PSIKOPAT BISA JADI KARENA SALAH DIDIK OLEH. L. RINI

Download Perilaku – perilaku yang bertentangan dengan hati nurani sebenarnya kalau kita cermati saat ini sudah mewabah kemana – mana. Hampir di sege...

0 downloads 485 Views 839KB Size
Psikopat bisa jadi karena salah didik Oleh. L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog* Perilaku – perilaku yang bertentangan dengan hati nurani sebenarnya kalau kita cermati saat ini sudah mewabah kemana – mana. masyarakat mulai dari

Hampir di segenap elemen

kalangan birokrat sampai dengan

rakyat kecil hal tersebut sudah terjadi. Hanya skala dan peluang saja yang membedakannya. Hampir setiap hari

kita baca, kita lihat, juga kita

dengar kalangan pejabat harus berurusan dengan hukum karena kasus korupsi atau tindak penyalah gunaan jabatan lainnya. Tidak usah jauh jauh juga, disekitar kitapun bisa saja hal itu terjadi mulai dari berbohong sampai dengan tindak kriminal. Dapat di katakan bahwa itu merupakan bibit perilaku perilaku yang bisa ditengarai sebagai perilaku yang tidak sewajarnya. Atau dalam istilah psikologi merupakan perilaku dari jiwa yang sakit. Pada dasarnya

sakit tidak hanya terjadi pada fungsi fisik saja, seperti flu,

kesleo atau pusing. Sakit bisa juga terjadi pada fungsi psikis. Sakit yang demikian ini bisa juga masuk dalam kategori sakit jiwa, yang secara psikologis disebut juga psychopath ( psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit ). Kalau berbicara tentang penyakit jiwa (psychopath), berati ada sesuatu yang kurang beres dalam sisi kejiwaan kita.

Perlu dipahami pula bahwa psychopath

tidak sama dengan gila semacam skizofrenia atau psikosis. Orang gila tidak akan sadar dengan apa yang dilakukannya. Tetapi seorang psychopath sadar dan tahu betul apa yang ada dalam pikiran dan rencananya. Dari hasil penelitian Robert Hare menunjukkan bahwa

seorang psikopath bisa

membuat kamuflase yang rumit,

memutar balik fakta, menebar fitnah, dan kebohongan untuk mendapatkan kepuasan dan keuntungan dirinya sendiri. Dalam kasus kriminal, psikopat dikenali sebagai pembunuh, pemerkosa, dan koruptor. Namun, ini hanyalah 15-20 persen dari total psikopat. Sebagian yang lebih besar menunjukkan pribadi yang mengagumkan, mengundang simpati, beretika dengan tutur kata halus, berkarisma dengan tampilan religiusitasnya,

terkesan intelek karena wawasan

1

dan

pengalamannya yang luas, diterima ide idenya karena pintar dalam berargumentasi, sampai dengan tampak sukses dalam usaha dan kariernya. Tampilan psikopatpun bermacam – macam mulai dari ibu rumah tangga yang lemah lembut,

pemuka masyarakat, birokrat, dokter, dosen, anggota LSM,

pengacara, sampai dengan dengan penegak hukum dan pekerjaaan – pekerjaan ideal lain. Psychopath yang tampak berwibawa dan well educated ini lah yang justru berbahaya dan sulit dideteksi. Karena dengan tampilan memukaunya, korban akan menjadi merasa bersalah dan justru semain segan dengan psychopath itu sendiri. Para akhirnya, korban ini akan menjadi tidak percaya diri karena kepiawaian psychopath dalam memutar balikkan fakta sosial, nervous breakdown, sampai dengan depresi karena sudah tidak ada semangat dalam karier dan sosialnya. Prilaku psychopath awalnya dapat muncul dari kondisi masyarakat itu sendiri. Beberapa diantaranya adalah seperti

keadaan masyarakat kita saat ini dimana

beban hidup yang kian berat seperti, harga sembako yang kian hari bukan kian menurun tapi justru meningkat, harga BBM yang semakin sulit terjangkau, fasilitas pendidikan yang tidak bisa dinikmati semua kalangan perilaku psychopath.

merupakan bibit lahirnya

Juga aturan hukum yang berat sebelah karena tidak

ditegakkan dengan adil, korupsi yang meraja lela juga menjadi potensi lahirnya pribadi psychopat dalam masyarakat. Secara mikro juga bisa terjadi bila tuntutan orang tua

yang ambisius agar anak mengejar prestasi tanpa memperhatikan

sebenarnya anak itu

mampu atau tidak yang menyebabkan anak frustrasi dan

kemudian (tidak salah) mengambil jalan pintas dengan menghalalkan segala cara untuk memuaskan ambisi orang tuanya. Jadi, kondisi dan beban hidup yang berat mau tidak mau mengharuskan seseorang berjuang lebih keras untuk survive dan bertahan hidup. Dalam usaha tersebut, mungkin ada sebagian yang bisa bertahan dengan tetap menjaga prinsip dan

hati

nurani.

Namun

bila

yang

terjadi

sebaliknya,

dan

masyarakat

mengkondisikan hal itu sebagai hal yang biasa sehingga menjadikan anggotanya pribadi yang egois dan mementingkan diri sendiri tanpa mengindahkan rasa sosial, dapat diprediksikan bahwa kemungkinan akan muncul pribadi – pribadi yang individualis / tidak menggunakan kata hati dan bersikap anti sosial yang merupakan sumber dari munculnya perilaku psychopath.

2

Sebenarnya psychopath dapat dilihat dari ciri – ciri utamanya, yakni perilaku antisosial, sifat egois luar biasa dan kepandaian bersandiwara. Perilaku antisosial ditampakkan dari perilaku yang melanggar norma dan aturan yang ada. Sifat egois ditampakkan dari keinginan yang kuat untuk selalu ingin menang sendiri dan tidak mau mengalah. Sedangkan kepiawaian bersandiwara tampak dari ketrampilan memutar bailkan fakta, berkata tidak sesuai dengan kenyataan dan hati nurani yang ada. Bila – perilaku semacam diatas dibiarkan saja tanpa adanya sanksi (moral) dan justru dianggap biasa, maka hal tersebut akan menjadi budaya, tentu saja budaya sakit dalam masyarakat. Perilaku psychopath muncul tidak secara instan, namun merupakan akumulasi dari kebiasaan dan pola asuh sejak kecil. Penyebab utamanyapun belum jelas benar. Ada yang menyebutkan bahwa psikopath dipengaruhi oleh

faktor

biologis, yakni adanya kelainan struktural dan fungsional pada otak, dimana penderita tidak dapat memisahkan stimulus yang berbeda. Semua stimulus diolah sekaligus oleh belahan otak kiri (pusat rasio) dan otak kanan (pusat emosi). Namun dapat diyakini bahwa psychopath bisa muncul dari anak – anak yang mengalami salah asuh sejak kecil, dimana mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan fungsi afeksi dan emosi secara optimal. Mereka tumbuh dan dibiarkan menjadi anak yang egois dan tidak memiliki kata hati serta empati pada orang lain, sehingga berkembang menjadi pribadi antisosial yang disebabkan karena tugas perkembangan psikososial yang tidak tertuntaskan. Psychopath

sulit

disembuhkan.

Namun

kita

bisa

optimis

untuk

meminimalkannya, tentu saja dengan kerja keras dan ketelatenan. Banyak hal yang bisa dilakukan agar masyarakat kita terhindar dari perilaku psychopath, dimana satu diantaranya adalah menyeimbangkan kecerdasan kognitif dan kecerdasan emosi. Ini berarti tidak hanya mengedepankan fungsi kognitif dan intelektual, namun juga perlu menyeimbangkan dengan ketrampilan emosi untuk melatih

hati nurani,

empati, dan kepekaan sosial. Lebih lanjut, pola asuh yang penuh kasih sayang dengan contoh perilaku nyata dari orang tua, minimal bisa menangkal munculnya psychopath di masa depan.

Atau jangan jangan kita juga sudah menjadi

psychopath ?? *Dosen Fak. Psikologi USM 3

4