RANCANG BANGUN ALAT PENJERNIHAN AIR GAMBUT MENJADI

Download RANCANG BANGUN ALAT PENJERNIHAN AIR GAMBUT. MENJADI AIR BERSIH. Alfian Putra, Ridwan,Muhammad Nasir. Jurusan Teknik Kimia Politeknik ...

0 downloads 587 Views 422KB Size
RANCANG BANGUN ALAT PENJERNIHAN AIR GAMBUT MENJADI AIR BERSIH

Alfian Putra, Ridwan,Muhammad Nasir Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Email: [email protected]

Abstract The goal of reasearch to treat water by filtrationusing filter media consisting of gravel with average diameter is 0.5 to 1.5 cm thick as 15 cm at the bottom, sand with an average diameter of 0.2 to 0.4 mm thick as 70 cm at the middle section and gravel with average diameter on 0.5 to 1.5 cm thick as 15 cm at the top. It can be used to reduce the hardness, total dissolved solid (TDS),neutralizes of pH and cleared the color of peat water.Analisis result of sample without coagulant is 24.7% for decrease hardness efficiency, 9.79% for total dissolved solid (TDS),pH neutralize is 96.4% and for sample with coagulant is 24.7% for decrease hardness efficiency, 74% for total dissolved solid (TDS) and pH neutralize is 98.4% while the color changed of the peat water, without coagulant is yellow-brown color changed to white, with coagulant is yellow-brown to white translucent. Key words: Peat water, Clarifier,Coagulan,Hardness,TDS and pH. dengan bijak agar sumber air tetap terpelihara. Pengolahan air saat ini dilakukan dari sumbersumber yang memiliki tingkat kesadahan yang tinggi seperti air payau air sungai, dan sumber air lainnya. Khusus untuk air sungai sangat rentan terkontaminasi oleh zat pencemar, karena sungai merupakan tempat buangan akhir dari limbah domestic, industri, dan lain-lain. Akibatnya kadar mineral yang dikandungnya tinggi.[1] Pada dasarnya banyak sumber air yang dapat dimamfaatkan sebagai air baku untuk memproduksi air minum, namun yang menjadi kendala selama ini adalah pemilihan teknologi yang tepat agar kualitas dan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi air minum tersebut lebih murah. Salah satu sumber air baku yang layak dimamfaatkan untuk memproduksi air minum yang berkualitas bebas impuritis organik , anorganik, virus dan bakteri adalah air mata air. Air mata air memiliki konsentrasi zat padat terlarut ( TDS ) berkisar 70 – 250 mg/L. [2]

PENDAHULUAN Air yang digunakan harus memenuhi syarat dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Secara kualitas, air harus tersedia pada kondisi yang memenuhi syarat kesehatan. Kualitas air dapat ditinjau dari segi fisika, kimia dan biologi. Air yang dapat digunakan untuk keperluan seharihari harus memenuhi standar baku air untuk kebutuhan rumah tangga. Kualitas air yang baik ini tidak selamanya tersedia dialam. Adanya perkembangan industry dan pemukiman dapat mengancam keleestarian air bersih. Bahkan di daerah-daerah tertentu, air yang tersedia tidak memenuhi syarat kesehatan secara alam seperti daerah rawa, sehingga diperlukan upaya perbaikan dan pengolahan air secara sederhana ataupun modern. Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dari waktu kewaktu, serta penggunaan air yang lebih dari keperluan domestik, tetapi juga untuk perusahaan (comercial water) dan industri (industrial water), maka ketersediaan air tidak menunjukkan jumlah yang signifikan. Sehingga pengolan sumber daya air harus dilakukan 1

Permasalahan utama yang dihadapi oleh sumber daya air saat ini adalah menyangkut kuantitas yang tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air yang layak untuk keperluan domestic juga semakin langka diperoleh. Disamping itu pengolahan air membutuhkan investasi yang cukup besar dengan instalasi dan bahan kimia yang lebuh kompleks dan mahal. Oleh karena itu perlu pengelolaan dan perlindungan daya air dengan seksama. Hingga saat ini di Indonesia telah ada Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang pengendalian pencemaran air dan keputusan manteri Negara lingkungan hidup Nomor: 51 tahun 1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri.[3]

Tabel

1. Data Pefiormance penjernihan. Analisa Sampel

Jenis Sampel

TDS

Kesadahan

(ppm)

(ppm)

4.5

253

7.23 7.38

pH

Air Baku Tanpa Koagulan Dengan Koagulan

paralatan

Efesiensi Penyisihan (%) pH

TDS

Kesadahan

317.4

-

-

228.3

239.1

96.4

9.76

24.7

65.7

239.1

98.4

74

24.7

-

Dari data diatas terlihat bahwa pH tidak terjadi perubahan yang signifikan, hal ini menunjukkan saringan pasir lmabat dan koagulan tidak melakukan reaksi kimia yang dapat mengubah menjadi kondisi asam atau basa. Penurunan Total Suspended Solid (TDS) sangat signifikan dengan menggunakan koagulan, ini menunjunjukkan koagulan dapat bekerja dengan baik akibat adanya pengadukan diawal perlakuaan. Tingkat penurunan kesadahan tidak berpengaruh terhadap keberadaan koagulan. Turunya kesadahan akibat tertambatnya sebagian mineral (logam) pada saringan pasir lambat.

METODE Kegiatan proses perancangan peralatan pengolahan air gambut untuk air minum di lakukan di Laboratorium pengolahan air dan Limbah Jurusan Teknik kimia Politiknik Negeri Lhokseumawe. Air baku yang akan di olah adalah air gambut yang didapat di seputaran Kecamatan Blang Mangat ,Kota Lhokseumawe. Koagulan yang dipakai pada pengoperasian alat ini adalah serbuk kerang dan serbuk batu karang dengan perbandingan 1:1 dan 1:2. Air gambut yang digunakan sebanyak 200 liter (sesuai dengan desain peralatan.

Tangkal pengaduk kayu

Tangki Volime 200 ltr

Ring

V-3 30 cm

Papan 3 / 20 cm

V-2 Kayu 5 / 7 cm

Untuk mengetahui kinerja alat, maka dilakukan pengujian kinerja alat sesuai dengan prosedur kerja. Perlakuan ini dilakukan dengan menggunakan air gambut sebagai umpan yang akan diolah dengan menggunakan peralatan. Dalam pengujian alat ini dilakukan dengan dua sampel yaitu air gambut yang menggunakan koagulan dan tanpa koagulan. Adapun parameter yang dianalisa untuk mengetahui efesiensi kerja alat yaitu kesadahan, Total Disolved Solid (TDS),pH dan warna sampel.[4]

Kerikil 15 cm

Pipa PVC ϕ 1” V-1

V- 5

Pasir 70 cm

Pipa PVC ϕ 1”

Kayu 5 / 7 cm V-3

Kerikil 15 cm

Saluran air kotor 100 cm

Gambar 1: Rancangan peralatan penjernih air gambut. Kesadahan Kesadahan Total dalam air terutama disebabkan oleh ion – ion Ca2+, Mg2+ Mn2+, Fe2+ dan semua kation yang bermuatan dua. Dari

HASIL DAN PEMBAHASAN. Data dan hasil peformnace peralatan penjernihan dapat dilihat pada tabel 1. 2

gambar 2 terlihat penurunan kesadahan adalah sebesar 24.7%, baik itu dengan menggunakan koagulan maupun tanpa koagulan.

Total Padatan Terlarut (TDS) Hasil Penurunan TDS dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar.2 Persen Penurunan Kesadahan

Gambar 4. Efesiensi Penurunan TDS Sampel

Pengukuran kesadahan total ini akan mengukur kandungan kesadahan total yang diakibatkan oleh ion Ca2+ dan Mg2+ yang terkandung dalam air baku. Dalam proses penurunan kesadahan sampel dengan menggunakan koagulan mempunyai efesiensi yang sama, hal ini menunjukkan bahwa koagulan yang digunakan masih kurang berpengaruh dalam penurunan kesadahan. Adapun kandungan kesadahan total air gambut sebelum pengolahan yaitu sebesar 317,4 ppm sedangkan kandungan kesadahan total setelah proses yaitu sebesar 239,1 ppm dengan efesiensi penurunan sebesar 24,7 %. Kandungan kesadahan total air gambut baik itu setelah proses ataupun sebelum proses sama-sama masih berada dalam standart baku mutu air minum KEPMENKES No. 492/Menkes/Per/IV/2010.

Dari gambar diatas dapat dilihat pula bahwa efesiensi penurunan total padatan terlarut dengan tanpa menggunakan koagulan adalah sebesar 9,7% dan dengan menggunakan koagulan adalah sebesar 74%, hal ini disebabkan oleh padatan terlarut yang terdapat dalam air gambut sudah membentuk flok-flok dan mengendap didasar tangki umpan sehingga air gambut yang ditangani oleh media filter tidak mempunyai nilai TDS yang tinggi.Salah satu penyebanya adalah pengaruh ketebalan pasir dan tinggi instalasi penyaringan [5] KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, hasil performance alat penjernihan air gambut dapat bekerja secara optimal dalam pengolahan air gambut menjadi air bersih baik dengan menggunakan koagulan maupun tanpa menggunakan koagulan sehingga Alat penjernihan ini dapat dijadikan untuk memanfaatkan air gambut sebagai air baku untuk memproduksi air bersih. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan analisa Fe, salinitas dan menvariasikan laju alir umpan untuk mengetahui efesiensi kerja alat pada proses penjernihan air gambut . Selain itu penggunaan jenis air masih berada dibawah standar kualitas air bersih dan air minum, mengingat buruknya kualitas air tanah di Kota Lhokseumawe.

Gambar 3 Hasil Analisa Kesadahan 3

Daftar Pustaka 1. Kusnaedi. (2004). Mengolah Air Gambut dan Air Kotor untuk Air Bersih , Jakarta 2. Depkes RI, (1990), Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/Menkes/Per/IX/1990, Jakarta 3. Meidhitasari, Vidyaningtyas, 2007, Evaluasi dan Modifikasi Instalasi Pengolahan Air Minum, ITB,Bandung 4. Department Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Cipta Karya.(1999). Modul no.4.6. Petunjuk Praktis Pembangunan Pengolahan Air Gambut From http://ciptakarya.pu.go.id/pam/Tekno/Juktis/ Modul%204.6.%20Pengolahan%20Air%20 Gambut.pdf (Diakses tanggal 5 januari 2011) 5. Darsono,et al, (2002), Pengaruh Diameter dan Ketebalan Pasir Dalam Saringan Pasir Lambat

4