SINTESIS SENYAWA TETRAZOLA DARI ASAM LEMAK JENUH

Download Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Sintesis Senyawa. Tetrazola dari Asam Lemak Jenuh” adalah benar karya saya dengan arahan...

0 downloads 544 Views 10MB Size
SINTESIS SENYAWA TETRAZOLA DARI ASAM LEMAK JENUH

ACHMAD GUS FAHMI

DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Sintesis Senyawa Tetrazola dari Asam Lemak Jenuh” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016 Achmad Gus Fahmi NIM G44120104

ABSTRAK ACHMAD GUS FAHMI. Sintesis Senyawa Tetrazola dari Asam Lemak Jenuh Dibimbing oleh ZAINAL ALIM MAS’UD dan NOVIYAN DARMAWAN. Senyawa tetrazola merupakan senyawa penting yang banyak digunakan dalam bidang farmasi sebagai obat, bahan bakar jet, ligan pembentuk senyawa koordinasi, dan prekusor pembentukan senyawa heterosiklik lainnya. Senyawa tetrazola dapat disintesis dari minyak nabati melalui senyawa nitril. Penelitian ini bertujuan mengonversi langsung asam lemak jenuh menjadi senyawa lemak tetrazola. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dari minyak nabati. Sintesis dilakukan dalam 2 tahap pada kondisi yang berbeda. Kondisi optimum untuk membentuk nitril pada suhu 295 ºC selama 5 jam dengan kondisi atmosfer nitrogen menghasilkan senyawa nitril sebesar 60─90%. Kondisi yang digunakan untuk reaksi pembentukan tetrazola adalah pada suhu 120 ºC selama 10 jam dengan hasil reaksi 30─50%. Kemurnian lemak nitril dan tetrazola yang diperoleh dengan metode ini ditunjukkan dengan hasil kromatogram kromatografi lapis tipis, spektrum inframerah transformasi fourier, spektrum resonans magnet inti, dan titik leleh. Kata kunci: fatty nitrile, Senyawa heterosiklik, tetrazola

ABSTRACT

ACHMAD GUS FAHMI. Synthesis of Tetrazole from Saturated Fatty Acid Supervised by ZAINAL ALIM MAS’UD and NOVIYAN DARMAWAN. Tetrazole is an important constituent of pharmaceutical as a drugs, propellant, ligands in coordination chemistry and precursor for other heterocyclic compounds. Tetrazole can be synthesized from vegetable oils via nitrile compounds. The aim of this study was to develop an efficient synthesis method for direct conversion from saturated fatty acids into their corresponding tetrazoles. This study was expected to enhance the economical value of crude palm oil. The synthesis was conducted in 2 different conditions. First, the saturated fatty acid was converted into fatty nitrile and followed by convertion to fatty tetrazole. The optimum reaction condition to fatty nitrile at 295 °C for 5 hours under atmosferic nitrogen gave, 60─90% yield. The optimum reaction condition to fatty tetrazole at 120 °C for 10 hours under atmosferic nitrogen gave, 30─50% yield. Purity of the fatty nitriles and the tetrazole were confirmed based on thin layer chromatogram, Fourier transform infrared spectra, nuclear magnetic resonance spectra, and melting-points. Keywords: fatty nitrile, heterocyclic compound, tetrazole

SINTESIS SENYAWA TETRAZOLA DARI ASAM LEMAK JENUH

ACHMAD GUS FAHMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, karunia, dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah dengan judul “Sintesis Senyawa Tetrazola dari Asam Lemak Jenuh”. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan November 2015 hingga Juli 2016 di Laboratorium Terpadu, IPB Baranangsiang dan Pusat Penelitian Kimia LIPI, Puspiptek, Serpong. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pemerintah atas beasiswa Bidikmisi dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) IPB yang telah memberikan beasiswa penyangga kehidupan berupa tempat tinggal selama penulis kuliah di IPB. Terima kasih kepada Bapak Dr Zainal Alim Mas’ud, DEA dan Bapak Dr rer nat Noviyan Darmawan, MSc selaku pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, motivasi, doa dan dukungan selama penelitian serta Bapak Budi Arifin, SSi, MSi yang banyak memberikan saran dan motivasi kepada penulis selama berkuliah di IPB. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Laboratorium Terpadu IPB, Kampus Baranangsiang yang memeberikan beasiswa penelitian, serta Kak Tari, Kak Agy, Kak Denar, Mbak Adew, Bunda, Mbak Ani, Mbak Mila, dan seluruh staf yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan pada kedua orang tua dan adik yang telah memberikan doa, semangat, kasih sayang, dan dukungan selama masa studi hingga proses penyusunan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman Departemen Kimia Angkatan 49 dan kawan-kawan penelitian (Ismail, Ka Aya, Pak Januari, Anto, Robby, Listi, Zainab, Dwi, Zelda, Kak Ami, Julian, Zelda, Kak Soka, Kak Tika, Kak Evita, Kak Zio, Kak Genie) di laboratorium terpadu yang membantu dan memberikan semangat selama penelitian berlangsung. Kawan-kawan yang spesial marbot angkatan 49 (Fajar, Catur, Ghozy, Ahmad, Ulum, dan Crisna) serta kawan-kawan yang berjuang bersama dalam organisasi IKMT, lembaga Al Hurriyyah, BEM MIPA, dan seluruh kawan-kawan di IPB yang tak kenal lelah dengan ukhuwah kita bersama di kampus rakyat ini. Terima kasih atas pengorbanan dan kerja keras kita, semoga ukhuwah itu terus ada dan berlangsung selamanya, memberikan balasan atas segala amal yang diperbuat serta senantiasa menyertai hamba-Nya dengan kasih sayang-Nya. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat. Bogor, Agustus 2016 Achmad Gus Fahmi

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

METODE PENELITIAN

2

Lingkup Kerja

2

Bahan dan Alat

2

Sintesis Lemak Nitril dari Asam Lemak Jenuh

3

Sintesis Lemak Tetrazola dari Nitril

3

Pencirian Senyawa Hasil Sintesis

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Senyawa Nitril dan Cirinya

4

Senyawa Tetrazola

6

Ciri Senyawa Tetrazola Hasil Sintesis

8

Mekanisme reaksi SIMPULAN DAN SARAN

10 11

Simpulan

11

Saran

11

DAFTAR PUSTAKA

11

LAMPIRAN

13

RIWAYAT HIDUP

19

DAFTAR GAMBAR 1 Tahapan sintesis senyawa tetrazola dari asam lemak jenuh melalui senyawa antara nitril 2 2 Produk sintesis nitril dari asam laurat (a) dan kromatogram KLTnya pada eluen n-heksana:etil asetat (6:1) dibandingkan dengan reaktan (AL) dan cospot dengan hasil sintesis (b). 5 3 Spektrum IR asam laurat, lauronitril dan senyawa tetrazolanya. 5 4 Padatan kasar hasil sintesis senyawa tetrazola dari lauronitril (a) dan kromatogramnya pada eluen kloroform-metanol (10:1) dibandingkan dengan reaktan (CN) dan co-spot dengan hasil sintesis (b) 7 5 Kromatogram KLT eluat hasil kromatografi kolom dan padatan yang diperkirakan sebagai senyawa tetrazola 7 6 Spektrum UV-Vis asam laurat, lauronitril dan senyawa tetrazolanya 8 7 Spektrum 1H NMR senyawa tetrazola dari lauronitril 9 10 8 Siklus reaksi pembentukan senyawa tetrazola dengan katalis ZnCl2

DAFTAR TABEL 1 Hasil sintesis senyawa lemak nitril 6 2 Rendemen sintesis lemak tetrazola dari asam lemak jenuh 8 3 Data 1H NMR senyawa yang diperkirakan sebagai tetrazola dan senyawa 10 pembanding 5-undesil-1H-tetrazola (Furmeire dan Metzger 2003).

DAFTAR LAMPIRAN 1 Diagram alir penelitian 13 2 Kromatogram KLT pemantauan reaksi pembentukan senyawa nitril 13 3 Rendemen dan kromatogram hasil sintesis lemak tetrazola dari asam lemak (C18) 14 4 Rendemen dan kromatogram hasil sintesis lemak tetrazola dari asam lemak (C16) 15 5 Rendemen dan kromatogram hasil sintesis lemak tetrazola dari asam lemak (C14) 16 6 Rendemen dan kromatogram hasil sintesis lemak tetrazola dari asam lemak (C12) 17 7 Spektrum FTIR hasil sintesis dari asam stearat (a), palmitat (b), miristat (c) dan laurat (d) 18

PENDAHULUAN Kebutuhan akan minyak nabati seperti minyak sawit semakin meningkat selama 3 dasawarsa terakhir. Harganya yang murah, kegunaannya yang luas, serta kandungan vitamin A dan E yang tinggi menjadikan minyak sawit primadona tanaman perkebunan, sumber devisa nonmigas bagi Indonesia. Tahun 2006, Indonesia menjadi produsen minyak sawit (CPO) terbesar di dunia (Kementan 2008). Produksi CPO Indonesia pada tahun 2000 sebesar 7 juta ton, dan naik menjadi 31.28 juta ton pada tahun 2015 dengan rerata pertumbuhan produksi sebesar 11.95% per tahun (Kementan 2015). Komponen utama CPO meliputi trigliserida, asam lemak bebas, fosfatida, sterol, pigmen, tokoferol, tokotrienol, dan sedikit logam (Sundram et al. 2003). Pengolahan minyak sawit mentah menjadi produk oleokimia dapat meningkatkan nilai ekonomis minyak sawit. Minyak sawit banyak dimanfaatkan sebagai margarin dan minyak goreng atau diolah menjadi produk oleokimia seperti detergen (Sundram et al. 2003), pelumas (Schnaider 2006), surfaktan (Infante et al. 2010), dan pelapis (Biermann et al. 2010). Produk oleokimia minyak sawit berasal dari konversi gugus fungsi ester antara gliserol dan asam lemak menjadi berbagai gugus fungsi lain sesuai dengan pemanfaatannya. Potensi lain dari produk oleokimia minyak sawit yang belum dikembangkan yaitu menautkan gugus fungsi heterosiklik sehingga diperoleh produk oleokimia baru. Heterosiklik merupakan struktur siklik dengan sedikitnya 2 atom penyusun yang berbeda. Gugus fungsi heterosiklik memiliki peran yang penting dan banyak terdapat pada senyawa bahan alam. Selain itu, zat aktif dalam berbagai macam obat mengandung sedikitnya 1 gugus fungsi heterosiklik (Joule dan Mills 2010). Salah satu senyawa heterosiklik ialah senyawa tetrazola. Aplikasi senyawa tetrazola sangat luas, di antaranya memiliki bioaktivitas yang tinggi sehingga banyak dimanfaatkan sebagai antijamur (Upadhayaya et al. 2004), antituberkulosis (Adamec et al. 2005), antimikrob (Varadaraji et al. 2010), antikanker (Bhaskar dan Mohite 2010), dan antiradang (Mohite et al. 2011). Senyawa tetrazola juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar jet (Hammerl et al. 2002). Kereaktifan dalam membentuk kompleks dengan logam dan kestabilan pada suhu tinggi membuat senyawa tetrazola berpotensi sebagai antikorosi (Frija et al. 2009) seperti 5-merkapto-1-feniltetrazola (MPT) yang telah terbukti efektif digunakan sebagai inhibitor korosi (Kusnetsov dan Kazansky 2008). Tetrazola pertama kali disintesis dari senyawa nitril oleh Braun dan Werner tahun 1932 melalui zat antara asam hidrazoat. Asam hidrazoat merupakan senyawa yang mudah menguap dan dapat menimbulkan ledakan (Aureggi 2007). Zat antara asam hidrazoat dapat dikurangi dengan menggunakan katalis asam lewis seperti ZnBr2 (Demko dan Sharpless 2001), tetapi kondisi reaksi masih memerlukan suhu tinggi dan waktu yang lama. Roh et al. (2009) menyintesis tetrazola dengan mengembangkan metode sintesis menggunakan pereaksi asam lewis lainnya (trietilamonium klorida) dalam nitrobenzena atau toluena kering dengan bantuan mikrogelombang, sehingga dapat menghemat waktu sintesis. Menurut Vorona et al. (2014), penggunaan pelarut alkohol alifatik (isopropil alkohol, n-butanol) dapat mengurangi waktu reaksi tanpa melibatkan suhu reaksi

2

yang tinggi dan dapat diaplikasikan pada berbagai senyawa nitril dengan rendemen yang tinggi. Minyak sawit dikonversi menjadi produk oleokimia heterosiklik melalui senyawa antara nitril. Menurut Perkins et al. (1975), senyawa nitril dapat disintesis dengan penambahan urea ke dalam asam lemak atau minyak dengan dipanaskan pada 295±5 ºC selama 5 jam. Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap reaksi (Gambar 1). Pada tahap pertama, asam lemak dikonversi menjadi senyawa nitril. Kemudian senyawa nitril yang diperoleh direaksikan dengan senyawa azida dan ZnCl2 dalam n-butanol selama 10 jam hingga diperoleh senyawa tetrazola (modifikasi Vorona et al. 2014). Penelitian ini bertujuan menyintesis senyawa tetrazola dari asam lemak jenuh C12─C18 untuk meningkatkan nilai tambah dari minyak sawit.

Gambar 1 Tahapan sintesis senyawa tetrazola dari asam lemak jenuh melalui senyawa antara nitril

METODE PENELITIAN Lingkup Kerja Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu, Kampus IPB Baranangsiang, Bogor dan Pusat Penelitian Kimia LIPI, Puspiptek, Serpong, selama 8 bulan dari November 2015 sampai Juli 2016 dan terdiri atas 2 tahap. Tahap pertama adalah sintesis senyawa nitril dari asam lemak jenuh C12─C18 dan pencirian senyawa yang dihasilkan dengan kromatografi lapis tipis (KLT), spektrofotometer ultraviolet-tampak (UV-Vis), dan spektrofotometer inframerah transformasi Fourier (FTIR). Tahap kedua adalah sintesis senyawa tetrazola dari senyawa nitril hasil sintesis sebelumnya dan pencirian senyawa yang dihasilkan meliputi titik leleh, spektrum UV-Vis, FTIR dan resonans magnet inti proton (1H NMR). Bagan alir penelitian ditunjukkan pada Lampiran 1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang dipakai untuk penelitian ini meliputi asam laurat, asam miristat, asam palmitat, dan asam stearat p.a. yang berasal dari Tokyo Chemical Industry (TCI®), natrium azida, ZnCl2, n-butanol, n-heksana, metanol, CH2Cl2, CHCl3, MgSO4 anhidrat, KLT silika gel GF254, silika gel 60 (0.063─0.2 mm) untuk kromatografi kolom yang berasal dari Merck®, urea teknis, etil asetat teknis, pelet NaOH, dan HCl 37%.

3

Alat yang dipakai di antaranya seperangkat alat kaca, penguap vakum, radas sintesis, kolom kromatografi, kertas pH universal, dan radas titik leleh thiele. Analisis dengan spektrofotometer UV-Vis Pharmaspec UV-1700 Shimadzu dan spektrofotometer FTIR IR Prestige-21 Shimadzu menggunakan metode pelet KBr dikerjakan di Laboratorium Terpadu, Kampus IPB Baranangsiang, Bogor. Analisis dengan spektrofotometer 1H NMR JEOL ECA 500 yang bekerja pada frekuensi 500 MHz dikerjakan di Pusat Penelitian Kimia LIPI, Puspiptek, Serpong. Sintesis Lemak Nitril dari Asam Lemak Jenuh (Perkins et al. 1975) Sebanyak 1:1.5 mol asam lemak dengan urea direaksikan dalam labu leher tiga. Campuran tersebut dipanaskan dan diaduk dengan overhead stirrer pada suhu 295 ºC selama 5 jam di bawah atmosfer nitrogen. Pada jam ke-4 berjalannya reaksi, larutan diuji menggunakan KLT dengan eluen n-heksana-etil asetat (6:1) dan diwarnai dengan larutan KMnO4 (Lampiran 2). Kemudian larutan diekstraksi dengan n-heksana untuk menghilangkan amida yang terbentuk dan ditambahkan MgSO4 anhidrat untuk menyerap sisa air. Larutan dipekatkan dengan penguap putar, lalu senyawa yang dihasilkan dicirikan dengan KLT, spektrofotometer UVVis, dan FTIR. Sintesis Lemak Tetrazola dari Nitril (modifikasi Vorona et al. 2014) Sebanyak 1 mmol nitril, 1 mmol ZnCl2, dan 1.5 mmol NaN3 dalam nbutanol direaksikan pada suhu 120 ºC selama 10 jam. Selama reaksi berlangsung, pembentukan produk dipantau dengan menggunakan KLT. Produk dipekatkan dengan penguap putar, kemudian ditambahkan NaOH 5% (b/b) (50 mL) dan diaduk hingga terbentuk endapan putih Zn(OH)2 selama 20 menit. Campuran disaring untuk memisahkan filtrat dan endapan. Endapan dibilas dengan NaOH 5% (10 mL). Filtrat yang telah digabungkan dengan bilasan ditambahkan tetes demi tetes HCl 37% (v/v) hingga pH larutan 1 (diuji dengan kertas pH universal) dan endapan putih akan terbentuk (tetrazola). Endapan disaring dan dicuci dengan HCl 9% (2x10 mL), lalu dikeringkan pada suhu ruang. Jika setelah pengasaman hingga pH 1 tidak terbentuk endapan, maka campuran diekstraksi dengan etil asetat (3x10 mL) dan dipekatkan dengan penguap putar. Ekstrak pekat kemudian dimurnikan dengan kromatografi kolom. Pemisahan dengan kromatografi kolom Sebanyak 1 mL ekstrak hasil sintesis dielusi dengan eluen CHCl3-metanol (10:1) dan diatur laju alirnya ±0.8 mL/menit sambil diberi tekanan. Ekstrak yang terelusi ditampung dalam vial, selanjutnya diuji dengan KLT dan ditentukan nilai Rf-nya. Fraksi ekstrak yang mengandung tetrazola dipekatkan. Produk diperiksa dengan KLT serta dicirikan titik leleh dan spektrumnya. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Sebanyak beberapa µL hasil sintesis diambil dengan menggunakan pipa kapiler dan ditotolkan pada pelat KLT yang telah disiapkan. Kemudian pelat KLT dielusi dengan eluen n-heksana-etil asetat (6:1). Noda-noda hasil pemisahan

4

ditampakkan dengan mencelupkan dalam pewarna KMnO4, lalu ditentukan nilai Rf-nya. Pencirian Senyawa Hasil Sintesis Pencirian Titik Leleh dengan Alat Thiele Sampel hasil sintesis dihaluskan dan dimasukkan ke dalam pipa kapiler yang tertutup bagian bawahnya. Pipa kapiler tersebut dipasangkan pada alat thiele dan ditentukan titik lelehnya. Pencirian Spektrum FTIR Sebanyak 0.01 g sampel hasil sintesis dicampurkan dalam 0.1 g pelet KBr. Campuran dihaluskan dan dipanaskan dalam oven pada suhu 60 ºC. Kemudian dianalisis dengan spektrofotometer FTIR dengan resolusi 8 cm-1. Pencirian Spektrum UV-Vis (Modifikasi Svetlik et al. 1978) Larutan hasil sintesis dengan konsentrasi 1 mM dalam etanol dipayar serapan panjang gelombang maksimumnya pada 200–600 nm. Pencirian Senyawa Tetrazola dengan 1NMR (Vorona et al. 2014) Sampel dianalisis menggunakan spektrofotometer 1H NMR yang bekerja pada frekuensi 500 MHz dengan pelarut DMSO-d6. Geseran kimia (ppm) ditentukan berdasarkan senyawa trimetilsilana (TMS) sebagai rujukan 0 ppm.

HASIL DAN PEMBAHASAN Senyawa Nitril dan Cirinya Senyawa nitril dapat disintesis melalui reaksi substitusi nukleofilik (SN2) dari alkil halida primer atau sekunder. Metode lain yang lazim digunakan untuk sintesis senyawa nitril dari asam karboksilat adalah reaksi eliminasi (E2) air dari senyawa amida primer (McMurry 2007). Asam lemak merupakan asam karboksilat hasil hidrolisis minyak dengan katalis asam atau basa. Asam lemak jenuh yang banyak terdapat dalam minyak sawit adalah asam laurat, miristat, palmitat, dan stearat. Pada penelitian ini, senyawa nitril disintesis menggunakan metode yang dikembangkan oleh Perkins et al. (1975). Reaksi berlangsung pada suhu 295±5 ºC selama 5 jam di bawah atmosfer nitrogen. Urea ditambahkan sebagai sumber amonia (NH3) untuk mengubah gugus fungsi karboksilat menjadi amida, karena urea akan mengurai membentuk asam sianurat dan amonia (NH3) pada suhu 200 ºC atau lebih tinggi (Klaus et al. 2012). Selain itu, pemanasan yang tinggi dan adanya gas nitrogen diharapkan dapat memaksimumkan pelepasan air hasil reaksi dehidrasi amida, sehingga diperoleh rendemen nitril yang maksimum. Namun, pemanasan yang terlampau tinggi akan menyebabkan warna produk menjadi hitam kecokelatan.

5

Selama reaksi, pembentukan produk dipantau dengan menggunakan KLT. Setelah semua asam lemak bereaksi dengan amonia (ditandai dengan hilangnya noda asam lemak) (Lampiran 2), hasil sintesis diekstraksi dengan n-heksana untuk memisahkan sisa amida dengan nitril yang terbentuk. Amida bersifat lebih polar daripada nitril dan asam lemak, sehingga tidak larut dalam n-heksana. Ekstrak pekat hasil reaksi menghasilkan noda pada kromatogram KLT dengan Rf~0.69 (Gambar 2). Nilai Rf tersebut berbeda dengan noda asam lemak reaktan, tetapi sama dengan nilai Rf senyawa nitril hasil sintesis Sari (2014). Hasil sintesis dimurnikan jika masih tersisa senyawa amida atau asam lemak yang belum terkonversi, ditandai dengan adanya noda pada Rf yang lebih rendah. Ekstraksi dengan n-heksana dan air dapat memisahkan senyawa amida, tetapi jika tersisa asam lemak yang belum bereaksi sempurna, pemurnian harus dilakukan dengan kromatografi kolom.

Rf ~0.69 Rf ~0.41 AL co Cru

(a) (b) Gambar 2 Produk sintesis nitril dari asam laurat (a) dan kromatogram KLTnya pada eluen n-heksana:etil asetat (6:1) dibandingkan dengan reaktan (AL) dan co-spot dengan hasil sintesis (b). Hasil reaksi kemudian dicirikan spektrum IR-nya. Spektrum IR untuk hasil sintesis senyawa lauronitril memperlihatkan pita serapan baru di bilangan gelombang 2249 cm-1 (ulur C≡N) disertai dengan hilangnya pita serapan OH (3300–2800 cm-1) dan C=O (1707 cm-1) dari asam lemak (Gambar 3). Hasil ini menandakan bahwa telah terjadi konversi senyawa asam lemak menjadi lemak nitril. C=N dan C=C (Heterosiklik) 1615 - 1510 cm-1 C-H = 3000 - 2800 cm-1 N-H = 3335 cm-1

O-H = 3300-3000 cm-1

C≡N = 2249 cm-1

C=O = 1707 cm-1

Gambar 3 Spektrum IR asam laurat, lauronitril dan senyawa tetrazolanya.

6

Setelah konversi senyawa nitril berhasil dilakukan dari asam laurat, reaksi dilakukan pada asam lemak jenuh lainnya. Titik leleh dari senyawa nitril yang diperoleh dianalisis menggunakan alat thiele dengan 2 kali pengulangan (Tabel 1) dan hasilnya sama dengan titik leleh hasil sintesis Sari (2014) yang dibandingkan dengan senyawa standar. Dengan menggunakan metode ini, rendemen senyawa nitril mencapai 70–90%, lebih besar dibandingkan dengan metode yang dikembangkan oleh Sari (2014) (50–75%). Tabel 1 Hasil sintesis senyawa lemak nitril

Titik leleh (ºC)

Penampakan

Rendemen (%)

Titik leleh (ºC)

Penampakan

FTIR

1

70

Granul putih

84.89

39–40

Padatan putih

(C≡N) ύ=2243 cm-1

2

64

Granul putih

90.73

30–31

Padatan putih kekuningan

(C≡N) ύ=2243 cm-1

3

54

Granul putih

68.04



Cairan cokelat kemerahan

(C≡N) ύ=2247 cm-1

4

45

Granul putih

77.71



Cairan cokelat kemerahan

(C≡N) ύ=2249 cm-1

No

Asam lemak

Lemak nitril

Senyawa Tetrazola Senyawa tetrazola dapat disintesis melalui reaksi siklisasi, dengan mencampurkan senyawa nitril dengan azida dan katalis asam lewis dalam nbutanol. Asam hidrazoat akan terbentuk saat azida diasamkan (H+). Asam hidrazoat bersifat toksik, mudah menguap, dan dapat menimbulkan ledakan (Aureggi 2007), maka katalis asam lewis ditambahkan untuk mengurangi keberadaan asam hidrazoat dalam reaksi dan memaksimumkan reaksi antara nitril dan azida melalui jalur aktivasi senyawa nitrilnya (Demko dan Sharples 2001). Metode modifikasi Vorona et al. (2014) yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan katalis ZnCl2. Reaksi dilangsungkan selama 10 jam pada suhu 120 ºC, dalam kondisi atmosfer nitrogen. Hasil sintesis diekstraksi dengan etil asetat (Vorona et al. 2014) dan direkristalisasi dengan asetonitril (Furmeier dan Metzger 2003). Terbentuk 2 noda baru pada kromatogram KLT dengan eluen kloroform-metanol (10:1) (Gambar 4). Eluen tersebut dipilih berdasarkan sifat kepolaran dari senyawa yang akan dipisahkan, serta merupakan hasil penentuan eluen terbaik. Kedua noda baru yang didapatkan memiliki Rf yang lebih kecil daripada nitril (Gambar 4), yang menunjukkan bahwa noda tersebut bersifat lebih polar.

7

Salah satu noda tersebut diperkirakan senyawa tetrazola karena sifat senyawa ini lebih polar dibandingkan dengan nitril sehingga pada eluen lebih nonpolar yang digunakan, nilai Rf-nya akan lebih kecil dibandingkan dengan nitril. Pemurnian dengan kromatografi kolom dilakukan untuk memisahkan kedua noda tersebut. Rf ~0.87 Rf ~0.59 Rf ~0.36 CN Co Tz

(b) (a) Gambar 4 Padatan kasar hasil sintesis senyawa tetrazola dari lauronitril (a) dan kromatogramnya pada eluen kloroform-metanol (10:1) dibandingkan dengan reaktan (CN) dan co-spot dengan hasil sintesis (b) Kromatografi kolom dilakukan dengan eluen kloroform:metanol (10:1). Uji KLT dilakukan pada setiap tabung eluat hasil kromatografi kolom yang berjumlah 36 tabung. Tabung ke-10 sampai ke-18 menghasilkan noda tunggal dengan Rf ~0.4–0.5 (Gambar 5), maka digabungkan menjadi 1 fraksi dan dipekatkan dengan penguap vakum.

Rf ~0.83 Rf ~0.45

6 8 10 12 14 16 18

Gambar 5 Kromatogram KLT eluat hasil kromatografi kolom dan padatan yang diperkirakan sebagai senyawa tetrazola Reaksi konversi lauronitril menjadi senyawa tetrazola yang telah didapatkan diaplikasikan pada senyawa nitril lainnya (Tabel 2). Perbedaan rendemen yang signifikan terlihat pada prekusor stearonitril. Pada suhu 110 °C rendemen yang diperoleh lebih rendah (10.97 %) dibandingkan pada suhu 120 °C (49.58 %) (Lampiran 3–6). Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan hasil reaksi saat suhu reaksi dinaikkan. Menurut Demko dan Sharples (2001), nitril alifatik memerlukan suhu reaksi pada suhu yang tinggi untuk membentuk tetrazola. Semakin panjang rantai karbonnya, reaksi akan semakin sulit terjadi. Halangan sterik menjadi faktor utama dalam reaksi ini. Selain itu, efek substituen juga berpengaruh dalam menentukan suhu reaksi. Substituen yang memiliki efek penarik elektron akan lebih mudah bereaksi, bahkan dalam suhu ruang. Hal ini terjadi karena senyawa nitril akan menjadi tuna elektron sehingga ion azida akan lebih mudah masuk (Demko dan Sharples 2001).

8

Tabel 2 Rendemen sintesis lemak tetrazola dari asam lemak jenuh

Titik leleh (ºC)

Waktu (Jam)

Suhu (ºC)

Rendemen

1

10

110

10.97 % a

2

10

120

3

10

4

5

No

Prekusor

Penampakan Hasil

Literaturb

Padatan putih

69–72a

82–85

49.58 % a

Padatan putih

69–72a

82–85

120

70.53 % a

Padatan putih

65–70a



10

120

75.41 % a

Padatan kuning

60–64a

74–77

10

120

31.85 %

Padatan putih

67–68

68–72

a: Belum dimurnikan dengan kromatografi kolom b: Furmeire dan Metzger (2003)

Ciri Senyawa Tetrazola Hasil Sintesis Senyawa hasil sintesis dicirikan dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis, FTIR, dan 1H NMR. Spektrum padatan asam lemak, senyawa nitril, yang diperkirakan sebagai senyawa tetrazola hasil kromatografi kolom ditunjukkan pada Gambar 5. Asam laurat tidak memiliki nilai serapan maksimum pada rentang panjang gelombang pengukuran. Lauronitril memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang 220.4 nm dan senyawa tetrazola dari lauronitril pada 203.7 dan 270.7 nm (Gambar 6). Konversi gugus fungsi (kromofor) pada senyawa awal (asam lemak) menjadi produk (senyawa tetrazola) mengakibatkan efek pergeseran merah (batokromik). Menurut Svetlik (1978), substituen di nomor 1 dan 5 pada senyawa tetrazola akan menggeser panjang gelombang maksimum diatas 205 nm. Oleh karena itu, muncul 2 puncak serapan di sekitar 205 nm dan di panjang gelombang lebih tinggi.

Gambar 6 Spektrum UV-Vis asam laurat, lauronitril dan senyawa tetrazolanya

9

Padatan yang diperkirakan sebagai senyawa tetrazola memiliki pita serapan IR pada bilangan gelombang 1550–1350 cm-1 dan 3335 cm-1 (Gambar 3), sinyal di 3335 cm-1 yang merupakan vibrasi ulur NH dari amina sekunder pada struktur heterosiklik tetrazola. Serapan senyawa nitril di 2249 cm-1 tidak ada lagi. Menurut Svetlik et al. (1978) tetrazola memiliki ciri pita serapan pada 1640–1335 cm-1 dan 1200–900 cm-1 akibat interaksi vibrasi dari ikatan C=C, C=N, dan N=N. Pernyataan ini, diperkuat oleh Stuart (2004) yang mengatakan bahwa cincin heterosiklik nitrogen memiliki rentang pita serapan sebesar 1600–1300 cm-1. Pita serapan heterosiklik dan amina sekunder ini menjadi ciri keberhasilan sintesis senyawa tetrazola dari lauronitril (Lampiran 7). Pencirian senyawa tetrazola dari lauronitril dengan 1H NMR dilakukan menggunakan pelarut DMSO-d6 (Vorona et al. 2014). Spektrum menunjukan adanya 4 sinyal dari 24 proton. Satu sinyal proton yang terikat pada gugus amina sekunder tidak terdeteksi pada spektrum. Senyawa tetrazola memiliki sifat asam dengan Ka = 1.28x10-5 (Benson 1947) yang memungkinkan terjadinya pertukaran proton dengan deuterium dalam pelarut DMSO-d6 yang bersifat aprotik polar. Sinyal triplet (2H) di 2.88 ppm mengindikasikan proton pada atom C yang bertetangga dengan gugus fungsi tetrazola. Hasil ini, berbeda dengan geseran kimia (–CH2–C≡N) senyawa nitril yang diperoleh oleh Sari (2014), yaitu di 2.3 ppm. Gugus fungsi tetrazola memiliki efek anisotropi pada atom tetangganya yang akan memperkuat efek medan magnet yang diterima oleh proton tersebut. Selain itu, senyawa tetrazola juga merupakan penarik-elektron yang kuat sehingga terjadi pengawa-perisaian dari gugus tetangga. Efek ini paling dirasakan pada atom C5 dan akan semakin melemah pada atom C6 dan seterusnya. Oleh karena itu, nilai geseran –CH2– berturut turut menurun dari 1.67 ppm (C6) ke 1.23 ppm (C7–C15) dan 0.82 ppm (C16) (Gambar 7). Sinyal multiplet lebar dari 16 proton di daerah kisaran 1.15–1.25 ppm berasal dari proton-proton –CH2– lainnya yang tidak terbedakan geseran kimianya. Sinyal triplet (3H) di kisaran 0.82 ppm dari gugus –CH3 ujung yang lebih ke medan-atas karena efek percabangan yang lebih sedikit dan semakin melemahnya efek penarik-elektron dari gugus fungsi tetrazola (Tabel 3). Tz.C12.esp 1.0 16

0.9

N

5

7

9

11

13

15

N



8

10

12

14

H3C

H

N N H

N H3C

CH2

Tz.C12.esp

0.7

CH2 CH2 8

1.18

0.8

N N

N

1.0 0.9 0.8

0.3 0.2 0.1

N

0 Tz.C12.esp

N

0.08

N

-0.1

16.44 Tz.C12.esp 1.30

Normalized Intensity 1.88 1.75

0

2.75

0.25

0.20

0.15

1.70

1.65

1.60 Chemical Shift (ppm)

0.05 1.55

1.50

0

2.70

2.95

2.23 3.0

CH3

0.10

0

2.80 Chemical Shift (ppm)

H3C CH2

0.30

0.03

0

2.23

1.10

0.04

0.01

0.1

1.15

1.61

0.05

0.02

0.05

1.20 Chemical Shift (ppm)

0.35 1.64

Normalized Intensity

0.2

2.85

0.40

1.25

0.06

0.79

N

0.07

2.82 0.10

CH2 CH2 CH2

0.80

N

0.4

H3C

1.21

Normalized Intensity

N

6

0.4

0.81

CH2

1.62

CH2

0.5

N

0.3

0.15

Normalized Intensity

N

0.5 H3C

0.6

H

2.81

0.20

H

2.79

Tz.C12.esp

Normalized Intensity

0.7

0.6

DMSO 2.5

0.84

1.88 2.0

1.5 Chemical Shift (ppm)

1

16.44

0.83

0.82

2.95 1.0

0.81

0.80 0.79 Chemical Shift (ppm)

0.78

0.77

0.76

0.75

0.5

Gambar 7 Spektrum H NMR senyawa tetrazola dari lauronitril

0.74

0

10

Tabel 3 Data 1H NMR senyawa yang diperkirakan sebagai tetrazola dan senyawa pembanding 5-undesil-1H-tetrazola (Furmeire dan Metzger 2003). δH (ppm) senyawa δH (ppm) senyawa No C Gugus dugaan hasil sintesis pembanding 16 0.82(3H, t) CH3-CH2 0.81 (3H, t) 15-8 1.15-1.25 (16H, m) CH2-CH2-CH21.15-1.34 (16H, m) 7 1.67 (2H, q) CH2-CH2-CN4H 1.87 (2H, q) 6 2.88 (2H, t) CH2-CN4H 3.13 (2H, t) Kisaran titik leleh sampel senyawa tetrazola dari asam laurat hasil sintesis diperoleh sebesar 6768 °C, hampir sama dengan senyawa pembanding yang disintesis oleh Furmeire dan Metzger (2003) (6872 °C) (Tabel 2). Senyawa hasil sintesis memiliki kisaran titik leleh yang mendekati standar, sehingga dapat dikatakan murni. Berdasarkan spektrum UV-Vis, FTIR, dan 1H NMR, serta kisaran titik leleh, metode sintesis yang digunakan telah berhasil menyintesis senyawa tetrazola dari asam lemak jenuh C12C18. Mekanisme reaksi Mekanisme reaksi konversi asam lemak jenuh menjadi lemak tetraazola melalui senyawa antara lemak nitril dapat dijelaskan sebagai berikut: Tahap pertama adalah insersi migrasi dari pelarut dan membentuk imino (II) yang akan bertautomerisasi membentuk amida (III). Adanya ion azida akan menyubstitusi eter pada senyawa imino dan akan membentuk senyawa tetrazola berupa kompleks dengan Zn(II) melalui reaksi sikloadisi [3+2]. Senyawa tetrazola (V) akan terbentuk saat terjadinya protonasi kompleks tersebut (IV). Tautomerisasi terjadi pada senyawa tetrazola (V) dan (VI) (Gambar 8).

Gambar 8 Siklus reaksi pembentukan senyawa tetrazola dengan katalis ZnCl2 (Demko dan Sharpless 2001;Vorona et al. 2014)

11

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian ini telah berhasil mengembangkan metode sintesis senyawa lemak tetrazola dari asam lemak jenuh, dengan senyawa antara nitril. Lemak nitril direaksikan dengan azida dan ZnCl2 dalam n-butanol pada kondisi atmosfer nitrogen. Kondisi optimum reaksi didapatkan pada suhu 120 °C selama 10 jam. Rendemen yang diperoleh berkisar dari 30 hingga 55%. Hasil ini masih lebih rendah dibandingkan dengan metode yang digunakan Furmeire dan Metzger (2003) dalam menyintesis lemak tetrazola.

Saran Kinetika reaksi yang terjadi perlu ditentukan. Selain itu, masih diperlukan studi lanjut untuk meningkatkan rendemen yang diperoleh pada suhu yang lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA Adamec J, Waisser K, Kunes J, Kaustova J. 2005. A note on the antitubercular activities of 1-aryl-5-benzylsulfanyltetrazolaes. Arch Pharm Chem Life Sci. 338:385−389. doi: 10.1002/ardp.200400967. Aureggi V. 2007. 1,3-Dipolar cycloadditions: click chemistry for a new synthesis of 5-subtituted tetrazole and applications in organocatalysis [thesis]. Neuchatel (IT): Universite De Neuchatel. Benson, FR. 1947. The chemistry of tetrazoles. Chem Rev. 41(1):1-61. doi: 10.1021/cr60128a001 Bhaskar VH, Mohite PB. 2010. Synthesis, characterization and evaluation of anticancer activity of some tetrazole derivatives. J Optoelectron and Biomed Mater. 4(2):249–259. Biermann U, Butte W, Holtgrefe R, Feder W, Metzger JO. 2010. Esters of calendula oil and tung oil as reactive diluents as alkyd resins. Eur J Lipid Sci Technol. 112:103-109. doi: 10.1002/ejlt.200900142. Demko ZP, Sharpless KB. 2001. Preparation of 5-subtituted-1H-tetrazoles from nitriles in water. J Org Chem. 24(66):7945-7950. doi: 10.1021/jo010635w. Frija LM, Loureiro RM, Cristiano ML. 2009. Synthesis and structure of novel benzisothiazole-tetrazolyl derivatives for potential application as nitrogen ligands. J Mol Cat A: Chem. 305:142146. doi: 10.1016/j.molcata.2008.12.007. Furmeier S, Metzger JO. 2003. Synthesis of new heterocyclic fatty acid compounds. Eur J Org Chem. 885-893. doi: 10.1002/ejoc.200390134.

12

Hammerl A, Holl G, Klapotke TM, Meyer P, Noth H, Piotrowski H, Warchhold M. 2002. Salts of 5,5’-azotetrazolate. Eur J Inorg Chem. 834-845. Infante R, Perez L, Moran MC, Pons R, Monteserrat M, Vinardell MP, Garcia MT, Pinazo A. 2010. Biocompatible surfactans from renewable hidrophiles. Eur J Lipid Sci Technol. 112:110-121. doi: 10.1002/ejlt.200900110. Joule JA, Mills K. 2010. Heterocyclic Chemistry Edisi ke-5. Chicester (GB): J Wiley. [Kementan] Kementerian Pertanian. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Kelapa Sawit Tahun 2014-2016. Jakarta (ID): Pusat Data dan Informasi Pertanian, Sekretariat Jendral Kementerian Pertanian. [Kementan] Kementerian Pertanian. 2008. Minyak Sawit. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Perkebunan. Klaus H, Degussa AG, Hanau W, Dieter M. 2012. Ullmann’s Encyclopedia Of Industrial Chemistry. Weinheim (DE): J Wiley. Kusnetsov YI, Kazansky. 2008. Physicochemical aspects of metal protection by azoles as corrosion inhibitors. Russ Chem Rev. 77(33):219-232. doi: 10.1070/RC2008v077n03ABEH003753. McMurry J. 2007. Organic Chemistry Edisi ke-7. Massachusetts (US): Thomson. Mohite PB, Pandhare RB, Khanage SG. 2011. Synthesis, characterization and anti-inflammatory activity of novel n-substituted tetrazolaes. An Univ Bucuresti Chimie. 2(2):107-113. Perkins RB, Roden JJ, Pryde EH. 1975. Nylon-9 from unsaturated fatty derivatives: preparation and characterization. J. Am. Oil Chem. Soc. 52(11):473-477. Roh J, Artamonova TV, Vávrová K, Koldobskii GI, Hrabálek A. 2009. Practical synthesis of 5-substituted tetrazolaes under microwave irradiation. Synthesis. 2175-2178. doi: 10.1055/s-0029-1216840. Sari RP. 2014. Sintesis nitril satu-wadah dari asam lemak jenuh [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Schnaider M P. 2006. Plant-oil based lubricants and hydraulic fluids. J Sci Food Agric. 86:1769-1780. doi: 10.1002/jsfa.2559. Stuart, Barbara A. 2004. Infrared Spectroscopy: Fundamentals and Applications. England (GB): J Wiley. Sundram K, Sambanthamurthi R, Tan Y. 2003. Palm fruit chemistry and nutrition. Asia Pacific J Clin Nutr.12(3):355-362. Svetlik J, Martvon A, Lesko J. 1978. Preparation and spectral properties of tetrazole. Chem Zvesti. 33(4):521-527. Upadhayaya RS, Jain S, Sinha N, Kishore N, Chandra R, Arora SK. 2004. Synthesis of novel substituted tetrazoles having antifungal activity. Eur J Med Chem. 39(7):579-592. doi: 10.1016/j.ejmech.2004.03.004. Varadaraji D, Suban SS, Ramasamy VR, Kubendiran K, Raguraman JS, Nalilu SK, Pati HN. 2010. Synthesis and evaluation of a series of 1-substituted tetrazole derivates as antimicrobial agents. Org Commun. 3(3):45-56. Vorona S, Artamonova T, Zevatskii Y, Myznikov L. 2014. An improved protocol for the preparation of 5-substituted tetrazoles from organic thiocyanates and nitrile. Synthesis. 46:781-786. doi: 10.1055/s-0033-1340616.

LAMPIRAN Lampiran 1 Diagram alir penelitian Lemak Nitril

Asam Lemak

Pencirian dengan FTIR

Tetrazola

Pencirian dengan 1H NMR

Pencirian dengan FTIR

Pencirian KLT Pencirian denga UV-Vis

Lampiran 2 Kromatogram KLT pemantauan reaksi pembentukan senyawa nitril Jam ke-2

Jam ke-4

Rf ~0,70

Keterangan: AL: Aam laurat Co: co-spot Cru:Hasil reaksi Eluen n-heksana:etil asetat (6:1)

AL Co Cru

AL

Co Cru

14

Lampiran 3 Rendemen dan kromatogram hasil sintesis lemak tetrazola dari asam lemak (C18)

Sintesis lemak nitril Asam Stearat Urea Lemak nitril

Mr (g/mol)

mol

Massa (g)

Densitas (g/cm3)

Volume (mL)

Ekuivalen

284.48 60.06 265

0.1057 0.2499 0.1057

30.0408 15.0073 27.0544

-

-

1 2.5 1

Keterangan: AL: Asam stearat Co: co-spot CN: Hasil sintesis lemak nitril

Rf ~0.81 Rf ~0.62

Eluen: n-heksana-etil asetat (6:1) AL Co CN L

Rf ~0.00 % lemak nitril 

Mr (g/mol) Sintesis lemak tetrazola Lemak nitril 265 NaN3 65.02 ZnCl2 139.29 n-butanol 74.12 Lemak tetrazola 308

Rf ~0.87 Rf ~0.59

mol

Massa (g)

1.4958 0.5729 0.7854 1.7385

5.64 8.81 5.76 5.64

22.9691 g x 100%  84.89% 27.0544 g

Densitas (g/cm3)

Volume (mL)

1.846 2.907 0.810 -

25.00 -

Ekuivalen 1 1.5 1 1

Keterangan: CN: Senyawa nitril (C18) Co: co-spot Tz: Hasil sintesis tetrazola

Rf ~0.39

Eluen: kloroform-metanol (10:1) CN Co Tz

%l emak tetrazola 

0.8689 g x 100%  49.98% 1.7385 g

15

Lampiran 4 Rendemen dan kromatogram hasil sintesis lemak tetrazola dari asam lemak (C16)

Sintesis lemak nitril Asam palmitat Urea Lemak nitril

Mr (g/mol)

mol

Massa (g)

Densitas (g/cm3)

Volume (mL)

Ekuivalen

256 60.06 237

0.1208 0.2610 0.1208

30.9123 15.6754 28.6296

-

-

1 2.5 1

Keterangan: AL: Asam palmitat Co: co-spot CN: Hasil sintesis lemak nitril

Rf ~0.69

Rf ~0.41

Eluen: n-heksana-etil asetat (6:1)

AL Co CN L

% lemak nitril 

Mr (g/mol) Sintesis lemak tetrazola Lemak nitril 237 NaN3 65.02 ZnCl2 139.29 n-butanol 74.12 Lemak tetrazola 280

Rf ~0.89 Rf ~0.62 Rf ~0.30

CN Co Tz

mol

Massa (g)

1.5176 0.7288 0.8689 1.7929

5.64 8.81 5.76 5.64

25,.9765 g x 100%  90,73% 28.6296 g

Densitas (g/cm3)

Volume (mL)

1.846 2.907 0.810 -

25.00 -

Ekuivalen 1 1.5 1 1

Keterangan: CN: Senyawa nitril (C16) Co: co-spot Tz: Hasil sintesis tetrazola Eluen: kloroform-metanol (10:1) % lemak tetrazola 

1.2646 g x 100%  70.53% 1.7929 g

16

Lampiran 5 Rendemen dan kromatogram hasil sintesis lemak tetrazola dari asam lemak (C14)

Sintesis lemak nitril Asam miristat Urea Lemak nitril

Mr (g/mol)

mol

Massa (g)

Densitas (g/cm3)

Volume (mL)

Ekuivalen

228 60.06 209

0.1321 0.2564 0.1321

30.1237 15.4023 27.6134

-

-

1.3 2.5 1.3

Keterangan: AL: Asam miristat Co: co-spot Cru:hasil sintesis nitril

Rf ~0.84

Rf ~0.51

Eluen: n-heksana-etil asetat (6:1) AL Co CN AL L Co CN L

Rf ~0.00

% lemak nitril 

Mr (g/mol) Sintesis lemak tetrazola Lemak nitril 228 NaN3 65.02 ZnCl2 139.29 n-butanol 74.12 Lemak tetrazola 280

R ~0.89 Rf ~0.62 Rf ~0.30

CN Co Tz

mol

Massa (g)

1.5052 0.6792 0.9430 1.6636

6.60 10.45 6.77 6.60

18.7883 g x 100%  68.04% 27.6134 g

Densitas (g/cm3)

Volume (mL)

1.846 2.907 0.810 -

25.00 -

Ekuivalen 1 1.5 1 1

Keterangan: CN: Senyawa nitril (C14) Co: co-spot Tz: Hasil sintesis tetrazola Eluen: kloroform-metanol (10:1) % lemak tetrazola 

1.2545 g x 100%  75.41% 1.6636 g

17

Lampiran 6 Rendemen dan kromatogram hasil sintesis lemak tetrazola dari asam lemak (C12)

Sintesis lemak nitril Asam laurat Urea Lemak nitril

Mr (g/mol)

mol

Massa (g)

Densitas (g/cm3)

Volume (mL)

Ekuivalen

200 60.06 181

0.1507 0.3767 0.1507

30.9123 15.6754 27.2743

-

-

1 2.5 1

Keterangan: AL: Asam laurat Co: co-spot Cru:hasil sintesis nitril

Rf ~0.81 Rf ~0.62

Eluen: n-heksana:etil asetat (6:1) Rf ~0.00 AL Co CN L

% lemak nitril 

Mr (g/mol) Sintesis lemak tetrazola Lemak nitril 181 NaN3 65.02 ZnCl2 139.29 n-butanol 74.12 Lemak tetrazola 224

Rf ~0.88

Rf ~0.31

CN Co Tz

mol

-

Massa (g) 1.5109 0.8593 1.1500 1.8698

21.1947 g x 100%  77.71% 27.2743 g

Densitas (g/cm3)

Volume (mL)

1.846 2.907 0.810 -

25.00 -

Ekuivalen 1 1.5 1 1

Keterangan: CN: Senyawa nitril (C12) Co: co-Spot Tz: Hasil sintesis tetrazola Eluen: kloroform-metanol (10:1) % lemak tetrazola 

0.5956 g x 100%  31.85% 1.8698 g

18

Lampiran 7 Spektrum FTIR hasil sintesis dari asam stearat (a), palmitat (b), miristat (c) dan laurat (d)

N-H

Heterosiklik C=N, N=N

C-H C≡N

O-H

C=O

(a) Heterosiklik C=N, N=N N-H

C-H C≡N

C=O

O-H

(b) C-H

Heterosiklik C=N, N=N C≡N

N-H C=O O-H

(C)

19

Heterosiklik C=N, N=N

N-H C≡N

C=O O-H

(d)

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 30 Agustus 1993 sebagai anak pertama dari pasangan Sugeng Santoso dan Titik Handayani. Penulis adalah putra pertama dari 2 bersaudara. Tahun 2012 penulis lulus dari SMK-SMAK Bogor. Pada tahun yang sama penulis juga diterima di Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB melalui Ujian Talenta Mandiri IPB (UTM-IPB). Selama kuliah di IPB penulis aktif di Ikatan Keluarga Muslim TPB (IKMT) (20122013), Badan Eksekutif Mahasiswa FMIPA (20132015), Lembaga Dakwah Kampus Al Hurriyyah (20132014), dan sebagai Marbot Masjid Al Hurriyyah IPB. Selain itu, penulis selama kuliah mendapatkan beasiswa Bidikmisi pada tahun 20122015, mendapat beasiswa asrama Masjid Al Hurriyyah (20132015) dan mendapat beasiswa bantuan tempat tinggal dari LAZ (Lembaga Amil Zakat) IPB 2016. Kegiatan yang dilakukan penulis selama kuliah di antaranya menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Kimia Umum TPB (20132015), Praktikum Kimia Organik (20142015), dan Kimia Organik D3 Analisis Kimia (20152016). Penulis juga pernah melakukan praktik lapangan di Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology (Seameo Biotrop), Bogor sejak tanggal 22 Juni 2015 sampai 21 Agustus 2015 mengambil judul “Perbandingan Presipitasi dengan KCl dan Etanol terhadap Kualitas Karaginan Hasil Kultur Jaringan”