SEPA : Vol. 10 No.1 September 2013 : 97 – 102
ISSN : 1829-9946
PROSPEK PENGEMBANGAN MESIN TANAM PINDAH BIBIT PADI DALAM RANGKA MENGATASI KELANGKAAN TENAGA KERJA TANAM BIBIT PADI Tota Suhendrata Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah Bukit Tegalepek, Sidomulyo Ungaran 50501, Telp. (024) 6924965; Fax. (024) 924966; E-mail:
[email protected]
Abstract: Farm labor scarcity could delay planting time and not simultaneously planting, so that it has influence to the index of rice planting, OPT’s disturbance which eventually affects to rice production. This condition requires the presence of the rice seedling planting machines, one of those is rice transplanter. This research aims to find out the technical and financial feasibility of rice transplanter viewed from business services and farming utilizing rice transplanter. The application of rice transplanter, was carried out in Somomorodukuh village, Plupuh sub district, Sragen district in MT-1 2012/2013. The collected data includes the performance and the operational cost of rice transplanter, paddy productivity as well as the cost of rice farming’s. For finding out the financial feasibility of rice transplanter’s business services, it was used Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), BenefitCost Ratio (B/C) and Pay Back Periode (PP) analysis. To find out the feasibility of planting technology change, it was used Losses and Gains analysis. The result shows that (1) the use of rice transplanter can help solve the problem of farm labor scarcity, (2) the business service of rice transplanter is feasible to run and to develop widely with NPV=Rp22.4 millions, IRR=59.59%, B/C=1.26 and PP=2.42 years, (3) planting using rice transplanter can increase income as much as Rp2,690,000/ha/season with marginal B/C as much as 23.42, so that it’s worth to widely be implemented, and (4) the use of rice transplanter can benefit both sides, namely the owner and the farmer. Keywords: financial feasibility, rice transplanter, farm labor Litbang Pertanian, 2008). Kendala lain yang dijumpai di beberapa sentra produksi padi adalah keterbatasan tenaga kerja dalam usahatani padi terutama pada tenaga kerja tanam. Ahmad dan Haryono (2007) menyatakan bahwa meskipun seluruh areal lahan sawah dapat ditanami namun tidak tepat waktu. Hal tersebut disebabkan karena telah mulai terjadi keterbatasan tenaga kerja tanam. Dalam budidaya padi, salah satu kegiatan yang banyak menyerap tenaga kerja adalah kegiatan tanam pindah bibit padi. Pelaksana kegiatan tanam padi di Jawa Tengah pada umumnya adalah tenaga wanita dengan rata-rata usia 54 tahun. Tenaga kerja dengan struktur umur demikian tidak dapat diandalkan untuk jangka panjang dan memerlukan regenerasi (Ahmad dan Haryono, 2007). Di satu sisi minat generasi muda untuk meneruskan mata pencaharian sebagai petani semakin berkurang, karena
PENDAHULUAN Kebutuhan beras sebagai salah satu sumber pangan utama masyarakat Indonesia terus meningkat, hal ini dikarenakan jumlah penduduk terus bertambah dengan laju peningkatan sekitar 1,3% per tahun dan adanya perubahan pola konsumsi dari non beras ke beras. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah mentargetkan surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014 dengan maksud untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional yang akan berdampak positif terhadap stabilitas politik, ekonomi, sosial budaya, dan keamanan. Dipihak lain, khususnya di Pulau Jawa terjadi penciutan lahan sawah akibat konversi lahan untuk kepentingan non pertanian ± 100.000 ha/tahun dan munculnya fenomena penurunan kesuburan lahan menyebabkan produktivitas padi sawah cenderung melandai (Badan
97
Tota Suhendrata : Prospek Pengembangan Mesin Tanam Pindah Bibit Padi … mereka lebih memilih bekerja sebagai buruh di pabrik ataupun di perusahaan-perusahaan non pertanian. Keadaan demikian tentunya sangat memprihatinkan bagi pemerintah dalam peningkatan ketahanan pangan. Dampak dari kelangkaan tenaga kerja tanam antara lain mengakibatkan jadwal tanam sering mundur dan tanam tidak serentak/serempak sehingga berpengaruh terhadap indeks pertanaman padi, ganguan OPT yang akhirnya berpengaruh terhadap produksi padi. Penanaman serentak dimaksudkan sebagai upaya untuk memutus siklus perkembangan organisme pengganggu tanaman (OPT) antara lain wereng coklat, penggerek batang dan tikus (Baehaqi, 2012). Tambunan dan Sembiring (2007) menyatakan bahwa pembangunan pertanian dewasa ini tidak lagi dapat dilepaskan dari perkembangan teknologi alat dan mesin pertanian. Berbagai kajian menyimpulkan bahwa alat dan mesin pertanian merupakan kebutuhan utama sektor pertanian sebagai akibat dari kelangkaan tenaga kerja pertanian di pedesaan. Alat dan mesin pertanian berfungsi antara lain untuk mengisi kekurangan tenaga kerja manusia yang semakin langka dengan tingkat upah semakin mahal, meningkatkan produktivitas tenaga kerja, meningkatkan efisiensi usahatani melalui penghematan tenaga, waktu dan biaya produksi
serta menyelamatkan hasil dan meningkatkan mutu produk pertanian (Unadi dan Suparlan, 2011). Penggunaan alat dan mesin pertanian pada proses produksi dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, produktivitas, kualitas hasil, dan mengurangi beban kerja petani Sejak beberapa tahun terakhir ini telah diperkenalkan dan dikembangkan mesin tanam pindah bibit padi (rice transplanter). Rice transplanter adalah mesin penanam padi yang dipergunakan untuk menanam bibit padi yang telah disemaikan pada areal khusus (menggunakan tray/dapog) dengan umur atau ketinggian tertentu, pada areal tanah sawah kondisi siap tanam, dan mesin dirancang untuk bekerja pada lahan berlumpur (puddle) dengan kedalaman kurang dari 40 cm. Oleh karena itu mesin ini dirancang ringan dan dilengkapi dengan alat pengapung (Taufik, 2010). Inovasi teknologi rice transplanter berpeluang dapat mempercepat waktu tanam bibit padi dan mengatasi kelangkaan tenaga kerja tanam bibit padi pada daerah-daerah tertentu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan teknis dan finansial rice transplanter ditinjau dari usaha jasa dan usahatani padi menggunakan rice transplanter dalam upaya mengatasi kelangkaan tenaga kerja tanam bibit padi.
Tabel 1. Spesifikasi Mesin Tanam Pindah Bibit Padi (Rice Transplanter) Kubota SPW48 C Mesin
Dimensi
Model
OHV pendingin udara
Type
MZ175-B-1
Displacement
171 cc
Bahan bakar
Bensin
Kapasitas Tanki
4 liter
Panjang
2140 mm
Lebar
1590 mm
Tinggi
910 mm
Berat Penanaman
160 kg Jumlah baris
4
Jarak baris
30 cm
Jarak tanam
12, 14, 16, 18, 21
Kedalaman tanam
7 – 37 mm (5 levels)
Kapasitas kerja
5 jam/ha
98
Tota Suhendrata : Prospek Pengembangan Mesin Tanam Pindah Bibit Padi … METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian penerapan mesin tanam pindah bibit padi (rice transplanter) dan mesin penebar benih (seeder) dilaksanakan dalam bentuk demplot di Desa Somomorodukuh Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen seluas ± 1 ha pada MT-1 2012/2013 atau bulan Oktober 2012 – Februari 2013. Demplot penerapan rice transplanter seluas ± 0,66 ha (2 patok) dengan jarak tanam 30 x 18 cm, sedangkan tanam secara manual/konvensional menggunakan sistem tanam jajar legowo dengan jarak tanam 20 x 10 x 40 cm seluas ± 0,33 ha (1 patok). Pada tanam menggunakan rice transplanter dengan bibit hasil persemaian sistem basah menggunakan dapog (tray) umur 16 hari setelah semai (HSS). Sedangkan tanam secara konvensional menggunakan bibit hasil persemaian konvensional umur 20 HSS. Spesifikasi rice transplanter yang digunakan disajikan pada Tabel 1. Komponen teknologi lain yang diterapkan pada kegiatan demplot diperlakukan sama yaitu varietas, perlakuan benih menggunakan pestisida fipronil, pemupukan dengan pupuk organik 2 t/ha, ZA 50 kg/ha, Urea 200 kg/ha, pupuk NPK 300 kg/ha, pengendalian OPT secara terpadu, dan pengendalian gulma dengan herbisida dan gasrok. Data yang dikumpulkan meliputi kinerja dan biaya operasional rice transplanter, produktivitas padi dan biaya input – output usahatani padi. Kelayakan finansial usaha jasa rice transplanter dilakukan digunakan analisis nilai kini bersih (Net Present Value = NPV) dengan Discount Factor = 1/(1 + r)t, benefitcost ratio (B/C) yaitu nisbah antara total nilai kini penerimaan dengan total nilai kini biaya, dan pay back period (PP) yaitu tahun dimana nilai kumulatif biaya sama dengan nilai kumulatif penerimaan (tanpa discount), dan internal rate of return (IRR). Analisis IRR dapat mengidentifikasi berapa persen tingkat bunga atau discount rate tertinggi bagi suatu usaha (investasi) untuk bisa berjalan dengan tingkat keuntungan normal atau NPV sebesar nol (Gittinger, 1982). Kelayakan perubahan teknologi dari cara tanam konvensional menjadi menggunakan rice transplanter digunakan analisis Losses and Gains atau Korbanan dan Perolehan (Swastika 2004).
Kinerja Rice Transplanter Pengoperasian rice transplanter SPW48 C relative mudah dan sederhana. Jumlah tenaga yang terlibat secara langsung hanya 3 orang terdiri dari satu orang operator atau yang mengoperasionalkan rice transplanter, satu orang penyedia/pengangkut bibit dan satu orang penyulam rumpun yang kosong. Demplot tanam menggunakan rice transplanter SPW48 C, menerapkan jarak tanam 30 x 18 cm, kedalaman tanam 3 cm, jumlah bibit 3 bibit/lubang pada kondisi lahan sawah kedalaman lumpur lunak antara 25 – 35 cm dan genangan air 2-3 cm, rice transplanter berfungsi baik dengan rumpun kosong 1,5% dan kapasitas kerja 7,0 jam/ha. Tingginya jumlah rumpun yang kosong dan lamanya kapasitas kerja dikarenakan bibit dalam dapog kurang rapat dan operator rice transplanter belum terampil. Kapasitas kerja rice transplanter dipengaruhi oleh kondisi lahan, luas petakan dan keterampilan operator. Berdasarkan biaya operasional dan keuntungan yang diperoleh, investor berani menjual jasa penyediaan bibit dan tanam masing-masing dengan harga Rp5.000/dapog dan Rp600.000/ha. Bagi petani harga jual tersebut masih lebih murah dibandingkan dengan biaya pembuatan persemaian dan tanam secara konvensional. Ditinjau dari aspek tenaga kerja, produktivitas, kualitas tanam kinerja rice transplanter lebih baik dibandingkan dengan cara tanam konvensional (Tabel 2). Keunggulan rice transplanter diantaranya (1) produktivitas tanam cukup tinggi 6 jam/ha, (2) jarak tanam dalam barisan dapat diatur dengan ukuran 12, 14, 16, 18, 21 cm, (3) penanaman yang presisi (akurat), (4) tingkat kedalaman tanam dapat diatur dari 0,7 3,7 cm (5 level kedalaman), (5) jumlah tanaman dalam satu lubang berkisar 2 – 4 tanaman per lubang dan (6) jarak dan kedalaman tanam seragam sehingga pertumbuhan dapat optimal dan seragam. Disamping keunggulan, rice transplanter mempunyai beberapa kelemahan diantaranya (1) jarak antar barisan (gawangan 30 cm) tidak dapat diubah, (2) tidak bisa dioperasionalkan pada kedalaman sawah lebih dari 40 cm,
99
Tota Suhendrata : Prospek Pengembangan Mesin Tanam Pindah Bibit Padi … Tabel 2. Kinerja Rice Transplanter Dibandingkan dengan Cara Tanam Manual Parameter
Rice Transplanter SPW48C
Jumlah tenaga kerja Produktivitas Kualitas tanam Kontrol tenaga kerja
3 orang 7 jam/ha konsisten mudah
Manual 10 – 15 orang 8-10 jam/ha kurang konsisten sulit
Tabel 3. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Jasa Rice Transplanter Biaya No.
Penerimaan Investasi
Perawatan
Operasional
DF
NPV
Gros B
Gross C
12%
12%
12%
12%
Keuntungan
Total
1
37.500.000 2.500.000
12.000.000
52.000.000
30.000.000
-22.000.000
0,893
-19.642.857
26.785.714
46.428.571
2
2.500.000
12.000.000
14.500.000
30.000.000
15.500.000
0,797
12.356.505
23.915.816
11.559.311
3
2.500.000
12.000.000
14.500.000
30.000.000
15.500.000
0,712
11.032.594
21.353.407
10.320.814
4
2.500.000
12.000.000
14.500.000
30.000.000
15.500.000
0,636
9.850.530
19.065.542
9.215.012
5
2.500.000
12.000.000
14.500.000
30.000.000
15.500.000
0,567
8.795.116
17.022.806
8.227.689
60.000.000 110.000.000 150.000.000
40.000.000
3,605
22.391.888 108.143.286
85.751.398
Total 37.500.000 12.500.000
NPV = Rp22.391.888 IRR = 59,59%
B/C PP
= 1,26 = 2,42 tahun
dikatakan bahwa usaha jasa rice transplanter layak untuk dikembangkan secara luas.
(3) untuk membawa mesin ke sawah atau ketempat lain diperlukan alat angkut, (4) perlu bibit dengan persyaratan khusus dan (5) harga masih relatif mahal sehingga tidak terjangkau petani. Kelayakan Finansial Transplanter
Investasi
Kelayakan Finansial Penggunaan Rice Transplanter Penggunaan rice transplanter mengakibatkan perubahan struktur biaya dan pendapatan. Perbedaan struktur biaya menggunaan rice transplanter dengan cara tanam konvensional terletak pada biaya pembuatan persemaian dan tanam bibit padi sedangkan biaya lainnya sama. Hasil evaluasi kelayakan tanam menggunakan rice transplanter dengan analisis korbanan dan perolehan disajikan pada Tabel 4. Biaya tanam/ha menggunakan rice transplanter Rp1.490.000 terdiri dari (1) membeli bibit padi sebanyak 220 dapog x Rp4.500 = Rp990.000 dan biaya tanam = Rp500.000. Biaya tanam/ha (mulai dari pembuatan persemaian sampai dengan tanam) menggunakan cara konvensional Rp1.620.000 terdiri dari (benih Rp320.000, pembuatan persemaian dan semai Rp200.000, pupuk dan pemupukan Rp50.000, cabut bibit Rp300.000, dan tanam 750.000). Dengan demikian biaya bibit dan tanam menggunakan rice transplanter dapat menghemat biaya sebesar Rp130.000/ha. Ratarata peningkatan produktivitasnya sebesar 1,0 ton/ha GKP dengan faktor koreksi 20%
Rice
Analisis kelayakan finansial (NPV, IRR, B/C, dan PP) dari investasi rice transplanter disajikan pada Tabel 3. Dengan jasa tanam Rp500.000/ha, dan dioperasikan selama 60 hari/tahun atau 60 ha/tahun dalam tiga musim tanam diperoleh nilai kini bersih (NPV) dari usaha jasa rice transplanter selama 5 tahun pada tingkat bunga modal 12% adalah Rp22,4 juta, IRR = 59,59%, gross B/C = 1,26 dengan PP = 2,42 tahun. Berdasarkan Tabel 3 usaha jasa rice transplanter diperoleh IRR sebesar 59,59%. Implikasinya bahwa selama tingkat bunga modal lebih kecil dari 59,59%, maka usaha jasa rice transplanter tersebut masih menguntungkan. Dari Tabel 3 diperoleh gross B/C sebesar 1,26. Ini berarti bahwa setiap Rp1 juta nilai kini yang dikeluarkan dapat menghasilkan penerimaan nilai kini sebesar Rp1,26 juta. Dari Tabel 3 diperoleh bahwa PP adalah 2,42 tahun. Dengan demikian, dapat
100
Tota Suhendrata : Prospek Pengembangan Mesin Tanam Pindah Bibit Padi … Tabel 4. Analisis Kelayakan Perubahan Teknologi Rice Transplanter pada MT-1 2012/2013 Korbanan (Losses)
Rp
Perolehan (Gain)
Rp
Keuntungan (Rp)
Tambahan pembelian bibit padi 220 dapog
120.000
Tambahan penerimaan akibat kenaikan produktivitas
2.560.000
-
250.000
-
Jumlah korbanan
120.000
Penghematan biaya tanam Jumlah perolehan
maka peningkatan riil sebesar 0,8 ton/ha, harga gabah kering panen (GKP) pada saat panen Rp3.200/kg, maka nilai tambahan penerimaan akibat peningkatan produktivitas sebesar Rp2.560.000. Hasil penerapan rice transplanter menggunakan varietas Mekongga dengan jarak tanam 30 x 18 cm di lahan sawah irigasi Desa Plosorejo Kecamatan Gondang Kabupaten Sragen pada MT-1 2010/2011 dan MT-2 2011 dapat meningkatkan produktivitas masingmasing 16,13% dan 17,14% dibandingkan dengan sistem tanam tegel dengan jarak tanam 20 x 20 cm (Suhendrata et al. 2011). Hasil penerapan rice transplanter dengan varietas Mekongga rata-rata lebih tinggi 0,85 ton/ha dibandingkan produktivitas cara tanam konvensional atau terjadi peningkatan rata-rata 12,67% di Desa Tangkil Kecamatan/ Kabupaten Sragen pada MT-3 2012 (Suhendrata dan Kushartanti, 2013). Menurut Taufik (2010) hasil uji coba penggunaan rice transplanter dibeberapa daerah dapat meningkatkan hasil padi 10 – 15%/ha di lahan sawah irigasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan menggunaan rice transplanter dapat meningkatkan pendapatan usahatani padi sebesar Rp2.690.000/ha/musim tanam dengan marginal B/C (MBCR) sebesar 23,42. Angka marginal B/C dari perubahan tersebut adalah sebesar 23,42. Rasio ini menunjukkan bahwa tiap Rp1.000 tambahan biaya yang dikeluarkan akibat menggunaan rice transplanter menyebabkan diperolehnya tambahan penerimaan sebesar Rp23.420. Malian (2004) berpendapat bahwa teknologi usaha pertanian yang dikaji akan menarik petani bila secara intuitif nilai MBCR lebih besar atau sama dengan dua. Ini berarti bahwa perubahan cara tanam dari cara tanam konvensional menjadi tanam menggunakan rice transplanter sangat
2.810.000
2.690.000
layak untuk dilakukan. Menurut Suhendrata dan Kushartanti (2013) tanam menggunakan rice transplanter dapat meningkatkan pendapatan usahatani padi sebesar Rp3.965.200/ha/musim tanam dengan marginal B/C sebesar 6,72 di Desa Tangkil Kecamatan/Kabupaten Sragen pada MT-2 2012. Menurut Kuswanto (2012) di Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap biaya mulai dari pembuatan persemaian sampai dengan tanam secara konvensional memerlukan biaya Rp1.590.000 sedangkan biaya bibit dan tanam menggunakan rice transplanter memerlukan biaya Rp1.250.000 sehingga dengan menggunakan rice transplanter dapat menghemat biaya sebesar Rp340.000 atau 21,38% dibandingkan dengan cara tanam konvensioal. SIMPULAN Kehadiran rice transplanter pada kondisi lahan sawah datar, petakan luas dan kedalaman lumpur kurang dari 40 cm dapat membantu memecahkan masalah kekurangan tenaga tanam pindah bibit padi. Usaha jasa rice transplanter layak dijalankan dan dikembangkan dengan NPV selama 5 tahun pada tingkat bunga modal 12% adalah Rp22,4 juta, IRR = 59,59%, gross B/C = 1,26 dan PP = 2,42 tahun. Tanam menggunakan rice transplanter dapat meningkatkan pendapatan usahatani padi sebesar Rp2.690.000/ha/musim tanam dengan marginal B/C sebesar 23,42 sehingga tanam menggunakan rice transplanter sangat layak untuk diterapkan secara luas. Penggunaan rice transplanter dapat menguntungkan kedua belah pihak yaitu pemberi jasa (pemilik rice transplanter) dan pengguna jasa (petani pengguna rice transplanter).
101
Tota Suhendrata : Prospek Pengembangan Mesin Tanam Pindah Bibit Padi … Petani di Desa Tangkil Kecamatan/ Kabupaten Sragen. Prosiding Seminar Nasional Akselerasi Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Menuju Kemandirian Pangan dan Energi. Fakultas Pertanian UNS. (inpress)
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, D.R dan Haryono. 2007. Peluang Usaha Jasa Penanganan Padi Secara Mekanis Dengan Mendukung Industri Persemaian. Prosiding Seminar Nasional Apresiasi Hasil Penelitian Padi 2007. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Suhendrata, T., E. Kushartanti, A. Prasetyo dan Ngadimin. 2011. Pendampingan SL-PTT Padi dan Implementasi Alsintan di Kabupaten Sukoharjo dan Sragen. Laporan Akhir Kegiatan. BPTP Jawa Tengah.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Pengelolaan Tanman Terpadu (PTT) padi gogo. Badan Litbang Pertanian Baehaqi, S.E. 2012. Strategi pengendalian hama terpadu tanaman padi dalam praktek pertanian yang baik (Good Agricultural Practices). Pengembangan Inovasi Pertanian 2 (1), 2009: 65-78.
Swastika, D. K. S. 2004. Beberapa Teknik Analisis Dalam Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol 7, No.1. BBP2TP Bogor.
Gittinger, J.P. 2008. Analisa Ekonomi ProyekProyek Pertanian. UI Press-Johns Hopkins. 579 p. Kuswanto, E. 2012. Profil UPJA “Setia Dadi Desa Bojong Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap. Bahan Diskusi Terfokus. Solo, 13 Desember 2012. Malian, A.H. 2004. Analisis Ekonomi dan Kelayakan Finansial Teknologi pada Skala Pengkajian. Makalah disampaikan pada Pelatihan Analisa Finansial dan Ekonomi Bagi Pengembangan Sistem dan Usahatani Agribisnis Wilayah, Bogor, 29 November – 9 Desember 2004. 27 hal. Suhendrata. T, dan E. Kushartanti. 2013. Pengaruh Penggunaan Mesin Tanam Pindah Bibit Padi (Transplanter) Terhadap Produktivitas dan Pendapatan
102
Tambunan, A. H. dan E. N. Sembiring. 2007. Kajian Kebijakan Alat dan Mesin Pertanian. Jurnal Keteknikan Pertanian. Vol. 21 (4). Taufik. 2010. Alsin Transplanter untuk Pilot Project UPJA Center Efisiensikan Waktu Tanam. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Selatan. Unadi, A. dan Suparlan. 2011. Teknologi Pertanian Industrialisasi Agribisnis Makalah Seminar Nasional Pertanian pada Kegiatan Agro Expo tanggal 2 Juli Besar Pengembangan Pertanian.
Dukungan Untuk Pedesaan. Penyuluhan Soropadan 2011. Balai Mekanisasi