm. Ulser tersebut berbentuk oval berwarna putih dengan margin ireguler, tepi eritem, permukaan cekung, kedalaman dangkal dan dasar putih tidak rata. Ulserasi SAR pada pasien ini termasuk dalam klasifikasi ulser minor. Ulser minor adalah yang paling sering terjadi, sekitar 80% dari kasus SAR, dan sembuh tanpa meninggalkan bekas luka.3 Ulser minor SAR merupakan bentuk yang paling umum terjadi, berbentuk bulat, berukuran kecil, nyeri, berdiameter 3-6 mm atau kurang dari 1 cm, dapat dilapisi membrane berwarna putih kekuningan, dan dikelilingi daerah kemerahan yang tipis. Lesi dapat berjumlah satu atau banyak, sering terjadi pada usia 10-40 tahun dan biasanya terjadi pada mukosa labial, bukal, dan dasar mulut, tetapi jarang terjadi pada gingiva, palatum dan dorsum lidah. 1,3,5,6 Perbedaan gambaran klinis yang menunjukkan berbagai tipe SAR yaitu minor, mayor dan herpetiform tampak pada Tabel 1. Tabel 1. Perbedaan Gambaran Klinis SAR7 Kategori Ukuran Bentuk
Aftosa Minor <0,5 cm Oval
Jumlah Lokasi
1-5 Mukosa Nonkeratin
Perawatan
Kortikosteroid Topikal, obat kumur tetrasiklin
Aftosa Mayor >0,5 cm Oval dengan tepi tidak beraturan 1-10 Semua bagian rongga mulut Kortikosteroid topical/sistemik/intralesi, immunosupresif
Aftosa Herpetiform <0,5 cm Oval 10-100 Semua bagian rongga mulut Kortikosteroid topical/sistemik, obat kumur tetrasiklin
Gambar
Faktor predisposisi SAR yaitu genetik, trauma, alergi, defisiensi nutisi, stres, faktor sistemik dan faktor hormon.3 Pada pasien ini yang menjadi faktor predisposisinya yaitu trauma dan diduga terdapat defisiensi hematologi akibat asupan nutrisi yang tidak seimbang. Dari hasil anamnesa pasien mengaku pada mulanya sariawan muncul karena tergigit atau karena terkena trauma sikat gigi, sehingga pada gambaran klinis lesi ulser tampak tepi yang tidak rata. Pasien juga menyadari jarang mengkonsumsi sayur dan buah yang banyak mengandung vitamin B12 dan asam folat. Berdasarkan literatur, beberapa penelitian menunjukkan hasil bahwa 10-20% pasien SAR mengalami defisiensi vitamin B12, asam folat dan zat
Prosiding DIES 57 FKG UNPAD
235
besi, sehingga jika defisiensi vitamin B12 asam folat dan zat besi ditanggulangi dapat menyembuhkan ulser secara cepat.1,4 Diagnosis banding untuk SAR adalah traumatic ulcer. Traumatic ulcer dibedakan dengan SAR berdasarkan frekuensi kekambuhannya, ulser SAR hilang timbul dalam hitungan minggu ataupun bulan, sedangkan traumatic ulcer tidak berulang. Berdasarkan gambaran klinisnya, ulser pada traumatic ulcer umumnya datar atau sedikit cekung dengan bentuk bulat, oval, atau elips Sumber lain menyatakan ulser pada traumatic ulcer berwarna putih kekuningan, dan biasanya terdapat margin yang lebih tinggi yang terasa keras saat palpasi, terdapat diskontinuitas epitel yang dangkal atau dalam dengan tingkat keratosis peripheral yang bervariasi, dasar ulser berwarna putih kekuningan.4,7 Berdasarkan faktor penyebabnya, traumatic ulcer biasa disebabkan oleh trauma lokal tanpa disertai faktor pembawa lainnya dari pasien, sedangkan SAR biasa disebabkan oleh faktor dari dalam tubuh pasien, baik hormon, genetik, gangguan imun, defisiensi nutrisi, dll yang dapat dicetus juga oleh trauma lokal pada awalnya. Ulserasi pada traumatic ulcer akan hilang jika faktor penyebab dihilangkan, sedangkan ulserasi pada SAR akan kambuh pada suatu saat tanpa ada penyebab trauma. Berikut pada tabel 2 menunjukkan perbedaan SAR dan traumatic ulcer : Tabel 2. Perbedan SAR dan Traumatic ulcer 7 Kategori Lokasi Frekuensi Tepi lesi Penyebab Perawatan Gambaran Klinis
SAR 2 Mukosa Tidak berkeratin Berulang rutin Rata, bentuk Oval Faktor genetik, defisensi zat besi, gangguan imun, trauma Kortikosteroid Topikal
Traumatic Ulcer 1 Seluruh rongga mulut Tidak Berulang Irreguler Trauma lokal (fisik, kimia, termal) Antiseptik / kortikosteroid topikal
Terapi yang diberikan kepada pasien untuk kasus SAR adalah pemberian vitamin B12 dan asam folat ditujukan untuk membantu penyembuhan lesi ulserasi. Berdasarkan beberapa sumber literatur obat-obatan yang biasa digunakan untuk perawatan lesi SAR adalah :4,8’ 1. Kortikosteroid. Kortikosteroid tidak mempercepat penyembuhan dari ulser yang terjadi, namun dapat mengurangi rasa sakit dari peradangan yang terjadi. Obat ini hanya diberikan kepada mereka yang mengalami SAR dengan jarak 2-3 minggu sekali. Obat ini perlu digunakan selama 2 bulan, lalu dihentikan selama satu bulan untuk menilai apakah ada penyakit tanpa pengobatan. 2. Pasta Triamcinolone. Merupakan kortikosteroid dalam sediaan gel yang dapat beradaptasi pada mukosa yang lembab. Ketika diaplikasikan dengan benar, gel dapat beradaptasi pada mukosa untuk satu atau beberapa jam, namun kesulitan yang mungkin timbul
Prosiding DIES 57 FKG UNPAD
236
adalah saat mengaplikasikan gel pada ulser kadang kurang menempel dengan baik karena kondisi rongga mulut selalu dalam keadaan basah. Obat ini hanya berguna pada pasien dengan ulser yang dapat mudah dijangkau dari bagian depan mulut dan untuk pasien yang dapat mengikuti instruksi dengan baik. 3. Obat kumur Tetrasiklin. Percobaan di Britain dan USA menunjukan bahwa obat kumur tetrasiklin dapat mengurangi frekuensi ataupun keparahan dari ulkus secara signifikan. Untuk ulkus herpetiform khususnya, tetrasiklin kapsul (250 mg) dapat dilarutkan dengan sedikit air dikumur selama 2-3 menit, tiga kali sehari. Beberapa pasien menggunakan obat kumur ini secara teratur selama 3 hari setiap minggu jika mereka memiliki ulser yang berulang. 4.
Larutan Chlorheksidin 0,2% Larutan ini dapat juga digunakan sebagai obat kumur untuk SAR, digunakan tiga kali sehari setelah makan dan dikumurkan selama satu menit. Obat ini terbukti dapat mengurangi durasi dan ketidaknyamanan dari SAR. 5. Preparat Salisilat topikal. Salisilat merupakan anti inflamasi dan dapat memberikan efek lokal. Preparat salisilat kolin dalam bentuk gel dapat diaplikasikan pada ulkus. 6. Vitamin B12, asam Folat dan zat besi Vitamin B12 merupakan salah satu nutrisi yang menjaga kesehatan jaringan syaraf dan membantu pembentukan sel darah merah yang berperan dalam proses penyembuhan jaringan. Fungsi sel darah merah adalah mengikat oksigen dari paruparu untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru. Pengikatan oksigen dan karbon dioksida ini dikerjakan oleh hemoglobin yang telah bersenyawa dengan oksigen yang disebut oksihemoglobin. Oksigen diangkut dari seluruh tubuh sebagai oksihemoglobin yang nantinya setelah tiba di jaringan akan dilepaskan. Proses ini merupakan proses oksigenasi dan merupakan nutrisi penting dalam proses penyembuhan ulser. Asam folat berfungsi bekerja sama dengan vitamin B12 dalam pembentukan sel-sel darah merah dan membantu zat besi bekerja dengan baik dalam tubuh. Zat besi juga berfungsi dalam pembentukan sel darah merah, zat besi membawa oksigen ke seluruh tubuh pada hemoglobin. Sebuah penelitian melaporkan bahwa perawatan SAR dengan vitamin B12 1000 mcg/hari selama 6 bulan menghasilkan kesembuhan pada 100% pasien, sedangkan perawatan SAR dengan vitamin B12 500 mcg/hari hanya menghasilkan kesembuhan pada 30% pasien.9,10 Diagnosis untuk pasien ini tidak hanya SAR, tetapi juga terdapat Angular cheilitis. Angular cheilitis merupakan inflamasi akut atau kronis pada sudut mulut yang ditandai dengan adanya fisur-fisur, retak-retak pada sudut bibir, berwarna kemerahan, mengalami ulserasi disertai rasa terbakar, nyeri dan rasa kering pada sudut mulut. Angular cheilitis terjadi karena multifaktor, baik faktor predisposisi lokal maupun sistemik.9 Etiologi Angular cheilitis dapat berupa defisiensi nutrisi,
Prosiding DIES 57 FKG UNPAD
237
gangguan imun, infeksi jamur dan bakteri serta faktor mekanikal. Penyebab Angular cheilitis yang menonjol pada anak-anak adalah defisiensi nutrisi, biasanya disebabkan kurangnya asupan riboflavin, zat besi dan asam folat. Defisiensi riboflavin menyebabkan berkurangnya kematangan jaringan kolagen, sehingga mudah terjadi infeksi. Selain kurangnya riboflavin, defisiensi zat besi dalam plasma darah akan menghambat penyembuhan lesi dan memudahkan terjadinya Angular cheilitis. 11 Diagnosis banding untuk Angular cheilitis adalah Herpes labialis, seperti tampak perbedaannya pada Tabel 3. Tabel 3. Perbedaan Angular cheilitis dan Herpes labialis 9,11 Kategori Lokasi Etiologi Perawatan
Gambaran Klinis
Angular Cheilitis Sudut mulut unilateral/ bilateral Defisiensi nutrisi, gangguan imun, infeksi bakteri, faktor mekanis. Menghilangkan faktor lokal, pemberian antijamur/antibakteri, vitamin Eritema, fissure, ulser, deskuamasi, perdarahan
Herpes labialis Tepi merah bibir Virus HSV Tipe 1 Pemberian acyclovir
Prodormal parastesi, eritem, vesikel, krusta
Pada Angular Cheilitis pasien ini diberikan topikal kompres Chlorhexidine 0,2% serta aplikasi topikal Vaseline album pada lesi di kedua sudut bibir. Chlorhexidine adalah suatu antiseptik yang termasuk golongan bisbiguanide yang umumnya digunakan dalam bentuk glukonatnya. Chlorhexidine digunakan sebagai surgical scrub, mouth wash, neonatal bath, dan antiseptik kulit. Chlorhexidine menyerang bakteri Gram postif dan negatif, bakteri ragi, jamur, protozoa, alga dan virus.12 Pemberian Chlorhexidine berfungsi untuk mempercepat penyembuhan. Pemberian Vaseline album atau petroleum jelly, adalah sebagai agen pelembab topikal yang membantu menjaga bibir tetap lembab, melindungi area dari iritan dan mengurangi trauma pada daerah tersebut.13 Tindakan pencegahan timbulnya SAR dan Angular Cheilitis dapat dilakukan diantaranya dengan menjaga kebersihan rongga mulut, menghindari stres serta mengkonsumsi nutrisi yang sehat seimbang, terutama yang mengandung vitamin B12, asam folat dan zat besi, serta cukup hidrasi,. Menjaga kebersihan rongga mulut dapat juga dilakukan dengan berkumur-kumur menggunakan air garam hangat atau obat kumur. Kontrol ke dokter gigi secara berkala diperlukan apabila terdapat keluhan kembali atau untuk mencegah kekambuhan. Pengobatan farmakologi biasanya bertujuan untuk mengurangi gejala yang dihadapi agar pasien dapat mendapatkan kualitas hidup yang baik. 1,3,9,10 Pasien ini juga diinstruksikan untuk kembali kontrol hingga sembuh. Kontrol dilakukan dengan tujuan mengetahui apakah keluhan pasien sudah berkurang,
Prosiding DIES 57 FKG UNPAD
238
apakah terjadi penyembuhan pada lesi dan apakah pasien melakukan instruksi dengan tepat. Berdasarkan hasil akhir perawatan pada kasus ini membuktikan bahwa diagnosis dan terapi yang diberikan tepat, namun tetap diperlukan terapi komprehensif, baik secara lokal maupun sistemik dengan memperhatikan asupan nutrisi dan pencegahan terhadap trauma atau faktor pencetus, sehingga tidak terjadi kekambuhan lesi ulserasi pada pasien. DAFTAR PUSTAKA 1. Scully C., Welbury R. Oral and Maxillofacial Medicine: The Basis of Diagnosis and Treatment. 2nd edition. USA: Elsevier. 2008: 259-264. 2. Park KK., Brodell RT., Helms SE.,Angular cheilitis, part 1: local etiologies. dalam Cutis; Cutaneous Medicine For The Practitioner. 2011:87(6); 289-95. PMID 21838086. 3. Greenberg MS., Glick M. Burket’s Oral Medicine Diagnosis and Treatment. 10th edition. Hamilton: BC Decker Inc. 2008: 547-550. 4. Cawson RA., Odell EW. Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine. 7th edition. Edinburg : Churchill Livingstone. 2002: 220-222. 5. Langlais, Robert P., Craig S., Miller. Color Atlas of Common Oral Disease. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. 2003: 34, 64-65. 6. Laskaris, George. Pocket Atlas of Oral Disease 2nd edition. New York: Thieme. 2006: 23, 54-55. 7. Regezi, et al.Oral Pathology ‘Clinical Pathologic Correlations’ 5th edition, Missouri: Saunders Elsevier. 2008: 579-580. 8. Ghom, Anil G., Savita AG. Textbook of Oral Medicine 3rd edition. New Delhi: JP Medical Ltd. 2014: 191-202. 9. Field, A., Longman L. Tyldesley's Oral Medicine. 5th edition. Oxford University Press. 2003: 111-112. 10. Qazi, Javed A., 2011, Vitamin B12 for the Treatment of Recurrent Aphthous Stomatitis, JKCD 1(2): 87-90. Available online at http://www.jkcd.org.pk/Issues/2011/June/JKCD-9.pdf (diakses 5 Mei 2016) 11. Faiz R., Angular Cheilitis-Overview And Symptoms Of Angular Cheilitis, Available at: http://www.articlesbase.com/skin-carearticles/angular-cheilitisoverview-and-sypmtoms-of-angular-cheilitis-285629.html> (diakses 2 Juli 2016) 12. Haveles, Elena. Delmar’s Dental Drug Reference, Delmar. Missouri: Mosby Elsevier. 2000: 156-157. 13. Almazrooa, S, et al., 2013, Characterization and management of exfoliative cheilitis: A single-center experience. https://www.researchgate.net/publication/258633347 (diakses 10 Juli 2016)
Prosiding DIES 57 FKG UNPAD
239